24
A. PANDANGAN TENTANG SIFAT MANUSIA Behaviorisme adalah suatu pandanagn ilmiah tentang tingkah laku manusia. Dalil dasarnya adalah bahwa tingkah laku itu tertib dan bahwa eksperimen yang dikendalikan dengan cermat akan menyingkapkan hukum-hukum yang mengendalikan tingkah laku. Behaviorisme ditandai olh sikap membatasi metode-metode dan prosedur-prosedur pada data yang dapat diamati. Pendekatan behavioristik tidak menguraikan asumsi- asumsi filosofis tertentu tentang manusia secara langsung. Setiap orang dipandang memiliki kecenderungan- kecenderungan positif dan negative yang sama. Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan social budayanya. Segenap tingkah laku manusia itu dipelajari.meskipun berkeyakinan bahwa segenap tingkah laku pada dasarnya merupakan hasil dari kekuatan-kekuatan lingkungan dan faktor-faktor genetik, para behavioris memasukkan pembuatan putusan sebagai salah satu bentuk tingkah laku. Pandangan para behavioris tentang manusia seringkali didistorsi oleh penguraian yang terlampau menyederhanakan tentang individu sebagai bidak nasib yang tak berdayayang semata-mata ditentukan oleh oleh pengaruh-pengaruh lingkungan dan keturunan dan dikerdilkan menjadi sekedar organismepemberi respons terapi tingkah laku kontemporer bukanlah suatu pendekatan yang sepenuhnya deterministic dan mekanistik, yang menyingkirkan potensi para klien untuk memilih. Hanya

Psikoterapi Tingkah Laku

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Psikoterapi Tingkah Laku

A. PANDANGAN TENTANG SIFAT MANUSIA

Behaviorisme adalah suatu pandanagn ilmiah tentang tingkah laku manusia. Dalil

dasarnya adalah bahwa tingkah laku itu tertib dan bahwa eksperimen yang

dikendalikan dengan cermat akan menyingkapkan hukum-hukum yang

mengendalikan tingkah laku. Behaviorisme ditandai olh sikap membatasi metode-

metode dan prosedur-prosedur pada data yang dapat diamati.

Pendekatan behavioristik tidak menguraikan asumsi-asumsi filosofis tertentu

tentang manusia secara langsung. Setiap orang dipandang memiliki kecenderungan-

kecenderungan positif dan negative yang sama. Manusia pada dasarnya dibentuk dan

ditentukan oleh lingkungan social budayanya. Segenap tingkah laku manusia itu

dipelajari.meskipun berkeyakinan bahwa segenap tingkah laku pada dasarnya

merupakan hasil dari kekuatan-kekuatan lingkungan dan faktor-faktor genetik, para

behavioris memasukkan pembuatan putusan sebagai salah satu bentuk tingkah laku.

Pandangan para behavioris tentang manusia seringkali didistorsi oleh penguraian yang

terlampau menyederhanakan tentang individu sebagai bidak nasib yang tak

berdayayang semata-mata ditentukan oleh oleh pengaruh-pengaruh lingkungan dan

keturunan dan dikerdilkan menjadi sekedar organismepemberi respons terapi tingkah

laku kontemporer bukanlah suatu pendekatan yang sepenuhnya deterministic dan

mekanistik, yang menyingkirkan potensi para klien untuk memilih. Hanya ’’para

behavioris yang radikal’’ yang menyingkirkan kemungkinan menentukan diri dari

individu.

Nye (1975), dalam pembahasannya tentang ‘’’behaviorisme radikal’’-nya B. F

Skinner, menyebutkan bahwa para behavioris radikal menekankan manusia sebagai

dikendalikan oleh kondisi-kondisi lingkungan. Pendirian deterministic mereka yang

kuat berkaitan erat dengan komitmen terhadap pencarian pola-pola tingkah laku yang

dapat diamati. Mereka menjabarkan melalui rincian spesifik berbagai faktor yang

dapat diamati yang mempengaruhi belajar serta membuat argument bahwa manusia

dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan eksternal.

Pandangan ‘’’Behaviorisme radikal’’ tidak memberi tempat kepada asumsi yang

menyebutkan bahwa tingkah laku manusia dipengaruhi oleh pilihan dan kebebasan.

Filsafat behavioristik radikal menolak konsep tentang individu sebagai agen bebas

yang membentuk nasibnya sendiri. Situasi-situasi dalam dunia objektif masa lampau

dan hari ini menentukan tingkah laku. Lingkungan adalah pembentuk utama

keberadaan manusia.

Page 2: Psikoterapi Tingkah Laku

John Watson, pendiri behaviorisme, adalah seorang behavioris radikal yang

pernah menyatakan bahwa ia bisa mengambil sejumlah bayi yang sehat dan

menjadikan bayi-bayi itu apa saja yang diinginkannya – dokter, ahli hukum, seniman,

perampok, pencopet – melalui bentukan lingkungan. Jadi, Watson menyingkirkan dari

psikologi konsep-konsep seperti kesadarn, determinasi diri, dan berbagai fenomena

subjektif lainnya. Ia mendirikan suatu psikologi tentnag kondisi-kondisi tingkah laku

yang dapat diamati. Marquis (1974) menyatakan bahwa terapi tingkah laku itu mirip

keahlian teknik dalam arti ia menerapkan informasi-informasi ilmiah guna

menemukan pemecahan-pemecahan teknis atas masalah-masalah manusia. Jadi,

behaviorisme berfokus pada bagaimana orang-orang belajar dan kondisi apa saja yang

mentukan tingkah laku mereka.

Ciri-ciri terapi tingkah laku

Terapi tingkah laku, berbeda dengan sebagian besar pendekatan terapi lainnya,

ditandai oleh:

Pemusatan perhatian pada tingkah laku yang tampak dan spesifik.

Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment

Perumusan prosedur treatment yang spesifik yang sesuai dengan masalah

Penaksiran objektif ata hasil-hasil terapi.

Terapi tingkah laku tidak berlandaskan sekumpulan konsep yang sistematik, juga

tidak berakar pada suatu teopri yang dikembangkan dengan baik. Sekalipun memiliki

banyak teknik, terapi tingkah laku hanya memiliki sedikit konsep. Ia adalah suatu

pendekatan induktif yang berlandaskan eksperimen-eksperimen, dan menerapkan

metode eksperimental pada proses terapeutik. Pertanyaan terapis boleh jadi ‘’’tingkah

laku spesifik apa yang oleh individu ini ingin dirubah, dan tingkah laku baru yang

bagaimana yang inign dipelajarinya?’’ Kekhususan ini membutuhkan suatu

pengamatan tingkah laku yang cermat atas tingkah laku klien. Penjabaran-penjabaran

yang kabur dan umu tidak bisa diterima; tingkah laku yang oleh klien diinginkan

berubah, dispesifikasi. Yang juga penting adalah bahwa kondisi-kondisi yang menjadi

penyebab timbulnya tingkah laku masalah diidentifikasi sehingga kondisi-kondisi

baru bisa diciptakan guna memodifikasi tingkah laku. Urusan terapeutik utama adalah

mengisolasi tingkah laku masalah, dan kemudian menciptakan cara-cara untuk

mengubahnya.

Page 3: Psikoterapi Tingkah Laku

Pada dasarnya terapi tingkah laku diarahkan pada tujuan-tujuan memperoleh

tingkah laku baru, penghapusan tingkah laku yang maladaptive, serta memperkuat dan

mempertahankan tingkah laku yang diinginkan. Pernyataan yang tepat tentang tujuan-

tujuan treatment dispesifikasi, sedangkan pernyataan yang bersifat umum tentang

tujuan ditolak. Klien diminta untuk menyatakan dengan cara-cara yang konkret jenis-

jenis tingkah laku masalah yang dia ingin mengubahnya. Setelah mengembangkan

pernyataan yang tepat tujuan-tujuan treatment, terapis harus memilih prosedur-

prosedur yang paling sesuai untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Berbagai teknik

tersedia, yang keefektifannya bervariasi dalam menangani masalah-masalah tertentu.

Misalnya teknik-teknik aversi tampaknya paling berguna sebagai cara-cara untuk

mengembangkan kendali dorongan; orang yang mengalami hambatan dalam

menampilkan diri dan dalam bergaul bisa mengambil manfaat dari latihan asertif;

pengulangan tingkah laku berguna untuk memperkuat tingkah laku yang baru

diperoleh; desentisisasi tampaknya paling berguna bagi penanganan fobia-fobia;

pencontohan yang digabungkan denagn penguatan positif tampak cocok bagi

perolehan tingkah laku social yang kompleks.

Karena tingkah laku yang dituju dispesifikasi dengan jelas, tujuan-tujuan

treatment dirinci, dan metode-metode teraputik diterangkan, maka hasil-hasil terapi

menjadi bisa dievaluasi. Terapi tingkahlaku memasukkan criteria yang didefinisikan

dengan baik bagi perbaikan atau penyembuhan. Karena terapi tingkah laku

menekankan evaluasi atas keefektivan teknik-teknik yang digunakan, maka evolusi

dan perbaikan yang berkesinambungan atas prosedur-prosedur treatment menandai

proses terapeutik.

B. KONSEP-KONSEPNYA

Dua aliran utama membentuk esensi metode-metode dan teknik-teknik

pendekatan-pendekatan terapi yang berlandaskan teori belajar: pengondisian klasik

dan pengondisian operan. Pengondisian klasik, atau disebut pengondisian responder,

berasal dari karya Pavlov. Pada dasarnya pengondisian klasik itu melibatkan sitimulus

tak berkondisi (UCS) yang secara otomatis membangkitkan respons berkondisi (CR),

yang sama dengan respons tak berkondisi (UCR) apabila diasosiasikan dengan

stimulus tak berkondisi. Jika UCS dipasangkan dengan suatu stimulus berkondisi

(CS), lambat laun CS mengarahkan kemunculan CR. Dalam contoh yang diper-

lihatkan Pada Gambar 7-1, UCS (makanan kucing) membangkitkan UCR,

Page 4: Psikoterapi Tingkah Laku

pengeluaran air liur kucing. Pembukaan kaleng makanan dengan pembuka listrik

menjadi CS karma is dipasangkan dengan makanan dan membangkitkan CR,

pengeluaran air liur kucing.

UCS UCR

(makanan kucing) (pengeluaran air liur kucing)

CS

(menjalankan

pembuka kaleng

listrik)

CR

(pengeluaran air liur kucing)

Rancangan pengondisian klasik

Baik karya Salter maupun karya Wolpe sebagian besar berasal dan model

pengondisian klasik. Teknik-teknik yang spesifik seperti desensitisasi sistematik dan

terapi aversi berlandaskan pengondisian klasik. Teknik-teknik tersebut akin

dijabarkan dalam pem-bahasan tenting penerapan teknik-teknik dan prosedur-

prosedur.

Pengondisian operan, satu aliran mama lainnya dari pendekatan terapi yang

berlandaskan teori belajar, melibatkan pemberian ganjaran kepada individu atas

pemunculan tingkah lakunya (yang diharapkan) pada saat tingkah lake itu inuncul.

Pengondisian operan ini dikenal juga dengan sebutan pengondisian instrumental

karena memperlihatkan bahwa tingkah laku instrumental bisa dimunculkan oleh

organisms yang aktif sebelum perkuatan diberikan untuk tingkah laku tersebut.

Skinner, yang dianggap sebagai pencetus gagasan pengondisian operan, telah

mengembangkan prinsip-prinsip perkuatan yang digunakan pada upaya memperoleh

pola-pola tingkah laku tertentu yang dipelajari. Dalani pengondisian operan,

pemberian perkuatan positif bisa memperkuat tingkah laku, sedangkan pemberian

perkuatan negatif bisa memperlemah tingkah laku. Tingkah lake berkondisi muncul di

lingkungan clan instrumental bagi perolehan ganjaran.

Banyak teknik dan prosedur modifikasi tingkah laku yang berasal dari model

pengondisian operan. Contoh-contoh prosedur yang spesifik yang berasal dari

pengondisian operan adalah perkuatan positif, penghapusan, hukuman, pencontohan,

dan penggunaan token economy. Teknik-teknik terapeutik tersebut akan diungkap

lebih lanjut pada bagian lain dari bab ini.

Page 5: Psikoterapi Tingkah Laku

C. TEKNIK-TEKNIK PSIKOTERAPI

1. Desentisasi SistematikDesentisasi sistematik digunakan untuk menghapus tingkah laku yang

diperkuat secara negatif, dan ia menyertakan pemunculan tingkah laku atau respons yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan itu. Desentisasi diarahkan pada mengajar klien uintuk menampilkan suatu respons yang tidak konsisten dengan kecemasan.

Wolpe (1958, 1969), pengembang teknik desentisasi, mengajukan argumen bahwa segenap tingkah laku neurotik adalah ungkapan dari kecemasan dan bahwa respons kecemasan bisa dihapus oleh penemuan respons-respons yang secara inheren berlawanan dengan respons tersebut. Dengan pengondisian klasik, kekuatan stimulus penghasil kecemasan bisa dilemahkan, dan gejala kecemasan bisa dikendalikan dan dihapus melalui penggantian stimulus.

Desentisasi sistematik juga melibatkan teknik-teknik relaksasi. Klien dilatih untuk santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalaman-pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan atau yang divisualisasi. Situasi-situasi dihadirkan dalam suatu rangkaian dari yang sangat tidak mengancam kepada yang sangat mengancam. Kemudian tingkatan stimulus-stimulus penghasil kecemasan dipasangkan secara berulang-ulang dengan stimulus-stimulus penghasil keadaan santai sampai kaitan antara stimulus-stimulus penghasil kecemasan dan respons kecemasan itu terhapus. Dalam teknik ini, Wolpe ttelah mengembangkan suatu respons, yakni relaksasi, yang secara fisiologis bertentangan dengan kecemasan yang secara sistematis diasosiasikan dengan aspek-aspek dari situasi yang mengancam.

Prosedur pengondisian balik ini adalah sebagai berikut:1) Disentisasi sistematik dimulai dengan suatu analisis tingkah laku atas

stimulus-stimulus yang bisa membangkitkan kecemasan dalam suatu wilayah tertentu seperti penolakan, rasa iri, ketidaksetujuan, atau suatu fobia. Disediakan waktu untuk menyusun suatu tingkatan kecemasan-kecemasan klien dalam wilayah tertentu. Terapis menyusun suatu daftar bertingkat mengenai situasi-situasi yang kemunculannya meningkatkan taraf kecemasan atau penghindaran. Tingkatan dirancang dalam urutan dari situasi yang paling buruk yang bisa dibayangkan oleh klien ke situasi yang membangkitkan kecemasan dengan taraf paling rendah.

2) Selama pertemuan-pertemuan terapeutik pertama klien diberi latihan relaksasi yang terdiri atas kontraksi, dan lambat laun pengenduran otot-otot yang berbeda sampai tercapai suatu keadaan santai penuh. Sebelum latihan relaksasi dimulai, klien diberi tahu tentang cara relaksasi yang digunakan dalam desentisasi, cara menggunakan relaksasi itu dalam kehidupan sehari-hari, dan cara mengendurkan bagian-bagian tubuh tertentu.Pemikiran dan pembayangan situasi-situasi yang membuat santai seperti duduk di pinggir danau atau berjalan di taman yang indah juga sering digunakan. Hal yang penting adalah bahwa klien mencapai keadaan tenang

Page 6: Psikoterapi Tingkah Laku

dan damai. Klien diajari bagaimana mengendurkan segenap otot dan tubuh dengan titik berat pada otot-otot wajah. Otot-otot tangan dikendurkan terlebih dahulu diikuti oleh kepala kemudian leher dan pundak, punggung, perut dan dada, kemudian anggota-anggota tubuh bagian bawah. Klien diminta untuk mempraktekkan relaksasi di luar pertemuan terapeutik, sekitar 30 menit lamanya setiap hari. Apabila klien sudah bisa belajar untuk santai dengan cepat, maka prosedur disentisasi bisa dimulai.

3) Proses desensitisasi melibatkan keadaan di mana klien sepenuhnya santai dengan mata tertutup. Terapis menceritakan serangkaian situasi dan memintaklien untuk membayangkan dirinya dalam situasi yang diceritakan oleh terapis. Situasi yang netral diungkapkan, selanjutnya klien diminta untuk membayangkan dirinya dalam situasi tersebut. Jika klien mampu tetap santai, maka dia diminta membayangkan situasi yang membangkitkan kecemasan dengan taraf paling rendah. Terapis bergerak mengungkapkan situasi-situasi secara bertingkat sampai klien menunjukan bahwa dia mengalami kecemasan dan pada saat itulah pengungkapan situasi diakhiri. Kemudian relaksasi dimulai lagi dan klien kembali membayangkan dirinya berada disituasi yang diungkapkan terapis. Treatment dianggap selesai bila klien mampu tetap santai ketika membayangkan situasi yang sebelumnya paling menggelisahkan dan menghasilkan kecemasan.

Desensitisasi sistematik bisa diterapkan secara efektif pada berbagai situasi penghasil kecemasan, mencakup situasi interpersonal, ketakutan menghadapi ujian, ketakutan-ketakutan yang di generalisasi, kecemasan-kecemasan neurotik, serta impotensi dan frigiditas seksual.

Tiga penyebab kegagalan dalam pelaksanaan terapi ini, yaitu : (1) kesulitan dalam relaksasi, berupa kesulitan dalam komunikasi antara terapis dan klien atau pada hambatan yang ekstrim yang dialami klien; (2) tingkatan-tingkatan yang menyesatkan, yang ada kemungkinan melibatkan penanganan tingkatan yang keliru, dan (3) ketidakmampuan dalam membayangkan.

2. Terapi Implosif dan PembanjiranTeknik pembanjiran terdiri atas pemunculan stimulus yang berkondisi secara

berulang-ulang tanpa pemberian penguatan. Teknik ini tidak menggunakan agen pengondisian balik maupun tingkat kecemasan. Terapis memunculkan stimulus-stimulus kecemasan, klien membayangkan situasi, dan terapis berusaha mempertahankan kecemasan klien.

Stampfl mengembangkan teknik yang berhubungan dengan teknik pembanjiran atau biasa disebut dengan terapi implosive. Seperti halnya dengan desensitisasi sistematik, terapi implosive berasumsi bahwa tingkah laku neurotic melibatkan penghindaran terkondisi atas stimulus-stimulus penghasil kecemasan. Terapi implosive berbeda dengan terapi desentisisasi sistematik dalam usaha terapis unttuk menghadirkan luapan emosi yang massif. Di sini klien diarahkan untuk membayangkan situasi-situasi atau stimulus–stimulus yang mengancam, yakni dengan

Page 7: Psikoterapi Tingkah Laku

cara berulang-ulang yang dimunculkan dalam setting terapi dimana konsekuesi-konsekuensi yang diharapkan dan menakutkan tidak muncul. Stimulus-stimulus yang mengancam kehilangan daya menghasilkan kecemasan dan penghindaran neurotik pun menjadi terhapus. Adapun prosedur-prosedur penanganan klien menurut Stampfl yakni mencakup: 1) pencarian stimulus-stimulus yang memicu gejala-gejala, 2) menaksirkan bagaimana gejala-gejala tersebur berkaitan dengan pembentukan tingkah laku klien, 3) meminta pada klien untuk membayangkan sejelas-jelasnya apa yang sudah dijabarkannya tanpa disertai celaan atas kepantasan situasi yang dihadapinya. 4) bergerak semakin dekat kepada ketakutan yang paling kuat yang dialami oleh klien dan meminta kepadanya untuk membayangkan apa yang paling ingin dia hindari, 5) mengulang prosedur-prosedur tersebut sampai kecemasan tidak muncul lagi dalam diri klien.

3. Latihan Asertif

Latihan Asertif yakni suatu latihan yang dapat diterapkan terutama pada

situasi-situaasi interpersonal dimana individu mengalami kesulitan untuk menerima

kenyataan dalam menyatakan atau menegaskan diri sebagai suatu tindakan yang layak

atau benar. Latihan asertif akan membantu bagi orang-orang yang: 1) tidak mampu

mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung, 2) menunjukkan kesopanan

yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya, 3) memiliki

kesulitan untuk mengatakan tidak, 4) mengalami kesulitan untuk mengungkapkan

afeksi dan respon-respon positif lainnya, 5) merasa tidak punya hak untuk memiliki

perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri.

Prosedur-prosedur yang digunakan dalam latihan asertif ini yakni

menggunakan prosedur-prosedur permainan peran, yakni suatu masalah yang khas

yang biasa dikemukakan oleh klien dalam menghadapi kesulitannya.

Menurut Shaffer dan Galinsky menerangkan bagaimana kelompok-kelompok

latihan asertif atau latihan ekspresif dibentuk dan berfungsi. Kelompok terdiri dari 8-

10 anggota yang memiliki latar belakang yang sama dan session terapi selama 2 jam.

Terapis bertindak sebagai penyelenggara dan pengarah permainan peran, pelatih,

pemberi perkuatan, dan sebagai model peran. Dalam diskusi-diskusi kelompok terapis

bertindak sebagai seorang ahli, memberikan bimbingan dalam situasi-situasi

permainan peran dan meemberikan umpan balik kepada para anggota.

Seperti kelompok-kelompok terapi tingkah laku lainnya, kelompok terapi

asertif ini ditandai dengan struktur yang mempunyai pemimpin. Secara khas session

berstruktur sebagi berikut:session pertama, yakni dimulai dengan pengenalan didaktik

Page 8: Psikoterapi Tingkah Laku

tentang kecemasan social yang tidak realistis, pemusatan pada belajar menghapuskan

respon-respon internal yang tidak efektif yang telah mengakibatkan kekurangtegasan

dan pada belajar peran tingkah laku baru yang asertif. Session kedua, yakni

memperkenalkan sejumlah latihan relaksasi, dan masing-masing anggota

menerangkan tingkah laku spesifik dalam situasi-situasi interpersonal yang

dirasakannnya menjadi masalah. Para anggota kemudian membuat perjanjian untuk

menjalankan tingkah dan laku menegasskan diri yang semula mereka hindari sebelum

memasuki session selanjutnya. Session ketiga, para anggota menerangkan tentang

tingkah laku yang menegaskan diri yang telah dicoba dan dijalankan dalam situasi-

situasi kehidupan nyata. Mereka berusaha mengevaluasi dan jika mereka belum

sepenuhnya berhasil, kelompok langsung menjalankan peran.

4. Terapi Aversi

Teknik-teknik pengkondisian aversi yang, telah digunakan secara luas untuk

meredakan gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiasian

tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah

lake yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya. Stimulus-stimulus aversi

biasanya berupa hukuman dengan kejutan listrik atau pemberian ramuan yang

membuat mual. Kendali aversi bisa melibatkan pe-narikan pemerkuat positif atau

penggunaan berbagai bentuk hukuman. Contoh pelaksanaan penarikan pemerkuat

positif adalah mengabaikan ledakan kemarahan anak guna menghapus kebiasaan

mengungkapkan ledakan kemarahan pada si anak. Jika perkuatan sosial ditarik,

tingkah laku yang tidak diliarapkan cenderung berkurang frekuensinya. Contoh

penggunaan hukuman sebagai cara pengendalian adalah pemberian kejutan listrik

kepada anak autistik ketika tingkah laku spesifik yang tidak diinginkan muncul.

Teknik-teknik aversi adalah metode-metode yang paling kontroversial yang

dimiliki oleh para behavioris meskipun digunakan secara luas sebagai metode-metode

untuk membawa orang-orang kepada tingkah laku yang diinginkan. Kondisi-kondisi

diciptakan sehingga orang-orang melakukan apa yang diharalikan dari mereka dalam

rangka menghindari konsekuensi-konsekuensi aversif. Sebagian besar lembaga sosial

menggunakan prosedur-prosedur aversif untuk mengendalikan para anggotanya clan

untuk membentuk tingkah laku individu agar sesuai dengan yang telah digariskan:

gereja menggunakan pengucilan, perusahaan-perusahaan menggunakan pemecatan

Page 9: Psikoterapi Tingkah Laku

dan penangguhan peinhayaran upah, sedangkan pemerintah menggunakan denda clan

hukuman penjara.

Kendali aversi acap kali menandai hubungan orang tua-anak. Kendali-kendali

bisa bekerja secara langsung dan disadari, dan bisa pula secara tidak langsung dan

terselubung. Baik anak maupun orang tua bisa dikendalikan oleh-apa yang, terjadi

dalam situasisituasi tertentu, dan boleti jadi situasi-situasi itu tidak bisa dijelaskan.

Seorang anak diberi hak istiniewajikadia menyelaraskan diri dengan bertingkah laku

sebagaimana yang diharapkan, dan sebaliknya. Anak pun belajar menggunakan

kendali aversif terhadap orang tuanya. Dia belajar bahwa orang tuanya memiliki suatu

taraf toleransi terhadap tangisan, teriakan, permintaan, dan rengekan anak, Berta

belajar bahwa pada akhirnya orang tuanya itu akan memenuhi permintaannya.

Dalam setting yang lebih formal dan terapeutik, teknik-teknik aversif Bering

digunakan dalam penanganan berbagai tingkah laku yang maladaptif, mencakup

minum alkohol secara berlebihan, kebergantungan pada obat bius, merokok, obsesi-

obsesi. kompulsi- kompulsi, fetisisme, berjudi, homoseksualitas, clan penyimpangan

seksual seperti pedofilia. Teknik ini merupakan metode yang utania dalam

penanganan alkoholisme. Seorang alkoholik ticlak dipaksa untuk menjauhkan diri dari

alkohol, tetapi justru disuruh meminum alkohol. Akan tetapi, setiap tegukan alkohol

disertai pemberian ramuan yang membuat si alkoholik merasa mual, clan kemudian

muntah. Si alkoholik lambat lawn akan merasa sakit bahkan meskipun hanya rneliliat

botol alkohol. Pengetahuan ten-tang pengaruh-pengaruh buruk dari alkohol cenderung

menghambat alkoholisme, tetapi terdapat kemungkinan bahwa alkoholik kembali

kepada kebiasaan semula setelah periode penahanan diri yang singkat. Selain pada,

penanganan alkoholisme, prosedur-prosedur aversi telah digunakan secara berhasil

pada penanganan penyimpangan-penyimpangan seksual dengan mengasosiasikan

stimulus yang menyakitkan dengan objek atau tindakan seksual yang tidak layak.

Butir yang penting adalah bahwa maksud prosedur-prosedur aversif ialah

menyajikan cara-cara menahan respons-respons maladaptif dalam suatu periode

sehingga terdapat kesempatan untuk memperoleh tingkah laku alternatif yang adaptif

dan yang akan terbukti nemperkuat dirinya sendiri. Satu kesalahpahaman yang

populer adalah bahwa teknik-teknik yang berlandaskan hukuman merupakan

perangkat yang paling penting bagi para terapis tingkah laku. hukurnan jangan wring

digunakan meskipun mungkin para, klien sendiri menginginkan penghapusan tingkah

laku yang, tak diinginkannya melalui penggunaan hukuman. Apabila cara-cara yang

Page 10: Psikoterapi Tingkah Laku

merupakan alternatif bagi hukuman tersedia, maka hukuman jangan digunakan. Cara-

cara yang positif yang mengarahkan kepada tingkah laku yang barn clan lebih layak

harus dicari dan digunakan sebelum terpaksa menggunakan pemerkuat-pemerkuat

negatif. Acap kali tingkah laku bisa diubah hanya dengan menggunakan perkuatan

positif yang mengurangi kemungkinan terbentuknya efek-efek samping yang merusak

dari hukuman. Di samping itu, jika hukuman digunakan, bentuk-bentuk tingkah laku

adaptif yang merupakan alternatif perlu secara jelas dan secara spesifik digambarkan

serta hukuman harus digunakan dengan cara-cara yang tidak mengakibatkan klien

merasa ditolak sebagai pribadi. Yang juga penting adalah k lien dibantu agar ia

mengetahui bahwa konsekuensi-konsekunsi aversif diasosiasikan hanya dengan

tingkah laku maladaptif yang spesifik.

Skinner (1948, 1971) adalah salah seorang tokoh yang terang-terangan

menentang penggunaan hukuman sebagai cara untuk mengendalikan hubungan-

hubungan manusia ataupun untuk mencapai maksud-maksud tembaga4ernbaga

masyarakat. Menurut Skinner, perkuatan positif jauh lebih efektif dalam

mengendalikan tingkah laku karena hasil-hasilnya lebih bisa diramalkan serta ke-

mungkinan timbulnya tingkah laku yang tidak diinginkan akan lebih kecil. Skinner

(1948) berpendapat bahwa hukuman adalah sesuatu yang buruk yang, meskipun bisa

menekan tingkah laku yang diinginkan, tidak melemahkan kecenderungan untuk me-

respons bahkan kalaupun ia untuk sementara menekan tingkah laku tertentu.. Akibat-

akibat yang tidak diinginkan, menurut Skinner, berkaitan dengan penggunaan

pengendalian aversif maupun penggunaan hukuman.

Apabila hukuman digunakan, maka terdapat kemungkinan terbentuknya efek-

efek sarnping emosional tambahan seperti: (1) tingkah laku yang tidak diinginkan

yang dihukum boleh jadi akan ditekan hanya apabila penghukum hadir, (2) jika tidak

ada tingkah laku yang menjadi alternatif bagi tingkah laku yang dihukum, maka

individu ada kemungkinan menarik diri secara berlebihan, (3) pengaruh hukuman

boleti jadi digeneralisasikan kepada tingkah laku lain yang berkaitan dengan tingkah

lake yang dihukum. Jadi, seorang anak yang dihukum karena karena kegagalannya di

sekolah boleh jadi akan membenci semua pelajaran. sekolah, semua guru, dan

barangkali bahkan membenci belajar pada umumnya.

5. Pengondisian operan

Page 11: Psikoterapi Tingkah Laku

Tingkah laku operan adalah tingkah laku yang memancar yang menjadi cirri

organisme yang aktif. la adalah tingkah laku beroperasi di lingkungan untuk

menghasilkan akibat-akibat. Tingkah laku operan merupakan tingkah laku yang

paling berarti dalam kehidupan sehari-hari, yang mencakup membaca, berarti dalam

kehidupan sehari-hari, yang mencakup membaca, berbicara, berpakaian, makan

dengan alat-alat makan, bermain, dan sebagainya. Menurut Skinner (1971), jika suatu

tingkah laku diganjar, maka, probabilitas kemunculan kembali tingkah laku tersebut

di masa mendatang akin tinggi. Prinsip perkuatan yang menerangkan pembentukan,

pemeliharaan, atau penghapusan pola-pola tingkah laku, merupakan inti dari

pengondisian operan. Berikut ini uraian ringkas dari metode-metode pengondisian

operan yang mencakup perkuatan positif, pembentukan respons, perkuatan intermiten,

penghapusan, pencontohan, dan token economy.

6. Perkuatan positif

Pembentukan suatu pota tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau

perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul adalah suatu cara yang

ampuh untuk mengubah tingkah laku. Pemerkuat-pemerkuat, baik primer maupun

sekunder, diberikan untuk rentang tingkah laku yang lugs. Pemerkuat-pemerkuat

primer memuaskan kebutuhan-kebutuhan fisiologis. Contoh pemerkuat primer adalah

makanan dan tidur atau istirahat. Pemerkuat-pemerkuat sekunder, yang memuaskan

kebutuhan-kebutuhan psikologis dan social, memiliki nilai karena berasosiasi dengan

pemerkuat-pemerkuat primer. Contoh-contoh pemerkuat sekunder yang bisa menjadi

alat yang ampuh untuk membentuk tingkah laku yang diharapkan antara lain adalah

senyuman, persetujuan, pujian, bintang-bintang emas, medali atau tanda penghargaan,

uang, dan hadiah-hadiah. Penerapan pemberian perkuatan positif pada, psikoterapi

membutuhkan spesifikasi tingkah laku yang diharapkan, penemuan tentang apa agen

yang memperkuat bagi individu, dan penggunaan perkuatan positif secara sistematis

guna memunculkan tingkah laku yang diinginkan.

7. Pembentukan respons.

Dalam pembentukan respons, tingkah tingkah laku sekarang secara bertahap

diubah dengan memperkuat unsure-unsur kecil dari tingkah laku bare yang diinginkan

secara berturut-turut sampai mendekati tingkah laku akhir. Pembentukan respons

berwujud pengembangan suatu respons yang pada mulanya tidak terdapat dalam

Page 12: Psikoterapi Tingkah Laku

perbendaharaan tingkah laku individu. Perkuatan sering digunakan dalam proses

pembentukan respons ini. Jadi, misalnya, jika seorang guru ingin membentuk tingkah

laku kooperatif sebagai ganti tingkah laku kompetitif, dia bisa memberikan perliatian

dan persetujuan kepada tingkah laku yang diinginkannya itu. Pada anak autistik yang

tingkah laku motorik, verbal, emosional, dan sosialnya kurang adaptif, terapis bisa

membentuk tingkah laku yang lebih adaptif dengan memberikan pemerkuat-

pemerkuat primer maupun sekunder.

8. Perkuatan intermiten.

Di samping membentuk, perkuatan-perkuatan bisa juga digunakan untuk

memelihara tingkah laku yang telah terbentuk. Untuk memaksimalkan nilai

pemerkuatpemerkuat, terapis harus memahami kondisi-kondisi umum di mana

perkuatan-perkuatan muncul. Oleh karenanya jadwal-jadwal perkuatan merupakan hal

yang penting. Perkuatan terus-menerus mengganjar tingkah laku setiap kali ia muncul.

Sedangkan perkuatan intermiten diberikan secara bervariasi kepada tingkah laku yang

spesifik. Tingkahlaku yang dikondisikan oleh perkuatan intermiten pada umumnya

lebih tahan terhadap penghapusan di-banding dengan tingkah laku yang dikondisikan

melalui pemberian perkuatan yang terus-menerus.

Dalam menerapkan pemberian perkuatan pada pengubahan tingkah laku, pada

tahap-tahap permulaan terapis harus mengganjar setiap terjadi munculnya tingkah

laku yang diinginkan. Jika mungkin, perkuatan-perkuatan diberikan segera setelah

tingkah laku yang diinginkan itu muncul. Dengan cara ini, penerima perkuatan akan

belajar, tingkah laku spesifik apa yang diganjar. Bagaimanapun, setelah tingkah laku

yang diinginkan itu meningkat frekuensi kemunculannya, frekuensi pemberian

perkuatan bisa dikurangi. seorang anak yang diberi pujian setiap berhasil me

nyelesaikan soal-soal matematika, misalnya, memiliki kecenderungan yang lebih kuat

untuk berputus asa ketika menghadapi kegagalan dibanding dengan opabila si anak

hanya diberi pujian sekali-sekali. Prinsip perkuatan intermiten bisa menerangkan,

mengapa orang-orang bisa tahan dalam bermain judi atau dalam memasang taruhan

pada pacuan kuda. Mereka cukup terganjar untuk bertahan meskipun mereka lebih

banyak kalah ketimbang menang.

9. Penghapusan

Page 13: Psikoterapi Tingkah Laku

Apabila suatu respons terus-menerus dibuat tanpa perkuatan, maka respons

tersebut cenderung menghilang. Dengan demikian, karena pola-pola tingkah laku

yang, dipelajari cenderung melemah dan terhapus setelah suatu periode, cara untuk

menghapus tingkah laku yang maladaptif adalah menarik perkuatan dari tingkah laku

yang maladaptif itu. Penghapusan dalam kasus semacam ini boleh jadi berlangsung

lambat karena tingkah laku yang akan dihapus telah dipelihara oleh perkuatan

intermiten dalam jangka waktu lama. Wolpe (1969) menekankan bahwa nenghentian

pemberian perkuatan harus serentak dan penuh. Misalnya, jika seorang anak

menunjukkan kebandelan di rumah dan di sekolah, orang tua dan guru si anak bisa

menghindari pemberian perhatian sebagai cara untuk menghapus kebandelan anak

tersebut. Pada saat yang sama perkuatan positif bisa diberikan kepada si anak agar

belajar tingkah laku yang diinginkan.

Terapis, guru, dan orang tua yang menggunakan penghapusan sebagai teknik

utama dalam menghapus tingkah lake yang tidak diinginkan harus mencatat bahwa

tingkah laku yang tidak diinginkan itu pada mulanya bisa menjadi lebih buruk

sebelum akhirnya terhapus atau terkurangi. Contohnya, seorang anak yang telah

belajar bahwa dia dengan mengomel biasanya memperoleh apa yang diinginkan,

mungkin akan memperhebat omelannya ketika permintaannva tidak segera dipenuhi.

Jadi, kesabaran menghadapi periode peralihan amat diperlukan.

10. Pencontohan.

Dalam pencontohan, individu mengamati seorang model dan kemudian

diperkuat untuk mencontoh tingkah laku sang model. Bandura (1969) menyatakan

bahwa segenap belajar yang bisa diperoleh melalui pengalaman langsung bisa pula

diperoleh secara tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut

konsekuensi-konsekuensinya. Jadi, keeakapankecakapan sosial tertentu bisa diperoleh

dengan mengamati dan mencontoh tingkah laku model-model yang ada. Juga reaksi-

reaksi emosional yang terganggu yang dimiliki seseorang bisa dihapus dengan cara

orang itu mengamati orang lain yang mendekati objekobjek atau situasi-situasi yang

ditakuti tanpa mengalami akibat-akibat yang menakutkan dengan tindakan yang

dilakukannya. Pengendalian diri pun bisa dipelajari melalui pengamatan atas model

yang dikenai hukuman. Status dan kehormatan model amat berarti; dan orang-orang

pada umumnya dipengaruhi oleh tingkah laku model-model yang nienempati status

yang tinggi dan terhormat di mata mereka sebagai pengamat.

Page 14: Psikoterapi Tingkah Laku

11. Token economy

Metode token economy dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku

apabila persetujuan dan pemerkuat-pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak

memberikan pengaruh. Dalam token economy, tingkah laku yang layak bisa diperkuat

dengan perkuatan-perkuatan yang bisa diraba (tandatanda seperti kepingan logam)

yang nantinya bisa ditukar dengan objek-objek atau hak istimewa yang diingini.

Metode token economy amat mirip dengan yang dijumpai dalam kehidupan nyata di

mana, misainva, para pekerja dibayar untuk hasil pekerjaan mereka. -Penggunaan

tanda-tanda sebagai pemerkuat-pemerkuat bagi tingkah laku yang layak memiliki

beberapa keuntungan: (1) tanda-tanda tidak kehilangan nilai insentifnya, (2) tanda-

tanda bisa mengurangi penundaan yang ada di antara tingkah laku yang layak dengan

ganjarannya, (3) tanda-tanda bisa digunakan sebagai pengukur yang kongkret bagi

motivasi individu untuk niengubali tingkah laku tertentu, (4) tanda-tanda adalah

bentuk perkuatan yang positif, (5) individu memiliki kesempatan untuk memutuskan

bagaimana menggunakan tanda-tanda yang diperolehnya, dan (6) tanda-tanda

cenderung menjembatani kesenjangan yang sering muncul di antara lembaga dan

kehidupan sehari-hari.

Token economy, merupakan salah satu contoh dari perkuatan yang ekstrinsik,

yang menjadikan orang-orang melakukan sesuatu untuk meraili "pemikat di Ujung

tongkat". ,Tujuan prosedur ini adalah mengubah motivasi yang ekstrinsik menjadi

motivasi yang intrinsik. Diharapkan bahwa perolehan tingkah laku yang diinginkan

akhirnya dengan sendirinya akan menjadi cukup mengganjar untuk memelihara

tingkah laku yang baru.