87
1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FREKUENSI PENGAJUAN PEMBIAYAAN UMKM (PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor) Oleh YUNIA INDRIYANI H24103011 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

FREKUENSI PENGAJUAN PEMBIAYAAN UMKM

(PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor)

Oleh

YUNIA INDRIYANI

H24103011

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

Page 2: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

2

ABSTRAK Yunia Indriyani. H24103011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Pengajuan Pembiayaan UMKM (PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor). Dibawah bimbingan Budi Purwanto.

Hasil penelitian Kementrian KUKM yang bekerjasama dengan BPS pada tahun 2003 menunjukkan bahwa 51,09% Usaha Mikro Kecil dan Menengah(UMKM) mengalami kesulitan usaha yang disebabkan oleh masalah permodalan. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tumbuh dan dikenal sebagai agen utama bagi pengembangan UMKM Indonesia diharapkan dapat mengatasi masalah permodalan yang dihadapi oleh sebagian besar UMKM. BPRS Amanah Ummah adalah salah satu BPRS di wilayah Bogor Barat, yang hampir seluruh nasabah pembiayaannya adalah usaha kecil.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengetahui prosedur penyaluran pembiayaan dan skema pembiayaan BPRS, 2) Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemberian pembiayaan oleh BPRS, 3) Mengidentifikasi karakteristik pengusaha dan usaha UMKM, sehingga dapat diketahui prosedur pembiayaan seperti apa yang cocok atau sesuai dengan karakteristik UMKM, 4) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengajuan pembiayaan UMKM pada BPRS.

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2007, di daerah Leuwiliang Bogor. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, data primer dikumpulkan melalui penyebaran kuisioner. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis faktor dan tabulasi. Analisis faktor digunakan untuk mengelompokkan variabel-variabel menjadi lebih ringkas dalam beberapa faktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur yang diterapkan di BPRS Amanah Ummah telah sesuai dengan kondisi nasabah UMKM, dalam artian mudah dipahami oleh nasabah. Nasabah BPRS Amanah Ummah berusia relatif muda, hampir 57,4% berusia dibawah 40 tahun. Latar belakang pendidikan sebagian besar nasabah berada dalam kelompok pendidikan tinggi yaitu SMA dan sarjana dengan pengalaman usaha lebih dari tiga tahun. Jenis usaha sebagian besar nasabah adalah berdagang dengan mempekerjakan 1-4 orang.

Ada tujuh faktor yang mempengaruhi pengajuan pembiayaan nasabah yaitu: prosedur, karakteristik nasabah, atribut bank, pengaruh lingkungan, karakteristik usaha, kebutuhan modal dan pengalaman usaha. Semakin mudah prosedur pengajuan yang ditetapkan BPRS semakin banyak pengajuan oleh nasabah. Karakteristik nasabah yang berpengaruh pada pengajuan adalah keberanian dalam mengambil resiko dan pengetahuan prosedur. Sikap dan penampilan karyawan, lokasi, jam dan hari buka, kredibilitas bank merupakan atribut bank yang menurut nasabah berpengaruh pada keputusan pengajuannya. Pengaruh lingkungan sekitar nasabah seperti keluarga,teman dan promosi ikut andil dalam keputusan pengajuan pembiayaan oleh nasabah. Keuntungan usaha yang besar dan prospek usaha yang menjanjikan memberi pengaruh yang bagus terhadap pengajuan pembiayaan. Semakin banyak pengalaman usaha nasabah dan kebutuhan akan tambahan modal semakin besar keinginan dalam mengajukan pembiayaan.

Page 3: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

3

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

FREKUENSI PENGAJUAN PEMBIAYAAN UMKM

(PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

YUNIA INDRIYANI

H24103011

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

Page 4: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

4

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

FREKUENSI PENGAJUAN PEMBIAYAAN UMKM

(PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

YUNIA INDRIYANI

H24103011

Menyetujui, Juli 2007

Ir Budi Purwanto, ME Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M. Sc

Ketua Departemen

Tanggal Ujian: Tanggal Lulus:

Page 5: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

5

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 3 Juni 1985. Penulis

merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Oyo Sunaryo dan Átikah.

Penulis menghabiskan masa kecilnya di tempat yang sejuk nan indah, salah satu

kota kecil di priangan timur yaitu Tasikmalaya. Pada saat mulai memasuki waktu

bangku kuliah, penulis hijrah ke Bogor.

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Mulyasari Kamulyan pada tahun

1990 dan melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri I Kamulyan. Pada tahun 2000,

penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 01

Manonjaya dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 01

Tasikmalaya. Pada tahun 2003, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor

melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di

Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan

kemahasiswaan baik yang di intra kampus maupun ekstra kampus. Di Fakultas

penulis pernah menjabat sebagai anggota komisi Internal Dewan Perwakilan

Mahasiswa (DPM) Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Periode 2004/2005,

Sekretaris Departemen Soslingmas BEM FEM Periode 2005/2006 dan

kepanitiaan kegiatan seperti BGTC 2006 (Banking Goes to Campus), MPD/MPF

2006, SEASON 2005 (Syariah Economy Seminar and Open House) dan lain-lain .

Selain di Fakultas dan penulis pun pernah aktif dalam kegiatan lingkup IPB

seperti dalam kepanitian BEM EXPO (2004) dan The Earth Day Celebration 2006

(hari bumi). Kegiatan ekstra kampus yang pernah diikuti adalah menjadi salah

satu anggota Yayasan Bening yang bergerak dalam bidang sosial. Penulis juga

memiliki pengalaman sebagai pengajar di Lembaga Pendidikan Success privat.

Page 6: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

6

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis. Shalawat beserta salam

semoga senantiasa tercurah kepada beliau yang menjadi suri tauladan manusia,

rahmat semesta alam Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya, para

sahabatnya, serta pengikutnya yang istiqomah hingga akhir Zaman. Tiada kata

yang layak kita haturkan selain mengucap syukur kepada Allah SWT atas segala

kesempatan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Pengajuan Pembiayaan

UMKM (PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor )”. Skripsi ini disusun

sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen

Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Perubahan orientasi perbankan dari yang selama ini fokus pada usaha

besar menjadi UMKM menarik untuk diteliti. Pemerintah membuat berbagai

paket kebijakan guna mendorong sektor ini, perbankan berlomba-lomba

meningkatkan proporsi kredit UMKM, dan bagaimana dengan daya serap UMKM

sendiri. Salah satu karakteristik pembiayaan UMKM adalah prosedur yang mudah

dan berkembangnya perbankan syariah yang dinilai cocok untuk sektor. Oleh

karena itu penulis sangat tertarik untuk meneliti prosedur pembiayaan BPRS

untuk UMKM, karakteristik usaha dan pengusaha UMKM, dan faktor-faktor yang

berpengaruh pada pengajuan oleh UMKM pada pembiayaan BPRS.

Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak, baik secara

moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Orang tua dan saudaraku tercinta yang telah memberikan kasih sayang

yang tak terbatas, doa dan dukungannya.

2. Bapak Ir Budi Purwanto, ME atas bimbingannya yang begitu berarti

dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Farida Ratna Dewi, SE. MM dan Ibu Wita Juwita Ermawati, STP.

MM atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menjadi dosen

Page 7: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

7

penguji dan memberikan masukan, kritik serta saran sebagai

penyempurnaan skripsi ini.

4. Dr. Ir Jono M Munandar, M. Sc selaku Ketua Departemen Manajemen,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB dan seluruh dosen Departemen

Manajemen yang telah mengajarkan banyak ilmu bagi penulis dan

membantu penulis dalam jalur akademiknya.

5. Bapak Abduh, Mba Dian, Mba Yayuk dan semua karyawan di BPRS

Amanah Ummah yang telah banyak memberikan banyak bantuan,

informasi, pengetahuan dan data yang dibutuhkan.

6. Responden dalam penelitian ini , atas kesediaan dan kerjasamanya.

7. Pak Acep, Mba Dina, Mas Adi, Mas Yadi dan seluruh staff TU

Departemen juga Fakultas yang telah banyak membantu melengkapi

persyaratan admnistrasi, surat-surat dan semua perlengkapan

penelitian.

8. Sobatku Lely”le2”, Tika-chu, ni@, Ndras, Rin2, Else, Ami-ko, Etty,

Ulfa dan semua teman-teman di Manajemen’40 semoga kebersamaan

kita tetap terjalin. Teman-teman se-perjuangan (satu PS) : Prita, Sekar,

Dhika, Mb Yani, atas kerjasama dan dukungannya selama

menyelesaikan tugas akhir ini. Crew Azzahra (Tyaz, Fuji, N’ta, Rin-

ceu, Suzie, bu Rt, Ifi, Sandra-bo, Wida, Dian, Elis, De-dev, dan semua

alumni “Azzahra” lainnya) atas keceriaan, kehangatan, kasih sayang

dan kebersamaannya selama ini. Tazikers (Nenk Tri, Siska, De Anis,

Ibokh,Her2, dkk), Sosling (Dhania, Ntan, Miau, Shidiq n’ Putra) dan

semua X-DPM (2004/2005); X-BEM(2005/2006) yang telah memberi

banyak pengalaman yang begitu berarti.

9. Dan semua pihak, yang tidak bisa penulis sebutkan satu-satu, atas

semua kontribusinya terhadap skripsi ini.

Akhir kata, semoga laporan hasil penelitian yang jauh dari sempurna ini

dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Kritik dan saran yang

membangun sangat diperlukan untuk membuatnya lebih baik.

Bogor, Juli 2007

Penulis

Page 8: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

8

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP ............................................................................... iii

KATA PENGANTAR........................................................................... iv

DAFTAR ISI.......................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR............................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... x

I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 3 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4 1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4 1.5. Ruang Lingkup............................................................................ 5

II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 6 2.1. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)................................. 6

2.1.1. Pengertian BPRS ........................................................... 6 2.1.2. Tujuan dan Kegiatan BPRS ........................................... 6 2.1.3. Kegiatan Operasional BPRS.......................................... 7

2.2. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)........................... 8 2.2.1. Pengertian UMKM ........................................................ 8 2.2.2. Karakteristik UMKM..................................................... 10 2.2.3. Permasalahan UMKM ................................................... 11

2.3. Pembiayaan BPRS pada UMKM............................................... 12 2.3.1. Pengertian Pembiayaan.................................................. 12 2.3.2. Jenis Pembiayaan........................................................... 12

2.4. Penelitian Terdahulu ................................................................... 14

III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 17 3.1. Kerangka Pemikiran.................................................................... 17 3.2. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 20 3.3. Metode Pengambilan Sampel...................................................... 20 3.4. Pengolahan dan Analisis Data..................................................... 21 3.4.1. Uji Validitas ................................................................... 21 3.4.2. Uji Reliabilitas ............................................................... 22 3.4.3. Analisis Deskriptif ......................................................... 22 3.4.4. Analisis Faktor ............................................................... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan.................................................... 24

4.1.1. Lokasi Perusahaan dan Waktu Penelitian ....................... 24 4.1.2. Sejarah Perusahaan ......................................................... 24

Page 9: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

9

4.1.3. Visi dan Misi Perusahaan................................................ 25 4.1.4. Struktur Organisasi ......................................................... 26 4.1.5. Produk –Produk............................................................... 28

4.2. Prosedur Pembiayaan ................................................................. 38 4.3. Karakteristik Responden ............................................................ 43 4.3.1. Usia, Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan ................. 43 4.3.2. Umur Usaha dan Pengalaman Mengajukan Pembiayaan 44 4.3.3. Pengetahuan tentang Pembiayaan Syariah, Prosedur dan Sumber Informasi...................................... 45 4.3.4. Jenis Usaha, Jumlah Tenaga Kerja dan Skala Usaha...... 45 4.3.5. Tingkat Keuntungan dan Manajemen Usaha .................. 46 4.3.6. Hubungan Jarak dan Pengalaman Mengajukan .............. 47 4.3.7. Hubungan Jenis Kelamin, Pengalaman Usaha dan Skala Usaha .............................................................. 47 4.3.8. Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengalaman Usaha dan Skala Usaha .............................................................. 48 4.3.9. Hubungan Tingkat Pendidikan, Pegalaman Mengajukan dan Pengetahuan tentang Pembiayaan Syariah .............. 49

4.4. Aspek-Aspek Lain...................................................................... 49 4.4.1. Jenis Pembiayaan, Jangka Waktu Pembayaran dan Pengalaman Terlambat Membayar Cicilan..................... 49 4.4.2. Penilaian Nasabah Terhadap Persyaratan Awal, Biaya Administrasi, dan Jangka Waktu Pembayaran ..... 50

4.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengajuan Pembiayaan ..... 52

V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 60 1. Kesimpulan ................................................................................... 60 2. Saran.............................................................................................. 61

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 62

LAMPIRAN........................................................................................... 64

Page 10: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

10

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Peranan UMKM dalam perekonomian Nasional 2002-2005................. 1 2. Kinerja BPR ........................................................................................... 2 3. Jumlah penghimpunan berdasarkan akad dan nasabah BPRS Amanah Ummah periode tahun 2005-2006 ........................................... 29

4. Data jumlah nasabah dan nominal pembiayaan per-akad PT BPRS Amanah Ummah tahun 2005-2006........................................ 36

5. Data jumlah nasabah dan nominal pembiayaan per-sektor ekonomi PT BPRS Amanah Ummah tahun 2005-2006........................................ 37 6. Data jumlah nasabah dan nominal pembiayaan per- lokasi PT BPRS Amanah Ummah tahun 2005-2006........................................ 37

7. Data sebaran nasabah berdasarkan usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan................................................................................... 44

8. Data sebaran nasabah berdasarkan umur usaha dan pengalaman mengajukan pembiayaan......................................................................... 44

9. Data sebaran nasabah berdasarkan jenis usaha, jumlah tenaga kerja dan skala usaha........................................................................................ 46 10. Data sebaran nasabah berdasarkan tingkat keuntungan dan

manajemen keuangan usaha.................................................................... 46 11. Data sebaran nasabah berdasarkan jarak lokasi bank dan

pengalaman mengajukan......................................................................... 47 12. Data sebaran nasabah berdasarkan hubungan antara jenis kelamin,

skala usaha dan pengalaman usaha ......................................................... 48 13. Data sebaran nasabah berdasarkan tingkat pendidikan, skala usaha

dan pengalaman usaha............................................................................. 48 14. Data sebaran nasabah berdasarkan tingkat pendidikan, pengalaman

mengajukan dan pengetahuan pembiayaan............................................. 49 15. Data sebaran nasabah berdasarkan jenis pembiayaan, jangka

waktu pembayaran dan pengalaman menunggak.................................... 50 16. Penilaian nasabah terhadap persyaratan-persyaratan,

biaya administrasi dan jangka waktu pembayaran.................................. 51 17 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengajuan pembiayaan.................... 55

Page 11: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

11

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka penelitia ................................................................................... 19 2. Skema pembiayaan Mudharabah............................................................. 30 3. Skema pembiayaan Musyarakah.............................................................. 31 4. Skema pembiayaan Murabahah dalam teori............................................ 32 5. Skema pembiayaan Murabahah dalam praktek....................................... 33 6. Skema pembiayaan Ijarah........................................................................ 35 7. Skema pembiayaan Qardhul Hasan......................................................... 35 8. Tahapan persetujuan pengajuan pembiayaan BPRS Amanah Ummah.... 41 9. Sebaran sumber informasi pembiayaan syariah....................................... 45

Page 12: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

12

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Struktur organisasi PT BPRS Amanah Ummah ..................................... 65 2. Prosedur pembiayaan PT BPRS Amanah Ummah ................................ 66 3. Hasil-hasil analisis .................................................................................. 67 4. Kuisioner ................................................................................................. 70

Page 13: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

13

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada saat krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia tahun 1997, salah satu

sektor perekonomian yang masih dapat bertahan adalah sektor Usaha Mikro

Kecil dan Menengah (UMKM). Hal ini menunjukkan bahwa UMKM

memiliki keunggulan komparatif dan perlu terus dikembangkan. UMKM

memiliki kemampuan untuk menyelamatkan roda perekonomian nasional,

terlihat dari kontribusinya pada Produk Domestik Bruto (PDB) dan

penciptaan lapangan pekerjaan .

Tabel 1. Peranan UMKM dalam perekonomian Nasional 2003-2006

Indikator 2003 2004* 2005 2006 Jumlah UMKM (juta unit) 42,4 43,7 44,7 48,9Total UMKM /Total usaha (%) 99,8 99,9 99,9 99,98Tenaga kerja UMKM (juta orang) 70,00 75,5 83,2 85,4

Tenaga kerja UMKM/Total TK (%) 67,00 69,00 93,58 96,18

PDB UMKM (Rp. Triliun) 1.013,5 930,035 988,125 1778,7PDB UMKM/ Total PDB (%) 63,5 56,13 56,5 53,3Keterangan : * data sementara dari BI Sumber: Meneg Kop-UKM dan BPS

Dalam rangka pembinaan dan pengembangan UMKM, pemerintah telah

menghimbau perbankan untuk meningkatkan penyaluran kredit pada

UMKM. Pada tahun 2007 komitmen perbankan dalam penyaluran kredit ke

segmen UMKM mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2006, akan

tetapi dari komitmen kredit tahun 2006 hanya diserap oleh UMKM sekitar 80

%. Komposisi terbesar kredit UMKM ditujukan bagi sektor usaha mikro

yaitu sebesar Rp 31,18 triliun, diikuti usaha kecil Rp 27,75 triliun dan usaha

menengah Rp 28,68 triliun.

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tumbuh dan dikenal sebagai agen utama

bagi pengembangan UMKM di Indonesia diharapkan dapat mengatasi

masalah permodalan yang dihadapi oleh sebagian besar UMKM. BPR

bersama dengan BRI Unit dan Badan Kredit Desa merupakan penyumbang

Page 14: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

14

utama dalam menghimpun dana dan pemberian kredit masing-masing sebesar

95% dan 78% dibanding seluruh LKM yang ada (www.kompas.com. 2004).

Data dari Bank Indonesia menunjukan adanya peningkatan drastis jumlah

rekening nasabah di BPR dari 1,67 juta pada tahun 2000 menjadi sebesar

2,376 juta rekening nasabah pada tahun 2005. Jumlah kredit yang diberikan

juga mengalami peningkatan rata-rata yang signifikan yaitu naik sebesar

18,03% per tahun.

Tabel 2. Kinerja BPR

Tahun 2003 2004 2005 2006

Jumlah BPR 2. 419 2.158 2.009 1.091

Total Aktiva 12.635 16.707 20.393 22.825

Total Dana Pihak Ketiga 8.868 11. 161 13.178 15.561

Kredit Yang Diberikan 8.985 12.149 14.654 17.041

Jumlah Rekening 1.672.000 2.167.000 2.376.000 2.445.000

Keterangan : Jumlah Aktiv dan Kredit dalam Miliar Rupiah Sumber : Direktorat Pengawasan BPR Bank Indonesia

Menurut UU No 10 tahun 1998, ada dua jenis Bank Perkreditan Rakyat

(BPR) yaitu BPR yang melaksanakan kegiatan usahanya secara

konvensional dan BPR yang berdasarkan prinsip syariah. BPRS merupakan

lembaga keuangan syariah yang cocok dalam membangun dan

mengembangkan UMKM. Fokus utama usaha BPRS pada pembentukan

dan pengembangan UMKM dengan menyediakan modal untuk usaha

bukan kredit konsumtif, tidak memberikan kredit melainkan pembiayaan

(pemodalan), resiko usaha ditanggung bersama, bentuk usahanya berbentuk

investasi bersama (partnership) dengan sistem bagi hasil dan bagi resiko,

memiliki cara untuk meringankan calon nasabah dari keharusan memiliki

jaminan kredit (collateral).

BPRS Amanah Ummah merupakan BPR Syariah yang beroperasi di

wilayah Bogor Barat. Sama halnya dengan BPR, kegiatan operasional

BPRS Amanah Ummah adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

menyalurkan kembali ke masyarakat. Total dana pihak ketiga yang berhasil

dikumpulkan BPRS Amanah Ummah pada tahun 2006 mencapai Rp.

Page 15: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

15

24.218. 057.000, sedangkan total pembiayaan yang telah disalurkannya

adalah sebesar Rp 19.046.542.000. Dari data ini dapat dilihat bahwasanya

masih banyak dana yang belum terserap oleh masyarakat terutama UMKM.

1.2. Rumusan Masalah

Jumlah UMKM yang telah menikmati fasilitas kredit perbankan cukup

bervariasi. BI memperkirakan 33,8% UMKM sudah menikmati kredit,

sedangkan BPS mencatat hanya 18,4%. Dari data tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa masih banyak UMKM yang belum memperoleh kredit,

sedangkan dana yang mengendap di perbankan masih cukup banyak.

Mengapa penyaluran pembiayaan untuk UMKM masih kecil ?.

Ada beberapa permasalahan dalam pembiayaan dari perbankan

terhadap UMKM. Permasalahan ini bisa dilihat baik dari perspektif

UMKM maupun perbankan. Permasalahan atau kendala yang berasal dari

bank diantaranya persyaratan jaminan fisik, suku bunga yang ditetapkan

untuk kredit UMKM terlalu tinggi, bank menilai UMKM beresiko tinggi

tapi keuntungannya kecil, bank merasa kesulitan dalam mencari UMKM

potensial. Hal ini mencerminkan bahwa pihak perbankan belum mengenal

betul UMKM. Lemahnya sosialisasi dan pembinaan dari perbankan

merupakan masalah lain yang berakibat pada rendahnya penyerapan

pembiayaan UMKM pada perbankan. Selain dari pihak perbankan,

permasalahan ini juga berasal dari UMKM sendiri. Banyak UMKM yang

belum memenuhi persyaratan tekhnis perbankan atau belum bankable.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kementrian KUKM yang

bekerjasama dengan BPS pada tahun 2003 menyebutkan bahwa alasan

alasan yang menyebabkan UMKM tidak meminjam ke bank adalah karena

prosedur yang sulit, tidak berminat, tidak punya agunan, tidak tahu

prosedur, suku bunga tinggi dan proposal ditolak.

Prosedur sulit yang menjadi penyebab utama keengganan UMKM

untuk mengajukan ke bank antara lain disebabkan oleh prinsip kehati-

hatian yang harus dijalankan perbankan sebagai bagian bagian dalam

manajemen resiko dalam penyaluran kredit. Untuk permasalahan suku

bunga yang tinggi. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang kegiatan usahanya

Page 16: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

16

berdasarkan perinsip syariah melarang penerapan bunga (riba) pada

penyaluran dananya termasuk pada pembiayaannya. Sebagai gantinya BPR

Syariah menetapkan sistem bagi hasil.

Untuk itu diperlukan sebuah penelitian untuk melihat:

1. Bagaimana prosedur penyaluran pembiayaan yang diterapkan di

BPRS Amanah Ummah ?

2. Faktor-faktor apa yang menjadi bahan pertimbangan BPRS Amanah

Ummah dalam menyalurkan pembiayaan pada UMKM ?

3. Bagaimana karakteristik UMKM nasabah BPRS Amanah Ummah?

4. Faktor–faktor yang mempengaruhi pengajuan pembiayaan oleh

UMKM ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui prosedur penyaluran dan skema pembiayaan oleh BPRS

terhadap UMKM

2. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemberian pembiayaan

oleh BPRS

3. Mengidentifikasi karakteristik pengusaha dan usaha UMKM,

sehingga dapat diketahui prosedur pembiayaan seperti apa yang

cocok atau sesuai dengan karakteristik UMKM.

4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengajuan oleh

UMKM terhadap pembiayaan BPRS.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Tersedianya informasi tentang karakteristik UMKM, faktor-faktor

yang mempengaruhi UMKM dalam mengajukan pembiayaan

diharapkan dapat menjadi masukan untuk BPRS dalam menyusun

strategi penyaluran pembiayaan sehingga peran BPRS menjadi lebih

optimal.

2. Dengan tersedianya informasi yang terkait dengan pembiayaan,

maka diharapkan akan meningkatkan minat UMKM untuk

Page 17: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

17

mengajukan pembiayaan ke BPRS. Sehingga penyerapan

pembiayaan oleh UMKM dapat meningkat.

3. Bagi peneliti sendiri adalah untuk menambah wawasan, melatih daya

analisis, dan pengalaman, serta bagi pihak-pihak lain yang

membutuhkan informasi terkait dengan penelitian ini.

1.5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Fokus pada pembahasan ekonomi syariah dengan semua jenis

pembiayaan yang dilaksanakan di BPRS Amanah Ummah.

2. Fokus pada proses pengajuan pembiayaan dan tahapan-tahapan

analisa pembiayaan. Penelitian tidak membahas tentang tahapan

pencairan, pengawasan dan pengembalian pinjaman nasabah.

Page 18: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

18

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)

2.1.1. Pengertian BPRS

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998

tentang perbankan, pengertian BPRS adalah bank yang melaksanakan

kegiatan usaha berdasarkan perinsip syariah yang dalam kegiatannya

tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran. BPRS yang

kegiatannya bersentuhan langsung dengan rakyat mempunyai peranan

sangat penting dalam mewujudkan perekonomian dalam

pengembangan sektor rill di golongan masyarakat kecil khususnya

melayani kebutuhan transaksi perbankan baik dalam penghimpunan

dana maupun untuk penyaluran pembiayaan dengan menggunakan

pola syariah.

2.1.2. Tujuan dan Kegiatan Usaha BPRS

Tujuan operasional BPR Syariah, yaitu (i) meningkatkan ekonomi

umat islam terutama ekonomi masyarakat lemah yang pada umumnya

berada di pedesaan; (ii) menambah lapangan pekerjaan; (iii) membina

ukhuwah islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka

meningkatkan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang

memadai.

Menurut Undang–Undang RI Nomor 10 Tahun 1998, usaha yang

boleh dilakukan BPR baik yang konvensional maupun syariah

diantaranya:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

berupa deposito berjangka, tabungan, dan bentuk lain yang

dipersamakan dengan itu

2. Memberikan kredit

3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan

perinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia

Page 19: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

19

4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia

(SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan tabungan pada

bank lain.

Sedangkan usaha yang tidak boleh dilakukan oleh BPR baik yang

konvensional maupun syariah diantaranya:

(i) Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu

lintas pembayaran

(ii) Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing

(iii) Melakukan penyertaan modal

(iv) Melakukan usaha perasuransian

(v) Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha yang telah

disebutkan di atas

2.1.3. Kegiatan Operasional BPRS

Kegiatan-kegiatan operasional BPRS adalah sebagai berikut

(Sumitro dalam Kusafarida, 2003):

1. Mobilisasi dana masyarakat

BPRS akan mengerahkan dana masyarakat dalam berbagai bentuk,

seperti simpanan wadiah, fasilitas tabungan dan deposito berjangka.

a. Simpanan Amanah

BPR Syariah menerima titipan amanah berupa dana infak, zakat dan

sedekah. Akad penerimaan titipan ini adalah wadiah yaitu titipan

yang tidak mengandung resiko, BPRS akan memberi profit dari

bagi hasil yang didapat melalui pembiayaan bagi masyarakat.

b. Tabungan wadiah

BPR Syariah menerima tabungan, baik pribadi maupun badan usaha

dalam bentuk tabungan bebas dengan akad penerimaannya

berdasarkan wadiah. Bank akan memberikan kadar profit kepada

sejumlah tertentu dari bagi hasil yang diperoleh bank dalam

pembiayaan kredit kepada nasabah, yang dihitung secara harian dan

dibayar setiap bulan. Penabung akan mendapatkan buku tabungan

untuk mencatat mutasi dan baki.

Page 20: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

20

c. Deposito wadiah atau Deposito Mudharabah

BPR Syariah menerima deposito berjangka baik pribadi atau

lembaga. Akad berdasarkan wadiah atau mudharabah dimana bank

menerima dana masyarakat berjangka satu, tiga enam, dua belas

bulan dan seterusnya, sebagai penyertaan sementara pada bank.

Deposan yang akad depositonya wadiah mendapat nisbah bagi hasil

yang ditetapkan bank dalam pembiayaan/kredit nasabah, dibayar

setiap bulan.

2. Penyaluran dana

BPRS akan menyalurkan dana masyarakat dalam bentuk,

seperti pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah,

pembiayaan bai’u bithaman ajil, pembiayaan murabahah, dan

pembiayaan qardhul hasan.

Kusafarida (2003) dalam penelitiannya yang berjudul

”Perbandingan Analisis Kinerja Keuangan antara BPR

Konvensional dengan BPR Syariah” memaparkan bahwa BPRS

relatif lebih efektif dalam penyaluran kredit, hal ini berdasar pada

tanggapan nasabah, besarnya jumlah pinjaman dan jangkauan

pelayanan. Dari hasil analisis ini juga disimpulkan bahwa BPR

dengan sistem syariah memiliki kemampuan yang lebih besar dalam

memfasilitasi permodalan UMKM. Selain itu sistem bagi hasil yang

diberlakukan pada sistem syariah terbukti mampu mempertahankan

kinerja bank dalam kondisi stabil.

2.2. UMKM

2.2.1. Pengertian UMKM

Menurut Soejoedono (2004), pengertian tentang usaha kecil

menengah tidak selalu sama di setiap negara, tergantung konsep yang

digunakan oleh negara tersebut. Seperti halnya pengertian UKM jika

dilihat dari kriteria jumlah pekerja yang dimiliki, akan berbeda antara

negara yang satu dengan negara yang lain. Usaha yang termasuk

kriteria UKM di Amerika adalah yang memiliki jumlah karyawan

Page 21: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

21

kurang dari 500 orang. Sementara di Negara Prancis, yang termasuk

kategori usaha menengah adalah yang memiliki jumlah karyawan 10-

40 orang, dan yang termasuk kriteria usaha kecil yaitu usaha yang

jumlah karyawannya kurang dari 10 orang.

Definisi atau kriteria yang digunakan untuk usaha kecil dan

menengah di Indonesia sudah tidak sesuai dengan kondisi dunia usaha

dan kurang dapat digunakan sebagai acuan oleh instansi atau institusi

lain, sehingga setiap institusi menggunakan definisi yang berbeda.

Institusi yang menggunakan kriteria berbeda antara lain, BPS,

Deperindag, dan Bank Indonesia. Sebagai contoh BPS menggunakan

kriteria jumlah pekerja untuk mendefinisikan UKM. Menurut BPS

yang termasuk kategori usaha mikro adalah jika jumlah karyawannya

kurang dari 5 orang, termasuk kategori usaha kecil jika jumlah

karyawan 5-19 orang, dan yang termasuk kategori usaha menengah

adalah jika jumlah karyawan yang dimiliki terdiri atas 20-99

karyawan.

Menurut Undang–Undang kriteria UMKM adalah sebagai berikut:

a) Usaha Mikro

Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 40/KMK. 06/ 2003, usaha

mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga

Negara Indonesia dan memiliki hasil yang penjualan mencapai angka

Rp. 100.000.000,00 per tahun, dengan pengajuan kredit ke bank

maksimal sebesar Rp 50.000.000.

b) Usaha Kecil

Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995, usaha kecil adalah

usaha produktif yang bersekala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan

bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak

Rp 1.000.000.000 per tahun serta dapat menerima kredit bank

maksimal di atas Rp 50.000.000 – 500.000.000.

Page 22: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

22

c) Usaha Menengah

Menurut Inpres No. 10 tahun 1998, usaha menengah adalah usaha

bersifat produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih

lebih besar dari Rp 200.000.000 sampai dengan Rp 10.000.000.000,

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta dapat

menerima kredit dari bank sebesar Rp 500.000.000 sampai dengan Rp

5.000.000.000.

2.2.2. Karakteristik UMKM

Gadeke dan Tootelian dalam Soejoedono (2004), suatu komite untuk

pengembangan ekonomi (Committe of Economic Development) yang

bertempat di Amerika Serikat mengajukan konsep tentang usaha skala

kecil/menengah dengan lebih menekankan pada kualitas atau mutu

daripada kriteria kuantitatif untuk membedakan perusahaan, usaha kecil

menengah dan besar, ada empat aspek yang dapat digunakan dalam

konsep UMK tersebut, yaitu:

1. Kepemilikan, usaha kecil dan menengah dimiliki oleh individu atau

keluarga. Selain sebagai pemilik usaha, mereka juga bertindak

sebagai pengelola usaha tersebut.

2. Operasinya terbatas pada lingkungan atau kumpulan modal. Hal ini

dikarenakan karakter UKM bergantung pada pemasok dan pelanggan

di lingkungan sekitarnya.

3. Wilayah operasinya terbatas pada lingkungan sekitarnya, meskipun

pemasaran dapat melampaui wilayah lokalnya.

4. Ukuran dari perusahaan yang bersangkutan lebih kecil dibandingkan

dengan perusahaan lainnya dalam bidang yang sama. Yang dimaksud

bisa jumlah pekerja/karyawan atau satuan lainnya yang signifikan.

Menurut Soejoedono (2004), kriteria umum UKM dilihat dari ciri-

cirinya pada dasarnya bisa dianggap sama, yaitu sebagai berikut:

1. Struktur organisasi yang sangat sederhana, hanya terdiri dari pemilik

dan pekerja.

2. Tanpa staf yang berlebihan (jumlah tenaga kerja yang sedikit).

Page 23: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

23

3. Pembagian kerja yang kendur, setiap pekerja dapat mengerjakan

disemua bagian produksi.

4. Memiliki hirarki manajerial yang pendek, perintah dari pemilik

secara langsung disampaikan secara lisan, tidak melalui hierarki

yang panjang.

5. Aktivitas sedikit formal, dan sedikit menggunakan proses

perencanaan.

6. Kurang membedakan asset pribadi dan asset perusahaan.

2.2. Permasalahan UMKM

Dari hasil penelitian yang dilakukan Lembaga Manajemen FE UI

tahun 1987, menyimpulkan bahwa masalah utama yang dihadapi oleh

UMKM berdasarkan tahapan perkembangan usaha, adalah sebagai

berikut:

a. Sebelum investasi : permodalan, kemudahan usaha (lokasi, izin).

b. Pengenalan usaha : pemasaran, permodalan, hubungan usaha.

c. Peningkatan usaha : pengadaan bahan atau barang.

Permasalahan lain yang dialami usaha kecil adalah resiko menurunnya

usaha yang disebabkan karena kurangnya modal, kurangnya kemampuan

memasarkan produk, kurang keterampilan tekhnis dan administrasi.

Anggraeni (2005), dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis

Efektivitas Kredit UMKM” menyimpulkan bahwa permasalahan yang

dihadapi UMKM adalah masalah pemasaran, masalah teknologi,

masalah manajemen keuangan dan masalah permodalan. Hal ini

menunjukkan bahwa pangsa pasar yang dijangkau para pengusaha kecil

belum meluas, teknologi yang digunakan UMKM masih sederhana dan

seadanya, sedangkan dalam mengelola keuangan kebanyakan UMKM

tidak menggunakan pencatatan keuangan, tetapi hanya menggunakan

perhitungan sederhana. Modal merupakan masalah yang memiliki

tingkat paling tinggi antara yang lain.

Page 24: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

24

2.3. Pembiayaan BPRS pada UMKM

2.3.1. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai

untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka

waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Undang-Undang

Perbankan No 10 Tahun 1998).

Menurut Tangkilisan (2003) ada dua istilah yang berbeda tapi

mengandung perinsip yang sama yaitu kredit dan pembiayaan.

Perbedaan antara kredit dan pembiayaan terletak pada bentuk

kontrapretasinya yang akan diberikan nasabah peminjam dana

(debitur) pada bank atas pemberian kredit atau pembiayaannya. Pada

bank konvensional kontraprestasinya berupa bunga, sedangkan bank

syariah kontraprestasinya dapat berupa imbalan atau bagi hasil sesuai

dengan persetujuan atau kesepakatan bersama.

2.3.2. Jenis Pembiayaan

Menurut Arifin (2006), Kegiatan pembiayaan merupakan salah

satu tugas pokok bank yaitu memberikan fasilitas penyediaan dana

untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit,

yang menurut sifat penggunaannya pembiayaan dapat di bagi dalam

dua yaitu: (i) memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis

dipakai untuk pemenuhan kebutuhan tersebut; (ii) untuk kebutuhan

produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha

produksi, perdagangan maupun investasi.

Menurut penggunaannya, pembiayaan produktif dapat dibagi

dalam dua: pertama pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang

diperlukan untuk peningkatan produksi baik secara kuantitatif

maupun kualitatif dan untuk keperluan perdagangan atau peningkatan

utility of place dari suatu barang. Kedua pembiayaan investasi, yaitu

untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods)

Page 25: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

25

beserta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan kegiatan

investasi tersebut.

Menurut Peraturan Bank Indonesia No 6/19/PBI/2004, jenis

pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang ada di BPRS adalah

sebagai berikut:

a. Pembiayaan berdasarkan perinsip bagi hasil

1) Mudharabah

Mudharabah adalah perjanjian antara BPRS sebagai penyedia

dana dengan nasabah sebagai pengelola dana untuk

melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian

keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang

telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung

penyedia dana kecuali kerugian akibat kesalahan yang

disengaja, kelalaian atau pelanggaran kesepakatan yang

dilakukan oleh pengelola dana.

2) Musyarakah

Musyarakah adalah perjanjian antara BPRS sebagai

penyediaan dana dengan penyedia dana lainnya untuk

membiayai usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan

diantara penyedia dana berdasarkan nisbah yang disepakati

sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung semua penyedia

dana berdasarkan porsi dana masing-masing pihak.

b. Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli

1) Murabahah

Murabahah adalah perjanjian jual beli barang sebesar

harga pokok barang ditambah dengan marjin keuntungan

yang disepakati antara BPRS sebagai penjual dengan

nasabah sebagai pembeli yang pembayarannya dilakukan

secara tangguh.

2) Salam

Salam adalah perjanjian jual beli barang dengan

pembayaran lunas dimuka oleh BPRS sebagai pembeli

Page 26: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

26

kepada nasabah sebagai penjual yang berkewajiban

menyerahkan barang pesanan berdasarkan jangka waktu,

kriteria, dan persyaratan yang disepakati, dan barang

tersebut akan dijual kembali oleh BPRS kepada pihak lain.

3) Istishna

Istishna adalah perjanjian jual beli barang dengan pesanan

berdasarkan jangka waktu, kriteria, dan persyaratan yang

disepakati, yang pembayarannya dilakukan secara tangguh

oleh nasabah sebagai pembeli kepada BPRS sebagai

penjual setelah barang pesanan diterima oleh nasabah.

c. Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa menyewa

Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang (aktiva

Ijarah atau uang Ijarah) antara BPRS sebagai pihak yang

menyewakan dengan nasabah sebagai pihak penyewa dalam

jangka waktu tertentu. Aktiva Ijarah adalah aktiva yang

diperoleh atau dibeli BPRS untuk tujuan disewakan.

Sedangkan uang Ijarah adalah uang muka sewa yang dibayar

oleh BPRS kepada pihak pemilik barang, selanjutnya barang

tersebut disewakan kepada nasabah.

d. Pembiayaan berdasarkan prinsip jasa

Qardh adalah perjanjian pinjam meminjam dana antara BPRS

sebagai pemberi pinjaman dengan nasabah sebagai pihak

peminjam yang mewajibkan pihak peminjam untuk melakukan

pengembalian pokok pinjaman tanpa imbalan yang

diperjanjikan di muka secara sekaligus atau cicilan dalam

jangka waktu tertentu.

2.4. Penelitian Terdahulu

Firmansyah (2001) dalam penelitiannya yang berjudul “Karakteristik,

Permasalahan dan Pertumbuhan Skala Usaha Industri Kecil dan

Menengah” menyebutkan bahwa untuk memahami berbagai kendala dan

faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika pengembangan usaha adalah

melalui pendekatan karakteristik pengusaha dan usahanya. Analisis

Page 27: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

27

mengenai karakteristik pengusaha meliputi berbagai aspek seperti : umur,

pendidikan, lama usaha, pekerjaan orang tua dan lama usaha. Sementara

analisis tentang karakteristik usaha akan dilihat dari segi permodalan,

tenaga kerja, produksi dan pemasaran, dan dilanjutkan dengan kajian

mengenai kemitraan atau kerjasama.

Hartati (2005), dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh

Pembiayaan Terhadap Pertumbuhan Penjualan, Laba, dan Aset Nasabah

(Studi Kasus Pembiayaan Murabahah di PT BPRS Amanah Ummah)”

menyimpulkan karakteristik nasabah pembiayaan murabahah dari BPRS

tersebut didominasi oleh pedagang. Motivasi mereka mengajukan

pembiayaan adalah untuk menambah modal dan mengembangkan usaha.

Hampir seluruh nasabahnya tidak memiliki laporan keuangan. Pembiayaan

murabahah memberikan pengaruh terhadap rata-rata kapasitas penjualan

per harinya, pada laba dan aset yang dimiliki. Semakin besar pembiayaan

yang diperoleh maka semakin tinggi laba dan aset nasabah, sehingga usaha

usaha nasabah mengalami pertumbuhan.

Irvansyah (2005), dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Pembiayaan dengan Metode Mudharabah dan

Musyarakah (Studi Kasus Nasabah PT. Permodalan Nasional Madani

Jakarta)” menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah

pembiayaan dan berpengaruh nyata adalah tingkat pengembalian yang

diharapkan, tingkat besarnya jaminan, pengaruh jaminan dan pencataan

keuangan.

Ekowati dalam Anggraeni (2006), dengan judul penelitian “ Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Debitur dalam Pengembalian

Kredit dan Penilaian Atribut Lembaga Keuangan yang Ideal”

menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi debitur

mengambil kredit secara umum yaitu skala usaha, frekuensi, periode

angsuran dan lama interaksi dengan lembaga keuangan. Diantara atribut

yang diajukan untuk dinilai debitur berturut-turut dari tingkat

kepentingannya : lokasi strategis, sistem pelayanan, tingkat suku bunga,

Page 28: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

28

performan karyawan, kredibilitas lembaga keuangan, materi komunikasi,

kecanggihan teknologi dan jam atau hari buka.

Pursito (2003) dalam penelitiannya yang berjudul ” Kajian Efektivitas

dan Faktor- Faktor Penyaluran Kredit dalam Pembiayaan Industri Kecil dan

Menengah Pangan oleh BRI di Semarang” menyebutkan bahwa faktor –

faktor yang mempengaruhi terhadap pengambilan kredit adalah umur,

tingkat pendidikan, jumlah tanggungan karyawan, pengalaman usaha,

pengalaman pengambilan kredit, tingkat pengenalan pegawai, biaya

transportasi dan jarak lokasi dari penerima ke bank.

Page 29: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

29

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

UMKM memiliki karakteristik pembiayaan yang unik, yakni diperlukan

ketersediaan dana tepat waktu, jumlah dan sasaran yang tepat, prosedur

yang relatif sederhana. Akses yang mudah dan sederhana merupakan faktor

penting bagi pengusaha kecil untuk melakukan pinjaman atau pembiayaan

pada perbankan. Pada umumnya suatu lembaga keuangan yang ideal

menurut pengusaha kecil adalah lembaga keuangan dengan prosedur

mudah, persyaratan dan jaminan yang ringan, tingkat bunga yang rendah.

BPRS adalah lembaga keuangan mikro syariah formal. BPRS

merupakan pihak yang menjadi perantara untuk menyalurkan pembiayaan

kepada UMKM. BPRS menetapkan prosedur tertentu dalam perolehan

pembiayaan, sehingga untuk mendapatkan pembiayaan, calon debitur harus

melalui prosedur yang telah ditetapkan. Untuk mendapatkan pembiayaan,

secara garis besar calon nasabah harus melewati suatu proses yaitu:

pengajuan pembiayaan oleh nasabah, analisa pembiayaan oleh BPRS, tahap

pencairan dan pembayaran kembali (pengembalian).

Keputusan pengajuan pembiayaan nasabah akan dipengaruhi oleh

beberapa faktor, baik yang berasal internal maupun eksternal. Karakteristik

usaha dan individu nasbah disebut sebagai faktor internal, sedangkan

pengaruh lingkungan dan atribut bank merupakan faktor eksternalnya.

Pada tahap pengajuan nasabah akan diminta oleh pihak BPRS untuk

melengkapi beberapa persyaratan yaitu: persyaratan administrasi dan

persyaratan jaminan. Dalam penilaian kelayakan calon nasabah untuk

menerima pembiayaan yang diajukannya, ada beberapa faktor

dipertimbangkan oleh BPRS diantaranya: penilaian kredibilitas calon

nasabah berdasar pada prinsip 5C (Character, Capability, Capital,

Condition of Economic dan Collateral), tingkat profit, besarnya biaya dana

(biaya operasional, biaya administrasi, dan besar bagi hasil untuk nasabah),

catatan keuangan UMKM. Pada tahapan pencairan BPRS akan melakukan

kesepakatan dengan nasabah mengenai biaya administrasi, besarnya

Page 30: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

30

angsuran dan jangka waktu pembayaran. Baru kemudian nasabah akan

menunggu waktu pencairan dana.

Yang pertama kali akan diteliti karakteristik UMKM. Karakteristik ini

terbagi jadi dua bagian, yakni karakteristik individu pengusaha dan

karakteristik usaha. Untuk menganalisis karakteristik pengusaha dan usaha

UMKM menggunakan analisis deskriptif. Untuk menganalisis faktor-faktor

yang mempengaruhi pengajuan, variabel–variabel yang di masukan dalam

pertanyaan berasal dari bank, UMKM sendiri dan lingkungan. Untuk

menganalisis faktor tersebut digunakan analisis faktor.

Page 31: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

31

keterangan: --------- tidak diteliti Instansi Proses

Variabel

Gambar 1. kerangka pemikiran penelitian

Persyaratan: • Persyarataan

administrasi • Persyaratan

jaminan

Pencairan

Kesepakatan • Biaya

Administrasi • Besar Angsuran • Jangka waktu

pembayaran • Jangka waktu

Pencairan

Pengembalian

UMKM BPRS Pembiayaan

Pengajuan

Prinsip 5 C • Character • Capability • Capital • Condition of

Economic • Collateral

Analisa Pembiayaan

Lingkungan Karakteristik Pengusaha

Karakteristik usaha

Atribut Bank

Page 32: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

32

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan

data sekunder

a. Data primer

Data primer diperoleh melalui pengisian kuisioner, pencatatan, dan

pengumpulan data dengan dokumen dan wawancara langsung dengan

staf ahli yang terkait dengan penelitian. Pengisian kuisioner dan

wawancara dilakukan langsung dengan responden yang berasal dari

UMKM sebagai pihak yang diberi pembiayaan. Hal ini dilakukan untuk

mengumpulkan data tentang karakteristik pengusaha UMKM,

karakteristik usaha UMKM, dan faktor-faktor yang mempengaruhi

pengajuan pembiayaan UMKM ke BPRS. Untuk mengumpulkan data

tentang skema penyaluran pembiayaan, prosedur pembiayaan dan faktor-

faktor yang dipertimbangkan dalam pemberian pembiayaan diperoleh

dari pihak BPRS dengan mengumpulkan dokumen–dokumen dan

wawancara.

b. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan diperoleh dari literatur –literatur yang

mendukung penelitian, baik dari buku, majalah, data perusahaan dan

internet.

3.3. Metode Pengambilan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah UMKM yang menjadi nasabah BPRS

Amanah Ummah. Pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan dengan

metode non-probability sampling. Teknik pengambilan sample adalah

dengan purposive sampling (pengambilan contoh secara sengaja) dengan

pertimbangan kemudahan dan keterwakilan. Responden pada penelitian ini

adalah nasabah pembiayaan yang sedang pada tahap pencairan, nasabah

yang sedang membayar cicilan dan nasabah yang sedang mengajukan

pembiayaan.

Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 61 responden. Hal ini

berdasar pada sebaran normal dan diasumsikan bahwa 61 responden

Page 33: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

33

tersebut mampu mewakili jumlah debitur. Dari 61 responden tersebut 30

responden berasal dari wilayah Leuwiliang (dekat dengan BPRS) dan 31

responden berasal diluar daerah Leuwiliang. Selain itu menurut pendapat

Gay dan Hiel tahun 1996 dalam Umar yang menyebutkan bahwa untuk

studi korelasional, dibutuhkan minimal 30 sampel untuk menguji ada

tidaknya hubungan.

3.4. Pengolahan Data dan Analisis Data

Pengolahan data akan dilakukan setelah pengumpulan data di lapangan.

Data–data yang diolah berasal dari data primer dan data sekunder.

Sebelum melakukan pengolahan data, untuk jenis data primer yang

diperoleh dari hasil pengisian kuisioner dan wawancara, akan diuji

validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu dengan tekhnik korelasi

product momment dan cronbach alpha menggunakan program SPSS versi

11.5 for window dan excel.

3.4.1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana ketepatan,

kesesuaian, atau kecocokan suatu alat untuk mengukur apa yang akan

diukur, disamping mudah dan efisien penggunaannya. Uji validitas

dilakukan dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment,

yang rumusnya seperti berikut:

[ ][ ]∑ ∑∑ ∑∑ ∑ ∑

−−

−=

2222 )()(

)()(

YYnXXn

YXXYnr .........................................(1)

Keterangan :

r = nilai korelasi

X = skor setiap pertanyaan

Y = skor total

Kuisioner yang diuji validitasnya dalam penelitian ini sebanyak 29

pertanyaan yang terdiri atas 5 kelompok pertanyaaan yang berkaitan

dengan variabel yang mempengaruhi pengajuan pembiayaan oleh

nasabah BPRS Amanah Ummah. Pertanyaan dinyatakan tidak valid jika

Page 34: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

34

r hitung kurang dari r tabel. r tabel yang digunakan sebesar 0,361 dengan

selang kepercayaan sebesar 95%.

3.4.2 Uji Reliabilitas

Jika alat ukur telah dinyatakan valid, maka berikutnya alat ukur tersebut

diuji reliabilitasnya. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan

konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama.

Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk

memberikan hasil pengukuran yang konsisten.

Tekhnik pengukuran reliabilitas yang akan di pakai adalah Teknik dari

Cronbach. Tekhnik ini digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen

yang skornya bukan 1-0, tetapi merupakan rentangan antara beberapa

nilai misalnya dalam bentuk skala 1-5 seperti skala pengukuran yang

akan dipakai dalam penelitian ini. Rumus Cronbach Alpha sebagai

berikut:

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛

−= ∑

2

2

11 11 t

b

kkr

σσ .......................................................................(2)

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyak butir pertanyaan 2tσ = varian total

∑ 2bσ = jumlah varian butir

untuk menguji reliabilitas, penulis menggunakan SPSS 11,5 for

windows. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai alphanya sebesar

0,9124 jauh lebih besar dari nilai r tabel yang digunakan yakni sebesar

0,361. Jadi kuisioner ini dapat diandalkan sebagai alat ukur dalam

penelitian. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 3.

3.4.3. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui informasi tentang

prosedur pembiayaan, hal-hal yang dipertimbangkan dalam pemberian

pembiayaan, karakteristik diri dan usaha responden, alasan nasabah

Page 35: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

35

mengajukan pembiayaan. Setelah data tersebut digolongkan, maka akan

dianalisis untuk melihat faktor mana yang berpengaruh terhadap

pengajuan pembiayaan oleh responden kepada BPRS Amanah Ummah.

3.4.4. Analisis Faktor

Analisis faktor digunakan untuk mengelompokkan beberapa atribut yang

memiliki kemiripan karakter, menjadi beberapa kumpulan faktor

sehingga atribut-atribut yang ada diringkas menjadi beberapa kumpulan

faktor yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Prinsip utama analisis

faktor adalah korelasi, maka asumsi yang digunakan adalah asumsi yang

terkait dengan metode statistik korelasi sebagai berikut:

a) Besarnya korelasi antar variabel harus cukup kuat, misalnya diatas

0,5.

b) Besarnya korelasi parsial, korelasi antara dua variabel dengan

menganggap tetap variabel lain harus kecil. Pada SPSS, deteksi

terhadap korelasi parsial; dapat dilihat pada Anti-Image Correlation.

c) Pengujian seluruh matrik korelasi (korelasi antar variabel), yang

diukur dengan besaran Bartlett Test of Sphericity atau Measure

Sampling Adquacy (MSA).

Hal yang petama akan dilakukan dalam analisis ini adalah menentukan

variabel apa saja yang akan dianalisis. Variabel yang akan dianalisis pada

penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 3. Setelah ditentukan variabel

yang akan diuji, langkah selanjutnya adalah menguji variabel tersebut

dengan menggunakan metode Bartlett Test of Sphericity atau Measure

Sampling Adquacy (MSA). Output dari tahapan pertama akan di dapat

angka Kaiser Meyer Olkin Measure of Sampling Adquacy (KMO-MSA).

Tahapan selanjutnya adalah factoring, Output yang dihasilkan dari proses

ini adalah pengelompokan variabel menjadi faktor-faktor. Untuk

memperjelas variabel yang masuk kedalam faktor tertentu, proses

selanjutnya dari analisis faktor ini adalah melakukan proses factor

rotation terhadap faktor yang telah terbentuk. Setelah faktor terbentuk

berikutnya adalah interpretasi, khususnya memberi nama yang sedapat

mungkin mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut.

Page 36: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1. Lokasi Perusahaan dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Perkreditan Rakyat

Syariah (BPRS) Amanah Ummah Leuwiliang Bogor. Lokasi dan

kantor beralamat di Jl. Leuwiliang No. 1, Leuwiliang Bogor.

Permilihan tempat ini dilakukan secara sengaja dengan

memperhitungkan BPRS Amanah Ummah merupakan BPRS

pertama di Bogor. Penelitian ini dilakukan selama bulan Maret

2007 sampai dengan Juni 2007.

4.1.2. Sejarah Perusahaan

BPRS Amanah Ummah adalah salah satu BPRS yang

beroperasi di wilayah Bogor Barat. Tujuan didirikannya BPRS

oleh pendahulunya dulu adalah untuk menumbuhkan ekonomi

masyarakat atas dasar syariah Islam, sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.

Sebagaimana bangsa yang mayoritas penduduknya beragama

Islam, kehadiran bank syariah di Indonesia adalah suatu

kebutuhan sekaligus keharusan. Hal ini didasarkan pada suatu

keyakinan umat yang kuat bahwa ajaran Islam adalah ajaran yang

tidak hanya mengatur masalah aqidah akhlak, tetapi juga mengatur

masalah ibadah dan muamalah dalam berbagai aspek kehidupan,

termasuk bidang sosial dan ekonomi. Akan tetapi dalam

kenyataannya kehidupan masyarakat tidak mencerminkan nilai-

nilai syariah.

Keadaan ini menimbulkan keprihatinan seorang ulama dan

cendikiawan muslim Bogor, yaitu Bapak KH. Sholeh Iskandar

(alm), yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Badan

Kerjasama Seluruh Pondok Pesantren (BKSPP) Jawa Barat.

Beliau mulai merintis pembentukan lembaga keuangan yang dapat

membantu masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan.

Page 37: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

37

Dalam berbagai kesempatan, beliau menyampaikan gagasannya di

hadapan sejumlah ulama dan cendikiawan muslim, yang ternyata

mendapat tanggapan dan dukungan yang positif. Selanjutnya pada

awal Januari 1991, secara resmi beliau mengundang sejumlah

ulama, cendikiawan, dan pengusaha muslim untuk membicarakan

pendirian lembaga keuangan yang beroperasi atas dasar syariah

islam. Melalui pertemuan tersebut tercapailah suatu kesepakatan

untuk membentuk lembaga keuangan yang beroperasi dengan

syariah Islam yang nantinya membantu masyarakat muslim,

khususnya pengusaha muslim yang berekonomi lemah. Mengingat

pada saat itu belum ada peraturan resmi tentang lembaga

keuangan islam, maka dibentuk Lembaga Swadaya Masyarakat

yang berupa koperasi simpan pinjam, yang diberi nama Koperasi

Ikhwanul Muslimin.

Pada pertengahan Januari 1991, pemrakarsa mendapatkan

informasi bahwa di Indonesia khususnya Jawa Barat telah lahir

BPR yang beroperasi berdasarkan syariah. Pada awal Februari

1991 dibentuk tim untuk menyusun proposal pendirian bank

syariah. Kemudian pada bulan juli 1991 proposal diajukan ke

Departemen Keuangan Republik Indonesia (DKRI). Pada tanggal

16 Desember 1991 terbit izin prinsip dari DKRI . Pada tanggal 18

Mei 1992 yang bertepatan dengan tanggal 2 Muharram 1413 H,

terbitlah izin operasional usaha bank. Pada akhirnya pada tanggal

11 Juli 1992 diadakan soft opening sekaligus mulai melakukan

kegiatan operasionalnya. Sedangkan peresmiannya dilaksanakan

pada tanggal 8 Agustus 1992 oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat

II Kabupaten Bogor. Dengan demikian BPRS Amanah Ummah

lahir dengan semangat keagamaan dan keinginan yang kuat untuk

memperbaiki kehidupan ekonomi umat Islam.

4.1.3. Visi, Misi, Moto, dan Budaya Perusahaan

Adapun visi, misi, moto, dan budaya perusahaan adalah sebagai

berikut:

Page 38: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

38

Visi :

Menjadi BPR Syariah Pilihan Umat

Menjadi BPR Syariah yang Amanah dan Profesional

Misi:

Membangun Kualitas Kehidupan Umat Melalui Perbankan Syariah.

Moto:

Meraih Laba, Menepis Riba, Mengundang Berkah

Budaya Perusahaan:

Pelayanan Cepat, Amanah, dan Ramah.

4.1.4. Struktur Organisasi

Struktur organisani di PT BPRS Amanah Ummah merupakan

aspek yang paling menentukan untuk perkembangan perusahaan yang

memperlihatkan kejelasan hubungan dan tugas-tugas bagian struktural.

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) berada di puncak organisasi.

Dewan Pengawas Syariah (DPS) memiliki wewenang untuk

memberikan nasihat dan saran syariah khususnya yang berhubungan

dengan produk-produk bank syariah. Dalam kegiatan operasional bank

dikepalai oleh seorang direksi yang didampingi oleh asisten direksi.

Dewan direksi membawahi tiga kepala bidang yaitu kepala bidang

operasional, kepala bidang marketing dan kepala bidang umum dan

personalia. Bagian dari struktur organisasi tersebut yang langsung

bertanggung jawab pada pelaksanaan pembiayaan adalah semua bagian

dibawah kabid marketing. Kabid marketing sendiri membawahi

remedial, funding officer, account officer, legal officcer, dan ADMP

(administrasi pembiayaan). Adapun tugas dari masing-masing bagian

adalah sebagai berikut:

1. Kabid Marketing

Tugas utamanya adalah melakukan pembinaan, mengawasi serta

mengarahkan aktivitas kerja staf–staf yang berada dibawahnya,

agar dapat memastikan kualitas pembiayaan yang sehat serta

meraih keuntungan yang maksimal dan sesuai dengan target yang

diharapkan.

Page 39: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

39

2. Remedial

Tugas utamanya adalah melakukan penjemputan atas setoran

tabungan maupun angsuran pembiayaan dan menyetorkannya

kepada teller dan memastikan angsuran yang ditagih telah sesuai

dengan waktunya.

3. Funding Officer

Tugas utamanya adalah melakukan kegiatan pemasaran dalam

rangka menghimpun dana masyarakat untuk memastikan

tercapainya pelayanan kepada nasabah dan target penghimpunan

dana yang telah ditetapkan.

4. Account Officer

Kegiatannya adalah melakukan program pembiayaan yang

meliputi analisa kelayakan usaha, pengajuan kepada komite

pembiayaan, serta melakukan pengawasan agar dapat

memastikan tercapainya target pembiayaan yang telah ditetapkan

oleh perusahaan.

5. Legal Officer

Legal Officer tugasnya adalah menerima permohonan survey dan

taksasi jaminan, memeriksa kelengkapan legalitas data jaminan

nasabah, melakukan survey dan taksasi kelapangan kemudian

menyampaikannya kepada Account Officer/ komite pembiayaan,

melakukan perjanjian pembiayaan dan menyimpan dokumen

pembiayaan dan jaminan asli nasabah dalam brangkas jaminan,

serta mempertanggung jawabkan tugas-tugasnya kepada kabid

marketing.

6. ADMP

Tugas utamanya adalah melakukan administrasi data nasabah,

melakukan proses pencairan pembiayaan dan membukukan

angsuran pembiayaan nasabah guna menjamin data dan angsuran

yang teradminstrasi secara lengkap dan akurat.Gambar struktur

organisasi dapat dilihat pada Lampiran 1.

Page 40: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

40

4.1.5. Produk–Produk

Kegiatan usaha bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

memberikan kredit atau pembiayaan kepada masyarakat. BPRS Amanah

Ummah memiliki dua kategori produk yaitu produk penghimpunan dana

dan produk penyaluran dana.

1. Produk Penghimpunan Dana

Produk penghimpunan dana BPRS Amanah Ummah terdiri dari

tabungan wadiah, tabungan mudharabah, dan deposito mudharabah.

Tabungan wadiah yang ada di BPRS Amanah Ummah adalah

tabungan wadiah dengan akad wadiah yadhomanah, berupa titipan

nasabah kepada bank. Bank diberi kewenangan untuk mengelola uang

dari nasabah tersebut, bila bank mendapatkan keuntungan maka

nasabah akan mendapatkan bonus yang langsung dibukukan pada

rekening tabungan penabung setiap bulan. Adapun besarnya bonus

yang dibagi adalah berdasarkan keuntungan yang didapat dan

kebijakan bank. Ada dua jenis tabungan wadiah yaitu: (1) tabungan

ummah (tabungan yang diperuntukkan bagi masyarakat umum,

dengan jumlah setoran awal minimal Rp 10.000), (2) tabungan

pendidikan (tabungan yang diperuntukkan bagi pelajar, dengan

jumlah setoran awal minimal Rp 1.000).

Tabungan Mudharabah yang ditawarkan oleh BPRS AU berupa

Tabungan Haji dan Umroh (TAHAROH) yang berfungsi untuk

menyimpan dana bagi masyarakat yang akan melaksanakan ibadah

haji dan umroh. Setoran awal minimal Rp 100.000 dan setoran

selanjutnya minimal Rp 50.000, tabungan ini bisa diambil nasabah

ketika hendak membayar Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) atau

sesuai kesepakatan antara Bank dengan nasabah.

Produk penghimpun dana yang lain adalah deposito mudharabah.

Bank menerima deposito berjangka baik pribadi maupun lembaga.

Akad penerimaan deposito adalah mudharabah, dimana bank

menerima dana dari masyarakat untuk diikutkan sebagai penyertaan

sementara pada usaha bank, sehingga menghasilkan keuntungan yang

Page 41: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

41

maksimal. Bank dan nasabah ada kesepakatan terlebih dahulu

mengenai nisbah bagi hasil. Jumlah minimal setoran untuk deposito

mudharabah adalah sebesar Rp 1.000.000 dengan jangka waktu 1, 3,

6, dan 12 bulan.

Jumlah penghimpunan dana yang berhasil dikumpulkan BPRS

mengalami peningkatan pertahunnya. Berdasarkan laporan keuangan

tahun 2006, total dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp 13. 777.

739. 584, naik sebesar Rp 1. 601. 118. 658 dari total penghimpunan

dan pada tahun 2005. Data jumlah penghimpunan dana dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Jumlah Penghimpunan Dana berdasar Akad dan Nasabah BPRS Amanah Ummah periode tahun 2005-2006

Tahun 2005 Tahun 2006 Jenis tabungan Rp

(miliar) Rp

(miliar) Wadiah perorangan 9,871 11,344

Wadiah –Haji 0,407 0,640

Wadiah-pendidikan 0,467 0,473

Wadiah –sunah 0,047 0,036

Wadiah –badan usaha Wadiah 0,256 0,099

Tabungan Yayasan Wadiah 1,156 1,158

Tabungan Zis - 0,025

Total 12,176 13,77

Sumber : Laporan Keuangan BPRS Amanah Ummah 2006

2. Penyaluran Dana

Produk penyaluran dana yang ada di BPRS terdiri dari pembiayaan

mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah dan qardhul hasan.

a. Mudharabah (MDA)

Pembiayaan mudharabah merupakan kerjasama antara bank

sebagai sohibul maal / pemilik dana dengan nasabah sebagai

pelaksana usaha (mudharib). Proyek atau usaha tersebut adalah

suatu usaha produktif dan halal. Pembagian hasil keuntungan dari

Page 42: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

42

proyek atau usaha dilakukan sesuai nisbah yang disepakati

bersama. Selain menghitung keuntungan kedua belah pihak juga

harus menyepakati biaya-biaya apa saja yang ditanggung pengelola

dan pemodal. Kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaian

pengelola ditanggung pemodal. Setelah proyek berjalan dan

mendapatkan keuntungan, modal yang berasal dari bank

dikembalikan oleh nasabah. Skema pembiayaan mudharabah

berdasarkan teori dapat dilihat pada Gambar 2.

Keahlian/ Modal

Keterampilan 100%

Nisbah Nisbah

X% Y%

Gambar 2. Skema Pembiayaan Mudharabah Sumber : Pedoman Pembiayaan BPRS Amanah Ummah (2003)

b. Musyarakah (MSA)

Pembiayaan musyarakah merupakan perjanjian antara bank dengan

nasabah sebagai pengusaha, dimana pihak bank maupun pengusaha

secara bersama-sama membiayai usaha yang dikelola secara

bersama maupun salah satu pemilik dana atau pihak yang

disepakati bersama. Pembagian keuntungan dibagikan sesuai

dengan kesepakatan bersama, sedangkan apabila mengalami

kerugian ditanggung sesuai dengan porsi modal penyertaan

MODAL

MUDHARIB BANK

PROYEK/ USAHA

PERJANJIAN BAGI HASIL

PEMBAGIAN KEUNTUNGAN

Page 43: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

43

masing-masing. Dalam pembiayaan ini, pemilik dana boleh

melakukan investasi manajemen dalam usaha tersebut. Skema

pembiayaan musyarakah dapat dilihat pada Gambar 3.

Nasabah pembiayaan mudharabah dan musyarakah di BPRS

Amanah Ummah masing-masing berjumlah satu orang. Hal ini

menunjukkan bahwa perinsip musyarakah dan mudharabah yang

mencerminkan sistem bagi hasil dan menjadi ciri khas dari bank

yang berlandaskan syariah belum dijalankan secara optimal.

Gambar 3. Skema Pembiayaan Musyarakah

Sumber : Pedoman Pembiayaan BPRS Amanah Ummah (2003)

c. Murabahah (MBA)

Murabahah secara teknis perbankannya adalah akad jual beli

antara bank selaku penyedia barang dengan nasabah yang

memesan untuk membeli barang. Adapun proses dari pembiayaan

murabahah adalah sebagai berikut:

1. Nasabah mengajukan permohonan, melakukan negoisasi dan

memenuhi persyaratan pengajuan pembiayaan murabahah.

Barang yang diperjual belikan bukan barang haram, akad bebas

dari riba dan barang tersebut telah disepakati kualifikasi

sebelumnya.

Nasabah Parsial:

Asset Value

Bank Syariah Parsial:

Pembiayaan

PROYEK/USAHA

KEUNTUNGAN

Bagi Hasil Keuntungan Sesuai Porsi Kontribusi

Modal (Nisbah)

Page 44: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

44

2. Jika bank menerima permohonan tersebut, maka selanjutnya

bank dan nasabah melakukan kontrak jual beli. Dalam kontrak

jual beli, bank boleh meminta nasabah untuk membayar uang

muka untuk mengantisipasi jikalau nasabah tidak jadi membeli

barang pesanannya.

3. Bank membeli barang yang dipesan nasbah pada supplier.

4. Bank mengirim barang yang dipesan kepada nasabah.

5. Nasabah menerima barang yang dipesan berikut dokumen-

dokumennya.

6. Nasabah membayar cicilan sebesar yang telah disepakati

bersama pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

Untuk lebih jelas mengenai skema pembiayaan murabahah dapat

dilihat pada Gambar 4.

1 Negoisasi dan Persyaratan

2 Akad Jual Beli

6 Bayar

3 Beli 4 Kirim

5 Terima Barang &

Dokumen

Gambar 4. Skema Pembiayaan Murabahah dalam Teori Sumber : Pedoman Pembiayaan BPRS Amanah Ummah ,2003

Secara teori skema pembiayaan murabahah seperti yang dilihat pada

gambar 4, akan tetapi dalam prakteknya tidak demikian. Dalam

melakukan pembelian barang, nasabahlah yang membeli barang

kemudian nasabah memberikan nota-nota pembelian barang kepada

pihak bank. Bank memberikan uang untuk membeli barang yang

dibutuhkan nasabah tidak secara langsung, akan tetapi dilakukan secara

bertahap. Hal ini dilakukan sebagai upaya agar semua nota-nota dari

pembelian barang diserahkan kepada bank.

BANK SYARIAH

NASABAH

SUPLIER PENJUAL

Page 45: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

45

Skema pembiayaan dalam prakteknya akan menimbulkan kecurangan.

Kecurangan dapat terjadi karena pada skema ini tidak terjadi kontak

antara pihak bank dan supplier, sehingga memungkinkan nasabah tidak

membeli barang yang sesuai dengan yang diajukan. Skema pembiayaan

Murabahah dalam praktek dapat dilihat pada Gambar 5.

Skema pembiayaan murabahah secara teori merupakan skema yang

paling ideal, dimana bank melakukan pembelian dan berhubungan

langsung dengan supplier sehingga kecurangan tidak akan terjadi. Akan

tetapi skema ini pun memiliki kekurangan dimana nasbah terlihat seperti

membayar dua kali beban pajak. Pajak pertama berasal dari pembelian

bank kepada supplier dan yang kedua nasabah membayar sejumlah mark-

up yang ditetapkan bank.

Gambar 5. Skema Pembiayaan Murabahah dalam Praktek

Pembiayaan murabahah di BPRS Amanah Ummah dikenal sebagai

piutang murabahah. Piutang murabahah menempati urutan pertama

terbesar dibandingkan pembiayaan lainnya. Pada tahun 2006 piutang

murabahah bank mencapai Rp 17.854. 610. 288 atau sebesar 93,74% dari

total pembiayaan (Tabel 4). Dari segi kolektabilitas, 92,96% piutang

murabahah tergolong lancar dan sisanya adalah termasuk kurang lancar,

diragukan dan macet. Konsentrasi pemberian piutang murabahah di

BPRS Amanah Ummah disalurkan kepada debitur–debitur dengan plafon

sampai dengan Rp 15.000.000 sebanyak 800 debitur, plafon Rp

16.000.000 s.d 70.000.000 sebanyak 310 debitur, dan plafon diatas Rp

3 Beli

Akad jual-beli

2 Akad wakalah (pembelian barang), Akad murabahah

1 Pengajuan & Melengkapi persyaratan

SUPLIER

BANK NASABAH

4

Penyerahan

5 Penyerahan nota-nota &Bayar cicilan

Page 46: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

46

70.000.000 sebanyak 83 debitur. Marjin murabahah untuk tahun 2006

umumnya berkisar antara 20% sampai dengan 30% per tahun.

d. Ijarah (IJR)

Pembiayaan dengan akad ijarah merupakan perjanjian dimana bank

menyewakan suatu barang atau asset yang dibutuhkan nasabah, harga

sewa, jenis barang dan lama waktu sewa ditentukan semasa akad.

Nasabah akan membayar sewa barang tersebut kepada bank dengan cara

angsur/cicil dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Adapun alur

proses pembiayaan ijarah adalah sebagai berikut:

1. Nasabah membutuhkan obyek sewa. Objek dari ijarah adalah

manfaat dari penggunaan barang atau jasa, manfaat tersebut

harus dapat dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak.

Pemanfaatannya harus sesuai dengan syariah dan spesifikasi nya

dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka waktunya.

2. Bank menyediakan asset yang disewakan, menanggung biaya

pemeliharaan asset dan mejamin tidak terdapat cacat pada asset

yang disewakan.

3. Nasabah memiliki kewajiban untuk membayar sewa dan

betanggung jawab untuk menjaga keutuhan asset yang

disewanya. Jika asset yang disewa rusak bukan karena kesalahan

penggunaan atau pun kelalaian nasabah, maka nasabah tidak

bertanggung jawab atas keruksakan tersebut.

Asset yang disewakan oleh BPRS Amanah Ummah berupa kios–kios

disekitar pasar Leuwiliang. Jumlah nasabah ijarah ada 26 nasabah,

biasanya selain sebagai nasabah pembiayaan ijarah mereka juga

merupakan nasabah pembiayaan murabahah. Skema pembiayaan ijarah

dapat dilihat pada Gambar 6.

Page 47: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

47

3 Sewa Beli

2 Beli Obyek Sewa

1 Butuh Obyek Sewa

Gambar 6. Skema Pembiayaan Ijarah Sumber : Pedoman Pembiayaan BPRS Amanah Ummah , 2003

e. Qardhul Hasan (QH) dan Qard (QR)

Perjanjian pemberian pinjaman bank kepada pihak kedua atau nasabah dan

pinjaman tersebut dikembalikan dengan dengan jumlah yang sama

(sebesar yang di pinjam). Pengembalian ditentukan dalam jangka waktu

tertentu (sesuai dengan kesepakatan bersama) dan pembayarannya bisa

dilakukan secara angsuran maupun tunai. Qardhul Hasan dananya

bersumber dari infaq dan shadaqah, sedangkan Qard bersumber dari

modal dan laba bank. Skema pembiayaan qardhul hasan dapat dilihat pada

Gambar 7.

TENAGA MODAL

KERJA 100%

100% MODAL

KEMBALI

Gambar 7. Skema Pembiayaan Qardhul Hasan Sumber : Pedoman Pembiayaan BPRS Amanah Ummah , 2003

PERJANJIAN QARDH

KEUNTUNGAN

NASABAH BANK

PROYEK/USAHA

PENJUAL/SUPPLIER

OBYEK SEWA

NASABAH

BANK SYARIAH

Page 48: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

48

Jumlah nasabah pembiayaan qard ada 15 orang, dari lima belas nasabah

tersebut sepuluh nasabah di golongkan lancar, tiga kurang lancar, satu

diragukan, dan satu nasabah macet. Pada pembiayaan qard nasabah tidak

dimintai jaminan, jadi collateral tidak menjadi syarat pengajuan untuk

pembiayaan qard/qardhul hasan.

Pembiayaan pada tahun 2006 didominasi oleh pembiayaan murabahah

sebesar 93,74%, akan tetapi porsi pembiayaan murabahah menurun

dibanding pada posisi akhir tahun 2005 yakni sebesar 97,44% dari total

pembiayaan. Lain halnya dengan porsi pembiayaan murabahah yang

mengalami penurunan, pembiayaan musyarakah, mudharabah, ijarah dan al-

qard yang justru mengalami kenaikan. Pembiayaan bai’ as-salam tidak ada

karena BPRS menilai resiko pembiayaan bai’as-salam tinggi, sulit dipahami

oleh masyarakat dan SDM perbankannya sendiri, selain itu pembiayaan jenis

ini bersifat khusus hanya untuk produk-produk pertanian.

Tabel 4. Data jumlah nasabah dan nominal pembiayaan per-akad PT BPRS Amanah Ummah tahun 2005-2006 (dalam ribuan)

Tahun 2006 Tahun 2005 Pembiayaan

Nominal Jml Nasabah Nominal Jml

Nasabah Berdasarkan akad Murabahah 17.854.611 1.193 17.241.022 1.012Musyarakah 250.000 1 50.000 1Mudharabah 6.000 1 18.000 1Ijarah 590.553 26 175.777 22Baisalam - - - -Al –Qard 345.378 15 209.418 14

Total 19.046.542 1.236 17.694.217 1.050Sumber: Laporan Keuangan BPRS Amanah Ummah, 2006

Pembiayaan pada sektor perdagangan masih mendominasi di BPRS

Amanah Ummah yaitu sebesar 55,26% dari total pembiayaan. Sedangkan

yang paling sedikit adalah pembiayaan untuk sektor pertanian yaitu sebesar

0,81% dari total pembiayaan. Secara kesuluruhan dapat disimpulkan bahwa

penyaluran pembiayaan PT BPRS Amanah Ummah mengalami kenaikan

baik dari nominal maupun jumlah nasabahnya, kecuali jumlah nasabah

pembiayaan di sektor pertanian.

Page 49: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

49

Tabel 5. Data jumlah nasabah dan nominal per-sektor ekonomi PT BPRS Amanah Ummah tahun 2005-2006 (dalam ribuan)

Sumber: Laporan Keuangan BPRS Amanah Ummah, 2006

Berdasarkan pada penyebaran lokasi pembiayaan, Kecamatan

Leuwiliang masih mendominasi yaitu sekitar 37,84%. Hal ini membuktikan

bahwa respon masyarakat sekitar BPRS baik. Sistem “jemput bola” yang

dilakukan oleh BPRS Amanah Ummah menyebabkan nasabah BPRS ini

tidak hanya terbatas di wilayah Kecamatan Leuwiliang, akan tetapi menyebar

sampai luar kota. Data jumlah nasabah per-lokasi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Data jumlah nasabah dan nominal per-lokasi PT BPRS Amanah Ummah tahun 2005-2006 (dalam ribuan)

Tahun 2006 Tahun 2005 Lokasi Nominal

(Rp) Jml

Nasabah Nominal

(Rp) Jml

Nasabah Leuwiliang 7.207.780 520 7.008.627 503Jasinga 427.957 34 502.665 26Cigudeg 180.872 26 147.735 13Nanggung 310.497 27 124.247 12Rumpin 194.923 10 51.768 8Cibungbulang 1.951.874 127 1.076.525 109Ciomas 196.092 17 192.647 10Parung 174.895 24 56.356 7Dramaga 343.694 25 568.404 26Pamijahan 237.755 33 295.123 44Ciampea 1.673.011 132 1.350.339 74Kodya Bogor 5.575.464 242 5.316.940 202Lain-lain luar kota 571.728 19 1.002.841 16

Jumlah 19.046.542 1236 17.694.217 1.050Sumber: Laporan Keuangan BPRS Amanah Ummah, 2006

Tahun 2006 Tahun 2005 Pembiayaan

Nominal Jml Nasabah Nominal Jml

Nasabah Pertanian 154.099 7 261.349 7Industri 640.085 9 725.642 7Jasa 3.275.323 141 3.291.176 143Perdagangan 10.525.096 785 9.407.556 636Lain –Lain 4.451.939 294 4.008.494 257Total 19.046.542 1.236 17.694.217 1.050

Page 50: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

50

4.2. Prosedur Pembiayaan

Prosedur pembiayaan yang diterapkan pada BPRS Amanah Ummah

adalah sebagai berikut:

(i) Pengajuan pembiayaan

Pada tahapan ini nasabah mengajukan pembiayaan dengan mendatangi

bagian Acount Officer (AO), atau AO yang mendatangi nasabah.

Kemudian nasabah mengisi formulir pengajuan pembiayaan dan

melengkapi persyaratan administrasi dengan melampirkan fotokopi KTP

pemohon, fotokopi KTP suami dan istri, fotokopi kartu keluarga, photo

berwarna 4x 6 suami istri pemohon, photo tempat usaha, fotokopi

jaminan (misalnya akte tanah, STNK, BPKB, dll), photo jaminan,

fotokopi rekening listrik, telepon, air selama tiga bulan terakhir, dan

membuka rekening.

(ii) Analisa pembiayaan

Analisa pembiayaan dilakukan oleh AO, meliputi:

1. Penilaian Character

Karakter calon nasabah dinilai dari keseriusan dalam membayar

tagihan, agama, jiwa sosial dan sebagainya. Untuk mendapat

informasi calon nasabah biasanya AO akan menemui ketua Rukun

Tetangga (RT) tempat dimana nasabah tinggal.

2. Penilaian Capability

Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan nasabah

dalam memenuhi kewajibannya. Capability nasabah dapat dilihat

dari omset usaha, keuntungan bersih, biaya hidup, dan sebagainya.

3. Penilaian Capital

Menilai berapa modal yang dimiliki oleh nasabah, dimaksudkan agar

pemberian pembiayaan tidak melebihi modal yang dimiliki oleh

nasabah.

4. Penilaian Condition of economic

Yang meliputi penilaian kondisi perekonomian, kebijakan

pemerintah, kondisi alam dan sebagainya.

Page 51: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

51

5. Penilaian Collateral

Ada dua jenis jaminan yaitu:

a. Jaminan bergerak misalnya: kendaraan bermotor, surat-surat

berharga.

b. Jaminan tak bergerak misalnya: tanah dan gedung.

Penilaian jaminan dilakukan oleh Legal Officer (LO) setelah AO

menganalisa caracter, capability, capital dan condition of economic

nasabah. Penilaian collateral (jaminan) dilakukan untuk mengecek

kelayakan jaminan dengan mentaksir harga barang jaminan dengan

jumlah pembiayaan yang diajukan. Makin besar selisih nilai antara

jumlah pengajuan dengan taksasi jaminan maka makin bagus untuk

bank, dalam artian bank akan merasa aman.

Berdasarkan sistem syariahnya penilaian jaminan bukan

merupakan prioritas utama dalam penentuan diterima atau tidaknya

pengajuan. Jika bank melihat potensi usaha, kapabilitas dan karakter

nasabah sudah memenuhi tetapi jaminan tidak memenuhi, bank

seharusnya tetap memberikan pembiayaan pada nasabah tersebut.

Akan tetapi pearturan Bank Indonesia mensyaratkan untuk setiap

penyaluran dana harus disertai dengan akte jaminan, oleh karena itu

BPRS Amanah Ummah tetap memperhitungkan jaminan sebagai

syarat memperoleh pembiayaan.

Untuk menganalisa pembiayaan tentunya AO memerlukan data –

data yang relefan guna menilai kelayakan nasabah pembiayaan

tersebut. Oleh karena itu AO dan Legal Officer (LO) melakukan On

the spot (kunjungan ke lapangan) dan wawancara.

BPRS Amanah Ummah menerapkan analisa pembiayaan pada dua

aspek yaitu:

1. Analisa terhadap kemauan bayar yang disebut analisa kualitatif,

aspek yang dianalisa mencakup karakter dan komitmen nasabah.

2. Analisa terhadap kemampuan membayar yang disebut analisa

kuantitatif, pendekatan yang digunakan adalah untuk menentukan

Page 52: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

52

kemampuan membayar dan perhitungan kebutuhan modal usaha

nasabah adalah dengan pendekatan pendapatan bersih.

Hal-hal yang dilakukan BPRS Amanah Umah dalam analisa

kualitatif adalah:

a. Analisa rugi laba masa lalu (wawancara dan data).

b. Menghitung semua penerimaan diluar usaha nasabah.

c. Hitung semua biaya diluar kegiatan usaha, seperti keluarga dan

pendidikan.

d. Menghitung pendapatan bersih.

e. Menentukan perbandingan antara angsuran dan pendapatan bersih

(rasio angsuran).

f. Besarnya angsuran maksimal antara 50%-70% dari pendapatan

bersihnya.

g. Besarnya pembiayaan yang dapat diberikan oleh BPRS Amanah.

Ummah dihitung dengan rumus:

Rasio Angsuran X Pendapatan Bersih X Jangka Waktu

(iii) Proses File

Dalam tahapan ini AO mengumpulkan hasil analisa, kemudian dibuat

sebuah proposal sederhana yang menggambarkan calon nasabah mulai

dari karakter nasabah, usaha nasabah, neraca, laporan keuangan

nasabah yang semuanya itu didapat dari hasil wawancara dan survei

yang dilakukan AO.

(iv) Pengajuan ke K3 (Ketua Komite Kebijakan pembiayaan)

Pada tahapan ini AO akan mempresentasikan proposal pengajuan

nasabah dan beragumentasi untuk meyakinkan K3 bahwa calon

nasabah layak di plafon yang mana. Ada beberapa tahapan komite

yang harus dilewati, hal ini tergantung pada besarnya pengajuan

berada pada plafon berapa.

1. Jika pengajuan dibawah Rp 3.500.000 maka tahapan yang

harus dilewati adalah bagian AO kemudian setelah disetujui

dilanjutkan ke kabid marketing dan terakhir ke direktur.

Page 53: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

53

2. Jika pengajuan berada diantara Rp 3.500.000 sampai Rp

100.000.000, maka tahapan yang harus dilewati adalah bagian

AO, kabid marketing, direktur, dan direktur utama.

3. Jika pengajuan diatas sama dengan Rp 100.000.000, maka

tahapan yang harus dilewati adalah AO, kabid marketing,

direktur, direktur utama dan dewan komisaris.

Tahapan persetujuan pengajuan pembiayaan yang berlapis berdasarkan

besarnya pengajuan secara jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Tahapan persetujuan pengajuan pembiayaan BPRS Amanah Ummah

(v) Kesepakatan

Setelah pengajuan disetujui, kemudian AO memanggil nasabah untuk

membuat kesepakatan tentang jenis akad, besar angsuran, jangka

Pengajuan ke komite

AO

Direktur Utama

Kabid Marketing

Direktur

Kabid Marketing

Direktur

Direktur Utama

Dewan Komisaris

< Rp 3,5 juta

Direktur

Kabid Marketing

Rp 3,5 – 100 juta > Rp 100 juta

Page 54: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

54

waktu pembayaran, dan biaya-biaya. Dalam perhitungan biaya, bank

menetapkan sesuai dengan harga riilnya dan merupakan kesepakatan

antara nasabah dan bank. Hal yang membedakan antara penetapan

biaya di bank lain dengan BPRS ini adalah dimana dalam biaya

tersebut selain dihitung berdasarkan harga riil bukan %tase dari

pinjaman, biaya yang ditetapkan telah memperhitungankan zakat dan

sedekah yang tentunya berdasarkan persetujuan nasabah.

Jangka waktu pembayaran berdasarkan jenis pembiayaan ada 2, yaitu:

a. Maksimal dua tahun untuk modal kerja.

b. Maksimal lima tahun untuk investasi.

Semakin lama jangka waktu pembayaran, semakin sedikit jumlah

angsuran yang harus dibayar nasabah. sebaliknya makin pendek jangka

waktu pembayaran, semakin besar jumlah angsuran yang harus dibayar

nasabah.

(vi) Pencairan

Setelah tercapai kesepakatan, maka tahapan selanjutnya adalah

pencairan pembiayaan. Waktu yang diperlukan untuk memproses

permohonan pembiayaan dari mulai pengajuan sampai dengan

pencairan maksimal dua minggu. Waktu tersebut berlaku untuk

nasabah yang mengajukan pertama kali, untuk pengajuan selanjutnya

waktu yang dibutuhkan maksimal satu minggu. Khusus untuk

pembiayaan murabahah, pencairan dilakukan secara bertahap. Hal ini

dilakukan bank untuk menghindari tidak diserahkannya nota

pembelian oleh nasabah kepada bank.

Hal utama yang menjadi bahan pertimbangan BPRS Amanah Ummah

dalam menyalurkan pembiayaan adalah penilaian character dan

capacity. Dalam dunia mikro banking, pengertian character adalah

kemauan untuk membayar angsuran meski dalam keadaan sulit atau

lebih jelasnya calon nasabah harus mempunyai willingness to pay.

Capacity menggambarkan adanya aliran kas dari usaha yang

dijalankan nasabah, sehingga pembayaran angsuran tidak mengalami

Page 55: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

55

kesulitan (ability to pay). Alur prosedur pengajuan pembiayaan dapat

dilihat di Lampiran 2.

4.3. Karakteristik Responden

Responden yang dijadikan sampel adalah nasabah pembiayaan

BPRS Amanah Ummah dan diambil dengan cara menggunakan tekhnik

pengambilan sampel purposive sampling, tekhnik ini mengambil sampel

dengan menyesuaikan diri berdasar kriteria atau tujuan tertentu (disengaja).

4.3.1. Usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, sebagian besar nasabah

BPRS Amanah Ummah adalah laki-laki dengan tingkat pendidikan

yang lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah perempuan, hanya 3

orang responden laki-laki yang pendidikan terakhir SD. Responden

berpendidikan tinggi terbanyak berjenis kelamin laki–laki yang

berusia 21-40 tahun.

Jika dilihat dari segi umur, nasabah dalam penelitian ini ternyata

memiliki umur yang relatif muda. Hal ini terlihat dari 88.5%

responden berumur dibawah 60 tahun, dan hampir separuhnya

berusia dibawah 40 tahun. Dengan kondisi tersebut dapat

diperkirakan bahwa masih terbuka peluang untuk terus

mengembangkan usaha yang berarti peluang untuk terus mengajukan

pembiayaan akan semakin besar.

Mengenai latar belakang pendidikan nasabah BPRS Amanah

Ummah dalam penelitian ini sebagian besar (67,3%) berada di dalam

kelompok pendidikan yang cukup tinggi yaitu SMA dan Sarjana.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula

kualitas kewirausahaannya. Semakin tinggi kualitas kewirausahaan

kemampuan untuk mengembangkan skala usaha akan semakin baik.

Semakin besar skala usahanya, semakin besar kebutuhan modal dan

pada akhirnya semakin besar kebutuhan akan pembiayaan.

Penilaian latar belakang pendidikan merupakan salah satu

pendekatan dalam mengukur capacity nasabah pembiayaan. Jika

Page 56: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

56

latar belakang pendidikan pengusaha dan pekerja memadai maka

kegiatan usaha akan berjalan lancar dan hasil usahanya akan mampu

melunasi kewajibannya tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang

telah disepakati. Data sebaran responden berdasarkan usia, jenis

kelamin dan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Data sebaran nasabah berdasarkan usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan

SD SMP SMU PT Usia (Tahun) L P L P L P L P

Total

≤ 20 0 0 0 0 1 2 0 0 321-40 2 2 1 4 9 7 5 2 3241-60 1 4 2 4 5 0 2 1 19≥60 0 0 0 0 5 0 2 0 7Total 3 6 3 8 20 9 9 3 62

Keterangan : PT = Perguruan Tinggi

4.3.2. Umur usaha dan mengajukan pembiayaan

Berdasarkan data pada Tabel 7, nasabah paling banyak memiliki

pengalaman usaha lebih dari 5 tahun yaitu sebanyak 29 orang,

terbanyak kedua adalah nasabah yang memiliki pengalaman usaha

antara 2-3 tahun. Nasabah yang memiliki pengalaman usaha lebih

lama memiliki kecenderungan untuk mengajukan pembiayaan lebih

dari tiga kali. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara

lamanya usaha dengan banyaknya pengajuan pembiayaan (frekuensi

pembiayaan). Alasan sebagian besar nasabah mengajukan

pembiayaan adalah untuk menambah modal usaha dan memperluas

usahanya. Data sebaran nasabah berdasarkan pengalaman usaha dan

pengalaman mengajukan pembiayaan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Data sebaran nasabah berdasarkan umur usaha dan pengalaman mengajukan pembiayaan

Pengalaman meminjam Umur usaha 1 kali 2-3 kali > 3 kali

Total

1- 3 Tahun 4 5 2 11 3-5 Tahun 6 13 2 21 >5 Tahun 5 13 11 29 Total 15 31 15 61

Page 57: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

57

4.3.3. Pengetahuan tentang pembiayaan syariah, prosedur dan sumber informasi

Nasabah BPRS Amanah Ummah rata-rata telah mengetahui

prosedur pengajuan pembiayaan, akan tetapi nasabah yang tidak

mengetahui tetap ada. Nasabah yang membutuhkan informasi

tentang pembiayaan dan persyaratan pembiayaan akan langsung

berhubungan dengan bagian customer service.

Informasi tentang pembiayaan dengan sistem syariah belum

banyak yang mengetahui. Banyak nasabah yang hanya tahu

meminjam akan tetapi tidak mengetahui tentang pembiayaan

syariah itu sendiri. Adapun nasabah yang mengetahui tentang

pembiayaan adalah nasabah tertentu saja. Sumber informasi tentang

pembiayaan syariah paling banyak diperoleh dari keluarga dan

teman masing-masing sebesar 27%, dan jumlah nasabah yang

memperoleh informasi dari BPRS hanya sebesar 24%. Bisa

disimpulkan bahwa penjelasan mengenai prinsip syariah pada awal

proses penyaluran pembiayaan yang dilakukan pihak BPRS belum

efektif.(Gambar 9)

Gambar 9. Sebaran Sumber Informasi Pembiayaan Syariah

4.3.4. Jenis usaha, jumlah tenaga kerja dan skala usaha

Jenis usaha yang dilakukan sebagian besar nasabah BPRS

Amanah Ummah adalah berdagang. Sektor pertanian dan industri

memiliki porsi pembiayaannya lebih sedikit dibandingkan dengan

sektor perdagangan. BPRS didirikan untuk membantu UMKM, oleh

karenanya sebagian besar nasabah memiliki skala usaha mikro

11

119

10Keluarga

Teman

Media (TV/Koran)

Promosi BPRS

Page 58: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

58

dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 1-4 orang. Pada Tabel 9, ada

pengusaha yang tidak mempekerjakan orang lain selain

keluarganya. Hal ini yang membedakan usaha kecil dengan usaha

besar dimana pengusaha kecil selain sebagai pemilik, mereka juga

bertindak sebagai pengelola usaha tersebut.

Tabel 9. Data sebaran nasabah berdasarkan jenis usaha, jumlah tenaga kerja dan skala usaha

Jumlah Tenaga Kerja (Orang) Jenis Usaha Tidak ada 1-4 5-19 Total

Dagang 13 31 6 50Jasa 4 3 1 8Industri 0 0 2 2Pertanian 0 1 0 1Total 17 35 9 61

4.3.5. Tingkat keuntungan dan manajemen keuangan usaha

Kelemahan manajemen keuangan UMKM yang sering

dikeluhkan pihak perbankan adalah tidak adanya catatan keuangan,

selain itu mereka tidak memisahkan atara keuangan pribadi dengan

keuangan. Sebanyak 8 orang nasabah yang memiliki keuntungan

lebih dari Rp 5 juta per bulan memiliki catatan keuangan, dan 6

dari 8 nasabah tersebut memisahkan antara keuangan pribadi

dengan keuangan perusahaan. Usaha yang memiliki tingkat

keuntungan sedang dan kecil cenderung telah memiliki catatan

keuangan akan tetapi tidak memisahkan antara keuangan pribadi

dengan perusahaan.

Tabel 10. Data sebaran nasabah berdasarkan tingkat keuntungan dan manajemen keuangan usaha

Catatan Keuangan Pengelolaan Keuangan

Keuntungan per – bulan

Ada TA Terpisah TTp Besar ( > 5 juta) 8 0 6 2Sedang (1-5 juta) 18 7 10 15Kecil (< 1juta) 16 12 7 21

42 19 23 38Total

61 61 Ket : TA = Tidak Ada, TTp = Tidak Terpisah

Page 59: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

59

4.3.6. Hubungan jarak bank dengan pengalaman mengajukan

Jarak antara tempat tinggal nasabah dengan lokasi bank

memiliki keterkaitan dengan banyaknya pengajuan. Nasabah yang

berada pada jarak 0-0,55 km artinya nasabah berada di wilayah

Leuwiliang yang merupakan tempat berdirinya BPRS Amanah

Ummah memiliki kecenderungan mengajukan lebih dari dua kali.

Hal ini menunjukkan bahwa faktor lokasi berpengaruh pada

banyaknya pengajuan, semakin dekat lokasi bank dengan tempat

tinggal nasabah semakin sering nasabah tersebut mengajukan. Data

sebaran responden berdasarkan tempat tinggal dapat dilihat pada

Tabel 11.

Tabel 11. Data sebaran nasabah berdasarkan jarak lokasi BPRS dan pengalaman memajukan pembiayaan

Pengalaman Mengajukan Pembiayaan Tempat Tinggal (Km) 1 Kali 2-3 Kali >3Kali

Jumlah

0-0,55 3 16 11 290,56-1,11 5 6 2 131,12–1,67 4 4 0 91,68-2,23 1 3 2 62,24-2,79 1 2 0 3> 2,28 1 0 0 1Total 15 31 15 61

4.3.7. Hubungan jenis kelamin, pengalaman usaha dan skala usaha

Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa nasabah laki-laki lebih

berpengalaman dibandingkan nasabah perempuan. Hal ini

mengindikasikan bahwa kemampuan untuk mengembangkan usaha

dan pengalaman usaha pengusaha perempuan relatif terbatas

dibandingkan pengusaha laki-laki. Ada sebagian dari nasabah

perempuan ini yang meneruskan usaha suaminya yang sudah

meninggal. Oleh karena itu mereka tidak terlalu mengetahui

prosedur awal, mereka hanya meneruskan kewajiban pembayaran

dan mengajukan kembali jika membutuhkan tambahan modal

usaha.

Page 60: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

60

Tabel 12. Data sebaran nasabah berdasarkan hubungan antara jenis kelamin, skala usaha dan pengalaman usaha.

Mikro Kecil Jenis Kelamin BP TBP BP TBP

Total

Laki-Laki 24 9 1 1 35Perempuan 8 18 0 0 26

Total 32 27 1 1 61 Keterangan : BP = Berpengalaman, TBP = Tidak Berpengalaman 4.3.8. Hubungan tingkat pendidikan, pengalaman usaha dan skala

usaha

Berdasarkan data di lapangan, penelitian ini menemukan

bahwa sebanyak 54,1% nasabah BPRS Amanah Ummah memiliki

pengalaman usaha lain sebelum usaha yang dijalankan pada saat

penelitian dilakukan. Sedangkan sisanya 45,9% tidak memiliki

pengalaman usaha lain. Nasabah yang memiliki tingkat pendidikan

yang tinggi cenderung pernah menjalankan usaha lain. Dalam

penelitian ini tidak dapat membedakan hubungan tingkat

pendidikan dengan skala usaha dikarenakan mayoritas nasabah

BPRS yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah skala

mikro dan untuk skala kecil hanya didapat dua sampel. Data

sebaran nasabah berdasarkan pengalaman usaha, skala usaha dan

pengalaman usaha dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Data sebaran nasabah berdasarkan tingkat pendidikan, skala usaha dan pengalaman usaha.

Mikro Kecil Tingkat Pendidikan BP TBP BP TBP

Total

SD 3 6 0 0 9SMP 6 5 0 0 11SMU 16 12 0 1 29Pergururan Tinggi

7 4 1 0 12

Total 32 27 1 1 61

Keterangan : BP = Berpengalaman, TBP = Tidak Berpengalaman

Page 61: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

61

4.3.9. Hubungan tingkat pendidikan, pengalaman mengajukan pembiayaan dan pengetahuan tentang pembiayaan syariah.

Berdasarkan hasil tabulasi nasabah yang berada pada golongan

pendidikan tinggi cenderung lebih sering mengajukan dan tahu

akan pembiayaan syariah. Nasabah ini memilih mengajukan

bukan hanya atas dasar kebutuhan akan tetapi juga karena sistem

syariahnya. Mereka inilah yang berpotensi nasabah yang loyal

walaupun tingkat bunga kredit di bank konvensional terus

menurun.

Tabel 14.Data sebaran nasabah berdasarkan tingkat pendidikan, pengalaman mengajukan dan pengetahuan pembiayaan

1 Kali 2-3 Kali > 3 Kali

T TT T TT T TT Total

SD 1 2 2 2 1 1 9

SMP 1 4 2 2 2 0 11

SMU 5 1 13 3 4 2 28

Perguruan Tinggi 1 0 4 2 5 0 12

Total 8 7 21 9 12 3 61 Keterangan : T = Tahu, TT= Tidak Tahu

4.4. Aspek-aspek lain

4.4.1. Jenis pembiayaan, jangka waktu pembayaran dan pengalaman terlambat membayar cicilan (menunggak)

Pada Tabel 14 dapat dilihat, responden terbanyak adalah nasabah

pembiayaan murabahah dengan jangka waktu pembayaran 1-2 tahun.

Jangka waktu pembayaran cicilan yang diambil oleh responden

berkisar antara 1-2 tahun, penetapan jangka waktu pembayaran

disepakati bersama sehingga 100 % responden berpendapat bahwa

jangka waktu pembayaran yang ditetapkan BPRS Amanah Ummah

tidak memberatkan.

Responden yang mengajukan pembiayaan dengan jangka waktu

pembayaran antara 1-2 tahun cenderung tidak mengalami

keterlambatan pembayaran cicilan, dapat ditarik kesimpulan bahwa

Page 62: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

62

jangka waktu pembayaran yang efektif diterapkan pada UMKM

adalah 1-2 tahun.

Tabel 15.Data sebaran nasabah berdasarkan jenis pembiayaan, jangka waktu pembayaran dan pengalaman menunggak

< 1 tahun 1-2 tahun > 2 tahun

P TP P TP P TP Total

Musyarakah 0 0 1 1 1 1 4

Mudharabah 0 0 2 3 1 0 6

Murabahah 0 4 14 23 3 5 49

Ijarah 0 0 0 0 1 0 1

Qardh 0 0 0 1 0 0 1

Total 0 4 17 28 3 6 61

Keterangan : P = Pernah, TP= Tidak Pernah

4.4.2. Penilaian nasabah terhadap persyaratan awal, biaya administrasi dan jangka waktu pembayaran

Salah satu yang menjadi penyebab utama keengganan UMKM

untuk mengajukan pembiayaan atau peminjaman pada bank adalah

karena persyaratan yang berbelit-belit. Persyaratan awal yang

ditetapkan oleh BPRS Amanah Ummah tergolong mudah, hal ini

dibuktikan dengan 65,5% responden yang merupakan nasabah BPRS

tersebut menilai persyaratan pembiayan mudah, sedangkan sisanya

34,4 % menilai biasa saja. (Tabel 16)

Persyaratan jaminan yang menjadi kendala bagi UMKM dalam

mengajukan pembiayaan akan selalu terjadi dikarenakan persyaratan

ini harus tetap ada. Hanya saja bentuk dari jaminan itu tidak hanya

dalam bentuk barang akan tetapi bisa berupa tabungan deposito atau

tabungan yang dimiliki dan nasabah terkait. Yang dimaksud nasabah

terkait disini adalah seseorang yang dapat menjamin kepada bank atas

pinjaman yang diajukan oleh orang lain. Sebesar 52.5% nasabah

menilai untuk memenuhi persyaratan jaminan tergolong sedang,

42.6% responden nasabah menilai mudah, dan 4.9% nasabah lainnya

menilai kesulitan untuk memenuhi persyaratan tersebut.

Page 63: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

63

Nasabah yang merasa kesulitan untuk memenuhi persyaratan jaminan

adalah nasabah yang tidak memiliki sertifikat tanah atau BPKB, oleh

karena itu mereka biasanya dimasukkan dalam pembiayaan Qardh atau

Qardhul Hasan yang tidak mensyaratkan adanya jaminan. Akan tetapi,

pembiayaan jenis Qardh dan Qardhul Hasan jumlah yang terealisasi

biasanya tidak mencukupi atau tidak sesuai dengan yang diinginkan.

(Tabel 16)

Tabel 16. Penilaian nasabah responden terhadap persyaratan-persyartan, biaya administrasi dan jangka waktu pembayaran.

Kriteria lain yang dinilai adalah besarnya biaya administrasi.

Biaya administrasi yang ditetapkan oleh BPRS merupakan hasil

kesepakatan antara nasabah dan bank, selain itu biaya yang ditetapkan

adalah biaya administrasi riil dan bukan merupakan persentase dari

total pembiayaan. Adanya Infaq dan shadaqah yang disertakan pada

saat perhitungan biaya dinilai positif oleh sebagian nasabah. Sebanyak

54,1% nasabah menilai biaya administrasi yang dikenakan oleh BPRS

ringan, 37,7% nasabah menilai sedang dan 8,2% nasabah menilai

biaya administrasi masih tinggi. (Tabel 16)

Dalam hal penetapan jangka waktu pembayaran, sebanyak 82%

nasabah menyatakan ringan, 11,5% menyatakan sedang dan 6,5%

No Kriteria Penilaian Jumlah Persentase Mudah 40 65.6 %Sedang 21 34.4 %

Persyaratan Administrasi

Sulit 0 01

Total 61 100%Mudah 26 42.6 %Sedang 32 52.5 %Persyaratan Jaminan

Sulit 3 4.9 %2

Total 61 100%Rendah 33 54.1%Sedang 23 37.7%Biaya Administrasi Tinggi 5 8.2%

3

Total 61 100%Ringan 50 82%Sedang 4 11.5%Jangka Waktu

Pembayaran Berat 7 6.5%4

Total 61 100%

Page 64: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

64

menyatakan berat. Jangka waktu pembayaran merupakan keinginan

dari nasbah sendiri, BPRS hanya menawarkan dan menghitung

jumlah cicilan yang harus dibayar. Semakin lama jangka waktu

pembayaran semakin kecil jumlah angsurannya, begitu pun

sebaliknya. (Tabel 16)

4.3. Faktor–faktor yang mempengaruhi pengajuan pembiayaan

Dalam penelitian ini menggunakan 29 pertanyaan pada kuisioner yang

mengarahkan responden pada variabel mana yang mempengaruhi mereka

dalam mengajukan pembiayaan. Setiap variabel diberi nilai sesuai dengan

yang mereka alami. Skala nilai adalah 1-5 (sangat tidak berpengaruh sampai

dengan sangat berpengaruh).

Langkah pertama dari pengolahan analisis faktor adalah menilai variabel

yang dianggap layak dan telah diuji validitasnya untuk dimasukkan kedalam

analisis selanjutnya. Dari hasil SPSS 11,5, diperoleh output hasil pengolahan

awal yang sudah memperlihatkan angka MSA (Measure of Sampling

Adequacy) 0.653 dengan signifikasi 0,000 oleh karena angka tersebut sudah

diatas 0,5 dan signifikasi jauh dibawah 0,005 maka sampel yang ada dapat

dianalisis lebih lanjut. Pada tahap pertama di bagian anti image matrics ada

beberapa variabel dengan MSA yang tidak memenuhi batas 0,5 sehingga

perlu dilakukan pengujian ulang sampai semua variabel memiliki MSA

diatas 0,5. Setelah dilakukan reduction beberapa kali, dengan menyisakan 26

variabel maka di dapat angka Kaiser Meyer Olkin Measure of Sampling

Adequacy (KMO-MSA) mencapai 0,731 dengan taraf nyata 0,000. oleh

karena angka KMO sudah diatas 0,5 dan signifikasi jauh dibawah 0,05

(0,000<0,05), maka semua variabel bisa dianalisis lebih lanjut. Nilai MSA

setiap variabel dapat dilihat pada Lampiran 3.

Langkah berikutnya adalah melakukan proses inti dari analisis faktor,

yakni mengekstraksi sekumpulan variabel yang diteliti sehingga terbentuk

hanya beberapa faktor yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Metode

yang digunakan dalam proses ekstraksi adalah Principle Component Analysis

(PCA). Setelah proses ekstraksi dilakukan maka diperoleh nilai communality.

Pada dasarnya menunjukkan jumlah keragaman suatu variabel mula-mula

Page 65: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

65

yang dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Semakin tinggi nilai

communality sebuah variabel, berarti semakin erat hubungannya dengan

faktor yang terbentuk.

Untuk variabel persyaratan menunjukkan nilai communality sebesar 0,712,

yang artinya sekitar 71,2% varian (keragaman) variabel persyaratan dapat

oleh faktor yang terbentuk. Demikian seterusnya untuk variabel-variabel

yang lainya, dengan ketentuan semakin besar nilai communality suatu

variabel, berarti semakin erat hubungannya dengan faktor yang terbentuk.

Nilai communality setiap variabel dapat dilihat pada lampiran 3.

Analisis faktor dengan metode ekstraksi PCA juga menghasilkan out put

yang merupakan proses untuk meringkas 26 variabel yang diteliti menjadi 7

faktor. Pembentukan faktor-faktor ini terdapat pada tabel total variance

explained di Lampiran 4. Pada tabel tersebut terlihat ketujuh faktor yang

terbentuk ini memiliki angka eigenvalues diatas satu. Eigenvalues

menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung

keragaman 26 variabel yang dianalisis.

Jika tabel total variance menjelaskan dasar jumlah faktor yang didapat

dengan perhitungan angka, scree plot menampakkan hal tersebut dengan

grafik. Grafik ini menunjukkan dampak factoring terhadap angka

eigenvalues. Terlihat bahwa dari faktor satu ke faktor dua (garis dari sumbu

component number = 1 ke 2 ), arah garis menurun dengan cukup tajam.

Kemudian dari faktor dua ke tiga, garis masih menurun. Demikian pula dari

3 ke 4, dan seterusnya masih menurun, namun dengan slope yang lebih kecil.

Namun setelah faktor ke 7 angka eigenvalues sudah dibawah angka satu dari

sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa untuk meringkas keduapuluh enam

variabel tersebut tepat jika dibentuk 7 faktor. Gambar scree plot dapat dilihat

pada Lampiran 3.

Setelah didapatkan 7 faktor adalah jumlah yang paling optimal, analisis

selanjutnya dilakukan pada component matrix yang menunjukkan distribusi

keduapuluh enam varibel pada tujuh faktor yang terbentuk. Angka-angka

yang terdapat pada tabel component matrix merupakan angka loading factor

yang menunjukkan besar korelasi antara suatu variabel dengan faktor

Page 66: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

66

pertama sampai faktor tujuh. Proses penentuan variabel asal kedalam faktor

dilakukan dengan membandingkan besar korelasi tiap baris yang didasarkan

pada angka mutlak loading factor yang diberikan setiap variabel terhadap

masing-masing faktor.

Dalam tabel component matrix, masih ada beberapa variabel yang tidak

terlihat perbedaan yang nyata pada loading factor, sehingga sulit untuk

menentukkan variabel tersebut termasuk pada faktor yang mana. (Lampiran

3) Hal ini terlihat dari nilai loading factor yang masih dibawah 0,55, padahal

syarat suatu variabel masuk kedalam suatu faktor, nilai loading factor harus

diatas 0,55. Untuk melihat perbedaan yang nyata pada nilai loading factor

dari setiap variabel maka harus dilakukan proses rotasi. Metode rotasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah varimax, yang bertujuan untuk

memperbesar nilai loading factor yang memang sudah besar dan

memperkecil nilai loading factor yang memang sudah kecil, sehingga akan

diperoleh nilai loading factor yang lebih jelas dan nyata. (Lampiran 3)

Hasil dari rotasi varimax ini tidak merubah jumlah faktor yang telah

terbentuk, melainkan hanya merubah nilai loading factor saja. Berdasarkan

hasil dari rotasi, setiap variabel yang terdapat pada faktor yang terbentuk

tersebut harus memenuhi ketentuan cut off point, dimana nilai loading factor

harus lebih dari 0,55 agar variabel tersebut nyata termasuk kedalam bagian

dari suatu faktor. Akhirnya setelah dilakukan penyaringan dengan ketentuan

tersebut tersisa 21 variabel yang dapat dikelompokkan dalam 7 faktor yang

telah terbentuk.

Hasil analisis faktor adalah 21 variabel yang diteliti melalui analisis faktor

dengan metode ekstraksi principle component analysis yang direduksi

menjadi tujuh faktor. Hasil rinci dari analisis faktor dapat dilihat pada Tabel

17.

Page 67: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

67

Tabel 17. Faktor –Faktor yang mempengaruhi pengajuan pembiayaan

Faktor Eigen value

Varian (%) Variabel asal

Nilai Loading Factor

Persyaratan 0,611Biaya administrasi 0,851Jangka waktu pembayaran 0,831Besar angsuran 0,785Jangka waktu pencairan 0,796

Faktor 1 (Prosedur) 7,857 30,219

Nisbah bagi hasil 0,721Keberanian mengambil resiko

0,732

Pengetahuan prosedur 0,737Kredibilitas 0,686

Faktor II (Karakter nasabah)

2,874 11,055

Informasi yang lengkap 0,800Sikap dan penampilan karya 0,576Lokasi 0,782Jam dan hari buka 0,757

Faktor III (Atribut bank)

2,316 8,907

Pengalaman mengajukan 0,627Teman 0,756Media 0,737Faktor IV

(Lingkungan) 1,770 6,806 Promosi 0,806Keuntungan usaha 0,811Faktor V

(Karakter usaha)

1,634 6,284 Prospek usaha 0,752

Faktor VI (Kebutuhan modal)

1,206 4,639 Kebutuhan modal

0,745

Faktor VII (Pengalaman usaha)

1,036 3,985 Pengalaman usaha 0,791

1. Faktor I

Faktor pertama diberi nama ”prosedur pembiayaan”, faktor ini memiliki

eigenvalue 7,857 dan ini merupakan nilai eigenvalue terbesar diantara

ketujuh faktor lainnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor ini

merupakan faktor yang paling mempengaruhi nasabah dalam memilih

BPRS Amanah Ummah. Faktor prosedur ini dapat menerangkan

keragaman data sebesar 30,2%.

Variabel-variabel yang menyusun faktor pertama diantaranya:

persyaratan pengajuan pembiayaan, biaya administrasi, jangka waktu

Page 68: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

68

pembayaran, besar angsuran, jangka waktu pencairan dan besar nisbah

bagi hasil. Hal ini dapat diartikan bahwa ada sebagian kelompok nasabah

pengaruh prosedur sangat penting dalam keputusannya mengajukan

pembiayaan, oleh karena itu prosedur yang telah berlaku di BPRS perlu

terus dipertahankan dan ditingkatkan.

Berdasarkan nilai loading factor yang terdapat dalam Tabel 17, dapat

dilihat bahwa besarnya angsuran memiliki nilai loading faktor yang

cukup kuat (semua angka positif ) dan memiliki korelasi yang positif

antar variabel, ini berarti jika persyaratan pengajuan mudah dipenuhi,

biaya administrasi murah, jangka waktu pembayaran dan besarnya

angsuran tidak memberatkan nasabah, jangka waktu pencairan relatif

cepat dan nisbah bagi hasil yang menguntungkan, maka nasabah akan

lebih tertarik untuk mengajukan pembiayaan di BPRS Amanah Ummah.

Pada faktor ini persyaratan jaminan tidak muncul, hal ini dikarenakan

pada tahapan pertama analisis faktor variabel persyaratan jaminan

menunjukkan angka MSA (Measure of Sampling Adequacy) dibawah

0,005 sehingga tereduksi. Secara logika dapat dikatakan bahwa jaminan

tidak mempengaruhi keputusan pengajuan nasabah, disebabkan nasabah

sebenarnya tidak menginginkan adanya persyaratan jaminan tersebut.

2. Faktor II

Faktor kedua diberi nama ” karakter nasabah” terdiri dari empat variabel,

yaitu keberanian untuk mengambil resiko, pengetahuan tentang prosedur

yang berasal dari pihak nasabah. Dua variabel yaitu informasi yang

lengkap dan kredibilitas bank yang merupakan atribut dari bank. Faktor

ini memiliki nilai eigenvalue 2,874 dan mampu menerangkan keragaman

data sebesar 11,1%.

Berdasarkan nilai loading factor yang terdapat pada Tabel 18, dapat

dilihat bahwa empat variabel tersebut memiliki korelasi yang positif

antara variabel. Hal ini berarti bahwa jika informasi yang dibutuhkan

oleh nasabah tersedia dan kredibilitas bank yang baik, maka nasabah

akan lebih tertarik untuk memilih BPRS Amanah Ummah. Selain atribut

Page 69: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

69

perbankan keberanian mengambil resiko dan pengetahuan prosedur

mempengaruhi nasabah untuk mengajukan pembiayaan.

Pada dasarnya BPRS menilai nasabah dari karakter yang dimiliki untuk

menjamin nasabah dapat membayar kewajibannya. Salah satunya adalah

keberanian mengambil resiko, jika nasabah berani dalam mengambil

resiko maka keberanian untuk mengajukan pembiayaan akan bertambah.

BPRS menilai nasabah yang memiliki keberanian yang tinggi layak untuk

diberikan pembiayaan karena dengan keberanian yang tinggi, rasa

tanggung jawabnya pun akan tinggi sehingga bank tidak perlu takut

nasabah ini tidak membayar kewajibannya.

3. Faktor III

Faktor ketiga yang diberi nama ”Atribut Bank’ terdiri dari empat

variabel, yaitu sikap dan penampilan karyawan, lokasi bank, hari dan jam

buka bank, dan pengalaman mengajukan nasabah . Faktor ini memiliki

nilai eigenvalue 2,316 dan mampu menerangkan keragaman data sebesar

8,9%.

Pada Tabel 18 dapat dilihat bahwa keempat variabel tersebut memiliki

nilai loading faktor yang cukup kuat (semua angka positif) dan memiliki

korelasi yang positif antar variabel. Artinya dari keempat variabel

menunjukkan bahwa sikap dan penampilan karyawan bank yang menarik,

lokasi bank yang dekat juga hari dan jam buka bank akan menarik

nasabah berpengaruh pada keputusan pengajuan pembiayaan oleh

nasabah. Selain atribut bank, pengalaman mengajukan pembiayaan

berpengaruh juga pada keputusannya dalam mengajukan pembiayaan

pada sebuah bank. Sikap dan penampilan karyawan BPRS Amanah

Ummah dinilai baik oleh nasabah dan variabel ini termasuk faktor yang

mempengaruhi nasabah dalam mengajukan pembiayaan, oleh karena itu

BPRS harus mempertahankan dan terus meningkatkan kinerja dan

kualitas personilnya.

4. Faktor IV

Faktor keempat yang diberi nama ”pengaruh lingkungan”terdiri dari tiga

variabel yaitu pengaruh dari teman, media dan promosi dari banknya

Page 70: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

70

sendiri. Variabel ini memiliki eigenvalue 1,770 dan mampu menerangkan

keragaman data 6,8%. Berdasarkan nilai loading faktor yang terdapat

dalam Tabel 18, dapat dilihat bahwa variabel pengaruh dari teman, media

dan promosi memiliki nilai loading faktor dan korelasi yang positif.

Artinya terdapat pengaruh lingkungan sekitar nasabah yang

mempengaruhi nasabah dalam mengajukan pembiayaan.

5. Faktor V

Faktor kelima disebut karakteristik usaha terdiri dari dua variabel yaitu

prosfek usaha dan keuntungan usaha. Variabel ini memiliki eigenvalue

1,634 dan mampu menerangkan keragaman data 6,3%. Dapat dilihat dari

nilai loading factor dan korelasi yang positif mengartikan bahwa jika

nasabah memiliki keuntungan usaha dan prosfek usaha yang bagus,

maka akan semakin berani untuk mengajukan nasabah.

Karakteristik usaha ini terkait dengan penilaian capacity dari nasabah.

Pengukuran capacity dari nasabah dapat dilakukan melalui berbagai

pendekatan salah satunya adalah pendekatan finansial. Melalui

perhitungan laba maka dapat diperhitungkan kemampuan nasabah untuk

melunasi kewajibannya. Nasabah yang memiliki keuntungan usaha dan

prosfek usaha yang menjanjikan akan lebih memudahkan untuk

mendapatkan pembiayaan.

6. Faktor VI

Faktor keenam terdiri dari satu variabel yaitu kebutuhan akan tambahan

modal. Variabel ini memiliki eigenvalue 1,206 dan mampu menerangkan

keragaman data 4,6%. Nilai loading factor yang positif dapat diartikan

bahwa semakin meningkatnya kebutuhan akan modal, maka semakin

besar keinginan nasabah untuk mengajukan pembiayaan.

Penilaian capital merupakan penilaian sejumlah dana atau modal sendiri

yang dimiliki oleh calon nasabah. Tujuan pembiayaan adalah

menyediakan dana dan kebutuhan akan tambahan modal usaha menjadi

faktor yang mempengaruhi nasabah dalam mengajukan pembiayaan.

Akan tetapi dalam proses analisa pembiayaan, ada prinsip 5C yang salah

satunya adalah penilaian capital. Hal ini terlihat seperti kontradiktif

Page 71: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

71

dengan tujuan dari pembiayaan. Jika dipikirkan secara rasional ini

tidaklah mengherankan, dikarenakan jika nasabah menanamkan modal

sendiri yang lebih besar dibandingkan dengan porsi dari bank, maka

nasabah akan lebih bersemangat menjalankan usahanya.

7. Faktor VII

Faktor ketujuh diberi nama ”pengalaman usaha” , faktor ini hanya terdiri

dari satu variabel yaitu pengalaman usaha. Variabel ini memiliki

eigenvalue 1,036 dan mampu menerangkan keragaman data 3,9%. Nilai

loading factor yang positif dapat diartikan bahwa semakin meningkatnya

pengalaman usaha nasabah, semakin besar pengaruhnya terhadap

keputusan pengajuan pembiayaan.

Pendekatan secara historis dapat dilakukan pihak bank untuk mengukur

capacity nasabah. Pengalaman usaha tentunya terkait dengan berapa

lama usaha tersebut dijalankan, apakah usahanya selalu mengalami

kegagalan atau menunjukkan perkembangan yang semakin maju dari

waktu ke waktu. Nasabah dengan usahanya yang telah dijalankan dalam

kurun waktu yang lama dan menunjukkan perkembangan yang semakin

maju merupakan sinyal positif bagi bank.

Page 72: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

72

V. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di PT. BPRS Amanah Ummah

pada tahun 2007, maka kesimpulan yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

1) Prosedur yang diterapkan di BPRS Amanah Ummah telah sesuai dengan

kondisi nasabah UMKM, hal ini dibuktikan oleh hampir 100 % responden

mengatakan mudah. Tahapan prosedur pembiayaan BPRS Amanah

Ummah relatif cepat. Skema pembiayaan murabahah dalam praktek

berbeda dengan skema pembiayaan murabahah dalam teori.

2) Faktor utama yang dilihat BPRS dalam menilai calon nasabah adalah

character dan capacity, dimana character menunjukan kemauan dan

capacity menunjukkan kemampuan nasabah dalam membayar angsuran.

Walaupun secara syariah seharusnya bukan yang utama tetapi penilaian

jaminan yang dimiliki nasabah tetap diperhitungkan.

3) Nasabah BPRS Amanah Ummah berusia relatif muda, dengan latar

belakang pendidikan sebagian besar nasabah berada dalam kelompok

pendidikan tinggi yaitu SMA dan sarjana. Pengalaman usaha nasabah

rata-rata lebih dari 3 tahun dan pengalaman mengajukan 2-3 kali. Hampir

semua nasabah mengetahui posedur pembiayaan akan tetapi hanya

sebagian yang tahu tentang pembiayaan syariah. Jenis usaha yang

dilakukan sebagian besar responden adalah berdagang dengan jumlah

tenaga kerja sebanyak 1-4 orang.

4) Tujuh faktor yang mempengaruhi pengajuan pembiayaan yaitu: prosedur

pembiayaan yang ditetapkan oleh BPRS, karakter nasabah yang terkait

dengan keberanian mengambil resiko dan pengetahuan tentang prosedur,

atribut bank (sistem pelayanan), pengaruh lingkungan disekitar nasbah,

karakter usaha (keuntungan dan prospek), pengalaman usaha nasabah dan

kebutuhan akan tambahan modal usaha nasabah.

Page 73: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

73

2. Saran

1) Sistem jemput bola yang selama ini dilakukan oleh pihak BPRS Amanah

Ummah harus tetap dipertahankan, dikarenakan banyak nasabah yang

merasa dipermudah oleh sistem ini.

2) Mengingat masih banyak pengusaha UMKM yang tidak mengetahui

tentang pembiayaan syariah, atau pun yang sudah menjadi nasabah tetapi

tidak tahu tentang pembiayaan syariah maka diperlukan pembinaan dan

penjelasan yang lebih efektif oleh pihak BPRS Amanah Ummah pada awal

proses penyaluran pembiayaan.

3) Prosedur yang diterapkan sekarang tetap dipertahankan, sistem pelayanan,

sikap dan penampilan karyawan tetap dipertahankan dan terus

ditingkatkan mengingat hal ini merupakan faktor yang mempengaruhi

pengajuan pembiayaan oleh nasabah.

Page 74: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

74

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Yushinta Hesti. 2006. Analisis Efektivitas Kredit UKM (Studi Kasus KBMT Binaul Ummah Kelurahan Pamoyanan, Bogor Selatan). Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Arifin, Zainul. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Edisi Revisi. Pustaka Alvabet, Jakarta.

As, Deni. 2006. Apresiasi Pemerintah terhadap UMKM dan Industri BPR. Media BPR: 10.

.2006. UMKM Menyelamatkan Perekonomian Nasional.Media BPR: 11.

BPRS Amanah Ummah. Laporan Tahunan (Annual Report) 2006, Bogor.

Firmansyah. 2001. Dinamika Usaha Kecil dan Menengah. P2E-LIPI, Jakarta.

Hartati, Sri. Pengaruh Pembiayaan Terhadap Pertumbuhan Penjualan, Laba dan Aset Nasabah(Studi Kasus Pembiayaan Murabahah di PT. BPRS Amanah Ummah Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor). Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Indriaty, Etty. 2002. Menulis Karya Tulis Ilmiah Artikel, Skripsi, Tesis dan Disertasi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Jalaludin. 2002. Studi Komparasi Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang Berdasarkan Syariah dengan BPR Konvensional dalam Pemberian Kredit untuk Pengusaha Kecil Perdesaan di Nusa Tenggara Barat (NTB). Tesis pada Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kusafarida, Wida. 2003. BPR Konvensional dan BPR Syariah: Perbandingan Analisis Kinerja Keuangan dan Efektivitas Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada PT. BPR Bali Dayaupaya Mandiri, Kec Ciawi dan PT. BPRS Amanah Ummah, Kec Leuwiliang, Kab. Bogor). Skripsi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Muhammad. 2004. Manajemen Dana Bank Syariah. Ekonisia, Yogyakarta.

Nazir, Moh. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Novery, Andrian. 2006. UMKM dan Koperasi dari Bank hingga Premanisme. Horizon. http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=160279.[ 29 November 2006 ]

Partomo, T.S. dan A.R. Soejoedono. 2002. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Pursito, Didik Jokko. 2003. Kajian Efektivitas dan Faktor-Faktor Penyaluran Kredit dalam Pembiayaan Industri Kecil dan Menengah Pangan Oleh Bank Rakyat Indonesia di Semarang. Tesis pada Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Page 75: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

75

Santoso, Singgih. 2005. Menggunakan SPSS untuk Statistik Multivariat. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sumarni, Murti dan Salamah Wahyuni. 2006. Metodologi Penelitian Bisnis. Andi, Yogyakarta.

Sulistiowati, Novita dan Riskayanto. 2006. BPR dan Permodalan UMKM. Media BPR: 12.

Tangkilisan, Hessel Nogi.S. 2003. Mengelola Kredit Berbasis Good Corporate Governance: Manajemen Keuangan Bagi Analisis Kredit Perbankan. Balairung dan Co, Yogyakarta.

Tambunan, Tulus. 2002. Beberapa Isu Penting Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia. Salemba Empat, Jakarta.

Umar, Husein. 2003. Metode Riset Akuntansi Terapan.Ghalia Indonesia, Jakarta.

Page 76: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

76

Page 77: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

77

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. BPRS Amanah Ummah

STRUKTUR ORGANISASI PT BPR SYARIAH UMMAH

KABID UMUM DAN PERSONALIA

Inventaris dan Personalia

Administrasi dan Keuangan

Sekretariat

Cleaning Service

Satpam Sopir

DIREKSI

Dewan Pengawas Syariah

Asisten Direksi

DEWAN KOMISARIS

RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS)

SIM Pembukuan

Customer service

Teller Deposito

KABAG LAYANAN KABAG SIM

KA. KANTOR KAS

KABID OPERASIONAL KABID MARKETING

Funding Officer

Account Officer

ADMP Remedial Legal officer

Page 78: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

78

Lampiran 2. Prosedur pembiayaan PT BPRS Amanah Ummah

Informasi

tidak lengkap

Lengkap

Tidak

Pengisian formulir dan melengkapi persyaratatan

Layak diteruskan

Analisa

Nasabah

Customer Service

Account Officer (AO)

ya

Ditolak

Legal Officer (LO)

Taksasi

Layak diteruskan

ya

Tidak

Proses File

K3

Disetujui

ya

Tidak

Kesepakatan ADMP

Pengarsipan

Pencairan

Account Officer (AO)

Page 79: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

79

Lampiran 3. Hasil-hasil analisis Hasil Uji Reliabilitas R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Reliability Coefficients N of Cases = 60.0 N of Items = 29 Alpha = .9124 KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.

.731

Approx. Chi-Square 851.341df 325

Bartlett's Test of Sphericity

Sig. .000

Nilai MSA dari 26 variabel yang diteliti

No Variabel Nilai MSA 1 Persyaratan 0,849 2 Biaya adminstrasi 0,698 3 Jangka waktu pembayaran 0,755 4 Besarnya angsuran 0,700 5 Jangka waktu pencairan 0,729 6 Nisbah 0,779 7 Pengaruh keluarga 0,716 8 Pengaruh teman 0,613 9 Pengaruh media 0,718 10 Promosi dari BPRS 0,631 11 Tambahan modal 0,628 12 Pengalaman usaha 0,658 13 Pengalaman mengajukan pembiayaan 0,805 14 Kepercayaan diri 0,826 15 Keberanian mengambil resiko 0,683 16 Pengetahuan tentang prosedur 0,825 17 Pelayanan 0,727 18 Sikap dan penampilan karyawan 0,768 19 Lokasi 0,708 20 Jam dan hari buka 0,647 21 Pembinaan 0,850 22 Kredibilitas 0,850 23 Tekhnologi 0,819 24 Informasi yang lengkap 0,759 25 Keuntungan usaha 0,685 26 Prosfek usaha 0,631

Page 80: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

80

Lanjutan Lampiran 3. Communalities

Initial Extraction SYARAT 1.000 .712B. ADM 1.000 .775JW pembyrn 1.000 .792ANGSURAN 1.000 .729JWpencairan 1.000 .771NISBAH 1.000 .691KELUARGA 1.000 .821TEMAN 1.000 .719MEDIA 1.000 .681PROMOSI 1.000 .758nmbh modal 1.000 .777pg usaha 1.000 .795PMP 1.000 .572RESIKO 1.000 .755PD 1.000 .553TAHU pros 1.000 .629pelayanan 1.000 .816KARYAWAN 1.000 .758LOKASI 1.000 .777JAM dan hari buka 1.000 .714KREDibilitas 1.000 .644PELATihan 1.000 .712TEKNOLogi 1.000 .467iNFOrmasi 1.000 .732KEUNTUNgan 1.000 .785PROSFEK 1.000 .756

Extraction Method: Principal Component Analysis. Total Variance Explained Component Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings

Total % of

Variance Cumulative

% Total % of

Variance Cumulative

% 1 7.857 30.219 30.219 7.857 30.219 30.2192 2.874 11.055 41.275 2.874 11.055 41.2753 2.316 8.907 50.182 2.316 8.907 50.1824 1.770 6.806 56.988 1.770 6.806 56.9885 1.634 6.284 63.272 1.634 6.284 63.2726 1.206 4.639 67.911 1.206 4.639 67.9117 1.036 3.985 71.896 1.036 3.985 71.8968 .871 3.350 75.246 9 .834 3.210 78.455 10 .710 2.732 81.187 11 .612 2.352 83.539 12 .587 2.257 85.796 13 .541 2.079 87.875 14 .473 1.819 89.695 15 .437 1.682 91.376 16 .380 1.461 92.837 17 .302 1.162 94.000 18 .299 1.150 95.150 19 .257 .989 96.139 20 .236 .906 97.045 21 .198 .761 97.805 22 .160 .615 98.420 23 .145 .557 98.977 24 .116 .445 99.422 25 .086 .332 99.754 26 .064 .246 100.000

Extraction Method: Principal Component Analysis

Page 81: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

81

Lanjutan Lampiran 3.

Scree Plot

Component Number

252321191715131197531

Eige

nval

ue

10

8

6

4

2

0

Rotated Component Matrix(a)

Component 1 2 3 4 5 6 7 SYARAT .611 -.061 .422 .171 .020 .052 .354B. ADM .851 .107 .080 .048 -.173 .011 -.021JW pembyrn .831 .193 .072 -.010 -.091 .160 -.157ANGSURAN .785 -.085 .159 .107 .208 .146 -.060JWpencairan .796 .166 -.061 .185 .136 -.065 .222NISBAH .721 .171 .032 -.145 .345 .007 .035KELUARGA .166 .266 .465 .473 .175 -.007 -.503TEMAN .114 .256 -.050 .756 -.047 .061 -.248MEDIA .010 -.074 .224 .737 .158 .237 -.031PROMOSI .043 .045 .037 .806 .159 .043 .276nmbh modal .086 .084 -.110 .247 .362 .745 -.062pg usaha .079 .202 .310 .013 .151 -.046 .791PMP .064 .306 .627 -.068 .046 -.193 .195RESIKO .123 .732 .240 .006 .035 .381 .021PD .116 .524 .428 .233 .157 -.052 -.016TAHU pros .110 .737 .141 .064 .139 .152 -.085pelayanan .120 .212 .542 .343 -.265 .506 .137KARYAWAN .219 .247 .576 .212 -.160 .485 -.111LOKASI .193 .224 .782 .004 .277 .022 -.007JAM dan hari buka -.016 .161 .757 .122 .230 .143 .163KREDibilitas .211 .686 .055 .163 .065 .014 .308PELATihan .341 .518 .260 -.029 .287 .418 .047TEKNOLogi .100 .445 .071 .199 .453 .078 .064iNFOrmasi -.061 .800 .235 -.034 .103 -.142 .009KEUNTUNgan .120 .053 .202 .242 .811 .100 -.024PROSFEK .035 .358 .169 -.028 .752 .071 .163

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

Page 82: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

82

Lampiran 4. Kuisioner

Kuisioner Penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Pengajuan Pembiayaan

(PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor)

Kepada Responden yang terhormat, Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir/ skripsi, saya Yunia Indriyani, mahasiswa Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), Institut Pertanian Bogor (IPB), sangat memerlukan dukungan Bapak/Ibu untuk mengisi kuisioner ini. Kuisioner ini diedarkan dengan tujuan untuk menganalisis pembiayaan UMKM pada BPRS terutama terkait dengan prosedur pembiayaan pada BPRS Amanah Ummah. Adapun kuisioner diedarkan hanya digunakan untuk kepentingan studi. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner ini. Masukan dan informasi yang Bapak/Ibu berikan sangat berguna bagi penelitian ini. Saya mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu dalam mengisi kuisioner ini.

DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Petunjuk pengisian kuisioner: Berikan tanda (√ ) pada jawaban yang anda anggap paling tepat Untuk jawaban yang membutuhkan penjelasan, maka tulislah jawabannya pada tempet yang tersedia

No..................... A Karakteristik individu

1. Nama: ................................................................................................................................

2.Alamat:.................................................................................................................................

................ ...................................................................................Telp: ..................................

3. Jenis Kelamin : 1. Laki –laki 2. Perempuan 4. Umur : .................. 5. Pendidikan Formal Terakhir: a. tidak sekolah b. SD (Tamat/Tidak Tamat) c. SMP (Tamat/Tidak Tamat) d. SMU (Tamat/Tidak Tamat) e. Sekolah Kejuruan (Tamat/Tidak Tamat) f. Perguruan Tinggi (Tamat/Tidak Tamat)

Page 83: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

83

6. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjalankan usaha a. < 1 tahun b. 1-2 tahun c. 2-3 tahun d. > 3tahun 7. Apakah Bapak/Ibu memiliki pengalaman menjalankan usaha sebelum usaha sekarang 1. Ya 2. Tidak B. Karakteristik Usaha

1. Jenis usaha apa yang sedang Bapak/Ibu jalankan saat ini?

a Dagang (membeli barang, lalu menjualnya kembali) b Jasa (salon, bengkel, yang menawarkan jasa layanan) c Peternakan (beternak ayam, sapi, dsb) d Bertani e Perkebunan f Idustri / produksi g Lainnya, sebutkan................................................

2. Pada saat pertama kali Bapak/Ibu mendirikan usaha ini, berapa jumlah modal yang dibutuhkan Rp:.....................................................................

3. Untuk menambah modal atau mengembangkan usaha ini, apakah Bapak/ibu perlu meminjam ke Bank?

a Ya b Tidak Jika jawaban ya, lanjut ke pertanyaan di bawah ini Berapa besar pinjaman yang Bapak/Ibu pinjam dari Bank a. < 1 juta b. 1- 5 juta c. 5-10 juta d. 10-50 juta e. > 50 juta Apakah jumlah pembiayaan/pinjaman tersebut mencukupi kebutuhan modal usaha

1. Ya 2. Tidak 4. Apakah semua (100%) uang pinjaman tersebut digunakan untuk meningkatkan usaha? a. Ya b. Tidak jika tidak, alasannya.................................................................... ..................................................................................................... 5. Dalam menjalankan usaha ini, apakah Bapak/Ibu memerlukan tenaga kerja

a Ya b Tidak Jika ya, berapa jumlah tenaga kerja (TK) yang Bapak/Ibu gunakan untuk menjalankan usaha ini a. 1-4 TK b. 5-19 TK c. 20-99 TK d. >100 TK

6. Bagaimana pemasaran (penjualan) produk atau barang dari usaha Bapak/Ibu a. Lancar b. Tidak jika tidak, alasannya .................................................................................................................... .................................................................................................................... 7. Apakah Bapak/Ibu memiliki pembukuan usaha

1. Ya 2. Tidak 8. Apakah Bapak/Ibu memisahkan antara keuangan pribadi dengan keuangan usahanya?

1. Ya 2. Tidak 9. Perkiraan jumlah keuntungan yang di dapat dari usaha ini per bulannya Rp.............................. C. Alasan Pengajuan Pembiayaan 1. Apakah Bapak/Ibu mendengar informasi tentang pembiayaan syariah?

1. Ya 2. Tidak 2. Darimana Bapak/Ibu mendengar informasi tentang pembiayaan syariah

a. Teman

Page 84: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

84

b. keluarga c. koran/majalah d. acara TV e. pelatihan/seminar yang diadakan sebuah instansi f. lainnya, sebutkan................................

3. Kenapa Bapak/Ibu mengajukan pembiayaan ke BPRS Amanah Ummah? (urutkan sesuai alasan yang paling penting ) a. Letak BPRS yang dapat dijangkau ..................... b. fasilitas dan pelayanan yang memuaskan ..................... c. kebutuhan akan tambahan modal .................... d. sesuai dengan syariat islam .................... e. lainnya,

sebutkan................................................................................................................. 4.Jenis Pembiayaan yang Bapak/ibu pernah diajukan ke BPRS Amanah Ummah?

a Mudharabah b Musyarakah c Murabahah d Ijarah e Qardhul hasan Alasan memilih jenis pembiayaan tersebut..........................................................

5.Sudah berapa kali Bapak/Ibu mengajukan pembiayaan ke BPRS a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali d. > 3 kali 8. Apakah Bapak/Ibu pernah mengalami keterlambatan dalam pembayaran cicilanya?

1. Ya 2. Tidak Jika ya, sudah berapa kali................, Alasannya ................................................ .............................................................................................................................

6. Status pembiayaan a Sudah selesai (lunas) b Sedang mencicil

7. Biasanya persyaratan apa saja yang harus dipenuhi oleh Bapak/Ibu untuk mengajukan kredit?(BOLEH MEMILIH LEBIH DARI SATU)

a Pengisian formulir permohonan b KTP/Kartu keluarga c Surat izin usaha d Slip gaji e Slip tagihan telpon/listrik f Jaminan g Lainnya, sebutkan..........................

8. Menurut Bapak/Ibu persyaratan diatas: a. Mudah b. Sedang c. Sulit Jika menyulitkan, di bagian persyaratan mana Bapak/Ibu merasa sulit untuk memenuhi....................................................................

9. Jenis agunan (jaminan) untuk memenuhi syarat pengajuan pembiayaan di BPRS:..............................................................................................

10. Apakah untuk memenuhi syarat agunan tersebut, Bapak/Ibu merasa a. Kesulitan b. Biasa saja c. Mudah 11. Berapa biaya administrasi yang harus dibayar Bapak/Ibu setiap kali mengajukan

pembiayaan di BPRS Rp:....................../ berapa..........% dari pinjaman sebesar Rp:..........................

12. Apakah menurut Bapak/Ibu biaya administrasi tersebut?

Beri peringkat 1-5 dari yang paling penting hingga tidak penting

Page 85: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

85

a. Tinggi b. Sedang c. Rendah 13. Berapa jangka waktu pengembalian pembiayaan dari BPRS?.................. 14. Apakah penetapan jangka waktu tersebut memberatkan? 1. Ya 2. Tidak Jika ya, seharusnya................................bln/thn 15. Apakah Bapak/Ibu mengetahui prosedur pembiayaan sebelum mengajukan pembiayan.

Ya 2. Tidak

Page 86: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

86

16. Pada saat Bapak/Ibu mengajukan pembiayaan ke BPRS Amanah Ummah, alasan-alasan manakah yang memberi pengaruh pada keputusan Bapak/Ibu untuk mengambil pembiayaan/pinjaman

( BERI NILAI UNTUK SEMUA ALASAN PADA TABEL DIBAWAH INI)

( Terimakasih Atas Kerjasamanya.................^_^

Nilai Keinginan untuk menambah modal Keinginan memajukan usaha Pengalaman usaha Pengalaman melakukan pembiayaan Status kepegawaian Keberanian mengambil resiko Percaya diri Pengetahuan tentang prosedur Sistem pelayanan Sikap dan penampilan karyawan Lokasi yang mudah dijangkau Jam dan hari buka Tekhnologi yang digunakan Pelatihan –pelatihan yang diberikan Kredibilitas BPRS Informasi yang dibutuhkan lengkap Pengaruh dri keluarga Pengaruh dari teman Pengaruh media (TV, koran) Iklan (promosi) dari pihak BPRS Persyaratan pengajuan yang mudah Besarnya jaminan Biaya administrasi Jangka waktu pembayaran Besarnya angsuran Jangka waktu pencairan pembiayaan Persentase bagi hasil/nisbah Keuntungan yang besar Usaha yang memiliki prospek bagus

Beri Nilai: 1= sangat tidak berpengaruh 2= tidak berpengaruh 3= cukup berpengaruh 4 = berpengaruh 5= sangat berpengaruh

Page 87: PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor

2