25
Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi nasional di samping usaha swasta dan koperasi. Dalam sistem perekonomian nasional, peran BUMN cukup strategis, seperti: penghasil barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; sebagai pelopor atau perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati oleh swasta; sebagai pelaksana pelayanan publik; penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar; serta turut membantu pengembangan usaha kecil dan koperasi. BUMN yang seluruh maupun sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang signifikan. Penerimaan negara tersebut dalam bentuk berbagai jenis pajak, dividen, dan hasil privatisasi yang pada tahun 2010 nilainya mencapai Rp.132,7 triliun. Kontribusi BUMN terhadap perekonomian Indonesia itu sendiri mencapai Rp. 2.130 triliun, baik dalam bentuk kapitalisasi pasar modal, operational expenditure (opex), program kemitraan, bina lingkungan, Kredit Usaha Rakyat (KUR), capital expenditure (capex), mapun public service obligation (PSO). Selain itu, masih terdapat 105.260 kelompok usaha menjadi mitra binaan BUMN yang juga memberikan kontribusi cukup signifikan terhadap perekonomian Indonesia. 1 Melihat peran penting dan strategis BUMN di atas, seiring dengan perkembangan ekonomi baik di tingkat lokal maupun internasional, serta persaingan usaha yang semakin ketat tuntutan kepada BUMN untuk menjalankan bisnisnya secara efektif, efisien, dan profesional menjadi semakin tinggi. Namun demikian, masih didapati beberapa kelemahan BUMN seperti: sering adanya kebijakan atau peraturan pemerintah yang menguntungkan BUMN yang justru berakibat kepada lemahnya BUMN dalam persaingan usaha; kurang lincah dalam bertindak; dan lamban dalam mengambil keputusan. Kondisi ini membuat BUMN kehilangan momentum usaha yang dapat berakibat pada kerugian usaha. Selain itu, potensi korupsi masih muncul di BUMN karena masih adanya konflik kepentingan di internal, serta lemahnya pengendalian internal. 1 Peran BUMN dalam Percepatan & Perluasan Pembangunan Nasional, Kementerian BUMN, Bogor 11 Februari 2011 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 1

PT Jasa Marga

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PT Jasa Marga

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi nasional di

samping usaha swasta dan koperasi. Dalam sistem perekonomian nasional, peran

BUMN cukup strategis, seperti: penghasil barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam

rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; sebagai pelopor atau

perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati oleh swasta; sebagai

pelaksana pelayanan publik; penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar; serta

turut membantu pengembangan usaha kecil dan koperasi.

BUMN yang seluruh maupun sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan negara

yang dipisahkan merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang signifikan.

Penerimaan negara tersebut dalam bentuk berbagai jenis pajak, dividen, dan hasil

privatisasi yang pada tahun 2010 nilainya mencapai Rp.132,7 triliun. Kontribusi BUMN

terhadap perekonomian Indonesia itu sendiri mencapai Rp. 2.130 triliun, baik dalam

bentuk kapitalisasi pasar modal, operational expenditure (opex), program kemitraan,

bina lingkungan, Kredit Usaha Rakyat (KUR), capital expenditure (capex), mapun

public service obligation (PSO). Selain itu, masih terdapat 105.260 kelompok usaha

menjadi mitra binaan BUMN yang juga memberikan kontribusi cukup signifikan

terhadap perekonomian Indonesia.1

Melihat peran penting dan strategis BUMN di atas, seiring dengan perkembangan

ekonomi baik di tingkat lokal maupun internasional, serta persaingan usaha yang

semakin ketat tuntutan kepada BUMN untuk menjalankan bisnisnya secara efektif,

efisien, dan profesional menjadi semakin tinggi. Namun demikian, masih didapati

beberapa kelemahan BUMN seperti: sering adanya kebijakan atau peraturan

pemerintah yang menguntungkan BUMN yang justru berakibat kepada lemahnya

BUMN dalam persaingan usaha; kurang lincah dalam bertindak; dan lamban dalam

mengambil keputusan. Kondisi ini membuat BUMN kehilangan momentum usaha yang

dapat berakibat pada kerugian usaha. Selain itu, potensi korupsi masih muncul di

BUMN karena masih adanya konflik kepentingan di internal, serta lemahnya

pengendalian internal.

1 Peran BUMN dalam Percepatan & Perluasan Pembangunan Nasional, Kementerian BUMN, Bogor 11 Februari 2011

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 1

Page 2: PT Jasa Marga

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

Guna mengatasi hal tersebut dan untuk memperbaiki kinerja BUMN, beberapa upaya

perlu dilakukan. Di dalam berbagai analisis dikemukakan, ada keterkaitan antara krisis

ekonomi, krisis finansial, dan krisis yang berkepanjangan di berbagai negara dengan

lemahnya sistem tata kelola perusahaan yang baik2. Semakin baik dan efektifnya

sistem tata kelola perusahaan akan memungkinkan terbentuknya sistem pengendalian

(checks and balances) yang lebih efektif antar unit kerja di internal entitas usaha,

serta antara entitas usaha tersebut dengan pemangku kepentingan yang lebih luas.

Dalam kaitan mengatasi kelemahan dari kemungkinan timbulnya potensi korupsi di

BUMN, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan Studi Prakarsa Anti Korupsi

(SPAK) BUMN. Kegiatan SPAK BUMN 2011 dilaksanakan dalam rangka mengukur

efektivitas dari prakarsa antikorupsi yang dilakukan oleh BUMN.

1.2. Dasar Hukum

Dalam pelaksanaan Studi Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) 2011, KPK mendasari pada

kewenangan yang dimilikinya. Dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi disebutkan;

1. Pasal 4 menyebutkan: “Komisi Pemberantasan Korupsi dibentuk dengan

tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya

pemberantasan tindak pidana korupsi”.

2. Pasal 8 ayat 1 menyebutkan: “Dalam melaksanakan tugas supervisi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, Komisi Pemberantasan

Korupsi berwenang melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan

terhadap instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang

berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan instansi yang

dalam melaksanakan pelayanan publik”.

3. Pasal 14 menyebutkan “Dalam melaksanakan tugas monitor sebagaimana

dimaksud dalam pasal 6 huruf e, KPK berwenang untuk:

1. Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi di

semua lembaga negara dan pemerintah;

2. Memberi saran kepada pimpinan lembaga negara dan pemerintah untuk

melakukan perubahan jika berdasarkan hasil pengkajian, sistem

pengelolaan administrasi tersebut berpotensi korupsi;

2 Studi Implementasi Good Corporate Governance di Sektor Swasta, BUMN, dan BUMD, KPK Tahun 2008

2 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Page 3: PT Jasa Marga

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

3. Melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan Perwakilan

Rakyat Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa Keuangan, jika saran

Komisi Pemberantasan Korupsi mengenai usulan perubahan tersebut

tidak diindahkan.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention

Against Corruption (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Antikorupsi) disebutkan:

1. Pasal 7 ayat (4): “Setiap Negara Peserta wajib sesuai dengan prinsip-prinsip

dasar dari sistem hukum nasionalnya, berusaha keras untuk mengadopsi,

memelihara dan memperkuat sistem yang meningkatkan transparansi, dan

mencegah konflik-konflik kepentingan”.

2. Pasal 8 ayat (1): ”Untuk memerangi korupsi, Setiap Negara Peserta wajib

meningkatkan, antara lain: integritas, kejujuran, dan tanggung jawab di antara

para pejabat-pejabat publiknya, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem

hukumnya”.

3. Pasal 10: “Dengan memperhatikan kebutuhan untuk memberantas korupsi

setiap Negara Peserta wajib, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukum

nasionalnya, mengambil tindakan-tindakan yang mungkin untuk meningkatkan

transparansi dalam administrasi publiknya, bila diperlukan termasuk termasuk

mengenai organisasi keuangan dan proses pembuatan keputusannya”.

4. Pasal 12: ”Setiap Negara Peserta wajib mengambil tindakan-tindakan, sesuai

dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukum nasionalnya, untuk mencegah

korupsi yang melibatkan sektor swasta, meningkatkan standar akutansi dan

audit di sektor swasta, dan dimana diperlukan, memberikan sanksi perdata,

administratf dan pidana yang efektif sebanding untuk kelalaian memenuhi

tindakan-tindakan tersebut.”

1.3. Tujuan

Secara umum, SPAK bertujuan untuk mengukur efektivitas prakarsa antikorupsi di

BUMN. Rincian tujuan kegiatan SPAK adalah:

1. Mendapatkan gambaran aktual tentang adanya prakarsa dan penerapan

pencegahan korupsi di BUMN;

2. Memastikan bahwa setiap BUMN memiliki komitmen terhadap upaya

pencegahan korupsi yang berada di lingkungan dan kewenangannya;

3. Mendorong BUMN bertanggung jawab terhadap keberhasilan upaya

pencegahan korupsi di lembaganya;

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 3

Page 4: PT Jasa Marga

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

4. Sebagai salah satu acuan untuk melakukan perbaikan kinerja BUMN, baik atas

inisiatif sendiri maupun melalui intervensi kebijakan oleh pemerintah.

1.4. Ruang Lingkup

Berdasarkan tujuan di atas, maka SPAK dibatasi dengan melakukan penilaian terhadap

prakarsa antikorupsi dan penerapannya di 4 BUMN yang mewakili sektor energi,

konstruksi, keuangan, dan transportasi, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel I.1Perserta SPAK 2011

No BUMN Sektor

1 PT PERTAMINA (Persero) Energi

2 PT JASA MARGA (Persero) Tbk. Konstruksi

3 PT JAMSOSTEK (Persero) Keuangan

4 PT ANGKASA PURA II (Persero) Transportasi

1.5. Metodologi dan Tahapan Kegiatan

1.5.1. Metode

Indikator dan bobot yang digunakan sebagai parameter dalam penilaian SPAK BUMN

tahun 2011 adalah sebagai berikut :

1. Indikator Utama

Indikator utama merupakan indikator yang wajib dipenuhi dan dianalisis oleh

BUMN. Indikator ini merupakan pedoman dalam penilaian kuantitatif.

Penentuan indikator utama diputuskan oleh KPK berdasarkan hasil FGD (Focus

Group Discussion) dengan peserta tenaga ahli (pakar) eksternal yang relevan

dan pejabat struktural KPK.

2. Indikator Inovasi

Indikator inovasi bersifat bebas. Peserta dapat mencantumkan prakarsa

antikorupsi di luar prakarsa pada 7 indikator utama dalam sebuah laporan,

yang nantinya akan dinilai secara kualitatif. Indikator ini disiapkan untuk

mengantisipasi jika ternyata BUMN memiliki inovasi lain di luar indikator

utama.

4 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Page 5: PT Jasa Marga

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

Setiap indikator yang digunakan dalam SPAK menggunakan bobot yang ditentukan

berdasarkan hasil konsultasi dengan pakar eksternal dan struktural KPK. Berikut

adalah indikator, subindikator, dan bobot SPAK 2011.

Tabel I.2Indikator, Subindikator dan Bobot SPAK 2011

Indikator Subindikator

Indikator Utama (0,942)

1. Keteladanan Pimpinan (Tone Of The Top) (0,186)

aKetersediaan Kebijakan Pimpinan (BOC dan BOD) terkait anti korupsi (0,260)

bPeran Pimpinan dalam Penerapan Kebijakan Antikorupsi (0,480)

c Pengawasan dan Evaluasi (0,260)2. Pedoman tentang

Etika dan Perilaku (Code of Ethic dan Code of Conduct)

(0,139)

aKetersediaan dan Kelengkapan Pedoman tentang Etika dan Perilaku (0,390)

b Penerapan Pedoman Etika dan Perilaku (0,420)

c Evaluasi (0,190)

3. Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (Conflict of Interest) (0,121)

aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,390)

bPenerapan Aturan Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,410)

c Evaluasi (0,200)

4. Pengelolaan Sistem Pengaduan (Whistle Blowing System) (0,139)

aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,430)

b Penerapan Aturan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,390)

c Evaluasi (0,170)

5. Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (Wealth Disclosure)

(0,084)

aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,360)

bPenerapan Aturan Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,430)

c Evaluasi (0,210)

6. Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (Managing Gift) (0,103)

aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,390)

bPenerapan Aturan Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,450)

c Evaluasi (0,160)7. Penegakan Aturan

(Rules Enforcement) (0,171)

a Penegakan Aturan (1,00)

Indikator Inovasi (0,058)

Prakarsa Lainnya (1,00)

Terdapat 7 indikator utama yang ditetapkan sebagai hasil FGD tersebut, untuk

selanjutnya diturunkan dalam subindikator–subindikator. Masing-masing subindikator

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 5

Page 6: PT Jasa Marga

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

mencerminkan adanya ketersediaan, penerapan, serta proses evaluasi terhadap

masing-masing indikator. Selanjutnya ketujuh indikator dan subindikator

dioperasionalkan dalam bentuk kuesioner yang terdiri dari 81 pertanyaan (kuesioner

terlampir). Setiap pertanyaan dalam kuesioner diisi oleh peserta SPAK dengan

melampirkan bukti-bukti untuk mendukung validitas jawaban.

Nilai SPAK terendah adalah 0 dan tertinggi 10. Nilai 0 berarti peserta SPAK tidak

mempunyai prakarsa/inisiatif antikorupsi sesuai dengan harapan penilaian ini.

Sementara nilai 10 menunjukkan unit utama telah melakukan prakarsa/inisiatif

antikorupsi sesuai dengan seluruh indikator dalam SPAK.

Selain mengisi kuesioner, peserta SPAK juga didorong untuk mengisi kuesioner

tentang inovasi pencegahan korupsi yang telah dilakukan di luar tujuh indikator utama

SPAK yang telah ditetapkan.

1.5.2. Tahapan Kegiatan

Studi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Penetapan indikator utama

Penetapan indikator utama ini dilakukan melalui dua tahap yaitu konsultasi

dengan pakar dan konsultasi dengan internal KPK.

2. Penyusunan dan penyebaran kuesioner

Kuesioner terdiri dari rangkaian pertanyaan tertutup dan semi terbuka yang

disusun berdasarkan rincian dari indikator utama yang telah ditetapkan

sebelumnya. Kuesioner bersifat objektif untuk memudahkan verifikasi data.

3. Penilaian sendiri (self-assessment) oleh peserta SPAK

Pada tahap ini, BUMN mengisi kuesioner yang diberikan. Untuk menunjang

validitas jawaban, BUMN diwajibkan memberikan bukti yang relevan.

Sinkronisasi jawaban dan lampiran bukti ini yang dijadikan dasar bagi KPK

untuk melakukan verifikasi. Atas dasar verifikasi tersebut, dihitung nilai yang

menunjukkan tingkatan inisiatif antikorupsi yang dilakukan oleh BUMN.

4. Penilaian oleh KPK

KPK melakukan penilaian akhir dengan mempertimbangkan hasil pengisian

sendiri oleh instansi dan kelengkapan bukti. Untuk mempertegas hasil

penilaian, KPK juga melakukan observasi lapang untuk memastikan kegiatan

pencegahan korupsi seperti yang dilaporkan dalam SPAK. Hasil dari penilaian

KPK menentukan peringkat dari masing-masing peserta SPAK.

6 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Page 7: PT Jasa Marga

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

5. Pelaporan Akhir dan Diseminasi

Laporan akhir dibuat dengan melaporkan skor masing-masing unit utama

sesuai indikator yang ditetapkan. Hasilnya dipaparkan kepada peserta SPAK

dalam sebuah rapat tertutup.

Secara ringkas, rangkaian tahapan kegiatan SPAK tahun 2011 adalah:

Gambar 1.1

Tahapan Kegiatan SPAK 2011

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 7

Penyusunan& Penyebaran Kuesioner

Penilaianoleh Tim Ahli KPK

Jan-Feb Feb-Mar Apr-Juli Agt-Sept Okt-Nov

Self-Assessmentoleh BUMN

PenetapanIndikatorUtama

LaporanAkhir danDiseminasi

Page 8: PT Jasa Marga

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

BAB II

PROFIL PT JASA MARGA (Persero) Tbk.

2.1. Sejarah Perusahaan PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

PT Jasa Marga (Persero) Tbk. dibentuk pada tanggal 1 Maret 1978 melalui Peraturan

Pemerintah No. 4 Tahun 1978 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia

untuk pendirian persero. Pada tanggal 9 Maret 1978, Presiden Soeharto meresmikan

jalan tol bebas hambatan pertama yang menghubungkan Jakarta dan Bogor, yang

merupakan jalan tol pertama di Indonesia. Tujuan awal pendirian PT Jasa Marga

(Persero) Tbk. adalah untuk mengoperasikan dan memelihara ruas jalan tersebut

secara mandiri tanpa membebani anggaran Pemerintah. Ir Sutami, Menteri Pekerjaan

Umum ketika itu, adalah inisiator awal didirikannya PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

Pada tanggal 12 November 2007, status PT Jasa Marga (Persero) Tbk. berubah

menjadi Perusahaan Terbuka dengan melepas 30% sahamnya kepada publik melalui

Bursa Efek Indonesia.

2.2. Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan

2.2.1. Visi dan Misi Perusahaan

Berdasarkan UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan PP No.15 Tahun 2005 tentang

Jalan Tol, dimana peran PT Jasa Marga (Persero) Tbk. yang semula sebagai otorisator,

pengembang, dan operator, berubah menjadi pengembang dan operator saja. Sebagai

tindak lanjut dari perubahan peran tersebut, maka perusahaan sejak tahun 2006

mengubah visi dan misinya menjadi sebagai berikut:

• Visi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. adalah menjadi perusahaan modern dalam

bidang pengembangan dan pengoperasian jalan tol, menjadi pemimpin (leader)

dalam industri jalan tol dengan mengoperasikan mayoritas jalan tol di

Indonesia, serta memiliki daya saing yang tinggi di tingkat nasional dan

regional.

• Misi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. adalah menambah panjang jalan tol secara

berkelanjutan, sehingga perusahaan menguasai paling sedikit 50% panjang

jalan tol di Indonesia dan usaha terkait lainnya, dengan memaksimalkan

pemanfaatan potensi keuangan perusahaan, serta meningkatkan mutu dan

efisiensi jasa pelayanan jalan tol melalui penggunaan teknologi yang optimal

8 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Page 9: PT Jasa Marga

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

dan penerapan kaidah-kaidah manajemen perusahaan modern dengan tata

kelola yang baik.

2.2.2. Tata Nilai Perusahaan

Tata Nilai merupakan nilai-nilai yang telah ada dalam setiap insan PT Jasa Marga

(Persero) Tbk. Tata nilai ini merupakan perwujudan dari sikap dan perilaku seluruh

karyawan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. yang dilaksanakan untuk mendukung

pencapaian tujuan perusahaan secara baik dan benar. Tata nilai tersebut adalah:

a. Integritas

1. Bekerja hanya untuk kepentingan perusahaan. Tidak pernah

menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan lain diluar

kepentingan perusahaan;

2. Bertanggung jawab dan senantiasa dapat menjelaskan keputusan

dan langkah-langkah yang diambil dalam pekerjaan;

3. Senantiasa menggunakan etika dalam bekerja;

4. Senantiasa menjadi panutan bagi lingkungannya.

b. Mencintai Pekerjaan (Passion)

1. Semangat dan keinginan yang kuat untuk senantiasa berbuat

yang terbaik di bidangnya;

2. Menyenangi tugasnya dan selalu berpikir positif dalam bekerja;

3. Bangga terhadap perusahaan sebagai wujud dari kebanggaan

pada bangsa dan negara;

4. Senantiasa menghasilkan kualitas pekerjaan yang terbaik.

c. Senang Belajar untuk Kemajuan (Learning)

1. Selalu ingin mengetahui dan belajar hal-hal baru untuk

kemajuan perusahaan;

2. Melihat jauh ke depan dan senantiasa berusaha untuk membawa

perusahaan ke tingkat yang lebih tinggi;

3. Berani mencoba hal-hal baru dengan niat semata-mata untuk

memperbaiki kualitas proses dan produk perusahaan.

d. Membangun Kepercayaan (Trust)

1. Percaya pada niat baik;

2. Senantiasa membangun kepercayaan di antara seluruh jajaran

perusahaan;

3. Tidak terkotak-kotak, selalu saling membantu untuk kepentingan

perusahaan semata.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 9

Page 10: PT Jasa Marga

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

3.3. Struktur Organisasi PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

Berdasarkan surat keputusan Direksi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Nomor

194/KPTS/2009 tanggal 08 Desember 2009 tentang Struktur Organisasi PT Jasa Marga

(Persero) Tbk. jo. Keputusan Direksi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 156/KPTS/2010

tanggal 22 September 2010 tentang Perubahan atas Keputusan Direksi PT Jasa Marga

(Persero) Tbk. Nomor: 194/KPTS/2009 tentang Struktur Organisasi PT Jasa Marga

(Persero) Tbk., maka struktur organisasi dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk. tahun

2011 terlihat dalam gambar 2.1

Gambar 2.1Struktur Organisasi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Tahun 2011

10 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Page 11: PT Jasa Marga

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

3.4. Kinerja Perusahaan

PT Jasa Marga (Persero) Tbk. berhasil membukukan laba bersih tahun 2010 untuk

pertama kalinya menembus Rp 1 triliun yaitu sebesar Rp 1,193 triliun, atau naik

sebesar 20,23% dibanding tahun 2009 yang mencapai Rp 992,69 milyar. Peningkatan

laba bersih ini terjadi karena pendapatan usaha yang berhasil dibukukan Jasa Marga

pada tahun 2010 mencapai Rp. 4,37 triliun atau meningkat 18,60% dibanding

pendapatan usaha tahun 2009 yang mencapai Rp. 3,69 triliun.

Pencapaian kinerja keuangan ini terutama diperoleh dari hasil peningkatan volume lalu

lintas selama 2010 yang mencapai 957,89 juta kendaraan atau meningkat sebesar

4,41%, dibandingkan tahun 2009 yang sebesar 916,48 juta kendaraan.

Gambar 2.2Grafik Kinerja PT Jasa Marga (Persero) Tbk. dan Anak Perusahaan

Sumber: Laporan Keuangan Rekonsiliasi PT Jasa Marga (Persero) Tbk. dan sumber lainnya

Pendapatan Usaha Perusahaan di tahun 2010 adalah Rp 4,3 triliun. Dengan mulai

beroperasinya jalan tol baru secara bertahap di tahun 2011, maka pendapatan usaha

di tahun 2011 diproyeksikan sebesar Rp 4,8 triliun. Posisi akhir tahun 2010, total aset

perusahaan adalah Rp 18,8 triliun dengan equitas Rp 7,8 triliun.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 11

2008 2009 20100

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

20,000

14,642

16,174

18,952

3,354 3,6924,379

707 992 1,193

AsetPendapatan usahaLaba Bersih

TAHUN

JUM

LAH

(Dal

am M

iliar

Rup

iah)

Page 12: PT Jasa Marga

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

BAB III

NILAI SPAK PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk. 2011

3.1. Perhitungan Nilai SPAK PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

Nilai SPAK 2011 yang diperoleh setiap BUMN, merupakan gabungan dari indikator

utama dengan bobot 0,942 dan indikator inovasi dengan bobot 0,058. Nilai dengan

bobot SPAK 2011 yang diperoleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. adalah sebesar 6,19

dengan perincian nilai indikator dan subindikator seperti terlihat dalam Tabel III.1.

Tabel III.1Nilai SPAK PT Jasamarga (Persero) Tbk.

Indikator Subindikator

Indikator Utama (0,942)

6,04

Keteladanan Pimpinan (Tone Of The Top) (0,186)

9,68

aKetersediaan Kebijakan Pimpinan (BOC dan BOD) terkait anti korupsi (0,260)

10,00

bPeran Pimpinan dalam Penerapan Kebijakan Antikorupsi (0,480)

9,33

c Pengawasan dan Evaluasi (0,260) 10,00

Pedoman tentang Etika dan Perilaku (Code of Ethic dan Code of Conduct)(0,139)

8,82

aKetersediaan dan Kelengkapan Pedoman tentang Etika dan Perilaku (0,390)

9,68

b Penerapan Pedoman Etika dan Perilaku (0,420) 7,49

c Evaluasi (0,190) 10,00

Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (Conflict of Interest) (0,121)

2,08

aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,390) 0,00

bPenerapan Aturan Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (0,410)

5,07

c Evaluasi (0,200) 0,00

Pengelolaan Sistem Pengaduan (Whistle Blowing System) (0,139)

2,03

aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,430)

0,00

bPenerapan Aturan Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,390) 5,20

c Evaluasi (0,170) 0,00

Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (Wealth Disclosure)(0,084)

6,24

aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,360) 9,00

bPenerapan Aturan Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (0,430)

6,98

c Evaluasi (0,210) 0,00

Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (Managing Gift) (0,103)

2,43

aKetersediaan dan Kelengkapan Aturan Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,390)

0,00

bPenerapan Aturan Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah (0,450)

5,40

c Evaluasi (0,160) 0,00

Penegakan Aturan (Rules Enforcement) (0,171) 10,00 Penegakan Aturan (1,00) 10,00

Indikator Inovasi(0,058)8,61

Prakarsa Lainnya (1,00)

12 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Page 13: PT Jasa Marga

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

Tabel III.1 menunjukkan bahwa secara umum pimpinan dan karyawan PT Jasa Marga,

(Persero) Tbk. telah mempunyai komitmen antikorupsi di perusahaannya. Hal ini

terlihat pada nilai indikator keteladanan pimpinan dan penegakan aturan yang

memberikan nilai cukup tinggi. Komitmen tersebut ditunjukkan dalam bentuk

keteladanan sikap dan perilaku pimpinan dalam kehidupan sehari-hari yang kemudian

dipertegas dengan diberlakukannya peraturan–peraturan antikorupsi sekaligus

penegakannya.

3.2. Indikator Utama SPAK 2011

3.2.1. Keteladanan Pimpinan (Tone of The Top)

Dalam suatu organisasi, faktor keteladanan sangat penting untuk menggerakkan

bawahan. Hanya dengan keteladanan pimpinan, suatu organisasi dapat memperoleh

kepercayaan baik dari bawahan, rekanan, maupun dari pemegang saham.

Keteladanan pimpinan juga dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan pengendalian

yang baik. Oleh karena itu, dalam suatu organisasi mutlak diperlukan pemimpin yang

dapat dipercaya dan mampu menggerakkan seluruh sumber daya organisasinya demi

mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Pemimpin tidak dilahirkan, tetapi

dibentuk melalui suatu proses penguasaan knowledge, skill, dan attitude yang

dibutuhkan. Keteladanan pimpinan (tone of the top) dibutuhkan untuk membangun

kultur/budaya yang kokoh bagi organisasinya.

Pentingnya keteladanan pimpinan (tone of the top) menjadikan indikator ini sebagai

indikator SPAK dengan bobot terbesar yakni (0,186) atau 18,6%. Tolak ukurnya

adalah implementasi aturan dan aktivitas pimpinan perusahaan (Direksi dan

Komisaris) yang mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana

korupsi. Komitmen pimpinan perusahaan juga didukung oleh Kementerian BUMN

dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-117/MBU/2002

tentang Penerapan Praktek GCG di BUMN.

Indikator keteladanan pimpinan dibagi dalam 3 subindikator yaitu: (a) ketersediaan

kebijakan pimpinan terkait antikorupsi ; (b) peran pimpinan dalam penerapan

kebijakan antikorupsi ; serta (c) pengawasan dan evaluasi yang dilakukan oleh

pimpinan. Indikator keteladanan pimpinan dalam penilaian SPAK 2011 memiliki bobot

tertinggi, sehingga nilai yang diperoleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. sebesar 9,68

untuk indikator ini memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap nilai akhir

SPAK. Dari ketiga subindikator tersebut, subindikator mengenai ketersediaan aturan

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 13

Page 14: PT Jasa Marga

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

dan subindikator pengawasan dan evaluasi telah mendapatkan nilai sempurna (10).

Artinya instrumen aturan dan evaluasi yang ada dalam mendukung keteladanan

pimpinan di PT Jasa Marga (Persero) Tbk. sudah mencukupi. Berikut disampaikan

rincian hasil penilaian indikator keteladanan pimpinan:

Tabel III.2Nilai Keteladanan Pimpinan

Peringkat Instansi

Keteladanan Pimpinan(0,186)

Nilai Total

Subindikator

Ketersediaan Aturan(0,26)

Peran Pimpinan

(0,48)

Pengawasan & Evaluasi(0,26)

1 PT Jasa Marga, Tbk.

(Persero)

9,68 10,00 9,33 10,00

Berdasarkan pengamatan di lapangan, informasi dari sejumlah staf dan dokumen yang

disampaikan, komitmen Direksi terutama Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero)

Tbk. dalam melakukan program antikorupsi terlihat nyata. Buktinya adalah dengan

telah diterbitkannya Surat Keputusan Direksi Nomor 77/KPTS/2005 tentang Pedoman

Penerapan Prinsip-Prinsip GCG di PT Jasa Marga (Persero) Tbk. yang kemudian

diperbaharui dengan Surat Keputusan Direksi Nomor 96/KPTS/2011. Keputusan

Direksi tersebut disosialisasikan langsung oleh Direksi dalam sejumlah kegiatan di PT

Jasa Marga (Persero) Tbk. Karyawan menganggap kegiatan yang langsung dipimpin

oleh Direktur Utama ini membuat yang bersangkutan layak dijadikan figur teladan

bagi bawahannya.

Nilai keteladanan pimpinan yang baik tersebut pada hakikatnya masih bisa

ditingkatkan kualitasnya. Dalam upaya pencegahan korupsi, kegiatan keteladanan

dapat diterapkan melalui peningkatan peran pimpinan dalam melakukan pengawasan

terhadap penerapan pencegahan korupsi sebagai bagian dari tata kelola perusahaan

yang baik. Supaya kegiatan pengawasan tersebut efektif, sebaiknya dilakukan

evaluasi secara berkala.

Keteladanan juga dapat ditunjukkan melalui konsistensi sikap pimpinan dalam

menangani setiap permasalahan dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik.

14 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Page 15: PT Jasa Marga

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

Kondisi ini akan menumbuhkan kepercayaan karyawan kepada pimpinan serta

menumbuhkan komitmen dari seluruh karyawan sehingga akan meningkatkan

produktivitas perusahaan.

3.2.2. Pedoman Etika dan Perilaku (Code of Ethics and Code of Conduct)

Dalam upaya mencapai keberhasilan dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi

diperlukan aturan pedoman etika dan perilaku (code of ethics and code of conduct).

Pedoman ini dapat menjadi acuan bagi organ perusahaan dan semua karyawan dalam

menerapkan nilai-nilai (values) dan etika bisnis, sehingga menjadi bagian dari budaya

perusahaan. Prinsip dasar yang harus dimiliki oleh perusahaan adalah3:

1. Setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan (corporate values)

yang menggambarkan sikap moral perusahaan dalam pelaksanaan usahanya ;

2. Untuk dapat merealisasikan sikap moral dalam pelaksanaan usahanya,

perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ

perusahaan dan semua karyawan. Pelaksanaan etika bisnis yang

berkesinambungan akan membentuk budaya perusahaan yang merupakan

manifestasi dari nilai-nilai perusahaan ;

3. Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan

dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami dan

diterapkan.

Oleh karena itulah, pedoman etika dan perilaku menjadi salah satu indikator penilaian

SPAK 2011. Indikator pedoman etika dan perilaku merupakan salah satu indikator

dengan bobot tinggi, yaitu sebesar 0,139. Penilaian indikator Pedoman Etika dan

Perilaku, dilakukan dengan menilai tiga subindikator yaitu: (a) ketersediaan aturan

tentang pedoman etika dan perilaku ; (b) penerapan aturan etika dan perilaku ; serta

(c) evaluasi aturan. Dari ketiga subindikator tersebut, penerapan aturan etika dan

perilaku merupakan subindikator yang memiliki bobot tertinggi, yaitu 0,420. Berikut

rincian hasil penilaian indikator pedoman etika dan perilaku pada PT Jasa Marga

(Persero) Tbk.

3 www.knkg-indonesia.com

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 15

Page 16: PT Jasa Marga

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

Tabel III.3Nilai Indikator Pedoman Etika dan Perilaku

Peringkat Instansi

Pedoman Etika dan Perilaku(0,139)

Nilai Total

SubindikatorKetersediaan

Aturan(0,39)

Penerapan Aturan(0,42)

Evaluasi Aturan(0,19)

2 PT Jasa Marga

(Persero) Tbk.

8,82 9,68 7,49 10,00

Secara keseluruhan, nilai indikator pedoman tentang etika dan perilaku SPAK 2011 PT

Jasa Marga (Persero)Tbk. cukup tinggi, yaitu sebesar 8,82. Hal ini disebabkan karena

PT Jasa Marga (Persero) Tbk. telah memiliki Pedoman Perilaku (Code of Conduct) yang

diatur berdasarkan Keputusan Direksi Nomor: 200.1/KPTS/2010.

Meskipun PT Jasa Marga (Persero) Tbk. telah menunjukkan komitmen yang tinggi

dalam penerapan pedoman kode etik dan kode perilaku di perusahaannya, namun

masih ada beberapa aspek yang dapat lebih ditingkatkan, antara lain:

1. Evaluasi secara reguler terhadap aturan pedoman etika dan perilaku guna

mengakomodasi perkembangan usaha dan potensi terjadinya penyimpangan

pada setiap bagian dan tingkat jabatan ;

2. Menambahan ketentuan tentang pemberian pada aturan pedoman etika dan

perilaku;

3. Menyediakan media konsultasi etika dan perilaku antara lain: dengan

menyediakan ruang khusus konsultasi atau menyediakan media lainnya

(misalnya: e-mail khusus konsultasi pedoman etika dan perilaku, telepon,

faksimili, atau lainnya) untuk mempermudah personil PT Jasa Marga (Persero)

Tbk. melakukan konsultasi terkait pelanggaran aturan etika dan perilaku dalam

kegiatan operasional perusahaan.

3.2.3. Penanganan Situasi Konflik Kepentingan (Conflict of Interest)

Benturan/konflik kepentingan adalah keadaan dimana terdapat konflik antara

kepentingan ekonomis perusahaan dan kepentingan ekonomis pribadi Pemegang

Saham, Komisaris, Anggota Direksi beserta seluruh jajaran di bawahnya4.

4 www.knkg-indonesia.com

16 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Page 17: PT Jasa Marga

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

Oleh karena itulah, diperlukan suatu pedoman yang mengatur mengenai penanganan

situasi konflik kepentingan, yang bertujuan untuk:

1. Menyediakan kerangka acuan bagi penyelenggara negara untuk mengenal,

mengatasi dan menangani konflik kepentingan;

2. Menciptakan budaya pelayanan publik yang dapat menangani situasi konflik

kepentingan secara transparan dan efisien tanpa mengurangi kinerja;

3. Mencegah terjadinya tindak pidana korupsi di kalangan penyelenggara negara.

Pada SPAK 2011, bobot penilaian indikator penanganan konflik kepentingan adalah

sebesar 0,139. Penilaian indikator penanganan konflik kepentingan, dilakukan dengan

menilai tiga subindikator yakni (a) ketersediaan aturan tentang penanganan konflik

kepentingan ; (b) penerapan aturan penanganan konflik kepentingan ; serta (c)

evaluasi aturan. Berikut disampaikan rincian hasil penilaian indikator penanganan

konflik kepentingan PT Jasa Marga (Persero) Tbk.:

Tabel III.4Nilai Indikator Penanganan Konflik Kepentingan

Peringkat Instansi

Penanganan Situasi Konflik Kepentingan(0,121)

Nilai Total

SubindikatorKetersediaan

Aturan(0,39)

Penerapan Aturan(0,41)

Evaluasi Aturan(0,20)

4 PT Jasa Marga

(Persero) Tbk.

2,08 0,00 5,07 0,00

Pada Tabel III.4 terlihat bahwa PT Jasa Marga (Persero) Tbk. memiliki skor rendah

untuk penilaian penanganan konflik kepentingan (2,08). Rendahnya skor tersebut

dikarenakan pada subindikator ketersediaan aturan dan evaluasi, PT Jasa Marga

(Persero) Tbk. belum mempunyai aturan khusus tentang penanganan situasi konflik

kepentingan. Praktik penanganan konflik kepentingan yang dilakukan selama ini

belum tersistemkan. Dengan skor ini PT Jasa Marga (Persero) Tbk. harus bekerja

keras untuk membangun sistem penanganan konflik kepentingan. Upaya perbaikan

yang dapat dilakukan oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. antara lain:

1. Menyusun aturan khusus tentang penanganan situasi konflik kepentingan;

2. Menyiapkan kelembagaan yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

aturan;

3. Menyusun mekanisme penerapan aturan: mekanisme identifikasi potensi resiko

pelanggaran, pengendalian resiko pelanggaran, dan penanganan pelanggaran

aturan;

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 17

Page 18: PT Jasa Marga

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

4. Melakukan sosialisasi aturan secara reguler kepada seluruh stakeholders PT

Jasa Marga (Persero) Tbk.;

5. Menyediakan media konsultasi penanganan situasi konflik kepentingan antara

lain: dengan menyediakan ruang khusus konsultasi atau menyediakan media

lainnya (misalnya: e-mail khusus konsultasi penanganan situasi konflik

kepentingan, telepon, faksimili, atau lainnya) guna mempermudah personil PT

Jasa Marga (Persero) Tbk. melakukan konsultasi tentang penanganan situasi

konflik kepentingan dalam kegiatan operasional perusahaan;

6. Menyusun mekanisme evaluasi penanganan konflik kepentingan.

3.2.4. Pengelolaan Sistem Pengaduan (Whistle Blowing System)

Pengelolaan sistem pengaduan merupakan suatu sistem yang mengelola penyampaian

laporan dari pihak internal maupun eksternal terhadap suatu aktivitas yang berpotensi

menyimpang dari peraturan yang berlaku. Aktivitas dimaksud dapat merupakan

perilaku yang melanggar hukum, etika, dan pelanggaran lainnya. Sistem ini juga

dapat mengoptimalkan peran setiap pimpinan dan karyawan di perusahaan tersebut

untuk mengungkap pelanggaran yang terjadi di wilayah kerjanya.

Dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi, KPK

melalui SPAK 2011 mendorong seluruh BUMN agar membentuk sistem layanan

pengaduan yang transparan dan akuntabel. Layanan pengaduan tersebut diharapkan

mampu mengurangi terjadinya penyimpangan terutama yang terkait dengan korupsi.

Pada SPAK 2011, bobot penilaian indikator pengelolaan sistem pengaduan adalah

sebesar 0,139. Indikator pengelolaan sistem pengaduan terdiri dari 3 subindikator: (a)

ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan sistem pengaduan; (b) penerapan

aturan; serta (c) evaluasi aturan. Rincian hasil penilaian indikator pengelolaan sistem

pengaduan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. dapat dilihat dalam tabel III.5.

Berdasarkan hasil penilaian pada Tabel III.5 PT Jasa Marga (Persero) Tbk. masih

memiliki nilai yang rendah dalam aspek pengelolaan sistem pengaduan yaitu sebesar

2,03. PT Jasa Marga (Persero) Tbk. belum memiliki aturan khusus tentang pengelolaan

sistem pengaduan. Praktik pengaduan yang dilakukan PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

selama ini belum tersistemkan. Oleh karena itu perlu upaya keras dari PT Jasa Marga

18 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Page 19: PT Jasa Marga

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

(Persero) Tbk. untuk membangun sistem pengaduan yang efektif. Upaya perbaikan

yang dapat dilakukan oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. antara lain:

1. Menyusun aturan khusus tentang pengelolaan sistem pengaduan;

2. Menyiapkan kelembagaan yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

aturan;

3. Menyusun mekanisme penerapan aturan: mekanisme identifkasi potensi resiko

pelanggaran, pengendalian resiko pelanggaran, dan penanganan pelanggaran

aturan;

4. Melakukan sosialisasi aturan secara reguler kepada seluruh stakeholders PT

Jasa Marga;

5. Menyediakan fasilitas layanan pengaduan yang lengkap dan mudah untuk

dijangkau (telepon, faksimili, e-mail khusus pengaduan), dengan tetap

menjamin kerahasiaan/perlindungan terhadap pelapor. Fasilitas layanan

pengaduan tersebut juga perlu dilengkapi dengan sistem pencatatan yang

handal;

6. Menyusun mekanisme evaluasi pengelolaan sistem pengaduan.

Tabel III.5Nilai Indikator Pengelolaan Sistem Pengaduan

Peringkat Instansi

Pengelolaan Sistem Pengaduan(0,139)

Nilai Total

SubindikatorKetersediaan

Aturan(0,43)

Penerapan Aturan(0,39)

Evaluasi Aturan(0,18)

4 PT Jasa Marga

(Persero) Tbk.

2,03 0,00 5,20 0,00

3.2.5. Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan (Wealth Disclosure)

Pelaporan harta kekayaan merupakan bagian dari transparansi dan akuntabilitas

pejabat publik sesuai dengan Undang-Undang Penyelenggaraan Negara yang Bersih

dan Bebas dari KKN. Tingkat kepatuhan pimpinan perusahaan BUMN untuk

menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) sudah cukup

baik, namun untuk lebih meningkatkan transparansi dan akuntabilitas di lingkungan

perusahaan, maka melalui studi ini KPK ingin mendorong agar penyampaian LHKPN

juga dilakukan oleh seluruh pegawai di BUMN. Hal ini dilakukan agar rekam jejak

harta karyawan tersebut dapat diketahui secara transparan dan akuntabel, sehingga

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 19

Page 20: PT Jasa Marga

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penentuan jabatan di BUMN

tersebut.

Pada SPAK 2011, indikator pengelolaan transparansi harta kekayaan terdiri dari 3

subindikator: (a) ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan transparansi harta

kekayaan; (b) penerapan aturan; serta (c) evaluasi aturan. Rincian hasil penilaian

indikator pengelolaan transparansi harta kekayaan PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

terlihat dalam tabel III.6 berikut:

Tabel III.6Nilai Indikator Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan

Peringkat Instansi

Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan(0,084)

Nilai Total

SubindikatorKetersediaan

Aturan(0,36)

Penerapan Aturan(0,43)

Evaluasi Aturan(0,21)

4 PT Jasa Marga, Tbk.

(Persero)

6,24 9,00 6,98 0,00

Nilai sebesar 6,24 yang diperoleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. untuk indikator

pengelolaan transparansi harta kekayaan telah memenuhi standar minimal yang

ditetapkan oleh KPK. PT Jasa Marga (Persero) Tbk. saat ini telah memiliki Keputusan

Direksi nomor 89/KPTS/2009 tentang Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara

(LHKPN) bagi karyawan di lingkungan perusahaan. Namun demikian, masih ada

beberapa aspek yang harus ditingkatkan oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. agar

indikator ini dapat menjadi aspek penting dalam pencegahan korupsi, diantaranya:

1. Menyusun mekanisme penerapan aturan: mekanisme identifikasi resiko

pelanggaran, pengendalian terhadap resiko pelanggaran, serta penanganan

pelanggaran;

2. Melakukan sosialisasi tentang pengelolaan transparansi harta kekayaan secara

intensif kepada seluruh pegawai/staf.

3. Membangun sistem pelaporan harta kekayaan di internal, yang dapat

digunakan dalam melakukan rekam jejak karyawan/pejabat di PT Jasa Marga

(Persero) Tbk., termasuk menyusun dan menetapkan formulir laporan harta

kekayaan yang harus diisi, serta menyediakan media konsultasi pengelolaan

transparansi harta kekayaan antara lain dengan menyediakan ruang khusus

konsultasi atau menyediakan media lainnya (misalnya: E-mail khusus

konsultasi pengelolaan transparansi harta kekayaan, telepon, faksimili, atau

lainnya).

20 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Page 21: PT Jasa Marga

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

4. Melakukan evaluasi berkelanjutan terhadap aturan dan sistem pengelolaan

transparansi harta kekayaan.

3.2.6. Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadian (Managing Gift)

Pemberian dan penerimaan hadiah dalam kegiatan bisnis perusahaan merupakan

kegiatan yang lazim dilakukan, namun untuk menjaga agar pemberian dan atau

penerimaan tersebut tidak menjadi pelanggaran hukum, maka perlu dibuat suatu

aturan dan sistem pengelolaan hadiah di BUMN tersebut. Tujuan dari pembuatan

aturan dan sistem tersebut adalah untuk memberikan arahan dan menjadi acuan bagi

seluruh pimpinan dan karyawan BUMN dalam menjalin kerja sama dengan pihak

eksternal. Hal ini juga untuk mendukung penerapan tata kelola perusahaan yang baik

(GCG) di BUMN.

Pada SPAK 2011 indikator pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah terdiri dari

tiga subindikator: (a) ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan pengelolaan

penerimaan dan pemberian hadiah; (b) penerapan aturan; serta (c) evaluasi aturan.

Berikut disampaikan rincian hasil penilaian indikator pengelolaan penerimaan dan

pemberian hadiah PT Jasa Marga (Persero) Tbk.:

Tabel III.7Nilai Indikator Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah

Peringkat Instansi

Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah(0,103)

Nilai Total

SubindikatorKetersediaan

Aturan(0,39)

Penerapan Aturan(0,45)

Evaluasi Aturan(0,16)

4 PT Jasa Marga

(Persero) Tbk.

2,43 0,00 5,40 0,00

Berdasarkan hasil penilaian diketahui bahwa PT Jasa Marga (Persero) Tbk. masih

memiliki nilai yang rendah dalam aspek pengelolaan penerimaan dan pemberian

hadiah yaitu sebesar 2,43. PT Jasa Marga (Persero) Tbk. belum memiliki aturan

khusus tentang pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah. Praktik pengelolaan

yang dilakukan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. selama ini belum tersistemkan. Oleh

karena itu, perlu upaya keras dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk. untuk membangun

sistem pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah yang efektif. Upaya perbaikan

yang dapat dilakukan adalah:

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 21

Page 22: PT Jasa Marga

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

1. Menyusun aturan khusus tentang pengelolaan penerimaan dan pemberian

hadiah;

2. Menyiapkan kelembagaan yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

aturan;

3. Menyusun mekanisme penerapan aturan: mekanisme identifkasi potensi resiko

pelanggaran, pengendalian resiko pelanggaran, dan penanganan pelanggaran

aturan;

4. Melakukan sosialisasi aturan secara reguler kepada seluruh stakeholders;

5. Menyusun mekanisme evaluasi pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah.

3.2.7. Penegakan Aturan (Rules Enforcement)

Penegakan aturan merupakan salah satu kunci dalam implementasi penerapan tata

kelola perusahaan yang baik. Adanya penegakan aturan secara adil dan konsisten

akan menumbuhkan rasa kepercayaan yang tinggi dari karyawan terhadap pimpinan

perusahaan, serta juga dapat meningkatkan motivasi dan kinerja karyawan. Melalui

SPAK 2011, KPK berupaya mendorong BUMN untuk menaati peraturan perundangan

dan memberikan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan pimpinan dan karyawan

BUMN sesuai dengan ketentuan secara adil dan konsisten. Pada SPAK 2011,

penegakan aturan merupakan akumulasi dari kegiatan penegakan aturan dari seluruh

indikator sebelumnya.

Fokus penegakan aturan adalah pada implementasi dan pengadministrasian

penegakan aturan. PT Jasa Marga (Persero) Tbk. telah melakukan penegakan

peraturan secara konsisten, sehingga memperoleh nilai maksimal (10) untuk indikator

penegakan aturan, seperti yang terlihat dalam tabel III.8

Tabel III.8Nilai Indikator Penegakan Aturan

Peringkat Instansi

Penegakan Aturan(0,171)

Subindikator Penegakan Aturan(1)

PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 10,00

Adanya beberapa laporan yang disampaikan kepada penegak hukum terutama

Kepolisian, memperlihatkan bahwa PT Jasa Marga (Persero) Tbk. mempunyai

komitmen yang tinggi dalam upaya penegakan aturan.

22 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Page 23: PT Jasa Marga

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

3.3. Penilaian atas Inisiatif Anti Korupsi Lainnya

Penilaian untuk indikator ini sebenarnya ditujukan untuk menilai laporan kualitatif

terhadap upaya pencegahan korupsi yang dilakukan oleh BUMN. Penilaian atas

inisiatif/prakarsa lainnya merupakan inisiatif dan inovasi aturan serta implementasi

upaya antikorupsi yang telah dilakukan oleh BUMN selain media (tools) antikorupsi/

indikator yang terdapat dalam kuesioner.

Tabel III.9Nilai Indikator Prakarsa Lainnya

Peringkat Instansi Nilai Indikator

1 PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 8,61

Nilai 8,61 yang diperoleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. sudah cukup baik, yang berarti

bahwa secara umum PT Jasa Marga (Persero) Tbk. telah melakukan beberapa upaya

antikorupsi dalam operasional perusahaannya, selain yang tercantum dalam indikator

utama SPAK 2011. Adapun prakarsa atau inovasi yang dilakukan oleh PT Jasa Marga

(Persero) Tbk. adalah: 1) Telah melakukan beberapa upaya pencegahan korupsi

dengan menyusun dan menetapkan sejumlah aturan terkait pengadaan barang dan

jasa secara elektronik (e-Procurement) ; 2) Pengadaan sumber daya manusia melalui

elektronik (e-Recruitment); 3) Pembayaran tol secara elektronik (e-Toll Card) ; serta

4) Sistem Prosedur Transaksi keuangan (SPTK). Upaya-upaya inovasi tersebut secara

umum berusaha mengurangi potensi terjadinya penyimpangan oleh pihak internal

maupun eksternal.

Dari penilaian SPAK 2011, KPK sangat mengapresiasi terhadap inovasi antikorupsi

yang sudah dilaksanakan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Diharapkan di tahun

mendatang upaya pencegahan korupsi bisa terus berkelanjutan.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 23

Page 24: PT Jasa Marga

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan

Berdasarkan hasil survei dan analisis yang telah dilakukan oleh Direktorat Penelitian

dan Pengembangan KPK, dapat disimpulkan:

1. Secara umum PT Jasa Marga (Persero) Tbk. terutama jajaran pimpinan telah

melakukan upaya-upaya pencegahan korupsi sesuai dengan indikator yang

ditetapkan dalam SPAK;

2. PT Jasa Marga (Persero) Tbk. belum memilik aturan khusus tentang

penanganan konflik kepentingan, pengelolaan sistem pengaduan, serta

pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah;

3. Secara umum belum terbangun sistem penerapan instrumen antikorupsi yang

meliputi: identifikasi potensi resiko pelanggaran, pengendalian resiko

pelanggaran, dan penanganan pelanggaran pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk;

4. PT Jasa Marga (Persero) Tbk. melakukan penegakan aturan terhadap semua

jenis pelanggaran serta berkoordinasi dengan aparat penegak hukum,

khususnya pihak Kepolisian untuk menindak personilnya yang melakukan

pelanggaran dengan indikasi tindak pidana.

4.2. Saran Perbaikan

Berdasarkan simpulan tersebut, maka KPK menyampaikan intisari saran perbaikan

agar Pimpinan PT Jasa Marga (Persero) Tbk.:

1. Menetapkan peraturan tentang penanganan konflik kepentingan, pengelolaan

sistem pengaduan, serta pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah;

2. Menetapkan mekanisme penerapan instrumen antikorupsi dalam rangka

membangun sistem antikorupsi yang efektif;

3. Melakukan sosialisasi intensif terhadap peraturan antikorupsi yang ditetapkan

oleh Direksi sampai pada tingkat anak perusahaan dan perusahaan patungan

dalam rangka mendapatkan kesepahaman atas peraturan yang ditetapkan;

4. Memastikan diselenggarakannya Fraud Risk Assessment yang dilakukan secara

berkala paling sedikit 2 tahun sekali. Hasil dari Fraud Risk Assessment tersebut

dijadikan dasar untuk menyusun Fraud Control Plan. Pimpinan tertinggi

bertanggung jawab penuh memastikan bahwa Fraud Control Plan ini berjalan

dengan baik;

24 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Page 25: PT Jasa Marga

Laporan Studi Prakarsa Anti Korupsi 2011

5. Meningkatkan kerja sama/koordinasi dengan aparat penegak hukum, terutama

KPK dan Kepolisian dalam upaya penegakan aturan yang berindikasi tindak

pidana korupsi maupun tindak pidana lain.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 25