23
Pendahuluan Mata adalah organ fotosensitif yang kompleks dan berkembang lanjut yang memungkinkan analisis cermat tentang bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang dipantulkan obyek. Mata terletak di dalam struktur tengkorak yang melindunginya, yaitu orbita. Setiap mata terdiri atas 3 lapis konsentris yaitu lapisan luar terdiri atas sklera dan kornea, lapisan tengah juga disebut lapisan vaskular atau traktus uveal yang terdiri dari koroid, korpus siliar dan iris, serta lapisan dalam yang terdiri dari jaringan saraf yaitu retina. 1 Pterigium merupakan pertumbuhan proliferatif dari konjungtiva bulbi yang dapat menyebabkan terjadinya astigmatisma serta menimbulkan gangguan lain seperti menurunnya tajam penglihatan, iritasi kronik, inflamasi rekuren, penglihatan ganda, serta gangguan pergerakan bola mata. Prevalensi pterigium cukup tinggi terutama pada daerah “sabuk pterigium” yang membentang dari 30 o utara hingga 30 o selatan equator. Daerah sabuk pterigium ini merupakan daerah dengan paparan radiasi matahari yang tinggi, sehingga membuat masyarakatnya lebih rentan untuk terkena paparan ultraviolet yang merupakan faktor resiko terjadinya pterigium. Keberadaan pterigium dikaitkan dengan adanya astigmatisma. Umumnya tingkat keparahan astigmatisma berkaitan dengan ukuran pterigium yang melewati limbus. Resiko terjadinya gangguan refraksi seperti astigmatisma meningkat jika pterigium telah melewati derajat II. 1 Skenario 2 1 | Page

pterigium b4.docx

Embed Size (px)

Citation preview

PendahuluanMata adalah organ fotosensitif yang kompleks dan berkembang lanjut yang memungkinkan analisis cermat tentang bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang dipantulkan obyek. Mata terletak di dalam struktur tengkorak yang melindunginya, yaitu orbita. Setiap mata terdiri atas 3 lapis konsentris yaitu lapisan luar terdiri atas sklera dan kornea, lapisan tengah juga disebut lapisan vaskular atau traktus uveal yang terdiri dari koroid, korpus siliar dan iris, serta lapisan dalam yang terdiri dari jaringan saraf yaitu retina.1 Pterigium merupakan pertumbuhan proliferatif dari konjungtiva bulbi yang dapat menyebabkan terjadinya astigmatisma serta menimbulkan gangguan lain seperti menurunnya tajam penglihatan, iritasi kronik, inflamasi rekuren, penglihatan ganda, serta gangguan pergerakan bola mata. Prevalensi pterigium cukup tinggi terutama pada daerah sabuk pterigium yang membentang dari 30o utara hingga 30o selatan equator. Daerah sabuk pterigium ini merupakan daerah dengan paparan radiasi matahari yang tinggi, sehingga membuat masyarakatnya lebih rentan untuk terkena paparan ultraviolet yang merupakan faktor resiko terjadinya pterigium. Keberadaan pterigium dikaitkan dengan adanya astigmatisma. Umumnya tingkat keparahan astigmatisma berkaitan dengan ukuran pterigium yang melewati limbus. Resiko terjadinya gangguan refraksi seperti astigmatisma meningkat jika pterigium telah melewati derajat II. 1

Skenario 2 Seorang pria 68 tahun, nelayan, datang ke poliklinik dengan keluhan utama mata kiri merah sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan disertai mata sedikit berair, perih terasa seperti mata berpasir. Keluhan ini sudah sering dirasakan dan sering hilang timbul.

PembahasanAnatomiKonjungtivaKonjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak mata bagian belakang. Berbagai macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva. Konjungtiva ini mengandung sel musin yang dihasilkan oleh sel goblet.1Konjungtiva terdiri atas beberapa bagian, yaitu : Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva bulbaris. Konjungtiva bulbaris, menutupi sclera dan mudah digerakan dari sclera dibawahnya.1Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan sangat longgar dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak 1KorneaKornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata bagian depan. 1Kornea terdiri dari lima lapis, yaitu :11. Epitel Tebalnya 50 m, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier. 2. Membran Bowman Terletak dibawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.3. Stroma Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu yang lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma. 4. membrane descement merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya. bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40m.5. Endotel berasal dari mesotellium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40m. endotel melekat pada membrane descement melalui hemidesmosom dan zonula okluden. Sumber-sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humor aqueous, dan air mata. Kornea superfisialis juga mendapatkan sebagian besar oksigen dari atmosfer. Saraf-saraf sensorik kornea didapat dari cabang pertama (ophthalmicus) nervus kranialis V (trigeminus). 1Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan system pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Reparasi endotel hanya terjadi hanya dalam wujud pembesaran dan pergeseran sel-sel, dengan sedikit pembelahan sel.1 Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk.1

Gambar 1. Susunan Lapisan Kornea2AnamnesisSetiap pasien datang ke dokter umum dengan keluhan mata biasanya suka mengeluh mata merah. Kita ketahui, mata terlihat merah disebabkan karena melebarnya pembuluh darah konjungtiva akibat peradangan akut seperti konjungtivitis, keratitis atau iridosiklitis.1 Mata merah karena peradangan akut tersebut ada yang bisa menurunkan ketajaman penglihatan dan ada juga yang ketajaman penglihatan masih terlihat normal, sehingga perlu melakukan anamnesis yang baik untuk mengarah diagnosis. Hal-hal yang perlu ditanyakan yaitu : Identitas, seperti nama, jenis kelamin, pekerjaan (di dalam pabrik atau di dapur) Selain mata merah, adakah mata terasa gatal dan berair? Apakah ada kotoran mata? Apakah ada merasa silau dan sakit saat melihat cahaya? merasa penglihatan kabur? ada rasa yang mengganjal atau tidak nyaman di mata? Apakah ada keluhan lain seperti sakit kepala, mual, muntah? Atau keluhan sistemik? sebelumnya pernah mengalami keluhan yang sama? pernah trauma mata? mengkonsumsi obat jangka lama? Apakah ada riwayat penyakit lain seperti hipertensi, DM? adakah keluarga yang pernah mengalami hal yang serupa?

Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik dimulai pada saat pasien datang dengan melihat keadaan umum dan kesadaran, kemudian dengan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. Diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik; tekanan darah diukur dalam posisi berbaring, duduk dan berdiri; bising karotis, irama (denyut jantung) dan pulsasi nadi perifer juga perlu diperiksa.Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan visus menggunakan snellen chart untuk mengetahui ketajaman penglihatan apakah ada kelainan pada media refraksi atau pada refraksi. Bila visus pasien tidak normal (6/6 atau 20/20), maka dilakukan pin hole untuk melihat adanya perbaikan visus. Apabila pasien tidak dapat melihat snellen chart maka dilakukan pemeriksaan finger counting test dengan meminta pasien menyebutkan jari yang ditunjuk pemeriksa dengan latar belakang putih dengan jarak 1 meter 5 meter. Apabila tidak ada perbaikan maka dilakukan dengan hand movement test (goyangan tangan) ke kiri ke kanan/ ke atas ke bawah pada jarak 1 meter. Apabila tidak dapat melihat goyangan tangan maka pemeriksaan dilakukan dengan memberikan sinar lampu (senter/pen light) dari superior, inferior, nasal dan temporal pasien diminta untuk menyebutkan arah sinar yang datang.3Pemeriksaan dilanjutkan dengan melihat segmen anterior; palpebral, konjungtiva, kornea, pupil, refleks cahaya, COA dan lensa, kemudian dilaporkan apabila tampak kemerahan, benjolan,sekret, benda asing, pendarahan, dll dilaporkan pada salah satu mata/ kedua mata. Pada pemeriksaan segmen posterior (funduskopi) yang dilakukan pada ruangan gelap/ setengah gelap dengan menggunakan oftalmoskop dilaporkan reflex fundus, vitreus, papil, C/D ratio, rasio arteri: vena, makula lutea (refleks makula) dan retina. Pemeriksaan bola mata untuk melihat pergerakan bola mata dan juga pemeriksaan pilihan yaitu test lapang pandang dengan test konfrontasi dan pemeriksaan tekanan bola mata (tonometry).4 Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan pada pterygium adalah topografi kornea untuk menilai seberapa besar komplikasi berupa astigmatisme ireguler yang disebabkan oleh pterygium. Pemeriksaan histopatologi dilakukan pada jaringan pterygium yang telah diekstirpasi. Gambaran pterygium yang didapat adalah berupa epitel yang irreguler dan tampak adanya degenerasi hialin pada stromanya.

DiagnosisDari anamnesis dan pemeriksaan yang sudah dilakukan, pria usia 68 tahun, didapat: KU : mata kiri merah sejak 2 minggu yang lalu RPS : Mata kiri merah disertai mata sedikit berair, perih terasa seperti mata berair. Keluhan ini tidak disertai adanya rasa nyeri, bengkak pada bola mata, penurunan penglihatan dan kotoran yang berlebihan pada mata. Pasien juga tidak mengeluhkan adanya batuk, demam, mual dan muntah sebelumnya. Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-obat tertentu, riwayat trauma disangkal oleh pasien. RPD : - Pemeriksaan Fisik : visus 6/6 pada kedua mata, pada konjungtiva bulbi sedikit hiperemis, terdapat selaput hiperemis di daerah nasal limbus, kornea, limbus jernih, COA dalam, TIO 15 mmHg, dan pemeriksaan lain dalam batas normal.

Dari tanda klinis dan pemeriksaan, pasien didiagnosis mengalami pterigium inflamasi okuli sinistra. Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskuler konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal maupun temporal konjungtiva yang meluas ke kornea. Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea.3 Pterigium mudah meradang dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna merah. Pterigium dapat mengenai kedua mata. Kondisi pterygium akan terlihat dengan pembesaran bagian putih mata, menjadi merah dan meradang. Dalam beberapa kasus, pertumbuhan bisa mengganggu proses cairan mata atau yang disebut dry eye syndrome. Sekalipun jarang terjadi, namun pada kondisi lanjut atau apabila kelainan ini didiamkan lama akan menyebabkan hilangnya penglihatan si penderita.

Gambar 2. Pterigium1Pada kornea penjalaran pterigium mengakibatkan kerusakan epitel kornea dan membran bowman. Pada bentuk dini, pterigium suka dibedakan dengan pinguecula. Pada bagian puncak pterigium dini terlihat bercak-bercak kelabu yang dikenal sebagai pulau-pulau Fuchs. Garis stocker (garis yang terpigmentasi oleh zat besi) dapat terlihat pada pterigium lanjut di kornea. Astigmatisma biasanya terjadi pada pterigium lanjut.4

EtiologiPenyebab pterigium belum dapat dipahami secara jelas, diduga merupakan suatu neoplasma radang dan degenerasi. Namun, pterigium banyak terjadi pada mereka yang banyak menghabiskan waktu di luar rumah dan banyak terkena panas terik matahari. Faktor resiko terjadinya pterigium adalah tinggal di daerah yang banyak terkena sinar matahari, daerah yang berdebu, berpasir atau anginnya besar. Penyebab paling umum adalah eksposure atau sorotan berlebihan dari sinar matahari yang diterima oleh mata. Ultraviolet, baik UVA ataupun UVB, dan angin (udara panas) yang mengenai konjungtiva bulbi berperan penting dalam hal ini. Selain itu dapat pula dipengaruhi oleh faktor2 lain seperti zat allegen, kimia dan zat pengiritasi lainnya. Pterigium Sering ditemukan pada petani, nelayan dan orang-orang yang tinggal di dekat daerah khatulistiwa. Jarang menyerang anak-anak.3,4

Epidemiologi Pterigium tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak di daerah iklim panas dan kering. Prevalensi juga tinggi di daerah berdebu dan kering. Faktor yang sering mempengaruhi adalah daerah dekat dengan ekuator yaitu daerah