Upload
zulfiana-dewi
View
52
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
5/14/2018 Publikasi risbinakes poltekes 2007 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/publikasi-risbinakes-poltekes-2007 1/10
Pengaruh Penggunaan Garam Kalium (KCl) terhadap
Kadar Kalium dan Natrium serta Daya Terima ‘samu’ Ikan
Sepat Rawa (Trichogaster trichopterus)
Oleh : Alfian Yusuf, Zulfiana Dewi dan Mahpolah
Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan BanjarmasinJalan Belitung Darat 118 A Banjarmasin
ABSTRAK
Pembatasan natrium dalam diet rendah garam dapat membantu penurunan tekanandarah dan mencegah odema dan komplikasi jantung. Orang yang menjalankan diet rendah
garam, kurang menyukai masakkan yang baru tersebut. Sebaliknya mereka lebih menikmati
kegurihan makanan yang dibubuhi garam. Keseimbangan Natrium dan Kalium yang tepatmerupakan faktor yang penting untuk pengendalian tekanan darah. Ada pembuktian bahwa
dengan meningkatkan intake Kalium akan menurunkan tekanan darah. Banyak penelitian yang
sudah dilakukan mengatakan bahwa intake potasium memainkan peranan penting dalam
meregulasi tekanan darah. Berdasarkan percobaan klinik, suplemen kalium menunjukan hasil
yang signifikan untuk menurunkan tekanan darah.
Penelitian ini untuk melihat pengaruh penggunaan garam kalium (KCl) terhadap
kadar kalium dan natrium serta daya terima ‘samu’ ikan sepat rawa (Trichogaster trichopterus).
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen murni untuk mengetahui pengaruh
penggunaan garam kalium (KCl) dengan konsentasi yang berbeda yaitu 10% w/w, 15% w/w,
20% w/w, 25% w/w dan sebagai pembanding digunakan garam natrium (NaCl) 20%.
Hasil penelitian menunjukkan garam kalium menurun kadar air dan kadar natrium,
meningkatkan kadar abu, kadar lemak dan kadar kalium ‘samu’ ikan sepat rawa. Dari hasil ujidaya terima panelis garam kalium tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap warna dan
aroma ‘samu’ ikan sepat rawa. Sedangkan uji citarasa terhadap tekstur dan rasa memberi
pengaruh yang signifikan. Garam kalium memberi rasa pahit pada ‘samu’ ikan sepat rawa.
PENDAHULUAN
Di Propinsi Kalimantan Selatan jumlah penderita hipertensi makin bertambah
banyak yang dirawat di rumah sakit. Dilihat dari data pola penyakit terbanyak penderita rawat
inap di rumah sakit umum pemerintah Kalimantan Selatan tahun 2001, dengan jumlah penderita
hipertensi sebanyak 433 atau 11,36% (Dinkes Prop. Kalsel, 2002).Menurut Penelitian yang dilakukan Nagata, dkk (2004) Laki-laki yang
mengkonsumsi rendah natrium menderita hipertensi sekitar 17,6% dan yang tingkat konsumsi
natriumnya tinggi menderita hipertensi sekitar 21,0% sedangkan wanita yang tingkat konsumsi
natriumnya rendah menderita hipertensi sekitar 15,8% dan yang tingkat konsumsi natriumnya
tinggi menderita hipertensi sekitar 19,3%
5/14/2018 Publikasi risbinakes poltekes 2007 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/publikasi-risbinakes-poltekes-2007 2/10
Pembatasan natrium dalam diet rendah garam dapat membantu penurunan tekanan
darah dan mencegah odema dan komplikasi jantung. Orang yang menjalankan diet rendah
garam, kurang menyukai masakkan yang baru tersebut. Sebaliknya mereka lebih menikmati
kegurihan makanan yang dibubuhi garam. Menurut Hutton (2002) garam tidak hanya
memberikan aroma spesifik yang khas dari suatu produk, tapi juga mengurangi sensasi pahit dari
beberapa produk. Selain itu garam juga akan mereduksi sifat fisik dan kimia suatu produk.
Keseimbangan Natrium dan Kalium yang tepat merupakan faktor yang penting
untuk pengendalian tekanan darah. Ada pembuktian bahwa dengan meningkatkan intake Kalium
akan menurunkan tekanan darah. Banyak penelitian menunjukkan bahwa kalium menahan efek
dari garam untuk meningkatkan tekanan darah. (McClelland dan Carolyn J. Lackey, 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh He, dkk (2005) menunjukkan bahwa pasien dengan tekanan
darah tinggi yang diberikan suplemen Kalium Klorida tekanan darahnya menurun.
Penelitian yang dilakukan oleh Rodrigues, dkk (2005) menyatakan bahwa
kehadiran Kalium memperbaiki warna dari produk yang diasini. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Pigott, dkk (2000) mendapatkan hasil produk yang ditambahkan garam
dikationik akan meningkatkan protein fungsional yaitu dapat menurunkan firmness.
Dari hasil tangkapan ikan, sekitar 47 persen dikonsumsi segar dan sisanya diolah
menjadi produk-produk tradisional seperti ikan asin, pindang, peda, dan kecap ikan yang
merupakan cara untuk mencegah proses pembusukan terutama pada saat produksi melimpah.
Ikan ‘samu’ merupakan salah satu cara pengolahan ikan secara tradisional yang dilakukan oleh
masyarakat Kalimantan Selatan, yaitu dengan menggunakan garam dan butiran beras sebagai
bahan pengawet. Produksi ikan sepat di Kalimantan menurut Neraca Bahan Makanan Kalsel
Tahun 2000 adalah 6.462 ton. Sebagian kecil dibuat ikan ‘samu’.
Berdasarkan hal tersebut di atas, menarik untuk dilakukan penelitian pengaruh
penggunaan garam kalium (KCl) terhadap kadar kalium dan natrium serta daya terima ‘samu’
ikan sepat rawa (Trichogaster trichopterus). Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan kadar
kalium yang tepat untuk menghasilkan ‘samu’ ikan sepat rawa, dan menghasilkan ‘samu’ ikan
dengan garam kalium yang dapat diterima di masyarakat.
5/14/2018 Publikasi risbinakes poltekes 2007 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/publikasi-risbinakes-poltekes-2007 3/10
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen murni. Rancangan percobaan
pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 (tiga) kali reflikasi.
Kadar kalium ditentukan dengan menentukan berat total KCl dan NaCl, kemudian
ditentukan kalium dalam bahan dengan cara Williard (Sudarmadji, dkk 1997). Kadar natrium
ditentukan berdasarkan berat total K dan NaCl yang diperoleh, kemudian dikurangi berat KCl
yang sesuai dengan berat KClO4 yang diperoleh. Kadar proximat ditentukan dengan cara AOAC
(AOAC, 1970, Rangana, 1979 dalam Sudarmadji, dkk 1997). Uji daya terima ikan ‘samu’ sepat
dengan menggunakan garam kalium ditentukan dengan menggunakan uji organoleptik untuk
melihat daya terima konsumen terhadap warna, aroma, tektur dan rasa
Data yang telah diolah dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi untuk dianalisis
secara deskriptif, sedangkan untuk mengetahui pengaruh garam kalium terhadap kadar kalium
dan natrium pada ‘samu’ ikan sepat digunakan uji statistik One way ANOVA, sedangkan untuk
mengetahui pengaruh garam kalium terhadap daya terima konsumen digunakan uji statistik
Friedment.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Proximat
Analisa proximat pada ikan sepat rawa segar dan ‘samu’ ikan sepat rawa meliputi :
kadar air, kadar abu, kadar lemak dan kadar protein. Hasil analisa proximat pada ikan sepat rawa
dan ‘samu’ ikan sepat rawa dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Analisa proximat ikan sepat segar dan ‘samu’ ikan sepat rawa
Perlakuan
Analisa Proximat
Kadar Air (%) Kadar Abu (%) Kadar Lemak
(%)
Kadar Protein
(%)
Ikan sepat segar 77.32 ± 0.13 2.85 3.68 ± 0.15 15.25
Kontrol NaCl 51.10 ± 0.42 15.09 ± 0.13 7.05 17.56 ± 0.17
KCl 10% 59.52 ± 0.22 11.66 4.90 ± 0.31 15.42 ± 0.32KCl 15 % 56.83 ± 0.25 14.94 ± 0.15 6.18 15.91 ± 0.50
KCl 20% 52.14 ± 0.41 17.54 ± 0.19 6.90 15.87
KCl 25% 45.98 ± 0.39 19.24 ± 0.01 9.24 ± 0.50 17.79 ± 0.77
Kadar air ikan sepat segar yang digunakan dalam penelitian ini berkisar
antara 77.19–77.45%. Setelah dilakukan penggaraman baik dengan KCl maupun NaCl terjadi
5/14/2018 Publikasi risbinakes poltekes 2007 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/publikasi-risbinakes-poltekes-2007 4/10
penurunan kadar air. Hal ini terjadi dikarenakan garam mempunyai efek menurunkan kadar air
dan mengubah tekanan osmotis sehingga menghalangi pertumbuhan bakteri dan produksi
sporanya. Keadaan ini mengakibatkan tekanan osmotik pada sel mikroorganisme yang
mengkontaminasi ikan, garam tersebut akan menyerap keluar air dari dalam sel dan
menyebabkan sel kekurangan air dan mati. Hal ini sesuai dengan pendapat Hutton (2004) dan
Koswara (2005) yang menyatakan bahwa garam mempunyai tekanan osmotik yang tinggi,
sehingga akan menarik air dari daging ikan dan cairan dari sel mikroba. Akibatnya mikroba akan
mengalami plasmolisis dan mati. Penambahan garam menyebabkan protein ikan terdenaturasi
sehingga daging ikan mengkerut dan air akan terperas keluar.
Kadar abu pada ikan segar yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2.85%,
kemudian terjadi peningkatan kadar abu setelah diberi perlakuan, baik itu penggaraman dengan
NaCl maupun dengan KCl. Didapat pengaruh yang signifikan antara perlakuan (p=0.000).
Semakin meningkat kadar KCl yang diberikan, maka semakin meningkat pula kadar abu pada
produk ikan tersebut. Hal ini terjadi karena kadar abu merupakan gambaran dari kandungan
mineral pada suatu bahan. Dengan ditambahkannya KCl dan NaCl yang merupakan salah satu
dari mineral-mineral yang ada, maka kadar abu pada produk ikan ‘samu’ akan meningkat.
Kadar lemak ikan sepat segar yang digunakan dalam penelitian ini berkisar
antara 3.53-3.83%. Setelah diberi perlakuan, baik itu dengan NaCl maupun dengan KCl terjadi
peningkatan kadar lemak pada produk ikan tersebut. Didapat pengaruh yang signifikan antara
perlakuan (p=0.000). Hal ini kemungkinan disebabkan terjadinya penurunan kadar air dari
produk ikan tersebut sehingga kadar lemak meningkat. Menurut Koswara (2005) ikan dengan
kadar lemak tinggi mempunyai kadar air pada dagingnya rendah, sedangkan ikan berlemak
rendah kadar air dagingnya rendah.
Kadar protein ikan sepat segar yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15.25%.
Setelah diberi perlakuan, baik itu dengan penambahan NaCl maupun dengan KCl tidak terjadi
peningkatan yang signifikan pada penambahan KCl. Peningkatan terjadi setelah penambahan
KCl sebesar 25%. Sedangkan penambahan dengan NaCl dalam hal ini sebagai control terjadi
peningkatan yang signifikan, kemungkinan ini karena NaCl yang ditambahkan cukup besar yaitu
20%. Didapat pengaruh yang signifikan antara perlakuan (p=0.002). Menurut Henryk Daun
dalam Harris dan E Karmas (1989) Penggunaan garam 10 – 25% berdasarkan berat ikan
mengakibatkan konversi seluruh protein larut garam menjadi bentuk tak ter ekstraksi garam, hal
5/14/2018 Publikasi risbinakes poltekes 2007 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/publikasi-risbinakes-poltekes-2007 5/10
ini mengakibatkan tidak terjadi pengaruh yang besar pada kadar protein ikan. Sesuai dengan
pendapat dari Arogundade, et al. (2004) pada konsentrasi-konsentrasi yang lebih tinggi, NaCl
menghasilkan suatu pengaruh dehidrasi pada protein, yang menuju ke arah mengumpulkan,
sehingga terjadi pengurangan dari daya larut (‘salting out’ effect). Pada penggunaan KCl
pengaruhnya lebih kecil dibandingkan dengan NaCl.
2. Kadar Natrium dan Kalium
Kadar Natrium ikan sepat segar yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0.08
mg. Setelah diberi perlakuan dengan penggaraman menggunakan KCL 10% terjadi peningkatan
kadar natrium, akan tetapi semakin meningkat penambahan KCl kadar natrium menurun
(Gambar 1). Terdapat pengaruh yang signifikan antara perlakuan (p=0.000). Kadar protein pada
perlakuan KCl 25% sama dengan kadar natrium ikan ‘samu’ segar, sedangkan perlakuan yang
lain semuanya berbeda. Hal ini kemungkinan karena terjadi keseimbangan level natrium dengan
adanya peningkatan penambahan kalium. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Desmond (2006)
yang menyatakan bahwa garam kalium dan garam fosfat sangat bermanfaat di dalam
menurunkan kandungan NaCl di dalam produk-produk daging.
Gambar 1. Kadar Natrium pada Ikan Sepat Rawa Segar dan Ikan ‘samu’ Sepat Rawa
Kadar Kalium ikan sepat segar yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0.02
mg. Setelah diberi perlakuan dengan penggaraman menggunakan KCl terjadi peningkatan
kandungan kalium (Gambar 2). Didapat pengaruh yang signifikan antara perlakuan (p=0.000).
Hal ini terjadi karena semakin tinggi KCl ditambahkan akan meningkatkan kandungan kalium
dalam produk ikan ‘samu’ sepat rawa. Tubuh kita dirancang untuk suatu diet kalium yang tinggi,
bukan suatu diet garam yang tinggi. Kalium sangat melindungi dan menurunkan tekanan darah.
5/14/2018 Publikasi risbinakes poltekes 2007 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/publikasi-risbinakes-poltekes-2007 6/10
Menurut Dietary Guidelines for Americans (2005) individu dengan hipertensi, untuk
mengkonsumsi tidak lebih 1.500 mg natrium per hari, dan merekomendasikan konsumsi kalium
4.700 mg perhari dalam makanan.
Gambar 2. Kadar Kalium pada Ikan Sepat Rawa Segar dan Ikan ‘samu’ Sepat Rawa
3. Daya Terima
1. Warna
Gambar 3. Rata-rata Penerimaan Panelis terhadap Warna ‘samu’ ikan Sepat Rawa
Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa pada perlakuan KCl 15% mendapat nilai
tertinggi jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Secara statistik tidak terdapat
perbedaan yang signifikan dari daya terima terhadap warna antar perlakuan (p=0.154). Hal
ini terjadi karena penggaram tidak memberikan kontribusi terhadap perubahan warna dari
produk. Sehingga panelis menganggap semua ‘samu’ ikan sepat yang diberi konsentrasi
garam yang berbeda memiliki warna yang hamper sama. Menurut Arogundade (2004) NaCl
dan KCl yang digunakan pada penelitian mereka memiliki fungsi yang sama yaitu memberi
flavor, sebagai pengawet dan kelarutan protein. Selain itu adanya penambahan beras sangrai
5/14/2018 Publikasi risbinakes poltekes 2007 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/publikasi-risbinakes-poltekes-2007 7/10
pada proses pembuatan ikan ‘samu’ juga membantu menjaga warna dari produk tersebut.
Menurut Koswara (2005) karbohidrat diperlukan untuk mempertahankan warna.
2. Aroma
Gambar 4. Rata-rata Penerimaan Panelis terhadap Aroma ‘samu’ ikan Sepat Rawa
Pada gambar 4 dapat dilihat bahwa rata-rata panelis suka pada aroma semua
produk ‘samu’ ikan sepat rawa. Secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari
daya terima terhadap aroma antar perlakuan (p=0.228). Penggunaan Kalium sebagai
pengganti garam natrium kemungkinan tidak member pengaruh yang nyata terhadap aroma
dari ‘samu’ kan sepat, hal ini sesuai dengan pendapat dari Gou, et al (1996) KCl dan kaliumlaktat bisa menggantikan 40% dari NaCl tanpa pengaruh merugikan yang penting untuk
flavour.
Kemungkinan lain juga disebabkan adanya penambahan beras sangrai pada proses
pembuatan ‘samu’ ikan sepat rawa yang berkontribusi besar memberikan aroma. Beras
sangrai yang diberikan pada setiap perlakuan adalah sama, yaitu sebesar 20% dari berat
bahan. Beras mengandung karbohidrat yang tinggi. Menurut Koswara (2005) karbohidrat
diperlukan untuk mempertahankan warna dan komponen atau senyawa flavor yang sifatnya
mudah menguap. Dalam hal ini interaksi gula air akan digantikan dengan oleh interaksi guladengan bahan pembentuk flavor (flavoran). Selain itu pada saat beras disangrai sampai
berwarna coklat akan terjadi reaksi pencoklatan nonoksidatif yang menghasilkan produk
tambahan selain pigmen warna melanoidin adalah senyawa yang mudah menguap yaitu
flavoran. Produk pencoklatan makanan tersebut berperan untuk memberikan flavor yang khas
5/14/2018 Publikasi risbinakes poltekes 2007 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/publikasi-risbinakes-poltekes-2007 8/10
(spesifik) pada produk itu sendiri dan atau dapat digunakan untuk memberikan dan
mengembangkan flavor lain.
3. Tekstur
Gambar 5. Rata-rata Penerimaan Panelis terhadap Tekstur ‘samu’ Ikan Sepat Rawa
Pada gambar 5 dapat dilihat bahwa pada perlakuan KCl 15% mendapat nilai
tertinggi jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Secara statistik terdapat perbedaan
yang signifikan dari daya terima terhadap tekstur antar perlakuan (p=0.000). Hal ini
kemungkinan disebabkan terjadinya perubahan pada struktur protein ikan. Protein aktin dan
myosin pada ikan mengalami perubahan kelarutan karena adanya penambahan garam.
Menurut Arogundade (2004) pada konsentrasi-konsentrasi yang lebih tinggi, NaCl
menghasilkan suatu pengaruh dehidrasi pada protein, yang menuju ke agregasi, menghasilkan
pengurangan dari daya larut., sehingga tekstur daging menjadi keras, selain itu meningkatnya
konsentrasi garam akan menurunkan kadar air dari ikan ‘samu’. Menurut Desmont (2006)
garam mengaktifkan protein-protein untuk meningkatkan hidrasi dan kapasitas pengikat air
dan itu meningkatkan sifat mengikat dari protein-protein untuk memperbaiki tekstur juga
meningkatkan kekentalan adonan daging. Pada konsentrasi garam semakin tinggi terjadi
“salting-out” sehingga total protein terlarut menurun (Jittinandana et al, 2002).
Tidak ada perbedaan yang signifikan pada ‘samu’ ikan sepat rawa yang
menggunakan garam NaCl dengan KCl pada konsentrasi yang sama. Hal ini sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Gou, et al (1996) menemukan tanpa perubahan yang penting
di dalam tekstur dari produk-produk yang menggunakan KCl untuk menggantikan NaCl.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pigott, et al (2000) Garam dikationik memberikan
5/14/2018 Publikasi risbinakes poltekes 2007 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/publikasi-risbinakes-poltekes-2007 9/10
pengaruh negatif terhadap tekstur, tetapi pada konsentrasi yang rendah (< 5 mM) akan
meningkatkan protein fungsional yaitu dapat menurunkan firmness.
4. Rasa
Gambar 6. Rata-rata Penerimaan Panelis terhadap Rasa ‘samu’ Ikan Sepat rawa
Pada gambar 6 dapat dilihat bahwa panelis lebih suka rasa pada perlakuan Kontrol
NaCl panelis jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Secara statistik terdapat
perbedaan yang signifikan dari daya terima terhadap rasa antar perlakuan (p=0.000). Hal ini
disebabkan karena adanya rasa pahit pada ‘samu’ ikan yang diberi KCl. Menurut Ranken, et
al (1997) kalium klorida yang digunakan sebagai pengganti natrium klorida pada beberapa
penelitian produk daging, sering digambarkan memberi rasa pahit di mulut. Menurut
Desmond (2006) penggantian natrium klorida dengan kalium klorida di atas 50% secara
nyata meningkatkan kepahitan dan hilangnya keasinan. \
KESIMPULAN
Garam kalium (KCl) berpengaruh terhadap kadar air, kadar abu, kadar lemak dan
kadar protein ‘samu’ ikan sepat rawa. Semakin tinggi konsentrasi KCl yang ditambahkan, kadar
natrium pada ‘samu’ ikan sepat rawa semakin rendah, sedangkan kadar kalium pada ‘samu’ ikansepat rawa semakin tinggi.
Garam kalium (KCl) tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap warna dan
aroma ‘samu’ ikan sepat rawa. Garam kalium (KCl) memberi pengaruh yang signifikan terhadap
tekstur dan rasa ‘samu’ ikan sepat rawa
5/14/2018 Publikasi risbinakes poltekes 2007 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/publikasi-risbinakes-poltekes-2007 10/10
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2005). Chapter 8 Sodium and Potasium. Dietari Guidelines for Americans.
Arogundade, L.A., M.O. Akinfenwa, and A.A. Salawu. (2004). Effect of NaCl and Its Partial or Complete Replacement with KCl on Some Fungtional of Defatted Colocynthis citrullus L.
Sed Flour . Food Chemistry 84 : 187-193
Badan Pusat Statistik Prop Kalsel. Neraca Bahan Makanan Kalimantan Selatan. BPS :
Banjarmasin. 2001
Desmon, Eoin. (2006). Reducing Salt : A Challenge for the Meat Industry. Meat Science 74 :
188-196
Dinkes Prop. Kalsel. (2002). Profil Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin;
Dinkes Prop. Kalsel.
Gou, P., Guerrero, L., Gelabert, J., & Arnau, J. (1996). Potassium chloride, potassium lactate
and glycine as sodium chloride substitutes in fermented sasuages and in dry-cured pork
loin. Meat Science, 42(1), 37–48.
Harris, Robert S. and Endel Karmas. (1989). Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan. Edkedua. Penerbit ITB Bandung. P388-415
He, F.J., and MacGregor G.A. (1999). Potassium intake and Blood Pressure. Editorial Am. J.
Hypertens Vol 12:849-851
He FJ, and MacGregor GA. (2001). Beneficial effects of potassium. Clinical Review. BMJ . Vol.
323:497–501.
He, dkk. (2005). Effect of Short-Term Supplementation of Potassium Chloride and Potassium
Citrate on Blood Pressure in Hipertensives. Hipertension Vol. 45:571-574
Hutton, Tim. (2002). Sodium, Technological functions of salt in the manufacturing of food and
drink products. British Food Journal Vol. 104 No. 2
Jittinandana, S., P.B. Kenney, S.D. Slider, and R.A. Kiser. (2002). Effect of Brine Concentration
and Brining Time on Quality of Smoked Rainbow Trout Fillets. Journal of Food Science,
Vol 67 No 6 : 2095-2099Koswara, Sutrisno. (2005). Ikan dan Hasil Olahannya. www.ebookpangan.com
McClelland, Jacquelyn W., And Carolyn J. Lackey. (2005). Diet/High Blood Pressure
Connection. North Carolina Cooperetive Extension Service, North Carolina State
University.
Nagata, Chisato., dkk. (2004). Sodium Intake and Risk of Death from Stroke in Japanese Men
and Women. Stroke Vol. 35: 1543-1547
Pigott R.S, P.B. Kenney, S. Slider, and M.K. Head. (2000). Protocol formulation and dicatonic
salts influences protein functionality system model beef batters. Journal of Food Science,
Vol 65 No 7 : 1151-1154
Ranken, M.D., Kill, R.C. and Baker, C.G.J. (1997). Food Industries Manual, 24th ed., Blackie
Academic and Professional, London.
Rodrigues, Maria J., dkk. (2005). Chemical, Microbiological, and Sensory Quality of Cod Products Salted in Different Brines. Journal of Food Science, Vol 70 (1).
Sudarmadji, Slamet., dkk. (1997). Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian.
Liberty, Yogyakarta.
Whelton PK, He J, Cutler JA, Brancati FL, Appel LJ, Follmann D, Klag MJ. (1997). Effects of
oral potassium on blood pressure, meta-analysis of randomized controlled clinical trials .
JAMA. Vol. 277:1624 –1632.