14
Published: 2018-04-02

Published: 2018-04-02 - simdos.unud.ac.id · Gender diartikan sebagai konstruksi sosial yang dikenakan kepada pria dan wanita yang dibangun oleh kebudayaan atau kultural masyarakat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Published: 2018-04-02 - simdos.unud.ac.id · Gender diartikan sebagai konstruksi sosial yang dikenakan kepada pria dan wanita yang dibangun oleh kebudayaan atau kultural masyarakat

Published: 2018-04-02

Page 2: Published: 2018-04-02 - simdos.unud.ac.id · Gender diartikan sebagai konstruksi sosial yang dikenakan kepada pria dan wanita yang dibangun oleh kebudayaan atau kultural masyarakat

Articles

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI INOVASI SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO2 : 1 DI SUBAK PENYARINGAN, KECAMATAN MENDOYO, KABUPATEN JEMBRANA

I GEDE BAGUS DERA SETIAWAN

1-6

o PDF (Bahasa Indonesia) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN PERTANIAN DAN

HUBUNGANNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI SUBAK SAIH DI KECAMATAN KUTAUTARA, KABUPATEN BADUNG

KADEK DWI ANDIKA

7-12

o PDF (Bahasa Indonesia) ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI DAN PERSEPSI PETANI DALAM PROGRAM

GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) PADI DI KECAMATANBEBANDEM KABUPATEN KARANGASEM

I PUTU EKA BUDI ANTARA

13-20

o PDF (Bahasa Indonesia) ANALISIS KEPUASAN MASYARAKAT DALAM PENGURUSAN SURAT IJIN USAHA

PERDAGANGAN AGRIBISNIS MELALUI BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU SATU PINTUDAN PENANAMAN MODAL KOTA DENPASAR

NI PUTU VIVI FEBRYANA

20-27

o PDF (Bahasa Indonesia)

Page 3: Published: 2018-04-02 - simdos.unud.ac.id · Gender diartikan sebagai konstruksi sosial yang dikenakan kepada pria dan wanita yang dibangun oleh kebudayaan atau kultural masyarakat

NILAI EKONOMI TOTAL PERKEBUNAN KELAPA DI DESA SELUMBUNG, KECAMATAN MANGGIS,KABUPATEN KARANGASEM

NI LUH MADE INDAH MURDYANI DEWI

27-33

o PDF (Bahasa Indonesia) PENGARUH KINERJA PENYULUH PERTANIAN TERHADAP PERILAKU PETANI PADA PENERAPAN

TEKNOLOGI PTT DAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN BULELENG

PUTU SUGIARTA -

34-43

o PDF (Bahasa Indonesia) PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN BERDASARKAN NILAI PRODUKSI DI

KABUPATEN BULELENG

GEDE YUDA PARAMARTHA

43-48

o PDF (Bahasa Indonesia) Rantai Nilai Pemasaran Akar Wangi Indonesia

I ROSTWENTIVAIVI -

49-51

o PDF (Bahasa Indonesia) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SRI

A FAROBY FALATEHAN

52-58

Page 4: Published: 2018-04-02 - simdos.unud.ac.id · Gender diartikan sebagai konstruksi sosial yang dikenakan kepada pria dan wanita yang dibangun oleh kebudayaan atau kultural masyarakat

o PDF (Bahasa Indonesia) PENGAMBILAN KEPUTUSAN GENDER RUMAH TANGGA PETANI PADA BUDIDAYA TANAMAN

PADI SAWAH SISTEM SUBAK DI PERKOTAAN

WAYAN SUDARTA -

59-65

o PDF (Bahasa Indonesia)

Editorial Teams

Editors in Chiefs

1. Prof. Dr. Ir. Dwi Putra Dharmawan, M.S., Department of Agribusiness, Faculty of Agriculture,Udayana University, Gedung Agrokompleks Jalan PB Sudirman Denpasar Bali, Indonesia

Technical Editors

1. Dr. Widhianthini, S.P., M.Si, Department of Agribusiness, Faculty of Agriculture, UdayanaUniversity, Gedung Agrokompleks Jalan PB Sudirman Denpasar Bali, Indonesia

2. A.A.A. Wulandira Sawitri Djelantik, S.P., M.M.A, Department of Agribusiness, Faculty ofAgriculture, Udayana University, Gedung Agrokompleks Jalan PB Sudirman Denpasar Bali, Indonesia

3. I.A. Listia Dewi, S.P.,M.Agb., Department of Agribusiness, Faculty of Agriculture, UdayanaUniversity, Gedung Agrokompleks Jalan PB Sudirman Denpasar Bali, Indonesia

Reviewer and Editors

1. Prof. Dr. Ir. Wayan Windia, SU, Udayana University, Bali, Indonesia

2. Prof. Dr. Ir. Nyoman Sutjipta, M.S., Udayana University, Bali, Indonesia

3. Prof. Dr. Ir. Made Antara, M.S., Udayana University, Bali, Indonesia

4. Prof. Dr. Ir. I Gusti Agung Ayu Ambarawati, M.Ec., Udayana University, Bali, Indonesia

5. Prof. Dr. Ir. Ketut Budi Susrusa, M.S., Udayana University, Bali, Indonesia

6. Dr. Ir. I Ketut Suamba, M.P., Udayana University, Bali, Indonesia

7. Dr. Ir. Ni Wayan Sri Astiti, M.P., Udayana University, Bali, Indonesia

8. Dr. Ir. I Wayan Budiasa, M.P., Udayana University, Bali, Indonesia

9. Ir. I Dewa Gede Agung, M.M., Udayana University, Bali, Indonesia

Page 5: Published: 2018-04-02 - simdos.unud.ac.id · Gender diartikan sebagai konstruksi sosial yang dikenakan kepada pria dan wanita yang dibangun oleh kebudayaan atau kultural masyarakat

10. Dr. Ir. Ali Ibrahim Hasyim, Lampung University, Indonesia

11. Dr. Ir. Lala Kolopaking, M.S., Bogor Agricultural University, Indonesia

12. Dr. Ir. Lies Sulistyowati, Padjajaran University, Bandung, Indonesia

13. Dr. Ir. Mohammad Muslich Mustadjab, Brawijaya University, Malang, Indonesia

14. Dr. Ir. Slamet Hartono, Gadjah Mada University, Yogyakarta, Indonesia

15. Dr.Ir. Herlina Tarigan, Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor, Indonesia.

Page 6: Published: 2018-04-02 - simdos.unud.ac.id · Gender diartikan sebagai konstruksi sosial yang dikenakan kepada pria dan wanita yang dibangun oleh kebudayaan atau kultural masyarakat

Filename: JURNAL BPK SUDARTA_4871F5Directory: C:\Users\user\AppData\Local\TempTemplate:

C:\Users\user\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal.dotm

Title:Subject:Author: userKeywords:Comments:Creation Date: 30/07/2018 22:34:00Change Number: 1Last Saved On: 30/07/2018 22:40:00Last Saved By: userTotal Editing Time: 6 MinutesLast Printed On: 30/07/2018 22:42:00As of Last Complete Printing

Number of Pages: 5Number of Words: 502Number of Characters: 3.123

Page 7: Published: 2018-04-02 - simdos.unud.ac.id · Gender diartikan sebagai konstruksi sosial yang dikenakan kepada pria dan wanita yang dibangun oleh kebudayaan atau kultural masyarakat

Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.5, No.2, Oktober 2017 ISSN: 2355-0759

Sudarta, Pengambilan Keputusan....|59

PENGAMBILAN KEPUTUSAN GENDERRUMAH TANGGA PETANI PADA BUDIDAYA

TANAMAN PADI SAWAH SISTEM SUBAKDI PERKOTAAN

Gender Decision Making of Farmers’ HouseholdOn Rice Cultivation of Subak System in Urban

Wayan Sudarta

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana

E-mail: [email protected]

ABSTRACT

This study aims to determine the types of gender decision-making (husband and wife) on a variety of ricecultivation activities based on subak system in urban areas. The research took the location of research in SubakAnggabaya, East Denpasar District, Denpasar City as a case study. The results of this study indicate that theactivities of the subak system of decision-making type with the dominant wife, is generally applicable in the fieldof collective decision-making activities of the ritual. The husband's own decision-making type without negotiatingwith wives, is common in four areas of the five decision areas. Then in the household activities of farmers, most ofthe decision-making area (77%) is common type of decision-making husband himself, without negotiating with hiswife.

Keywords: gender, decision making, subak

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe pengambilan keputusan gender (suami-istri) pada beragam kegiatanbudidaya tanaman padi sawah yang berbasis sistem subak di perkotaan. Penelitian mengambil lokasi penelitan diSubak Anggabaya, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar sebagai suatu studi kasus. Hasil penelitian inimenunjukkan bahwa pada kegiatan sistem subak tipe pengambilan keputusan bersama istri dominan, umumberlaku pada bidang pengambilan keputusan kegiatan ritual secara kolektif. Tipe pengambilan keputusan suamisendiri tanpa berunding dengan istri, umum terjadi pada empat bidang dari lima bidang pengambilan keputusan.Kemudian pada kegiatan rumah tangga petani, sebagian besar dari bidang pengambilan keputusan (77%) umumterjadi tipe pengambilan keputusan suami sendiri, tanpa berunding dengan istri.

Kata Kunci: gender, pengambilan keputusan, subak

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sejatinya, berbicara tentang gender berarti berbicaratentang pria dan wanita di luar kodrat. Genderdiartikan sebagai konstruksi sosial yang dikenakankepada pria dan wanita yang dibangun olehkebudayaan atau kultural masyarakat. Gender dapatpula diartikan sebagai peran dan tanggung jawabpria dan wanita yang dibentuk oleh norma sosialdan nilai budaya masyarakat (Sudarta, 2016).

Berdasarkan pemahaman tersebut, peran gendermerupakan peran sosial yang tidak ditentukan olehperbedaan jenis kelamin sebagaimana halnya perankodrat (anugrah Tuhan) yang bersifat abadi. Dengandemikian, peranan gender dapat berbeda antara satu

masyarakat dengan masyarakat lainnya, sesuaidengan lingkungan. Peran gender dapat berubahdari masa ke masa karena pengaruh kemajuan, baikkemajuan di bidang ekonomi, pendidikan danteknologi maupun di bidang lainnya. Hal tersebutberarti, peranan gender dapat dipertukarkan antarapria dengan wanita.

Bali yang walaupun menganut sistem kekerabatanpatrilineal, yang menempatkan pria pada posisiyang lebih tinggi atau lebih berkuasa daripadawanita, tidak menutup kemungkinan peranan priadan wanita khususnya peranan dalam pengambilankeputusan pada bidang-bidang tertentu, dapatmengalami perubahan, atau dapat dipertukarkan.Berkaitan dengan pengambilan keputusan dalamsuatu rumah tangga, dinyatakan oleh Sudarta

Page 8: Published: 2018-04-02 - simdos.unud.ac.id · Gender diartikan sebagai konstruksi sosial yang dikenakan kepada pria dan wanita yang dibangun oleh kebudayaan atau kultural masyarakat

Sudarta, Pengambilan Keputusan....|60

(2006), bahwa kepala rumah tangga, yaitu suami(pria) dan istrinya (wanita) merupakan simbol yangpaling dihormati dan pemegang kekuasaan tertinggiatau merupakan sentral pengambilan keputusandalam rumah tangga, yang sangat mempengaruhikelangsungan hidup anggota rumah tangga mereka.

Kiranya perlu diketahui bahwa ada tiga faktorutama yang mempengaruhi gender (suami-istri)suatu rumah tangga, termasuk rumah tangga petanidalam pengambilan keputusan, seperti yang akandijelaskan berikut ini.(1) Perkawinan (pernikahan)

Status dan peranan wanita yang normal dalammasyarakat sebagai istri. Biasanya seorang istriumurnya lebih muda dan pendidikannya lebihrendah daripada suami. Karena suami dianggaplebih tua, secara tidak langsung mempengaruhiistri dalam pengambilan keputusan (Sajogyo,1984). Adanya adat dalam perkawinan(terutama pada masyarakat patrilineal), istrimengikuti suami atau tinggal di pihak kerabatsuami, secara relatif cenderung pulamempengaruhi status istri (wanita) dalampengambilan keputusan, yakni pengambilankeputusannya menjadi lebih lemah daripadasuami (pria).

(2) PewarisanDinyatakan oleh Goodi (dalam White danHastuti, 1980) bahwa dalam masyarakat(terutama masyarakat yang menganut sistemkekerabatan patrilineal), wanita tidak bisamenjadi pemilik tanah atau kekayaan yang lainmelalui hak waris, status wanita cenderungmenjadi lebih lemah daripada pria. Keadaan ituberimplikasi pada lemahnya istri dalampengambilan keputusan.

(3) Sumberdaya PribadiSumber daya pribadi yang disumbangkan olehsuami atau istri ke dalam rumah tangga mereka,dapat pula mempengaruhi pengambilankeputusan. Sumber daya pribadi itu dapatberupa pendidikan, keterampilan, uang, tanahatau lahan pertanian, pengetahuan ritual, dansebagainya (Blood dan Wolfe dalam Sudartadan Artini, 1999). Suami atau istri yangmemiliki sumber daya pribadi yang lebih tinggi,dapat mendominasi posisinya dalampengambilan keputusan pada bidang-bidangtertentu.

Berdasarkan pemikiran tersebut, kiranya menarikuntuk dikaji melalui suatu mikro, bagaimanapengambilan keputusan gender (pria dan wanita)rumah tangga petani berkaitan dengan budidayatanaman padi sawah yang berbasis sistem subak diperkotaan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dalampenelitian ini masalah yang diajukan adalahbagaimana pengambilan keputusan gender pada

rumah tangga petani pada budidaya tanaman padisistem subak.

Tujuan Penelitian

Sebagaimana disampaikan melalui rumusan di atasmaka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian iniadalah untuk mengetahui sistem pengambilankeputusan di tingkat rumah tangga petani padabudidaya tanaman padi di sistem subak.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Rumah Tangga Pertanian

Rumah tangga adalah seseorang atau sekelompokorang yang mendiami sebagian atau seluruhbangunan fisik serta biasanya tinggal bersama danmengkonsumsi makanan yang berasal dari satudapur, di mana biasanya kebutuhan sehari-harianggotanya dikelola menjadi satu. Adapun yangdimaksud dengan rumah tangga pertanian adalahrumah tangga yang sekurang-kurangnya satuanggota rumah tangga melakukan kegiatan bertaniatau berkebun, menanam tanaman, beternak, danlain-lain dengan tujuan sebagian atau seluruhhasilnya dijual untuk memperoleh pendapatanataupun keuntungan atas resiko sendiri. Dengandemikian, yang dimaksud dengan rumah tanggausahatani adalah rumah tangga yang salah satu ataulebih anggotanya mengolah lahan pertanian, baiklahan sawah maupun lahan kering,membudidayakan tanaman pertanian, melakukanpengambilan hasil lahan pertanian dengan tujuansebagian atau seluruh hasilnya dimanfaatkan sendiriatau dijual untuk memperoleh pendapatan ataupunkeuntungan atas resiko sendiri (Pratiwi 2007).

Gender dan Kesetaraan GenderSecara mendasar, gender berbeda dari jenis kelaminbiologis, konsep gender berbeda dengan jeniskelamin. Handayani dan Sugiarti (2008)menyatakan bahwa jenis kelamin (seks) adalahpembagian jenis kelamin yang ditentukan secarabiologis melekat pada jenis kelamin tertentu. Lebihlanjut Handayani menjelaskan, seks berartiperbedaan laki-laki dan perempuan sebagaimakhluk yang secara kodrati memiliki fungsi-fungsiorganisme yang berbeda. Secara biologis alat-alatbiologis tersebut melekat pada laki-laki danperempuan selamanya, fungsinya tidak dapatdipertukarkan. Secara permanen tidak berubah danmerupakan ketentuan biologi atau ketentuan Tuhan(kodrat). Karena itu, Handayani dan Sugiarti (2008)menyatakan bahwa konsep gender adalah sifat yangmelekat pada kaum laki-laki dan perempuan yangdibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun budaya,sehingga lahir beberapa angggapan tentang peransosial dan budaya laki-laki dan perempuan. Begitupula yang dikemukakan oleh Mugniesyah (2006)bahwa konsep gender adalah perbedaan sifat laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan olehsistem nilai budaya dan struktur sosial. Bentukan

Page 9: Published: 2018-04-02 - simdos.unud.ac.id · Gender diartikan sebagai konstruksi sosial yang dikenakan kepada pria dan wanita yang dibangun oleh kebudayaan atau kultural masyarakat

Sudarta, Pengambilan Keputusan....|61

sosial atas laki-laki dan perempuan itu antara lain:kalau perempuan dikenal sebagai makhluk yanglemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan.Sedangkan laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan,dan perkasa. Sifat-sifat di atas dapat dipertukarkandan berubah dari waktu ke waktu, sehingga dapatdikatakan bahwa gender dapat diartikan sebagaikonsep sosial yang membedakan (dalam arti:memilih atau memisahkan) peran antara laki-lakidan perempuan. Perbedaan fungsi dan peran antaralaki-laki dan perempuan itu tidak ditentukan antarakeduanya terdapat perbedaan biologis atau kodrat,tetapi dibedakan atau dipilah-pilah menurutkedudukan, fungsi dan peranan masing-masingdalam berbagai bidang kehidupan danpembangunan.

Mugniesyah (2006) menambahkan bahwaperbedaan gender antara laki-laki dan perempuanini terjadi melalui proses yang amat panjang.Melalui proses yang amat panjang inilah makagender dianggap sebagai kodrat Tuhan yang tidakdapat diubah lagi. Perbedaan peran gender ini akanmenimbulkan pembagian kerja yang berbeda pulaantara laki-laki dan perempuan yang disebut denganpembagian kerja gender. Pembagian kerja genderini tercermin dalam tiga peran gender yaitureproduktif, produktif, dan sosial. Peran reproduktifadalah kegiatan yang berkaitan dengan melahirkandan mempersiapkan keperluan keluarga tiapharinya. Peran produktif adalah kegiatan yangmenghasilkan produksi barang atau jasa, untukdikonsumsi sendiri atau dijual. Sedangkan peransosial adalah yang mencakup kegiatan sosial dangotong royong dalam kehidupan masyarakat.

Pola Pengambilan Keputusan dalam RumahTangga

Pengambilan keputusan merupakan permulaan dariaktifitas manusia yang sadar dan terarah, baiksecara individu, kelompok atau institusional,sehingga pengambilan keputusan manjadi aspekyang penting dalam suatu pengelolaan ataumanajemen. Pola pengambilan keputusan dalamrumah tangga akan berpengaruh terhadapbagaimana terjadinya struktur dalam rumah tangga,lebih dalam lagi dapat melihat siapa yang palingberhak mengambil keputusan dalam rumah tanggaatas dasar kekuasaanya. Kekuasaan dinyatakansebagai kemampuan untuk mengambil keputusanyang dapat mempengaruhi kehidupan rumah tanggaitu.

Pengaruh lingkungan luar rumah masyarakat padaumumnya bisa memperkaya dan dapat menambahwawasan perempuan yang diperkirakan dapatmengembangkan potensinya dalam pengambilankeputusan di berbagai bidang kehidupan dalamrumah tangga. Selain itu, faktor pendidikanperempuan serta personal berupa pengalamannyabergaul dengan masyarakat luas hal yangmenimbulkan potensi perempuan semakin besardalam

pengambilan keputusan dalam rumah tangga.

Olsson (1997) menyatakan bahwa terdapat tigabidang yang berbeda dalam menganalisa konsepkekuasaan dalam keluarga: dasar kekuasaan, proseskekuasaan dalam keluarga, dan hasil kekuasaandalam keluarga. Berdasarkan hal tersebut,pengambilan keputusan ada pada bidang kedua danketiga sehingga pengambilan keputusan dapatdiartikan sebagai perwujudan proses yang terjadidalam keluarga dan merupakan hasil dari interaksianggota keluarga untuk saling mempengaruhisehingga terbentuk pola pengambilan keputusanberdasarkan peran dan bidang keputusannya.

Perempuan sebagai pengambil keputusan dalamkeluarga tidak lepas dari perannya dalam keluarga.Norma yang diakui menyatakan bahwa yang palingsering menentukan keputusan dalam keluargaadalah suami. Pada kenyatannya terdapat banyakvariasi tentang pengambilan keputusan dalamkeluarga. Terkadang memang perempuan tidakdiikutsertakan, namun tidak menutup kemungkinanbahwa perempuan juga ikut dalam menentukankeputusan baik sendiri maupun bersama suami.Sajogyo (1993) menyatakan bahwa faktor-faktoryang dianggap mempengaruhi perempuan dalampengambilan keputusan adalah: proses sosialisasi,pendidikan, latar belakang perkawinan, kedudukandalam masyarakat, dan pengaruh luar lainnya.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Subak Anggabaya,Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar.Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secarasengaja dengan pertimbangan sebagai berikut. (1)Subak ini direncanakan oleh Pemerintah KotaDenpasar sebagai subak lestari dan aggota subaktersebut sudah sepakat dan siap mewujudkanrencana tersebut. (2) Rumah tangga petani yangmenjadi anggota Subak Anggabaya, semuanya aktifbertani di sawah dan melaksanakan inovasipertanian sesuai dengan anjuran. (3) Memilikipanorama alam yang indah, berbatasan denganpersawahan Kabupaten Badung yang terhamparluas. (4) Subak Anggabaya potensial dijadikanagrowisata, sehingga merupakan “gayungbersambut” dengan rencana subak lestari. Penelitianini dilakukan pada bulan Juni 2017. Namun,pengumpul data atau peneliti tidak sepenuhnya dilapang pada bulan tersebut.

Pemilihan Rumah Tangga Petani Contoh danResponden

Pasangan suami-istri rumah tangga petanimerupakan unit analisis dalam penelitian ini.Jumlah rumah tangga petani contoh atau pasangansuami-istri responden yang dianggap palingbertanggung jawab dalam rumah tangga tersebutsebanyak 20 rumah tangga atau pasangan suami-

Page 10: Published: 2018-04-02 - simdos.unud.ac.id · Gender diartikan sebagai konstruksi sosial yang dikenakan kepada pria dan wanita yang dibangun oleh kebudayaan atau kultural masyarakat

Sudarta, Pengambilan Keputusan....|62

istri, yang diambil secara acak dari frame samplingberupa daftar nama anggota subak pada PekasehSubak Anggabaya. Pengambilan secara acak 20rumah tangga petani contoh tersebut, denganpertimbangan penguasaan lahan pertanian petaniyang menjadi anggota Subak Anggabaya berkisarantara 35-50 are, yang berarti dianggap relatifhomogen. Berdasarkan data ini diasumsikankeadaan sosial-ekonomi rumah tangga petanianggota Subak Anggabaya, juga relatif homogen.Dengan demikian, pengambilan 20 rumah tanggapetani contoh atau 20 pasang suami-istri respondendianggap sudah cukup dalam penelitian ini.

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian inimeliputi data primer dan data sekunder, yang terdiriatas data kuantitatif dan kualitatif. Data primerdikumpulkan melalui mekanisme wawancarakepada responden dengan menggunakan instrumenberupa daftar pertanyaan terstruktur, sedangkan datasekunder dikumpulkan melalui dokumen tertulis.

Data primer yang dicari mencakup (1) umurresponden (dalam tahun), (2) pendidikan formalresponden (dalam tahun), (3) luas pemilikan danpenguasaan lahan pertanian dan pekarangan (dalamare), (4) tipe pengambilan keputusan gender (suami-istri) rumah tangga petani dalam budidaya tanamanpadi sawah (dalam persen). Data sekunder yangdicari terbatas hanya untuk kepentinganpengambilan rumah tangga contoh dan responden.

Analisis Data

Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptifkualitatif, dengan bantuan tabulasi silang. Datatentang pengambilan keputusan gender (suami-istri)dianalisis ke dalam lima tipe pengambilankeputusan menurut pemikiran Pudjiwati Sajogyo(1984) sebagai berikut:(1) Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh

istri sendiri, tanpa berunding dengan suami.(2) Pengambilan keputusan bersama, tetapi

pengaruh istri lebih dominan.(3) Pengambilan keputusan bersama setara, tanpa

ada yang mendominasi.(4) Pengambilan keputusan bersama, tetapi

pengaruh suami lebih dominan.(5) Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh

suami sendiri, tanpa berunding dengan istri.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan dalam tulisan ini, dibagimenjadi dua bagian, yakni ciri-ciri rumah tanggapetani dan pegambilan keputusan gender rumahtangga petani.

Ciri-ciri Rumah Tangga Petani

Ciri-ciri rumah tangga petani contoh di SubakAnggabaya tertuang pada Tabel 1.

Tabel 1. Ciri-ciri Rumah Tangga PetaniContoh di Subak Anggabaya,Kecamatan Denpasar Timur, KotaDenpasar Tahun 2017.

No Uraian Keterangan1. Umur gender (suami-istri)

respondena. Suami 52,2 tahunb. Istri 48,1 tahun

2. Lama pendidikan gender (suami-istri) respondena. Suami 9.0 tahunb. Istri 6,1 tahun

3. Luas pemilikan dan penguasaantanah (lahan pertanian)a. Sawah

(1) Pemilikan 45,05 are(2) Penguasaan 45,05 are

b. Pekarangan(1) Pemilikan 16,03 are(2) Penguasaan 16,03 are

c. Jumlah (luas sawah danpekarangan)

(1) Pemilikan 61,08 are(2) Penguasaan 61,08 are

Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 1 dapatdipahami sebagai berikut. (1) Rata-rata umur suami52,2 tahun, sedangkan umur istri 48,1 tahun, yangberarti umur suami 4,1 tahun lebih tua daripadaumur istri. (2) Pendidikan formal yang berhasildikenyam oleh suami selama sembilan tahun atausetara dengan tamatan Sekolah Menengah Pertama(SMP), sedangkan pendidikan formal yang berhasildikenyam oleh istri selama 6,1 tahun, atau setaradengan tamatan Sekolah Dasar (SD). Data inimenunjukkan pendidikan formal suami lebih tinggidaripada pendidikan formal istri. (3) Seluruh lahansawah dan pekarangan rumah tangga petani contohseluas 61,08 are, terbagi menjadi sawah seluas45,05 are (74%) dan pekarangan seluas 16,03 are(26%). Semuanya merupakan lahan milik yangdigarap, tanpa menggarap lahan petani lain dantanpa menggarapkan lahan miliknya sendiri kepadapetani lain.

Pengambilan Keputusan Gender Rumah TanggaPetani

Secara umum dapat dikatakan, bahwa pengambilankeputusan identik dengan kekuasaan. Kekuasaandalam rumah tangga dapat diartikan sebagai suatukemampuan suami (pria) atau istri (wanita) untukmenentukan sesuatu dalam rumah tangga merekayang mempengaruhi kehidupan rumah tanggatersebut (Sudarta, 2011).

Page 11: Published: 2018-04-02 - simdos.unud.ac.id · Gender diartikan sebagai konstruksi sosial yang dikenakan kepada pria dan wanita yang dibangun oleh kebudayaan atau kultural masyarakat

Sudarta, Pengambilan Keputusan....|63

Pengambilan keputusan gender (suami-istri) rumahtangga petani pada beragam pekerjaan budidayatanaman padi sawah garapan sendiri yang berbasissistem subak, yang akan dibahas berikut ini,dikelompokkan menjadi dua, yakni yang berkaitandengan kegiatan subak dan yang berkaitan dengankegiatan rumah tangga petani. Pengambilankeputusan gender (suami-istri) tersebut dapat darisebelah kiri ke sebelah kanan dalam Tabel 2. Hasil-hasil yang diperoleh pada tabel tersebut, nilaitertinggi pada setiap baris dicetak tebal. Hal itudimaksudkan, untuk memudahkan pemahamanpembaca mengenai pola dasar hasil-hasil yangdiperoleh.

Berdasarkan lima tipe pengambilan keputusangender (suami-istri) seperti telah diuraikansebelumnya, melalui data yang tersaji pada Tabel 2dapat dipahami hal-hal sebagai berikut.1. Kegiatan Subak

Berkaitan dengan kegiatan subak(tempek/munduk, subak, dan lainnya, kegiatanlembaga yang lebih luas), ternyata empat darilima bidang pengambilan keputusan, yangmencakup rapat-rapat, gotong royong (perbaikandan pembersihan jaringan irigasi, fasilitas lainnyaselain jaringan irigasi), penyuluhan pembangunpertanian, dan pengadopsian inovasi pertanian,umum berlaku “tipe pengambilan keputusansuami sendiri, tanpa berunding dengan istri”.Persentase yang dicapai oleh tipe pengambilankeputusan ini berkisar antara 80% s.d 90%. Halini tentu saja tidak terlepas atau berkaitan eratdengan sistem kekerabatan patrilineal yangdianut oleh masyarakat setempat, yangmenempatkan posisi suami (pria) lebih tinggidaripada istri (wanita).

Pria umumnya memiliki sumber daya pribadiyang lebih tinggi daripada wanita yang diperolehmelalui hak waris berupa kekayaan, sedangkanwanita tidak mempunyai hak wais seperti itu.Dengan demikian, keadaan itu memperlemahposisi wanita dalam pengambilan keputusan.

Namun, “tipe pengambilan keputusan bersamaistri dominan” artinya istri berunding dengansuami, tetapi akhirnya ditentukan oleh istri,umum terjadi untuk kegiatan ritual secara kolektif(75%). Hal ini tidak lain disebabkan oleh istri(wanita) mempunyai sumber daya pribadi yanglebih tinggi daripada suami (pria), yang berupaketerampilan membuat sesajen. Keadaan inisejalan dengan yang dinyatakan oleh Blood danWolfe (dalam Sudarta dan Artini, 1999) sepertitelah diuraikan sebelumnya. Diantaranyadinyatakan oleh mereka, bahwa sumber dayapribadi yang berupa keterampilan tertentu yangdisumbangkan oleh suami (pria) dan istri (wanita)kepada rumah tangga mereka, dapatmempengaruhi pengambilan keputusan.

Kegiatan Rumah Tangga Petani

Berkaitan dengan pengambilan keputusan gender(suami-istri) rumah tangga petani, pada beragamkegiatan dalam satu siklus budidaya tanaman padisawah garapan sendiri di Subak Anggabaya,berdasarkan data pada Tabel 2 dapat dijelaskansebagai di bawah ini.

Tabel 2. Pengambilan Keputusan GenderRumah Tangga Petani pada BudidayaTanaman Padi Sawah Garapan sendiridalam Semusim di Subak Anggabaya,Kecamatan Denpasar Timur, KotaDenpasar Tahun 2017.

No. Uraian Keterangan1. Umur gender (suami-istri)

respondenc. Suami 52,2 tahund. Istri 48,1 tahun

2. Lama pendidikan gender(suami-istri) respondenc. Suami 9.0 tahund. Istri 6,1 tahun

3. Luas pemilikan danpenguasaan tanah (lahanpertanian)d. Sawah

(3) Pemilikan 45,05 are(4) Penguasaan 45,05 are

e. Pekarangan(3) Pemilikan 16,03 are(4) Penguasaan 16,03 are

f. Jumlah (luas sawah danpekarangan)(3) Pemilikan 61,08 are(4) Penguasaan 61,08 are

(1) Pengambilan keputusan istri sendiri, tanpaberunding dengan suami.Tipe pengambilan keputusan istri sendiri tanpaberunding dengan suami, hanya terjadi padasatu bidang pengambilan keputusan, yaitudalam kgiatan ritual (80%). Kalaupun istriberunding dengan suami, pada akhirnyaditentukan oleh istri (tipe pengambilankeputusan bersama, tetapi pengaruh istri lebihdominan, sebanyak 20%). Fakta tersebutmemberikan gambaran, bahwa betapapentingnya arti atau peranan wanita dalamkegiatan ritual pada budidaya tanaman padisawah berbasis subak.

(2) Pengambilan keputusan bersama, tetapipengaruh istri lebih dominan.Tipe pengambilan keputusan seperti iniberlaku hanya untuk kegiatan ritual sepertitelah diuraikan di atas.

Page 12: Published: 2018-04-02 - simdos.unud.ac.id · Gender diartikan sebagai konstruksi sosial yang dikenakan kepada pria dan wanita yang dibangun oleh kebudayaan atau kultural masyarakat

Sudarta, Pengambilan Keputusan....|64

(3) Pengambilan keputusan setara, tanpa ada yangmendominasi.Tipe pengambilan keputusan bersama setara,umum terjadi di lokasi penelitian hanya untukbidang pengambilan keputusan penggunaanhasil panen (75%). Keadaan inimenggambarkan, bahwa dalam penggunaanhasil panen padi sebagai bahan pangan utama,sudah terjadi kesepakatan atau hubungan yangharmonis antara suami (pria) dengan istri(wanita) rumah tangga petani.

(4) Pengambilan keputusan bersama, tetapipengaruh suami lebih dominan.Berkaitan dengan tipe pengambilan keputusanini, sesungguhnya suami berunding denganistri tetapi akhirnya ditentukan oleh suami.Tipe pengambilan keputusan tersebut, umumberlaku hanya pada bidang pengambilankeputusan penetapan tenaga kerja (75%), yangdimanfaatkan dalam pekerjaan-pekerjaantertentu pada budidaya padi sawah garapansendiri. Tenaga kerja itu, umumnya berasaldari luar lokasi penelitian (Bali atau Jawa).

(5) Pengambilan keputusan suami sendiri.Tipe pengambilan keputusan suami sendiri,tanpa berunding dengan istri, sangat umumterjadi pada 10 bidang dari 13 bidangpengambilan keputusan. Kesepuluh bidangpengambilan keputusan tersebut meliputibidang pengambilan keputusan: (1) pengolahanlahan baik di persemaian maupun ditempatpertanaman (90%); (2) persemaian (90%); (3)pencabutan bibit di persemaian dan penanamanbibit di lapangan atau tempat pertanaman(75%); (4) pengairan (80%); (5) pemupukan(80%); (6) penyiangan atau pengendalianrerumputan (75%); (7) pengendalianhama/penyakit tumbuhan terpadu (70%); (8)pengadaan sarana produksi padi (saprodi)meliputi bibit, pupuk, dan obat-obatan (90%);(9) pengadaan alat-alat pertanian seperticangkul, sabit, dan alat perontok padi (90%);dan (10) panen dan pengangkutan (70%).

Fakta tersebut mencerminkan, bahwa dalampengambilan keputusan gender (suami-istri) rumahtangga petani pada beragam kegiatan budidayatanaman padi sawah di Subak Anggabaya, masihdipengaruhi oleh sistem kekerabatan patrilinealyang dianut oleh masyarakat setempat. Kalaupunada pergeseran, yang mengarah pada pengambilankeputusan bersama (setara), maka pergeseran iturelatif kecil, yakni berkisar antara 5% s.d 25%.Kecuali pengambilan keputusan gender (suami-istri)rumah tangga petani di bidang penggunaan hasilpanen padi (75%), yang sudah menunjukkanpengambilan keputusan bersama setara.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut, dapatdisimpulkan sebagai berikut. (1) Tipe pengambilankeputusan suami sendiri, umum terjadi baik dalamberagam kegiatan subak (80% s.d 90%), maupundalam beragam kegiatan rumah tangga petani padabudidaya tanaman padi sawah (70% s.d 90%). (2)Tipe pengambilan keputusan istri sendiri, umumterjadi pada kegiatan rumah tangga petani di bidangpengambilan keputusan kegiatan ritual (80%). (3)Tipe pengambilan keputusan bersama setara,dominan terjadi pada rumah tangga petani di bidangpengambilan keputusan penggunaan hasil panen(75%). (4) Terakhir yang tidak kalah penting, tipepengambilan keputusan bersama suami dominan,umum terjadi pada kegiatan rumah tangga petani dibidang pengambilan keputusan penetapan tenagakerja yang digunakan dalam pekerjaan tertentudalam budidaya tanaman padi sawah (75%).

Keadaan tersebut rupanya membawa implikasi yangkhas berkaitan dengan penyuluhan pembangunanpertanian dalam pelayanan yang dibutuhkan bagirumah tangga petani, yaitu dapat ditujukan kepadasasaran yang tepat, suami (pria) atau istri (wanita)atau keduanya sebagai pihak-pihak yangmembutuhkan sejalan dengan peranan merekamasing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Handayani dan Sugiarti. 2008. Konsep dan TeknikPenelitian Gender. Malang (ID): UMMPr.

Mugniesyah S. 2006. “Gender, Lingkungan danPembangunan Berkelanjutan” dalamEkologi Manusia. Editor SoeryoAdiwibowo. Bogor (ID): InstitutPertanian Bogor.

Olsson. 1997. Pembagian Kerja Seksual. Jakarta(ID): Gramedia Pustaka Utama.

Pratiwi N. 2007. Analisis Gender pada RumahTangga Petani Monokultur Sayur (KasusDesa Sigorogunung, KecamataNgagoyoso, Kabupaten Karanganyar,Jawa Tengah). Skripsi: Institut PertanianBogor. Bogor (ID).

Pujawati Sajogyo. 1984. Teknologi Pertanian danPeluang Kerja Wanita di Pedesaan (SuatuKasus Pertanian Padi Sawah). Pusat StudiPembangunan Lembaga Penelitian InstitutPertanian Bogor. Bogor.

Sajogyo P. 1993. Peranan Perempuan dalamPerkembangan Masyarakat Desa. Jakarta(ID): Yayasan Ilmu-ilmu Sosial.

Sudarta, W dan Artini, W.P. 1999. DistribusiKekuasaan Suami-Istri Rumah Tangga

Page 13: Published: 2018-04-02 - simdos.unud.ac.id · Gender diartikan sebagai konstruksi sosial yang dikenakan kepada pria dan wanita yang dibangun oleh kebudayaan atau kultural masyarakat

Sudarta, Pengambilan Keputusan....|65

Petani Lapisan Bawah pada BeragamPekerjaan Pertanian Sawah dan RumahTangga. Agritop. Jurnal Ilmu-ilmuPertanian (Journal On AgriculturalScience). Vol18 No. 2 Denpasar 1999.Fakultas Pertanian Universitas Udayana,Denpasar.

Sudarta, Wayan. 2006. Pola PengambilanKeputusan Suami-Istri Runah TanggaPetani pada Berbagai Bidang Kehidupan.Dalam Arjani, Ni Luh, N. Suparta. 2006.Kembang Rampai Perempuan Bali. CV.Karya Sasra. Denpasar.

Sudarta, Wayan. 2016. Sosiologi Pertanian.Udayana University Press. Denpasar.

White, B dan Hastuti, E.L. 1980. Pola PengambilanKeputusan di Tingkat Rumah Tangga danMasyarakat (Studi Kasus di Dua Desa diJawa Barat). Kerjasama antara MenteriUrusan Peranan Perempuan. StudiDinamika Pedesaan-SAE Bogor.Lembaga Penelitian Sosiologi PedesaanIPB dan UNICEF. Bogor.

Page 14: Published: 2018-04-02 - simdos.unud.ac.id · Gender diartikan sebagai konstruksi sosial yang dikenakan kepada pria dan wanita yang dibangun oleh kebudayaan atau kultural masyarakat

Filename: 10 FINAL-Jurnal Sudarta_248022F0Directory: C:\Users\user\AppData\Local\TempTemplate:

C:\Users\user\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal.dotm

Title:Subject:Author: userKeywords:Comments:Creation Date: 19/03/2018 14:59:00Change Number: 3Last Saved On: 19/03/2018 15:04:00Last Saved By: userTotal Editing Time: 4 MinutesLast Printed On: 02/04/2018 16:05:00As of Last Complete Printing

Number of Pages: 7Number of Words: 3.612 (approx.)Number of Characters: 23.557 (approx.)