Puji Lestari 2009, Poliuri

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/16/2019 Puji Lestari 2009, Poliuri

    1/8

     

    ISBN 978-602-95471-0-8

    Seminar Nasional Biologi XX dan Kongres PBI XIV UIN Maliki Malang 24-25 Juli 2009 i

  • 8/16/2019 Puji Lestari 2009, Poliuri

    2/8

     

    ISBN 978-602-95471-0-8

    104  Prosiding Biteknologi 

    PEMANFAATAN TANAMAN BROTOWALI (Tinospora crispa L .) 

    SEBAGAI ANTIDIABETIK

    Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada

    ABSTRAK

    Dalam rangka mempertahankan keanekaragaman hayati khususnya tanaman obat di

    Indonesia, maka perlu dilakukan penelitian ilmiah tentang khasiat tanaman obat. Dalam

    kajian ini telah diteliti kemampuan ekstrak etanol akar, batang dan daun brotowali

    terhadap kadar glukosa darah tikus putih jantan hiperglikemik.

    Penelitian ini dirancang secara acak lengkap menggunakan tikus putih jantan, galur

    Spargue Dawley, 2 bulan, berat badan 200-230 g selama 28 hari. Dua puluh tikus dibuat

    hiperglikemik dengan menggunakan aloksan 125 mg/kg bb, selanjutnya dibagi menjadi 4kelompok yaitu (1) kontrol hiperglikemik, (2) diberikan ekstrak etanol akar sebesar 115

    mg/kgbb, (3) diberikan ekstrak etanol batang sebesar 115 mg/kgbb dan (3) diberikan

    ekstrak etanol daun sebesar 115 mg/kgbb. Sebagai kontrol normal digunakan 5 ekor tikus

    yang diberi aquades. Kadar glukosa darah ditentukan dengan metode spektrofotometri.

    Hasil penelitian dianalisis dengan ANOVA dan DMRT (p

  • 8/16/2019 Puji Lestari 2009, Poliuri

    3/8

     

    ISBN 978-602-95471-0-8

    Seminar Nasional Biologi XX dan Kongres PBI XIV UIN Maliki Malang 24-25 Juli 2009 105

    yang paling banyak digunakan adalah bagian batang sedangkan bagian lainnya yaitu akar

    dan daun belum banyak digunakan, karena belum diketahui manfaatnya oleh masyarakat.

    TUJUANTujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol

    akar, daun dan batang brotowali (Tinospora crispa L.) dalam menurunkan kadar glukosa

    darah tikus hiperglikemik.

    CARA KERJA

    a. Rancangaan Percobaan 

    Rancangan Percobaan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Rancangan

    Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dan 2 kontrol. Duapuluh ekor tikus jantan galur SD

    yang telah mengalami kondisi hiperglikemik di bagi ke dalam 4 kelompok yaitu

    kelompok kontrol hiperglikemik, kelompok perlakuan ekstrak etanol akar , perlakuan

    ekstrak etanol batang dan perlakuan ekstrak etanol daun brotowali (T.crispa  L.) dan 5ekor lainnya yang tidak diinjeksi aloksan digunakan sebagai kontrol normal (Tabel 1).

    b. Pembuatan Ekstrak Etanol Batang, Daun dan Akar BrotowaliPembuatan ekstrak dilaksanakan di CV. Chemix Pratama, Bantul, Yogyakarta.

    Ketiga bahan diekstrak secara terpisah. Bahan yang akan diekstraksi pertama kali

    dihancurkan dengan mesin penggiling , selanjutnya bahan yang telah hancur tersebut

    ditambah dengan etanol 96 % ± 500 ml dan didiamkan selama 10 menit. Selanjutnya

    campuran tersebut di blender sampai halus dan selajutnya disaring dengan kain. filtrat

    yang diperoleh selanjutnya diuapkan dengan waterbath  sampai sisa etanol menguap.

    Setelah filtrat mengental (etanol sudah mengguap) selanjutnya dioven agar diperoleh

    ekstrak dengan kadar air seminimal mungkin. Dari proses tersebut akan diperoleh ekstrak

    berupa pasta. Selanjutnya dilakukan penghitungan kadar air pasta dengan menggunakan

    metode botol timbang. Dengan demikian dapat diketahui kadar murni ekstrak yang

    dihasilkan dalam bentuk pasta

    c. Pembuatan Tikus HiperglikemikAloksan dengan dosis 125 mg/kgbb dilarutkan dengan NaCl 1 N sehingga

    diperoleh larutan aloksan dengan dosis 1ml/25mg/200gbb dan diberikan kepada 20 ekor

    tikus melalui subkutan dengan menggunakan jarum suntik.

    d. Perlakuan Terhadap Hewan UjiLima kelompok tikus selanjutnya diberi perlakuan sesuai dengan Tabel 1 selama

    28 hari. Pemberian ekstrak dilakukan secara oral dan ekstrak diberikan sesuai dosis yang

    dilarutkan dengan akuades.

    Tabel 1. Kelompok perlakuan dan kontrol.

    Kelompok PerlakuanK (-) Diberi aquades (tikus normal) + pakan BR II

    K (+) Aloksan 125mg/kgbb + aquades (kontrol hiperglikemia) + pakan

    BR II

    P1 Aloksan125mg/kgbb + ekstrak batang 115 mg/bb + pakan BR II

    + aquades

    P2 Aloksan 125mg/kgbb + ekstrak daun 115 mg/bb + pakan BR II +

    aquades

    P3 Aloksan 125mg/kgbb + ekstrak akar 115 mg/bb + pakan BR II +

    aquades

    Keterangan : bb = berat badan

  • 8/16/2019 Puji Lestari 2009, Poliuri

    4/8

     

    ISBN 978-602-95471-0-8

    106  Prosiding Biteknologi 

    e. Pengukuran kadar glukosa darahPengukuran kadar glukosa darah dilakukan dengan menggunakan Kit produk

     Diasys. Analisis dilakukan secara enzimatik dengan metode GOD PAP dan kadarnyadiukur secara spektrofotometrik. Reagen yang digunakan adalah Glukosa GOD FS

    (glukosa test dari merk diasys). Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan

    ANAVA dan DMRT (Duncan Multiple Range Test).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Kadar glukosa darah tikus kondisi hiperglikemik 

    Sebelum perlakuan dimulai, dilakukan injeksi aloksan pada 20 ekor tikus

    untuk membuat kondisi hiperglikemik.

    Tabel 2. Kadar glukosa darah sebelum dan sesudah pemberian aloksan

    Waktu pengukuran  Rerata kadar glukosa darah ± SD 

    Sebelum  70,66 ± 22,8a 

    Sesudah  355,62 ± 54,59b 

    Keterangan :

    Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada tiap kolom menunjukan adanya

    beda nyata

    (n=20; p< 0,05)

    sebelum : kadar glukosa darah normal sebelum injeksi aloksan

    sesudah : kadar glukosa darah 13 hari setelah injeksi aloksan

    Pengukuran kadar glukosa darah yang dilakukan sebelum dan sesudah pemberian

    aloksan dimaksudkan untuk mengetahui kondisi normal dan kondisi hiperglikemik yang

    terjadi. Dari Tabel 2. Di atas dapat dilihat bahwa kadar glukosa darah 13 hari setelah

    pemberian aloksan telah melebihi normal dan berbeda nyata secara signifikan. Hal ini

    kemungkinan disebabkan terjadinya inhibisi pelepasan insulin oleh sel β  pankreas

    (selective necrosis of islet of Langerhans) tikus sehingga akan mengurangi jumlah sekresi

    insulin yang berakhir pada meningkatnya kadar glukosa dalam darah sehingga terjadi

    kondisi hiperglikemik.

    Setelah kondisi hiperglikemik dicapai maka keduapuluh ekor tikus tersebut dibagi

    menjadi empat kelompok perlakuan seperti Tabel 1. Selanjutnya juga dilakukan

    pengukuran kadar gkukosa darah tikus normal sebagai data awal perlakuan dan dianalisis

    dengan ANAVA. Dengan demikian asumsi perlakuan dimulai dengan awal (kondisi

    hiperglikemik) yang homogen dapat dipenuhi.Selanjutnya perlakuan dimulai dan pengukuran kadar glukosa darah diukur pada

    hari ke-2,7,14,21 dan 28.

    Kadar glukosa darah antar kelompok perlakuan

    Tabel 3. Rerata kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus L.) jantan yang diberi

    ekstrak etanol, akar, batang dan daun brotowali (Tinospora crispa L.) 

    Rerata kadar glukosa darah ± SD (mg/dl)

    Kel.

    perlakuan hari ke-0 hari ke-2 hari ke-7 hari ke-14 hari ke-21 hari ke-28

  • 8/16/2019 Puji Lestari 2009, Poliuri

    5/8

     

    ISBN 978-602-95471-0-8

    Seminar Nasional Biologi XX dan Kongres PBI XIV UIN Maliki Malang 24-25 Juli 2009 107

    K (-)53,88 ±

    14,53a 

    98,6 ±

    7,86a 

    95,02 ±

    33,62 a 

    74,02 ±

    7,73 a 

    74,12 ±

    7,95 a 

    73,95 ±

    11,06a 

    K (+)358,02 ±

    20,23b 

    338,37 ±

    18,51 b 

    314,86 ±

    53,99 b 

    246,75 ±

    54,22 b 

    256,54 ±

    189, b 

    298,02±

    67,13bc

     

    P1384,12 ±

    4,14b 

    357,37 ±

    14,83 b 

    353,82 ±

    16,58 b 

    320,25 ±

    34,29 b 

    308,44 ±

    43,66 b 

    282,9 ±

    137,04 b 

    P2359,76 ±

    22,89b 

    321,22 ±

    59,45 b 

    332,95 ±

    34,29 b 

    286,67 ±

    52,17 b 

    204,74 ±

    143,03ab

     

    206,54±

    113,4ac

     

    P3320,58 ±

    103,06b 

    298,77 ±

    98,64 b 

    306,5 ±

    43,66 b 

    289,69 ±

    110,17 b 

    178,74 ±

    184,43ab

     

    108,15±

    59,28a 

    Keterangan :

    Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada tiap kolom menunjukan adanya beda

    nyata (n=5; p< 0,05)

    K (-) : aquades + pakan BR II sebagai kontrol normal

    K (+) : aloksan 125 mg/kgbb + aquades + pakan BR II sebagai kontrol

    hiperglikemik

    P1 : aloksan 125 mg/kgbb + ekstrak akar 115mg/kgbb +aquades+pakan BR

    II

    P2 : aloksan 125 mg/kgbb + ekstrak batang 115mg/kgbb +aquades+ pakan

    BR II

    P3 : aloksan 125 mg/kgbb + ekstrak daun 115mg/kgbb +aquades+pakan BR

    II

    Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat perbandingan antara ketiga kelompok perlakuan

    dan kontrol. Selain itu juga terlihat bahwa sampai dengan hari ke-14 keseluruhan

    perlakuan, ekstrak etanol akar, batang dan daun menunjukkan hasil yang sama dalam uji

    statistik yaitu tidak berbeda nyata dengan kontrol hiperglikemik dan berbeda nyata

    dengan kontrol normal. Pada hari terakhir, yaitu pada hari ke-28 terlihat penurunan rerata

    kadar glukosa terbesar terjadi pada pemberian ekstrak daun brotowali (Tinospora crispa

    L.). Kelompok yang diberi ekstrak daun brotowali (Tinospora crispa L.) menunjukkan

    perbedaan yang signifikan dengan kontrol hiperglikemik dan dengan perlakuan ekstrak

    akar. Disamping itu kelompok tersebut juga tidak berbeda nyata dengan kontrol normal.

    Meski demikian secara kualitatif ketiga kelompok perlakuan baik dengan

    pemberian ekstrak etanol daun, batang maupun akar, ketiganya menunjukkan adanya

    penurunan rerata kadar glukosa seiring dengan lama waktu perlakuan. Hal inimenunjukkan ketiganya memiliki kemampuan sebagai anti hiperglikemik. Berdasarkan

    penelitian sebelumnya (Sudarsono,1996) dinyatakan bahwa ekstrak etanol batang

    brotowali memiliki kemampuan sebagai obat anti diabetes dikarenakan mengandung

    komposisi beberapa alkaloid. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol

    akar dan daun brotowali juga memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar glukosa

    darah tikus hiperglikemik. Hal ini diduga karena terdapat kandungan jenis alkaloid atau

    golongan metabolit sekunder lainnya yang sama dengan batang. Perbedaan persentase

    penurunan rerata kadar glukosa (Tabel 5) kemungkinan disebabkan oleh perbedaan

    konsentrasi alkaloid atau golongan metabolit sekunder lainnya yang diduga aktif sebagai

    senyawa anti hiperglikemik.

    Adanya fluktuasi kadar glukosa darah masing-masing waktu perlakuan

    menunjukkan adanya mekanisme pemulihan alami yang dilakukan oleh tubuh. Pemulihan

  • 8/16/2019 Puji Lestari 2009, Poliuri

    6/8

     

    ISBN 978-602-95471-0-8

    108  Prosiding Biteknologi 

    ini dilakukan tubuh dengan beberapa cara yaitu dengan pelepasan sisa-sisa cadangan

    insulin untuk meningkatan transpor glukosa ke dalam sel, dan apabila kadar glukosa

    darah telah dianggap terlalu tinggi hingga melebihi ambang ginjal (renal threshold) makatubuh akan merespon dengan mengeluarkan glukosa melalui kencing (Guyton, 1974).

    Untuk mengeluarkan glukosa melalui ginjal sendiri dibutuhkan air yang lebih banyak

    sehingga hal ini juga menyebabkan tubuh merespon dengan banyak minum air

    (Dalimartha, 2000) dan perilaku-perilaku tersebut terlihat pada kelompok hiperglikemik

    sampai pada akhir penelitian (hari ke-28) .

    Tabel 4. Rerata kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus L.)  jantan

    antar waktu perlakuan ekstrak etanol akar, batang dan daun brotowali (Tinospora

    crispa L.)

    Keterangan :

    Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada tiap kolom menunjukan adanya beda nyata

    (n=5; p< 0,05)

    K (-) : aquades + pakan BR II sebagai kontrol normal

    K (+) : aloksan 125 mg/kgbb + aquades + pakan BR II sebagai kontrol hiperglikemik

    P1 : aloksan 125 mg/kgbb + ekstrak akar 115mg/kgbb +aquades+pakan BR II

    P2 : aloksan 125 mg/kgbb + ekstrak batang 115mg/kgbb +aquades+ pakan BR II

    P3 : aloksan 125 mg/kgbb + ekstrak daun 115mg/kgbb +aquades+pakan BR II

    Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan maka diperoleh hasil seperti pada

    Tabel 4. Pada tabel tersebut terlihat bahwa perbedaan nyata (dari hari ke-nol) kadar

    glukosa darah pada ketiga perlakuan, ekstrak etanol akar, batang dan daun menunjukkan

    waktu yang berbeda. Pada perlakuan ekstrak etanol akar dan batang perbedaan signifikan

    sudah terlihat pada hari ke-21 sedangkan pada perlakuan ekstrak etanol daun perbedaan

    signifikan baru terjadi pada hari ke-28. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan

    kemampuan kerja ketiga ekstrak tersebut dalam menurunkan kadar glukosa darah. Hal ini

    kemungkinan disebabkan oleh pengaruh kuantitas atau jumlah senyawa aktif (metabolit

    sekunder yang diduga mampu menurunkan kadar glukosa darah) yang terdapat pada

    ketiga ekstrak tersebut

  • 8/16/2019 Puji Lestari 2009, Poliuri

    7/8

     

    ISBN 978-602-95471-0-8

    Seminar Nasional Biologi XX dan Kongres PBI XIV UIN Maliki Malang 24-25 Juli 2009 109

    Selanjutnya juga dihitung persentase penurunan antara waktu pengukuran kadar

    glukosa dan dianalisis dengan ANAVA, hasilnya seperti pada Gambar 1

    Gambar 1. Persentase penurunan kadar glukosa darah ekstrak etanol akar, batang dan

    daun brotowali pada masing-masing waktu perlakuan (Tinospora crispa L.)

    Keterangan :% kadar glukosa: (kadar glukosa darah hari ke-0– kadar glukosa hari ke-X) x 100 %

    Kadar glukosa hari ke-0

    P1 : aloksan 125 mg/kgbb + ekstrak akar 115mg/kgbb +aquades+pakan BR IIP2 : aloksan 125 mg/kgbb + ekstrak batang 115mg/kgbb +aquades+ pakan BR II

    P3 : aloksan 125 mg/kgbb + ekstrak daun 115mg/kgbb +aquades+pakan BR II

    Dari Gambar 1 dapat dilihat pula bahwa dari ketiga perlakuan, persentase

    penurunan kadar glukosa terbesar terjadi pada hari ke-28 pada perlakuan ekstrak etanol

    daun brotowali (Tinospora crispa  L.). Hal ini menegaskan kembali bahwa pada dosis

    yang sama ekstrak daun brotowali memberikan hasil yang lebih baik dalam menurunkan

    kadar glukosa darah dibandingkan dengan ekstrak etanol akar dan batang brotowali.

    Dari penelitian ini terbukti bahwa brotowali (Tinospora crispa L.) dengan organ

    utamanya akar, batang dan daun memiliki kemampuan sebagai obat anti hiperglikemik.

    Mekanisme kemampuan anti hiperglikemik yang ditunjukkan oleh brotowali (Tinospora

    crispa  L.)  diduga kuat terjadi melalui stimulasi pelepasan insulin melalui modulasikonsentrasi  β -cell Ca

    2+handling dan bukan melalui interferensi penyerapan glukosa ke

    dalam peripheral cells (Noor & Ashcroft, 1998).

    KESIMPULANEkstrak etanol daun brotowali (Tinospora crispa L.) dengan dosis 115mg/kg bb

    mampu menurunkan kadar glukosa darah tikus hiperglikemik paling optimal

    dibandingkan dengan ekstrak etanol akar dan batang (Tinospora crispa L.)

    DAFTAR PUSTAKABiro Pusat Statistik. 1995. Statistik Kesehatan. Biro Pusat Statistik. Jakarta. Indonesia

    Dalimartha, Setiawan. 2000.  Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Diabetes Mellitus.Penebar Swadaya. Jakarta

  • 8/16/2019 Puji Lestari 2009, Poliuri

    8/8

     

    ISBN 978-602-95471-0-8

    110  Prosiding Biteknologi 

    Guyton, A.C. 1974. Function of Human Body 4th ed . W.B Saunders Company. London

    Noor H & Ashcroft S.J. 1998. Pharmacological characterisation of the

    antihyperglycaemic properties of Tinospora crispa extract.  Journal of Ethnopharmacology. Elsevier Science Ireland Ltd.

    Suharmiati. 2003. Pengujian Bioaktivitas Anti Diabetes Mellitus Tumbuhan Obat. 

    Cermin Dunia Kedokteran. Badan Penelitian dan Pengembangan Pelayanan dan

    Teknologi. Departemen Kesehatan RI. Surabaya

    Sudarsono.1996. Tumbuhan Obat Pusat Penelitian Obat Tradisional.

    UGM.Yogyakarta.