Click here to load reader
Upload
dotram
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERAN BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP TAWURAN
PELAJAR DI INDONESIA
Disusun Oleh :
BUDI SULISTIONO
( 09001178 )
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2012
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadarat ilahi yang telah melimpahkan rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan tidak ada hambatan suatu
apapun.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan
makalah ini, dan kepada dosen pengampu mata kuliah Pengantar Sistem
Informatika yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah
tersebut. Dalam penulisan makalah tersebut mungkin masih banyak
kekurangan yang perlu diperbaiki, maka kami minta kritik dan saran dari para
pembaca, sehingga untuk kedepanya bisa lebih baik lagi
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….…iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI..........................................................................................3
A. Pelajar....................................................................................................................3
B. Tawuraan Antar Pelajar..........................................................................................4
C. Penyebab Tawuran Antar Pelajar...........................................................................5
D. Pengertian Bimbingan dan Konseling....................................................................6
E. Upaya Mengatasi Tawuran.....................................................................................6
F. Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Tawuran................................8
BAB III PENUTUP...............................................................................................10
A. Kesimpulan..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
iii
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Siswa/Pelajar adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang
selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia
yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu
komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara
lain: pendekatan sosial, pendekatan psikologis, dan pendekatan
edukatif/pedagogis.
Maraknya tingkah laku agresif akhir-akhir ini yang dilakukan kelompok
remaja kota merupakan sebuah kajian yang menarik untuk dibahas.
Perkelahian antar pelajar yang pada umumnya masih remaja sangat merugikan
dan perlu upaya untuk mencari jalan keluar dari masalah ini atau setidaknya
mengurangi. Perkembangan teknologi yang terpusat pada kota-kota besar
mempunyai korelasi yang erat dengan meningkatnya perilaku agresif yang
dilakukan oleh remaja kota.
Beberapa contoh dari berita-berita yang ada mengenai tawuran antar
pelajar. Di Palembang pada tanggal 23 September 2006 terjadi tawuran antar
pelajar yang melibatkan setidaknya lebih dari tiga sekolah, di antaranya adalah
SMK PGRI 2, SMK GAJAH MADA KERTAPATI dan SMKN 4 (harian pagi
Sumatra ekspres Palembang). Di Subang pada tanggal 26 Januari 2006 terjadi
tawuran antara pelajar SMK YPK Purwakarta dan SMK Sukamandi (harian
pikiran rakyat). Di Makasar pada tanggal 19 September 2006 terjadi tawuran
antara pelajar SMA 5 dan SMA 3 (karebosi.com). Tidak hanya pelajar tingkat
sekolah menengah saja yang terlibat tawuran, di Makasar pada tanggal 12 Juli
2006 mahasiswa Universitas Negeri Makasar terlibat tawuran dengan sesama
rekannya disebabkan pro dan kontra atas kenaikan biaya kuliah
(tempointeraktif.com). Sedangkan di Semarang sendiri pada tanggal 27
November 2005 terjadi tawuran antara pelajar SMK 5, SMK 4 dan SMK
1
Cinde (liputan6.com). Masih banyak kejadian tawuran antar pelajar yang tidak
bisa penulis sebutkan satu per satu di sini.
Melihat fenomena yang ada dilapangan maka perlu diberikan upaya atau
peran yang harus diberikan oleh pendidik terutama bimbingan dan konseling.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Pengertian pelajar ?
2. Tawuran antar pelajar ?
3. Penyebab Tawuran antar pelajar ?
4. Pengertian Bimbingan dan Konseling ?
5. Upaya Mengatasi tawuran Pelajar ?
6. Peran Bimbingan Dan Konseling dalam mengatasi tawuran antar
pelajar ?
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pelajar
Siswa/Pelajar adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang
selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia
yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu
komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara
lain: pendekatan social, pendekatan psikologis, dan pendekatan
edukatif/pedagogis.
Pendekatan sosial, siswa adalah anggota masyarakat yang sedang
disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota
masyarakat, dia berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya,
dan masyarakat yang lebih luas. siswa perlu disiapkan agar pada waktunya
mampu melaksanakan perannya dalam dunia kerja dan dapat menyesuaikan
diri dari masyarakat. Kehidupan bermasyarakat itu dimulai dari lingkungan
keluarga dan dilanjutkan di dalam lingkungan masyarakat sekolah. Dalam
konteks inilah, siswa melakukan interaksi dengan rekan sesamanya, guru-
guru, dan masyarakat yang berhubungan dengan sekolah. Dalam situasi inilah
nilai-nilai social yang terbaik dapat ditanamkan secara bertahap melalui proses
pembelajaran dan pengalaman langsung.
Pendekatan Psikologis, siswa adalah suatu organisme yang sedang tumbuh
dan berkembang. siswa memiliki berbagai potensi manusiawi, seperti: bakat,
inat, kebutuhan, social-emosional-personal, dan kemampuan jasmaniah.
Potensi-potensi itu perlu dikembangkan melalui proses pendidikan dan
pembelajaran di sekolah, sehingga terjadi perkembangan secara menyeluruh
menjadi manusia seutuhnya. Perkembangan menggambarkan perubahan
kualitas dan abilitas dalam diri seseorang, yakni adanya perubahan dalam
struktur, kapasitas, fungsi, dan efisiensi. Perkembangan itu bersifat
3
keseluruhan, misalnya perkembangan intelegensi, sosial, emosional, spiritual,
yang saling berhubungan satu dengan lainnya.
Pendekatan edukatif/paedagogis, pendekatan pendidikan menempatkan
siswa sebagai unsur penting, yang memiliki hak dan kewajiban dalam rangka
sistem pendidikan menyeluruh dan terpadu.
B. Tawuraan Antar Pelajar
Dalam kamus bahasa Indonesia “tawuran”dapat diartikan sebagai
perkelahian yang meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang
manusia yang belajar. Sehingga pengertian tawuran pelajar adalah perkelahian
yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut
dilakukan oleh orang yang sedang belajar.
Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2
jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
1. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang
“mengharuskan” mereka untuk berkelahi.
2. Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di
dalam suatu organisasi tertentu atau geng.
Tindakan yuridis yang dilakukan oleh kepolisisan terhadap para pelajar
yang melakukan tindakankriminal dapat diterima. Karena hal itu bermanfaat
untuk menciptakan rasa aman dan rasa terlindungipada masyarakat dari tindak
kekerasan dan kekejaman mereka. Akan tetapi masih banyak pula
parapendidik, orang tua, dan sebagian besar anggota masyarakat termasuk
pers, menginginkan tindakanyuridis hendaknya didasari kearifan dengan
mempertimbangkan latar belakang filisofis, sosiologis, danpsikologis yang
telah menumbuhkan kerawanan perilaku menyimpang para pelajar.
Memahami latar belakang itu tidak berarti memanjakan atau mencari-cari
dalih untuk melindungipara remaja, melainkan bertujuan menemukan usaha
preventif yang terintegrasi dan terprogram.Sehingga kasus-kasus kenakalan
remaja salah satunya perkelahian antar pelajar ini tidak hanyadipecahkan
secara yuridis belaka. Salah satu latar belakang ialah memahami eksistensi
4
pelajar danbagaimana keadaan atau peranan bimbingan dan konseling di
sekolah.Makna eksistensi pelajar merujuk kepada pandangan humanistisk
terhadap anak, yaitu anak adalah makhluk kesatuan yang bermakna dan
sebagai subjek yang memiliki potensi untuk berkembang. Yaitusubjek yang
dapat mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap keputusan dan
perbuatannya.
C. Penyebab Tawuran Antar Pelajar
Ada dua faktor penyebab terjadinya tawuran antar pelajar yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Yang dimaksud dengan faktor internal di sini
adalah faktor yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru
oleh remaja dalam menanggapi miliu di sekitarnya dan semua pengaruh dari
luar. Perilaku merupakan reaksi ketidakmampuan dalam melakukan adaptasi
terhadap lingkungan sekitar. Sedangkan faktor eksternal adalah sebagai
berikut:
1. faktor keluarga
a. baik buruknya rumah tangga atau berantakan dan tidaknya sebuah rumah
tangga.
b. perlindungan lebih yang diberikan orang tua.
c. penolakan orang tua, ada pasangan suami istri yang tidak pernah bisa
memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu.
d. pengaruh buruk dari orang tua, tingkah laku kriminal dan tindakan
asusila.
2. Faktor lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan bisa berupa bangunan
sekolah yang tidak memenuhi persyaratan, tanpa halaman bermain yang
cukup luas, tanpa ruangan olah raga, minimnya fasilitas ruang belajar,
jumlah murid di dalam kelas yang terlalu banyak dan padat, ventilasi dan
sanitasi yang buruk dan lain sebagainya.
3. faktor miliu/lingkungan
Lingkungan sekitar yang tidak selalu baik dan menguntungkan bagi
pendidikan dan perkembangan remaja.
5
D. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Miller (1961) menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan
terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang
dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri yang dibutuhkan untuk
melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini
termasuk madarasah), keluarga, dan masyarakat.
Crow & Crow (1960) menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang
diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki
pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang (individu) dari
setiap usia untuk menolongnya mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya
sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri,
dan memikul bebannya sendiri (M. Tohirin 2008:17).
Menurut Cavanagh, konseling merupakan “a relationship between a
trained helper and a person seeking help in which both the skills of the helper
and the atmosphere that he or she creates help people learn to relate with
themselves and others in more growth-producing ways.” [Hubungan antara
seorang penolong yang terlatih dan seseorang yang mencari pertolongan, di
mana keterampilan si penolong dan situasi yang diciptakan olehnya menolong
orang untuk belajar berhubungan dengan dirinya sendiri dan orang lain dengan
terobosan-terobosan yang semakin bertumbuh (growth-producing ways)]
Menurut Pepinsky 7 Pepinsky ,dalan Shertzer & Stone,1974, konseling
merupakan interaksi yang(a)terjadi antara dua orang individu ,masing-masing
disebut konselor dan klien ;(b)terjadi dalam suasana yang profesional
(c)dilakukan dan dijaga sebagai alat untuk memudah kan perubahan-
perubahan dalam tingkah laku klien
E. Upaya Mengatasi Tawuran
1. Dengan memandang masa remaja merupakan periode storm and drang
period (topan dan badai) dimana gejala emosi dan tekanan jiwa, sehingga
perilaku mereka mudah menyimpang. Maka pelajar sendiri perlu mengisi
6
waktu luangnya dengan kegiatan yang lebih bermanfaat, Seperti
Mengikuti kegiatan kursus, berolahraga, mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler, dll.
2. Lingkungan keluarga juga dapat melakukan pencegahan terjadinya
tawuran, dengan cara:
a. Mengasuh anak dengan baik.
Penuh kasih saying
Penanaman disiplin yang baik
Ajarkan membedakan yang baik dan buruk
Mengembangkan kemandirian, memberi kebebasan bertanggung
jawab
Mengembangkan harga diri anak, menghargai jika berbuat baik
atau mencapai prestasi tertentu.
b. Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat:
Hal ini membuat anak rindu untuk pulang ke rumah.
c. Meluangkan waktu untuk kebersamaan
Orang tua menjadi contoh yang baik dengan tidak menunjukan
perilaku agresif, seperti: memukul, menghina dan mencemooh.
d. Memperkuat kehidupan beragama
Yang diutamakan bukan hanya ritual keagamaan, melainkan
memperkuat nilai moral yang terkandung dalam agama dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari.
e. Melakukan pembatasan dalam menonton adegan film yang terdapat
tindakan kekerasannya dan melakukan pemilahan permainan video
game yang cocok dengan usianya.
f. Orang tua menciptakan suasana demokratis dalam keluarga, sehingga
anak memiliki keterampilan social yang baik. Karena kegagalan
remaja dalam menguasai keterampilan sosial akan menyebabkan ia
sulit meyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Sehingga timbul
rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku
normatif (misalnya, asosial ataupun anti-sosial).Bahkan lebih ekstrem
7
biasa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja,
tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.
g. Sekolah juga memiliki peran dalam mengatasi pencegahan tawuran,
diantaranya:
1. Menyelenggarakan kurikulum Pendidikan yang baik adalah yang
bias mengembangkan secara seimbang tiga potensi, yaitu berpikir,
berestetika, dan berkeyakinan kepada Tuhan.
2. Pendirian suatu sekolah baru perlu dipersyaratkan adanya ruang
untuk kegiatan olahraga, karena tempat tersebut perlu untuk
penyaluran agresivitas remaja.
3. Sekolah yang siswanya terlibat tawuran perlu menjalin komunikasi
dan koordinasi yang terpadu untuk bersama-sama mengembangkan
pola penanggulangan dan penanganan kasus. Ada baiknya
diadakan pertandingan atau acara kesenian bersama di antara
sekolah-sekolah yang secara “tradisional bermusuhan” itu.
4. LSM dan Aparat Kepolisian LSM disini dapat melakukan kegiatan
penyuluhan di sekolah-sekolah mengenai dampak dan upaya yang
perlu dilakukan agar dapat menanggulangi tawuran. Aparat
kepolisian juga memiliki andil dalam menngulangi tawuran dengan
cara menempatkan petugas di daerah rawan dan melakukan razia
terhadap siswa yang membawa senjata tajam.
F. Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Tawuran
Bimbingan dan konseling yang merupakan wadah pemberian bantuan kepada
invidu atau kelompok agar individu atau kelompok dapat mengatasi
permasalahanya sendiri maka perlu memberikan layanan bimbingan dan
konseling dengan sebaik mungkin.
Hal yang dilakukan untuk mengatasi tawuran pelajar yaitu :
a. Memberikan pendidikan moral untuk para pelajar
b. Menghadirkan seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar.
Seperti hadirnya seorang guru, orangtua, dan teman sebaya yang dapat
mengarahkan para pelajar untuk selalu bersikap baik
8
c. Memberikan perhatian yang lebih untuk para remaja yang sejatinya sedang
mencari jati diri
d. Memfasilitasi para pelajar untuk baik dilingkungan rumah atau
dilingkungan sekolah untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat diwaktu luangnya. Contohnya : membentuk ikatan remaja
masjid atau karangtaruna dan membuat acara-acara yang bermanfaat,
mewajibkan setiap siswa mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler
disekolahnya.
Kartini kartono pun menawarkan beberapa cara untuk mengurangi tawuran
remaja, diantaranya :
a. Banyak mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri dan
melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan
tidak menuntun
b. Memberikan kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara
yang baik dan sehat
c. Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan
kebutuhan remaja zaman sekarang serta kaitannya dengan perkembangan
bakat dan potensi remaja.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Siswa/Pelajar adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang
selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia
yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu
komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara
lain: pendekatan sosial, pendekatan psikologis, dan pendekatan
edukatif/pedagogis.
Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2
jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
1. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang
“mengharuskan” mereka untuk berkelahi.
2. Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada
di dalam suatu organisasi tertentu atau geng.
Ada dua faktor penyebab terjadinya tawuran antar pelajar yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
Crow & Crow (1960) menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang
diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki
pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang (individu) dari
setiap usia untuk menolongnya mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya
sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan
sendiri, dan memikul bebannya sendiri (M. Tohirin 2008:17).
Hal yang dilakukan terutama bimbingan dan konseling untuk mengatasi
tawuran pelajar yaitu :
a. Memberikan pendidikan moral untuk para pelajar
b. Menghadirkan seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar.
Seperti hadirnya seorang guru, orangtua, dan teman sebaya yang dapat
mengarahkan para pelajar untuk selalu bersikap baik
10
c. Memberikan perhatian yang lebih untuk para remaja yang sejatinya sedang
mencari jati diri
d. Memfasilitasi para pelajar untuk baik dilingkungan rumah atau
dilingkungan sekolah untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat diwaktu luangnya. Contohnya : membentuk ikatan remaja
masjid atau karangtaruna dan membuat acara-acara yang bermanfaat,
mewajibkan setiap siswa mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler
disekolahnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://www.rpp-silabus.com/2012/06/pengertian-siswa-dan-istilahnya.html
http://theworldofguidanceandcounseling.blogspot.com/2012/04/pengertian-bimbingan-dan-konseling.html
http://bkspanpas.blogspot.com/2012/03/penyebab-terjadinya-tawuran-pelajar.html
http://www.scribd.com/doc/56434313/PENGERTIAN-PELAJAR
12