26

pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang

  • Upload
    lybao

  • View
    262

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang
Page 2: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang
Page 3: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang
Page 4: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang
Page 5: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang
Page 6: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang
Page 7: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang
Page 8: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang
Page 9: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang
Page 10: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang

SEJARAH

PROVINSI JAWA BARAT

Jilid 1

Pemerintah Provinsi Jawa Barat

2011

Page 11: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang

SEJARAH

PROVINSI JAWA BARAT

Ketua Tim Penulis:

Prof. Dr. Nina Herlina Lubis, M. S.

Anggota:

Dr. Toni Djubiantono, DEA

Prof. Dr. Dadan Wildan, M. Hum.

Dra. Etty Saringendyanti, M. Hum.

Drs. Reiza D. Dienaputra, M. Hum.

Kunto Sofianto, Ph.D.

Drs. Awaludin Nugraha, M. Hum.

Miftahul Falah, S. S., M. Hum.

Page 12: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang

iii

PRAKATA

Berbagai tumpukan peristiwa yang datang bertubi-tubi melanda persada

tanah air tercinta ini, bisa saja menyebabkan sekian banyak peristiwa yang

memberi arti bagi kehidupan kebangsaan terlewat saja dalam ingatan. Bukankah

dalam tumpukan peristiwa dalam suasana kekinian, masa lalu bisa saja terasa

hanya lewat seketika dalam ingatan, sedangkan masa depan bisa terasa sebagai

mengimbau-imbau dengan berbagai corak janji dan ancaman. Peristiwa dan

bahkan juga perubahan sosial-politik di tanah air yang datang silih berganti dapat

menyebabkan kita lupa pada berbagai sumber kearifan yang terpancar dari

peristiwa yang pernah dialami. Begitulah, dalam arus hasrat reformasi, yang ingin

menciptakan tatanan sosial-politik yang sesuai dengan idaman bangsa, betapa

mudahnya bangsa tergelincir pada pertengkaran yang menjengkelkan. Dalam

kecenderungan seperti ini mestikah diherankan kalau salah satu perdebatan kreatif

yang terjadi pada saat bangsa sedang mengayuh dalam arus kemerdekaan bangsa

yang baru didapatkan, terlupakan begitu saja.

Salah satu perdebatan yang kreatif itu terjadi antara dua tokoh Proklamator

Kemerdekaan Bangsa, Sukarno dan Hatta. Peristiwa ini bermula ketika Presiden

Sukarno, yang telah semakin tidak sabar dengan ketidakstabilan politik, yang

ditandai oleh jatuh bangunnya kabinet dan bahkan juga keresahan berbagai daerah

yang bahkan dinilainya telah mengancam keutuhan negara pada tahun 1950-an.

Dalam suasana ketidakstabilan politik sedang menjadi-jadi dan ketika perjuangan

untuk membawa kembali Irian Barat ke dalam “pangkuan Ibu Pertiwi” sedang

menaik pula Bung Karno pun mengajak bangsa untuk mendapatkan kembali élan

revolusi yang dianggapnya telah memudar. Dalam pidato-pidatonya, bahkan juga

dalam tindakannya, ia menekankan bahwa revolusi Indonesia masih harus terus

berjalan. Revolusi adalah pantulan patriotisme ketika ketika segala hal yang

diinginkan bagi kehidupan sosial dan kenegaraan harus dijalankan dengan tempo

yang serba cepat. Revolusi adalah ketika “penghancuran dan pembangunan”,

herordening, harus dijalankan tanpa henti. Akan tetapi , timbul juga pertanyaan

Page 13: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang

iv

apakah kembali ke suasana revolusi yang serba-cepat harus berarti mengabaikan

keharusan konstitusional dan segala kepastian?

Ketika itulah Bung Hatta, yang akan meletakkan jabatannya sebagai Wakil

Presiden, mengecam seruan serba revolusioner yang dianjurkan Presiden Sukarno.

Dalam pidato pengukuhannya sebagai penerima doctor honoris-causa, di

Universitas Gadjah Mada (Desember 1956) yang juga dihadiri Presiden Sukarno,

Bung Hatta menolak doktrin “revolusi tanpa henti”, sesuatu yang kemudian malah

dirumuskan Bung Karno sebagai “ the summary of many revolutions in one

generation”, dengan mengutip pendapat seorang ilmuwan asing. Dalam pidato

pengukuhan yang sangat bernas dan yang praktis merupakan ikhtisar pemikiran

tentang berbagai masalah kenegaraan itu Bung Hatta antara lain mengatakan

bahwa adalah suatu kekeliruan untuk membangkitkan suasana revolusi ketika roda

pembangunan telah harus dijalankan. Revolusi, katanya, harus berakhir dalam

beberapa minggu atau beberapa bulan saja, sebab revolusi pada dasarnya

membangkitkan suasana – sambil mengutip ucapan Nietzche yang terkenal--

Umwertung aller Werte, pembongkaran segala nilai-nilai. Revolusi, kata Bung

Hatta, harus segera diakhiri dan tahap “konsolidasi yang revolusioner” harus

dimasuki. Maka perdebatan terbuka antara dua sahabat, yang telah mengakhiri

mitos “dwitunggal”, terjadi. Perdebatan itu berlanjut terus, meskipun Bung Hatta

telah menjadi ”warga negara biasa” dan tidak lagi menjawab tantangan Bung

Karno. Sampai saat ia harus mengakhiri jabatannya sebagai Presiden, Bung Karno

hampir-hampir tak pernah lupa membalas dan menyerang balik kritik yang sempat

dilancarkan Bung Hatta, sahabat akrabnya yang sampai akhir hayatnya tetap

dicintainya.

Perdebatan itu terjadi ketika kedaulatan negara telah didapatkan, setelah

lebih dulu bangsa harus mengalami gejolak revolusi yang keras dan pada saat

negara kesatuan telah kembali berdiri setelah sempat mengalami situasi ketika

Indonesia terdiri atas sekian banyak negara bagian. Pada saat berbagai keharusan

struktural yang dibayangkan ketika Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan

dan kemerdekaan harus dipertahankan dengan “darah dan air mata”, mestikah

suasana revolusi itu dihidupkan kembali?

Page 14: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang

v

Perdebatan intelektual dan ideologis bisa saja tidak menemukan keputusan

definitif yang menentukan, tetapi revolusi nasional adalah pengalaman sejarah

yang tidak terlupakan. Ketika hasrat kemerdekaan telah menemukan salurannya

dan pada saat semangat patriotisme yang telah ditempa oleh kesadaran

nasionalisme yang kental tidak lagi terbendung, ketika itu revolusi nasional tidak

lagi terelakkan , bahkan dengan begitu saja menampilkan diri sebagai keharusan

sejarah. Ketika itulah, ketika revolusi telah dilancarkan, segala hal harus

dijalankan serba cepat dan serba- revolusioner. Segala keteraturan yang sistematis,

apalagi yang bercorak protokoler menjadi buyar dan tak lagi bisa berbunyi apa-

apa.

Seandainya sejarah revolusi bangsa ingin dikisahkan, rekonstruksi sejarah

seperti apakah yang tampak kalau bukan serangkaian “gerak cepat” yang heroik

dan patriotik? Begitulah segera setelah Proklamasi Kemerdekaan disampaikan

Sukarno-Hatta, “atas nama bangsa Indonesia”, segala hal mengalir begitu saja

seirama dengan semangat revolusi. Sehari setelah Proklamasi, pada tanggal 18

Agustus 1945 dengan begitu saja Sukarno dan Hatta dipilih sebagai Presiden dan

Wakil Presiden dan di hari yang sama rancangan Undang-Undang Dasar, yang

telah dirancang sebulan sebelumnya, diresmikan pula sebagai UUD dari negara

yang merdeka. Jadi dalam masa dua hari saja segala perlengkapan dari suatu

negara telah dipenuhi—pemerintahan, wilayah, dan undang-undang dasar. Hanya

dalam sehari saja beberapa perubahan kecil tetapi fundamental dilakukan terhadap

UUD. Adalah suatu sikap patriotisme yang kental dan rasa persatuan yang

mendalam memungkinkan perubahan itu dilakukan terhadap hasil kompromi yang

sempat melalui perdebatan panjang lebar. Dalam suasana revolusioner ini pula,

pada keesokan harinya, pada tanggal 19 Agustus 1945 pembagian wilayah

administratif Republik Indonesia diumumkan. Dalam pengumuman itu dinyatakan

bahwa secara administratif pemerintahan Republik Indonesia terdiri atas delapan

provinsi. Salah satunya adalah Provinsi Jawa Barat. Ancaman terhadap negara

yang diproklamirkan akan datang, tetapi secara formal sebuah negara-bangsa

dalam bentuk republik yang demokratis telah terwujud. Maka “terjadilah apa yang

harus terjadi”. Akhirnya setelah melalui “perjuangan dan diplomasi”, yang

Page 15: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang

vi

meminta korban sekian banyak patriot bangsa ,kedaulatan negarapun mendapat

pengakuan internasional.

Sekarang—sekian puluh tahun kemudian—terasa juga betapa pengorbanan

demi kemerdekaan dengan begitu saja bisa melupakan hasrat untuk mendapatkan

jatah dalam pembagian kekuasaan. Di samping itu tampak dan terasa juga betapa

mendasarnya perubahan pembagian wilayah administratif yang telah terjadi.

Namun, Jawa Barat adalah satu dari sedikit provinsi yang sampai kini masih

bertahan sebagai suatu kesatuan adminsitratif, betapapun sebagian dari wilayah

administratif yang asli telah juga mengalami perubahan. Meskipun demikian

tanggal 19 Agustus 1945 adalah tanggal kelahiran provinsi yang tak mungkin

terlupakan, betapapun berbagai perubahan telah terjadi dan bahkan harus terjadi.

Kelahiran Provinsi Jawa Barat,yang diumumkan dua hari setelah Proklamasi

Kemerdekaan , senafas dengan kegairahan nasionalisme yang telah melahirkan

NKRI yang revolusioner. Kelahiran ini adalah juga pantulan yang otentik dari

sejarah pergerakan kebangsaan. Bukankah kegelisahan dan cita-cita nasionalisme

pada masa penjajahan dengan lantang dan keras digaungkan dari Kota Bandung,

yang nantinya menjadi ibukota Provinsi Jawa Barat, betapapun kota ini selalu

ingin ditonjolkan kekuasaan kolonial sebagai Parijs van Java.

Akan tetapi, bagaimanakah sejarah provinsi yang dilahirkan dalam denyut

revolusi ini bisa direkonstruksi dan dipelajari? Provinsi adalah sebuah kesatuan

administratif, yang sengaja dibuat demi kelancaran dan ketertiban roda

pemerintahan. Sementara itu, sejarah , sebagai usaha rekonstruksi dari dinamika

masyarakat dalam suatu rentangan waktu, tidak bisa dengan begitu saja terkurung

oleh batas-batas keharusan administrasi pemerintahan. Batas teoretis yang bisa

dikenakan pada uraian sejarah, yang ingin menyelusuri perjalanan masyarakat

dalam suatu rintangan waktu, bukannya yang terpaut pada suatu peristiwa yang

khusus—suatu événement, kata orang sana—hanyalah yang bersifat geografis,

yang longgar. Karena itulah ketika hasrat menulis sejarah Provinsi Jawa Barat

telah direncanakan, maka sikap awal dan mendasar yang harus dibuat ialah

sasaran penelitian yang bersifat geografis, yaitu belahan Barat dari Pulau Jawa

atau wilayah yang dikenal sebagai Tatar Sunda..Oleh karena itu, istilah Tatar

Sunda dipergunakan untuk menyebut wilayah yang menjadi obyek penelitian, dari

Page 16: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang

vii

masa prasejarah hingga lahirnya istilah Provinsi Jawa Barat dan istilah Provinsi

Jawa Barat dipergunakan dari kelahiran provinsi tersebut, 19 Agustus 1945.

Dengan sikap akademis ini maka sejarah Provinsi Jawa Barat bisa saja

dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang belum memberikan bukti-bukti

tertulis – sampai masa yang telah menghasilkan bukti-bukti tertulis, meskipun

hanya secercah saja. Ketika inilah kerajaan Tarumanegara, yang membayangkan

suasana kebudayaan Hindu telah berdiri. Selanjutnya sejarah bisa berkisah tentang

Kerajaan Sunda yang pusatnya berpindah-pindah mulai dari Galuh, Kawali hingga

berakhir di Pakuan Pajajaran. Tidak lama kemudian, suasana apa yang pernah

disebut seorang ahli sejarah sosial Belanda, B. Schrieke, sebagai “ the race with

Christianity” terjadi juga di Tatar Sunda. Ketika Demak muncul sebagai Kerajaan

Islam pertama di Jawa, konflik pun membayang-bayangi Kerajaan Sunda yang

beragama Hindu. Pada masa itu pula kekuatan Barat menyentuh bagian barat

Pulau Jawa ini. Pada tahun 1511 Portugis mendarat di Banten.

Pada tahun 1579, Kerajaan Sunda sebagai sebuah kekuatan politik hanya

tinggal dalam kenangan dan pengaruh Islampun masuk melalui dua kerajaan besar

yang muncul kemudian yaitu Cirebon dan Banten. Kaum menak yang menjadi

penerus Kerajaan Sunda, di Sumedanglarang dan Galuh, terpaksa harus bersaing

dengan dua kerajaan besar yang sekaligus juga menjadi penyebar Islam tersebut.

Awal abad ke-17, Mataram –Islam telah tampil sebagai sebuah kekuatan

besar. Kota-kota dagang di pantai Utara telah jatuh ke tangan kesultanan yang

berpusat di pedalaman ini. Dalam gerak ekspansinya wilayah Barat pun berada di

bawah kekuasannya. Pengaruh Mataram selama setengah abad dari tahun 1620-an

hingga 1677 menyebabkan terjadinya perubahan sosial yang signifikan. Terjadilah

birokratisasi dengan adanya pengangkatan para Bupati di Priangan oleh Sultan

Agung dan pelanjutnya.

Akan tetapi, konflik kekuasaan pun tak terlelakkan juga. Karena pada

tahun 1596 Cornelis de Houtman telah mendarat di Banten. Ketika para pedagang

dan advonturir Belanda mendiktekan VOC konsolidasi kekuatan pun bermula dan

semakin keras. Pada tahun 1677 VOC bahkan berhasil menggeser posisi Sultan

Mataram sebagai atasan para Bupati Priangan. Sejak tahun itu pula apa yang

disebut sebagai Preangerstelsel diberlakukan. Nanti ketika waktunya telah datang,

Page 17: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang

viii

pada tahun 1830, sistem ini menjadi model bagi Culturstelsel alias “tanam paksa”

dioperasikan. Sistem yang menguntungkan Belanda tetapi selalu diingat sebagai

menyengsarakan rakyat barulah berakhir tahun 1870, ketika sistem eksploitasi

liberal diperkenalkan.

Pada tahun 1799 VOC, yang semakin bangkrut, antara lain karena korupsi

yang merajalela, digantikan oleh Hindia Belanda—maka semua negara kolonial

yang resmi telah berdiri. Sepanjang abad ke-19 pemerintah kolonial ini

melanjutkan proses pasifikasi. Para bupati pun dijadikan ambtenar yang digaji

Belanda. Berkat pendidikan Barat yang diperkenalkan sejak akhir abad ke-19,

perubahan sosial yang deras pun terjadi juga. Menjelang abad ke- 20 kaum

intelektual, termasuk menak intelektual, telah mulai memperlihatkan dirinya. Di

kalangan merekalah bemula pergerakan nasional. Pada gilirannya organisasi

pergerakan dan para founding fathers banyak digodok di Kota Bandung sebagai

kawah candradimuka. Di kalangan merekalah cita-cita kemerdekaan bangsa

dicetuskan

Hanya dua hari setelah Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan,

tanggal 19 Agustus 1945 Provinsi Jawa Barat pun dilahirkan. Meskipun istilah

Provinsi West Java sudah ada sejak 1 Januari 1926, tetapi wilayah ini bukanlah

Provinsi Jawa Barat, sebagai bagian dari NKRI. Pembentukan Provincie West

Java yang bersamaan dengan Province Midden Java dan Oost Java itu,

dimaksudkan untuk operasionalisasi UU Otonomi daerah, demi kesejahteraan

negara kolonial. Karena itulah tidak ada provinsi di Indonesia yang mengambil

tanggal Hari Jadi –nya dari peristiwa sebelum proklamasi kemerdekaan, kecuali

DKI Jakarta. Hari Jadi Kota Jakarta (22 Juni 1527) adalah juga tanggal

peringatan ketika Fatahillah ,Sang Pahlawan, berhasil mengalahkan Portugis, yang

ingin menjajah. Jadi adalah juga sebuah tanggal simbolik yang tak bisa dilupakan.

Bukankah Jayakarta berarti “kota kemenangan”? Provinsi DKI adalah juga

perluasan dan penjelmaan dari Kota Jakarta.

Sejarahpun terus mengalir dari awal kemerdekaan hingga melewati Masa

Orde Lama, Orde Baru, dan ditutup oleh Masa Reformasi. Provinsi Jawa Barat

pun ikut mengalami reformasi karena pada tanggal 4 Oktober 2000, wilayah

Banten memisahkan diri menjadi Provinsi Banten. Pemekaran kabupaten dan kota

Page 18: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang

ix

juga terus berlangsung hingga dekade pertama abad ke-21, seiring dengan

berlakunya UU Otonomi Daerah.

Begitulah sekilas isi Sejarah Provinsi Jawa Barat ini. Isi buku ini tidak

jauh berbeda dari Sejarah Tatar Sunda, yang diterbitkan pada tahun 2003. Buku

ini, sesungguhnya merupakan Edisi Revisi dari buku Sejarah Tatar Sunda itu.

Revisi dilakukan oleh sebagian penulis buku Sejarah Tatar Sunda, baik yang

menyangkut isi, maupun koreksi tata penulisan. Selain itu, juga dilakukan

penambahan data di sana-sini yang dianggap perlu, sedangkan rentangan waktu

sejarah pun dilanjutkan sampai tahun 2010.

Tanpa berpretensi buku ini sebagai buku sejarah yang lengkap dan

sempurna, kami berharap semoga buku ini bisa juga memenuhi kebutuhan

masyarakat luas yang membutuhkan informasi sejarah yang bisa

dipertanggungjawabkan secara akademis dan etis.

Dalam kesempatan ini kami, sebagai editor, ingin mengucapkan terima

kasih kepada para penulis, yang sejak awal telah bersedia untuk bekerja keras

dengan penuh dedikasi. Meskipun sebagian penulis dari edisi pertama tidak lagi

ikut terus dalam penulisan tahap akhir hingga menjadi buku, jasa mereka

senantiasa dikenang dan dihargai. Bagaimanapun juga buku ini ditulis

berdasarkan buku Sejarah Tatar Sunda.

Ucapan terima kasih yang tulus kami sampaikan khusus kepada Bapak

Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan Lc., yang sejak awal mendukung

sepenuhnya usaha penerbitan buku ini. Semoga dukungan ini dijadikan amal

jariyah oleh Allah SWT. Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu

dalam prakata ini. Mereka telah banyak membantu Tim Penulis,selama penelitian,

penulisan hingga penerbitan buku ini.

Akhirnya, kami berharap semoga khalayak pembaca dapat memberikan

saran, masukan, kritikan atas buku ini. Ibarat pepatah lama , “tak ada gading yang

tak retak”, buku ini pun pasti juga mengandung kelemahan, baik dari segi isi,

maupun cara penyampaian.

Page 19: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang

x

Prof.Dr. Nina Herlina Lubis, M. S

SAMBUTAN GUBERNUR JAWA BARAT

DAFTAR ISI

Hlm.

PRAKATA ………………………………………………………………….. iii

SAMBUTAN GUBERNUR JAWA BARAT ……………………………… xiii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. xiv

DAFTAR FOTO …………………………………………………………... xvii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… xix

DAFTAR TABEL …………………………………………………………. xx

BAB I : MASA PRASEJARAH ……….. ……………………………… 1

A. Mitos dan Sejarah …………………………………………………. 1

B. Zaman Es ………………………………………………………….. 3

C. Fosil Binatang dan Manusia Purba .................................................... 5

D. Budaya Prasejarah ............................................................................. 14

1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan ............................... 16

2. Masa Bercocok Tanam .................................................................. 23

a. Alat-Alat Neolotik .................................................................... 25

Page 20: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang

xi

b. Budaya Megalitik .................................................................... 29

c. Tradisi Gerabah ....................................................................... 34

d. Perhiasan .................................................................................. 37

3. Masa Perundagian ………………………………………………. 37

BAB II : KERAJAAN KUNO …………………………………………….. 46

A. Pendahuluan ……………………………………………………….. 46

B. Zaman Pra-Tarumanagara …………………………………………. 51

C. Kerajaan Tarumanagara ………………………………………….... 54

1. Kehidupan Masyarakat …………………………………………. 63

2. Agama …………………………………………………………... 68

D. Kerajaan Sunda ……………………………………………………. 71

1. Struktur Kerajaan dan Birokrasi ………………………………… 100

2. Kehidupan Masyarakat …………………………………………. 102

3. Perekonomian dan Perdagangan ………………………………… 103

4. Agama dan Budaya ……………………………………………… 108

a. Agama ………………………………………………………… 108

b. Budaya ………………………………………………………. 113

c. Peninggalan Arkeologis …………………………………….... 118

A. Percandian ………………………………………………... 119

B. Bangunan Suci Tradisi Megalitik ………………………… 145

BAB III : ISLAM, KESULTANAN, DAN KABUPATEN …………….. 176

A. Masuk dan Penyebaran Islam di Tatar Sunda .................................. 176

B. Kesultanan Cirebon .......................................................................... 188

1. Cirebon Pusat Islamisasi Tatar Sunda ........................................... 188

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Kesultanan Cirebon ................. 193

C. Kesultanan Banten ............................................................................ 223

1. Banten Pusat Kekuasaan dan Niaga Antarbangsa ........................ 223

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Kesultanan Banten ................... 229

3. Konflik Banten dengan Kompeni (VOC) …………………….... 242

D. Pembentukan Kabupaten-kabupaten di Priangan hingga Jatuh

ke Tangan VOC ……………………………………………………. 262

BAB IV : PERKEMBANGAN AWAL KEKUASAAN EROPA ……… 286

A. Kedatangan Orang-orang Eropa ……………………………......... 286

B. Perluasan Kekuasaan Orang Eropa ……………………………….. 292

1. Jatuhnya Jayakarta ke Tangan VOC ……………………………. 293

2. Pengaruh VOC di Banten dan Cirebon …………………………. 297

Page 21: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang

xii

3. Perkembangan Awal Preangerstelsel ……………………………. 305

C. Reaksi terhadap Perluasan Kekuasaan Eropa ……………………… 313

D. Kehidupan Perekonomian …………………………………………. 328

1. Pertanian dan Perdagangan ……………………………………… 328

2. Kebijakan VOC di Bidang Ekonomi ……………………………. 333

a. Penanaman Wajib Komoditas Perdagangan ………………… 333

b. Penanaman Wajib Kopi ………………………………………. 341

E. Kehidupan Sosial Budaya …………………………………………. 350

1. Demografi dan Struktur Sosial …………………………………. 350

2. Kehidupan Keagamaan dan Kepercayaan ……………………… 360

3. Bahasa, Tulisan, dan Kesusastraan ……………………………… 364

BAB V : EKSPLOITASI KOLONIAL, GERAKAN SOSIAL,

DAN PERUBAHAN MASYARAKAT ………………………. 375

A. Perubahan Politik dan Sistem Pemerintahan ………………………. 375

1. Banten …………………………………………………………... 383

2. Priangan ………………………………………………………… 388

3. Cirebon ………………………………………………………….. 395

B. Kehidupan Perekonomian …………………………………………. 397

1. Sistem Liberal, Undang-Undang Agraria, dan Perkebunan …….. 397

2. Reorganisasi Priangan ………………………………………….. 406

C. Gerakan Sosial …………………………………………………….. 409

1. Gerakan Rakyat Cirebon (1805-1818) …………………………. 409

2. Gerakan Raksa Praja (1842) ……………………………………. 430

3. Gerakan Nyi Aciah (1870-1871) ………………………………… 448

4. Gerakan Perlawanan di Tanah Partikelir ……………………….. 451

5. Gerakan di Cikandi Udik (1845) ……………………………….. 453

6. Gerakan di Ciomas (1886) ……………………………………… 456

7. Gerakan Kiyai Hasan Maulani dari Lengkong (1842) ………….. 460

8. Gerakan di Cilegon (1888) ……………………………………… 468

9. Gerakan Haji Hasan Cimareme 1919 …………………………… 484

D. Kehidupan Sosial Budaya ………………………………………… 488

1. Agama, Akulturasi, Transportasi, dan Kependudukan …………. 488

2. Kesenian ………………………………………………………… 498

3. Status Sosial Kaum Wanita ……………………………………... 502

Page 22: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang

xiii

DAFTAR FOTO

Hlm.

Foto 1 : Batu Nangtung di Kampung Selareuma Sumedang ……………… 32

Foto 2 : Prasasti Ciaruteun ………………………………………………… 56

Foto 3 : Prasasti Kebon Kopi (Tapak Gajah) ……………………………… 57

Foto 4 : Prasasti Pasir Koleangkak ………………………………………… 58

Foto 5 : Prasasti Tugu ………………………………………………………. 60

Foto 6 : Prasasti Cidanghiang ……………………………………………… 61

Foto 7 : Prasasti Pasir Awi ………………………………………………… 61

Foto 8 : Prasasti Kawali …………………………………………………… 79

Foto 9 : Prasasti Batu Tulis sekitar Tahun 1920 …………………………… 83

Foto 10 : Naskah Perjanjian Kerajaan Sunda dengan Portugis ...................... 98

Foto 11 : Candi Jiwa, Batujaya, Karawang ………………………………… 122

Foto 12 : Aneka Manik-Manik ……………………………………………… 123

Foto 13 : Candi Blandongan ………………………………………………… 124

Foto 14 : Votive Tablet ................................................................................... 125

Foto 15 : Arca Wisnu Cibuaya ....................................................................... 127

Foto 16 : Candi Lemah Duwur Lanang .......................................................... 128

Foto 17 : Fragmen Arca Raksasa dan Batu Bergores ………………………. 129

Foto 18 : Candi Bojongmenje Setelah Rekonstruksi ………………………. 132

Foto 19 : Yoni di Reruntuhan Candi di Indihiang ………………………….. 136

Foto 20 : Candi Rajagwesi, Banjar, Ciamis ………………………………... 136

Foto 21 : Altar-Altar Candi Pananjung, Pangandaran ……………………… 139

Foto 22 : Arca Nadi (Kiri) dan Yoni (Kanan) di Pananjung (Pangandaran) .. 141

Foto 23 : Arca Nadi dari Candi Ronggeng …………………………………. 143

Foto 24 : Situs Susukan, Kec. Ciawigebang, Kuningan ……………………. 144

Foto 25 : Situs Ciarca, Kuningan …………………………………………… 145

Foto 26 : Situs Megalitik Lebak Cibedug, Lebak, Banten ……………….... 146

Foto 27 : Teras Teratas Bangunan Teras Berundak Gunung Tampomas,

Cimalaka, Sumedang ……………………………………………… 148

Foto 28 : Sandung, Bangunan Teras Berundak Gunung Tampomas,

Cimalaka, Sumedang …………………………………………….. 149

Foto 29 : Lingga pada Makam Lembu Agung, Darmaraja, Sumedang …….. 150

Foto 30 : Lingga pada Makam Prabu Haji Putih, Darmaraja, Sumedang ….. 151

Foto 31 : Batu Pangcalikan (Altar) di Situs Karangkamulyan ……………... 152

Foto 32 : Lambang Peribadatan ……………………………………………. 154

Foto 33 : Pangcalikan Ki Ajar Sukaresi ……………………………………. 155

Foto 34 : Batu Pangeunteungan di Astana Gede Kawali, Ciamis ………….. 156

Page 23: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang

xiv

Foto 35 : Bangunan Teras Berundak (Kiri) dan Batu Bergurat (Kanan)

di Situs Candi Batu Lawang …………………………………….. 160

Foto 36 : Batu Tegak dan Ritual Mandi di Situ Sanghyang Majalengka …... 161

Foto 37 : Batu Bergores di dalam dan di luar Bangunan Kuta Kalambu …... 164

Foto 38 : Patilasan Eyang Haji Sukma Sejati Jaya Sampurna ……………… 165

Foto 39 : Mulut dan Bagian Dalam Gua Sanghyang ……………………….. 166

Foto 40 : Areal Pesawahan di Majalengka …………………………………. 329

Foto 41 : Lokasi Makam Syekh Abdul Muhyi di Pamijahan,

sekitar Tahun 1910 ………………………………………………. 361

Foto 42 : Beragam Masjid Agung di Kabupaten sekitar Tahun 1880-an …… 362

Foto 43 : Aksara Sunda Kuno (Ragam Aksara Ngalegena) yang Digunakan

dalam Berbagai Prasasti dan Naskah …………………………….. 367

Foto 44 : Aksara Cacarakan sebagai Modifikasi Aksara Carakan Jawa ……. 368

Foto 45 : Grote Postweg di Beberapa Wilayah Jawa Barat,

Sekitar Tahun 1880-an …………………………………………... 378

Foto 46 : Makam Bagus Jabin di Kabupaten Karawang …………………… 423

Foto 47 : Bekas Rumah K. H. Hasan Maulani di Kuningan ………………. 465

Foto 48 : Gardu Tua yang Dijadikan sebagai Pangkalan H. Wasid

dalam Gerakan Sosial di Cilegon Tahun 1888 ………………….. 473

Foto 49 : Sidang KasusGerakan Sosial di Cilegon Tahun 1888 …………… 483

Foto 50 : Kompleks Pesantren Asyrofuddin, Sumedang ………………….. 491

Foto 51 : Pacuan Kuda di Sumedang (Kanan) dan Promosi Balap Kuda

di Tasikmalaya (Kiri) pada Awal Abad Ke-20 …………………… 494

Foto 52 : Ronggeng dari Batavia sekitar Tahun 1870 …………………….. 500

Foto 53 : Pagelaran Tari Serimpi di Bandung Tahun 1863 ………………… 500

Foto 54 : Seni Musik (Kiri) dan Wayang Golek Bendo (Kanan)

di Sumedang ……………………………………………………… 501

Foto 55 : Pagelaran Wayang Orang di Ciamis …………………………….. 502

Page 24: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang

xv

DAFTAR GAMBAR

Hlm.

Gambar 1 : Jembatan Daratan (Paparan Sunda dan Paparan Sahul)………. 5

Gambar 2 : Jalur Migrasi dari Daratan Asia ke Kawasan Nusantara............ 6

Gambar 3 : Fosil Gigi Manusia Purba dari Penggalian Cisanca,

Tambaksari, Ciamis .................................................................... 7

Gambar 4 : Stratigrafi Daerah Cisanca, Tambaksari, Ciamis……………… 8

Gambar 5 : Fisiografi Pulau Jawa …………………………………………. 15

Gambar 6 : Artefak Obsidian dari Penggalian Cisanca,

Tambaksari, Ciamis ................................................................. 19

Gambar 7 : Data Persebaran Alat Batu Neolitik (Obsidian)

di Dataran Tinggi Bandung........................................................ 28

Gambar 8 : Lukisan Batavia Sekitar Tahun 1733 ………………………… 297

Gambar 9 : Situasi Pelabuhan Banten sekitar Abad Ke-17 ………………. 300

Gambar 10 : Jalur Grote Postweg di Jawa Barat, 1882-1992 ………………. 377

Gambar 11 : Peta Afdeeling Krawang Tahun sekitar 1853 ………………… 383

Gambar 12 : Peta Keresidenan Priangan sekitar Tahun 1854 ……………… 393

Gambar 13 : Peta Keresidenan Cirebon sekitar Tahun 1857 ………………. 397

Gambar 14 : Peta Pembangunan Jalur Kereta Api

di Tatar Sunda, 1882-1922 ……………………………………. 495

Page 25: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang

xvi

DAFTAR TABEL

Hlm.

Tabel 1 : Daftar Bupati dan Penguasa Lokal Lainnya di Priangan

Sejak Tahun 1684-1703 ………………………………………… 310

Tabel 2 : Tabel 2: Jenis Bea Cukai dan Pajak di Pelabuhan Banten

Abad Ke-17 ……………………………………………………… 332

Tabel 3 : Jumlah Komoditas Perdagangan yang Wajib Diserahkan

Kepada VOC di Daerah Priangan pada Tahun 1695 …………… 335

Tabel 4 : Jumlah Produksi Komoditas Perdagangan di Luar Kopi Untuk

Daerah Priangan serta Batavia dan Sekitarnya (1796 – 1800) …. 336

Tabel 5 : Jumlah Produksi Komoditas Perdagangan Daerah

Kesultanan Cirebon pada Akhir Abad Ke-18 …………………. 337

Tabel 6 : Jumlah Produksi Kopi Untuk Daerah Priangan dan Batavia

serta Daerah Sekitarnya Tahun 1711-1800 ……………………. 346

Tabel 7 : Jumlah Penduduk Pribumi dan Desa Awal Tahun 1890-an ……. 497

Page 26: pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Abstrak-Sejarah... · diinginkan bagi kehidupan sosial dan ... dimulai sejak masa prasejarah—suatu zaman yang

1

BAB I

MASA PRASEJARAH

A. Mitos dan Sejarah

Provinsi Jawa Barat adalah nama wilayah administrasi pemerintahan, yang

pada waktu kelahirannya tanggal 19 Agustus 1945 meliputi Provinsi Banten,

Provinsi DKI, dan Provinsi Jawa Barat sekarang. Sejarah wilayah ini, yang akan

dipaparkan dalam dua jilid, bukan hanya meliputi sejarah wilayah Provinsi Jawa

Barat sekarang namun juga meliputi sejarah ketiga wilayah tersebut yang pada

masa sebelum lahirnya Provinsi Jawa Barat dapat kita sebut sebagai Tatar Sunda

atau Tatar Pasundan.

Tatar Sunda adalah wilayah di Pulau Jawa bagian barat yang keindahan

alamnya tidak akan terlupakan, terutama di daerah yang dikenal dengan Priangan

atau Parahyangan. Gunung-gunung yang membiru dari kejauhan, diseling lembah-

lembah yang dibelah aliran sungai yang menambah kesuburan tanah yang telah

diberkati oleh keindahan ini. Parahyangan seakan-akan mewakili romantisme

kolonial tentang Mooie Indie. " Tanah Hindia yang Indah". Begitulah dulu, ketika

kekuatiran akan transformasi tanah indah yang menjadi gersang, dan kerap

diterjang banjir dan longsor belum dirasakan. Kita menyadari kini bahwa

keindahan Tatar Sunda mungkin sedang terancam, sungai-sungainya mungkin tak

pula lagi sebening dulu, meski gunung-gunungnya masih tegak berdiri dengan

anggun.

Bagaimanakah gerangan awal kejadian Tatar Sunda ini? Dalam

menghadapi hal seperti ini maka jawaban terhadap pertanyaan mengenai asal usul

itu sangat bergantung pada ada atau tidaknya tradisi lisan yang hidup di kalangan

masyarakat. Bagaimanakah masyarakat setempatmenerangkan asal usul Tatar

Sunda? Ada kalanya memang tradisi lisan itu bisa dipastikan sebagai salinan dari

ingatan kolektif. Meskipun dalam perjalanan zaman perubahan dari corak ingatan

kolektif bisa saja terjadi. Perubahan itu hanya mungkin “terhenti” jika seandainya

pada waktu tertentu ingatan kolektif yang telah menjadi tradisi lisan dituliskan.

Begitulah bisa juga dikatakan bahwa sejarah, sebagai uraian dari peristiwa yang

sesungguhnya terjadi telah bersembunyi di belakang mitologisasi peristiwa yang