2
KOMPAS Senin o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu (02 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 OJan OPeb o Mar OApr OMei OJun OJul 0 Ags OSep OOkt .Nov ODes .Kema tian Ihul, Oleh BUDI RAJAB D alam usiayangrnasihmuda, 4 harisetelahmelahir- kan, Kartini (21April 1879-17September 1904), se- orangpejuang emansipasi peremp~an. Indonesia, meninggal dunia. Penyebab kematiannya adalah perdarahan yangterjadi beberapa saat setelah melahirkan, yang dalam is- tilah medis dikategorikan sebagai kematian ibu (maternal mortality), yakni kematian selamakehamilan, saatmelahir- kan, atau sebulan lebih setelah persalinan. Seabad setelah kematian Karti- ni, tragedi itu masih banyak diala- mi ibu-ibu di Indonesia, tennasuk Jawa Barat. Mendekati setengah kematian perempuan Indonesia adalah kematian ibu. Setiap sete- ngah jam seorang perempuan In- donesia meninggal dunia karena kehamilan dan persalinan dan sa- tu di antara lima kematian perem- puan berkaitan dengan kehamil-: an. Setiap tahun sekitar 20.000- 22.000 perempuan meninggal aki- bat kehamilan dan melahirkan. Rata-ratajumlah angka kematian ibu (AKI) di Indonesia mendekati 300-an per 100.000 kelahiran hi- dup. Angka ini tennasuk tertinggi ketirnbang negara-negara di Asia Tenggara, seperti Thailand, Singa- pura, Brunei, dan Malaysia, yang AKI-nya sudah di bawah angka 100. Melalui penanganan medis pro- fesional, dokter-dokter ahli kebi- danan dengan dibantu sarana dan peralatan medis, dan obat-obatan yang tersedia, hampir 85 persen kematianibu dapat dicegah, Faktor penyebab Salah satu penyebab kematian ibu adalah kekurangan gizi. Sese- orang dikatakan kekurangan gizi bila jenis makanan yang masuk ke dalarn tubuhnya kurang mengan- dung zat -zat gizi meskipun kuanti- tas dan ragam makanan yang di- makan bisa lebih dari eukup. Orang yang kekurangan gizi me- miliki tubuh yang rentan dan mu- dah terkena serangan berbagai pe- nyakit. Berdasarkan temuan peneliti- an, kematian ibu di daerah pedesa- art .dialami oleh sebagian besar ibu miskin. Mereka, dengan ke- terbatasan uang, akan kurang mampu menyediakan ragam dan kualitas makanan bergizi, bahkan kerap jumlahnya kurang. Di sini- lah kemiskinan berkorelasi de- ngan kondisi kesehatan'yang ren- dab. Di samping itu, kemiskinan ini berhubungan pula dengan cara pe- rawatan kehamilan dan persalin- an. Hasil penelitian di Jawa Barat menunjukkan, persalinan oleh pa- raji (dukun beranak) sekitar 72,9 . persen, jauh di atas rata-rata na- sional (58,4 persen). Mereka yang biasa memanfaatkan paraji adalah ibu-ibu miskin. Alasan memanfa- atkan paraji ialah ada kemudahan earn pembayaran, yaitu dapat be- rupa pakaian, hasil bumi, dan lain- nya yang sesuai dengan persetuju- an kedua belah pihak. Kalau de- ngan uang, pembayaran bisa dici- eil. Selain itu, dirasakan juga ada- nya hubungan kekeluargaan kare- na biasanya paraji berasal dari lingkungan komunitas yang sama dengan si ibu. Padahal, konse- kuensi perawatan kehamilan dan melahirkan oleh paraji tidak sela- lu bisadipertanggungjawabkan se- earamedis. Posisi perempuan dalam peng- ambilan keputusan juga kurang otonom. Berbagai keputusan dila- kukan suami. Soal seorang ibu saat hamil mesti diperiksa, atau meng- alami kesakitan, atau persalinan- nya mengalarni gangguan, apakah harus dibawa ke rumah sakit atau tidak berada di tangan suarni. Pada beberapa kasus kematian ibu, si suami tidak mengizinkan istrinya dibawa ke rumah sakit, dengan alasan gangguan itu bisa ditangani di rumah oleh paraji atau karena tidak memiliki uang. Program kesehatan pemerin- tab juga masih diraneang seeara Kliping Humas Unpad 2010

Rabu o (02 3 4 5 10 12 13 14 15 17 18 19 20 21 22 23 24 25 ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/11/kompas-20101101... · adalah kematian ibu. ... miliki tubuh yang rentan

  • Upload
    vodien

  • View
    215

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Rabu o (02 3 4 5 10 12 13 14 15 17 18 19 20 21 22 23 24 25 ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/11/kompas-20101101... · adalah kematian ibu. ... miliki tubuh yang rentan

KOMPAS• Senin o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu

(02 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1517 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

OJan OPeb oMar OApr OMei OJun OJul 0 Ags OSep OOkt .Nov ODes

.Kema tian Ihul,Oleh BUDI RAJAB

Dalam usiayangrnasihmuda, 4 harisetelahmelahir-kan, Kartini (21April 1879-17 September 1904), se-orangpejuang emansipasi peremp~an. Indonesia,

meninggal dunia. Penyebab kematiannya adalah perdarahanyangterjadi beberapa saat setelah melahirkan, yang dalam is-tilah medis dikategorikan sebagai kematian ibu (maternalmortality), yakni kematian selamakehamilan, saatmelahir-kan, atau sebulan lebih setelah persalinan.

Seabad setelah kematian Karti-ni, tragedi itu masih banyak diala-mi ibu-ibu di Indonesia, tennasukJawa Barat. Mendekati setengahkematian perempuan Indonesiaadalah kematian ibu. Setiap sete-ngah jam seorang perempuan In-donesia meninggal dunia karenakehamilan dan persalinan dan sa-tu di antara lima kematian perem-puan berkaitan dengan kehamil-:an.

Setiap tahun sekitar 20.000-22.000 perempuan meninggal aki-bat kehamilan dan melahirkan.Rata-ratajumlah angka kematianibu (AKI) di Indonesia mendekati300-an per 100.000 kelahiran hi-dup. Angka ini tennasuk tertinggiketirnbang negara-negara di AsiaTenggara, seperti Thailand, Singa-pura, Brunei, dan Malaysia, yangAKI -nya sudah di bawah angka100.

Melalui penanganan medis pro-fesional, dokter-dokter ahli kebi-danan dengan dibantu sarana danperalatan medis, dan obat-obatanyang tersedia, hampir 85 persenkematianibu dapat dicegah,

Faktor penyebabSalah satu penyebab kematian

ibu adalah kekurangan gizi. Sese-orang dikatakan kekurangan gizibila jenis makanan yang masuk kedalarn tubuhnya kurang mengan-dung zat -zat gizi meskipun kuanti-tas dan ragam makanan yang di-makan bisa lebih dari eukup.Orang yang kekurangan gizi me-miliki tubuh yang rentan dan mu-dah terkena serangan berbagai pe-nyakit.

Berdasarkan temuan peneliti-an, kematian ibu di daerah pedesa-art .dialami oleh sebagian besaribu miskin. Mereka, dengan ke-terbatasan uang, akan kurang

mampu menyediakan ragam dankualitas makanan bergizi, bahkankerap jumlahnya kurang. Di sini-lah kemiskinan berkorelasi de-ngan kondisi kesehatan'yang ren-dab.

Di samping itu, kemiskinan iniberhubungan pula dengan cara pe-rawatan kehamilan dan persalin-an. Hasil penelitian di Jawa Baratmenunjukkan, persalinan oleh pa-raji (dukun beranak) sekitar 72,9 .persen, jauh di atas rata-rata na-sional (58,4 persen). Mereka yangbiasa memanfaatkan paraji adalahibu-ibu miskin. Alasan memanfa-atkan paraji ialah ada kemudahanearn pembayaran, yaitu dapat be-rupa pakaian, hasil bumi, dan lain-nya yang sesuai dengan persetuju-an kedua belah pihak. Kalau de-ngan uang, pembayaran bisa dici-eil.

Selain itu, dirasakan juga ada-nya hubungan kekeluargaan kare-na biasanya paraji berasal darilingkungan komunitas yang samadengan si ibu. Padahal, konse-kuensi perawatan kehamilan danmelahirkan oleh paraji tidak sela-lu bisadipertanggungjawabkan se-earamedis.

Posisi perempuan dalam peng-ambilan keputusan juga kurangotonom. Berbagai keputusan dila-kukan suami. Soal seorang ibu saathamil mesti diperiksa, atau meng-alami kesakitan, atau persalinan-nya mengalarni gangguan, apakahharus dibawa ke rumah sakit atautidak berada di tangan suarni. Padabeberapa kasus kematian ibu, sisuami tidak mengizinkan istrinyadibawa ke rumah sakit, denganalasan gangguan itu bisa ditanganidi rumah oleh paraji atau karenatidak memiliki uang.

Program kesehatan pemerin-tab juga masih diraneang seeara

Kliping Humas Unpad 2010

Page 2: Rabu o (02 3 4 5 10 12 13 14 15 17 18 19 20 21 22 23 24 25 ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/11/kompas-20101101... · adalah kematian ibu. ... miliki tubuh yang rentan

top-down. Masyarakat hanya dija-dikan obyek, bukan subyek yangbisa terlibat dalam pengembangan .kesehatan komunitas. Meskipunkader-kader kesehatan di desa-de-sa sudah dibentuk sejak tiga dasa-warsa lalu dengan berbagai pela-tihan, para kader itu tidak bekerjasepenuhnya karena insentif yangditerima sangat minim.

Di samping itu, jarak menujuinstitusi kesehatan modern cukupjauh. Rumah-rumah ibu miskinberada di lokasi terpencil, yangprasarana dan sarana transporta-sinyajauh dari memadai untuk bi-sa menjangkau institusi kesehatanmodern. Ketika mengalami kom-plikasi kehamilan atau gangguan

KARTIKA

persalinan, ibu-ibu selalu terlarn-bat dirujuk ke rumah sakit. Perne-riksaan rutin selama kehamilanpun jarang dilakukan karena un-tuk datang ke tempat pemeriksaanperlu ongkos yang banyak.

RefleksiNamun, ada fakta yang berla-

wanan dengan kasus di Indonesia.Di Sri Lanka, Kosta Rika, danKerala-negara bagian India-yang masyarakatnya juga miskin,tingkat kematian maternal- nya re-latif rendah, di bawah angka 100per 100.000 kelahiran hidup.

Di situ terungkap, perempuandan laki-laki memiliki status yangrelatif sejajar. Perempuan pun bisa

mengambil keputusan. Umpama-nya, ketika si ibu hamil, mereka ru-tin memeriksakannya kepada ka-der- kader kesehatan yang terlatih,atau datang langsung ke bidan dandokteryangtidakjauh dari tempattinggalnya tanpa harus menunggukeputusan suami.

Program kesehatan pemerin-tah daerah juga dikembangkan se-cara partisipatif. Warga, termasukperempuan, ikut urun rembuk da-lam merencanakan dan melaksa-nakan program kesehatan yang '-sesuaikan dengan kemampuan ko-.munitas. Para kader kesehatan pe-rempuan di desa-desa tidak beker-ja asal-asalan karena mendapat in-sentif dari pemerintah dan iuranwarga

Lembaga swadaya masyarakat(LSM) bersama-sama pemerintahdaerah menjadi fasilitator dalampenyuluhan dan pelatihan kaderkesehatan pedesaan, sekaligus ju-ga melakukan pengawasan danevaluasi atas implementasi prog-ram kesehatan untuk masyarakatmiskin. Di samping itu, LSM jugaaktif dalam membangun dan me-ngelola pusat-pusat kesehatanmasyarakat bersama-sama peme-rintah daerah dan kader kesehat-an.

Dengan mengambil contoh dariketiga negara tersebut, ada bebera-pa hal yang dapat dipetik. Pertama,bahwa posisi perempuan yang me-miliki otonomi dalam pengambil-an keputusan berhubungan secara'positif dengan rendahnya kemati-an matemal. Kedua, sistem pela-yanan kesehatan yang melibatkanmasyarakatjuga berhubungan po-sitif dengan rendahnya kematianmatemal. Dengan demikian, ke-miskinan tidak harus menjadikendala dalam mengurangi kema-tian matemal.

Jadi, langkah yang dapat dilaku-kan untuk mengurangiAKl adalahpenguatan posisi perempuan padalevel pengambilan keputusan da-lam keluarga dan masyarakat. La-lu, pengembangan program kese-hatan masyarakat yangpartisipatifdan sesuai dengan kemampuanmasyarakat sendiri.

BUDlRAJABStafPengtJjar

JurusanAntropologiFISIppnpad

1