Upload
erwin-maulana-farmanda-putra
View
81
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 1/88
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO GANGGUAN
FUNGSI PARU DENGAN FUNGSI PARU PEKERJA
PENGOLAHAN BATU KAPUR DI KECAMATAN
PUGER KABUPATEN JEMBER
SKRIPSI
Oleh
Rachman Efendi
NIM 072010101052
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTASKEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2011
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 2/88
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO GANGGUAN
FUNGSI PARU DENGAN FUNGSI PARU PEKERJA
PENGOLAHAN BATU KAPUR DI KECAMATANPUGER KABUPATEN JEMBER
SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tug as akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Pendidikan Dokter (S 1)
dan mencapai gelar Sarjana Kedokteran
Oleh
Rachman Efendi
NIM 072010101052
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTASKEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2011
ii
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 3/88
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan dengan penuh rasa hormat dan cinta untuk:
1. Orang tuaku tercinta, Ayahanda Drs. Sumani, S.H, M.H dan Ibunda Rusmini
yang senantiasa memberikan doa dan kasih sayangnya tiada henti, serta yang
telah mendidik dan menjadikanku menjadi individu yang lebih baik. Senyum
dan kebahagiaan keduanya adalah harapan terbesarku;
2. Kakakku, Ananda Novyan Aries Efendi, S.H. dan Yulia Chandra Dewi yang
telah memberikan dukungan seman gat, doa serta kasih sayang yang tiada
henti,
3. Guru-guruku tercinta sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi yang
telah mendidik, memberikan ilmu, dan membimbing dengan penuh kesabaran;
4. Almamater Fakultas Kedokteran Universitas lember.
5. Ternan - ternan seperjuanganku angkatan 2007 Fakultas Kedokteran
Universitas lember.
111
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 4/88
MOTO
Bersyukurlah atas segala sesuatu yang anda terima dalam hidup anda.
Bersyukurlah atas yang anda inginkan di dalam hidup anda,
seakan-akan anda sudah memperolehnya. *)
*) Rhonda Byrne. 2010. The Secret. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
IV
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 5/88
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
nama : Rachman Efendi
NIM : 072010101052
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul " Hubungan
antara Faktor-Faktor Risiko Gangguan Fungsi Pam dengan Fungsi Pam Pekerja
Pengolahan Batu Kapur di Kecamatan Puger Kabupaten lember" adalah benar-benar
hasil karya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbemya,
dan belum pemah diajukan pada institusi mana pun, serta bukan karya jiplakan. Saya
bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah
yang hams dijunjung tinggi.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya, tanpa ada tekanan dan
paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata
dikemudian hari pemyataan ini tidak benar.
lember, 07 luni 2011
Yang menyatakan,
Rachman Efendi
NIM 072010101052
v
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 6/88
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO GANGGUAN
FUNGSI PARU DENGAN FUNGSI PARU PEKERJA
PENGOLAHAN BATU KAPUR DI KECAMATAN
PUGER KABUPATEN JEMBER
Oleh
Rachman Efendi
NIM 072010101052
Pembimbing
Dosen Pembimbing Utama : dr. Ali Santosa, Sp.PD
Dosen Pembimbing Anggota : dr. Ida Srisurani W.A.
VI
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 7/88
PENGESAHAN
Skripsi berjudul "Hubungan antara Faktor-Faktor Risiko Gangguan
Fungsi Paru dengan Fungsi Paru Pekerja Pengolahan Batu Kapur di Kecamatan
Puger Kabupaten Jember" telah diuji dan disahkan oleh Fakultas Kedokteran
Universitas lember pada :
hari, tanggal : Selasa, 07 luni 2011
temp at : Fakultas Kedokteran Universitas lember.
Tim Penguji:
Ketua, Sekretaris,
dr. Sugiyanta, M. Ked.
NIP 197902072005011001
dr. Muhamad Hasan, M. Kes., Sp. OT.
NIP 196904111999031001
Anggota I, Anggota II,
dr. Ali Santosa, Sp. PD.
NIP 195909041987011001
dr. Ida Srisurani Wiji Astuti
NIP 198209012008122001
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas lember
dr. Enny Suswati, M. Kes.
NIP 197002141999032001
Vll
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 8/88
RINGKASAN
Hubungan antara Faktor-Faktor Risiko Gangguan Fungsi Paru dengan Fungsi
Paru Pekerja Pengolahan Batu Kapur di Kecamatan Puger Kabupaten Jember;
Rachman Efendi, 072010101052; 2011: 71 halaman; Fakultas Kedokteran
Universitas lember.
Pada era globalisasi ini, Indonesia ditantang untuk memasuki perdagangan
bebas sehingga jumlah tenaga kerja akan bertambah sejalan dengan pertambahan
industri. Salah satu sektor industri yang perkembangannya cukup signifikan adalah di
sektor pertambangan dan penggalian, salah satunya adalah industri pengolahan batu
kapur, pertumbuhan di sektor ini juga memberikan keuntungan di bidang ekonomi
pada bangsa Indonesia sendiri.
Dilain pihak apabila industri pengolahan batu kapur tidak mendapat
penanganan yang baik akan memberi dampak negatif kepada masyarakat dan
lingkungannya, karena paparan zat-zat hasil pengolahan batu kapur tersebut dapat
menyebabkan penurunan kualitas lingkungan berupa adanya pencemaran udara.
Adanya pencemaran udara ini akan mengganggu kesehatan organ manusia terutama
organ paru-paru.
Di Indonesia sendiri, penyakit paru akibat kerja yang disebabkan oleh debu
diperkirakan cukup banyak meskipun data yang ada masih kurang. Beberapa
penelitian mengenai gangguan fungsi paru dilaporkan bahwa terjadinya penyakit paru
obstruksi kronis (PPOK) pada masyarakat Jawa Timur yang tinggal di daerah industri
di Surabaya sebesar 13.5% dari 6.144 responden (Mukono, 1997). Hasil survei yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, Jawa Tengah terhadap 283
penambang batu kapur di Tegal, diperoleh data kapasitas paru normal sekitar 24.03%dan kapasitas paru tidak normal sekitar 75,97%, yang terdiri dari gangguan restriksi
28,62%, gangguan obstruksi 16.25%, dan kombinasinya (gabungan antara restriktif
dan obstruktif) 31.10%. (Dinkes Kabupaten Tegal, 2004)
V111
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 9/88
Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan menggunakan
desain case control study yaitu penelusuran retrospektif. Penelitian dilaksanakan di
kawasan pengolahan batu kapur Desa Grenden, Kecamatan Puger, Kabupaten
Jember pada bulan Mei 2011. Dengan teknik pengambilan sampel secara purposive
sampling dengan jumlah sampel sebanyak 86 orang. Variabel independen yang
diteliti adalah masa kerja, usia pekerja, kebiasaan menggunakan masker, kebiasaan
merokok, kebiasaan berolahraga, dan riwayat penyakit paru. Sedangkan variabel
dependen dalam penelitian ini adalah kapasitas paru pekerja.
Dari hasil pengumpulan dan analisis data, maka yang merupakan faktor-faktor
risiko yang berpengaruh adalah riwayat penyakit paru (OR= 6), masa kerja (OR=3.9),
usia (OR= 3,08), dan kebiasaan merokok (OR=3.07).
IX
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 10/88
PRAKATA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul " Hubungan antara
Faktor-Faktor Risiko Gangguan Fungsi Pam dengan Fungsi Pam Pekerja
Pengolahan Batu Kapur Di Kecamatan Puger Kabupaten lember ". Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata
satu (Sl) pada Fakultas Kedokteran Universitas lember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. dr. Enny Suswati, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas lember
atas segala fasilitas dan kesempatan yang diberikan selama menempuh pendidikan
kedokteran di Universitas lember;
2. dr. Ali Santosa, Sp.PD dan dr. Ida Srisurani W.A, selaku Dosen Pembimbing
yang telah meluangkan waktu, pikiran dan perhatian dalam penulisan skripsi ini;
3. dr. Sugiyanta, M.Ked dan dr. Muhamad Hasan, M. Kes., Sp.OT., selaku Dosen
Penguji yang telah meluangkan waktu serta memberikan saran kritik yangmembangun;
4. dr. Yunita Armiyanti, M.Kes., sebagai dosen pembimbing KTI dan dosen
pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama
melaksanakan studi di almamater tercinta;
5. Pak Noto, Bu Ema, Seluruh dosen dan staf Fakultas Kedokteran Universitas
lember yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu;
6. Ayahanda Drs. Sumani, S.H., M.H., dan Ibunda Rusmini tercinta yang telah
memberikan dorongan dan doanya serta kasih sayang yang tak henti-hentinya
demi terselesaikannya skripsi ini;
x
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 11/88
7. Kakakku Novyan Aries Efendi, S.H. dan Yuli Chandra Dewi, serta keponakanku
Sabrina Yulia Efendi dan keluarga besar Ayahanda dan Ibunda yang senantiasa
memberikan doa dan dukungan selama ini. Terima kasih telah mencurahkan kasih
sayang dan perhatian yang tiada henti kepadaku;
8. Nenekku Mesiyem (alm) beserta keluarga besar di Madiun yang telah
memberikan doa dan dukungan yang tiada henti kepadaku;
9. Anggie yang menjadi sahabat dan saudara, yang selama ini selalu mendukungku
dalam segala hal, memberikan kritik dan saran atas langkah yang akan aku ambil;
10. Saudaraku Team Medical Croco yang terdiri dari : Dito, Teddy, Billy, Rian,
Faruq, Arya, Rizaldo, Nanda atas bantuannya dalam menyelesaikan penelitian ini;
11. Ternan-ternan seangkatan dan seperjuangan Aesculapius FK 2007 terutama Sheila
dan Rina yang mengingatkanku bahwa kita tidak pemah berjuang sendiri;
12. Ternan-ternan 007 Brotherhood terutama Gilang, Salim, Erwin, Riot, Huda, dan
Ibu Kos atas bantuannya dalam menyelesaikan penelitian ini;
13. Ternan-ternan Tapal Kuda Aeromodelling Club atas bantuannya dalam
menyelesaikan penelitian ini;
14. Bapak-bapak pekerja pengolahan batu kapur atas kerja sarna yang telah diberikan;15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan dan doa yang
diberikan kepada penulis selama ini.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempumaan skripsi ini. Akhimya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.
Jember, Juni 2011 Penulis
Xl
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 12/88
DAFTARISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... 11
HALAMAN PERSEMBAHAN 111
HALAMAN MOTO IV
HALAMANPERNYATAAN V
HALAMAN PENGESAHAN VlI
RINGKASAN.................................................................................................. vm
PRAKATA...................................................................................................... X
DAFTAR ISI................................................................................................... XlI
DAFTAR TABEL
BAB 1. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 31.3 Tujuan Penelitian 3
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Debu 6
2.1.1 Macam-macam Debu............................................................ 6
2.1.2 Sifat-sifat Debu..................................................................... 6
2.1.3 Ambang Batas Debu............................................................. 7
2.2 Batu Kapur.................................................................................... 8
2.3 Penyakit Paru Lingkungan.......................................................... 9
2.4 Patogenesis Penyakit Paru akibat Debu..................................... 10
XlI
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 13/88
2.5 Anatomi Sistem Pernafasan Manusia......................................... 11
2.6 Fisiologi Organ Pernafasan Manusia 12
2.7 Volume dan Kapasitas Paru 13
2.7. 1Volume Pam.......................................................................... 13
2.1.2 Kapasitas Pam 14
2.8 Pemeriksaan Kapasitas Paru....................................................... 15
2.9 Faktor - Faktor Risiko Gangguan Fungsi Paru 16
2.9.1 Masa Kerja............................................................................ 16
2.9.2 Kebiasaan Menggunakan Masker......................................... 17
2.9.3 Umur Tenaga Kerja 17
2.9.4 Kebiasaan Merokok.............................................................. 18
2.9.5 Kebiasaan Berolahraga......................................................... 18
2.9.6 Riwayat Penyakit.................................................................. 19
2.10 Kerangka Konsep Penelitian 20
2.11 Hipotesis Penelitian 21
BAB 3. METODE PENELITIAN 22
3.1 Jenis Penelitian 223.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 23
3.3 Populasi dan Sampel 23
3.3.1 Populasi 23
3.3.2 Sampel 23
3.3.3 Besar Sampel........................................................................ 24
3.4 Variabel Penelitian 25
3.5 Definisi Operasional 25
3.6 Instrumen Penelitian 27
3.7 Alur Penelitian 28
3.8 Analisis Statistik 28
X111
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 14/88
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 30
4.1 Hasll Penelitian 30
4.1.1 Analisis Univariat 30
4.1.2 Analisis Bivariat 35
4.1.3 Analisis Multivariat 40
4.2 Pembahasan 41
4.2.1 Variabel yang Berpengaruh 41
4.2.2 Variabel yang Tidak Berpengaruh....................................... 44
4.3 Keterbatasan Penelitian 45
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 46
5.1 Kesimpulan.................................................................................... 47
5.2 Saran.............................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPI RAN
XI V
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 15/88
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Klasifikasi penyakit pam akibat lingkungan 9
2.2
2.3
Klasifikasi deraj at restriktif pam .
Klasifikasi derajat obstruksi pam .
16
16
4.1 Distribusi frekuensi sampel penelitian berdasarkan kelompok case-
control .
Distribusi frekuensi sampel penelitian berdasarkan kapasitas pam
30
4.2
sampel penelitian 30
4.3 Distribusi frekuensi berdasarkan usia, masa kerja, kebiasaan
menggunakan masker, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok,
riwayat penyakit pam 31
4.4 Distribusi case - control berdasarkan usia pekerja pengolahan batu
kapur, desa grenden, tahun 2011 35
4.5 Distribusi case - control berdasarkan masa kerja pengolahan batu
kapur, desa grenden, tahun 2011 364.6 Distribusi case - control berdasarkan kebiasaan menggunakan masker
pada pekerja pengolahan batu kapur, desa grenden,tahun 2011 36
4.7 Distribusi case - control berdasarkan kebiasaan berolahraga pada
pekerja pengolahan batu kapur, desa grenden, tahun 2011.................. 37
4.8 Distribusi case - control berdasarkan kebiasaan merokok pada
pekerja pengolahan batu kapur, desa grenden, tahun 2011 38
4.9 Distribusi case - control berdasarkan riwayat penyakit pam pada
pekerja pengolahan batu kapur, desa grenden, tahun 2011.................... 38
4.10 Rangkuman analisis bivariat variabel bebas terhadap gangguan
fungsi pam 39
4.11 Hasil analisis regresi logistik variabel independen dengan gangguan
fungsi pam.............................................................................................. 40
xv
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 16/88
2.1
2.2
3.1
3.2
4.1
4.2
DAFTAR GAMBAR
Anatomi pam dan trakea pada manusia .
Kerangka konsep penelitian .
Desain studi case control .
Alur penelitian .
Diagram pie distribusi frekuensi berdasarkan usia pekerj a .
Diagram pie distribusi frekuensi berdasarkan masa kerj a .
Halaman
12
20
22
28
32
32
4.3 Diagram pie distribusi frekuensi berdasarkan kebiasaan
menggunakan masker............................................................................. 33
Diagram pie distribusi frekuensi berdasarkan kebiasaan
berolahraga .
4.5 Diagram pie distribusi frekuensi berdasarkan kebiasaan
4.4
4.6
merokok.................................................................................................. 34
Diagram pie distribusi frekuensi berdasarkan riwayat
penyakit pam .
XVI
33
34
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 17/88
DAFTAR LAMPI RAN
Halaman
A. Tabel Hasil Pengukuran Kapasitas Pam 53
B.
C.
D.
E.
Informed Consent dan Kuisoner .
Tabel Hasil lawaban Kuisoner .
Hasil Analisis Chi Square dan Regresi Logistic .
Foto Penelitian .
XVll
57
59
63
69
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 18/88
BAB1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi ini, Indonesia ditantang untuk memasuki perdagangan
bebas sehingga jumlah tenaga kerja akan bertambah sejalan dengan pertambahan
industri. Salah satu sektor industri yang perkembangannya cukup signifikan
adalah di sektor pertambangan dan penggalian, data dari Balai Pusat Statistik
(BPS) yang didapat jumlah tenaga kerja di Indonesia yang bekerja di sektor
pertambangan dan penggalian pada tahun 2005 masih sekitar 800 ribu orang,
sedangkan pada tahun 2010 sudah mencapai lebih dari 1,2 juta orang. Diantaranya
hampir 50 % bekerja di sektor pertambangan non logam, salah satu contohnya
adalah industri pengolahan batu kapur yang memiliki kontribusi yang cukup besar
dalam memajukan bidang pertambangan di Indonesia (BPS, 2010)
Dilain pihak industri pengolahan batu kapur juga memiliki dampak negatif
kepada masyarakat dan lingkungannya, karena paparan zat-zat hasil pengolahan
batu kapur tersebut. Apabila tidak mendapat penanganan yang baik akan
menimbulkan dampak negatif pada lingkungan tersebut, salah satunya adalah
penurunan kualitas lingkungan berupa adanya pencemaran udara. Adanya
pencemaran udara ini akan meningkatkan risiko gangguan pemafasan pada
manusia.
Paru merupakan organ manusia yang mempunyai fungsi sebagai ventilasi
udara, difusi 02 dan C02 antara alveoli dan darah, transportasi 02 dan C02,
pengaturan ventilasi, serta hal - hal lain dari pemapasan. Fungsi paru dapat
menjadi tidak maksimal oleh karena faktor dari luar tubuh atau faktor ekstrinsik
dan faktor dari dalam tubuh penderita itu sendiri atau instrinsik. Faktor ekstrinsik
yang dimaksud adalah lamanya paparan (masa kerja), dan perilaku penggunaan
alat pelindung diri (APD) terutama yang dapat melindungi sistem pemapasan
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 19/88
2
yaitu masker. Faktor instrinsik dari dalam diri manusia juga perlu diperhatikan,
terutama yang berkaitan dengan sistem pertahanan paru baik secara anatomis
maupun fisiologis, faktor instrinsik yang dimaksud adalah umur, jenis kelamin,
riwayat penyakit yang pemah diderita, kebiasaan berolahraga, dan kebiasaan
merokok (Mila, S. M., 2006).
Dampak paparan debu yang terus menerus dapat menyebabkan inflamasi
dalam saluran napas yang akan bersifat obstruktif, sehingga akan menurunkan faal
paru (Ganong, 2002). Sedangkan akibat dari penumpukan debu yang tinggi di
paru dapat menyebabkan kelainan dan kerusakan paru. Penyakit akibat
penumpukan debu pada paru disebut pneumoconiosis (Rahmatullah, P., 2006).
Salah satu bentuk kelainan paru yang bersifat menetap adalah berkurangnya
elastisitas paru, yang ditandai dengan penurunan pada kapasitas vital paru.
Prevalensi yang tinggi kasus ini berkorelasi dengan biaya kesehatan yang
ditanggung oleh perusahaan untuk pengobatan dan rehabilitasi penderita. Untuk
mengetahui secara dini, penegakan diagnosis kasus penurunan kapasitas paru
harus dilakukan secara rutin, minimal setahun sekali dengan melakukan
pengukuran kapasitas paru (Depkes RI, 2003).
Data yang didapat dari International Labour Organitation (ILO)
menunjukkan setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang diakibatkan oleh
pekerj aan. Dimana diperkirakan terjadi 160.000 kasus baru tiap tahun akibat
penyakit kerja. Penyakit saluran pemafasan berada pada urutan ketiga setelah
kanker dan kecelakan pada penyebab kematian akibat pekerjaan (Buchari, 2007).
Di Indonesia sendiri, penyakit paru akibat kerja yang disebabkan oleh
debu diperkirakan cukup banyak meskipun data yang ada masih kurang. Beberapa
penelitian mengenai penurunan kapasitas paru dilaporkan bahwa terj adinya
penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) pada masyarakat Jawa Timur yang tinggal
di daerah industri di Surabaya sebesar 13.5% dari 6.144 responden (Mukono,
1997). Hasil survei yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, Jawa
Tengah terhadap 283 penambang batu kapur di Tegal. Diperoleh data kapasitas
paru normal sekitar 24.03% dan kapasitas paru tidak normal sekitar 75,97%, yang
terdiri dari gangguan restriksi 28,62%, gangguan obstruksi 16.25%, dan
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 20/88
3
kombinasinya (gabungan antara restriktif dan obstruktif) 31.10%. (Dinkes
Kabupaten Tegal, 2004)
Puger merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten 1ember dimana
terdapat banyak industri-industri pengolahan batu kapur, dari survei pendahuluan
diketahui lokasi temp at pengolahan batu kapur terbanyak adalah di Desa Grenden
yang terdapat sekitar 178 pengolahan batu kapur (tumang) dan sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian sebagai pekerj a di pengolahan batu kapur yaitu
sekitar 637 orang (Profil Desa Grenden, 2010).
Namun hingga saat ini belum pemah diadakan penelitian terhadap
kapasitas paru pekerja pengolahan batu kapur di wilayah Puger. Hal inilah yang
menjadi perhatian peneliti untuk meneliti keadaan fungsi paru pekerja beserta
faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap keadaan fungsi paru pada pekerja
industri pengolahan batu kapur di wilayah Kecamatan Puger, Kabupaten lember.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan sebagai berikut: Faktor - faktor risiko gangguan fungsi paru apa
yang mempengaruhi fungsi paru pekerja pengolahan batu kapur di Desa Grenden,
Kecamatan Puger, Kabupaten lember?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1.3.1 Tujuan Umum:
Mengetahui hubungan antara faktor-faktor risiko gangguan fungsi paru
dengan fungsi paru pekerja pengolahan batu kapur di Desa Grenden, Kecamatan
Puger, Kabupaten lember.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 21/88
4
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui hubungan antara mas a kerj a dengan fungsi pam pekerj a
pengolahan batu kapur di Desa Grenden, Kecamatan Puger, Kabupaten
lember.
2. Mengetahui hubungan antara kebiasaan penggunaan masker dengan
fungsi pam pekerja pengolahan batu kapur di Desa Grenden, Kecamatan
Puger, Kabupaten lember.
3. Mengetahui hubungan antara umur pekerj a dengan fungsi pam pekerj a
pengolahan batu kapur di Desa Grenden, Kecamatan Puger, Kabupaten
lember.
4. Mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan fungsi pam
pekerja pengolahan batu kapur di Desa Grenden, Kecamatan Puger,
Kabupaten 1mber.5. Mengetahui hubungan antara kebiasaan berolahraga dengan fungsi pam
pekerja pengolahan batu kapur di Desa Grenden, Kecamatan Puger,
Kabupaten 1mber.6. Mengetahui hubungan antara riwayat penyakit pam dengan fungsi pam
pekerja pengolahan batu kapur di Desa Grenden, Kecamatan Puger,
Kabupaten 1mber.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1.4.1 Manfaat bagi penulis
Bagi penulis, merupakan sarana untuk menambah wawasan pengetahuan
dan pengalaman sehingga menjadi bekal di kemudian hari yang kelak dapat
diterapkan dalam praktek yang sesungguhnya sehingga tercapai keselarasan antar
teori dan praktek dilapangan sekaligus sebagai media belajar untuk dapat
memecahkan masalah secara ilmiah.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 22/88
5
1.4.2 Manfaat bagi pekerja industri pengolahan batu kapur
Dapat memberikan informasi mengenai kesehatan pam dan faktor risikoyang mempengarui kesehatan pam.
1.4.3 Bagi pemerintah dan instansi terkait
Dapat memberikan masukan kepada pemerintah Kabupaten lember dan
instansi terkait dalam upaya peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja
khususnya pada industri pengolahan batu kapur di Puger.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 23/88
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Debu
Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel
yang melayang di udara (Suspended Particulate Matter/ SPM) dengan ukuran 1
mikron sampai dengan 500 mikron. Debu dihasilkan oleh proses mekanisme
seperti penghancuran batu, pengeboran, peledakan yang dilakukan pada
pertambangan. Dalam kasus pencemaran baik di dalam maupun di luar ruangan,
debu digunakan sebagai indikator untuk menunjukan tingkat bahaya baik terhadap
lingkungan maupun terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Pertikel debu akan
berada di udara dalam waktu yang relatiflama dalam keadaan melayang-layang di
udara kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui pemafasan sehingga
dapat membahayakan kesehatan (Pudjiastuti, 2002).
2.1.1 Macam-macam debu (Pudjiastuti, 2002),
1) Debu Organik
Seperti debu kapas, debu daun-daunan, tembakau, dan sebagainya.
2) Debu Mineral
Merupakan debu yang berasal dari senyawa kompleks seperti debu arang
batu, debu sianida, debu kapur, dan sebagainya
3) Debu Metal
Merupakan debu yang mengandung unsur logam seperti debu timah hitam,
debu arsenik, debu tembaga, dan sebagainya.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 24/88
7
2.1.2 Sifat-sifat debu {Pudjiastuti, 2002)
1) Sifat pengendapan
Sifat debu cenderung selalu mengendap karena adanya gaya gravitasi
bumi.
2) Sifat permukaan basah
Sifat permukaan debu cenderung selalu basah karena dilapisi oleh lapisan
air yang sangat tipis.
3) Sifat Penggumpalan
Karena sifat debu yang selalu basah maka debu satu dengan yang lainnya
cenderung menempel membentuk gumpalan. Tingkat kelembaban di atas
titik saturasi dan adanya turbulensi di udara mempermudah debu
membentuk gumpalan.
4) Sifat listrik statis
Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain yang
berlawanan dengan demikian partikel dalam larutan debu mempercepat
terjadinya penggumpalan.
5) Sifat opsis
Pertikel debu yang basah dan lembab dapat memancarkan sinar yang dapat
terlihat di kamar gelap.
2.1.3 Ambang batas debu (Pudjiastuti, 2002)
Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit pada
saluran pemafasan. Dari hasil penelitian ukuran tersebut dapat mencapai target
organ sebagai berikut:1) Ukuran 5 - 10 mikron akan ditahan oleh saluran pemafasan bagian atas.
2) Ukuran 3 - 5 mikron akan tertahan oleh saluran pemafasan bagian tengah
3) Ukuran 1 - 3 mikron akan sampai dipermukaan alveoli
4) Ukuran 0.5 - 1 mikron akan hinggap di permukaan alveoli dan selaput
lender sehingga menyebabkan fibrosis paru
5) Ukuran 0.1 - 0.5 mikron akan melayang di permukaan alveoli
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 25/88
8
2.2 Batu Kapur
Batu kapur adalah batuan sedimen berj enis khusus yang terbentuk darikerangka hewan-hewan kecil lautan. Batu kapur (gamping) dapat terjadi dengan
beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian
besar batu kapur yang terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari
pengendapan cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau
berasal dari kerangka binatang koral/kerang. Batu kapur dapat berwama putih
susu, abu muda, abu tua, coklat bahkan hitam, tergantung keberadaan mineral
pengotomya (Tekmira, 2005).
Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur
adalah aragonit (CaC03), yang merupakan mineral metastable karena pada kurun
waktu tertentu dapat berubah menjadi kalsit (CaC03). Mineral lainnya yang
umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur atau dolomit, tetapi dalam jumlah
kecil adalah Siderit (FeC03), ankarerit (Ca2MgFe(C03)4), dan magnesit (MgC03)
(Tekmira, 2005).
Penggunaan batu kapur sudah beragam diantaranya untuk bahan kaptan,
bahan campuran bangunan, industri karet dan ban, kertas, dan lain-lain. Batuan
kapur ini sangat penting artinya sebagai bahan dasar dalam industri (Tekmira,
2005)
2.3 Penyakit paru lingkungan
Penyakit paru lingkungan adalah berbagai jenis penyakit paru yang terjadi
akibat individu-individu yang hidup di area lingkungan tertentu menghirup udara
ambien yang telah tercemari oleh bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan
Lingkungan tertentu tadi termasuk tempat kerja bagi para pekerj a suatu pabrik
dimana pabrik tersebut mengeluarkan bahan-bahan yang mencemari lingkungan
kerja. Penyakit paru tertentu dan mempunyai ciri dimana penyakit tersebut
mengalami eksaserbasi atau memberat saat individu berada di temp at kerja dan
berkurang atau hilang saat meninggalkan temp at kerja (Rahmatullah, 2006).
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 26/88
9
Menurut manifestasi klinik penyakit, penyakit paru lingkungan
diklasifikasikan menjadi:
Tabel 2.1 Klasifikasi penyakit paru akibat lingkungan
Jenis Penyakit Paru Lingkungan Agen Penyebab
lritasi saluran napas atas Gas iritan, pelarut (solvent)
Gangguan saluran napas:
a. Asma kerj a
Berat molekul rendah Diisosianat, anhidrid, debu kayu
Allergen asal binatang, latekserat molekul tinggi
b. Byssinosis
c. Efek debu padi
Debu kapas
Debu padi, gandum
Jejas inhalasi akut:
a. Pneumonitis toksik Gas-gas iritan, debu logam
b. Demam uap logam Metal oksida (Zn, Co)
c. Demam uap polimer Plastic
d. Inhalasi asap Produk pembakaran
Pneumonitis hipersensitif Bakteri, jamur, protein hewani
Infeksi paru Tuberculosis. virus, bakteri
Pneumoconiosis Asbes, silica, batu kapur, batu bara,
kobalt
Keganasan:
a. Kanker sinonasal Debukayu
b. Kanker paru Asbestos, beton
c. Mesotelioma asbestos
Sumber: Rahmatullah, P. (2006)
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 27/88
10
2.4 Patogenesis penyakit paru akibat debu
Menurut Rahmatullah (2006), penyakit pam lingkungan yang disebabkanoleh inhalasi kronis debu inorganik ataupun bahan-bahan partikel yang berasal
dari udara lingkungan/ tempat kerja disebut pneumoconiosis. Yang menimbulkan
pneumoconiosis kebanyakan adalah debu: asbes, silica, batu bara, berilium,
bauksit, besil baja dan batu kapur.
Debu inorganik dan bahan partikel terinhalasi akan melekat pada permukaan
mukosa saluran napas (bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveolus)
karena temp at tersebut basah sehingga mudah ditempeli debu. Pam memberikan
respons inflamasi dan fagositosis terhadap debu tadi oleh makrofag alveolus.
Makrofag memfagositosis debu dan membawa partikel debu ke bronkiolus
terminalis. Gerak mukosiliar merupakan salah satu mekanisme pertahanan pam
yaitu dengan membawa partikel debu keluar dari pam. Sebagian partikel debu
diangkut ke pembuluh limfe sampai limfonodi regional di hilus pam.
Debu kapur yang terhirup kedalam pemafasan akan mempengaruhi saluran
nafas menjadi tidak efektif karena CaC03 dan MgC03 yang terkandung dalam
batu kapur dapat mengakibatkan reaksi hipersensitifitas tipe I dimana debu kapur
menempel pada permukaan mukosa saluran nafas disertai dengan media reaksi
immunoglobulin E (JgE) akan mengikat sel mukosa yang akan berakibat sel
mukosa melepaskan bahan vasoaktif termasuk histamin. Reaksi ini akan
mengakibatkan konstriksi bronkus, meningkatnya sekresi mucous dan
meningkatnya permeabilitas kapiler yang secara keseluruhan akan mempersempit
saluran napas. Bila paparan debu banyak, dimana gerak mukosiliar sudah tidak
mampu bekerja, maka debul partikel akan tertumpuk di permukaan mukosa
saluran napas, lama kelamaan akan menj adi anyaman kolagen dan fibrin akibat
proses imun, sehingga saluran pemafasan menjadi kaku sehingga compliance
pam menurun. Sesudah terjadi pneumoconiosis, misalnya paparan debu sudah
berhenti, maka fibrosis pam yang telah terjadi tidak dapat hilang. Oleh karena itu
debu inorganik dapat menimbulkan inflamasi kronis yang dapat mengakibatkan
penyakit obstruksi pam.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 28/88
11
2.5 Anatomi sistem pernafasan manusia
Salman penghantar udara hingga mencapai paru - paru adalah hidung, faring,laring, trakhea, bronkus, dan bronkiolus. Salman pemapasan dari hidung sampai
bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia. Permukaan epitel diliputi
oleh lapisan mukus yang disekresi oleh sel goblet dan kelenjar serosa (Ganong,
2002).
Dari rongga hidung udara menuju ke faring kemudian menuju ke laring yang
merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan
mengandung pita suara. Di antara pita suara terdapat glotis yang merupakan
pemisah antara saluran pemapasan bagian atas dan bawah. Setelah melalui hidung
dan faring, tempat udara pemapasan dihangatkan dan dilembabkan, udara
inspirasi berjalan menuruni trakhea, bronkus, bronkiolus, bronkiolus terminalis,
bronkiolus respiratorius, dan duktus alveolaris sampai ke alveoli yang dikelilingi
oleh pembuluh kapiler paru (Ganong, 2002).
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar, merupakan kelanjutan dari
trakhea yang arahnya hampir vertikal. Sebaliknya bronkus utama kiri lebih
panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan trachea dengan sudut yang lebih
tajam (Sylvia A. P., 1995)
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus
lobaris dan kemudian bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus
menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai akhimya menjadi
bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli
(kantung udara). Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus
terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah
sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru - paru (Ganong, 2002)
Setelah bronkiolus terminalis terdapat alveolus, yaitu ruang berbentuk
hexagonal dengan lubang besar untuk keluar masuk udara yang memiliki dinding
tipis dan berhubungan dengan alveoli lainnya, hubungan antar dinding ini disebut
septum interalveolare. Terdiri atas sel tipe I, II, endotel dan alveolar makrofag. Sel
tipe II menghasilkan suatu zat yang sangat penting untuk membantu mengurangi
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 29/88
12
permukaan alveolus agar alveolus mudah dikembangkan yang disebut surfaktan
(Elfiah, 2008).
Gambar 2.1 Anatomi pam dan trakea pada manusia
2.6 Fisiologi organ pernafasan manusia
Pemafasan pam-pam merupakan proses pertukaran oksigen dan
karbondioksida yang terjadi pada pam-pam. Pada waktu bemafas oksigen diambil
melalui hidung dan mulut, O2 masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli
dan erat hubungannya dengan darah di dalam kapiler pulmonalis (Ganong, 2002).
Menurut Ganon (2002), proses respirasi dibagi atas 4 tahap utama, yaitu
ventilasi, difusi, perfusi dan pengaturan sistem pemafasan
1. Ventilasi pulmonal
Adalah pertukaran masuk dan keluamya udara dalam pam. Frekuensi napas
normal 12 - 15 xl menit. Pada orang dewasa setiap satu kali napas (tidal volume
Vt) udara masuk 500 cc atau 10 mllkg BB. Sehingga setiap menit udara masuk ke
sistem napas 6 - 8 liter (minute volume, MV). Udara yang sampai ke alveoli
disebut Ventilasi Alveolar (VA). Ventilasi Alveolar lebih kecil dari minute
volume, karena sebagian udara di jalan napas tidak ikut pertukaran gas (Dead
Space).
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 30/88
13
2. Difusi
Adalah perpindahan O2 dari alveoli ke dalam darah dan keluamya CO2 dari
darah ke alveoli. Difusi 02 berjalan lancar bila alveoli mengembang baik dari
jarak difusi trans-membran pendek. Edema menyebabkanjarak difusi 02 menjauh
hingga kadar O2 dalam darah menurun (hipoxemia). Difusi CO2 tidak pemah
terganggu karena kapasitas difusi CO2 jauh lebih besar daripada O2.
3. Perfusi
Adalah distribusi darah yang membawa 02 ke dalam jaringan pam - pam.
Aliran darah di kapiler pam ikut menentukan jumlah O2 yang dapat diangkut.
Masalah timbul jika terjadi ketidak - seimbangan antara ventilasi alveolar (VA)
dengan perfusi (Q) sehingga dapat terj adi :
1). Ventilasi normal, perfusi normal ~ semua 02 diambil darah.
2). Ventilasi normal, perfusi kurang ~ ventilasi berlebihan, tak semua O2
sempat diambil unit ini dinamai " dead space" yang terjadi pada shock
dan emboli pam.
3). Ventilasi berkurang ~ perfusi normal. Darah tidak mendapat cukup O2
(desaturasi) unit ini disebut " Shunt ". Terjadi pada atelektasis, edema
pam, ARDS, dan aspirasi cairan.
4). Silent unit: tidak ada ventilasi dan perfusi.
4. Pengaturan sistem penafasan
Pemafasan diatur oleh dua mekanisme yang terpisah. Mekanisme pertama
berperan pada kendali pemafasan volunter yang berpusat di korteks cerebri
dengan penghantaran impuls melalui jaras kortikospinal, sedangkan mekanisme
lainnya mengendalikan pemafasan secara otomatis yang berpusat pada pons dan
medula oblongata.
Baik peningkatan PC02 atau konsentrasi H+ darah arteri maupun
penurunan P02 akan memperbesar derajat aktifitas neuron pemafasan di medula
oblongata, sedangkan perubahan ke arah yang berlawanan mengakibatkan efek
inhibisi ringan.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 31/88
14
2.7 Volume dan kapasitas paru
2.7.1 Volume Pam
Menurut Guyton (2007), terdapat empat jenis volume pam yang masing -
masing berdiri sendiri - sendiri, tidak saling tercampur. Arti dari masing - masing
volume pam tersebut adalah sebagai berikut :
1). Volume Alun nafas (tidal volume)
Adalah jumlah udara yang dihisap atau dihembuskan dalam satu siklus
napas normal. Alun napas waktu istirahat lebih kecil dari pada waktu kerja. Makin
berat kerjanya, makin besar alun napas. Besamya ± 500 ml pada rata - rata orang
dewasa.
2). Volume Cadangan inspirasi,
Adalah jumlah maksimal udara yang masih dapat dihirup sesudah akhir
inspirasi tenang. Biasanya mencapai 3.000 ml.
3). Volume Cadangan ekspirasi
Adalah jumlah maksimal udara yang masih dapat dihembuskan sesudah
akhir ekspirasi tenang. Pada pemapasan tenang, ekspirasi terjadi secara pasif,tidak ada otot ekspirasi yang bekerja. Ekspirasi hanya terjadi oleh daya lenting
dinding dada dan jaringan pam. Posisi rongga dada dan pam pada akhir ekspirasi
ini merupakan posisi istirahat. Bila dari posisi istirahat ini dilakukan gerak
ekspirasi sekuat - kuatnya sampai maksimal, udara cadangan ekspirasi itulah yang
keluar. Singkatnya volume cadangan respirasi adalah volume udara yang masih
tetap dalam pam setelah ekspirasi yang paling kuat jumlahnya ± 1.100 ml.
4). Volume residu
Adalah jumlah udara yang masih ada di dalam pam sesudah melakukan
ekspirasi maksimal atau ekspirasi yang paling kuat, volume tersebut jumlahnya ±
1.200 ml.
2.7.2 Kapasitas pam
Menurut Guyton (2007), kapasitas pam merupakan kombinasi dari dua
atau lebih nilai volume pam. Kapasitas pam meliputi:
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 32/88
15
1). Kapasitas Paru Total (TLC)
Merupakan volume maksimal dimana paru dapat dikembangkan
sebesar mungkin dengan inspirasi paksa yaitu ± 5800ml. jumlah ini sarna
dengan kapasitas vital ditambah volume residu.
2). Kapasitas Vital (VC)
Merupakan jumlah maksimal udara yang dapat dikeluarkan
seseorang dari paru dengan sekuat - kuatnya setelah terlebih dahulu
mengisi paru secara maksimal dan kemudian mengeluarkan dengan
maksimal ± 4.600 ml.
3). Kapasitas Inspirasi (IC)
Merupakan jumlah maksimal udara yang dapat dihirup oleh
seseorang sebesar ± 3.500 ml dari posisi istirahat (akhir ekspirasi tenang /
normal) sampai jumlah maksimal.
4). Kapasitas Residu Fungsional (FRC)
Merupakan jumlah udara yang masih tertinggal / tersisa dalam paru
pada posisi istirahat atau akhir respirasi normal sebesar ± 2.300 ml.
2.8 Pemeriksaan kapasitas paru
Pemeriksaan dengan spirometer ini adalah tes yang berhubungan dengan
fungsi ventilasi paru-paru dan dinding dada. Hasil dari tes fungsi paru ini tidak
dapat untuk mendiagnosis suatu penyakit paru-paru tapi hanya memberikan
gambaran gangguan fungsi paru yang dapat dibedakan atas kelainan ventilasi
obstruksi dan restriksi. Kelainan obstruktif adalah setiap keadaan hambatan aliran
udara karena adanya sumbatan atau penyempitan saluran nafas. Sedangkan
gangguan restriktif adalah gangguan pada paru yang menyebabkan kekakuan paru
sehingga membatasi pengembangan paru-paru. Kelainan obstruktif akan
mempengaruhi ekspirasi sedangkan gangguan restriktif mempengaruhi
kemampuan inspirasi (Guyton, 2007).
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 33/88
16
Dengan menggunakan spirometer akan diketahui adanya kelainan paru
berupa obstruksi maupun restriksi, yaitu dilihat dari parameter FEVl dan FVC.
1) Force Expiratory Volume I second (FEVl)
Adalah volume ekspirasi paksa detik pertama adalah jumlah udara
yang dapat dikeluarkan sebanyak - banyaknya dalam 1 detik pertama pada
waktu ekspirasi maksimal setelah inspirasi maksimal
2) Force Vital Capacity (FVC)
Adalah volume ekspirasi maksimal setelah inspirasi maksimal
yang dikeluarkan secara paksa dan cepat.
Tabel2.2 Klasifikasi derajat restriktifparu
Nilai Normal • FVC = 80 % atau lebih dari harga standard
Restriksi
• Restriksi ringan • 80 % > FVC > 60% dari harga standart
• Restriksi sedang • 60 % > FVC > 50 % dari harga standart
• Restriksi berat • 50 % > FVC > 40 % dari harga standart
• Restriksi sangat berat • FVC < 40 % dari harga standart
Sumber : Prasetyo, A. (2007)
Tabel2.3 Klasifikasi derajat obstruksi paru
Nilai Normal • FEV1 = 75 % atau lebih dari harga standart
Obstruksi
• Obstruksi ringan
• Obstruksi sedang
• Obstruksi berat
• 75 % > FEV1 > 60 % dari harga standart
• 60 % > FEV1 > 50 % dari harga standart
• 50 % > FEV1 > 40 % dari harga standart
• Obstruksi sangat berat • FEV1 < 40 % dari harga standart
Sumber : Prasetyo, A. (2007)
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 34/88
17
2.9 Faktor risiko gangguan fungsi paru
Menurut Mila, S. (2006), faktor - faktor yang mempengaruhi gangguan fungsiparu meliputi mas a kerja, kebiasaan penggunaan masker, umur, kebiasaan
merokok, kebiasaan olahraga, dan riwayat penyakit paru.
2.9.1 Masa Kerja
Setiap kegiatan industri selalu menggunakan teknologi baik teknologi
yang canggih ataupun sederhana. Efek samping penggunaan teknologi dapat
mengganggu tatanan kehidupan dan lingkungan hidup, khususnya penggunaan
teknologi yang dapat berdampak negatif pada tenaga kerja. Pekerja yang
berada pada lingkungan kerja dengan kadar debu tinggi dalam waktu lama
memiliki risiko tinggi terkena obstruksi paru. Berdasarkan studi menunjukkan
bahwa masa kerja lebih dari 10 tahun mempunyai risiko terjadinya obstruksi
paru pada pekerja industri yang berdebu (Faidawati, 2003).
2.9.2 Kebiasaan penggunaan APD (masker)
Kebiasaan memakai masker oleh pekerja di industri yang udaranya banyak
mengandung debu, dimaksudkan sebagai upaya untuk mengurangi masuknya
partikel debu ke saluran pemafasan. Dengan mengenakan masker, diharapkan
pekerja terlindungi dari kemungkinan terjadinya gangguan pemafasan akibat
terpapar udara yang kadar debunya tinggi. Walaupun demikian tidak ada j aminan
bahwa dengan mengenakan masker seorang pekerj a di industri akan terhindar
kemungkinan terjadinya gangguan pemafasan (Budiono, 2003)
Masker yang tepat bagi tenaga kerj a yang berada pada lingkungan kerj a
dengan paparan debu berkonsentrasi tinggi adalah :
1). Masker untuk melindungi debu atau partikel - partikel yang lebih kasar
masuk ke dalam saluran pemapasan, terbuat dari bahan kain dengan
ukuran pori - pori tertentu.
2). Respirator pemumi udara, membersihkan udara dengan cara menyaring
atau menyerap kontaminan toksisitas rendah sebelum memasuki sistem
pemapasan.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 35/88
18
2.9.3 Umur tenaga kerja
Menurut Suyono (2001), umur merupakan variabel yang penting dalam hal
terjadinya gangguan fungsi paru. Semakin bertambahnya umur, terutama yang
disertai dengan kondisi lingkungan yang buruk serta kemungkinan terkena suatu
penyakit, maka kemungkinan terjadinya penurunan fungsi paru dapat terjadi lebih
besar. Seiring dengan pertambahan umur, kapasitas paru juga akan menurun.
Secara fisiologis dengan bertambahnya umur maka kemampuan organ-organ
tubuh akan mengalami penurunan secara alamiah tidak terkecuali kapasitas vital
paru.
Kapasitas paru orang berumur 30 tahun ke atas rata-rata 3.000 ml sampai
3.500 ml, dan pada orang yang berusia 50 tahun ke atas kapasitas paru kurang dari
3.000 ml. Menurunnya kapasitas paru secara fisiologis tersebut akibat dari:
a. Kekakuan dinding dada.
b. Penurunan daya pegas (recoi!).
c. Penurunan respon mukosilier.
d. Perubahan imunitas selluler dan humoral.
e. Menurunnya reflek batuk.
2.9.4 Kebiasaan merokok
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur, fungsi saluran napas dan
j aringan paru - paru. Asap rokok akan mengakibatkan peningkatan sekresi cairan
dalam cabang bronkus dan pembengkakan (metaplasia) lapisan epitel. Selain itu
kandungan nikotin yang terdapat dalam rokok akan mengakibatkan rusaknya silia
pada sel epitel, sehingga banyak debris berakumulasi dalam jalan nafas. Nikotin
juga mengakibatkan konstriksi bronkiolus terminalis yang akan mengakibatkan
resistensi aliran udara kedalam dan keluar paru - paru (Guyton, 2007).
Penelitian di Amerika menunjukkan hasil adanya hubungan dose respan
antara kebiasaan merokok dengan rendahnya level FEVl/ FVC. lumlah konsumsi
rokok sebanyak 10 batang perhari ditemukan berhubungan dengan penurunan
FEV 25-75% dibanding dengan orang yang tidak pemah merokok (Gold et al,
2005).
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 36/88
19
2.9.5 Kebiasaan berolahraga
Kapasitas paru dapat dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang melakukan
olahraga. Pada olahraga terdapat satu unsur pokok yang penting dalam kesegaran
jasmani, yaitu fungsi pemapasan. Berolah raga secara rutin minimal 3-4x dalam
seminggu dapat meningkatkan aliran darah melalui paru yang akan menyebabkan
kapiler paru mendapatkan perfusi maksimum, sehingga O2 dapat berdifusi ke
dalam kapiler paru dengan volume lebih besar atau maksimum. Selain itu
olahraga juga mempengaruhi peningkatan V02 max sekitar 10% (Guyton, 2007).
2.9.6 Riwayat penyakit
Dalam beberapa penelitian diperoleh hasil bahwa seseorang yang
mempunyai riwayat menderita penyakit paru berhubungan secara bermakna
dengan terjadinya gangguan fungsi paru. Dari hasil penelitian diperoleh hasil
bahwa pekerja yang mempunyai riwayat penyakit paru mempunyai risiko 2 kali
lebih besar untuk mengalami gangguan fungsi paru (Soedjono, 2002).
Kekuatan otot-otot pemafasan seseorang yang pemah mengidap penyakit
paru cenderung akan melemah sehingga dapat mempengaruhi kapasitas paru.
Selain itu juga terjadi perubahan struktur anatomi dan fisiologi paru yang
disebabkan fibrosis pada saluran pemafasan maupun parenkim paru (Ganong,
2002).
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 37/88
2.10 Kerangka konsep penelitian
Masa Kerja
Kebiasaan
berolahraga
Riwayat
penggunaan
masker
D'~-----...../
Paparan debu batu
kapur
20
Umur tenaga
kerja
Inhalasi debu olehpekerja pengolahan
batu kapur
Riwayat penyakit
paru
Gangguan fungsiparu
...._ Riwayat merokok,.--------------,I Jenis Kelamin :I II
I
,-------------;
Gambar 2.2 Kerangka konsep penelitian
Kerangka konsep diatas dapat dijelaskan bahwa inhalasi debu kapur ke
dalam pam dan dipengaruhi oleh faktor-faktor risiko akan mengakibatkan
gangguan fungsi pam pada pekerja pengolahan batu kapur.
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu, variabel independen:
umur tenaga kerja, masa kerja, riwayat penyakit pam, riwayat merokok, riwayat
berolahraga, kebiasan penggunaan masker sedangkan yang sebagai variabel
dependen adalah gangguan fungsi pam. variabel jenis kelamin tidak diteliti
karena dalam survei pendahuluan diketahui bahwa seluruh pekerja pengolahan
batu kapur adalah laki-laki.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 38/88
21
2.11 Hipotesis
Berdasarkan landasan teori, maka hipotesis yang diajukan adalah:
Variabel mas a kerja, umur, kebiasaan merokok, kebiasaan berolahraga,
riwayat penyakit paru, dan riwayat penggunaan masker merupakan faktor risiko
yang berpengaruh terhadap gangguan fungsi paru pada pekerja pengolahan batu
kapur di Desa Grenden Kecamatan Puger Kabupaten lember.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 39/88
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan menggunakan
desain kasus kontrol (case control study) yaitu penelusuran retrospektif. Dengan
kata lain efek yang ada diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko
diidentifikasi ada atau terjadinya pada waktu yang lalu menggunakan metode
kuisioner (Notoatmodjo, 2010).
Desain ini dipilih dengan mempertimbangkan dapat digunakan untuk
mencari hubungan seberapa jauh faktor risiko mempengaruhi terjadinya penyakit
(efek). Keuntungan dari desain case control adalah adanya pembatasan
pengendalian faktor risiko sehingga hasil penelitian lebih tajam dibanding dengan
hasil rancangan cross sectional, biayanya lebih murah, cepat memberikan hasil
dan tidak memerlukan sampel yang besar (Notoatmodjo, 2010).
Rancangan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:
Populasi
(Sampel)
+ +Pekerja dengan kapasitas Pekerja dengan kapasitas
paru yang terganggu paru normal(Kasus) (Kontrol)
I I
• • • •Faktor Faktor Faktor Faktor
risiko (+) risiko (-) risiko (+) risiko (-)
Gambar 3.1 Desain studi case control
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 40/88
23
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kawasan pengolahan batu kapur Desa
Grenden, Kecamatan Puger, Kabupaten 1ember pada bulan April 2011.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Pekerja pengolahan batu kapur di Desa Grenden, Kecamatan Puger,
Kabupaten lember tahun 2010, yaitu sebanyak 637 orang.
3.3.2 Sampel
Metode sampling yang digunakan untuk penelitian kasus control ini
menggunakan metode Non random sampling dimana pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling yang didasarkan pada suatu pertimbangan
tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri yaitu sampel yang memenuhi kriteria
inklusi.
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian dapat
mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Kasus:
1. Pekerja pengolahan batu kapur dengan kapasitas fungsi
paru FVC < 80% dan FEV! < 75%
11. Pekerja pengolahan batu kapur yang bersedia menjadi
sampel penelitian.
111. Pekerja pengolahan batu kapur yang tidak memiliki bibir
sumbing.
IV. Pekerja pengolahan batu kapur yang tidak sedang sakit
saluran pemafasan.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 41/88
24
b. Kontrol:
1. Pekerja pengolahan batu kapur dengan kapasitas fungsi
paru FVC > 80% dan FEV! > 75%
11. Pekerja pengolahan batu kapur yang bersedia menjadi
sampel penelitian.
111. Pekerja pengolahan batu kapur yang tidak memiliki bibir
sumbing.
IV. Pekerja pengolahan batu kapur yang tidak sedang sakit
saluran pemafasan.
2. Kriteria eksklusi :
1. Pekerja pengolahan batu kapur yang tidak bersedia menjadi
sampel penelitian
11. Pekerja batu kapur yang tidak dapat ditemui saat dilakukan
penelitian
111. Pekerja yang memiliki bibir sumbing.
IV. Pekerja yang sedang sakit saluran pemafasan.
3.3.3 Besar Sampel
lumlah sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus Slovin
(Umar, 2004) sebagai berikut:
Nn=
Keterangan:
n = lumlah sampel penelitian
N = lumlah populasi
e = presentase ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang
masih dapat diinginkan. Presentase yang digunakan adalah 10%.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 42/88
25
Nn=-----
637
n = = 86,43 (dibulatkan menjadi 86 sampel)2
1 + 637.0,1
Jadi dengan rumus tersebut maka diperoleh besar sampel 86 orang.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kapasitas pam pekerj a
pengolahan batu kapur di wilayah Desa Grenden Kecamatan Puger Kabupaten
lember. Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini meliputi:
a. masa kerja
b. umur tenaga kerj a
c. riwayat penyakit pam
d. riwayat merokok
e. kebiasaan berolahraga
f. riwayat penggunaan masker
3.5 Definisi Operasional
a. Gangguan fungsi pam
Kondisi dimana kapasitas pam seseorang menurun yang dinilai dengan
paramenter perbandingan antara FVC dan FEVl.
a) Kapasitas pam dikatakan:
1. Normaljika prediksi FVC > 80% dan FEVl > 75%.
11. Obstruksi apabila FEVl < 75%
111. Restriksi apabila FVC < 80%
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 43/88
26
b) Standar FVC adalah:
Laki-laki = -5.44+0.061 x Umur + 0.048 x TB + 1.62 x C -
0.074 x C x Umur
Perempuan = -3.37 + 0,028 x Umur + 0.036 x TB + 1.00 x C -
0.0458 x C x Umur
c) Standar FEV! adalah:
Laki-laki = -4.002 + 0.048 x Umur + 0.039 x TB + 1.49 x C -
0.074 x C x Umur
Perempuan = -2.39 + 0,017 x Umur + 0.029 x TB + 0.85 x C -
0.039 x C x Umur.
Keterangan:
FVC dan FEV! dalam liter, Tinggi Badan (TB) dalam em, Umur dalam
tahun, C=O bila umur kurang dari 21 tahun dan C=1 bila umur lebih dari
21 tahun (Prasetyo A. 2005)
b. Masa kerja
Lamanya pekerj a mulai bekerj a pada pengolahan batu kapur hingga
penelitian dilaksanakan. Variabel masa kerja dikategorikan lebih! kurang
dari 10 tahun.
c. Umur
Usia pekerja sampai dengan penelitian dilaksanakan. Variabel USia
Dikategorikan lebih! kurang dari 30 tahun.
d. Riwayat penyakit pam
Kondisi penyakit pam yang pemah diderita oleh pekerja pada waktu
lamp au.
e. Riwayat merokok
Kebiasaan pekerja menghirup asap yang dihasilkan dari rokok.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 44/88
27
f. Kebiasaan berolahraga
Kebiasaan pekerja dalam berolahraga secara teratur minimal 3-4x dalam
seminggu, dan bentuk olahraga adalah diluar kegiatan rutin yang
dilakukan di temp at pengolahan batu kapur.
g. Kebiasaan menggunakan masker
Kebiasaan menggunakan masker atau alat untuk melindungi pemafasan
sewaktu bekerj a.
3.6 Instrumen Penelitian1. Pengukuran Kapasitas Paru
Kapasitas paru pekerja diukur menggunakan spirometer.
a. Persiapan responden
Menerangkan kepada responden tentang cara bekerjanya alat, dan
perintah - perintah yang harus dilaksanakan.
b. Demonstrasi kepada responden
Agar pemeriksaan dapat berjalan dengan baik dan benar, peneliti
mendemonstrasikan bagaimana cara pemeriksaan kapasitas paru terlebih
dahulu di hadapan responden.
c.Pemeriksaan tinggi badan dan berat badan responden.
d. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan dilakukan dengan cara berdiri.
2) Pengukuran FVC, yaitu dengan cara inspirasi maksimum kemudian
diikuti ekspirasi maksimum selama mungkin.
3) Pengukuran FEV1, yaitu dengan inspirasi maksimum, kemudian
diikuri ekspirasi maksimum selama 1 detik.
2. Pengukuran variabel umur, riwayat penyakit paru, masa kerja, kebiasaan
merokok, kebiasaan memakai masker, dan kebiasaan berolahraga, diukur
dengan melakukan wawancara kepada responden dengan instrumen
kuisoner.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 45/88
3.7 Alur Penelitian
Survei Pendahuluan:
1. Lokasi
2. Perijinan
3. Peralatan
28
3.8 Analisis Data
Dari hasil penelitian, data dianalisis menggunakan SPSS, yang
meliputi:
Pelaksanaan Penelitian:
1. Pemberitahuan kepada sampel penelitian
2. Pengukuran kapasitas pam sampel
penelitian
3. Wawancara kepada sampel penelitian
dengan instrumen kuisoner
1. Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan
karakterisktik setiap variabel penelitian. Analisis univariat akan
menghasilkan dsitribusi frekuensi dan persentase dari setiap
variabel.
Pengolahan data:
1. Analisis data
2. Penyajian data
Gambar 3.2 Alur penelitian
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 46/88
29
2. Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui korelasi dari
dua variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Uji
statistik yang digunakan adalah uji Chi Square.
3. Multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan
lebih dari satu variabel independen dengan satu variabel dependen.
Uji statistik yang digunakan adalah regresi logistic, uji regresi
logistic juga dapat digunakan untuk mengetahui variabel
independen mana yang lebih erat hubungannya dengan variabel
dependen.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 47/88
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HasH Penelitian
4.1.1 Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian.
Tabel4.1 Distribusi frekuensi sampelpenelitian berdasarkan kelompok case - control
Kelompok Frekuensi Persentase (%)
Case 57
29
66.3
33.7ontrol
Total 86 100
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi kelompok case berdasarkan kapasitas paru sampel
penelitian
Kelompok Frekuensi Persentase (%)
Obstruksi
Restriksi
28
12
17
49.1
21.1
29.8ampuran
Total 57 100
Berdasarkan tabel 4.1 dan tabel 4.2 diketahui bahwa dari 86 responden,
sebanyak 66.3 % merupakan kelompok case, sedangkan hanya 33.7 % yang
merupakan kelompok control. Kemudian dari semua kelompok case yang
mengalami gangguan obstruksi sebanyak 49.1%, yang mengalami gangguan
restriksi sebanyak 21.1 %, dan yang mengalami gangguan obstruksi maupun
restriksi (campuran) sebanyak 29.8%.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 48/88
31
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi berdasarkan USIa, masa kerja, kebiasaan
menggunakanmasker, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, riwayat
penyakit paru
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Usia
< 30 Tahun
> 30 Tahun
40
46
46.5
53.5
Masa Kerja
< 10 Tahun
> 10 Tahun
41
45
47.7
52.3
Kebiasaan Menggunakan
Masker
Ya38
48
44.2
55.8Tidak
Kebiasaan Berolahraga
Ya 37
49
43
57idak
Kebiasaan Merokok
Ya 46
40
53.5
46.5idak
Riwayat Penyakit
Ada Riwayat
Tidak Ada Riwayat
38
48
44.2
55.8
Untuk mempermudah penjelasan dari tabel 4.2 maka akan disajikan
dengan bentuk diagram sebagai berikut:
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 49/88
32
• > 30 Tahun • < 30 Tahun
Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Usia Pekerja
Gambar 4.1 Diagram pie distribusi frekuensi berdasarkan usia pekerja
Dari gambar 4.1 diatas dapat diketahui bahwa responden yang berumur
lebih dari 30 tahun berjumlah lebih tinggi yaitu 53.5%, dibanding dengan
responden yang berumur kurang dari 30 tahun yaitu 46.5%.
• > 10Tahun • < 10Tahun
Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Masa kerja
Gambar 4.2 Diagram pie distribusi frekuensi berdasarkan masa kerja
Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai masa
kerja lebih dari 10 tahun berjumlah lebih tinggi yaitu 52,3%, dibanding dengan
responden yang mempunyai masa kerja kurang dari 10 tahun yaitu 47,7%.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 50/88
33
.Va .Tidak
Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Kebiasaan Menggunakan Masker
Gambar 4.3 Diagram pie distribusi frekuensi berdasarkan kebiasaan menggunakan
masker
Dari gambar 4.3 dapat diketahui bahwa responden yang tidak
menggunakan masker sewaktu bekerja lebih tinggi yaitu 55,8%, dibanding dengan
responden yang menggunakan masker sewaktu bekerja yaitu 44.2%.
• Ya • Tidak
Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Kebiasaan Berolahraga
Gambar 4.4 Diagram pie distribusi frekuensi berdasarkan kebiasaan berolahraga
Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa responden yang tidak memiliki
kebiasaan berolahraga lebih tinggi yaitu 57%, dibanding dengan responden yang
memiliki kebiasaan berolahraga yaitu 43%.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 51/88
34
• Va • Tidak
Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Kebiasaan Merokok
Gambar 4.5 Diagram pie distribusi frekuensi berdasarkan kebiasaan merokok
Dari gambar 4.5 dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai
kebiasaan merokok lebih tinggi yaitu 53.5%, dibanding dengan responden yang
tidak mempunyai kebiasaan merokok yaitu 46.5%.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Riwayat Penyakit Paru
• Ada Riwayat • Tidak Ada Riwayat
Gambar 4.6 Diagram pie distribusi frekuensi berdasarkan riwayat penyakit pam
Dari gambar 4.6 dapat diketahui bahwa responden tanpa riwayat penyakit
pam lebih tinggi yaitu 55.8%, dibanding dengan responden yang tidak memiliki
riwayat penyakit pam yaitu 44.2%.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 52/88
35
4.1.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui
hubungan antara faktor-faktor risiko (variabel independen) dengan gangguan
fungsi paru (variabel dependen). Adanya hubungan antara faktor risiko dengan
gangguan fungsi paru ditunjukkan dengan nilai p < 0,05. Analisis ini merupakan
langkah awal untuk analisis multivariat. Berikut ini rincian dari analisis bivariat.
1. Hubungan antara faktor risiko usia dengan gangguan fungsi paru.
Tabel 4.4 Distribusi case - control berdasarkan usia pekerja pengolahan batu kapur,desa grenden, tahun 2011
Control Case Odds 95% ConfidenceUsia Pekerja
IntervalP value
N % N % Ratio
> 30 Tahun 9 31 37 65
< 30 Tahun 20 69 20 35 4.111 1.6 - 10.7 0.003
Total 29 100 57 100
Dari semua responden yang termasuk dalam kelompok case, sebanyak
65% yang berusia lebih dari 30 tahun, sedangkan dari semua responden yang
termasuk dalam kelompok control hanya 31%, yang berusia lebih dari 30 tahun.
Hasil uji Chi-Square didapatkan p sebesar 0.003, jadi secara statistik terdapat
hubungan yang bermakna antara variabel usia dengan gangguan fungsi paru.
Pekerja dengan usia lebih dari 30 tahun memiliki risiko 4.1 kali untuk mengalami
gangguan fungsi paru dibandingkan dengan pekerja yang berusia kurang dari 30
tahun (OR=4.111, 95% CI= 1.6-10.7).
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 53/88
36
2. Hubungan faktor risiko mas a kerja dengan gangguan fungsi pam.
Tabel 4.5 Distribusi case - control berdasarkan masa kerja pekerja pengolahan batukapur, desa grenden, tahun 2011
Control CaseMasa KeIja
N % N %
> 10 Tahun 8 27.6 37 65
< 10 Tahun 21 72.4 20 35
Total 29 100 57 100
Odds 95% ConfidenceP value
IntervalRatio
4.856 1.8 - 12.9 0.001
Dari semua responden yang termasuk dalam kelompok case, sebanyak
65% yang memiliki masa kerja lebih dari 10 tahun, sedangkan dari semua
responden yang termasuk dalam kelompok control hanya 27.6%, yang memiliki
masa kerja lebih dari 10 tahun. Hasil uji Chi-Square didapatkan p sebesar 0.001,
j adi secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara variabel masa kerj a
dengan gangguan fungsi pam. Pekerja dengan masa kerja lebih dari 10 tahun
memiliki risiko 4.9 kali untuk mengalami gangguan fungsi pam dibandingkan
dengan pekerja yang memiliki masa kerja kurang dari 10 tahun (OR=4.856, 95%
CI= 1.8-12.9).
3. Hubungan faktor risiko kebiasaan menggunakan masker dengan gangguan
fungsi pam.
Tabel 4.6 Distribusi case - control berdasarkan kebiasaan menggunakan masker pada
pekerja pengolahan batu kapur, desa grenden, tahun 2011
Kebiasaan Control Case Odds 95% ConfidenceMenggunakan
IntervalP value
Masker N % N % Ratio
Ya 12 41.4 26 45.6
Tidak 17 58.6 31 54.4 1.188 0.5 -2.9 0.709
Total 29 100 57 100
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 54/88
37
Dari semua responden yang termasuk dalam kelompok case, sebanyak
45.6% yang memiliki kebiasaan menggunakan masker, sedangkan dari semua
responden yang termasuk dalam kelompok control sebanyak 41.4%, yang
memiliki kebiasaan menggunakan masker. Hasil uji Chi-Square didapatkan p
sebesar 0.709, jadi secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
variabel kebiasaan menggunakan masker dengan gangguan fungsi pam.
4. Hubungan faktor risiko kebiasaan berolahraga dengan gangguan fungsi pam.
Tabel 4.7 Distribusi case - control berdasarkan kebiasaan berolahraga pada pekerja
pengolahan batu kapur, desa grenden, tahun 2011
KebiasaanControl Case Odds 95% Confidence
P valueBerolahraga N % N % Ratio
Interval
Ya 13 44.8 24 42.1
Tidak 16 55.2 33 57.9 0.895 0.4 - 2.2 0.810
Total 29 100 57 100
Dari semua responden yang termasuk dalam kelompok case, sebanyak 42.1%
yang memiliki kebiasaan berolahraga, sedangkan dari semua responden yang
termasuk dalam kelompok control sebersar 44.8%, yang memiliki kebiasaan
berolahraga. Hasil uji Chi-Square didapatkan p sebesar 0.810, jadi secara statistik
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel kebiasaan berolahraga
dengan gangguan fungsi pam.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 55/88
38
5. Hubungan faktor risiko kebiasaan merokok dengan gangguan fungsi pam.
Tabel 4.8 Distribusi case - control berdasarkan kebiasaan merokok pada pekerjapengolahan batu kapur, desa grenden, tahun 2011
KebiasaanControl Case Odds 95% Confidence
P valueMerokok N % N % Ratio
Interval
Ya 10 34.5 36 63.2
Tidak 19 65.5 21 36.8 3.257 1.3 - 8.3 0.012
Total 29 100 57 100
Dari semua responden yang termasuk dalam kelompok case, sebanyak
63.2% yang memiliki kebiasaan merokok, sedangkan dari semua responden yang
termasuk dalam kelompok control hanya 34.5%, yang memiliki kebiasaan
merokok. Hasil uji Chi-Square didapatkan p sebesar 0.012, jadi secara statistik
terdapat hubungan yang bermakna antara variabel kebiasaan merokok dengan
gangguan fungsi pam. Pekerja dengan kebiasaan merokok memiliki risiko 3.3 kaliuntuk mengalami gangguan fungsi pam dibandingkan dengan pekerj a tidak
memiliki kebiasaan merokok (OR=3.257, 95% CI= 1.3-8.3).
6. Hubungan riwayat penyakit pam dengan gangguan fungsi pam.
Tabel 4.9 Distribusi case - control berdasarkan riwayat penyakit paru pada pekerja
pengolahan batu kapur, desa grenden, tahun 2011
RiwayatControl Case Odds 95% Confidence
P valuePenyakit Pam N % N % Ratio
Interval
Ada riwayat5 17.2 33 57.9
TidakAda24 82.8 24 42.1 6.6 2.2 - 19.8 0.000
Riwayat
Total 29 100 57 100
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 56/88
39
Dari semua responden yang termasuk dalam kelompok case, sebanyak
57.9% yang mempunyai riwayat penyakit pam, sedangkan dari semua responden
yang termasuk dalam kelompok control hanya 17.2%, yang mempunyai riwayat
penyakit pam. Hasil uji Chi-Square didapatkan p sebesar 0.000, jadi secara
statistik terdapat hubungan yang bermakna antara variabel riwayat penyakit pam
dengan gangguan fungsi pam. Pekerja dengan riwayat penyakit pam memiliki
risiko 6.6 kali untuk mengalami gangguan fungsi pam dibandingkan dengan
pekerja yang tidak memiliki riwayat penyakit pam (OR=6.6, 95% CI= 2.2-19.8).
Tabe14.10 Rangkuman analisis bivariat variabel bebas terhadap gangguan fungsi pam
No Variabel Bebas OR 95%CI p value Keterangan
1. Usia Pekerja 4.111 1.6-10.7 0.003Ada
Hubungan
2. Masa KeIja 4.856 1.8-12.9 0.001Ada
Hubungan
3. Penggunaan Masker 1.188 0.5-2.9 0.709TidakAda
Hubungan
4.Kebiasaan
0.895 04-2.2 0.810TidakAda
Berolahraga Hubungan
5. Kebiasaan Merokok 3.257 1.3-8.3 0.012Ada
Hubungan
6.Riwayat Penyakit
6.6 2.2-19.8 0.000Ada
Pam Hubungan
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 57/88
40
4.1.3 Analisis Multivariat
Analisis multivariat digunakan untuk mencari hubungan lebih dari satu
variabel independen terhadap satu variabel dependen. Selain itu analisis
multivariat juga dapat mencari variabel independen yang paling berpengaruh
terhadap variabel dependen.
Variabel yang dimasukkan dalam analisis multivariat adalah variabel yang
pada analisis bivariat mempunyai p< 0.25, jadi variabel yang akan dianalisis
secara multivariat adalah usia pekerja, masa kerja, kebiasaan merokok, dan
riwayat penyakit pam.
Analisis yang akan digunakan adalah regresi logistik, dengan metode
enter. Berikut adalah hasil analisis multivariat yang disajikan dalam tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hasil analisis regresi logistik variabel independen dengan gangguan fungsi
paru
95% Confidence Interval
Faktor Risiko B p Value Odds Ratio
Lower Upper
Usia 1.127 0.048 3.086 1.102 9.410
Masa Kerja 1.377 0.017 3.964 1.273 12.344
Kebiasaan1.124 0.047 3.078 1.015 9.336
Merokok
Riwayat1.825 0.004 6.201 1.1818 21.154
Penyakit Pam
Constanta -1.715 0.003 0.180
Dari tabel 4.11 dapat disimpulkan bahwa variabel USIa, mas a kerja,
kebiasaan merokok, dan riwayat penyakit pam mempunyai pengaruh terhadap
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 58/88
41
gangguan fungsi paru, dimana variabel riwayat penyakit paru merupakan variabel
yang paling berpengaruh adalah riwayat penyakit paru (OR=6.201), diikuti mas a
kerja (OR=3.964), Usia (OR=3.086), dan kebiasaan merokok (OR=3.078).
4.2 Pembahasan
4.2.1 Variabel yang Berpengaruh terhadap Gangguan Fungsi Paru
1. Usia
Dari 46 pekerja yang berusia lebih dari 30 tahun, sebanyak 37 orang yang
mengalami gangguan fungsi paru dan 9 orang yang tidak mengalami gangguan
fungsi paru. Dengan uji chi square, didapatkan p = 0.003 yang berarti terdapat
hubungan antara usia pekerja dengan gangguan fungsi paru. Dari hasil analisis
regresi logistik menunjukkan bahwa pekerja dengan usia lebih dari 30 tahun
secara statistik memiliki risiko 3.08 kali mengalami gangguan fungsi paru
dibandingkan dengan pekerja yang berusia kurang dari 30 tahun.
Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian dari Dorce Mengkidi (2006) yang
menyatakan bahwa usia pekerja berpengaruh terhadap gangguan fungsi paru dan
memiliki risiko 1.7 kali pada pekerja pabrik semen di Sulawesi Selatan. Hasil
penelitian ini juga sesuai dengan teori dari Suyono (2001), Seiring dengan
pertambahan umur, secara fisiologis kemampuan organ-organ tubuh akan
mengalami penurunan secara alamiah tidak terkecuali fungsi paru. Menurunnya
kapasitas paru tersebut akibat dari:
a. Kekakuan dinding dada.
b. Penurunan daya recoil paru.
c. Penurunan respon mukosillier.
d. Perubahan imunitas selluler dan humoral.
e. Menurunnya refleks batuk.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 59/88
42
2. Masa Kerja
Dari 45 pekerja yang memiliki masa kerja lebih dari 10 tahun, didapatkan
37 pekerja yang mengalami gangguan fungsi pam dan 8 pekerja yang tidak
mengalami gangguan fungsi pam. Dengan uji chi square menunjukkan bahwa p =
0.001 yang berarti terdapat hubungan antara masa kerj a dan gangguan fungsi pam.
Dari hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa pekerja dengan mas a kerja
lebih dari 10 tahun memilki risiko 3.9 kali mengalami gangguan fungsi pam
dibanding pekerja dengan masa kerja kurang dari 10 tahun.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irwan
Budiono (2007), terhadap pekerja pengecatan cat mobil di Semarang yang
menyatakan bahwa pekerja dengan masa kerja lebih dari 10 tahun memiliki risiko
15 kali untuk mengalami gangguan fungsi pam. Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan teori dari Faidawati (2003) karena semakin lama seseorang terpapar debu
batu kapur maka semakin banyak pula debu terinhalasi yang dapat mengakibatkan
obstruksi pam sehingga fungsi pam akan menurun.
3. Kebiasaan Merokok
Dari 46 pekerja yang mempunyai kebiasaan merokok, 36 diantaranya
mengalami gangguan fungsi pam dan 10 pekerja lainnya tidak mengalami
gangguan fungsi pam. dengan uji chi square didapatkan p = 0.012, yang berarti
teradapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan gangguan fungsi pam. dari
hasil analisis regresi logistik, pekerja dengan kebiasaan merokok memiliki risiko
3,07 kali untuk mengalami gangguan fungsi pam dibanding dengan pekerja yang
tidak mempunyai kebiasaan merokok.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Antarudin (2003),
yang menyatakan bahwa merokok akan mengakibatkan faal pam menurun pada
pekerj a kilang padi di Aceh.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 60/88
43
Menurut Guyton (2007), Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur,
fungsi saluran napas dan jaringan pam - pam. Asap rokok akan mengakibatkan
peningkatan sekresi cairan dalam cabang bronkus dan pembengkakan
(metaplasia) lapisan epitel. Selain itu kandungan nikotin yang terdapat dalam
rokok akan mengakibatkan rusaknya silia pada sel epitel, sehingga banyak debris
berakumulasi dalam jalan nafas. Nikotin juga mengakibatkan konstriksi
bronkiolus terminalis yang akan mengakibatkan resistensi aliran udara kedalam
dan keluar pam - pam.
4. Riwayat Penyakit Paru
Dari 38 pekerja yang mempunyai riwayat penyakit pam, 33 diantaranya
mengalami gangguan fungsi pam dan 5 pekerja lainnya tidak mengalami
gangguan fungsi pam. dengan uji Chi Square didapatkan p = 0.000 yang berarti
terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit pam dengan gangguan
fungsi pam. dari hasil analisis regresi logistik pekerja dengan riwayat penyakit
pam memiliki risiko 6 kali lipat untuk memiliki gangguan fungsi pam dibanding
dengan pekerja yang tidak memiliki riwayat penyakit pam.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
oleh Soedjono (2002), yang menyatakan bahwa pedagang di terminal bus yang
mempunyai riwayat penyakit pam mempunyai risiko 2 kali lebih besar untuk
mengalami gangguan fungsi pam.
Menurut Ganong (2002), Seseorang yang pemah mengidap penyakit pam
cenderung akan mengurangi ventilasi perfusi sehingga alveolus akan terlalu
sedikit mengalami pertukaran udara. Selain itu juga terjadi perubahan struktur
anatomi dan fisiologi pam yang disebabkan fibrosis pada saluran pemafasan
maupun parenkim pam.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 61/88
44
4.2.2 Variabel yang Tidak Berpengaruh terhadap Gangguan Fungsi Paru
1. Kebiasaan Menggunakan Masker
Dari hasil analisis Chi Square menunjukkan bahwa kebiasaan
menggunakan masker tidak berpengaruh terhadap gangguan fungsi paru (p =
0.709) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian dari Dorce Mengkidi
(2006), yang menyatakan bahwa kebiasaan menggunakan masker berhubungan
dengan gangguan fungsi paru pada pabrik semen di Sulawesi Selatan.
Hasil yang berbeda ini kemungkinan disebabkan karen a pada analisis
bivariat menunjukkan prosentase yang hampir sarna antara kelompok case
(45.6%) dengan kelompok control (41.4%). Selain itu fakta di lapangan
menunjukkan bahwa meskipun pekerj a telah menggunakan masker, namun
masker yang dipakai kurang layak, karena sebagian masker yang digunakan oleh
pekerja adalah masker yang berbahan kain baju yang berpori-pori lebar sehingga
debu kapur yang berukuran kecil tetap terinhalasi.
2. Kebiasaan Berolahraga
Dari hasil analisis Chi Square menunjukkan bahwa kebiasaan berolahraga
tidak berpengaruh terhadap gangguan fungsi paru (p = 0.810). Hasil penelitian ini
berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widodo T.A (2007) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan berolahraga dengan
gangguan fungsi paru paka perkerj a pabrik genteng di Semarang.
Namun juga terdapat penelitian yang sejalan dengan hasil penelitian ini,
seperti misalnya penelitian yang dilakukan oleh Dorce Mengkidi (2006) yang
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara kebiasaan berolahraga dengan
gangguan fungsi paru pada pekerj a pabrik semen.
Tidak adanya hubungan ini dapat dijelaskan karena sebagian besar pekerja
tidak mempunyai waktu untuk melakukan kegiatan olahraga secara rutin.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 62/88
45
4.3 Keterbatasan Penelitian
Kelemahan pada desain case control ini karena bersifat restropektif,
sehingga recall bias tidak dapat dihindari. Upaya yang dilakukan oleh peneliti
adalah melakukan wawancara secara bebas terpimpin, dengan maksud
menciptakan suasana wawancara yang santai sehingga responden tidak merasa
tertekan dan memilki waktu yang lebih banyak untuk mengingat informasi yang
dibutuhkan. Selain itu keterbatasan peneliti pada penguasaan bahasa daerah yang
mayoritas digunakan oleh penduduk Desa Grenden, menyebabkan hambatan
dalam memberikan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan, namun upaya yang
dilakukan adalah dengan mengajak seseorang yang bisa menerjemahkan bahasa
daerah tersebut menjadi bahasa yang dimengerti oleh peneliti.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 63/88
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan, faktor-faktor risiko gangguan fungsi paru yang mempengaruhi fungsi
paru pekerja pengolahan batu kapur di Desa Grenden, Kecamatan Puger,
Kabupaten lember adalah:
1. Riwayat Penyakit Paru
Pekerja yang memiliki riwayat penyakit paru berisiko 6,2 kali
mengalami gangguan fungsi paru.
2. Masa Kerj a
Pekerja dengan masa kerja lebih dari 10 tahun berisiko 3.9 kali
mengalami gangguan fungsi paru.
3. Usia
Pekerja yang berusia lebih dari 30 tahun berisiko 3,08 kali mengalami
gangguan fungsi paru.
4. Kebiasaan Merokok
Pekerja yang mempunyai kebiasaan merokok berisiko 3.07 kali
mengalami gangguan fungsi paru.
5.2 Saran
Adapun saran dalam penelitian ini adalah:
1. Perlu diadakan pengujian lebih lanjut pada subjek penelitian dengan
menggunakan alat penguji lain misalnya rontgen, sehingga mendapatkan
gambaran keadaan paru subjek penelitian yang lebih akurat.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 64/88
47
2. Perlu diadakan promosi kesehatan secara berkala oleh instansi terkait
dalam hal ini yang dimaksud adalah Puskesmas untuk meminimalkan
resiko terjadinya gangguan fungsi pam.
3. Perlu diadakan pelatihan mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) terutama tentang penggunaan alat pelindung diri yang baik misalnya
penggunaan masker yang memenuhi syarat K3 yang diharapkan dapat
mencegah terjadinya gangguan fungsi pam.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 65/88
DAFTARBACAAN
Alsagaff, H. et al,. 2002. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga
University Press.
Antaruddin. 2003. Pengaruh Debu Padi pada Faal Paru Pekerja Kilang Padi
yang Merokok dan Tidak Merokok. Sumatera Utara: Thesis Universitas
Sumatera Utara.
Balai Pusat Statistik. 2010. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut
Lapangan Pekerjaan Utama. http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?
tabel=I &daftar=} &id_subyek=06¬ab=2 [18 Januari 2011].
Buchari. 2007. Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Terkait Kerja. Sumatera
Utara: USU Repository.
Budiarto, E. 2008. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Budiono. A.M. S. 2003. Bunga Rampai HIPERKES & KK Ed 2. Jakarta: Tri
Tunggal Tata.
Budiono, 1. 2007. Faktor Risiko Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja
Pengecatan Mobil. Semarang: Thesis Universitas Diponegoro.
Dahlan, M. S. 2009. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 66/88
49
Depkes R1. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan R1 dan Keputusan Dirjen
PPM&PLP tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja. Jakarta:
Departemen Kesehatan R. 1 .
Desa Grenden. 2010. Profil Desa Grenden. Jember. Puger: Pemerintah Kabupaten
Jember.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, 2004, Profil Kesehatan Kabupaten Tegal
Elfiah, U. 2005. Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Anatomi. Jember: Laboratorium
Anatomi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Jember.
Faidawati, Ria. 2003. Penyakit paru obstruktif kronik dan asma akibat kerja.
Jakarta: Journal of the Indonesia Association of Pulmonologist.
Ganong, W. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, The McGraw-Hill Companies, Inc.
Gold, Diane; Xiaobin Wang; Wypij, David; et al. 2005. Effect of cigarette
smoking on lungfunction in adolescent boys and girls. NEJM 335:937-37.
Guyton. A.C, 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Harrington,Gill . 2003 .Buku Saku Kesehatan Kerja . Jakarta: EGC
Harrison's. 2002. Manual of medicine, is " Edition. Kuala Lumpur: McGraw-Hill
International Edition.
Jan Tambayong. 2001. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan . Jakarta: Rineka
Cipta
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 67/88
50
Mengkidi, D. 2006. Gangguan Fungsi Paru dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya pada Karyawan PT. Semen Tonasa Pangke Sulawesi
Selatan. Semarang: Thesis Universitas Diponegoro.
Mila, S. M. 2006. Hubungan Antara Masa Kerja, Pemakaian APD Pernafasan
(Masker) Pada Tenaga Kerja Pengamplasan Dengan Kapasitas Fungsi
Paru PT Ascent House Pecangaan Jepara. Semarang: Skripsi Universitas
Negeri Semarang.
Morton, R. F. et al,. 2008. Panduan Studi Epidemiologi & Biostatistika. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mukono, H.J, 1997, Pencemaran Udara dan Pengaruhnya terhadap Gangguan
Saluran Pernafasan. Surabaya: Airlangga University Press.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
PDP I. 2003. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan PPOK di Indonesia.
Perhimpunan Dokter Pam Indonesia.
Prasetyo, A. & Kurmawanto, P. 2005. Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Faal-2.
Jember: Laboratorium Faal Program Studi Pendidikan Dokter Universitas
Jember.
Pudjiastuti, W. 2002. Debu Sebagai Bahan Pencemar Yang Membahayakan
Kesehatan Kerja. Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan R. I.
Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, 2006, Pembakaran Kapur dalam
Tungku Sistem Berkala dengan Kombinasi Bahan Bakar Kayu-Batubara.
http://www.tekmira.esdm.go.id [20 Januari 2011].
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 68/88
51
Rahmatullah, P. 2006. Pneumonitis dan Penyakit Paru Lingkungan. Semarang:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro.
Soedjono. 2002. Pengaruh kualitas udara (debu COx, NOx, SOx) terminal
terhadap gangguan fungsi paru pada pedagang tetap terminal bus induk
Jawa Tengah 2002. Thesis. Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Program Pasca Sarjana UNDIP. Semarang.
Sukandarrumidi. 2002. Metodologi Penelitian. Jogjakarta: Gadjah Mada
University Press.
Suyono, J. 2001. Deteksi dini penyakit akibat kerja. Jakarta: EGC.
Sylvia A.P, 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. Edisi 4.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Umar, Husein. 2004. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Thesis, Edisi ke enam.
Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada.
Universitas Jember. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jember: Badan
Penerbit Universitas Jember.
Widodo, T.A. 2007. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital
Paru pada Pekerja Pembuatan Genten. Semarang: Skripsi Universitas
Negeri Semarang.
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 69/88
LAMPIRAN A. Tabel Hasil Pengukuran Kapasitas Paru
Data Hasll Pengukuran Kapasitas Paru Pekerja Pengolahan Batu Kapur di
Desa Grenden, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, Tahun 2011
No Nama Umur TB (em) BB (Kg) FVC' FEVl
1 Saniran 42 166 55 1.97 (44%) 1.78 (47%)
2 Gino 35 168 65 3.41 (87%) 2.83 (80%)
3 Samsuri 46 166 68 3.04 (75%) 1.62 (49%)
4 Warsito 38 154 55 1.69 (48%) 1.60 (53%)
5 Sarmono 24 175 65 3.51 (82%) 2.90 (77%)
6 Tarsono 48 150 46 1.46 (48%) 1.46 (57%)
7 Sutikno 61 166 53 2.44 (67%) 2.09 (72%)
8 Joyo 46 170 67 3.25 (85%) 2.40 (80%)
9 Kartono 55 155 50 2.21 (54%) 2.40 (77%)
10 Wagiman 40 159 53 3.20 (81%) 2.32 (76%)
11 Sis 25 165 55 3.01 (67%) 1.67 (43%)
12 Kardi 32 158 52 3.21 (85%) 2.56 (81%)
13 Jumeno 43 160 58 2.12 (56%) 2.38 (77%)
14 Sagito 38 156 53 3.71 (89%) 2.90 (87%)
15 Washiardi 40 162 56 3.01 (70%) 2.52 (80%)
16 Sumamo 45 159 45 3.25 (84%) 2.15 (67%)
17 Rohimin 43 165 59 3.27 (83%) 2.05 (55%)
18 Afandi 16 155 55 2.95 (94%) 2.72 (100%)
19 Sujiwo 33 166 52 3.21 (86%) 2.51 (78%)
52
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 70/88
20 Darmaji 58 153 43 3.20 (89%) 1.81 (56%)
21 Anas 25 168 60 2.11 (45%) 2.09 (52%)
22 Sari 30 163 50 2.24 (52%) 2.16 (59%)
23 Paidi 44 161 55 3.14 (83%) 2.35 (75%)
24 Sumama 52 162 54 2.62 (72%) 1.33 (45%)
25 Husni 41 163 56 3.19 (80%) 2.01 (62%)
26 Jamiran 49 159 55 3.20 (84%) 2.37 (76%)
27 Kholik 39 168 59 3.23 (85%) 1.80 (58%)
28 Paiman 53 165 55 3.15 (82%) 1.83 (65%)
29 Damiran 38 169 68 3.29 (81%) 1.76 (57%)
30 Bagus 40 166 65 3.49 (86%) 2.87 (85%)
31 Nala 43 165 50 1.75 (43%) 1.74 (52%)
32 Tomy 26 165 53 2.23 (50%) 1.61 (42%)
33 Mastur 46 170 60 3.20 (89%) 2.30 (77%)
34 Syaiful 26 163 54 2.65 (60%) 2.55 (68%)
35 Jono 23 171 67 3.40 (83%) 2.70 (72%)
36 Sulaiman 37 165 85 2.41 (57%) 1.55 (44%)
37 Darsono 28 163 60 3.50 (89%) 2.90 (76%)
38 Zakat 40 155 60 1.83 (52%) 1.36 (45%)
39 Aspar 41 165 60 3.71 (91%) 2.09 (61%)
40 Rojiul 34 174 75 3.68 (89%) 2.69 (80%)
41 Sudamiran 43 156 49 3.49 (85%) 2.15 (54%)
42 Budiamo 46 160 56 3.20 (84%) 2.11 (55%)
53
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 71/88
43 Eko 21 154 45 2.38 (60%) 2.21 (63%)
44 Erdi 34 163 51 3.35 (87%) 2.79 (74%)
45 Sujatmiko 36 167 71 2.94 (64%) 2.81 (71%)
46 Yasin 39 156 43 3.40 (85%) 2.50 (75%)
47 Sudarmaji 33 163 50 1.64 (39%) 1.46 (41%)
48 Imam 42 158 69 2.63 (67%) 2.63 (79%)
49 Samiran 35 162 53 2.80 (70%) 2.54 (73%)
50 Weli 23 170 59 3.53 (80%) 2.59 (65%)
51 Wiryanto 56 165 49 3.23 (81%) 2.21 (75%)
52 Sucipto 38 168 50 3.49 (80%) 2.34 (70%)
53 Daryono 39 164 55 3.87 (85%) 1.89 (55%)
54 Yanto 40 159 52 3.79 (87%) 1.65 (53%)
55 Rohim 42 169 53 3.32 (80%) 2.01 (65%)
56 Tarji 46 164 46 2.75 (60%) 2.19 (76%)
57 Malik 28 169 55 3.55 (80%) 2.45 (73%)
58 Darmaji 22 173 79 3.15 (76%) 2.01 (63%)
59 Cahyo 35 168 56 3.89 (89%) 2.15 (60%)
60 Roji 57 164 56 3.21 (85%) 1.93 (59%)
61 Iwan 45 167 55 3.25 (80%) 2.10 (64%)
62 Pitra 41 163 52 3.30 (82%) 2.35 (71%)
63 Wasiardi 32 157 49 3.53 (85%) 2.13 (66%)
64 Sucahyo 30 158 50 3.67 (88%) 2.53 (75%)
54
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 72/88
65 Suhmanto 39 154 48 3.45 (81%) 1.89 (61%)
66 Fahmi 20 171 65 3.87 (84%) 2.56 (71%)
67 Hartono 25 168 61 3.19 (65%) 2.60 (72%)
68 Suyanto 36 165 56 3.56 (88%) 2.15 (67%)
69 Sugilang 38 168 53 3.64 (86%) 1.76 (54%)
70 Supono 49 171 56 3.32 (82%) 1.69 (61%)
71 Bayu 29 156 55 3.65 (86%) 2.52 (78%)
72 Joni 27 168 52 2.89 (73%) 2.34 (70%)
73 Tarmono 34 158 50 3.26 (80%) 2.56 (79%)
74 Yudi 29 167 50 3.39 (80%) 2.69 (75%)
75 Yuliantoro 36 158 53 2.59 (72%) 2.35 (70%)
76 Ponadi 27 164 52 2.69 (67%) 2.12 (67%)
77 Wisyanto 39 167 48 2.36 (54%) 2.16 (71%)
78 Abdullah 36 169 50 3.69 (88%) 1.96 (63%)
79 Mardianto 40 166 56 3.35 (84%) 2.36 (70%)
80 Salim 49 167 49 3.23 (80%) 2.10 (67%)
81 Sunarto 52 157 48 3.35 (81%) 1.65 (58%)
82 Mardi 36 159 47 3.56 (86%) 2.10 (68%)
83 Jumeno 55 165 57 3.35 (88%) 2.53 (84%)
84 Siswadi 54 169 55 3.21 (80%) 1.56 (63%)
85 Cahyadi 40 167 67 2.51 (71%) 2.38 (70%)
86 Untung 46 169 70 3.58 (89%) 2.51 (87%)
55
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 73/88
56
LAMPIRAN B. Informed Consent dan Kuisoner
Formulir Persetujuan
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
Umur
Alamat
No. telp 1 HpMenyatakan bersedia untuk menjadi subyek penelitian dari :
Nama : Rachman Efendi
Angkatanl NIM
Fakultas
: 2 0 0 7 / 0 7 2 0 1 0 1 0 1 0 5 2
: Fakultas Kedokteran Universitas lember
Dengan judul penelitian "HUBUNGAN FAKTOR-F AKTOR RESIKO
TERHADAP GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA PENGOLAHAN
BATU KAPUR PUGER"
Semua penjelasan telah disampaikan kepada saya dan semua pertanyaan
saya telah dijawab oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila masih memerlukan
penjelasan, saya akan mendapat jawaban dari Rachman Efendi.
Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut dalam
penelitian ini.
lember, .
Saksi Subyek
(------) (------)
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 74/88
KUISIONER PENELITIAN
1. Berapa lama anda telah bekerja pada industri pengolahan batu kapur ?
a. Lebih dari 10 tahun
b. Kurang dari 10 tahun
2. Apakah anda bekerja dengan menggunakan masker?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda berolahraga? jika ya, berapa kali dalam 1minggu ?
a. Ya,
b. Tidak
... xl minggu
4. Apakah anda merokok ? jika ya berapa batang rokok per hari ?
a. Ya, ... batangl hari
b. Tidak
5. Apakah anda pemah mengalami gangguanl penyakit pam?
a. Ya
b. Tidak
57
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 75/88
LAMPIRAN C. Tabel HasH Jawaban Kuisoner
Data Hasll Jawaban Kuisoner Pekerja Pengolahan Batu Kapur, Desa
Grenden, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, Tahun 2011
No Nama Xl X2 X3 X4 XS X6
1 Saniran 1 1 1 1 0 1
2 Gino 0 0 0 0 0 0
3 Samsuri 0 0 0 0 1 0
4 Warsito 0 1 0 0 1 1
5 Sarmono 0 1 1 0 0 0
6 Tarsono 1 0 0 0 1 0
7 Sutikno 1 0 0 1 1 0
8 Joyo 0 0 0 0 0 0
9 Kartono 1 1 1 1 1 1
10 Wagiman 1 0 0 1 0 1
11 Sis 0 0 1 0 0 1
12 Kardi 1 1 1 0 0 1
13 Jumeno 1 0 0 1 1 1
14 Sagito 1 1 1 0 0 0
15 Washiardi 0 1 0 1 1 0
16 Sumamo 1 1 0 1 1 0
17 Rohimin 1 1 0 0 1 0
18 Afandi 0 1 1 0 0 0
19 Sujiwo 1 0 0 0 0 0
20 Darmaji 1 1 1 1 1 1
58
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 76/88
21 Anas 0 1 0 0 0 1
22 Sari 0 0 1 0 1 1
23 Paidi 0 0 1 1 0 0
24 Sumama 1 1 0 0 0 0
25 Husni 1 1 1 0 1 1
26 Jamiran 0 1 1 0 1 1
27 Kholik 1 1 0 0 0 1
28 Paiman 1 1 1 0 0 029 Damiran 0 0 0 0 1 1
30 Bagus 1 0 0 1 1 0
31 Nala 1 0 0 0 1 1
32 Tomy 0 0 0 0 0 0
33 Mastur 1 0 0 1 1 1
34 Syaiful 1 1 1 1 0 1
35 Jono 0 0 1 0 1 0
36 Sulaiman 1 1 1 0 0 1
37 Darsono 0 1 1 1 1 0
38 Zakat 0 1 0 1 1 1
39 Aspar 1 1 1 1 0 1
40 Rojiul 0 0 0 0 1 0
41 Sudamiran 1 1 0 0 0 0
42 Budiamo 1 1 1 1 1 0
59
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 77/88
43 Eko 0 0 0 0 0 0
44 Erdi 1 0 0 0 1 0
45 Sujatmiko 1 1 0 1 1 0
46 Yasin 0 0 0 0 0 0
47 Sudarmaji 1 1 1 1 1 1
48 Imam 1 1 0 1 0 1
49 Samiran 1 1 1 1 1 1
50 Weli 0 0 0 0 1 051 Wiryanto 0 1 1 0 0 0
52 Sucipto 1 0 0 1 0 0
53 Daryono 0 1 1 0 1 1
54 Yanto 0 1 1 1 1 1
55 Rohim 1 0 1 1 1 0
56 Tarji 1 1 1 0 0 0
57 Malik 0 0 1 1 1 0
58 Darmaji 0 0 1 0 1 1
59 Cahyo 1 1 1 1 1 0
60 Roji 1 0 0 0 0 1
61 Iwan 1 1 1 0 1 1
62 Pitra 0 0 0 1 0 0
63 Wasiardi 1 0 0 1 1 1
64 Sucahyo 0 0 0 0 0 0
60
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 78/88
65 Suhmanto 1 0 1 0 0 1
66 Fahmi 0 1 0 1 1 0
67 Hartono 0 0 1 1 0 1
68 Suyanto 1 1 0 1 0 0
69 Sugilang 1 1 1 1 1 0
70 Supono 1 1 0 0 1 0
71 Bayu 0 0 0 1 0 072 Joni 0 1 1 0 1 1
73 Tarmono 0 0 0 0 0 0
74 Yudi 0 0 0 1 1 0
75 Yuliantoro 0 1 0 0 1 1
76 Ponadi 0 0 0 0 0 1
77 Wisyanto 1 0 0 0 1 1
78 Abdullah 1 0 0 1 1 0
79 Mardianto 0 0 0 0 0 0
80 Salim 1 1 1 1 1 1
81 Sunarto 1 1 0 0 1 1
82 Mardi 0 1 1 0 1 0
83 Jumeno 1 0 1 1 0 0
84 Siswadi 1 1 0 0 0 0
85 Cahyadi 0 1 0 0 0 0
86 Untung 0 0 1 1 0 1
61
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 79/88
LAMPI RAN D. Hasll Analisis Chi Square dan Regresi Logistic
Hasll Analisis Chi Square
1. Hasil Analisis Bivariate antara variabel Usia dengan Gangguan Fungsi Pam
62
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 80/88
2. Hasil Analisis Bivariate antara variabel Masa Kerja dengan Gangguan Fungsi Pam
63
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 81/88
64
3. Hasil Analisis Bivariate antara variabel Kebiasaan Menggunakan Masker dengan
Gangguan Fungsi Pam
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 82/88
65
4. Hasil Analisis Bivariate antara variabel Kebiasaan Berolahraga dengan Gangguan
Fungsi Pam
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 83/88
66
5. Hasil Analisis Bivariate antara variabel Kebiasaan Merokok dengan Gangguan Fungsi
Pam
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 84/88
67
6. Hasil Analisis Bivariate antara variabel Riwayat Penyakit Pam dengan Gangguan
Fungsi Pam
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 85/88
Hasil Analisis Regresi Logistic
68
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 86/88
LAMPIRAN E. Foto - Foto Penelitian
Gambar 1. Industri pengolahan batu kapur
Gambar II. Proses pembakaran batu kapur
69
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 87/88
Gambar III. Pencatatan informasi dari pekerja
Gambar IV. Menjelaskan Prosedur Penelitian
70
5/12/2018 Rachman 07-52 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/rachman-07-52 88/88
Gambar IV. Proses Pengukuran Kapasitas Pam Pekerja
Gambar V. Asap Hitam yang dihasilkan dari pembakaran
71