28
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60) 33 RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA MEMBANGUN WAJAH ISLAM INDONESIA YANG DAMAI 1 NURUL FAIQAH, 2 TONI PRANSISKA 1 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2 STAI Sunan Pandanaran Yogyakarta [email protected], [email protected] Abstract This article explains that all religions strictly prohibit acts of terror that can threaten harmony, wholeness and diversity of the nation. Terrorism and radicalism are not always ideologically motivated, but non-religious factors are dominant such as social, economic, political and others. Therefore, it is necessary to promote and promote a new discourse and paradigm of inclusive and tolerant Islamic understanding of moderation of Islam (wasathiyah al-Islām). The emergence of radical Islamism must immediately be balanced with the vision of moderate Islam. That is the image of Islam that upholds the valuesof moderation, tolerance and equality of rights.Moderation of Islam is a middle ground in the midst of religious diversity. The image of moderation of Islam appears in harmony between Islam and local wisdom. This Local Value as a cultural heritage of the archipelago, can be juxtaposed parallel so that between the spirit of Islam and cultural wisdom goes hand in hand, not mutually negate. This is where the image of Indonesian Islam is considered very appropriately applied in the context of cultural heterogeneity in the ASEAN region and the world. Keyword : Radicalism, Moderation of Islam, Terrorism, Paradigm PENDAHULUAN Fenomena gerakan radikalisme dan terorisme berbasis agama akhir-akhir ini menjadi keprihatinan kita semua. Baik dalam konteks global maupun indonesia. Dalam sepekan ini Indonesia dihadapkan dengan aksi terror yang simultan. Serangan demi serangan dilancarkan oleh kelompok teroris

RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

33

RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM:UPAYA MEMBANGUN WAJAH ISLAM INDONESIA YANG DAMAI

1NURUL FAIQAH, 2TONI PRANSISKA

1UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta2STAI Sunan Pandanaran Yogyakarta

[email protected], [email protected]

Abstract

This article explains that all religions strictly prohibit acts of terror that canthreaten harmony, wholeness and diversity of the nation. Terrorism andradicalism are not always ideologically motivated, but non-religious factorsare dominant such as social, economic, political and others. Therefore, it isnecessary to promote and promote a new discourse and paradigm ofinclusive and tolerant Islamic understanding of moderation of Islam(wasathiyah al-Islām). The emergence of radical Islamism mustimmediately be balanced with the vision of moderate Islam. That is theimage of Islam that upholds the valuesof moderation, tolerance andequality of rights.Moderation of Islam is a middle ground in the midst ofreligious diversity. The image of moderation of Islam appears in harmonybetween Islam and local wisdom. This Local Value as a cultural heritage ofthe archipelago, can be juxtaposed parallel so that between the spirit ofIslam and cultural wisdom goes hand in hand, not mutually negate. This iswhere the image of Indonesian Islam is considered very appropriatelyapplied in the context of cultural heterogeneity in the ASEAN region andthe world.

Keyword : Radicalism, Moderation of Islam, Terrorism, Paradigm

PENDAHULUANFenomena gerakan

radikalisme dan terorisme berbasisagama akhir-akhir ini menjadikeprihatinan kita semua. Baik dalam

konteks global maupun indonesia.Dalam sepekan ini Indonesiadihadapkan dengan aksi terror yangsimultan. Serangan demi serangandilancarkan oleh kelompok teroris

Page 2: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: UpayaMembangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

34

biadab yang mengancam stabilitaskeamanan nasional dan integrasisocial. Mulai dari aksi Penyerangandan Penyanderaan di Mako Brimob(Kompas.com, 11 Mei 2018) hinggaaksi bom bunuh diri (suicide bomber)yang terjadi di tiga gereja diSurabaya (news.idntimes.com, 14Mei 2018). Hingga kabar yangterbaru disusul adanya ledakan bomdi rusunawa Sidoarjo (Detik.com, 14Mei 2018). Aksi teror tersebuthampir selalu memakan korban, baikdiri pelakunya maupun warga yangtidak berdosa. Di samping itu,peristiwa-peristiwa tersebut jugamenimbulkan trauma psikologis bagipara korban yang masih hidup danjuga ketakutan di kalanganmasyarakat.

Aksi-aksi teror semacam inibukanlah kali pertamanya terjadi,melainkan aksi tersebut dimulaisejak tiga dekade terakhir dipenghujung millenium kedua,tepatnya pertengahan tahun 70-an,masyarakat internasional dikejutkanoleh berbagai tindakan kekerasan,khususnya aksi teror terhadapkepentingan Amerika Serikat danIsrael (Harian al-Ahrām Mesir, 2 Mei1993). Aksi-aksi tersebut terusmeluas seiring dengan datangnyamillenium ketiga yang ditandaidengan serangan 11 September2001 terhadap gedung WTC danPentagon. Islam dan umat Islammenjadi pihak yang tertuduh dalamaksi tersebut dan yang sebelumnyadan dianggap sebagai ancaman bagikehidupan masyarakat dunia.Berbagai stigma pun dilekatkan.Islam identik dengan kekerasan,terorisme, fundamentalisme,

radikalisme, dan lain sebagainya.Stigmatisasi ini seakanmembenarkan pandangan beberapapemikir Barat yang berpandanganbahwa Islam merupakan ancamanpasca runtuhnya Soviet, sepertiSamuel Huntington dengan tesisnyathe clash of civilization.

Dengan mengggalangkekuatan internasional, AmerikaSerikat melancarkan kampanye anti-teror. Atas nama itulah, Afganistandan Irak diserang. Berbagaiorganisasi dan pergerakankeagamaan juga menjadi sasaran,terutama jaringan Al-QaedaInternasional. Tuduhan tersebutmenemukan relevansinya denganpernyataan para pelaku yangmenyebutkan motivasi keagamaandi balik aksi mereka, sehinggabanyak pengamat mengaitkangerakan islam garis keras denganterorisme dan kekerasan. Kendatibanyak faktor yangmelatarbelakanginya seperti politik,ekonomi, sosial, psikologi dan lainsebagainya. Akan tetapi faktorkeyakinan dan pemahamanterhadap beberapa doktrinkeagamaan agaknya yang palingdominan. Seakan perlawananmenentang hegemoni suatukekuatan tertentu, yang notabeneberbeda agama, dalam berbagaidimensi kehidupan mendapatlegitimasi dari teks-teks keagamaan,tentunya dengan pemahaman yangskriptual-literal (nashī), parsial (juz’ī)dan ekstrem atau berlebihan(tatharruf/gulwu). Sehingga terkesankonflik bukan lagi karena akumulasiberbagai kekecewaan akibathegemoni pihak tertentu, tetapi

Page 3: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

35

seakan meluas kepada konflikagama.

Ibarat tanaman, aksi teror,kekerasan dan radikalisme agama diIndonesia telah menjelma sebagaitanaman yang tumbuh subur. Patahtumbuh, hilang berganti. Agamayang seharusnya menjadi drive ataupanduan hidup yang ramah dantoleran justru menjadi pemicutimbulnya kekerasan dan teror. Iniberarti ada kesalahan dalampemahaman dan implementasiajaran yang sangat fundamental.Bukankah Islam yang diajarkan olehNabi Muhammad justru telahmembuktikan sebagai agama yangmenjunjung tinggi kasih sayang dansangat menghargai terhadapperbedaan.

Zuhairi (2009: vii)mengungkapkan bahwa terorismedan radikalisme agama bukanpersoalam pelakunya (subjek) bukanpula orang-orang yang menjadikorban dari aksi tersebut (objek).Terorisme dan radikalisme lebihterkait kepada keyakinan teologis.Artinya, pelakunya bisa ditangkapdan dipenjarakan bahkan dibunuh.Tetapi keyakinan dan doktrinnyatidak mudah untuk ditaklukkan. Nah,oleh karena itu, maka perlumewacanakan dan mempromosikansatu wacana dan paradigma barutentang pemahaman keislaman yangramah dan toleran yaitu moderasiislam (wasathiyah al-Islām).Munculnya paham islam radikalharus segera diimbangi dengan visiislam moderat. Yakni Wajah islamyang menjunjung tinggi nilai-nilaimoderasi, toleransi dan persamaanhak. Walhasil, kerukunan menjadi

keniscayaan bagi bangsa ini. Karenakerukunan merupakan perwujudankedewasaan berbangsa danbernegara yang penuh denganperbedaan (unity in diversity).

RADIKALISME AGAMA: KAJIANLITERATUR

Kajian dan penelitianmengenai radikalisme agamasebenarnya telah banyak ditulis dandikaji oleh para pakar dan peneliti dibidang sosial keagamaan. Sebutsaja misalnya buku dengan judulIslam dan Radikalisme Islam diIndonesia yang ditulis oleh Afdhaldkk (2005: 65) dengan pendekatansosio-politik serta penggalian datayang diambl dari kepustakaan danpenelitian lapangan melalui metodewawancara mendalam terhadappara tokoh baik dari kelompokradikal maupun kelompokfundamentalis non-radikal, yangnisbi maupu yang moderat.Penulisnya mencoba memotret danmengkaji tentang pemahaman danpandangan kelompok islam radikalserta berbagai gerakan politik yangdilakukan radikalisme islam diIndonesia kaitannya dalammemperjuangkan berdirinya syariatIslam.

Dalam karyanya Afdhalmenemukan fakta bahwa munculnyagerakan radikalisme di Indonesiaterkait erat dengan atau dipicu olehpersoalan domestik disamping olehkonstelasi politik internasional yangdinilai telah memojokkan kehidupansosial politik umat Islam. Berbagaikemelut domestik yang melandaumat islam seperti pembataian kyaidengan berkedok dukun santet,

Page 4: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: UpayaMembangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

36

sampai tragedi Poso (1998), tragediAmbon (1999) di mana umat Islammenjadi korban menurutnya adalahbukti dari penyebab munculnyaradikalisme di Indonesia.

Sri Yunanto (2003: 124)dalam bukunya Gerakan Militanislam di indonesia dan AsiaTenggara, juga secara fokusmengkaji tentang gerakan islammilitan. Dibandingkan kajian tentanggerakan Islam serupa yang lebihcenderung menekankan kepadadimensi sosiologis dan teologis,buku ini lebih memberikanpenekanan pada dimensi politik dankeamanan. Untuk dimensi politikyang dikaji dalam buku ini misalkandapat dicermati dalam kasus-kasusseperti penekanan terhadap gerakanmenekan kebijakan implementasisyariat islam, pemberantasankemungkaran, isu-isu tentangnegara islam (al-daulah al-islāmiyah), keterkaitan dengan politikmiliter dan profil organisasi.Sedangkan dimensi keamanandapat dilihat misalnya dalam kasusketerlibatan kelompok ini dalamkonflik di beberapa daerah diIndonesia dan Asia Tenggara danketerkaitannya dengan isu-isuterorisme.

Genealogi Islam Radikal diIndonesia, ditulis oleh M. ZakiMubarok (2008: 187) sebuah bukuyang memberikan telaah yang cukupkomprehensif atas beberapakelompok yang disebut olehpenulisnya sebagai “Islam Radikal”di Indonesia, segala bentuk sepakterjang dan tujuan yang dikehendakioleh kelompok Islam Radikaltersebut. Buku ini memberikan

gambaran yang cukup gamblangterkait kelompok-kelompok IslamRadikal di Indonesia seperti KISDI(Komite Indonesian untuk SolidaritasDunia Islam), Laskar Jihad, ForumPembela islam, dan MajelisMujahidin.

Benih-benih Islam Radikal diMasjid: Studi Kasus Jakarta danSolo yang ditulis oleh M. Ridwan al-Makasary dan Ahmad Gaus A.F(2009:76) memberikan penjelasanyang sangat “keras” tentangmunculnya fenomena bibit-bibitradikalisme di masjid-masjid diJakarta dan Solo. Penelitian yangdilakukan tersebut memberikanfotret dari mana datangnya bibitradikalisme di mesjid dan dalamkerangka semacam apa radikalismetersebut terformulasikan. Denganmengambil beberapa mesjid diJakarta dan Solo terdapat benangmerah yang dapat ditarik di sana.Bahwa radikalisme mesjid tumbuhkarena ealogihendak meresponmasalah kontemporer. Globalisasi dikalangan masjid yang disinyalirdatang dari Barat, bukan dari Islam.

Sebuah artikel dengan judulRadikalisme Islam Klasik danKomtemporer: MembandingKhawarij dan Hijbut Tahrir yangditulis oleh Syamsul Rizal (2010:225-226) Secara khusus, penulismenguji sejauh mana proto-type dankemiripan karakteristik antararadikalisme Islam klasik, yangdiwakili oleh Khawarij, danradikalisme Islam kontemporer, yangdiwakili oleh Hizbut Tahrir. Meskipuntidak ditemukan bukti sejarah yangkuat tentang pengaruh langsungajaran Khawarij terhadap HT, namun

Page 5: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

37

penulis berargumentasi bahwaterdapat elemen-elemen Khawarijdalam gerakan Hizbut Tahrir.

Penelitian tersebutmenemukan bahwa adanyabeberapa kesamaan karakteristikantara Khawarij dan HT dalamkaitannya dengan ciri radikalisme.Pertama, kedua gerakan tersebutsama-sama muncul sebagai bentukperlawanan terhadap tatanan socialdisekitarnya yang tidak disetujuinya.Baik Khawarij maupun HTmenggunakan agama sebagaisumber justifikasi untuk melakukanperlawanan. Kedua, Khawarij danHT cenderung memahami teks-teksIslam secara literal tanpamengelaborasi konteks, maksud,dan tujuannya. Terakhir, parapenganut kedua kelompok tesebutmemegang ajarannya masing-masing secara fanatic tanpakompromi dan dinamika. Walhasil,mereka cenderung menghakimi‘yang lain’ sebagai kufur atau tidakfaham Islam secara kaffah, sertamengklaim diri (self-claim) sebagaipengemban Islam yang palingbenar. Dari eksaminasi singkat ini,penulis menyimpulkan adanya titiksinggung (family resemblances)antara radikalisme Islam klasik danradikalisme Islam kontemporer.

MEMAHAMI TERM RADIKALISMEDAN TERORISME

Istilah radikalisme berasaldari bahasa Latin “radix” yangartinya akar,pangkal, bagian bawah,atau bisa juga berarti menyeluruh,habis-habisan danamat keras untukmenuntut perubahan. MenurutKamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) (2008:1151) radikalismeberarti (1) paham atau aliran yangradikal dalam politik; (2)paham ataualiran yang menginginkanperubahan atau pembaharuan sosialdanpolitik dengan cara kekerasanatau drastis; (3) sikap ekstrem dalamaliran politik.

Pengertian lainmengungkapkan bahwa yangdimaksud dengan radikal atauradikalisme itu adalah prinsip-prinsipatau praktik-praktik yang dilakukansecara radikal. Suatu pilihantindakan yang umumnya dilihatdengan mempertentangkan secaratajam antara nilai-niali yangdiperjuangkan oleh kelompok(aliran) agama tertentu dengantatanan nilai yang berlaku ataudipandang mapan pada saat itu(Kemenag, 2014: 3).

Pada dasarnya, perludibedakan antara radikal,radikalisme dan radikalisasi.Menurut KH. Hasyim Muzadi,mantan Ketua PBNU dan pengasuhpesantren al-Hikam Malang, padadasarnya seseorang yang berfikirradikal (berfikir mendalam, sampaike akar-akarnya) boleh-boleh saja,dan memang berfikir sudahseharusnya seperti itu. Katakanlahmisalanya, seseorang yang dalamhatinya berpandangan bahwaIndonesia mengalami banyakmasalah (ekonomi, pendidikan,hokum dan politik) disebabkanIndonesia tidak menerapkan syariatIslam, oleh karena itu, misalnya,dasar Negera Indonesia harusdiganti dengan system pemerintahanislam (al-khilāfah al-islāmiyah).Pendapat yang radikal seperti itu

Page 6: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: UpayaMembangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

38

sah-sah saja. Sekeras apapunpernyataan diatas jika hanya dalamwacana atau pemikiran, tidak akanmenjadi persoalan publik. Sebabpada hakikanya, apa yang munculdal;am benak atau pikiran tidakdapat diadili (kriminalisasi pemikiran)karena tidak termasuk tindak pidana.Kejahatan adalah suatu tindakan(omissi). Dalam pengertian ini,seseorag tidak dapat dihukum hanyakarena pikirannya, melainkan harusada suatu tindakan atau kealpaandalam bertindak (Abu Rokhmad,2012: 82).

Adapun term “radikalisme”,KH. Hasyim Muzadimendefinisikannya “radikal dalampaham atau ismenya”. Biasanyamereka akan menjadi radikal secarapermanen. Radikal sebagai isme inidapat tumbuh secara demoktratis,force (kekuatan) masyarakat danteror. Dengan kata lain, radikalismeadalah radikal yang sudah menjadiideologi dan mazhab pemikiran.Dalam pandangan peneliti, setiaporang berpotensi menjadi radikaldan penganut paham radikal(radikalisme), tergantung apakahlingkungan (habitus) mendukungnyaatau tidak.(Kemenag, 2014: 4).Sedangkan yang dimaksud denganradikalisasi menurut Muzadi adalah(seseorang yang) tumbuh menjadireaktif ketika terjadi ketidakadilan dimasyarakat. Biasanya radikalisasitumbuh berkaitan denganketidakadilan ekonomi, politik,lemahnya penegakan hukum danseterusnya. Jadi, jangandibayangkan ketika teroris sudahditangkap, lalu radikalisme hilang.Sepanjang keadilan dan

kemakmuran belum terwujud,radikalisasi akan selalu muncul dimasyarakat. Keadilan itumenyangkut banyak aspek, baikaspek hukum, politik, pendidikan,sosial, hak asasi, maupun budaya.Hukum itu berbeda dengan keadilan.Hukum adalah aspek tertentu,sedangkan keadilan adalah akhlakdari hukum itu (Rokhmat, 2012: 83).

Setidaknya, radikalisme bisadibedakan ke dalam dua level, yaitulevelpemikiran dan level aksi atautindakan. Pada level pemikiran,radikalisme masihberupa wacana,konsep dan gagasan yang masihdiperbincangkan, yangintinyamendukung penggunaancara-cara kekerasan untukmencapai tujuan. Adapunpada levelaksi atau tindakan, radikalisme bisaberada pada ranah sosial-politikdanagama. Pada ranah politik, faham initampak tercermin dari adanyatindakanmemaksakan pendapatnyadengan cara-cara yanginkonstitusional, bahkan bisaberupatindakan mobilisasi masa untukkepentingan politik tertentu danberujungpada konflik sosial.

Dalam bidang keagamaan,fenomena radikalisme agamatercermin daritindakan-tindakandestruktif-anarkis atas nama agamadari sekelompok orangterhadapkelompok pemeluk agama lain(eksternal) atau kelompokseagama(internal) yang berbeda dandianggap sesat. Termasuk dalamtindakan radikalismeagama adalahaktifitas untuk memaksakanpendapat, keinginan, dan cita-citakeagamaan dengan jalankekerasan. Radikalisme agama bisa

Page 7: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

39

menjangkiti semua pemelukagama,tidak terkecuali di kalanganpemeluk Islam.

Lebih detil, Rubaidi (2010:63) menguraikan lima ciri gerakanradikalisme. Pertama, menjadikanIslam sebagai ideologi final dalammengatur kehidupan individual danjuga politik ketata negaraan. Kedua,nilai-nilai Islam yang dianutmengadopsi sumbernya—di TimurTengah—secara apa adanya tanpamempertimbangkan perkembangansosial dan politik ketika Al-Qurandan hadits hadir di muka bumi ini,dengan realitas lokal kekinian.Ketiga, karena perhatian lebihterfokus pada teks Al-Qur’an danhadist, maka purifikasi ini sangatberhati-hati untuk menerima segalabudaya non asal Islam (budayaTimur Tengah) termasuk berhati-hatimenerima tradisi lokal karenakhawatir mencampuri Islam denganbid’ah. Keempat, menolak ideologiNon-Timur Tengah termasukideologi Barat, seperti demokrasi,sekularisme dan liberalisme. Sekalilagi, segala peraturan yangditetapkan harus merujuk pada Al-Qur’an dan hadist. Kelima, gerakankelompok ini sering berseberangandengan masyarakat luas termasukpemerintah. Oleh karena itu,terkadang terjadi gesekan ideologisbahkan fisik dengan kelompok lain,termasuk pemerintah.

Peningkatan radikalismekeagamaan banyak berakar padakenyataan kian merebaknyaberbagai penafsiran, pemahaman,aliran, bahkan sekte di dalam (intra)satu agama tertentu. MenurutAzyumardi Azra (2011: 25), di

kalangan Islam, radikalismekeagamaan itu banyak bersumberdari:

1. Pemahaman keagamaanyang literal, sepotong-sepotong terhadap ayat-ayatal-Qur’an. Pemahamanseperti itu hampir tidakmemberikan ruang bagiakomodasi dan kompromidengan kelompok-kelompokmuslim lain yang umumnyamoderat, dan karena itumenjadi arus utama(mainstream) umat.Kelompok umat Islam yangberpaham seperti ini sudahmuncul sejak masa al-Khulafa’ al-Rasyidunkeempat Ali ibn Abi Thalibdalam bentuk kaum Khawarijyang sangat radikal danmelakukan banyakpembunuhan terhadappemimpin muslim yang telahmereka nyatakan ‘kafir’.

2. Bacaan yang salah terhadapsejarah Islam yangdikombinasikan denganidealisasi berlebihanterhadap Islam pada masatertentu. Ini terlihat dalampandangan dan gerakanSalafi, khususnya padaspektrum sangat radikalseperti Wahabiyah yangmuncul di SemenanjungArabia pada akhir abad 18awal sampai dengan abad 19dan terus merebak sampaisekarang ini. Tema pokokkelompok dan sel Salafi iniadalah pemurnian Islam,yakni membersihkan Islam

Page 8: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: UpayaMembangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

40

dari pemahaman dan praktekkeagamaan yang merekapandang sebagai ‘bid’ah’,yang tidak jarang merekalakukan dengan caracarakekerasan. Denganpemahaman dan praksiskeagamaan seperti itu,kelompok dan sel radikal ini‘menyempal’ (splinter) darimainstream Islam yangmemegang dominasi danhegemoni otoritas teologisdan hukum agama dansekaligus kepemimpinanagama. Karena itu, respondan reaksi keras seringmuncul dari kelompok-kelompok ‘mainstream’, arusutama, dalam agama.Mereka tidak jarangmengeluarkan ketetapan,bahkan fatwa, yangmenetapkan kelompok-kelompok sempalan tersebutsebagai sesat danmenyesatkan. Ketetapanatau fatwa tersebut dalamprakteknya tidak jarang puladigunakan kelompok-kelompok mainstreamtertentu sebagai dasar danjustifikasi untuk melakukantindakan main hakim sendiri.

3. Deprivasi politik, sosial danekonomi yang masihbertahan dalam masyarakat.Pada saat yang sama,disorientasi dan dislokasisosial-budaya, dan eksesglobalisasi, dan semacamnyasekaligus merupakantambahan faktor-faktorpenting bagi kemunculan

kelompok-kelompok radikal.Kelompok-kelompoksempalan tersebut tidakjarang mengambil bentukkultus (cult), yang sangateksklusif, tertutup danberpusat pada seseorangyang dipandang kharismatik.Kelompok-kelompok inidengan dogma eskatologistertentu bahkan memandangdunia sudah menjelang akhirzaman dan kiamat; sekarangwaktunya bertobat melaluipemimpin dan kelompokmereka. Doktrin danpandangan teologis-eskatologis seperti ini, tidakbisa lain dengan segeradapat menimbulkan reaksidari agama-agamamainstream, yang dapatberujung pada konflik sosial.Munip (2012:165)menjelaskan bahwaRadikalisme keagamaanjelas berujung padapeningkatan konflik sosialdan kekerasan bernuansaintra dan antar agama; jugabahkan antar umat beragamadengan negara. Ini terlihatjelas, misalnya, denganmeningkatnya aktivitaspenutupan gereja dibeberapa tempat dimanakaum Muslim mayoritas,seperti di Bekasi, Bogor danTemanggung belum lama ini.Atau penutupanmasjid/mushala di daerahmayoritas non-Muslimdiberbagai tempat di tanahair, seperti di Bali pasca bom

Page 9: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

41

Bali Oktober 2002; termasukpula anarkisme terhadapberbagai fasilitas dan masjid-masjid Ahmadiyah serta parajemaatnya. Berbagai tindakkekerasan terhadap pengikutAhmadiyah juga masih terusterjadi di sejumlah tempatmulai dari NTB, Parung,Cikeusik dan berbagai lokasilain. Lalu ada juga kelompok-kelompok hardliners ataugaris keras di kalanganmuslim, menegakkanhukumnya sendiri–atas namasyari’ah (hukum Islam)–seperti pernah dilakukanLasykar Jihad di Ambonketika terjadinya konflikkomunal Kristen-Muslim;atau razia-razia yangdilakukan Front PembelaIslam (FPI) dalam beberapatahun terakhir ini, khususnyapada Ramadhan, atasdiskotik, dan tempat-tempathiburan lainnya atas nama al-amr bial-ma’ruf wa al-nahy‘anal-munkar (menyerudengan kebaikan danmencegah kemungkaran).Bagi mereka tidak cukuphanya amar ma`ruf denganlisan, perkataan; harusdilakukan pencegahanterhadap kemungkarandengan tangan (al-yad), ataukekuatan. Sekalilagi,tindakan-tindakan seperti inijuga dapat memicu terjadinyakonflik sosial. Umat Islammainstream–seperti diwakiliNU, Muhammadiyah, danbanyak organisasi lain—

berulangkali menyatakan,mereka menolak cara-carakekerasan, meski untukmenegakkan kebaikan danmencegah kemungkaransekalipun. Tetapi, seruanorganisasi-organisasimainstream ini sering tidakefektif; apalagi di dalamorganisasi-organisasi ini jugaterdapat kelompok gariskeras yang terus jugamelakukan tekanan internalterhadap kepemimpinanorganisasi masing-masing.

Fenomena radikalisme Islamdiyakini oleh banyak pihak sebagaiciptaan abad ke-20 di dunia Muslim,terutama di Timur Tengah, sebagaiproduk dari krisis identitas yangberujung pada reaksi dan resistensiterhadap Barat yang melebarkankolonialisasi di dunia Muslim.Terpecahnya dunia Muslim ke dalamberbagai negara bangsa (nation-state) dan proyek modernisasi yangdicanangkan oleh pemerintah baruberhaluan Barat mengakibatkanumat Islam merasakan mengikisnyaikatan agama dan moral yangselama ini mereka perpegangisecara kuat (Dekmejian, 1985: 25-36) Hal ini menyebabkan munculnyagerakan-gerakan Islam radikal yangmenyerukan kembali ke ajaran Islamyang murni sebagai jalan keluar.Tidak sampai disitu, gerakan inimelakukan perlawanan terhadaprezim yang dianggap sekuler danmenyimpang dari agama. Selainfundamentalisme Islam, adaberbagai istilah yang dipakai parapengamat dan sarjana untuk

Page 10: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: UpayaMembangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

42

mengidentifikasi dan menjelaskanfenomena kebangkitan Islam didunia Muslim, antara lain:revivalisme, radikalisme, militansi,Islamisme, Islam politik (politicalIslam), skripturalisme, danextrimisme. Dari berbagai istilah ini,fundamentalisme nampaknya lebihumum dipakai oleh media danakademisi. Akan tetapi, tidak semuasarjana sepakat dengan istilah ini,karena mengandung makna pejoratifterhadap Islam.

Istilah lain yang populer danpenulis gunakan dalam artikel inisebagai alat identifikasi ialah ‘Islamradikal’ atau ‘radikalisme Islam’.Istilah ini bagi penulis tampak lebihnetral dan kurang pejoratif, sertasecara umum dipakai dalam disiplinilmu politik dan sosiologi untukmenjelaskan fenomena socialtertentu. Mengikuti definisi yangdibuat oleh Jamhari dan Jahroni(2004: 2-3), Islam radikal mengacukepada “kelompok yang mempunyaikeyakinan ideologis tinggi danfanatik yang mereka perjuangkanuntuk menggantikan tatanan nilaidan system yang sedangberlangsung.” Dari perspektif ini, adatiga kecenderungan umumradikalisme. Pertama, radikalismemerupakan respon terhadap kondisiyang sedang berlangsung. Biasanyarespons tersebut muncul dalambentuk evaluasi, penolakan ataubahkan perlawanan. Kedua,radikalisme tidak berhenti padaupaya penolakan, melainkan terusberupaya mengganti tatanantersebut dengan suatu bentuktatanan lain. Ketiga, kuatnyakeyakinan kaum radikalis akan

kebenaran program atau ideologiyang mereka bawa. Sikap ini padasaat yang sama dibarengi denganpenafian kebenaran sistem lain yangakan diganti (Bahtiar Effendy, 1998:12-13).

Istilah terorisme sendiri barupopuler pada tahun 1793 sebagaiakibta revolusi Perancis, tepatnyaketika Robespierre mengumumkanera baru yang disebut dengan Reignof Terror (10 Maret 1793 – 27 Juli1794). Teror menjadi agendapenting para pengawal revolusi danmenjadi keputusan pemerintah untukmengukuhkan stabilitas politik, tetapijuga tokoh-tokoh moderat,pedagang, agamawan dan lainsebagainya. Selama berlangsungRevolusi Prancis, Robespierre danyang sejalan dengannya seperti St.Just dan Couthon melancarkankekerasan politik dengan membunuh1366 penduduk Perancis, laki-lakidan perempuan, hanya dalam waktu6 minggu akhir dari masa teror(Mihanna, 2003: 122).

Dalam kamus Oxford (1981:736) kata Terorist diartikan denganorang yang melakukan kekerasanterorganisir untuk mencapai tujuanpolitik tertentu. Aksinya disebutterorisme, yaitu penggunaankekerasan dan kengerian atauancaman, terutama untuk tujuan-tujuan politis. Sementara itu, fatwaMUI (2004: 80) tentang terorismemenyatakan bahwa Terorismeadalah tindakan kejahatan terhadapkemanusiaan dan peradaban yangmenimbulkan ancaman seriusterhadap kedaulatan negara, bahayaterhadap keamanan, perdamaiandunia serta merugikan

Page 11: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

43

kesejahteraan masyarakat.Terorisme adalah salah satu bentukkejahatan yang diorganisasi denganbaik (wellorganized), bersifat trans-nasional dan digolongkan sebagaikejahatan luar biasa (extra-ordinarycrime) yang tidak membeda-bedakan sasaran (indiskrimatif).

Organisasi-organisasiInternasional seperti PBB,mendefinisikannya dengan salahsatu bentuk kekerasan terorganisir.Bentuknya seperti disepakatimasyarakat dunia dapat berupapembunuhan, penyiksaan,penculikan, penyanderaan tawanan,peledakan bom, atau bahan peledakdan lainnya yang dapat menjadipesan pelaku teror. Aksi tersebutbiasanya untuk tujuan politik, yaitumemaksa kekuatan politik tertentu,negara atau kelompok agarmengambil kebijakan atau merubnyasesuai yang diinginkan pelaku(Ezzuddin, 1981: 89). Dalam sidangUmum ke 83, tanggal 8 Desember1998, PBB mengecam segalabentuk kekerasan aksi teror denganalasan apapun, termasuk yangbermotifkan politik, filsafat,akidah/ideologi, ras, agama, danlainnya.

Secara umum, terorismediartikan sebagai cara atau teknikintimidasi dengan sasaransistematik, demi suatu kepentinganpolitik tertentu. Whittaker (2003)mengutp beberapa pengertianterorisme antara lain menurut WalterReich yang menyatakan bahwaterorisme adalah a strategy ofviolence designed to promotedesired outcomes by instilling fear inthe public at large (suatu strategi

kekerasan yang dirancang untukmeningkatkan hasil-hasil yangdiinginkan, dengan caramenanamkan ketakutan di kalanganmasyarakat umum). Sementarapihak mengartikan terorisme sebagai...the deliberate, systemic, murder,maiming, and menacing of theinnocent to inspire fear in order togain political ends...terrorism ispolitically evil, necessarily evil andwholly evil (pembunuhan dengansengaja yang direncanakan secarasistematik, sehingga mengakibatkancacat dan merenggut ataumengancam jiwa orang yang tidakbersalah, sehingga menimbulkanketakutan umum, semata-mata demimncapai tujuan politik, terorismeadalah suatu kejahatan politik, yangdari segi apapun merupakankejahatan dan dalam artian secarakeseluruhan adalah merupakankejahatan) (Poul Johnson, 2008:189).

Akar terorisme global padaera ini adalah ideologi universal,bukan agama yang secara sangatsinis kerap dikaitkan dengan ideologiitu. Ideologi yang mendorongbenturan, konflik, dan mempertajamfragmentasi budaya secara terus-menerus telah menumbuh-kembangkan fundamentalisme.Tujuan para pelaku terorisme danmotivasinya di masa lalu sangatlahberagama, yaitu demi keuntunganekonomi (gold), memperoleh gensisosial (glory), memaksakan ideologi,penafsiran keyakinan ataueksploitasi agama, kebudayaan,hegemoni, kekuasaan, dominasikultural, ataupun pemaksaan konsepfalsafati.

Page 12: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: UpayaMembangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

44

Terorisme tidak mempunyainilai, karena nilai dalam aksiologisterdiri atas etika (baik dan buruk),norma moral (salah dan benar), dannilai estetika (elok dan tidak elok).Bahasa dalam terorisme adalahbahasa universal, yang penilaianterhadapnya juga bersifat universal.Oleh karena itu, nilai dari terorismeternegasikan secara penuh olehjatuhnya korban manusia yang tidakbersalah. Terorisme menggunakansuatu bahasa dalam mengungkanpikiran atau keyakinan pihak pelaku(subyek), yang menimbulkan panikdan ketakutan di kalanganmasyarakat luas.

GERAKAN ISLAM RADIKAL VSISLAM MODERAT

Willian E. Shepard membagiIslam ke dalam lima tipologi gerakanIslam, yaitu: sekularisme,modernisme Islam, Islam radikal,tradisionalisme, dan neo-tradisionalisme. Pandangan laintentang tipologi gerakan Islam, dapatdigolongkan menjadi: modernismeIslam, tradisionalisme Islam,fundamentalisme Islam, neo-modernisme Islam, neo-fundamentalisme Islam sampaikepada yang belakangan ramaidiperbincangkan orang di tanah air,yakni post tradisionalisme Islam.

Ada empat tipologi kelompokgerakan Islam yang dielaborasiSetara Institute. Pertarna, kelompokIslam moderat yang memiliki tiga ciriyaitu: (1) tidak menggunakankekerasan dalam agendaperjuangan Islam; (2) akomodatifterhadap konsep negara-bangsamodern; (3) organisasi bersifat

terbuka (contohnya NU danMuhammadiyah). Kedua, kelompokIslam radikal transnasional yangmemiliki empat ciri yaitu: (1)berjuang melakukan perubahansistem sosial dan politik; (2) tidakmenggunakan kekerasan dalamagenda perjuangan Islam; (3)perjuangannya bersifat ideologis; (4)organisasi bersifat terbuka dan lintasbatas negara (contohnya HTI).Ketiga, kelompok Islam radikal lokalyang memiliki empat ciri yaitu: (1)menggunakan kekerasan dalamagenda perjuangannya jika tidakterjadi perubahan di masyarakat; (2)tidak merencanakan pembunuhan;(3) perjuangannya ada yang bersifatpragmatis dan ideologis: (4)organisasi bersifat terbuka danhanya ada di Indonesia (conlohnyaFPI). Keempat, kelompok Islamjihadis yang memiliki empat ciriyaitu: (1) menggunakan kekerasandalam agenda perjuangannya akibatketidakadilan penguasa terhadapumat Islam; (2) mengguna-kanpengeboman sebagai strategipenyerangan, bahkan dalam beniukbom bunuh diri; (3) organisasibersifat tertutup (bawah tanah); (4)melakukan penyerangan terhadapaparatur negara (contohnya Jamaahlslamiyah). Penelitian ini lebihmemfokuskan pada gerakan Islamradikal yang ada dan berkembang diIndonesia khususnya di JawaTengah.

Warna keberagamaan Islamyang “khas” masyarakat di Indonesiatengah mengalami gugatan dengankehadiran fenomena radikalismebeberapa tahun terakhir ini.Pemahaman keagamaan

Page 13: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

45

mainstream yang dianut mayoritasumat Indonesia dinilai bukanmerupakan pemahaman yang benar,karena berbeda dengan Islam yangideal, Islam yang dicontohkan olehsalaf als-shalih. Radikalisme adalahgerakan yang memegangkonservatif dan sering menggunakankekerasan untuk mengajarkeyakinan mereka (Harun, 1995:124). Sementara Islam adalahagama damai yang mengajarkansikap berdamai dan mencariperdamaian (Madjid, 1992: 260).Islam tidak membenarkanpenggunaan kekerasan dalammenyebarkan praktek agama,afinitas agama dan keyakinan politik.Tapi tidak bisa dipungkiri bahwadalam perjalanan sejarahnya adakelompok Islam tertentu yangmenggunakan kekerasan untukmencapai tujuan politik ataumempertahankan memahami kakuagama bahwa bahasa peradabanglobal yang sering disebutradikalisme Islam (Bakri, 2004: 2).

Istilah Radikalisme untukmenggambarkan kelompok militandianggap lebih tepat sebagaifundamentalisme itu sendiri. Dalamperspektif Barat Fundamentalismeberarti paham orang-orang kakuekstrim serta tidak segan-seganberperilaku dengan kekerasandalam mempertahankan ideologinya.Sementara dalam perspektif Islam,fundamentalisme berarti tadjidberdasarkan pesan moral Al-Qur’andan as-Sunnah (Imarah, 1999: 22).Dalam tradisi pemikiran teologisfundamentalisme agama adalahgerakan untuk mengembalikanseluruh perilaku tatanan kehidupan

umat Islam untuk Al-Quran dan Al-Hadits (Watt, 1998: 2). Sebutanfundamentalis memang terkadangbermaksud untuk menunjuk kepadakelompok pengembali (revivalis)Islam (Gibb, 1990: 52). Tapi kadang-kadang istilah fundamentalis ini jugadimaksudkan untuk merujuk kepadaradikalisme Islam. Sehingga penelitilebih cenderung menggunakanradikalisme jangka fundamentalismekarena pemahamanfundamentalisme dapat memiliki artilain kadang-kadang mengkaburkandimaksudkan makna menjadiradikalisme terlihat lebih jelas maknayang ditunjuk adalah gerakan yangmenggunakan kekerasan untukmencapai target politik yangdidukung oleh sentimen atau emosikeagamaan (Bakri, 2004: 3).

Nama untuk label untukradikalisme kelompok militan Islamjuga beragam seperti ekstremkanan, fundamentalis, militan dansebagainya. M.A. Shaban (1994: 56)mengacu ekstremisme kekerasan(radikalisme) sebagai neo-Khawarij.Sementara itu, Harun Nasution(1995: 125) sebut sebagai Khawarijabad kedua puluh (abad 21-pen)karena itu adalah jalan untukmencapai tujuannya adalah untukmenggunakan kekerasan sepertiyang dilakukan di Khawarij postingtahkim. Islam sebagai agama damaisebenarnya tidak membenarkanpraktik kekerasan. cara radikal untukmencapai tujuan politik ataumempertahankan apa yangdianggap suci tidak cara Islam.Dalam tradisi peradaban Islam itusendiri juga tidak diketahui labelradikalisme (Bakri, 2004: 4).

Page 14: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: UpayaMembangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

46

Radikalisme Islam berasaldari pers barat untuk menunjukgerakan Islam garis keras (ekstrim,fundamentalis, militan). Radikalismejangka adalah kode yang kadang-kadang tidak dikenali dan kadang-kadang secara eksplisit untuk Islam.Masalah di Barat, dan Amerikabukan Islam itu sendiri tetapi praktikkekerasan yang dilakukan olehsekelompok komunitas Muslimdalam proses pembentukan identitas(jati diri) kelompok (Madjid, 1995:270). Istilah fundamentalisme danradikalisme dalam perspektif Baratsering dikaitkan dengan sikapekstrim, kolot, stagnasi, konservatid,anti-Barat, dan sulit untukberpendapat dan bahkan kekerasanfisik. Penggunaan radikalisme istilahatau fundamentalisme untuk Muslimtidak benar-benar tepat untukradikalisme itu tidak terjadi di setiapnegara Muslim dan tidak bisadisalahkan pada Islam. Radikalismeadalah gerakan yang dilakukan olehindividu atau kelompok yangdirugikan oleh fenomena sosial-politik dan sosio-historis (Bakri,2004: 4).

Gejala berlatih kekerasanoleh sekelompok Muslim yang,secara historis-sosiologis, lebihtepatnya sebagai gejala darifenomena sosial-politik daripadaagama meskipun dengan menaikkanbendera agama. Fenomenaradikalisme yang dilakukan olehbeberapa Muslim, oleh pers Baratberlebihan, sehingga menjadiwacana internasional danmenciptakan opini publik bahwaIslam itu mengerikan dan penuhdengan kekerasan. Akibatnya tidak

jarang image negatif banyakditujukan kepada Islam sehinggaumat Islam telah terpinggirkansebagai orang yang perlu dicurigai.

Hal seperti itu terjadi karenamasyarakat Barat mampumenguasai pers yang digunakansebagai alat yang kuat untukmemproyeksikan budaya dominanperadaban global. Label Islammenyebutkan gerakan fundamentalissangat menarik untuk pers Barat darilabel Tamil di Sri Lanka, militanHindu di India, IRA (kelompokbersenjata Irlandia Utara), militansayap kanan psikoterapi sekteYahudi, komunis-Marxis yang tidakjarang menggunakan kekerasansebagai solusi pemecahan masalah(Bakri,2004: 5)

Realitas historis-sosiologis iniadalah bukti bagaimana Baratmenggunakan standar ganda dantidak adil untuk Islam. MasyarakatBarat memiliki klaim atas peradabanIslam sedangkan peradaban Islamdibentuk identitas. Dengan demikiantidak berarti membenarkan perilakuradikalisme Muslim dilakukan untukalasan apa pun praktek kekerasanadalah pelanggaran norma agamaserta pelecehan kemanusiaan.

Islam moderat lebih dikenalsebagai bentuk lawan dari Islamradikal atau dikenal dengan Islamgaris tengah. Alasan utamadilahirkannya istilah Islam moderatoleh para pendirinya adalah karenaadanya Islam garis keras tersebut.Maka Islam moderat ingin menjadisolusi atas hal-hal yang dipandangoleh sebagian orang sebagai bentukdari garis keras tersebut. Istilahmoderat (moderate) berasal dari

Page 15: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

47

bahasa Latin moderare yang artinyamengurangi atau mengontrol.Kamus The American HeritageDictionary of the English Languagemendefinisikan moderate sebagai:not excessive or extreme (tidakberlebihan dalam hal tertentu).Kesimpulan awal dari maknaetimologi ini bahwa moderatmengandung makna obyektif dantidak ekstrim, sehingga definisiakurat Islam Moderat adalah Nilai-nilai islam yang dibangun atas dasarpola pikir yang lurus danpertengahan (I’tidal dan wasath).

Sebagai satu sistem ajarandan nilai, sepanjang sejarahnya,Islam tidak menafikan kemungkinanmengambil istilah-istilah asing untukdiadopsi menjadi istilah baru dalamkhazanah Islam. Tetapi, istilah baruitu harus benar-benar diberi maknabaru, yang sesuai dengan Islam.Istilah itu tidak dibiarkan liar, sepertimaknanya yang asli dalam agamaatau peradaban lain. Kita sudahbanyak mengambil istilah barudalam Islam, seperti istilah “agama”,“pahala”, “dosa”, “sorga”, “neraka”,yang berasal dari tradisi Hindu,tetapi kita berikan makna baru yangsesuai dengan konsep Islam. Dariperadaban Barat saat ini, kitamengambil banyak istilah, sepertiistilah “worldview”, “ideologi”, dansebagainya. Semua istilah bisadiadopsi, asalkan sudah mengalamiproses adapsi (penyesuaian makna)dengan makna di dalam Islam,sehingga tidak menimbulkankekacauan makna.

Menurut Dr MuhammadImarah (2004: 145), Istilahwasathiyah termasuk yang sering

disalah-artikan. Dalam bukunya,Ma’rakah al Mushthalahat bayna al-Gharb wa al-Islam (PerangTerminologi Islam versus Barat),Beliau menjelaskan dengan cukuppanjang lebar makna konsep al-wasathiyah di dalam Islam. Istilah al-wasathiyah dalam pengertian Islammencerminkan karakter dan jati diriyang khusus dimiliki oleh manhajIslam dalam pemikiran dankehidupan, dalam pandangan,pelaksanaan, dan penerapannya.

Islam moderat atau moderasiIslam adalah satu di antara banyakterminologi yang muncul dalamdunia pemikiran Islam terutamadalam dua dasawarsa belakanganini, bahkan dapat dikatakan bahwamoderasi Islam merupakan isu abadini. Term ini muncul ditengaraisebagai antitesis dari munculnyapemahaman radikal dalammemahami dan mengeksekusiajaran atau pesan-pesan agama.Dengan demikian,memperbincangkan wacanamoderasi Islam tidak pernah luputdari pembicaraan mengenaiRadikalisme dalam Islam. Kalau kitamerujuk kepada Alquran sebagaiacuan ekspresi keberagamaan baikpada level pemahaman maupunpenerapan, maka secara eksplisit iamenegaskan eksistensi umatmoderat (UmmatanWasathan)sebagai induk bagipemahaman Islam atau seorangmuslim moderat. Dengan demikian,semestinya eksistensi Islam moderatsebagai sebuah term tidak menjadibahan perdebatan bagi kalanganmuslim, namun nampaknya term initidak sedikit dari kelompok Islam

Page 16: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: UpayaMembangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

48

menolaknya, karena alasan-alasantertentu, termasuk alasan bahwaterm itu adalah produk negatif yangtendensius Barat dan karenanyaharus ditolak. Islam moderat bagikelompok ini harus ditolak karenapihak Barat memiliki pemaknaaankhusus tentangnya dan Baratkemudian memiliki ciri-ciri khususbagi seseorang untuk layak dijulukisebagai seorang muslim moderat.

Moderasi Islam adalahsebuah pandangan atau sikap yangselalu berusaha mengambil posisitengah dari dua sikap yangberseberangan dan berlebihansehingga salah satu dari keduasikap yang dimaksud tidakmendominasi dalam pikiran dansikap seseorang. Dengan kata lainseorang muslim moderat adalahmuslim yang memberi setiap nilaiatau aspek yang berseberanganbagian tertentu tidak lebih dari hakyang semestinya. Karena manusia—siapa pun ia—tidak mampumelepaskan dirinya dari pengaruhdan bias baik pengaruh tradisi,pikiran, keluarga, zaman dantempatnya, maka ia tidak mungkinmerepresentasikan ataumempersembahkan moderasi penuhdalam dunia nyata. Yang mampumelakukan hal itu adalah hanyaAllah (al-Qaradhawi, 2007: 56).

ISLAM DAN MISI RAHMATAN LIL‘ALAMIN

Islam hadir di tanah Arabdengan misi memperbaiki tatakehidupan manusia menuju arahyang lebih baik, menegakkan hukumsecara adil, memberangus segalabentuk penindasan dan menjamin

kehidupan yang sejajar bagi seluruhumat manusia, apapun warna kulitdan latar belakang statusnya.Dalam kata lain, Islam adalahmoralitas terbaik bagi umat manusiamenuju kehidupan yang aman,damai dan sejahtera.

Moralitas Islam begitunampak dalam berbagai ajaran, nilai,dan hukum yang tersurat dalam al-Qur;an dan hadits. Pada keduanyakita bisa menemukan berbagaikemuliaan Islam, keagungan hukumAllah sebagai satu-satunya aturanyang harus kita taati dan patuhi.Islam adalah berkah bagi seluruhmanusia tanpa terkecuali. Kitamengetahui bahwa peran utamaNabi Muhammad Saw adalahpembawa perdamaian. Dengandemikian maka logikanya adalahbahwa pengikut Nabi Muhammadpun harus menjadi peloporperdamaian. Hal itu perludiungkapkan mengingat keberadaansejumlah masyarakat kita, bangsaIndonesia ini bahkan di luarIndonesia yang mengaku dirinyasebagai pengikut Nabi MuhammadSaw, namun nyatanya telah terseretbaik sadar maupun tidak ke dalamkancah yang merusak prinsip dansuasana damai. Diantara kegiatantersebut adalah kekacuan,kerusuhan, anarkisme, pembomandi tempat umum dan rumah ibadah,unjuk rasa yang merusak danbahkan menghilangkan nyawa,pungli, korupsi, kolusi, sogok,kronisme, dan nepotisme. Semuaperilaku negatif ini telah menjadiakar penderitaan dan sangatmerugikan bangsa kita. Lebih dariitu, ia telah merusak kehidupan

Page 17: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

49

damai yang kita semua cita-citakandan perjuangkan. (Kemenag, 2014:33).Islam Agama Damai

Pesan Allah Swt, sebagaiajaran pokok yang diemban olehNabi Muhammad Saw untukdisampaikan kepada umat manusiaadalah perdamaian (salām). Inidibuktikan oleh kenyataan bahwaajaran yang dibawakan beliaubukanlah dinamakan denganMuhammadisme, Arabisme,Quraisyme atau isme-isme lainnyayang biasa disebarkan olehpembesar-pembesar kaliber dunia.Ajaran yang beliau bawakan kepadaumat manusia yang juga sampaikepada kita ini adalah islam, yangberarti selamat, sejahtera, tentramdan damai. Ini bermakna bahwaajaran yang dibawakan beliau intinyadamai. Dengan demikian siapapunyang mengatakan bahwa dirinyasedangkan mengembangkan ajaranNabi Muhammad Saw yaitu Islamharus mengutamakan prinsip damaibukan sebaliknya. Prinsip damai iniharus tertuang dalam setiaplangkah, mulai dari perencanaansampai kepada pelaksanaan, darisikap individu sampai kepadakebijakan negara, baik antarasesama atau antar bangsa yang lain.

Secara kelembagaan Nabitelah merumuskan beberapa faktasejarah tentang membuatperdamaian dalam kebijakannya.Diantara yang terkenal adalahPerjanjian Hudaibiyah (bahkan duatermin), sampai kepada PiagamMadinah yang mencakup seluruhelemen masyarakat, dan kemudianmenjalankannya dengan setia.

Sejumlah ayat dan hadits telahmengungkapkannya dengan jelasdan gamblang. Oleh karena itu,kalau ada kegiatan yang nyata-nyatamerusak kedamaian, siapapun yangmelakukannya atau apapunalasannya sudah pasti itu bukanbersumber dari ajaran islam. Sangatmungkin itu adalah ekspresi emosiseseorang atau kelompok yangmengatasnamakan Islam, karena iabertentangan dengan misi NabiMuhammad Saw yang sebenarnyamembawa perdamaian dankesejahteraan.

Oleh karean itu, sejumlahprinsip dan kegiatan lain yang beliaulakukan ditujukan untuk mendukungdamai, mendukung Islam antara lainpemaaf, kerja keras, toleransi, jujur,tidak ada diskriminasi, setia kawan,tidak putus asa, berorientasi kedepan (futuristik), penuhperhitungan, tegas, tata aturan dansistem, patuh hukum, sayangkepada yang lebih muda, hormatkepada yang lebih tua, dansebagainya. Semua itu, adalahprinsip dan kebijakan yangdimaksudkan untuk menunjangtercipta dan terpeliharanyakedamaian untuk seluruh umatmanusia sebagai inti misi kerasulanyang beliau emban.Islam Mengajarkan Toleransi

Toleransi atau tasāmuhadalah di antara perilaku dan misiNabi Muhammad Saw kepada umatmanusia. Toleransi ini telahdipraktikkan dan kemudiandipromosikan dimana dan kapansaja. Sikap toleransi berarti jugatanpa memaksakan kehendakpribadi atas orang lain. Toleransi ini

Page 18: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: UpayaMembangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

50

dianjurkan dalam segala bidangkehidupan, terutama sekali dalambidang kehidupan keagamaan.Toleransi bukanlah tukar menukaratau jual beli antara satu denganyang lainnya. Tetapi ia sebagai sikapmenghormati dan memberi peluangkepada orang lain untukberpendapat, bersikap, dan bahkanberbuat yang mungkin tidak sesuaidengan apa yang kita pahami atauanut, sejauh tidak menyalahi hukumyang berlaku. Allah berfirman;“Untukmu agamamu, dan untukkuagamaku” (Q.S. al-Kafirun: 6).

Ayat tersebut memberipelajaran kepada kita bahwa betapatoleransi Nabi kepada orang di luarkelompoknya telah menjadi modalbagi perdamaian dunia. Bahwatoleransi adalah modal dalammelaksanakan dan memeliharasuasana damai dalam skala yanglebih luas. Alangkah bahagianya kitasebagai sebuah bangsa besarIndonesia yang terdiri dari berbagaisuku, bahasa, budaya, adat-isitiadatdan agama kalau dapatmengamalkan perilaku toleransisebagaimana yang diajarkan olehNabi Muhammad Saw. Kitamengetahui ketik Nabi danpengikutnya kembali ke Mekkahketika segala kewenangan berada ditangannya, beliau tidak melakukanpaksaan atas tradisi dan agamamasyarakat, bahkan sikap toleransilah yang ditunjukkan ketika itu.Masing-masing jamaah hidupberdampingan dan dalam naungansaling menghormati dan menghargaisatu sama lainnya.

MODEL MODERASI ISLAM ALAINDONESIA: PARADIGMA DANAKSI

Keragaman bahasa, budaya,dan agama yang menjadi identitasbangsa Indonesia, memiliki nilaistrategis dalam kancahinternasional. Sebagai bangsa yangmultikutlur, multietnis dan multireligiini adalah sebuah pertaruhan. Jikakeragaman tersebut menjadi aspekpenguat relasi sosial antar elemenbangsa, maka dunia akan melihatIndonesia sebagai rujukan utamasebagai ideal type (contoh ideal)dalam pengelolan keragaman.

Dalam skala internasional,posisi Indonesia sangat strategidalam membangun perdamaian. Halini misalnya bisa kita lihat dari peranIndonesia dalam menengahiberbagai konflik di beberapa negaradi Timur Tengah. Sejak dahuluIndonesia telah mengirimkanbeberapa kontingen Garuda untukmenjadi penjaga perdamaian.Seperti di Bosnia, Sudan, danLebanon. Banyaknya harapan duniaakan peran serta Indonesia dalammenengahi berbagai konflik, tidaklain disebabkan keberhasilanIndonesia dalam mengelolakeragaman tersebut, baik dari aspekbudaya, bahasa, dan bahkanagama. Indonesia dipandangberhasil membangun moderasi islam(wasathiyah al-islam).

Fakta moderasi Islam itudibentuk oleh pergulatan sejarahIslam Indonesia yang cukuppanjang. Muhammadiyah dan NUadalah dua organisasi Islam yangsudah malang-melintang dalammemperjuangkan bentuk-bentuk

Page 19: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

51

moderasi Islam, baik lewat institusipendidikan yang mereka kelolamaupun kiprah sosial-politik-keagamaan yang dimainkan. Olehkarena itu, kedua organisasi ini patutdisebut sebagai dua institusi civilsociety yang amat penting bagiproses moderasi negeri ini.Muhammadiyah dan NU merupakandua organisasi sosial-keagamaanyang berperan aktif dalam merawatdan menguatkan jaringan daninstitusi-insitusi penyangga moderasiIslam, bahkan menjadikan Indonesiasebagai proyek percontohantoleransi bagi dunia luar (Kahar t.t.).Dikatakan pula, sebagai organisasiIslam terbesar di Indonesia, NUselama ini memainkan peran yangsignifikan dalam mengusung ide-idekeislaman yang toleran dan damai(Hamid 2007, 28).

Muhammadiyah, misalnya,adalah suatu pergerakan sosial-keagamaan modern yang bertujuanuntuk mengadaptasikan ajaran-ajaran Islam yang murni ke dalamkehidupan dunia modern Indonesia.Dalam usaha mencapai tujuantersebut, gerakan ini secara luastelah mendapatkan inspirasi dari ide-ide pembaruan Syaikh MuhammadAbduh, yang mengobarkansemangat pembaruan pembersihanIslam dari daki-daki sejarah yangselama ini dianggap bagian takterpisahkan dari Islam (A. Shihab1997, 303-304).

Dalam sejarah kolonialismedi Indonesia, Muhammadiyah dapatdisebut moderat, karena lebihmenggunakan pendekatanpendidikan dan transformasi budaya.Karakter gerakan Muhammadiyah

terlihat sangat moderat, terlebih jikadibandingkan dengan gerakan Islamyang menggunakan kekerasandalam perjuangan mengusirpenjajah, sebagaimana ditunjukkanoleh gerakan-gerakan kelompoktarekat yang melakukanpemberontakan dengan kekerasan.Dalam perjalanan sejarahselanjutnya, NU dan Muhammadiyahadalah organisasi Islam yang palingproduktif membangun dialog dikalangan internal masyarakat Islam,dengan tujuan membendunggelombang radikalisme. Dengandemikian, agenda Islam moderattidak bisa dilepas dari upayamembangun kesalingpahaman(mutual understanding)antarperadaban (Basya 2013).

Sikap moderasiMuhammadiyah sebenarnya sejakawal telah dibangun oleh pendiriorganisasi ini, yaitu K.H. AhmadDahlan. Dikatakan, salah satupelajaran yang paling penting darikepemimpinan Ahmad Dahlanadalah komitmen kuatnya kepadasikap moderat dan toleransiberagama. Selamakepemimpinannya dapat terlihatadanya kerja sama kreatif danharmonis dengan hampir semuakelompok masyarakat. Bahkan,dengan rekan Kristennya, beliaumampu mengilhami rasa hormat dankekaguman. Contoh yang palingmenarik dari kemampuan K.H.Ahmad Dahlan adalah mengikatpersahabatan erat dengan banyakpemuka agama Kristen. Kenyataanbahwa beliau dikenal sebagai orangyang toleran terhadap kaummisionaris Kristen akan tetapi tidak

Page 20: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: UpayaMembangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

52

berarti lantas beliaumengkompromikan prinsip-prinsipnya. Dia adalah seorangpraktisi dialog antaragama yangsejati, dalam pengertian diamendengar apa yang dikatakan danmemerhatikan apa yang tersirat dibalik kata yang diucapkan (A.Shihab 1997, 311-312). Dalamperkembangan lebih lanjut, Syafi’imencatat, bahwa:

“Gerakan modernis itu,terutama Muhammadiyahsemakin mempertimbangkandimensi kultural dalam gerakdakwahnya sehingga terasamenjadi lebih lentur tanpakehilangan prinsip dan misiutamanya. Persis dan Al-Irsyad tetap bertahan, tetapitidak pernah mengikutimitranya Muhammadiyahyang terus berekspansi”(Ma’arif 2009, 62).Sementara itu, sikap

moderasi NU pada dasarnya tidakterlepas dari akidah Ahlusunnahwaljama’ah (Aswaja) yang dapatdigolongkan paham moderat. DalamAnggaran Dasar NU dikatakan,bahwa NU sebagai Jam’iyah DiniyahIslamiyah berakidah Islam menurutpaham Ahlussunah waljamaahdengan mengakui mazhab empat,yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, danHambali. Penjabaran secaraterperinci, bahwa dalam bidangakidah, NU mengikuti pahamAhlussunah waljamaah yangdipelopori oleh Imam Abu Hasan al-Asy’ari, dan Imam Abu Mansyur al-Maturidi. Dalam bidang fikih, NUmengikuti jalan pendekatan (al-mazhab) dari Mazhab Abu Hanifah

al-Nu’man, Imam Malik ibn Anas,Imam Muhammad ibn Idris al-Syafi’i,dan Ahmad ibn Hanbali. Dalambidang tasawuf mengikuti antara lainImam Junaid al-Bagdadi dan ImamGhazali, serta imam-imam yang lain(Qomar 2002, 62).

Perkataan Ahlusunnahwaljama’ah dapat diartikan sebagai“para pengikut tradisi NabiMuhammad dan ijmak(kesepakatan) ulama”. Sementaraitu, watak moderat (tawassuth)merupakan ciri Ahlussunahwaljamaah yang paling menonjol, disamping juga i’tidal (bersikap adil),tawazun (bersikap seimbang), dantasamuh (bersikap toleran),sehingga ia menolak segala bentuktindakan dan pemikiran yag ekstrem(tatharruf) yang dapat melahirkanpenyimpangan dan penyelewengandari ajaran Islam. Dalam pemikirankeagamaan, juga dikembangkankeseimbangan (jalan tengah) antarapenggunaan wahyu (naqliyah) danrasio (‘aqliyah) sehinggadimungkinkan dapat terjadiakomodatif terhadap perubahan-perubahan di masyarakat sepanjangtidak melawan doktrin-doktrin yangdogmatis. Masih sebagaikonsekuensinya terhadap sikapmoderat, Ahlussunah waljamaahjuga memiliki sikap-sikap yang lebihtoleran terhadap tradisi dibandingdengan paham kelompok-kelompokIslam lainnya. Bagi Ahlussunah,mempertahankan tradisi memilikimakna penting dalam kehidupankeagamaan. Suatu tradisi tidaklangsung dihapus seluruhnya, jugatidak diterima seluruhnya, tetapiberusaha secara bertahap di-

Page 21: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

53

Islamisasi (diisi dengan nilai-nilaiIslam) (Dhofier 1994, 148).

Pemikiran Aswaja sangattoleransi terhadap pluralismepemikiran. Berbagai pikiran yangtumbuh dalam masyarakat muslimmendapatkan pengakuan yangapresiatif. Dalam hal ini Aswajasangat responsif terhadap hasilpemikiran berbagai mazhab, bukansaja yang masih eksis di tengah-tengah masyarakat (Mazhab Hanafi,Malik, Syafi’i, dan Hambali),melainkan juga terhadap mazhab-mazhab yang lain seperti imamDaud al-Zhahiri, Imam Abdurrahmanal-Auza’i, Imam Sufyan al- Tsauri,dan lain-lain (Muhammad 1999).

Model keberagamaan NU,sebagaimana disebutkan, mungkintepat apabila dikatakan sebagaipewaris para wali di Indonesia.Diketahui, usaha para wali untukmenggunakan berbagai unsur non-Islam merupakan suatu pendekatanyang bijak. Bukankah Alquranmenganjurkan sebuah metode yangbijaksana, yaitu “serulah manusiapada jalan Tuhanmu dengan hikmahdan nasihat yag baik (16:125)(Mas’ud 2004, 9). Dalammendinamiskan perkembanganmasyarakat, kalangan NU selalumenghargai budaya dan tradisi lokal.Metode mereka sesuai denganajaran Islam yang lebih toleran padabudaya lokal. Hal yang samamerupakan cara-cara persuasif yangdikembangkan Walisongo dalammengislamkan pulau Jawa danmenggantikan kekuatan Hindu-Budha pada abad XVI dan XVII. Apayang terjadi bukanlah sebuahintervensi, tetapi lebih merupakan

sebuah akulturasi hidupberdampingan secara damai. Inimerupakan sebuah ekspresi dari“Islam kultural” atau “Islam moderat”yang di dalamnya ulama berperansebagai agen perubahan sosial yangdipahami secara luas telahmemelihara dan menghargai tradisilokal dengan cara mensubordinasibudaya tersebut ke dalam nilai-nilaiIslam (Mas’ud 2004, 10).

Moderasi Islam adalah jalantengah di tengah keberagamanberagama. Wajah moderasi Islamnampak dalam hubungan harmoniantara islam dan kearifan lokal (localvalue). Local Value ini sebagaiwarisan budaya Nusantara, mampudisandingkan secara sejajarsehingga antara spirit islam dankearifan budaya berjalan seiring,tidak saling menegasikan. Di sinilahwajah Islam Indonesia dipandangsangat tepat diterapkan dalamkonteks heterogenitas budaya dikawasan ASEAN maupun dunia(Kemenag, 2014: 65)

Moderasi Islam jugaberperan besar dalam mendialogkanIslam dan modernitas. Terhadapmodernitas, Islam tidak dalam posisimenolak atau menerima secaramenyeluruh, melainkan tetapmengedepankan sikap kritissehingga modernitas tumbuhmenjadi nilai positif ketimbangnegatiI. Di saat negara-negaramuslim begitu kaku dan konservatifterhadap perubahan dan produk-produk modernitas, Indonesia justrumenjadikannya media dakwahdengan memasukan spirit Islam didalamnya (Zarkasyi, 2017).

Page 22: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: UpayaMembangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

54

Kini, di saat dunia terusberada dalam bayang-bayangbenturan sosial, seperti yang terjadidi Afghanistan, lrak, Suriah, hinggaIrlandia, Indonesia tampil dengankebersamaan dalam keragaman.Sungguh sangat indah menyaksikanberbagai agama, budaya, dan sukuhidup berdampingan, salingmenghormati. Masing-masingdaerah tidak lagi mengusung aurakedaerahan atau kesukuan,melainkan hidup rukun di bawahpayung Pancasila dalam bingkaiNKRl.

KH. Hasyim Muzadi memilikipandangan tersendiri tentangmoderasi muslim Indonesia.Menurutnya, umat Islam Indonesiapatut bangga karena memiliki caraberfikir keagamaan yang mengikutiahlussunah yang diaplikasikandalam kehidupan keindonesiaanyang menggabungkan antaraibadah, fikih, dan tasawuf secarabersamaan. Bangsa ini memilikikarakter keberagamaan yang taat,tanpa menghapus nilai kebangsaan.Umat Islam mampu hidupberdampingan dengan berbagaikelompok umat dan budaya lain,tanpa menanggalkan identitaskeislamannya sesuai denganketentuan wahyu,

Umat Islam Indonesiamemiliki seting pemikiran paradigmaberfikir yang menempatkan nilaiagama dan Negara hidupberdampingan, tidak salingmenegasikan, serta tidak merusakkemajemukan. Bangsa Indonesiatidak tertarik untuk mendirikannegara sekuler, begitu pula dengannegara agama (daulah islamiyah).

Sekulerisme telah gagalmembangun bangsa-bangsa didunia, sebagaimana Negara agamajuga tidak mampu membangundalam kemajermukan. TetapiIndonesia yang sangat majemukdengan beragam budaya dan agamamampu hidup damai danberdampingan. Ini adalah sebuahprestasi bahwa bangsa Indonesiaberhasil membangun negara di atasprinsip agama dan budaya bangsa,tidak menegasikan satu atas yanglainnya. KH. Hasyimmenggarisbawahi bahwa kondisi initerbentuk bukan tanpa usaha. Parapendahulu telah membangunfondasi yang kokoh tentangkeberagaman dan kebangsaansebagai tonggak moderasi Islam,kita tinggal merumuskan saja dalammoderasi Islam.

Moderasi pemikiran yangdibangun para ulama dapatdimengerti oleh berbagai aliran, baikyang ekstrem maupun liberal.Moderasi pemikiran Islammenemukan tempatnya di Indonesia.Bahkan sekte-sekte sangatmenghargai moderasi kita, sekalipunbelum tentu mengikuti. Di duniaIslam pun garis moderasi ini bisamengatasi modernisasi danglobalisasi, Ketika arus globalisasidan informasi deras memasukikehidupan masyarakat, moderasiIslam mampu menyikapinya denganbaik (Abdul A’la, 2008)

Di sinilah, agama harusdilepaskan dari politik kekuasaan,dan dijadikan alat justifikasi. Agamaperlu dikembalikan kepadaeksistensinya sebagai sumbermoralitas luhur yang selalu

Page 23: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

55

membimbing umatnya dan umatmanusia secara keseluruhan dalamseluruh aspek kehidupan mereka.Melalui, pendekatan moral, langitharapan akan tampak lebih cerah,Kekerasan tidak dihadapkan dengankekerasan yang lain. justru, masing-masing pihak diharapkan akankembali kepada eksistensinyasebagai manusia yang mengembanmoralitas luhur dalam bentukpembumian kedamaian, keadilan,kesetaraan dan sejenisnya, sertapengendallan diri dan lainseabagainya. Terlepas dari semuaitu, bangsa Indonesia tetap harusberhati-hati, karena potensi konflikakan terus bermunculan, Denganarus inforrnasi yang semakin derasdengan beragam informasi, tentunyaini harus kita waspadai. Namun disisi lain, arus informasi juga bisarnenjadi kekuatan yang akanmenjadi unsur penting dalammenjaga keharmonisan kehidupanumat beragama. Di sinilah perankomunikasi publik menjadi sangatvital dalam mewujudkankeharmonisan dimaksud.

MENGAWAL DAN MEMBUMIKANVISI MODERASI ISLAMINDONESIA

Indonesia merupakan negarayang berpenduduk mayoritasMuslim. Tetapi kondisi ini tidakmenjadikan Indonesia sebagainegara agama. Konsensus yangtelah terbangun adalah republik.Dengan demikian, negara danmasyarakat harus mengayomi danmelindungi keragaman agama.Perbedaan harus disikapi danditerima sebagai sunnatullah.

Keragaman harus dijadikan sebagailadang ibadah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Sebagaiumat Islam, kita memilikitanggungjawab untuk turut sertamenciptakan kondisi tentram dandamai. Dengan kondisi yang damai,sangat dimudahkan untukmewujudkan kemaslahatan umatmanusia. Di sisi lain, Islam dengantegas menolak sikap terorisme,radikalisme, anarkisme,keberingasan, dan pengrusakanyang mengatasnamakan agama.Tidak lain, karena hal tersebutsangat bertentangan dengan nilai-nilai dan watak dasar Islam.

Kita sebagai kaum MuslimIndonesia yang menjadi mayoritassangat mafhum bahwa Indonesiabukanlah negara agama, melainkannegara yang memiliki banyak agamaserta suku bangsa. Pancasilasebagai pandangan hidupberbangsa dan bernegara jugamengambil intisari dari kitab suci al-Qur’an. Tokoh-tokoh pendiri bangsa,dengan berbagai latar belakangagama yang dianut telah bahumembahu berperan penting dalammendirikan sebuah negara bernamaIndonesia. Oleh karenanya,Indonesia bukanlah dimiliki oleh satuagama, tetapi dimiliki oleh semuaagama.

Baik umat Islam maupunpenganut agama lain harusberupaya memahami danmengamalkan ajarannya masing-masing dalam bingkai merawatkemajemukan dan kemajuanIndonesia. Hal ini tidaklahberlebihan, mengingat setiap agamapasti mengajarkan nilai dan budi

Page 24: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: UpayaMembangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

56

luhur. Oleh karenanya, hidup damaidan toleran sudah semestinyamenjadi komitmen bersama.

Al-Qur’an sebagai pedomandan pegangan hidup Muslim, banyakmenceritakan perihal sikap toleransidan moderasi. Jika kita percayapada isi serta kandungan al-Qur’ansebagai kitab toleransi semestinyakita memahami dan meresapipesan-pesan toleransi yangterkandung di dalamnya. Selain itu,kita sebagai Muslim harus secarasadar dan aktif membumikan pesan-pesan toleransi al-Qur’an padakehidupan nyata. Ajaran cinta kasihmerupakan ajaran yang mendasardalam agama-agama samawiterdahulu. Apa yang disampaikan al-Qur’an, pada hakikatnya hendakmenyempurnakan dan melanjutkanajaran yang mulia tersebut. Karenaitu, meletakkan toleransi sebagainilai utama dalam keberagamaanumat Islam merupakan salah satuupaya menghadirkan sesuatu yangfundamental dalam Islam.

Dengan menguatnyatoleransi dan moderasi, masyarakatdan generasi muda tidak akanmudah untuk disusupi olehdoktrinasi gerakan-gerakanradikalisme, ektrimisme, danterorisme. Bahkan sebaliknya,masyarakat akan menjadi tembokkokoh untuk menangkal gejalapendangkalan agama tersebut.Agama yang menjadi petunjukmanusia, tidak mungkin bisaditerima jika di dalamnyamengajarkan kekerasan dankebengisan. Tidak lain karena,agama adalah cahaya dan petunjukbagi keadaban dan peradaban.

Oleh karena itu, Sebagaikelompok terbesar umat IslamIndonesia, Muhammadiyah dan NUmemiliki peran yang sangatmenentukan. Sikap organisasi yangdidirikan KH Ahmad Dahlan dan KHHasyim Asy’ari –keduanyabersahabat—ini dinilai sangatpenting bagi kalangan IslamIndonesia. Sebab, Muhammadiyahdan NU menjadi acuan sebagianbesar umat Islam Indonesia,sehingga sikap keduanya ini sangatberpengaruh terhadap pikiran,perasaan, tindakan, dan perilakusebagian besar umat Islam diIndonesia ini. Maka, Muhammadiyahdan NU memiliki kontribusi yangsangat besar dalam memengaruhimereka, bahkan menjadi penentumereka dalam menjalani kehidupankeagamaan sehari-hari.

Dalam menghadapi tindakan-tindakan radikal yang meresahkanmasyarakat akibat ulah kalanganIslam fundamentalis, sebenarnyakita masih memiliki banyak harapanuntuk membendungkeberlangsungan radikalisme itusepanjang Muhammadiyah dan NUsolid dan sinergis menolaknya.Selama keduanya tak mendukunggagasan dan gerakan radikalisme,provokasi untuk melakukan teror takefektif di Indonesia.

Kedua organisasi Islamterbesar di Indonesia ini memilikicara-cara sendiri yang lebihpersuasif dalam menjalankan misiperjuangannya dan sangat jauh daripola-pola kekerasan. Cara-carakekerasan dan radikal tidak akanpernah mampu menyelesaikanmasalah di masyarakat, mengingat

Page 25: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

57

akan menimbulkan kekerasan lainsebagai pembalasan dendam ataukebencian yang membara dikalangan pihak-pihak yangdirugikan.

Penjagaan moderasi yangdilakukan Muhammadiyah dan NUtentu tidak akan menghalangikeduanya organisasi itu untukbergerak secara dinamis. Keduanyatetap menjalankan agendanyamasing-masing danmengembangkannya secara aktif,dinamis, dan saling melengkapi. Jikaperan itu tetap dilakukan kita optimisIndonesia tak akan menghadapisituasi buruk seperti di sejumlahnegara-negara di Timur Tengahyang hari-harinya dipenuhi aksi-aksikekerasan.

PENUTUPSetiap agama-agama tidak

terkecuali Islam tidak membenarkanbentuk aksi teror, kekerasan, atauapapun namanya yang mencederainilai-nilai kemanusiaan, menyobekkeharmonisan dan kerukunan antarasesama penganut agama maupunantar penganut agama. Bangsa inidibangun diatas keragaman, dankerukunan antar agama, budaya,bahasa dan lain sebagainya.Sehingga hal ini merupakantantangan tersendiri bagimasyarakat Indonesia untukmembangun kedamaian, kerukunandan kebersamaan. Realitasmasyarakat Indonesia sekarangrawan akan terjadinya potensi konflikhorizontal yang disebabkan faktoragama. Namun sejatinya konflikagama biasanya tidak murnidisebabkan oleh faktor agama.

Tetapi, lebih non agama sepertikesenjangn sosial, ekonomi, politikdan lain sebagainya. Oleh karenaitu, untuk menjaga potensi konflik dibutuhkan dialog dan rumusanimplementatif terkait teologiwasatiyyah islam (moderasi islam).Konsepsi dan implementasiWasatiyyah Islam merupakankonsep utama yang terkait denganajaran islam dan pengalamannyauntuk membentuk pribadi dankarakter muslim, konsep ini melekatdengn konsep ummatan wasathan.Visi moderasi Islam merupakantawaran paradigma dan konsepsiyang ideal. Sebab, moderasi Islamtidak hanya terhenti dan se bataswacana dan paradigma semata,melainkan moderasi dapatimengejawantah dalam bentukgerakan (movement). Nah, pilihantujuan dari gerakan wasatiyyah islamdapat mengambil bentuk berupagerakan kesadaran dari kelompokekstrim kanan atau kiri Islam, ataupilihan gerakan alternatif sebagaicounter opini baru dari dua kutubekstrimitas islam. Namun yang tidakkalah penting lagi adalah perludiformulasikan secara seriusbagaimana fungsionalisasiwasatiyyah islam dalam praktekkehidupan bermasyarakat danbernegara.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Munip, MenangkalRadikalisme Agama diSekolah, Yogyakarta: JurnalPendidikan Islam, Volume I,Nomor 2, Desember 2012.

Page 26: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: UpayaMembangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

58

Abdurrahman Mas’ud, (2006), “DariHaramain ke Nusantara :Jejak Intelektual ArsitekPesantren”, Jakarta:Kencana.

Abu Rokhmad, Radikalisme Islamdan Upaya DeradikalisasiPaham Radikal, Semarang:Walisongo, Volume 20,Nomor 1, Mei 2012.

Afdhal, Islam dan Radikalisme diIndonesia, Jakarta: LIPIPress, 2005

Ahmad Rubaidi, Radikalisme Islam,Nahdhatul Ulama: MasaDepan Modernisme Islam diIndonesia, Yogyakarta:Logung Pustaka, 2010.

Ahmad Zainul Hamid. “NU dalamPersinggungan Ideologi:Menimbang Ulng ModerasiKeislaman Nahdatul Ulama”.Afkar, Edisi No. 21 Tahun2007.

Alwi Shihab, Membendung Arus:Respons GerakanMuhammadiyah terhadapPenetrasi Misi Kristen diIndonesia, Jakarta: Mizan,1998.

Azyumardi Azra, Akar RadikalismeKeagamaan Perna AparatNegara, Pemimpin Agama,dan Guru untuk KerukunanUmat Beragama, Makalahdisampaikan dalamworkshop “MemperkuatToleransi Melalui InstitusiSekolah”, yangdiselenggarakan oleh TheHabibie Center, Tanggal 14Mei 2011, Bogor.

Bahtiar Effendy dan Prasetyo,Hendro (eds.). Radikalisme

Islam , Jakarta: PPIMIAIN,1998.

Dekmejian, R. Hrair. Islam inRevolution: Fundamentalismin the Arab World, New York:Syracuse University Press,1985.

Ezzuddin, Al-Irhāb wa al-‘Unf al-Siyāsy, Cairo: Dār al-Hurriyah li al-Shahāfah wa al-Thibā’ah wa al-Nasyr, 1986.

Fatwa MUI, Terorisme, Jakarta:Fatwa MUI, Nomor 3 Tahun2004.

H.A.R. Gibb, Aliran-Aliran ModerenDalam Islam, TerjemahanMachnun Husein, Jakarta:Rajawali Press, 1990.

Harun Nasution, Islam Rasional,Bandung: Mizan, 1995.

Jajang Jahroni dan Jamhari.Gerakan Salafi Radikal diIndonesia, Jakarta: RajawaliPress, 2004.

Joyce M. Hawkins, Oxford UniversalDictionary, Oxford: OxfordUniversity Press, 1981.

Kementerian Agama, RadikalismeAgam dan TantanganKebangsaan, Jakarta: DirjenBimbingan Masyarakat Islam,2014.

M. Hilaly Basya, “MenelusuriArtikulasi Islam Moderat diIndonesia”,http://www.madinask.com/index.php?option=com, diaksestanggal 25 Mei 2018.

M. Zaki Mubarok, Genealogi IslamRadikal di Indonesia, Jakarta:LP3ES, 2008.

M.A. Shaban, Islamic History,Cambridge: CambridgeUniversity Press, 1994

Page 27: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018 (33 – 60)

59

Mambaul Ngadhimah, PotretKeberagamaan IslamIndonesia: Studi PemetaanPemikiran dan GerakanIslam. lnnovatio, Vol. VII, No.14, Juli-Desember 2008.

Muhammad Imarah,Fundamentalisme DalamPerspektif Barat dan Islam,Terjemahan Abdul Hayyie al-Kattani, Jakarta: GemaInsani Press, 1999.

, Ma’rakah alMushthalahat bayna al-Gharb wa al-Islam, Cairo:Nahdah Misr, 2004.

Muhammad Mihanna, Al-Irhāb waAzmat al-Qānūn al-Dauly al-Mu’āshir, dalam Al-Islām fiMuwājahat al-Irhābi, Cairo:Rābithah al-Jāmi’at al-Islāmiyah, 2003.

Mujamil Qomar, NU Liberal; DariTradisionalisme Ahlusunnahke Universalisme Islam,Bandung: Mizan, 2002.

Novriantoni Kahar, ”Islam IndonesiaKini: Moderat Keluar,Ekstrem di Dalam?”, diaksespada 25 Mei 2018.

Nurcholis Madjid, Islam AgamaPeradaban, Mencari MaknaDan Relevansi Doktrin IslamDalam Sejarah, Jakarta:Paramadina, 1995.

, Pintu-PintuMenuju Tuhan, Jakarta:Paramadina, 1995.

Paul Johnson, Heroes: FromAlexander the Great andJulius Caesar to Churchilland de Gaulle, tt: PrenticeHall, 2008.

Pusat Bahasa Depdiknas RI, KamusBesar Bahasa Indonesia,Jakarta: Pusat BahasaDepdiknas, 2008.

R. Hrair Dekmejian. Islam inRevolution: Fundamentalismin the Arab World, New York:Syracuse University Press,1985.

Ridwan al-Makasari, Masjid: StudiKasus Jakarta dan Solo,Jakarta: UIN Jakarta, 2009.

Sri Yunanto, Gerakan Militan islamdi indonesia dan AsiaTenggara, Jakarta: RidepInstitute, 2003.

Syamsul Bakri, “Islam dan WacanaRadikalisme AgamaKontemporer”, Dinika, Vol 3.No. 1 Januari 2004.

Syamsul Rizal, Radikalisme IslamKlasik dan Komtemporer:Membanding Khawarij danHijbut Tahrir, Surabaya: Al-FikrVolume 14 Nomor 2Tahun 2010.

William Montgmery Watt, IslamicFundamentalism AndNodernity, London: T.J.Press, 1998.

Willian E. Shepard, Islam danIdeology: Towards aTypology, in Ab Anthology ofContemporary MiddleEastern History, Ed. SyafiqA. Mughni (Montreal:Canadian InternationalDevelopment Agency, 1988.

Yusuf al-Qaradhawi, Fiqh al-wasaṭīyah al-Islāmīyah wa-al-tajdīd : maʻālim wa-manārāt,Cairo: Dār al-Syurūq, 2010.

Zamakhsyari Dhofier,TradisiPesantren; Studi Tentang

Page 28: RADIKALISME ISLAM VS MODERASI ISLAM: UPAYA …

Nurul Faiqah, Toni Pransiska; Radikalisme Islam Vs Moderasi Islam: UpayaMembangun Wajah Islam Indonesia yang Damai.

60

Pandangan Hidup Kiai,Jakarta: LP3ES, 1994.

Zuhairi Misrawi, Pandangan MislimModerat, Jakarta: Kompas,2010.

Zuly Qodir, Radikalisme Agama diIndonesia, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2014.