Upload
nur-atika
View
111
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
karsinoma tiroid
Citation preview
RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID
I. PENDAHULUAN
Kanker tiroid adalah kanker yang terjadi pada sel – sel tiroid. Tiroid adalah sebuah
kelenjar yang terletak pada leher yang berbentuk kupu – kupu. Kelenjar tiroid
menghasilkan hormon tiroksin yang mengatur denyut jantung, tekanan darah, laju
metabolism, suhu dan berat badan.
Kanker tiroid menempati urutan ke-9 dari sepuluh keganasan tersering. Lebih
banyak pada wanita dengan distribusi berkisar antara 2 : 1 sampai 3 : 1. Insidensnya
berkisar antara 5,4-30%. Berdasarkan jenis histopatologi, sebarannya adalah kanker
tiroid jenis papilar (71,4%); kanker tiroid jenis folikular ( 16,7%); kanker tiroid jenis
anaplastik (8,4%); dan kanker tiroid jenis medular (1,4%). Berdasarkan usia kanker
tiroid jenis papilar biasanya pada pasien yang berusia kurang dari 40 tahun, berbeda
dengan kanker tiroid folikular yang banyak pada usia di atas itu. Sedangkan kanker
jenis medular sering ditemukan pada usia tua (50-60 tahun).
Angka insidensi tahunan kanker tiroid bervariasi di seluruh dunia, yaitu dari 0,5-
10 per 100.000 populasi. Karsinoma tiroid mempunyai angka prevalensi yang sama
dengan multipel mieloma. Karsinoma tiroid ini merupakan jenis keganasan jaringan
endokrin yang terbanyak, yaitu 90% dari seluruh kanker endokrin.
American Cancer Society memperkirakan bahwa sekitar 17.000 kasus baru muncul
setiap tahunnya di Amerika Serikat dan sekitar 1.300 diantaranya mengakibatkan
kematian. Tetapi dengan pengobatan yang adekuat, sekitar 190.000 penderita tetap
dapat hidup normal dan beberapa dapat bertahan lebih dari 40 tahun.
Etiologi kanker tiroid yang pasti belum diketahui. Yang berperan khususnya untuk
well differentiated carcinoma (papilar dan folikular) adalah radiasi dan goiter endemis
sedangkan untuk jenis medular adalah faktor genetik. Belum diketahui suatu karsinogen
yang berperan untuk kanker anaplastik dan medular. Diperkirakan kanker tiroid
anaplastik berasal dari perubahan kanker tiroid berdiferensiasi baik (papiler dan
folikuler) dengan kemungkinan jenis folikuler dua kali lebih besar. Sedangkan limfoma
pada tiroid diperkirakan karena perubahan-perubahan degenerasi ganas dari tiroiditis
Hashimoto.
1
II. DIAGNOSIS
II.1. ANAMESIS DAN PEMERIKSAAN FISIS
Pada penderita dilakukan secara mendalam agar dapat menggali faktor risiko yang
berperan, selain itu juga mengidentifikasi jenis nodul berdasarkan gejala klinis yang
muncul, apakah sudah tampak gejala metastasis jauh seperti benjolan pada kalvaria
sebagai tanda metastasis tulang, sesak nafas sebagai tanda gangguan organ paru, rasa
penuh di ulu hati dapat mengarahkan kecurigaan akan gangguan organ hepar, dan lain
sebagainya.
Pemeriksaan fisik nodul mencakup 7 kriteria. Nodul diidentifikasi berdasarkan
konsistensinya keras atau lunak, ukurannya, terdapat tidaknya nyeri, permukaan nodul
rata atau berdungkul-dungkul, berjumlah tunggal atau multipel, memiliki batas yang
tegas atau tidak, dan keadaan mobilitas nodul.
Secara klinis, nodul tiroid dicurigai ganas apabila :
a. Usia penderita dibawah 20 tahun atau diatas 50 tahun
b. Ada riwayat radiasi leher pada masa anak-anak
c. Disfagia, sesak nafas, dan perubahan suara
d. Nodul soliter, pertumbuhan cepat dan konsistensi keras
e. Ada pembesaran kelenjar getah bening leher (jugular, servikal, atau submandibular)
f. Ada tanda-tanda metastasis jauh
II.2. STADIUM KARSINOMA TIROID
Stadium Klinik Berdasarkan Sistem TNM :
T (Tumor primer)
• Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
• T0 Tidak didapat tumor primer
• T1 Tumor dengan ukuran 2cm atau kurang, masih terbatas pada tiroid
• T2 Tumor dengan ukuran lebih dari 2cm namun tidak lebih dari 4cm, masih
terbatas pada tiroid
• T3 Tumor dengan ukuran lebih dari 4 cm masih terbatas pada tiroid, atau
tumor dengan ukuran berapa saja dengan perluasan ekstratiroid minimal
(misal perluasan ke sternohyoid muscle atau perithyroid soft tissue)
• T4a Tumor dengan ukuran berapa saja yang telah meluas keluar kapsul tiroid
hingga menginvasi subcutaneous soft tissue, larynx, trachea, esophagus, atau
recurrent laryngeal nerve
2
• T4b Tumor menginvasi prevertebra fascia atau melapisi arteri karotid atau
pembululuh darah mediastinum
Seluruh tumor undifferentiated (anaplastic) dianggap T4
• T4a Karsinoma anaplastik intratiroid – surgically resectable
• T4b Karsinoma anaplastik ekstratiroid – surgically unresectable
N (Kelenjar getah bening regional)
• Nx Kelenjar getah bening tidak dapat dinilai
• N0 Tidak didapat metastasis ke kelenjar getah bening regional
• N1 Terdapat metastasis ke kelenjar getah bening regional
• N1a Metastasis ke level VI kelenjar getah bening ( pretracheal, paratracheal,
dan relaryngeal/Delphian)
• N1b Metastasis pada kelenjar getah bening unilateral atau kontralateral atau
mediastinum posterior
M (Metastasis jauh)
• Mx Metastasis jauh belum dapat dinilai
• M0 Tidak terdapat metastasis jauh
• M1 Terdapat metastasis jauh
II.3. RADIOLOGI
Pada pemeriksaan foto thorax antero-posterior dilakukan untuk menilai ada
tidaknya metastasis.
Gambar foto thorax dengan pergeseran trakea kea rah kanan dan penyempitan diameter transversal trakea (kiri) dan gambaran metasatasis pada paru akibat karsinoma tiroid meduler.
3
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) diperlukan untuk mendeteksi nodul yang
kecil atau nodul di posterior yang secara klinis belum dapat dipalpasi.
Gambar ini menunjukkan massa hipoechoic pada lobus kanan tiroid dengan kation mikrokalsifikasi dan sedikit posterior membayangi karsinoma papiler (kiri) dan gambaran lobus
tiroid yang membesar yang mengandung karsinoma papiler dengan kation mikrokalsifikasi (kanan).
Pada gambaran CT Scan, kita dapat menemukan:
Gambaran metastasis kelenjar getah bening di kiri atas dan kalsifikasi dari karsinoma tiroid meduler (kiri) dan gambaran paraaortal/paraganglioma pada pasien dengan karsinoma tiroid meduler.
II.4. PATOLOGI ANATOMI
a. Karsinoma Folikular
Umumnya aspirat karsinoma folikular adalah selular dan memiliki populasi
selsel yang banyak dengan sedikit atau tidak adanya koloid. Sel-sel tersusun di
4
dalam kelompokan-kelompokan dan strukturnya berupa folikel. Adakalanya,
sel-sel ini mirip dengan sitologi adenoma folikular. Pada well-differentiated
follicular carcinoma, sel atipik minimal, di mana kesannya secara umum diduga
benign.
Nukleus atipik dapat dijumpai dengan ukuran bervariasi dan hiperkromatin.
Nukleus yang pucat dan intracytoplasmic inclusion kecil jarang ditemukan.
Dikarakteristikkan dengan dijumpainya nukleolus besar dan prominen di dalam
selsel folikular.
Secara garis besar kriteria diagnosis karsinoma folikular adalah sebagai
berikut:
• Selular, biasanya smear banyak darah
• Banyak kelompokan sel-sel epitelial berukuran sama yang tersebar pada
smear
• Agregat sel syncitial, nukleus banyak dan overlapping
• Mikrofolikel dan rosette
• Sedikit atau tidak ada koloid
Sel-selnya multilayered ukuran bervariasi, populasi sel uniform, kelompokan
mikroasinar dengan lumen sentral mengandung tetesan koloid
mempresentasikan mikrofolikel. Mikrofolikel adalah karakteristik neoplasma
folikular tetapi dapat juga ditemukan secara fokal pada goiter multinodular. Pola
trabekular ditunjukkan dengan adanya agregat-agregat berbaris dan elongated
dari sel-sel epitelial yang melekat pada stroma vaskular dan menyerupai struktur
papiler. Pembuluh darah kecil dengan sel-sel epitelial yang berdekatan dapat
ditemukan pada beberapa tipe neoplasma folikular.
Gambar ini menunjukkan gambaran “orphan annie’s eye” dengan inti yang beralur (panah)=kiri
5
Gambar pinggiran kelenjar tiroid yanh normal. Karsinoma tiroid folikuler memiliki kapsul tipis (panah) dan tidak ada invasi terhadap pembuluh darah sekitarnya.(kanan)
b. Karsinoma Papilar
Aspirat dari karsinoma papiler biasanya kaya akan sel, dapat berupa sebaran,
tersusun dalam beberapa struktur seperti anastomosing papillary fragment,
struktur folikular atau dalam monolayered sheet, umumnya tidak dijumpai
koloid. Diagnosis dari karsinoma ini berdasarkan dengan dijumpainya
kelompokan papiler kompleks yang dapat dilihat di bawah mikroskop dengan
pembesaran kecil. Calsified psammoma bodies dapat ditemukan. Harus diingat
bahwa struktur kalsifikasi yang menyerupai psammoma bodies juga terkadang
ditemukan pada tiroid normal tiroiditis kronis dan terkadang pada beberapa tipe
tumor.
Sel-sel tumor mirip dengan sel-sel folikular normal tetapi ukurannya lebih
besar. Sitoplasma basofilik dan opaque, biasanya ditemukan vakuola.
Abnormalitas nukleus merupakan tanda yang penting dari karsinoma papiler.
Nukleus sel-sel kanker lebih besar daripada sel-sel folikular. Gambaran
nucleus berupa opaque ground glass dengan kromatin nukleus terdorong ke
pinggir dan nukleoli kecil berada di tengah. Karakteristik dan juga memiliki
nilai diagnostic adalah ditemukannya intracytoplasmic nuclear inclusion
berbatas tegas yang dapat dilihat dengan pewarnaan Diff-Quik atau
Papanicolaou merupakan patognomonik untuk karsinoma papiler meskipun
tidak ditemukan struktur papiler. Gambaran nukleus lain yaitu adanya lipatan
dan celah berisi granul-granul halus.
Multinucleated giant cell dari tipe foreign body sangat sering ditemukan di
dalam smear karsinoma papiler. Giant cell berdampingan dengan fragmen
monolayer atau papiler sel-sel tumor.
6
Gambar karsinoma tiroid papiler yang berhubungan dengan psammoma body (panah)
c. Karsinoma Meduler
Smear biasanya selular dan sel-sel malignan tersebar. Mengandung sel-sel
epitelial besar dengan sitoplasma ireguler yang banyak, tetapi sering kali
berbentuk triangular dan besar, hiperkromatik, nukleus eksentrik disertai
dengan nukleoli yang prominen. Pada beberapa kasus, sel-sel mirip dengan sel
plasma (sel plasmasitoid) tetapi ukurannya lebih besar. Smear juga mengandung
sebaran giant cell dengan nucleus besar dan hiperkromatik. Sitoplasma dari sel
malignan bergranul pudar di dalam material yang difiksasi, sedangkan di dalam
air-dried May Grűnwald Giemsa berwarna merah terang. Granul merefleksikan
aktifitas endokrin, sering berupa sekresi calcitonin yang dapat dilihat dengan
mikroskop elektron atau imunositokimia.
Varian dari tumor mengandung sel-sel spindel, elongated atau sel-sel
malignan kecil mirip dengan sel-sel carcinoid. Pola sel-sel yang kecil sering
disalahdiagnosiskan dengan limfoma malignan, sedangkan sel-sel spindle
disalahdiagnosiskan dengan sarkoma atau metastasis karsinoma renal.
Substansi amorf (amiloid) merupakan komponen karakteristik karsinoma
meduler tiroid.
Gambar karsinoma tiroid meduler yang sering dikaitkan dengan amyloid (panah), sifatnya bias sporadis, tapi juga memilii beberapa jenis dan menjadi komponen beberapa neoplasia endokrin.
d. Karsinoma Anaplastik
Dijumpai dua bentuk karsinoma anaplastik yaitu karsinoma spindel dan
giant cell dan small-cell-type carcinoma. Smear aspirat dari anaplastic giant cell
carcinoma biasanya mengandung materi nekrotik, debris selular, sel inflamasi
7
terutama granulosit dan polimorf besar, sering dijumpai multinucleated cell
dengan inti besar bizarre dan nukleoli yang sangat prominen.
Pada small-cel anaplastic carcinoma, aspirat mengandung sel-sel malignan
dengan inti bulat atau oval dan sitoplasma sedikit. Sangat sulit dibedakan
dengan limfoma malignan meskipun dilihat dengan pemeriksaan histopatologi.
Untuk membedakan antara kedua tumor ini digunakan flow cytometry atau
imunositokimia.
Gambar karsinoma tiroid anaplastik, dimana dapat dilihat adanya inti yang pleomorfik dan sel raksasa.
II.5. LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan neoplasma jinak dan ganas tiroid
belum ada yang khusus. Kecuali karsinoma meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonin
(tumor marker) dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan
karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tirotoksikosis walaupun jarang. Human
Thyroglobulin (HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker terutama pada
karsinoma berdiferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk
karsinoma tiroid, namun peninggian HTG setelah tiroidektomi total merupakan
indikator tumor residif.
III. TERAPI
III.1. BEDAH
Kebanyakan orang dengan kanker tiroid menjalani operasi untuk mengangkat
semua atau sebagian besar tiroid. Operasi digunakan untuk mengobati kanker tiroid
meliputi:
• Mengangkat semua atau sebagian besar tiroid (tiroidektomi). Pembedahan
untuk mengangkat seluruh tiroid adalah pengobatan yang paling umum untuk
8
kanker tiroid. Dalam kebanyakan kasus, ahli bedah menyisakan sedikit bagian
tepi jaringan tiroid untuk mengurangi risiko gangguan kelenjar paratiroid.
• Mengangkat kelenjar getah bening leher. Ketika kelenjar tiroid diangkat, ahli
bedah dapat ikut mengangkat kelenjar getah bening yang membesar pada leher
dan memeriksa apakah terdapat sel-sel kanker.
Pembedahan tiroid dilakukan dengan membuat sayatan di kulit di pangkal
leher. Pembedahan tiroid membawa risiko perdarahan dan infeksi. Selain itu
kelenjar paratiroid juga bisa ikut terangkat saat pembedahan, sehingga
menyebabkan rendahnya kadar kalsium dalam tubuh. Ada juga risiko terjadinya
kerusakan pada saraf terhubung ke pita suara, yang dapat menyebabkan
kelumpuhan pita suara, suara serak, suara pelan atau kesulitan bernapas.
III.2. KEMOTERAPI
Kemoterapi merupakan terapi kanker yang melibatkan penggunaan zat kimia
ataupun obat-obatan yang bertujuan untuk membunuh/menghabisi sel-sel kanker
dengan cara meracuninya. Kemoterapi telah digunakan sebagai standard protocol
pengobatan kanker sejak tahun 1950.
Saat ini terdapat lebih dari 50 obat-obatan kemoterapi yang digunakan. Obat-
obatan ini dimasukkan ke dalam tubuh melalui infuse intravena, suntikan langsung
(pada otot, dibawah kulit atau pada rongga tubuh), ataupun dalam bentuk tablet.
Tergantung jenisnya, kemoterapi dapat diberikan setiap hari, seminggu sekali,
tiga minggu sekali bahkan sebulan sekali. Biasanya antara satu siklus kemo dengan
siklus kemo lainnya diberikan jarak/jeda bagi tubuh untuk pemulihan.
III.3. IMUNOTERAPI
Imunoterapi adalah upaya untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh, untuk
mengalahkan sel-sel kanker dengan cara meningkatkan reaksi kekebalan tubuh
terhadap sel kanker. Imunoterapi hampir selalu menggunakan bahan alami yang
berasal dari mahluk hidup, terutama manusia. Digunakannya bahan alami karena
dapat berfungsi merangsang respon anti tumor dengan tubuh dengan meningkatkan
jumlah sel pembunuh tumor, secara langsung berfungsi sebagai agen pembunuh
tumor, mengurangi mekanisme tubuh yang normal dalam menekan respon imun,
atau berfungsi memperbaiki toleransi tubuh terhadap radioterapi atau kemoterapi.
9
• Interferon adalah sitokin yang berupa glikoprotein. Dalam keadaan normal,
hampir seluruh sel manusia menghasilkan interferon tetapi juga dapat dibuat
dengan teknologi biologi molekuler rekombinan. Meski mekanisme aksinya
belum sepenuhnya jelas, interferon berperan dalam pengobatan beberapa
kanker. Sitokin sebenarnya diproduksi tubuh, tetapi jumlahnya sangat kecil,
selain langsung menyerang sel kanker, interferon dapat menghentikan
pertumbuhan kanker atau mengubahnya menjadi sel normal. Interferon bekerja
dengan merangsang kerja sel NK, sel T, dan makrofag yang berfungsi sebagai
alat penjaga daya tahan tubuh serta mengurangi suplai darah ke sel kanker.
• Antibodi monoklonal bertujuan untuk melawan antigen tertentu. Karena tiap
jenis kanker mengeluarkan antigen yang berbeda, berbeda pula antibodi yang
digunakan. Antibodi dapat menghambat pertumbuhan sel kanker, sehingga jika
dipadu dengan radioterapi atau kemoterapi, dapat langsung membunuh sel
kanker yang memproduksi antigen tersebut.
• Vaksin , penggunaan vaksin sebagai imunoterapi masih dalam tahap penelitian
sehingga belum bisa digunakan secara umum. Berbeda dengan vaksin yang
diberikan sebagai pencegahan, pada penderita kanker, vaksin digunakan
sebagai pengobatan. Vaksin untuk pengobatan kanker bekerja dengan
merangsang sistem kekebalan tubuh agar mampu mengenali sel kanker,
menghentikan pertumbuhannya, mencegah kekambuhan, dan membersihkan
sisa kanker dari terapi bedah, kemoterapi atau readioterapi. Sedangkan vaksin
yang difungsikan sebagai pencegah kanker, ditujukan untuk melawan virus
penyebab penyakit yang dapat menjurus ke kanker, misalnya vaksin HPV
(kanker leher rahim).
• Colony Stimulating Fcators (CSFs), jenis imunoterapi ini merangsang
sumsum tulang belakang untuk membelah dan membentuk sel darah putih, sel
darah merah, maupun trombosit, yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh.
Pengobatan CSFs penting bagi penderita kanker yang menjalani pengobatan
dengan efek samping merusak sumsum tulang belakang sehingga penderita
mengalami kurang darah (anemia), mudah infeksi dan sering mengalami
pendarahan. CSFs dapat mengurangi resiko tersebut.
• Terapi gen, memberi harapan besar bagi penderita kanker. Dengan
memasukkan material genetik tertentu ke dalam sel tubuh pendeirta kanker,
perilaku sel tubuh orang tersebut bisa dikendalikan sesuai kebutuhan.
10
III.4. HORMONAL TERAPI
Setelah menjalani operasi kanker tiroid, biasanya diberikan hormon tiroid
levothyroxine. Hal ini bertujuan untuk memasok hormon tiroid yang hilang yang
biasanya dihasilkan oleh kelenjar tiroid dan menekan produksi thyroid-stimulating
hormone (TSH) oleh kelenjar pituitary. Kadar TSH yang tinggi diperkirakan bisa
merangsang sel-sel kanker yang tersisa untuk tumbuh. Kadar hormon tiroid akan
diperiksa setiap beberapa bulan sampai dokter menemukan dosis yang sesuai.
III.5. RADIOTERAPI
Radioterapi adalah penggunaan radiasi ion di bidang kedokteran sebagai satu
bagian pengobatan kanker dengan mengontrol pertumbuhan sel ganas. Radioterapi
digunakan sebagai terapi kuratif maupun bersifat adjuvan. Lapangan radiasi juga
mencakup jaringan limfonodus dan pembuluh darah yang menjadi risiko utama
untuk metastase tumor. Radioterapi adalah penggunaan radiasi untuk
menghancurkan sel kanker atau merusak sel tersebut sehingga tidak dapat
bermultiplikasi lagi. Walaupun radiasi ini akan mengenai seluruh sel, tetapi
umumnya sel normal lebih tahan terhadap radiasi dibandingkan dengan sel kanker.
a. Kegunaan Radioterapi
o Mengobati : banyak kanker yang dapat disembuhkan dengan radioterapi,
baik dengan atau tanpa dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti
pembedahan dan kemoterapi.
o Mengontrol : Jika tidak memungkinkan lagi adanya penyembuhan,
radioterapi berguna untuk mengontrol pertumbuhan sel kanker dengan
membuat sel kanker menjadi lebih kecil dan berhenti menyebar.
o Mengurangi gejala : Selain untuk mengontrol kanker, radioterapi dapat
mengurangi gejala yang biasa timbul pada penderita kanker seperti rasa
nyeri dan juga membuat hidup penderita lebih nyaman.
11
o Membantu pengobatan lainnya : terutama post operasi dan kemoterapi yang
sering disebut sebagai “adjuvant therapy” atau terapi tambahan dengan
tujuan agar terapi bedah dan kemoterapi yang diberikan lebih efektif.
b. Jenis Radioterapi
o Radioterapi eksternal (radioterapi konvensional).
Pada terapi eksternal, mesin akan mengeluarkan sinar radiasi pada tempat
kanker dan jaringan sekitarnya. Mesin yang digunakan dapat berbeda,
tergantung dari lokasi kanker. Banyaknya dosis radiasi yang digunakan
dihitung dengan ukuran grays (Gy). Dosis yang diberikan tergantung jenis
dan luas tumor. Beberapa kasus yang bersifat kuratif, dosis yang diberikan
sebesar 50 sampai 70 Gy, sedangkan limfoma diobati dengan dosis 20 to 40
Gy. Untuk terapi adjuvan sekitar 50 – 60Gy.
o Radioterapi internal (Radioisotope Therapy (RIT))
Radioterapi diberikan melalui cairan infus yang kemudian masuk ke dalam
pembuluh darah atau dapat juga dengan cara menelannya. Contoh obat
radioterapi melalui infus adalah metaiodobenzylguanidine (MIBG) untuk
mengobati neuroblastoma, sedangkan melalui oral contohnya iodine-131
untuk mengobati kanker tiroid.
PENGGUNAAN RADIOAKTIF PADA KARSINOMA TIROID
Radioaktif iodin adalah salah satu isotop radioaktif. Jenis isotop radioaktif
iodin yang digunakan dalam bidang kedokteran adalah I-123 dan I-131. Radioaktif
iodin ini berkonsentrasi dalam kelenjar tiroid sama seperti iodium pada umumnya
sehingga dapat digunakan untuk diagnosis maupun pengobatan.
Untuk diagnosa digunakan I-123 sedangkan untuk pengobatan yang bertujuan
untuk menghancurkan kelenjar tiroid adalah I-131. Radioaktif iodin yang tidak
berada di dalam tiroid akan segera dieliminasi dari tubuh melalui kelenjar keringat
dan urine.
12
o Sebagai Alat Diagnosa
I-123 adalah isotop yang digunakan untuk dapat melihat gambaran kelenjar
tiroid. Cukup dengan menelan I-123 dalam dosis kecil, maka dalam jangka
waktu 3-6 jam sudah dapat diambil gambarannya. Kamera yang digunakan
serupa dengan X-ray atau CT scan. Isotop ini tidak mempunyai efek samping
dan tidak berbahaya bagi pemakainya.
o Sebagai Alat Terapi Hipertiroid Dan Post Operatif
I-131 digunakan sebagai terapi pengobatan untuk kondisi tiroid yang over
aktif atau kita sebut hipertiroid. I-131 ini sendiri adalah suatu isotop yang
terbuat dari iodin yang selalu memancarkan sinar radiasi. Jika I-131 ini
dimasukkan kedalam tubuh dalam dosis yang kecil, maka I-131 ini akan masuk
ke dalam pembuluh darah traktus gastrointestinalis. I-131 dan akan melewati
kelenjar tiroid yang kemudian akan menghancurkan sel-sel glandula tersebut.
Hal ini akan memperlambat aktifitas dari kelenjar tiroid dan dalam beberapa
kasus dapat merubah kondisi tiroid yang semula overactive menjadi
underactive.
I-131 digunakan untuk terapi graves’ disease, goiter, tiroid nodul, dan
karsinoma tiroid. Seorang ahli bedah tiroid dapat mengeluarkan seluruh bagian
dari tiroid dengan komplikasi bedah yang paling minimal, sedangkan I-131
digunakan untuk menghancurkan kelenjar yang masih tersisa. Dalam keadaan
ini, tidak diperkenankan menggunakan hormon pengganti selama beberapa
minggu setelah terapi dengan tujuan menurunkan level hormon tiroid hingga
dibawah normal. Dengan demikian, I-131 dapat bekerja secara maksimal untuk
menghancurkan tiroid yang tersisa. Pengobatan dengan cara ini dapat secara
signifikan menurunkan kemungkinan timbulnya kembali kanker tiroid dan
meningkatkan kemampuan dokter untuk mendeteksi dan mengobati kanker
yang mungkin berulang.
o Sebagai Terapi Definitif Untuk Karsinoma Tiroid Persisten
Semua penderita kanker harus mendapatkan follow-up yang reguler oleh
ahli endokrinologi. Jika dari hasil follow up diketahui bahwa masih ada kanker
tiroid yang tersisa dan bersifat persisten atau rekuren, maka ahli endokrinologi
diperbolehkan untuk memberikan dosis tambahan I-131. Pasien dengan kanker
13
tiroid residual atau telah menyebar ke regio belakang leher, dapat melakukan
scanning menggunakan radioaktif.
Bentuk sediaan yang digunakan
Radioaktif yodium diberikan oral dalam bentuk pil, kapsul atau cairan, tapi
yang paling banyak digunakan adalah bentuk cairan. Gunanya untuk mengatasi
kelenjar yang hiperaktif. seperti larutan iodium-131 (Na131l) untuk terapi
kelainan tiroid.
Contoh sediaan yang digunakan
1. contoh sediaan radiofarmaka antara lain : Brom Sufatein I-131 (BSP),
Hipuran I-131, Rose Bengal I-131
2. contoh radiofarmaka untuk terapi : I-131.
Radiofarmaka yang banyak dipakai untuk keperluan in-vitro test adalah I-
125
Dosis Yang Digunakan
Dosis yan digunakan adalah sebagai berikut:
1. Dosis kecil, yaitu sebesar 5-30 millicuries (mCi) pada penderita hipertiroid
2. Dosis sedang , yaitu 25-75 mCi digunakan untuk mengecilkan ukuran tiroid
yang membesar tetapi mempunyai fungsi yang normal.
3. Dosis besar, yaitu 30-200mCi digunakan untuk menghancurkan sel kanker
tiroid.
Bila ahli radiologi akan memberikan dosis yang lebih tinggi, maka
penderita akan diminta untuk tinggal di dalam ruang yang terisolasi selama
24 jam untuk menghindari paparan dengan orang lain.
Prosedur Pelaksanaan
I-131 ditelan dalam bentuk dosis tunggal dengan bentuk cairan dan dengan
cepat masuk ke dalam pembuluh darah traktus gastrointestinalis, masuk ke
dalam kelenjar tiroid dan mulai menghancurkan kelenjar tiroidnya. Efeknya
baru akan terlihat dalam jangka waktu satu sampai tiga bulan dengan efek
maksimal tiga sampai enam bulan setelah pengobatan.
14
Iodium radioaktif diberikan melalui mulut, dalam bentuk cairan 1-2 ml,
tidak berasa dan berbau, dan dengan cepat diserap melalui saluran cerna.
Iodium radioaktif ini akan masuk ke kelenjar tiroid melalui aliran darah dan
merusak kelenjar tiroid. Akan diserap oleh kelenjar gondok, hati dan bagian-
bagian tertentu dari otak. Oleh karena itu, 1-131 dapat digunakan untuk
mendeteksi kerusakan pada kelenjar gondok, hati dan untuk mendeteksi tumor
otak. Walaupun radioaktivitas ini menetap selama beberapa waktu dalam
kelenjar tiroid, iodium radioaktif ini akan dikeluarkan melalui bagian tubuh
dalam beberapa hari.
Efek Samping
Efek samping dari terapi ini pada umumnya adalah :
timbulnya rasa nyeri setelah pengobatan dan pembengkakan kelenjar
ludah. Untuk hal ini, maka penderita boleh diberikan obat simptomatik
seperti aspirin, ibuprofen atau asetaminofen
keadaan hipotiroid.
Perburukan oftalmopati aktif yang dapat dicegah dengan pemberian
kortikosteroid oral sebelum pemberian iodium radioaktif.
Tiroiditis radiasi yang jarang terjadi, terjadi beberapa hari setelah minum
iodium radioaktif dan dapat diatasi dengan pemberian salisilat.
Gastritis radiasi yang juga jarang terjadi.
Eksaserbasi tirotoksikosis yang diantisipasi dengan pemberian obat anti
tiroid sebelum pemberian iodium radioaktif terutama pada pasien lanjut
usia dan dengan penyakit jantung.
Pengawasan
Seseorang yang sedang dalam terapi I-131 ini sebenarnya diperbolehkan
pulang ke rumah, dengan catatan tidak boleh melakukan kontak yang terlalu
dekat dan lama dengan orang lain untuk beberapa hari terutama wanita hamil
dan anak-anak. I-131 akan keluar dari tubuh selama dua hari pertama
pengobatan, terutama melalui urin. Selain itu juga ada yang diekskresikan
15
dalam kelenjar liur, kelenjar keringat, kelenjar air mata, sekresi cairan vagina
dan feses. Akan lebih baik lagi, bila seseorang yang sedang menjalani terapi ini
beristirahat selama beberapa hari, terutama yang pekerjaan sehari-harinya
kontak dngan anak-anak dan wanita hamil.
Nuclear Regulatory Commission merekomendasikan sebagai berikut:
o Gunakan fasilitas toilet pribadi, jika ada, dan cucilah dua kali lebih banyak
setelah menggunakannya.
o Mandi setiap hari dan cucilah tangan sesering mungkin
o Minum cairan dalam jumlah yang normal.
o Gunakanlah alat makan yang disposabel atau pisahkan dengan alat makan
yang lain saat mencucinya.
o Cuci pakaian dan semua yang kontak dengan tubuh tiap hari dan harus
dipisah dari pakaian anggota keluarga yang lain. Tidak diperlukan teknik
pencucian yang khusus.
o Jangan menyiapkan makanan kepada orang lain jika mengharuskan
penderita kontak tangan lama dengan makanan tersebut.
Perlu diketahui, bahwa I-131 yang diberikan selama periode kehamilan
akan berakibat rusaknya kelenjar tiroid pada bayi. Yodium radioaktif tidak
diberikan kepada wanita hamil karena bisa melewati sawar plasenta dan bisa
merusak kelenjar tiroid janin atau melalui air susu penderita. Karena itulah
kebanyakan para ahli menunda terapi pada wanita yang sedang dalam masa
menyusui. Selain itu, kehamilan sebisa mungkin ditunda paling tidak enam
sampai 12 bulan setelah terapi karena adanya paparan radiasi pada ovarium.
Terapi ini memerlukan suatu keahlian khusus, karena itulah mereka yang
terlibat langsung dalam bagian pengobatan ini adalah para ahli radiologi yang
telah mendapat pelatihan khusus di bidang kedokteran nuklir, termasuk juga
para ahli endokrinologi, onkologi, ahli bedah dan petugas lapangan.
Proteksi
Selain menggunakan alat pelindung diri dan mencegah untuk banyak
melakukan kontak dengan penderita yang sedang menjalani terapi, para ahli
dapat menggunakan kalium iodida. Kalium Iodida (KI) mempunyai bentuk
yang sama dengan iodium yang terdapat dalam garam. KI membanjiri tiroid
dengan iodium yang mencegah absorbsi dari radioaktif iodin dari sumber
16
manapun, termasuk air, makanan, minuman dan udara. KI termasuk obat yang
bebas dijual dipasaran dalam bentuk tablet pil dan cairan.
Para ahli terapi dapat menggunakan KI ini untuk mengurangi paparan
terhadap radioiodin. KI sebaiknya dikonsumsi 6-12 jam sebelum terjadi
paparan terhadap radioaktif iodin. KI tetap efektif walau digunakan beberapa
jam segera setelah terjadi paparan. Dikonsumsi dengan dosis satu kali sehari,
sehari ketika sedang terpapar dan satu hari lagi sesudahnya. Tetapi penggunaan
KI juga dapat mengakibatkan efek samping seperti terjadinya alergi.
Petunjuk bagi pasien yang mendapat pengobatan iodium radioaktif.
Sebelum pengobatan.
1. Wanita hamil atau menyusui tidak boleh mendapat pengobatan iodium
radioaktif.
2. Hindari makanan laut (ikan laut, udang, kerang, kepiting dan lain-lain)
selama lima hari sebelum dan sesudah pengobatan
3. Hentikan obat anti tiroid, obat batuk dan vitamin serta obat tradisional
(seperti jamu dan lain-lain) atau obat lain yang mengandung iodiumselama
lima hari sebelum dan sesudah pengobatan
4. Obat hormon tiroid seperti triiodothyronine harus dihentikan 2 minggu
sedangkan thyroxine 4-6 minggu sebelum pemberian iodium radioaktif.
5. Puasa paling kurang 4 (empat) jam sebelum pengobatan; boleh minum air
putih atau teh.
Sesudah pengobatan
1. Boleh makan 1 (satu) jam sesudah pengobatan iodium radioaktif.
2. Hindari kontak dengan anak-anak di bawah umur 12 tahun dan ibu hamil
selama 3 (tiga) hari.
3. Bagi pasien wanita atau istri dari pasien pria tidak boleh hamil paling
kurang 6 (enam) bulan sesudah pengobatan iodium radioaktif. Gunakan
kontrasepsi selama masa tersebut.
4. Gunakan alat makan tersendiri (sendok, garpu, piring, gelas) selama 3
(tiga) hari sesudah pengobatan.
5. Setelah menggunakan jamban dan kamar mandi, guyur dengan air yang
banyak.
17
6. Pasien yang mendapat pengobatan iodium radioaktif dengan dosis tinggi
perlu dirawat di kamar isolasi selama 11 hari.
IV. PROGNOSIS
Prognosis karsinoma papiler baik, 10-year survival lebih dari 90% dan untuk pasien
muda lebih dari 98%. Perbandingan relatif area-area papiler dan folikular tidak
berhubungan dengan prognosis, tetapi invasi vaskular dan nuklear atypia mungkin
merupakan tanda-tanda prognostik yang berlawanan. Sedangkan pada tall-cell variant
dan columnar cell variant prognostiknya sangat jelek oleh karena memiliki behavior
yang sangat agresif.
Karsinoma folikular lebih agresif daripada karsinoma papiler. Prognosis bergantung
pada invasi jauh dan staging. Secara langsung berhubungan dengan ukuran tumor
(<1,0cm mempunyai prognosis yang baik). Lebih dari setengah penderita meninggal
dunia dalam 10 tahun tetapi hal ini bervariasi tergantung pada derajat invasi tumor ke
dalam pembuluh darah, kapsul tumor, atau jaringan sekitarnya.
Gambaran klinis umum berhubungan dengan prognosis bergantung pada usia,
ukuran tumor, perluasan keluar dari tiroid, pembedahan yang komplet dan metastasis
jauh. Efek prognostik yang berlawanan pada usia tua ditekankan terhadap ukuran tumor
yang besar dan perluasan ekstraglandular dari tumor.
18
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Karsinoma Tiroid, In: Kapita
Selekta Kedokteran. Volume 2. 3rd edition. Media Aesculapius. Jakarta. 2000. p: 287-292
Cobin RH, Gharib H, et all. Endocrine Practice, In: AACE/AAES Medical/ Surgical
Guidelins For Clinical Practice: Management of Thyroid Carcinoma. Volume 7. Number 3.
American College Of Endocrinology. United States. 2001. Available at:
http://www.aace.com/pub/pdf/guidelines/thyroid_carcinoma.pdf.
Kemp, Walter L. Burns, Dennis K. The Big Picture Pathology. McGraw Hill. 2007. p
347-9
Robinson, Soraya. Thyroid and Parathyroid Neoplasms. In: Leuven, A.L Baert.
Medical Radiology Diagnostic Imaging-Head and Neck Cancer Imaging. Germany. 2006. P
271-87
19