32
Edi Cahyono’s Experience: [ http://www.geocities.com/edicahy ] Edi Cahyono’s experiencE - 1 - Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang Sontani * Alex Supartono ** H ampir batal karena istrinya tidak diikutsertakan, Utuy Tatang Sontani akhirnya berangkat juga ke Tiongkok pada tanggal 27 September 1965, bersama sekitar 500 orang anggota rombongan delegasi Indonesia lainnya. Selain utusan resmi pemerintah dan wakil organisasi-organisasi profesi seperti PGRI dan PWI, rombongan ini sebagian besar diisi oleh delegasi PKI dan ormas- ormas kiri lainnya seperti BTI, Pemuda Rakyat, SOBSI, Gerwani, dan LEKRA. Lembaga Bahasa dan Kesusasteraan Departemen P. P. dan K. memberi Utuy izin untuk “memenuhi undangan dari Ormas Kebudayaan RRT sebagai anggota delegasi LEKRA, berkunjung ke RRT selama kurang lebih sebulan”. Selain itu, CC PKI mengeluarkan surat tugas pada Utuy untuk “menjadi anggota delegasi persahabatan PKI ke RRT atas undangan CC PKT untuk menghadiri peringatan ulang tahun ke XVI hari pembebasan Nasional Tiongkok”. Dari pada alasan-alasan formal institusional di atas, keberangkatan Utuy ke Tiongkok sebenarnya lebih pada alasan individual, karena sakit. Walau sudah menjadi pengarang besar–“raksasa dramaturg yang terbesar di masa ini” 1 –bukunya mengalami berkali cetak ulang dan dengan sekian jabatan prestisius lainnya, Utuy tidak pernah bebas dari masalah keuangan. Walau selalu mempunyai pekerjaan tetap, mulai dari redaksi Balai Pustaka–Kantor Pendidikan Masyarakat–Jawatan Kebudayaan–sampai terakhir sebagai pegawai * Tulisan ini disiapkan untuk diterbitkan Jurnal Kalam, Agustus 2001. ** Lulus STF Drijarkara tahun 2000. Pernah menjadi pemimpin redaksi Media Kerja Budaya dan sekarang sedang menyusun direktori sastra eksil Indonesia. 1 Pramoedya Ananta Toer, “Berkenalan dengan Utuy Tatang Sontani”, Siasat, 7 September 1952.

Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Edi C

ahyo

no’s

Expe

rienc

e: [

http

://ww

w.ge

ociti

es.c

om/e

dica

hy ]

Edi Cahyono’s experiencE- 1 -

Rajawali Berlumur Darah:Karya-Karya Eksil Utuy Tatang

Sontani*

Alex Supartono* *

Hampir batal karena istrinya tidak diikutsertakan, Utuy TatangSontani akhirnya berangkat juga ke Tiongkok pada tanggal

27 September 1965, bersama sekitar 500 orang anggota rombongandelegasi Indonesia lainnya. Selain utusan resmi pemerintah danwakil organisasi-organisasi profesi seperti PGRI dan PWI,rombongan ini sebagian besar diisi oleh delegasi PKI dan ormas-ormas kiri lainnya seperti BTI, Pemuda Rakyat, SOBSI, Gerwani,dan LEKRA. Lembaga Bahasa dan Kesusasteraan Departemen P.P. dan K. memberi Utuy izin untuk “memenuhi undangan dariOrmas Kebudayaan RRT sebagai anggota delegasi LEKRA,berkunjung ke RRT selama kurang lebih sebulan”. Selain itu, CCPKI mengeluarkan surat tugas pada Utuy untuk “menjadi anggotadelegasi persahabatan PKI ke RRT atas undangan CC PKT untukmenghadiri peringatan ulang tahun ke XVI hari pembebasanNasional Tiongkok”.

Dari pada alasan-alasan formal institusional di atas, keberangkatanUtuy ke Tiongkok sebenarnya lebih pada alasan individual, karenasakit.

Walau sudah menjadi pengarang besar–“raksasa dramaturg yangterbesar di masa ini”1 –bukunya mengalami berkali cetak ulangdan dengan sekian jabatan prestisius lainnya, Utuy tidak pernahbebas dari masalah keuangan. Walau selalu mempunyai pekerjaantetap, mulai dari redaksi Balai Pustaka–Kantor PendidikanMasyarakat–Jawatan Kebudayaan–sampai terakhir sebagai pegawai

* Tulisan ini disiapkan untuk diterbitkan Jurnal Kalam, Agustus 2001.** Lulus STF Drijarkara tahun 2000. Pernah menjadi pemimpin redaksi MediaKerja Budaya dan sekarang sedang menyusun direktori sastra eksil Indonesia.1 Pramoedya Ananta Toer, “Berkenalan dengan Utuy Tatang Sontani”, Siasat, 7September 1952.

Page 2: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Edi Cahyono’s experiencE- 2 -

tinggi pada Lembaga Bahasa dan Kesusasteraan, keluarga Utuyhidup tetap sangat sederhana, kalau tidak kekurangan. Bersama 3orang anak kandung dan 3 anak tiri dari istrinya, dia tinggal disebuah rumah sederhana di perkambungan becek belakang stasiunJatinegara. Pucat, tinggi kurus dan rokok pantang putus adalahsosok Utuy yang menancap dalam ingatan kawan-kawannya.Tubuhnya yang ditumpuki berbagai penyakit tidak pernah tuntastersembuhkan, apalagi kalau bukan karena kurangnya biaya, selainpola hidup yang tidak sehat. Karena alasan ini pula maka Utuymau untuk ikut dalam “delegasi sakit”2 yang berangkat bersamarombongan Indonesia untuk perayaan 1 Oktober 1965 diTiongkok.

Tawaran tersebut datang dari Dipa Nusantara Aidit, ketua CCPKI, orang yang dikagumi dan mengagumi Utuy dalam sebuahhubungan ‘benci tapi rindu’. Tawaran berobat inilah yang membuatUtuy tidak lagi bisa kembali ke tanah air, meninggalkan keluargadengan puteri bungsu yang masih bayi, dan menjadikannya seorangeksil sampai akhir hayatnya. Utuy meninggal dunia di Moskwapada tanggal 17 September 1979 karena serangan jantung, dalamkesendirian, kesepian, kekecewaan, dan kerinduan. Jenasahnyadisemayamkan di aula Universitas Negara Moskwa sebagaipenghormatan terakhir pada seorang pengarang besar, dan nisannyaadalah tonggak pertama yang tertanam pada pemakaman Islampertama di Moskwa.

Perkenalan Utuy dengan Dunia Tulis-Menulis

Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13Mei 1920 di Cianjur. Namun kekayaan orang tuanya itu sampaikepadanya hanya sebagai cerita. Hanya kakak laki-laki satu-satunya,yang mati muda karena pes, yang sempat disekolahkan di HollandsInlandse School. Sedangkan dia sendiri hanya mampu dimasukkanke sekolah rendah yang biayanya jauh lebih rendah. Setelah ayahnyamendapat pekerjaan sebagai juru tulis di sebuah toko Arab, baruUtuy dipindahkan ke sekolah Schakel yang mengajarkan bahasa

2 Pada masa ini ada kebiasaan untuk mengirimkan para aktifis ormas atau partaiyang sakit untuk berobat ke luar negeri dengan cara memasukkan mereka dalamrombongan delegasi Indonesia yang akan menghadiri undangan-undanantertentu. Mereka entah bercanda atau serius, disebut sebagai “delegasi sakit”.

Page 3: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Edi Cahyono’s experiencE- 3 -

Belanda. Itu pun karena dorongan kuat ibunya, yang ingin anaksatu-satunya tidak bernasib seperti bapaknya, jatuh miskin karenakurang pengetahuan walau dengan warisan berlimpah. NamunUtuy hanya bertahan dua tahun di sekolah ini. Dia keluar karenatidak tahan dihina sebagai “inlander malas” oleh guru Belandanyaakibat ketidakmampuannya menghafal.

Sekeluar sekolah Utuy mengisi harinya dengan bermain ke stasiunmelihat orang naik kereta api atau jauh mendaki gunung untukmencari tamiang (sejenis bambu, sunda) buat dijadikan suling.Kegiatan saat “menganggur” inilah yang banyak memberi inspirasipada cerita-cerita Utuy kemudian. Begitu pula watak dan karakteryang mengisi cerita dan dramanya kemudian, banyak berasal daribagasi ingatan terhadap para penumpang kereta yang tiap hariditontonnya itu.

Utuy tetap saja tidak mau sekolah walau ibunya sudah mencobasegala hal: rayuan, tawaran imbalan, bujukan sampai dimandikanke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di mana ilmubisa didapat sambil bermain dan di mana tiada Belanda yang sukamengata-ngatai: ‘Inlander’!”. Baru setelah Taman Siswa berdiri diCianjur 6 bulan kemudian, kembalilah Utuy ke sekolah. Di manatidak ada guru Belanda walaupun diajarkan bahasa Belanda,sehingga gurunya dipanggil “Bapak”, di mana ada pelajaran diluar kelas sambil bermain dan tamasya ke gunung yang dicintainyaseminggu sekali.

Ketertarikan Utuy dengan dunia tulis menulis berawal darikedatangan seorang tamu dari Bandung yang menawari bapaknyamenjadi agen koran berbahasa Sunda Sinar Pasundan yang terbitdi Bandung. Utuy sangat terkesan oleh tamu tersebut, yang ternyataadalah seorang eks-Digulis dan sekaligus paman dari gadis tetanggayang ditaksirnya. Sejak saat itu Utuy adalah orang yang palingantusias menyambut kedatangan Sinar Pasundan ke rumahnya.Semua huruf yang ada habis dia baca sampai ke iklan obat, setelahartikel-artikel yang menyindir pemerintah dan cerita-ceritapercintaan yang ditulis paman gadis tetangga pujaan. Suatu hari,paman si gadis yang juga salah satu redaktur Sinar Pasundan,mengirimnya dua buah buku. Buku itu adalah jilid pertama dankedua Pelarian Dari Digul.3 Tokoh Sontani yang berani dalam bukutersebut begitu hidup di depan matanya. Karena itu ketika

Page 4: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Edi Cahyono’s experiencE- 4 -

mengirimkan cerita pertama ke Sinar Pasundan, dipakailah namapena: Sontani. Nama ini kemudian melekat menjadi nama “asli”-nya, Utuy Tatang Sontani.4

Karya pertama Utuy adalah sebuah usaha untuk menarik perhatiansi gadis tetangga. Ceritanya sendiri, apa lagi kalau bukan soalpercintaan, tentang seorang pemuda yang meminta tolongtemannya menyampaikan surat cinta pada seorang gadis, namunjustru si pengantar surat inilah yang mendapatkan si gadis. CeritaUtuy dengan menggunakan nama Sontani ini dimuat seminggukemudian, disertai pujian dan dorongan semangat dari redaksi.Sejak saat itu, mengalirlah cerita dan sajak karya Sontani ke SinarPasundan.

Kegiatan di luar sekolah itu membuat Utuy bisa langsung masukTaman Dewasa di Bandung tanpa harus melewati kelas tujuhTaman Siswa. Keluarganya pun ikut pindah, karena pada saatbersamaan ayah Utuy ingin membuka restoran di Bandung.Namun restoran ayahnya bangkrut, dan mereka harus kembali keCianjur. Di Cianjur keadaan semakin memburuk, sekolah terhenti,orang tua bercerai, dan Utuy harus tinggal dalam rumah tanpaperabot dan listrik bersama ibunya, setelah ayahnya pergimeninggalkan mereka. Bagi Utuy penderitaan itu masih harusditambah dengan sikap gadis tetangga pujaan yang semakin rendahmemandangnya karena putus sekolah. Ibu-anak ini kemudianmenggadaikan rumah dan kembali ke Bandung mencari pekerjaan.

Di Bandung keadaan tidak juga membaik. Menumpang di rumah

3 Keterangan ini didapat dari tulisan Utuy, Kenang-Kenangan dan Renungan, yangdia kerjakan di Moskwa awal 1970-an dan pernah dimuat dalam bahasa Perancisoleh Jurnal “Archipel” No. 15, 1978. Rupanya Utuy salah mengingat judul bukuyang dibacanya lebih dari 45 tahun yang lalu itu. Judul Buku yang dia maksudadalah Minggat dari Digul yang lengkapnya berjumlah 7 jilid dan tanpa identitaspenulisnya. Pramoedya Ananta Toer dalam publikasinya sebagai penyunting,hanya berhasil mengumpulkan 4 jilid pertama. Lihat NN, “Minggat dari Digul”,dalam Toer, Pramoedya Ananta, peny., Cerita dari Digul (Jakarta: KepustakaanPopuler Gramedia, 2001), hal. 221-314.4 Sampai sekarang belum diketahui secara pasti siapa nama lahir Utuy TatangSontani. Nama Sontani diambilnya sendiri dari tokoh dalam Minggat dari Digul.Anak-anaknya di Jakarta memberikan nama Tatang, ibunya memanggil dengannama Jun, dan kenalannya semasa di Bandung (1940-an awal) memanggilnyaDadang.

Page 5: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Edi Cahyono’s experiencE- 5 -

keponakan ibunya yang bersuamikan duda kaya beranak gadis tiga,membuat Utuy tidak kerasan. Ia lebih memilih menumpang padaseorang janda tukang jahit asal Cianjur yang dulu pernah menjadipembantu ayahnya saat masih menjadi saudagar batik. Namunjustru di sinilah, di atas tikar tempatnya tidur yang tergelar dibalik pintu, sambil menunggu mendapatkan pekerjaan selama 2tahun, Utuy menulis dua novel Mahala Bapa dan Tambera dalambahasa Sunda. Walau Mahala Bapa selesai lebih dahulu (1937),dua novel tersebut dimuat dua koran berbahasa Sunda yang terbitdi Bandung dalam waktu yang bersamaan pada tahun 1938,Sipatuhanan dan Sinar Pasundan. Mahala Bapa yang ditulisnyadalam ingatan segar dan nafas kebencian kepada ayahnya, tidakbegitu mendapatkan respon dari pembaca sedangkan Tambera,mendapat banyak pujian karena temanya yang patriotik. Tapi Utuylebih melihat Tambera sebagai keberhasilannya melukiskan harucinta dendam antara si anak negri Banda Tambera dan Clara, anakkomandan Belanda, di tengah latar historis perlawanan patriotikrakyat Banda terhadap kedatangan Belanda. Haru yang juga iarasakan akibat kegagalan cinta pertamanya dengan si gadis tetangga.

Dua novel pertama Utuy dikerjakan dalam kesendiriannya dirumah bekas pembantu ayahnya, bergulat dengan imajinasi danpengalaman pribadinya. Tidak ada catatan pergaulan khusus Utuydengan pengarang tertentu, baik secara langsung di Bandung ataulewat buku-buku yang dibacanya. Kalau Iwan Simatupang merasacelaka karena membaca terlalu banyak, maka Utuy mengaku tidaksuka membaca. Latar belakang sosialnya, mengharuskan dia untukselalu mencari sendiri. Pengalaman pribadi begitu penting bagiUtuy, sekali dia menancap dalam ingatan, selamanya pengalamanitu akan terus muncul dalam karya-karyanya.

Tidak lama setelah keberhasilannya dengan Tambera, Utuymendapat pekerjaan sebagai juru tulis pada kantorRegentschapswarken Bandung tahun 1938. Selama periode inisampai pada masuknya Jepang tahun 1942, Utuy menjadi sibukoleh pekerjaan rutin, sehingga aktivitas menulisnya terhenti.Masuknya Jepang tahun 1942, mengharuskannya pindah kerja kekantor Kabupaten Bandung. Karena keadaan yang tidak menentupada masa itu, kesibukan Utuy sebagai pegawai kantoran rupanyatidak begitu banyak, sehingga dia mulai aktif lagi menulis. Ketika

Page 6: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Edi Cahyono’s experiencE- 6 -

Pemerintah Jepang hanya mengijinkan pemakaian Bahasa Indo-nesia dan menutup koran-koran yang berbahasa daerah, maka Utuypun mulai menulis dalam Bahasa Indonesia. Utuy menanggapipembatasan Jepang ini “secara positif ” (karakter ‘berpikir positif ’ini akan terus dibawanya), karena menurutnya akan semakinmempopulerkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

Karena sajaknya yang dimuat di Pantja Raja,5 Utuy mendapatundangan dari Gunseikanbu untuk mengikuti KonferensiKebudayaan di Jakarta.6 Di tempat ini dia bertemu dengan bekasgurunya di Taman Dewasa, yang menawarinya untuk bergabungdengan PUTERA cabang Priangan di Bandung untuk membantudi bagian kebudayaan. Kemudian Utuy diangkat menjadi KetuaSastrawan Angkatan Baru Priangan7 dengan sekretaris KelanaAsmara. Utuy merasa senang bekerja di PUTERA karena bisabergaul dan bekerja sama dengan para penulis Priangan lainnya,termasuk A.S. Dharta yang kemudian menjadi salah satu pendiridan Sekretaris Umum LEKRA pertama. Produktifitas Utuy jugameningkat, minimal setiap minggu tulisannya dimuat di Cahaya,satu-satunya koran yang terbit di Bandung. Selain itu dia aktifmemimpin sandiwara, kelompok wayang golek dan reyogberkeliling ke daerah-daerah menyiarkan propaganda Jepang. Utuy

5 Dalam Kenang-Kenangan dan Renungan, Utuy salah mengingat periode terbitantara majalah Pantja Raya dan Panji Pustaka, satu-satunya majalah kebudayaanyang terbit di Jakarta pada masa itu. Yang dia maksud adalah Panji Pustaka (1922-1945), bukan Pantja Raya yang baru terbit tahun 1945 sampai 1947 sebagaikelanjutan Panji Pustaka.. Jakob Sumardjo, “Pasang Surut Majalah KebudayaanIndonesia”, dalam Ulrich E. Kratz, Sumber Terpilih Sejarah Sastra Indonesia AbadXX (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), hal. 634. Pamusuk Eneste, BukuPintar Sastra Indonesia (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001), hal 176-177.6 Dalam konferensi tersebut Utuy sibuk dengan kekagumannya bertemu denganmata kepala sendiri tokoh-tokoh kebudayaan yang selama ini hanya dia dengarnamanya. Namun ketika Utuy masuk ke “Seksi Kesusasteraan” dalam konferensitersebut, Armijn Pane yang sedang memimpin pertemuan, mengusir pengarangmuda yang belum dikenal ini.7 Sastrawan Angkatan Baru Priangan adalah semacam perkumpulan bebas yangdisponsori oleh penerbitan setempat. Anggota lainnya adalah M.A. Salmun danAchdiat Karta Mihardja. Menurut Achdiat perkumpulan ini tidak jelas konsepnya,juga sumbangannya bagi sastra Indonesia dan Sunda, lih. Harry Aveling, “Manand Society in the Work of Indonesian Playwright Utuy Tatang Sontani” dalamSoutheast Asia Paper No. 13 (Honolulu: Southeast Asian Studies Program ofUniversity of Hawaii, 1979), hal. 2.

Page 7: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Edi Cahyono’s experiencE- 7 -

tidak berkomentar banyak tentang fungsi PUTERA sebagai alatPropaganda Jepang pada masa itu. Dia secara sederhanamenganggap PUTERA sebagai organisasi yang besar karena adaorang-orang besar bergabung di situ, seperti Soekarno dan KiHadjar Dewantara. Secara sederhana, dan mungkin naif, Utuyberpikir kalau Jepang menggunakan PUTERA sebagai alatpropagandanya, maka Utuy menggunakan PUTERA sebagai alatuntuk memfasilitasi kerja kreatifnya.

Pada masa ini Utuy mempunyai kesempatan mengembangkan danmenulis ulang Tambera dalam bahasa Indonesia. Tokoh Kawistayang berkarakter keras, egois dan kasar, memilih jalan radikalmelawan Belanda, tapi berakhir dengan kekalahan yangmengakibatkan seluruh masyarakat Banda tenggelam dalamkehancuran dan dia sendiri diasingkan dari kampung halamannya,berkembang lebih hidup karena ispirasi yang didapatnya dari temansekerja di PUTERA. Prototipe Kawista itu adalah rekan kerjanya,seorang kader yang dikirim oleh Bung Hatta untuk membantuPUTERA cabang Priangan. Ketika kader yang dipanggil Utuydengan sebutan “pemuda yang berwajah semangat” ini merebutperhatian “Bunga dari PUTERA” yang telah menjadi tunangannya,semakin lengkaplah karakter Kawista dalam diri si kader ini. Walaudemikian dengan cara yang aneh, mereka terus bersahabat. Si kaderini terus mengikuti karya-karya Utuy dan memberikan komentar-komentar. Utuy sendiri tidak bisa menghilangkan di kepalanyatokoh Kawista yang semakin hidup dalam diri si kader tersebut.Di kemudian hari kader ini pula yang mengajak Utuy terlibat lebihjauh dengan politik, ketika dia berhasil meyakinkan Utuy bahwa“kalau politik otaknya partai, maka sastra dan seni adalah hatinyapartai”. Dia pula yang memfasilitasi Utuy untuk penyembuhanpenyakit levernya ke Tiongkok. Kader ini jugalah yang membuatUtuy menangis ketika mendengar kematiannya, saat terbaring sakitdi Tiongkok. Kader “berwajah semangat” itu bernama DipaNusantara Aidit.

Pada masa Revolusi Agustus 1945, Utuy sempat bergabung denganBPRI (Barisan Pemberontak Republik Indonesia) sebagai editorterbitan mereka, Berontak, di Magelang. Setelah majalah ini tidakbisa lagi terbit karena kesulitan penulis dan percetakan, Utuykembali ke Bandung. Di sana dia bekerja pada RRI Bandung,

Page 8: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Edi Cahyono’s experiencE- 8 -

yang kemudian mengungsi ke Tasikmalaya, sebagai editor beritaBahasa Sunda. Ketika terjadi Aksi Polisionil Belanda I tahun 1947,RRI ini berhenti siaran dan setahun kemudian Utuy memutuskanuntuk pindah ke Jakarta. Sampai sebelum pindah ke Jakarta, Utuymenyelesaikan dua karya besar pertamanya yang dia tulis dalambahasa Indonesia: Suling (tertanggal Maret 1946 di Gunung Puteri,Sumedang) dan Bunga Rumah Makan (tertanggal Januari 1947 diPriangan).

Di Jakarta, mulailah Utuy membangun kebesaran namanya. BalaiPustaka menerbitkan dua karyanya Suling dan Bunga RumahMakan. Kemudian disusul Tambera (1949), Orang-Orang Sial(1951), Awal dan Mira (1952). Keluar dari Balai Pustaka Utuymulai aktif di Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) sebagai salahsatu anggota Pimpinan Pusat, dan karyanya mulai diterbitkan olehBadan Penerbitan LEKRA (Jajasan Kebudajaan Sedar), Si Kabajan(1959), Si Sapar (1965), dan Si Kampeng (1965). Kemudian BalaiPustaka masih menerbitkan Sang Kuriang (1959), Manusia Kota(1961). Sedangkan Selamat Jalan Anak Kufur (1963) diterbitkanoleh penerbit Nusantara Bukitinggi. Utuy tidak lagi menulis puisisejak kepindahannya ke Jakarta (lihat bibliografi), kecuali satu puisi,Peking, yang dimuat di majalah kebudayaan LEKRA Zaman Barubulan Mei 1961. Sejak bergabung dengan LEKRA pertengahan1950-an, Utuy mulai aktif berbicara di berbagai forum dan menulisesei-esei kebudayaan yang sebagian besar dimuat di Harian Rakjat,Zaman Baru dan Bintang Timur. Karya-karyanya jugaditerjemahkan dalam bahasa Rusia, Mandarin, Jerman, Vietnam,Belanda, Ceko, dan Italia.

Keindahan Sebuah Kolektif di Mata Seorang Individualis

Sesampai di Jakarta tahun 1948, Utuy bekerja sebagai editor padaBalai Pustaka. Pada tahun yang sama, dua karyanya yang ditulissemasa revolusi terbit, sebuah alegori sejarah Indonesia denganjudul Suling dan drama berjudul Bunga Rumah Makan. Sebenarnyanaskah Tambera-lah yang lebih dulu ditawarkan Utuy pada penerbitsaat pertama kalinya menginjakkan kaki di Jakarta. Namun Idrus,editor penerbit Pembangunan yang hanya semalam membacanaskah itu, menolaknya. Karena itu Tambera baru diterbitkantahun 1949 oleh Balai Pustaka. Periode ini adalah masa-masaproduktif Utuy. Dua tahun kemudian, 1951, Balai Pustaka

Page 9: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Edi Cahyono’s experiencE- 9 -

menerbitkan kumpulan cerpennya dengan judul Orang-Orang Sialdan satu drama lagi yang membuatnya menjadi sangat terkenal,Awal dan Mira. Drama ini memenangkan Hadiah Sastra NasionalBadan Musjawarah Kebudajaan Nasional (BMKN) pada tahun1952, mengalami cetak ulang tiga kali, dan diterbitkan lagi olehpenerbit Kiwari Bandung tahun 1962. Setelah keberhasilan Awaldan Mira segera menyusul Manusia Iseng (1953), Sayang ada Or-ang Lain (1954), Di langit Ada Bintang (1955), Pengakuan (1957),Saat Yang Genting (1957),8 Selamat Jalan Anak Kufur (1956), danDi Muka Kaca (1957),9 yang mengokohkan Utuy sebagai salahsatu penulis drama terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.

Tokoh utama dalam Bunga Rumah Makan dan Awal dan Miraadalah laki-laki muda yang terasing dari masyarakatnya, berusahamencari hakekat kemanusiaan dengan memaki-maki ketololansituasi dan masyarakatnya yang seperti sekumpulan wayang tanpajiwa. Begitu pula pada drama-drama Utuy selanjutnya yangdikumpulkan dalam Manusia Kota (1961) dan Selamat Jalan AnakKufur (1963). Dengan latar belakang kehidupan urban, Utuybergerak dengan problem-problem psikologis tokoh-tokohnyaberhadapan dengan masyarakatnya. Seperti tampak dalam seluruhkarya Utuy, tokoh perempuan selalu menjadi korban dari tokohlaki-laki yang apatis, naif, masa bodoh, dan lemah. Laki-laki adalahpecundang dan perempuanlah yang membuat hidup bisa terusberjalan. Seperti suami yang harus menerima istrinya melacuruntuk menghidupi keluarga, suami yang selingkuh karena istriyang menuntut kesetaraan, suami yang terobsesi adik iparnya saatistrinya hamil atau laki-laki pelanggan pelacur yang digambarkansebagai sosok-sosok pecundang, sampai krisis identitas seorangseniman yang mengorbankan istri dan kematian anak gadisnya.

Panggung drama-drama Utuy selalu sepi dan kosong, tidak adaproperti-properti atau make up khusus apalagi adegan-adegansensasional. Semuanya bertumpu pada dialog tokoh-tokohnya yangmencerminkan kondisi mental sosial jamannya. Kondisi psikologis

8 Saat Yang Genting memenangkan hadiah sastra BMKN tahun 1957/1958, danbersama tiga dramanya yang lain dibukukan dengan judul Manusia Kota: EmpatBuah Drama, (Jakarta: Balai Pustaka, 1961).9 Dua drama ini kemudian diterbitkan oleh Penerbit Nusantara, Bukittinggi tahun1963 dengan judul Selamat Jalan Anak Kufur.

Page 10: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Edi Cahyono’s experiencE- 10 -

tokoh utama selalu terjelaskan dalam dialog dengan tokoh-tokohpendukung, yang menjadi wakil dari kondisi sosial secara umum.Topik-topik psikologi yang rumit dalam pembahasan-pembahasanakademis mendapatkan bentuk kongkritnya pada dialog-dialogtokoh-tokoh drama Utuy, menjadi sesuatu yang nyata dan ada disekitar kita. Utuy sangat mahir mengorek masalah-masalahmendasar hubungan antar manusia tanpa harus lepas darikeseharian yang masuk akal. Semendalam apa pun jawaban-jawaban Mira atas pertanyaan-pertanyaan Awal, kita tidak pernahdibuat lupa bahwa Mira adalah seorang penjaga warung kopi.Mungkin inilah yang membuat drama-drama Utuy mendecakkankagum hanya kalau dibaca, namun sulit untuk dipentaskan.10

Selain drama, Utuy juga banyak menulis cerita pendek, sepertiyang dikumpulkan dalam Orang-Orang Sial (1951). Cerita pendekUtuy merupakan perubahan bentuk dari drama-dramanya saja.Kita akan menemukan tema, karakter tokoh dan problem-problemnya yang sama dalam cerpen-cerpen Utuy. MelanjutkanMira yang buntung kedua belah kakinya karena perang, individu-individu anonim pinggiran Jakarta awal ‘50-an dipaparkan Utuysebagai potret sisi gelap sisa revolusi kemerdekaan. Revolusi danperangnya tidak hanya menghasilkan kemerdekaan, tapi jugamembuat istri menjadi penari doger, tukang sol sepatu dikira mata-mata, kakak mengusir adik perempuan dan ibunya, dan membuatseorang pengarang menyuruh keluar istri dan anaknya yang sedangmenangis di tengah malam karena mengganggunya mengerjakanpesanan tulisan. Pengarang itu adalah Utuy sendiri, sebuahpernyataan diri sebagai bagian dari “Orang-Orang Sial”. Utuy tidakterutama berbicara tentang ketidak adilan sosial secara langsung,karena baginya kondisi pskilogis para individu itu merupakanproduk sosial juga. Konflik-konflik yang dibangun Utuy beradadalam individu tokoh-tokohnya, masalah-masalah sosial yang adadilihat dalam konteks dan kacamata individual tokoh-tokohnya.Karena itu Utuy tidak pernah menghakimi tokoh-tokohnya, sepertiyang selalu dilakukan Pramoedya Ananta Toer. Utuy membiarkan

10 Wahyu Sihombing pernah secara khusus bersama murid-muridnya di jurusanteater Institut Kesenian Jakarta melakukan studi terhadap naskah Di Langit AdaBintang. Sebagaimana biasanya, akhir studi semacam ini adalah pementasan darinaskah yang dipelajari. Namun pementasan ini tidak pernah terjadi, karena merekamerasa gagal atau tidak mampu melakukannya.

Page 11: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Edi Cahyono’s experiencE- 11 -

tokoh-tokohnya tampak apa adanya, naif, polos dan kemudianmenjadi sial tergulung sejarah karena kenaifan dan kepolosannyaitu. Dengan kemampuan deskripsi seorang penulis drama, Utuymampu membangun karakter tokoh-tokohnya walau denganhalaman yang terbatas dalam cerpen.

Tidak seperti kebanyakan sastrawan Indonesia pasca perang, Utuytidak memiliki dasar pendidikan Belanda. Walau pekerjaanpertamanya adalah sebagai juru tulis kantor pemerintah diBandung, Belanda tidak berarti apa-apa baginya selain kebencian.Karya sastra pertama yang dibacanya adalah Minggat Dari Digulserta roman-roman percintaan dan sedikit cerita perlawanan dikoran berbahasa Sunda Sinar Pasundan. Karya-karyanya bukanlahpersonifikasi ideal yang dia bayangkan atau cita-citakan, juga bukanpernyataan rindu pada tempat-tempat yang jauh dari yang adakini. Karya Utuy adalah tidak lanjut langsung apa yang dia lihat,alami dan rasai. Dia selalu berangkat dari persepsi dan refleksidirinya sendiri. Sebab “tanpa membawa haru yang dirasakan olehsi pengarangnya dan yang kemudian dirasakan pula oleh pembaca,karangan itu kemungkinannya hanya berupa sebuah artikel sastra.Bukan sebagai sesuatu yang bisa dinamakan hasil sastra.”11

Kedahsyatan Utuy melulu bertumpu pada bakat dan kemampuanuntuk mendeskripsikan apa yang dia lihat dan pikir. Dia tidakpernah mengalami masalah sebagai “manusia perbatasan”,12 yangterbongkar dari akar budayanya sendiri dan terus mencari“kehijauan di laut lain…berlepas kemudi pada angin”. Dia selalumencari dan memahami dengan pengertiannya sendiri dalamkesetiaan yang satu.

Walau orang membandingkan kesinisannya terhadap orang kayabaru dengan karya-karya Aldous Huxley,13 atau black comedy-nyayang halus dengan Anton Chekhov,14 Utuy selalu mengelak dengan

11 Utuy Tatang Sontani, “Haru Yang Tak Kunjung Kering”dalam Kenang-Kenangan dan Renungan, Naskah, (Moskwa: Tanpa Tahun), hal. 8.12 Soebagjo Sastrowardoyo, Pengarang Sebagai Manusia Perbatasan: SeberkasCatatan Sastra, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hal 13-17.13 Asrul Sani, “Utuy dan Huxley” Siasat No. V 18 Maret 1951, hal. 208.14 Boejoeng Saleh Poeradisastra, “Perkembangan Kesusasteraan Indonesia:Beberapa Kenyataan dan Kemungkinan” dalam Almanak Seni 1957, (Jakarta:Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional, 1956), hal. 40.

Page 12: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Edi Cahyono’s experiencE- 12 -

menyatakan tidak pernah membaca karya-karya mereka. Karya-karya Utuy adalah semacam catatan harian. Pengalaman-pengalaman yang begitu menancap dalam otak dan perasaan akanmendapat tempat berhalaman-halaman. Seperti tampak padamemoar yang dia tulis di Moskwa, Kenang-Kenangan danRenungan, setiap karyanya dapat dilacak dalam pengalamanfaktualnya. Kronologi pengerjaan karya-karyanya, sejak MahalaBapa (1937) sampai karya yang dihentikan oleh kematiannyaMelodi Yang Belum Selesai (1979), adalah rangkaian perjalananhidup Utuy beserta segala perkembangan pemikiran dankesadarannya. Karena itu ketika Tambera terbit, Utuy mendapatbanyak cercaan. Walau dalam iklan penerbit pada edisi pertamadisebutkan sebagai “perjalanan antara fantasi penulis akan waktuyang lampau dan pengalamannya dalam masyarakat”, namun or-ang tetap mempermasalahkan pertanggungjawaban Utuy ataspilihannya untuk menulis novel sejarah, yang seharusnya dilengkapidengan persiapan pengetahuan yang cukup tentang alam,masyarakat dan sejarah Banda.15 Walau demikian novel inimengalami cetak ulang pada tahun 1952, dan menjadi karyapertama Utuy yang diterjemahkan ke dalam bahasa Cina danRusia.16

Kekuatan Tambera bukanlah pada semangatnya yang patriotik.Dia bukanlah perjuangan tanpa henti membangun kesadarannasionalisme lewat dunia tulis menulis seperti yang dilakukanMinke dalam tetralogi Pram. Banda memang dipilih sebagaisimbol, wakil, dan contoh perubahan sosial yang terjadi padamasyarakat Indonesia. Utuy tidak begitu memprioritaskan akurasidata, sehingga di beberapa bagian malah terjadi anakronisme.Tambera adalah pernyataan dari pemikiran penulis tentang

15 M.R. Dajoh, “Tambera”, Pandji Negara Th. III, No. 2, 15 Mei 1949; Jassin,HB, Kesusasteraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esai, (Jakarta: GunungAgung, 1954), hal. 103-111; Boejoeng Saleh, “Perkembangan KesusasteraanIndonesia: Beberapa Kenyataan dan Kemungkinan”, dalam Almanak Seni 1957,(Jakarta: Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional, 1956), hal. 41; A. Teeuw,Pokok dan Tokoh dalam Kesusasteraan Indonesia Baru, (Jakarta: JajasanPembangunan, 1952), hal 231-232.16 Edisi bahasa Rusia ini juga mengalami cetak ulang tepat setahun sebalum Utuysampai di Moskwa tahun 1973, lebih jauh tentang sastra Indonesia di Rusia lihatAlex. Supartono dan Lisabona Rahman, “Studi Indonesia di Rusia: Rumah SejarahYang Alpa Disinggahi” dalam Kompas, 6 Juli 2001, hal. 39.

Page 13: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Edi Cahyono’s experiencE- 13 -

perubahan masyarakat yang dirasakannya. Bermain denganimajinasi, Utuy memindahkan apa yang dirasa dan dilihatnyasendiri jauh ke Banda. Sehingga tidak tepat mengkategorikanTambera sebagai roman sejarah, dengan demikian kritik dalamkontkes tersebut menjadi tembakan salah sasaran. KesejarahanTambera berada dalam diri Utuy sendiri, dan bukan dari apapunyang terkait dengan Banda. Tambera menyala karena tokoh-tokohnya yang tergambarkan dengan lengkap menyeluruh, besertakualitas hubungan di antara mereka. Tidak ada yang hitam putih,semua tokoh penuh dengan kemungkinan. Kawista yang kasar,egois dan kuat, yang pada awal menghembus kebencian pembaca,berbalik meraih simpati ketika memimpin pemberontakanmelawan Belanda, walau jalan radikal yang dipilihnya justrumenghancurkan kampungnya dan membuat dia diasingkan olehmasyarakat yang pernah dibelanya itu. Tambera yang perasa,pemimpi, dan jujur, yang pada awal menjatuhkan hati, kemudianmenuai kebencian pembaca ketika menjadi centeng Belanda,mengikuti kata hatinya yang tertambat pada Clara.

Seakan tidak peduli dengan reaksi pembaca, menarikmemperhatikan mengapa Utuy tetap memilih judul Tambera ketikanovel ini terbit dalam bahasa Indonesia. Padahal dalam bagiankedua novel ini cerita tentang Kawista berkembang begitu banyakmelebihi bagian pertamanya yang didominasi kisah tentangTambera. Apalagi dengan tambahan antusiasme pembaca padaperjuangan patriotik Kawista. Tapi Utuy tetap bersikukuh padaTambera. Tambera adalah mimpi seorang manusia muda tentangIndonesia sebelum datangnya semua perubahan: masyarakat yangbahagia, harmonis, setara, dekat dengan alam dan mampumengekspresikan diri secara kreatif lewat nyanyi dan tari.Masyarakat ini menjadi rusak ketika Belanda datangmemperkenalkan sistem ekonomi baru, lengkap dengan tradisikeserakahan dan kekerasannya. Tambera adalah “studi sejarah”Utuy tentang perubahan masyarakatnya, yang adalah sebuahdegradasi. Tokoh Tambera menjadi personifikasi pernyataan Utuyakan pentingnya kebebasan dan kemandirian individu di tengahsebuah masyarakat yang sedang berubah. Tema inilah yang menjadifondasi dari karya-karya Utuy selanjutnya, dengan latar yangsemakin lama semakin nyata. Kita akan menemukannya padatokoh Sri pada Suling, Ani dalam Bunga Rumah Makan, Mira

Page 14: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Edi Cahyono’s experiencE- 14 -

dalam Awal dan Mira, dan sosok-sosok teguh lain dalam dramadan cerpen Utuy, yang bukan kebetulan selalu perempuan. Setelah“fantasi akan waktu yang lampau dan tempat yang jauh” Bandaawal abad 16 dalam Tambera, disusul bentuk alegorisnya dalamSuling, maka sejak Bunga Rumah Makan masyarakat urbanpinggiran-lah yang menjadi latar karya-karya Utuy selanjutnya.Utuy terus bergelut dengan realitas kesehariannya sendiri, tanpahenti mencari dan mengungkap dasar-dasar hubungan antarmanusia, untuk kemudian merepresentasikannya lagi dalam karyasampai pokoknya yang paling dalam. Sampai pada suatu saat diaterhenti.

Memasuki paruh kedua tahun 1950-an, Utuy memasuki masa-masa tidak produktif. Di Muka Cermin adalah drama terakhir yangditulisnya sebelum masa vakum ini. Dalam wawancaranya denganPramoedya Ananta Toer beberapa tahun sebelumnya, Utuy sudahmengungkapkan kegelisahannya ini: “Aku ingin mempercayaimanusia lagi. Tetapi kepercayaan ini sudah pudar. Yang ada hanyakeingintahuan, nieuwagierigheid. Bagaimana engkau bisamempercayai manusia, kalau manusia yang kau kehendaki itu tidakada. Dan kalau engkau berada di lingkungan binatang, bagaimanaengkau mengharapkan dapat bersinggungan dengan manusia.”17

Utuy mencapai tahap yang disebut Pram sebagai puncakpesismisme. Ketika dia merasa bahwa usaha untuk mengapresiasirealitas dalam karya menabrak kesiasiaan, ketika nilai-nilaikemanusiaan yang terus digali dari keseharian tidak lagi berartiapa-apa, juga tidak mendatangkan inspirasi apalagi kepuasan.Sampai tahap ini Utuy merasa tidak bisa lagi hanyamerepresentasikan kesadaran masyarakat kalau tidak terjadiperubahan apa-apa atasnya. Apalagi kemuakan sosial yangdirasakannya semakin lama semakin berat. Utuy merasa harus pergilebih jauh dari apa yang sudah dia lakukan. Dan jawaban itu diatemukan dalam Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA).

LEKRA adalah organisasi kebudayaan yang melihat bahwa sastra,seni dan kebudayaan secara umum harus berada di depan kesadaranmassa, terlibat aktif perubahan menuju pembebasan umat manusiasecara keseluruhan. Keterlibatan Utuy dengan LEKRA tidak terjadi

17 Pramoedya Anata Toer, Berkenalan dengan Utuy Tatang Sontani, Duta Suasana,1 September 1952, Siasat V/208, 18 Maret 1951

Page 15: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Edi Cahyono’s experiencE- 15 -

sebagaimana sebuah rekruitmen. Karena selain LEKRA sendiribukanlah organisasi dengan kartu anggota, Samandjaja, bekaskepala rumah Tangga LEKRA, menerangkan: “Orang seperti Pramatau Utuy itu ketika bergabung dengan LEKRA sudah besar, sudahmenjadi macan sastra Indonesia. Jadi mana mungkin bisa diarah-arahkan lagi. LEKRA hanya menawarkan kemungkinan tema-temabaru, sedangkan soal gaya, pendekatan dan lain-lainnya itu, manamungkin bisa dicampuri”.18 Sebagaimana Pramoedya Ananta Toer,dalam LEKRA Utuy memang tidak begitu berperan secaraorganisasional, dibanding nama besar lain seperti Bakri Siregar,Joebaar Ajoeb, AS Dharta, Rivai Apin dan Agam Wispi. Dia tidakpernah menjadi anggota sekretariat pimpinan pusat, dan hanyamenjadi salah satu anggota dari 41 anggota pimpinan pusatLEKRA. Bahkan Departemen Drama LEKRA dipimpin oleh RivaiApin, seorang penyair yang tidak pernah menulis drama. Dalamkongres, konferensi atau pertemuan-pertemuan koordinasi yangdiadakan LEKRA, peran Utuy tidak terlalu menonjol. Dia datanglebih banyak untuk bertanya dari pada mengajukan konsepsi-konsepsi sastra atau kebudayaan tertentu.19

Utuy lebih melihat LEKRA sebagai tempat yang bisa memfasilitasipencariannya lebih jauh tentang problem-problem manusia danmasyarakat. Demikian pula LEKRA memberi kesempatan cukupluas pada Utuy dalam pencariannya ini, mengirim untukkunjungan ke Tiongkok tahun 1957, menjadi wakil LEKRAsebagai anggota Komite Nasional untuk Indonesia pada KonferensiPengarang Asia Afrika di Tashkent, Uzbekistan (1958) dan Tokyo,Jepang (1961). Dalam pergaulan barunya ini, baik dengan LEKRAatau sastrawan-sastrawan lain di luar negeri yang ditemuinya, Utuysemakin diyakinkan, bahwa menulis adalah salah satu kerja pokokdalam perubahan masyarakat, dengan demikian sastrawanmempunyai tugas yang sangat penting. Namun justru dalamperiode ini Utuy tidak banyak menghasilkan karya. Selama kuranglebih 10 tahun Utuy hanya menulis Si Kabajan (1959), Sang

18 Wawancara penulis dengan Samandjaja tanggal 20 Juli 2001.19 Utuy juga dikenal tidak begitu tertarik dengan teori-teori kiri yang rumit danberbelit, walau karya-karya menunjukkan dampak yang bertentangan denganketidaktertarikannya itu. Dalam hasil-hasil Laporan Kongres Nasional LEKRAI, Solo 1959, atau Laporan Kebudayaan Rakyat II, Jakarta 1960 misalnya, peranUtuy juga tidak terlalu menonjol.

Page 16: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Edi Cahyono’s experiencE- 16 -

Kuriang (1959), Si Kampeng (1964), Si Sapar (1964) dan beberapacerita pendek.

Si Kabayan adalah cerita rakyat Sunda paling populer, tentangseorang laki-laki bernama Kabayan yang lugu, konyol, danterutama selalu melihat dunia dengan cara pandang, logika danpikirannya sendiri. Tokoh ini muncul di setiap jaman membawakankritik sosial gaya rakyat bawah dengan pikiran yang sederhananamun langsung pada pokok persoalan keseharian. Utuylah orangpertama yang memodernkan Si Kabayan, tidak hanya denganmengindonesiakannya, tapi juga menjadikannya naskah satirmodern yang bisa dipentaskan. Lewat Si Kabayan, Utuy mengolok-olok kepercayaan masyarakat pada hal-hal mistik dan menelanjangiperilaku orang-orang kota berpendidikan yang mencaripenyelesaian masalah dengan jalan irasional. Si Kabayan adalahlangkah pertama Utuy untuk, meminjam istilah yang dipakai saatitu, “terjun dan berenang di tengah massa”. Dengan mengambilmateri cerita rakyat yang sudah dikenal dan memasukkan kesadaranbaru, Utuy berusaha menjalankan salah satu pedoman LEKRA:menggabungkan tradisi yang baik dan kekinian yangrevolusioner.20 Dan untuk kasus Si Kabayan, Utuy bisa dikatakanberhasil. Dari seluruh drama-drama yang pernah ditulisnya, SiKabayan-lah yang paling sering dipentaskan. Mulai dari kelompoksandiwara tingkat kelas sekolah menengah sampai pementasanprofesional di gedung kesenian. Dengan cara yang sangatdikenalnya, Utuy berhasil menyampaikan bahwa penyelesaianmasalah secara mistis adalah sesuatu yang konyol dan menggelikanakal sehat.

Keberhasilan Si Kabayan membawa Utuy pada publik yang lebihluas. Pada saat yang sama menyadarkan Utuy akan pentingnyakesederhanaan penyampaian. “Kesederhanaan” ini pula yangmelandasi Utuy saat menulis Si Sapar dan Si Kampeng. Untukdua karya tipis ini, Utuy membutuhkan waktu yang cukup lamauntuk menyelesaikannya. Si Sapar mulai ditulisnya tahun 1961,

20 Pedoman ini adalah bagian dari pokok perjuangan LEKRA yang disebut 1-5-1: Dengan pedoman Politik sebagai Panglima menjalankan 5 kombinasi: meluasdan meninggi; tinggi mutu ideologis dan tinggi mutu estetis; realisme sosialisdan romantisme revolusioner; tradisi yang baik dan kekinian yang revolusioner;kearifan massa dan kreatifitas individu; dengan metode Turun ke Bawah.

Page 17: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Edi Cahyono’s experiencE- 17 -

baru selesai tahun 1964, sedangkan Si Kampeng tertanggal Juni1964. Dalam dua drama ini, Utuy muncul dalam gayanya yangbenar-benar baru. Konflik-konflik psikologis individu bergantikonflik-konlik material dalam konteks pertentangan kelas, tokoh-tokohnya menjadi hitam putih dengan dialog yang singkat-singkatdan verbal. Dalam menyelesaikan konflik yang dibangunnya punUtuy kedodoran. Tokoh utama manusia pekerja dalam Si Saparmisalnya, diselesaikan Utuy dengan bunuh diri. Baru setelah ituhantu Sapar membalas dendam pada kelas yang yangmengeksploitasinya semasa hidup dulu. Alih-alih mencari bentukpenyampaian yang sederhana, Utuy malah jatuh pada kedangkalanyang menyesatkan. Walau sudah menomorduakan mutu estetis,mutu ideologis-pun tidak tercapai.

Di lain pihak Utuy semakin aktif berbicara di berbagai forum danmenulis artikel-artikel kebudayaan secara umum.21 Pada masa ini,sepintas Utuy tampak begitu aktif dengan “Politik Kebudayaan”,22

bergabung bersama Ajip Rosidi, Pramoedya Ananta Toer, MRDajoh, AS Dharta, dan seniman Jakarta lainnya mendukungkonsepsi Presiden Sukarno, terlibat dalam Konferensi Sastra danSeni Revolusioner (KSSR) dan terakhir menjadi anggota PKIsetelah diyakinkan Aidit bahwa “kalau politik adalah otaknyapartai, maka seni adalah hatinya partai”. Namun Utuy sebenarnyajauh dari politik. Keterlibatan Utuy dalam KSSR adalah contohbagaimana awamnya Utuy dalam politik (kebudayaan). KSSRdiselenggarakan sebagai akibat penolakan LEKRA atas tawaranAidit untuk secara resmi menjadi anak organisasi PKI. Orang yangpaling keras menolak tawaran ini adalah Njoto, sekretaris IIPimpinan Pusat LEKRA dan anggota Politbiro PKI. Argumentasiorang seperti Njoto pada waktu itu adalah organisasi kebudayaan

21 Untuk memberikan sedikit contoh: “Kecintaan Rakyat Adalah Hadiah Setinggi-tingginya bagi Sastrawan”, Harian Rakyat, 25 Oktober 1958, “Abdikan DiriSebaik-baiknya Pada Tugas Revolusi, HR Minggu, 15 September 1963, “PengarangSunda Harus Berpihak Pada Buruh dan Tani”, Harian Rakyat, 17 Mei 1964,“Selamat Tinggal UNESCO”, HR Minggu, 13 Januari 1965.22 Politik kebudayan diberi tanda tanda petik buka dan tutup mengacu padakondisi khusus keadaan politik dan kebudayaan Indonesia pada masa itu, dimana kebudayaan menjadi ajang pertarungan politik prkatis. Lihat, Alex.Supartono, “LEKRA vs Manikebu: Perdebatan Kebudayaan Indonesia 1950-1965”,Skripsi STF Drijarkara, Jakarta, 2000.

Page 18: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Edi Cahyono’s experiencE- 18 -

mempunyai dinamika dan langgam yang berbeda dengan organisasipolitik, apalagi dengan partai seketat PKI. Apa yang dikatakanAidit, itu pula yang dilaksanakan ketua CDB Jawa Tengah. Tapiapa yang dikatakan Joebaar Ajoeb sebagai Sekretaris UmumLEKRA, bisa lain yang diinterpretasikan Kusni Sulang sebagaiketua LEKRA Yogyakarta. Saran Njoto atas ketidakbijaksanaan“menghancurkan” Hamka dalam kasus Tenggelamnya Kapan vander Wijk, bisa saja dianggap angin oleh Pramoedya Ananta Toer,hal yang tidak mungkin terjadi pada PKI dalam konteks fungsiseorang pimpinan. Begitu pula ketika Utuy terlibat dengan KSSR,LEKRA pun tidak bisa berbuat apa-apa.

Keterlibatan Utuy dengan KSSR, kemudian mejadi anggota PKI,adalah sesederhana kedekatannya dengan Aidit. Dia menambahdaftar panjang kasus kedekatan personal yang menjadi alasanseseorang untuk menjadi anggota suatu partai. Seperti Affandi yangselalu mengatakan kalau “urusan politik itu urusannya Aidit, dansoal melukis itu urusan saya”, Utuy pun punya alasannya sendiriyang juga personal. Tidak pertama-tama ingin melibataktifkansastra dalam perubahan sosial, Utuy menjadi anggota PKI karena“yang menarik saya itu bukan partainya. Yang menarik saya itukomunismenya, karena saya melihat komunisme itu sesuatu yangindah. Dan orang yang memperkenalkan saya dengan komunismesebagai sesuatu yang indah itu adalah manusia yang indah juga.”23

Apalagi menjadi seorang komunis, di kalangan penulis kiri punUtuy belum sepenuhnya diterima. Bakri Siregar kebingunganmenjelaskan konsep Utuy tentang kelas, Bintang Timurmengkategorikannya sebagai sastrawan non komunis.24 Kritikuslebih melihat Utuy sebagai penulis humanis dengan tokoh-tokohnya yang naif, polos dan tidak hitam putih,25 individualisyang terasing dari masyarakatnya dan cenderung menganut

23 Utuy Tatang Sontani, , Di Bawah Langit Tak Berbintang, Naskah, Moskwa,Tanpa Tahun, hal 6.24 Harry Aveling, Man and Society in the Work of Indonesia Playwright Utuy TatangSontani, Southeast Asia Paper No. 13, Southeast Asian Studies Program ofUniversity of Hawaii, Honolulu, 1979, hal 46.25 Boejoeng Saleh, “Perkembangan Kesusasteraan Indonesia: Beberapa Kenyataandan Kemungkinan”, dalam Almanak Seni 1957, Badan Musyawarah KebudayaanNasional, Jakarta, 1956, hal. 41.

Page 19: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Edi Cahyono’s experiencE- 19 -

kebebasan yang anarkis (tanpa sentrum).26 Bahkan karyanya yangdituduh sebagai pamflet politik pun seperti Si Sapar (1964) danSi Kampeng (1964), masih jauh dari kategori genre sastra realismesosialis, pun dari yang digariskan Andrei Zdanov dengan prole-tariat culture-nya. Mereka yang bereferensi pada Suling, Tambera,Bunga Rumah Makan, Awal dan Mira atau Saat Yang Genting, akankecewa membaca “bobot sastra” karya-karya Utuy “periodeLEKRA”. Namun masa ini adalah babakan baru bagi Utuy dalampencariannya. Dia sedang mencoba bentuk dan tema baru,berusaha menggabungkan gagasan-gagasan yang dia dapat dengankualitas sastra yang dia punya dalam sebuah proses kreatif, disertaituntutan penyampaian sesederhana mungkin, singkat dan jelas.Bisa jadi Utuy gagal, tapi mungkin terlalu cepat untuk menilai.Pencarian Utuy terhenti karena kepergiannya ke luar negeri yangtak kembali.

Eksil: Realitas yang Tak Pernah Disadari

Utuy mendarat di Peking dengan segala kebesarannya. BungaRumah Makan, Awal dan Mira dan Tambera sudah diterjemahkandalam bahasa Mandarin, namanya sudah dikenal sejakketerlibatannya dalam Konferensi Penulis Asia Afrika di Tashkent1958, dan Utuy adalah salah satu pimpinan LEKRA, organisasikebudayaan kiri terbesar di Indonesia dan anggota CC PKI yangberkunjung ke negara sosialis.27 Dia segera dipisahkan dari anggotarombongan lain, di tempatkan dalam kamar hotel tersendiri,disediakan seorang penterjemah khusus yang selalu menemaninya,dan Utuy pun sibuk menerima kunjungan para pengarangTiongkok yang mengagumi karya-karyanya.

26 Aveling, Harry G., “An Analysis of Utuy Tatang Sontani’s ‘Suling’ ” dalamBijdragen Tot de Taal, Land en Volkenkunde, Deel 125, 196927 PKI sebagai partai komunis terbesar di dunia di luar dua negara sosialis Tiongkokdan Uni Soviet pada masa itu, sangat disegani dalam pergaulan kiri internasional.Perlakuan terhadap para pemimpinnya seringkali melebihi kunjungan resmikenegaraan pejabat pemerintah. Ironisnya, kenyataan inilah yang turutmembentuk karakter eksil Indonesia kemudian, menghilangkan kemanandirian,dan dijadikan boneka perebutan pengaruh. Pada Utuy, penghargaan yang diterimamenjadi berlipat. Karena pada masa itupun jarang sekali seorang seniman/sastrawan yang menjadi anggota partai sampai pada posisi sentral komite sepertiUtuy.

Page 20: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Edi Cahyono’s experiencE- 20 -

Ketika peristiwa G 30 S 1965 terjadi di Indonesia, informasi yangdiperoleh para anggota delegasi adalah pemberontakan AngkatanDarat di bawah pimpinan Suharto dan Nasution. Berita iniditanggapi dengan tidak begitu serius oleh para anggota delegasi,mengingat gejolak politik dan banyaknya pemberontakan padatahun-tahun itu di Indonesia. Karena itu mereka tetap meneruskanprogram kunjuangannya di Tiongkok. Namun saat pemerintahTiongkok memutuskan hubungan diplomatik dengan Indonesiabeberapa bulan kemudian, mereka menjadi was-was. Apalagi siaranBBC yang bisa mereka tangkap memberitakan pengejaran danpembantaian anggota dan simpatisan PKI. Ketua rombonganJoesoef Adjitorop lalu mengumumkan pada para anggota delegasiIndonesia agar bersiap untuk “tidak segera pulang” ke tanah air.Pengumuman ini membelah dua delegasi Indonesia. Mereka yangyakin tidak memiliki sangkut paut dengan gerakan kiri,memutuskan untuk pulang. Sedangkan sisanya tetap tinggal.

Mereka yang tinggal diharuskan tunduk dibawah koordinasiDelegasi CC PKI, yang diterima oleh Partai Komunis danpemerintah Tingkok sebagai perwakilan sah PKI di luar negeri.28

Pimpinan Delegasi ini lalu memanggil seluruh orang Indonesiayang sedang berada di luar negeri dan masih memilih jalan revolusiuntuk datang ke Tiongkok sebagai benteng terakhirnya.29 Padamasa ini mereka yakin pada perjuangan rakyat semesta bersenjata(Perjuta), karena itu Tiongkok menjadi pilihan basis. Selaindukungan partai sekawan dan pemerintah setempat, merekaberharap bisa kembali menyelematkan revolusi Indonesia,menyeberang Laut Cina Selatan masuk ke Kalimantan. Namunseperti yang kita lihat sekarang, jauh panggang dari api.

Utuy sendiri sangat terlambat mengikuti semua perkembangantersebut. Dia masih tergagap-gagap antara menanggapi sambutan

28 Pembentukan Delegasi CC PKI ini tidak terlepas dari perpecahan dalam gerakankomunis internasional antara garis Moskwa dan garis Peking, di mana PKIdiajadikan arena perebutan pengaruh. Seperti akan kita lihat, dalam konteks yangsama di Moskwa pun terbentuk CL (Komite Luar Negeri) PKI.29 Soekarno pada masanya mengirim banyak sekali mahasiswa untuk belajar dinegara-negara Eropa Timur. Di Uni Soviet saja ada sekitar 2.000 mahasiswaIndonesia sebelum 1965. Sebagian kecil dari mereka inilah yang menuhi panggilanDelegasi tersebut. Perlu dicatat juga adalah peran aktif kedubes-kedubes Tiongkokdi negara-negara Eropa Timur tersebut dalam proses ini.

Page 21: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Edi Cahyono’s experiencE- 21 -

hangat dari tuan rumah, perayaan pembebasan nasional Tiongkok,mengurus penyakitnya, tidak bisa segera pulang, sampai keharusantunduk pada Delegasi. Apalagi dia sempat terpisah cukup lamadengan anggota delegasi yang lain. Karena harus berobat, makadia dibawa ke Kanton untuk beberapa bulan segera setelah perayaan1 Oktober di Peking. Masalahnya mulai ketika di kembali ke Pe-king setelah kondisinya membaik. Dia tidak menemukan satupundelegasi Indonesia di Peking, selain salah seorang fungsionaris partaiyang memintanya menjadi ketua delegasi Indonesia padakonferensi pengarang Asia Afrika di Peking tahun 1966.Mempertimbangkan keselamatan keluarganya di Indonesia, Utuymenolak. Penolakan inilah awal konflik Utuy dengan Delegasi,yang menyebabkannya terasing dengan komunitas Indonesia yangberada di Tiongkok.

Revolusi Besar Kebudayaan Proletar (RBKP) yang terjadi sejaktahun 1966, memperburuk keadaan. Seluruh orang IndonesiaIndonesia yang berada di Tiongkok ditempatkan pada sebuah kampdi Nancang. Di kamp yang dijaga ketat tentara ini mereka tidakdiijinkan keluar atau berhubungan dengan penduduk setempat.Bhakan sekolah dan pasar pun secara khusus disediakan untukmereka. Di dalam kamp ini mereka diperintahkan untukmelakukan otokritik terhadap kesalahan-kesalahan PKI sapaiterjadinya persitiwa 1965. Mereka diwajibkan membaca danmendiskusikan pikiran-pikiran Mao Tse Tung sebagai usahapencarian solusi. Apa yang terjadi di Tiongkok secara umum semasarevolusi kebudayaan, terjadi pula pada komunitas Indonesia ini,dalam kondisi yang lebih buruk. Ketidakjelasan nasib, kesewenang-wenangan pimpinan, sampai rebutan perempuan menjadikeseharian penghuni kamp. Perpecahan pun dimulai dengankelompok pendukung dan penentang Delegasi. Diteruskan denganperpecahan-perepecahan lain yang melahirkan begitu banyakkelompok mulai dari kelompok Palu Arit, 35 Sekawan, 6 Maret,Sungai Merah, Gunung Merah, Percikan Api, Padang Lalang,sampai kelompok dengan anggota sepasang suami istri yang disebut2 Sekawan.

Di tengah semua ini, Utuy semakin terasing. Setelah dipisahkandengan pergaulan sastranya dengan penarang-pengarang Tiongkok,dia kembali merasa kecewa karena idealnya tentang komunisme

Page 22: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Edi Cahyono’s experiencE- 22 -

dan revolusi dihancurkan oleh kelakuan para pimpinan PKI danpengikutnya yang dia lihat sehari-hari di kamp tersebut. Revolusikebudayaan yang terjadi dipraktekkan dalam bentuknya yang pal-ing verbal dengan semangat membeo tanpa kemandirian, baik sikapatau pun pikiran. Dia tidak bisa mengerti bagaimana syair “parapedagang” dalam Bengawan Solo bisa diganti menjadi “paranelayan” karena pedagang dianggp masih mewakili pikiran borjuis.Utuy kembali ternggelam dalam kekecewaan, kesendirian danpenyakitnya. Usaha menulis yang terus dilakukannya tidak pernahmembuahkan hasil. Sebagaimana para penulis besar Tiongkok yangdihancurkan semasa revolusi kebudayaan, di dalam kamp tersebutmereka juga mulai memaki-maki karya-karya Utuy sebagaiperwujudan pikiran-pikiran borjuis kecil.

Selepas tahun kelima, belum juga ada kejelasan. Sebagian darimereka masih sibuk dengan pertentangan internal, sebagian lagimulai memikirkan jalan keluar dari Tiongkok. Utuy adalah salahsatu diantaranya. Dengan alasan sakitnya yang tidak juga sembuh,dia akhirnya mendapat ijin untuk berobat ke Belanda tahun 1973.Setelah seminggu di atas kereta api Trans Siberia, dalam perjalannyake Belanda, Utuy sampai di Moskwa. Orang-orang Indonesia yangberada di sana yang sudah membentuk CL (Komite Luar Negeri)PKI dan pemerintah Uni Soviet menyambutnya dengan hangat.Apalagi bukunya Tambera yang sudah diterjemahkan dalam bahasaRusia mengalami cetak ulang tahun sebelumnya. Utuy punmemutuskan untuk tinggal di Moskwa, dengan harapan akanmendapatkan lagi masa-masa indah seperti pada periode awalnyadi Tiongkok. Dan memang demikianlah yang terjadi, tapi sekalilagi terulang: pada awalnya.

Anggota CC PKI, pengarang besar yang namanya sudah dikenalsejak Konferensi Penulis Asia Afrika di Tashkent tahun 1958, dankarya-karyanya sudah diterjemahkan, tidak hanya dalam dalambahasa Rusia tapi juga bahasa republik-republik Soviet lainnya,adalah sekian predikat yang membuat kedatangan Utuy mendapatsambutan yang cukup luar biasa. Dia segera mendapatkan tempatmengajar di Jurusan Bahasa Indonesia dari Institut Negara-NegaraAsia Afrika di bawah Universitas Negara Moskwa. Selain sebuahapartemen yang cukup besar lalu ia selalu ditemani seorang asistenyang mengurusi kebutuhan hidupnya. Ditambah lagi dengan

Page 23: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Edi Cahyono’s experiencE- 23 -

seorang penterjemah, sarjana ahli sastra Indonesia, yang ditugaskanPartai Komunis Uni Soviet untuk memfasilitasi semuakebutuhannya untuk menulis. Dia sering diundang ke berbagaipertemuan dan jamuan makan malam bersama para ahli Indone-sia di Moskwa. Buku petunjuk bibliografi tentang karya-karyanyaterbit tahun 1977 dalam bahasa Rusia dan perayaan ulang tahunnyayang ke 55 dirayakan besar-besaran di Perpustakaan Bahasa AsingMoskwa, dengan sebuah “Malam Utuy Tatang Sontani”.

Namun semua itu dengan perlahan menghilang ketika Utuymenolak berkoordinasi di CL PKI. Kondisi orang Indonesia diMoskwa ternyata tidak berbeda banyak dengan yang di Tiongkok.Mereka yang tinggal setelah Peristiwa 65, diharuskan tunduk padaCL PKI yang diakui dan dipelihara oleh Partai Komunis Uni So-viet (PKUS). Apa yang dilakukan oleh CL ini tidak berbeda banyakdengan apa yang dilakukan Delegasi di Tiongkok. Merekamengambil alih kepemimpinan PKI di luar negeri dan merasamempunyai hak untuk mengkoordinir semua orang Indonesia yangtinggal di negara-negara sosialis yang menolak pemerintahan OrdeBaru. Padahal tidak semua dari mereka adalah anggota PKIsebelumnya, dan yang anggota PKI pun tidak semua mau beradadi bawah koordinasi mereka.30 Perpecahan pun tak terhindarkan,pada masa itu setidaknya ada 8 terbitan yang dikelola orang Indo-nesia di Moskwa di luar terbitan resmi CL, Tekad Rakyat, sepertiEra Baru, Fajar Merah, Gelora Revolusi, Bara, Marhaen Menang,Maju, Percikan Api, Sangkala Tanah Air. Mereka ini adalahkelompok-kelompok yang menentang kepemimpinan CL,sebagian karena condong pada pikiran Mao, yang lain lagi karenaingin independen.

Berbekal dari pengalaman buruk di Tiongkok, indepedensipersonalnya dan realitas para anggota CL yang dia lihat, Utuymenolak bergabung dengan mereka. Penolakannya ini kemudian

30 Mahasiswa yang dikirim Soekarno ke uni Soviet ini, sebagian besar berangkatmelulu karena alasan akademis. Mereka tetap tinggal karena paspor mereka dicabutoleh Kedubes Indonesia di Moskwa, karena mereka menolak menandatanganisurat pernyataan mengutuk pemerintahan Soekarno, orang yang mengirimmereka belajar. Keterangan lebih lengkap baca cuplikan otobiografi seorang salahseorang mahasiswa yang terlibat dalam periode sejarah ini dalam, Waruno Mahdi,“Melancong Ke Dunia Marxisme-Leninisme” dalam Kalam, No 17 edisi Kiri diAsia, 2001.

Page 24: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Edi Cahyono’s experiencE- 24 -

berdampak pada berkurangannya undangan makan malam,menghilangnya sang asisten, dikucilkan dari komunitas Indone-sia, sampai akhirnya dia harus pindah ke apartemen yang lebihkecil. Sempat pula dia berusaha menghubungi beberapa ahli sastraIndonesia di Perancis dan Australia. Suratnya untuk Anton Lucasdan Keith Foulcher tidak pernah terbalas, entah karena tidaksampai atau alasan lain. Hanya Denys Lombard dari Paris yangcukup rajin membalas surat-surat Utuy. Kawan lamanya AjipRosidi yang pernah menemuinya di Moskwa beberapa kali, jugatidak banyak membantu, pun untuk menyampaikan tentangkeberadaannya pada keluarganya di Indonesia.31 Padahal dalamsurat-suratnya, Utuy telah mempercayakan semua urusan keluargadan karya-karyanya pada Ajip. Walau demikian Utuy masih tetapbisa mengajar dan menulis sampai hari terakhirnya. Utuymeninggal di apartemennya karena serangan jantung dalam usia59 tahun.

Periode Eksil sebagai Keterasingan dan Momen Reflektif

Selama eksil Utuy sangatlah tidak produktif. Selama 9 tahun diTiongkok, dia hanya menyelesaikan dua buku dari sebuah trilogiberjudul Sarti, yang direncanakannya. Buku pertama dan keduaberjudul Benih dan Tumbuh, bercerita tentang seorang gadis desamiskin yang pindah ke kota di mana dia kemudian terlibat dalamperjuangan politik bersama suaminya yang komunis. Bagian ketigayang berjudul Buah, tidak pernah dia selesaikan, kemungkinanbesar karena idealisme yang dia bangun dalam trilogi tersebut,pupus oleh kelakuan kawan-kawannya yang dia lihat diTiongkok.32 Di Moskwa Utuy tampak sangat ingin menumpahkanseluruh kegelisahan dan kemarahannnya. Dari kertas-kertas yangdikumpulkan dari bekas apartemennya, berserakan satu dua lembarnaskah-naskah tidak selesai. Sedangkan naskah-naskah yang selesai,hampir semuanya sebenarnya sudah dia mulai di Tiongkok, kecuali

31 Keluarga Utuy tidak pernah tahu di mana dia berada sejak keberangkatannya.Kabar pertama yang diterima anak-anaknya tentang keberadaan bapaknya, adalahberita yang disampaikan beberapa waktu menjelang kematiannya.32 Sampai sekarang kedua naskah buku ini dipegang oleh penterjemah dia selamadi Moskwa, Vilen. S. Sikorskii, tanpa pernah diijinkan untuk difotokopi sekalipun.Keterangan tentang karya ini melulu didapat dari hasil wawancara dengannya diMoskwa, Desember 2000.

Page 25: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

karya terakhirnya yang terputus kematian, Melodi Yang BelumSelesai. Selama 7 tahun di Moskwa, dari yang berhasil dikumpulkanUtuy menulis 2 memoar, 2 novel, 1 cerpen dan 1 esai.

Memoar pertama, Kenang-Kenangan dan Renungan, terdiri dari 3bagian yang diselesaikan dalam waktu yang terpisah-pisah. Bagianpertama berjudul Mengapa Mengarang, menceritakan masa kecilUtuy di Cianjur sampai keberhasilannya menulis Tambera danMahala Bapa dalam bahasa Sunda. Dalam bagian kedua, HaruYang Tak Kunjung Kering, Utuy berusaha menggali motivasi diamenulis, dan bagian ketiga, What Is In A Name, adalah paparanperiode Utuy selama di Jakarta sampai keberangkatannya keTiongkok dengan pokok pada persahabatannya dengan Aidit.Memoar kedua, Di Bawah Langit Tak Berbintang, adalahpengalaman Utuy selama di Tiongkok. Berisi sket-sket psikologisdari orang-orang Indonesia yang tinggal disana beserta segalakonflik yang menyertainya.33

Dalam menulis memoar Utuy jauh dari sistematis, apalagikronologis. Ingatan adalah modal utama, apa yang menurutnyapaling berkesan, itulah yang mendapat porsi pembahasan. Sifatnyasangat individual, seperti buku harian yang ditulis ulang. DalamKenang-Kenangan dan Renungan, kita tidak akan menemukanpenjelasan Utuy tentang keterlibatannya dengan LEKRA yangsampai sekarang masih kontroversial, mengingat karakter Utuy,baik karya atau persona. Kita justru akan menemukan cerita Utuytentang perempuan-perempuan yang berpengaruh besar dalahhidup dan karyanya. Mulai dari neneknya yang menulis ceritakepahlawanan Arab, sosok ibu yang menjadi sumber inspirasitokoh-tokoh perempuan yang kuat, gadis tetangga yangmematahkan cinta pertamanya sekaligus motivator pertama Utuymenulis, percintaan platonisnya dengan Onih, pelacur yangdikenalnya di Bandung, sampai dengan tunangannya yang direbutAidit ketika bekerja di PUTERA. Dari paparan kenangan (yangingin diingatnya) dalam Kenang-Kenangan dan Renungan, kitaseperti dipandu mencari kaitan-kaitan faktual dari karya-karya yangpernah ditulis Utuy. Tokoh paling kuat di sini adalah Onih. Sosokdan keseharian pelacur dari Bandung ini rupanya begitu kuatmenancap dalam ingatan Utuy. Onih yang berjualan kopi akan

33 Dua memoar ini rencananya akan diterbitkan bersamaan oleh Pustaka Jaya.

Edi Cahyono’s experiencE- 25 -

Page 26: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

kita temukan dalam Bunga Rumah Makan dan Awal dan Mira.Para pelanggan Onih banyak muncul dalam tokoh-tokoh laki-laki pecundang yang dominan dalam drama atau cerpen Utuy.Kita juga akan mendapatkan penjelasan bagaimana Utuymenjadikan Aidit sebagai model hidup dalam mengembangkantokoh Kawista dalam Tambera.

Begitu pula dalam Di Bawah Langit Tak Berbintang. Naskah inisebenarnya belum selesai benar. Dari kumpulan naskah-naskahyang didapat, terdapat 3 versi dengan editing di sana-sini dan judulyang belum dipastikan. Dengan tulisan tangan Utuy mencoret-coret: “Memoar? Autobiografi? Novel? Yang penting, mestidilontarkan, biar gemerlap di gelap malam”. Memoar initampaknya ditulis Utuy dalam waktu yang cukup lama. Dari ed-iting yang dia lakukan, jelas terlihat kebimbangan akan seberapajauh pengalaman selama di Tiongkok itu akan dia ungkapkan.Berbagai wawancara dengan para eksil Indonesia, jelas terungkapusaha mereka melupakan masa-masa mereka di Tiongkok. Darikertas-kertas yang dikumpulkan dari bekas apartemennya, sebagianbesar berisi naskah-naskah tidak jadi berisi tentang topik ini. Utuybergulat mencari cara terbaik menyampaikan kontradiksi antaraideal yang diyakininya dengan realitas yang hadir sebagaipenentang.

Di Bawah Langit Tak Berbintang adalah ungkapan frustrasi Utuymelihat realitas komunitas Indonesia di Tiongkok. Tentang tingkahlaku para pimpinan delegasi, kawan-kawannya, jugapersahabatannya dengan Surti. Seorang perempuan yangmenemani suaminya yang fungsionaris PKI untuk berobat keTiongkok. Anehnya dalam Di Bawah Langit Tak Berbintang Utuysedikit sekali menyinggung tentang kerinduannya pada tanah air,pada istri dan anak-anaknya. Berita apa pun tentang Indonesiajustru dihindarinya, karena membuat kepalanya pusing danjantung berpacu kencang. Juga tidak ada pendapatnya tentangrevolusi kebudayaan. Bahkan Utuy baru sadar adanya revolusi itusetelah berjalan lebih dari 1 tahun, ketika dia merasa heran mengapapara pengarang Tiongkok teman-temannya itu tidak bisa dia temuilagi. Memoar ini benar-benar eksklusif tentang diri Utuy sendiri.Habitat baru yang ditemuinya, dengan segala latar belakang yangmenantang, seakan tidak berarti apa-apa buat proses kreatifnya,

Edi Cahyono’s experiencE- 26 -

Page 27: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

selain kemarahan, kekecewaan dan kesendirian yang dia ungkapkandengan mendiskripsikan kelakuan kawan-kawannya. Bisadibayangkan seberapa dahsyat konflik yang terjadi diantarakomunitas Indonesia di Tiongkok pada saat itu, sehingga menyitaseluruh energi Utuy, pun untuk menyatakan kerinduan pada putribungsunya yang dia tinggal dalam usia 6 bulan, juga untukmenyadari terjadinya revolusi kebudayaan di Tiongkok.

Satu-satunya fiksi yang ditulis Utuy berkaitan denganpengalamannya di Tiongkok adalah sebuah cerpen 5 halamanberjudul Anjing. Ceritanya sederhana sekali, tidak ada konflik yangsecara khusus dibangun dan tanpa klimaks yang dicapai. Tentanglarangan untuk memelihara anjing dengan alasan yang dicari-cari,mulai dari berita bohong tentang anjing gila, pikiran memeliharaanjing yang dianggap pikiran berjuis, sampai jatah makanan anjingyang lebih mahal dari biaya makan manusia. Setelah tidak lagididapat alasan untuk melarangnya, kemudian kekuasaan bicara:Pimpinan melarang memelihara anjing, titik. Anjing-anjing itupun ditangkap, dan tanpa pemberitahuan dijadikan lauk untuksemua orang, termasuk para bekas pemiliknya. Cerpen yangditulisnya di Moskwa ini adalah cerita kemuakan Utuy terhadapkelakuan para pimpinan Delegasi di Tiongkok. Mereka yang merasaterganggu melihat bagaimana manusia bisa lebih bersahabat denganbinatang dari pada sesamanya. Anjing-anjing itu menjadi refleksiatas rusaknya hubungan sosial yang terjadi diantara para eksil In-donesia di Tiongkok.

Karya eksil yang paling tuntas pengerjaannya adalah Kolot Kolotok.Novel ini sempat diterjemahkan dalam bahasa Rusia danditerbitkan sebagai Antologi Prosa Modern Indonesia 1970-an,bersama Ziarah-nya Iwan Simatupang, Sri Sumarah karya UmarKayam, Telegram karya Putu Wijaya, Harimau! Harimau! MochtarLubis dan beberapa karya sastrawan lain seperti Budi Dharma,Kuntowijoyo, Danarto, Wildan Yatim dan Misbach Jusa Biran.Jurusan Bahasa Indonesia Universitas Negara Moskwa jugamencetaknya sebagai bacaan wajib untuk mahasiswa. Kolot Kolotokadalah novel tentang pertentangan Militer dan PKI sampai sebelumperistiwa 65, masing-masing dari sisi gelapnya.

Konflik dibangun Utuy lewat dua anak laki-laki bekas wedanayang bernama Kartakusumah. Hidayat yang lahir dari istri sahnya

Edi Cahyono’s experiencE- 27 -

Page 28: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

menjadi perwira bagian perbekalan karena keahliannyamenyelundupkan barang semasa Jepang. Sedangkan Kosasih, anakdari gundik gelapnya, menjadi aktivis partai karena tidak ada jalankeluar lain dari kesengsaraan hidupnya. Kakak beradik sebapakini, dengan caranya masing-masing, hidup dalam sebuah gariskomando. Hidayat dengan komando menjaga dan memiliki tanahairnya, Kosasih dengan komando menuntaskan revolusi. Keduanyaadalah prototipe manusia pengikut arus, tidak memiliki identitasdan kemandirian sebagai seorang individu. Dalam novel ini, sikapUtuy yang anti militer tidak berubah, dengan penggambaran tokohHidayat yang terus mencari kenikmatan hidup, walau tetap terusberusaha berbakti pada orang tua. Yang menarik adalah bagaimanaUtuy membangun tokoh Kosasih. Sejak awal Kosasih digambarkansebagai sosok yang tidak punya kemandirian berpikir, yangmengingatkan kita pada hampir semua tokoh laki-laki dalam karya-karya Utuy sebelumnya. Begitu saja meninggalkan ibunya setelahrumahnya dibakar gerombolan bersenjata, Kosasih bergabungdengan laskar bersenjata yang kemudian menjadi korban terorputih Madiun 1948. Mengikuti komandannya, Kosasih turun kekota, hidup secara konspiratif sampai kemudian pindah ke Jakartasetelah partai memulai perjuangan legal. Di Jakarta Kosasihsemakin total menyerahkan hidupnya pada partai, dalam arti yangpaling verbal sampai pada pemilihan istri. Sayangnya sampai akhircerita, Utuy tidak sampai menyelesaikan tokoh Kosasih ini. Dengankebingungan Utuy menutup novelnya ini dengan tokoh Ibu keduaanak itu, yang membayangkan berbagai kengerian yang terjadisetelah peristiwa ‘65.

Gaya, alur, cerita dan penokohan, tidak ada yang baru dalam KolotKolotok. Sebuah kemunduran malah kalau dibandingkan dengankarya-karya Utuy sebelumnya. Penyampaian dan alur ceritanyadatar, tidak ada konflik yang menguncang, tanpa klimaks, tokoh-tokoh yang tidak tuntas dan akhir yang mengambang. Yang tersisahanyalah kekuatan Utuy menggambarkan detil keseharian hiduptokoh-tokohnya. Tokoh utama Kolot Kolotok Kosasih, sayangnyatidak tergarap maksimal. Meneruskan pencariannya sejak masukLEKRA dulu, di sini Utuy berusaha mencari letak kemandirianindividu ditengah perjuangan massa, bagaimana mempertahankansikap kritis dan tetap setia terhadapnya. Namun sepertinya Utuymerasa gagal.

Edi Cahyono’s experiencE- 28 -

Page 29: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Karena itu pada karya selanjutnya, Pemuda Telanjang Bulat, Utuymencoba bentuk yang lain. Karya yang disebutnya Dongeng TigaMalam ini mengingatkan kita pada Merahnya Merah IwanSimatupang. Tokoh utamanya tanpa nama selain disebut sebagaitokoh kita, tokoh-tokoh lain juga figur “numpang lewat” danhanya mendapat sebutan profesinya saja. Tema yang diambil jugaserupa, tentang seorang pemuda yang menjadi korban revolusi,kemudian melawan dengan caranya sendiri, menjalankan hidupseturut dengan keyakinannya secara radikal. Tokoh perempuanyang biasanya kuat dalam karya-karya Utuy di sini juga hilang,menjadi bagian dari pertemuan di ranjang dari Tokoh Kita saja.Seperti dalam Merahnya Merah, hanya tokoh perempuan yangmempunyai nama.

Tokoh Kita dalam Pemuda Telanjang Bulat adalah seorang pemudayang hancur masa depannya karena revolusi. Sebelum revolusi diacalon pegawai tinggi, menjelang revolusi dia menjadi tukang catut,semasa revolusi menjadi komandan pasukan bersenjata. Dansesudah revolusi menjadi pimpinan gerombolan bersenjata yangdikejar-kejar TNI. Dalam cerita ini Utuy tampaknyamengembangkan Kolot Kolotok dengan menggabungkan tokohHidayat dan Kosasih. Kegagalannya dalam Kolot Kolotok dicobadiperbaiki dengan menekankan soal konsistensi dalam ide danpilihan hidup pada Tokoh Kita dalam Pemuda Telanjang Bulat,dengan latar yang kurang lebih sama, akhir masa kolonial, zamanJepang, semasa revolusi dan peristiwa 1948 sampai sesudahpengakuan kedaulatan.

Dengan penuh kesinisan Utuy membangun Tokoh Kita melewatiperubahan-perubahan jaman tersebut. Setelah sekolah dan calonpekerjaannya hilang karena masukknya Jepang, Tokoh Kita tidakmelihat kemungkinan pekerjaan lain selain menjadi pemimpin.Dia pun mulai rajin berpidato mengumpulkan massa. Kelompokyang dipimpinnya ini kemudian menjadi penyelundup atas namakepentingan bangsa. Kalimat-kalimat hebat dengan tekanan padakata “bangsa kita” dia tiru dari para pemimpin yang sudah adayang bekerja sama dengan saudara tua. Semasa revolusi, TokohKita mengubah kelompoknya menjadi pasukan bersenjata dan naikke gunung bergerilya. Setelah pengakuan kedaulatan, Tokoh Kitabersama pasukannya menolak bergabung dengan TNI, karena

Edi Cahyono’s experiencE- 29 -

Page 30: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

menurutnya perjuangan memanggul senjata bukan untuk jadipejabat resmi dengan pangkat-pangkatan yang resmi, bukandisuruh pejabat negara atau pemimpin bangsa, tapi karenakesadaran untuk revolusi, untuk hidup bebas dan merdeka, tanpaadanya kekuasaan. Tawaran menjadi jendral atau menteri daripresiden ditolaknya, karena cita-citanya hanyalah kematian, karenasemua itu sudah diatur oleh nasib. Akhirnya Tokoh Kita inimemang mati ditembak ketika sedang telanjang bulat beduadengan Onah, pelacur yang selalu dikunjunginya setiap turun kekota.

Semua karya eksil Utuy berbicara tentang Indonesia, baikkomunitas Indonesia yang berada di Tiongkok, atau memorinyatentang masa-masa revolusi. Kedahsyatan revolusi kebudayaan diTiongkok, hidup terasing dalam komunitas Indonesia beserta segalakonfliknya, sampai masyarakat sosialis di mana dia tinggal selama7 tahun di Moskwa, tidak berarti apa-apa buat Utuy. Sepertisebagian besar pengarang eksil Indonesia, Utuy masihmenggendong bagasi lama di belakang kepala sebagai sumberinspirasi. Mereka seakan menolak realitas baru yang ada di depanmata. Indonesia begitu tertancap di kepala mereka secaramencengangkan.34

Eksil Indonesia mempunyai kekhasan khusus, dibandingkandengan berbagai fenomena eksil dunia lainnya. Eksil padaumumnya adalah mereka yang melarikan diri keluar negeri akibatberbagai tingkat tekanan politik. Mereka mempersiapkan diriuntuk tidak akan pernah bisa pulang. Karenanya mereka akanberintegrasi penuh dengan budaya dan masyarakat baru di manamereka akan tinggal. Berbeda dengan pengungsi yang menganggapstatus pengasingan diri mereka adalah sementara dan karenanyaikatan yang tercipta dengan tanah baru tempat merekamengasingkan diri hanya sedikit sekali. Sedangkan eksilmenganggap tanah pengasingan adalah rumah baru mereka

34 Dari sekitar 75 judul karya eksil, baik yang sudah atau belum diterbitkan,yang kita kumpulkan dalam pendokumentasian karya eksil setahun lalu, semuanyaberbahasa Indonesia dan lebih 80% diantarannya berbicara tentang Indonesia.Begitu pula isi dari terbitan-terbitan yang mereka kelola. Tekad Rakyat yang terbitdi Moskwa sejak tahun 1966-1991 misalnya, berisi melulu dan hanya melulutentang Indonesia. Bahkan berita besar keruntuhan Uni Soviet bisa luput dariperhatian mereka.

Edi Cahyono’s experiencE- 30 -

Page 31: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

sehingga ada ikatan yang lebih kuat antara pribadi eksil dengantanah pengasingannya ini. Sehingga komunitas-komunitas eksilsemacam ini menjadikan tanah pengasingan mereka yang barusebagai rumah dan menciptakan kebudayaan baru sebagai hasildialektika budaya yang mereka bawa dari tanah asal mereka denganbudaya tanah pengasingannya. Dari sinilah kita mengenal apa yangdisebut kebudayaan diaspora.35

Kondisi semacam itu tidak terdapat pada eksil Indonesia. Ketikaperistiwa 65 terjadi di Indonesia, meraka yang berada di luar negeriini melihat gejolak ini sebagai hal yang wajar. Pada masa itumemang marak berbagai usaha kudeta dan pemberontakan, mulaidari PRRI sampai DI/TII. Percaya pada kharisma Soekarno dandua parti besar pendukungnya (PKI dan PNI), Soeharto merekaramalkan akan jatuh tidak lebih dari 5 tahun, kemudian 10 tahun,lalu 15 tahun, sampai 20 tahun. Baru pada tahun 1990-an merekasadar bahwa mereka adalah eksil, setelah 25 tahun ketikapemerintah setempat mulai menuntut kejelasan kewarganegaraansebagai syarat mendapatkan uang pensiun, ketika umur merekasudah senja. Bagi para penulis ini, semuanya menjadi terlambat.Belajar bahasa apalagi untuk kebutuhan menulis karya sastra dalamusia senja saja sudah kemustahilan. Artinya modal mereka untukterjun dalam pergaulan sastra setempat juga hilang. Merekaterkurung dalam tempurung kesadaran mereka yang tidak realistis,hidup di negeri asing namun tetap merasa di Indonesia.36

Kondisi ini diperparah dengan konteks perpecahan GerakanKomunis Internasional (GKI) pada masa itu. Selain para komunis

35 Pembahasan lebih jauh mengenai dunia eksil bisa dilihat dalam Martin Tucker,ed., Literary Exile in the Twentieth Century: An Analysis and Biographical Dictionary,(New York: Greenwood Press, 1991). Dalam buku ini tidak ada satupun eksilIndonesia yang dibahas. ‘Indonesia’ justru masuk dalam entri negara tujuan karenaseorang penulis Cina, Cai Qi-Jiao pernah eksil di Indonesia tahun 1935-1938.36 Beberapa bulan lalu Pustaka Jaya menerbitkan Perang dan Kembang, sebuahnovel karya eksil Indonesia, Asahan Alham. Novel ini bercerita banyak tentangpengalaman Asahan selama eksil di Vietnam (1966-1983). Setelah menyelesaikanpendidikan doktornya di Universitas Negara Moskwa, Asahan pindah ke Vietnam.Di sana dia kembali belajar dan menulis desertasi dalam bahasa Vietnam tentangperbandingan peribahasa Nusantara dan peribahasa Vietnam, dengan predikatcum laude. Namun novel tersebut tetap ditulis Asahan dalam bahasa Indonesia.Begitu pula karya-karya dia lainnya, yang dia tulis setelah tinggal di Belanda.

Edi Cahyono’s experiencE- 31 -

Page 32: Rajawali Berlumur Darah: Karya-Karya Eksil Utuy Tatang ... · Utuy lahir dari keluarga haji saudagar batik yang sangat kaya, 13 ... ke dukun. Dia hanya mau bersekolah di sekolah “di

Eropa yang menolak diktatur proletariat, perpecahan mengeraspada dua garis Peking dan Moskwa. Yang satu percaya dengankekuatan di ujung laras senapan, yang lain percaya bahwaperjuangan kelas bisa ditempuh dengan jalan damai. Yang dituduhsebagai avonturisme Mao, yang lain dituduh sebagai revisionismodern.37 Sebelum 1965, PKI sebagai partai komunis terbesar diluar negara sosialis pada menjadi bola perebutan pengaruh duakekuatan ini. Bahkan setelah peristiwa ’65, mereka yang tinggal diluar negeri juga masih diperebutkan oleh kedua blok itu. Itulahkenapa sampai ada apa yang disebut Delegasi CC PKI di Pekingdan CL PKI di Moskwa, yang menganggap semua orang Indone-sia di luar negeri yang anti Orde Baru adalah anggota PKI danharus tunduk pada komando mereka. Ketidaksiapan psikologismenjadi eksil, informasi tentang tanah air yang simpang siur,perpecahan dalam GKI di mana mereka tinggal dan ketidakmandirian adalah sumber segala pertikaian dan kompleksitas eksilIndonesia.

Utuy berada dalam keadaan terburuk dari semua kondisi di atas.Berangkat sebagai “delegasi sakit” dalam usia hampir setengah abad,membuat Utuy terus kebingungan dengan kejadian-kejadian yangmenimpanya. Selain kendala bahasa, pribadinya yang kompleks,individualis dan cenderung anti sosial membuatnya sulitberadaptasi dengan lingkungan barunya. Kemandiriannyamembuatnya selalu terbuang dari otoritas-otoritas komunitas eksil,baik di Tiongkok atau Moskwa. Karya-karyanya tidak pernahdimuat dalam terbitan-terbitan resmi komunitas eksil Suara RakyatIndonesia di Peking atau Tekad Rakyat di Moskwa. Karena itu diamenjadi tidak produktif dibanding penulis eksil Indonesia lainnya.Utuy bukannya tidak menyadari semua ini, karena itu sempat puladia goreskan judul Rajawali Berlumur Darah pada naskah Di BawahLangit Tak Berbintang.***

37 Lebih jauh tentang topik ini lihat, What Peking Keeps Silent About, (Moskwa:Novosti Press Agency Publishing House, 1972), atau The Polemic on the GeneralLine of the Internatioinal Communist Movement, (Peking: Foreign Language Press),1965.

Modified & Authorised by: Edi Cahyono, WebmasterDisclaimer & Copyright Notice © 2005 Edi Cahyono’s Experience

Edi Cahyono’s experiencE- 32 -