Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN MESIN PENDINGIN
ADSORPSI TENAGA SURYA DENGAN LUAS KOLEKTOR
0,5 M2 YANG MENGGUNAKAN ADSORBEN KARBON AKTIF
SERBUK
SKRIPSI
Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
M. ANUGRAH PELAWI
NIM: 140401029
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
i
ABSTRAK
Kebutuhan akan mesin pendingin tenaga surya sedang berkembang
khususnya di daerah terpencil untuk berbagai kebutuhan seperti pengawetan atau
penyimpanan bahan makanan dirasakan semakin meningkat. Keuntungan dari
penggunaan mesin pendingin adsorpsi ini adalah karena pendingin adsorpsi ini
dioperasikan dengan menggunakan panas matahari sebagai sumber energi.
Dengan pemanfaatan sumber energi tersebut dapat dihasilkan suhu evaporator
dibawah 1 °C pada tingkat suhu pemanasan kolektor 31 °C – 115 °C. Tujuan dari
rancang bangun Mesin Pendingin Tenaga Surya ini adalah membuat modelnya
yang dilakukan dengan cara mendesain dengan cara melakukan perancangan alat-
alat utamanya yaitu Kolektor, Kondensor, dan Evaporator. Setelah di rancang
kemudian dilakukan pembuatan masing-masing bagian yang telah di desain.
Dalam rancang bangun ini dipilih sisem pendingin adsorpsi dengan menggunakan
pasangan karbon aktif sebagai bagian dalam kolektor dengan luas 0,5 m2 dan
metanol sebagai refrijeran pada evaporator. Pada pembuatan alat yang penting
pada mesin pendingin ini, saperti kolektor, kondensor, dan evaporator dengan
menggunakan las karbit.
Kata kunci : Kolektor, Kondensor, Evaporator, adsorpsi, dan Desorpsi
Universitas Sumatera Utara
ii
ABSTRACT
The need for solar power coolers is being developed specifically in the
area for various needs such as preservation or storage of received food ingredients
increasing. The advantage of using this adsorption cooling machine is because the
adsorption cooler is operated by using solar heat as an energy source. With the
utilization of this energy source, an evaporator temperature below 1 °C can be
produced at the collector heating temperature level 31 °C - 115 °C. The purpose
of this Solar Cooling Machine is to make a model that is done by designing by
means of tools that called Collector, Condenser, and Evaporator. After the design
is then made each part has been designed. In this design, an adsorption cooling
system was selected using a pair of activated carbon as part of the collector with
an area of 0.5 m2 and methanol as a refrigerant in the evaporator. In making
important tools in this cooling machine, such as collectors, condensers, and
evaporators using carbide welds.
Keywords: Collector, condenser, evaporator, adsorption, desorption
Universitas Sumatera Utara
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-
Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “RANCANG
BANGUN DAN PENGUJIAN MESIN PENDINGIN ADSORPSI TENAGA
SURYA DENGAN LUAS KOLEKTOR 0,5 M2 YANG MENGGUNAKAN
ADSORBEN KARBON AKTIF SERBUK”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan Pendidikan
Strata-1 (S1) pada Departemen Teknik Mesin sub bidang Konversi Energi,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit kesulitan yang dihadapi
penulis, namun berkat dorongan, semangat, doa, dan bantuan baik materil, moril,
maupun spirituil dari berbagai pihak akhirnya kesulitan itu dapat teratasi. Untuk
itu sebagai manusia yang tahu terima kasih, dengan penuh ketulusan hati penulis
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Dr. Tulus Burhanuddin Sitorus, ST., MT., selaku Dosen
Pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan
dan motivasi kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Farel Hasiholan Napitupulu, DEA., selaku Dosen
Pembanding I dan Bapak Dr. Ir. M. Sabri, MT., selaku Dosen Pembanding
II yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi
ini.
3. Bapak Dr. Ir. M. Sabri, MT., selaku Ketua Departemen Teknik Mesin
Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Terang UHSG, ST., MT., selaku Sekretaris Departemen Teknik
Mesin Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
iv
5. Kedua orang tua penulis, Ir. Serasi Pelawi dan Feni Patlina yang tidak
pernah putus-putusnya memberikan dukungan, doa, dan kasih sayangnya
yang tak terhingga kepada penulis.
6. Seluruh staf pengajar dan staf tata usaha Departemen Teknik Mesin, yang
telah membimbing serta membantu segala keperluan penulis selama
penulis kuliah.
7. Rekan-rekan khususnya Apriansyah Sibarani, Dimas nugraha Sitorus,
Muhammad Arif, dan seluruh rekan mahasiswa angkatan 2014 serta semua
rekan mahasiswa Teknik Mesin yang telah mendukung dan memberi
semangat kepada penulis.
Penulis meyakini bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis akan sangat berterima kasih dan dengan senang hati menerima saran,
usul, dan kritik yang membangun demi tercapainya tulisan yang lebih baik. Akhir
kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberi manfaat kepada pembaca,
Terima kasih.
Medan, 15 Maret 2019
M. Anugrah Pelawi
Universitas Sumatera Utara
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR SIMBOL ......................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............ ........................................................................ 1
1.2. Tujuan Penelitian ............ .................................................................... 2
1.3. Batasan Masalah .................................................................................. 2
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 2
1.5. Sistematika Penulisan ......................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4
2.1. Teori Umum Adsorpsi ........................................................................ 4
2.1.1. Jenis-Jenis Adsorpsi ..................................................................... 5
2.2. Siklus Adsorpsi ................................................................................... 6
2.3. Adsorben ............................................................................................. 8
2.4. Metanol Sebagai Adsorbat .................................................................. 9
2.5. Komponen-Komponen Mesin Pendingin Adsorpsi ............................ 11
2.5.1. Kolektor Surya .............................................................................. 11
Universitas Sumatera Utara
vi
2.5.2. Kondensor ................................................................................... 15
2.5.2.1. Jenis-Jenis Kondensor ............................................................. 16
2.5.3. Evaporator ................................................................................... 18
2.5.3.1. Jenis-Jenis Evaporator ............................................................ 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 21
3.1. Metode Pelaksanaan Rancang Bangun ............................................... 21
3.2. Tempat Dan Waktu ............................................................................. 22
3.3. Alat Dan Bahan .................................................................................. 22
3.3.1. Alat ............................................................................................... 22
3.3.2. Bahan ............................................................................................ 26
3.4. Langkah Pembuatan Mesin Pendingin Adsorpsi ................................ 26
3.4.1. Pembuatan Kolektor ..................................................................... 26
3.4.2. Pembuatan Kotak Insulasi Dan Penutup Kolektor ....................... 28
3.4.3. Pembuatan Kondensor .................................................................. 29
3.4.4. Pembuatan Evaporator .................................................................. 30
3.4.5. Pembuatan Kotak Insulasi Evaporator.......................................... 31
3.4.6. Pembuatan Rangka Mesin Pendingin ........................................... 32
3.5. Pelaksanaan Penelitian........................................................................ 33
3.6. Set-Up Eksperimental ......................................................................... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 37
4.1. Perancangan Mesin Pendingin Adsorpsi ............................................ 37
4.1.1. Perancangan Kolektor ................................................................... 38
4.1.2. Perancangan Kondensor ................................................................ 40
4.1.3. Perancangan Evaporator................................................................ 42
Universitas Sumatera Utara
vii
4.1.4. Perancangan Wadah Vaksin (Coldbox) ....................................... 43
4.1.5. Perancangan Kotak Insulasi Kolektor ........................................... 44
4.1.6. Perancangan Kaca Penutup Kolektor ............................................ 45
4.1.7. Perancangan Kotak Insulasi Evaporator........................................ 46
4.1.8. Perancangan Rangka Mesin Pendingin ......................................... 47
4.2. Data Hasil Penelitian ........................................................................... 49
4.2.1. Pengujian Hari Pertama................................................................. 50
4.2.2. Pengujian Hari Kedua ................................................................... 52
4.2.3. Pengujian Hari Ketiga ................................................................... 54
4.3. Analisa Grafik ..................................................................................... 56
4.3.1. Kolektor......................................................................................... 56
4.3.1.1. Kondisi Temperatur Pada Pengujian Hari Pertama ................ 56
4.3.1.2. Kondisi Temperatur Pada Pengujian Hari Kedua ................... 57
4.3.1.3. Kondisi Temperatur Pada Pengujian Hari Ketiga ................... 58
4.3.2. Kondensor ..................................................................................... 59
4.3.2.1. Kondisi Temperatur Pada Pengujian Hari Pertama ................ 59
4.3.2.2. Kondisi Temperatur Pada Pengujian Hari Kedua ................... 60
4.3.2.3. Kondisi Temperatur Pada Pengujian Hari Ketiga ................... 61
4.3.3. Evaporator ..................................................................................... 62
4.3.3.1. Kondisi Temperatur Pada Pengujian Hari Pertama ................ 62
4.3.3.2. Kondisi Temperatur Pada Pengujian Hari Kedua ................... 63
4.3.3.3. Kondisi Temperatur Pada Pengujian Hari Ketiga ................... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 65
5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 65
Universitas Sumatera Utara
viii
5.2. Saran .................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 67
LAMPIRAN .................................................................................................... xiv
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Ilustrasi Proses Adsorpsi............ ................................................... 4
2.2. Siklus Dasar Refrijerasi Adsoprsi ................................................. 6
2.3. Diagram Clapeyron Ideal Siklus Adsorpsi .................................... 7
2.4. Karbon Aktif Serbuk............ ......................................................... 9
2.5. Metanol Pro Analysis............ ...................................................... 10
2.6. Flat Plate Collectors (Kolektor Plat Datar) ............ ................... 13
2.7. Concentrating Collectors............ ................................................ 14
2.8. Evacuated Tube Collector ........................................................... 15
2.9. Air Cooled Condenser ................................................................. 16
2.10. Water Cooled Condenser ............................................................ 17
2.11. Evaporative Condenser ............................................................... 18
2.12. Bare Tube Evaporative ............................................................... 19
2.13. Plate Surface Evaporative........................................................... 20
2.14. Finned Evaporative ..................................................................... 20
3.1. Diagram Alir Perancangan .......................................................... 21
3.2. Pompa Vakum ............................................................................. 22
3.3. Cole Parmer ................................................................................. 23
3.4. Hobo Micro Station Data Logger ................................................ 24
3.5. Kotak Kolektor ............................................................................ 27
3.6. Kotak Kolektor Berisi Karbon Aktif ........................................... 27
3.7. Kolektor Setelah Terpasang Kawat Mesh................................... 27
3.8. Kolektor Setelah Di Cat Hitam ................................................... 28
Universitas Sumatera Utara
x
3.9. Kotak Insulasi Dan Penutup Kolektor ......................................... 29
3.10. Kondensor .................................................................................... 30
3.11. Evaporator .................................................................................... 31
3.12. Kotak Insulasi Evaporator ............................................................ 31
3.13. Rangka Mesin Pendingin ............................................................. 32
3.14. Mesin Pendingin Adsorpsi Yang Dirakit ..................................... 33
3.15. Proses Desorpsi Mesin Pendingin Tenaga Surya Siang Hari....... 35
3.16. Proses Desorpsi Mesin Pendingin Tenaga Surya Malam Hari .... 36
4.1. Kolektor ....................................................................................... 39
4.2. Ruang Bagian Dalam Kolektor .................................................... 40
4.3. Kondensor .................................................................................... 41
4.4. Sirip Kondesor ............................................................................. 42
4.5. Evaporator .................................................................................... 43
4.6. Wadah Vaksin (Coolbox) ........................................................... 44
4.7. Kotak Insulasi Kolektor ............................................................... 44
4.8. Ruang Bagian Dalam Insulasi ...................................................... 45
4.9. Tutup Kaca Kolektor.................................................................... 45
4.10. Kotak Insulasi Evaporator............................................................ 46
4.11. Ruang Bagian Dalam Kotak Insulasi Evaporator ........................ 46
4.12. Kotak Insulasi Evaporator Bagian Atas ....................................... 47
4.13. Rangka Mesin Pendingin ............................................................. 48
4.14. Grafik Temperatur vs Waktu pada Pengujian Hari Pertama ........ 56
4.15. Grafik Temperatur vs Waktu pada Pengujian Hari Kedua .......... 57
4.16. Grafik Temperatur vs Waktu pada Pengujian Hari Ketiga .......... 58
Universitas Sumatera Utara
xi
4.17. Grafik Temperatur vs Waktu pada Pengujian Hari Pertama ....... 59
4.18. Grafik Temperatur vs Waktu pada Pengujian Hari Kedua .......... 60
4.19. Grafik Temperatur vs Waktu pada Pengujian Hari Ketiga .......... 61
4.20. Grafik Temperatur vs Waktu pada Pengujian Hari Pertama ........ 62
4.21. Grafik Temperatur vs Waktu pada Pengujian Hari Kedua .......... 63
4.22. Grafik Temperatur vs Waktu pada Pengujian Hari Ketiga .......... 64
Universitas Sumatera Utara
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Syarat Mutu Karbon Aktif............ ................................................ 9
2.2. Sifat Metanol ............................................................................... 10
3.1. Spesifikasi Pyranometer .............................................................. 33
4.1. Konduktivitas Termal Bahan ...................................................... 39
4.2. Proses Pemanasan Awal Kolektor ( 21 Oktober 2018) ............... 49
4.3. Proses Adsorpsi Siklus Pertama (28 Oktober 2018 29
Oktober 2018) ............................................................................. 50
4.4. Proses Desorpsi Siklus Pertama (29 Oktober 2018) ................... 51
4.5. Proses Adsorpsi Siklus Kedua (29 Oktober 2018 30
Oktober 2018) ............................................................................. 52
4.6. Proses Desorpsi Siklus Kedua (30 Oktober 2018) ...................... 53
4.7. Proses Adsorpsi Siklus Ketiga (30 Oktober 2018 31
Oktober 2018) ............................................................................. 54
4.8. Proses Desorpsi Siklus Ketiga (31 Oktober 2018) ...................... 55
Universitas Sumatera Utara
xiii
DAFTAR SIMBOL
Simbol Keterangan Satuan
k Konduktivitas termal bahan W/m2K
A Luas permukaan m2
K Keliling m
V Volume Liter
p Panjang benda mm
t Tinggi benda mm
l lebar benda mm
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini, kehidupan manusia sudah tidak bisa terlepas dari
pengkondisian udara. Pengkondisian udara dan refrijerasi yang digunakan di
Indonesia masih merupakan sistem kompresi uap. Pada saat ini terdapat tiga hal
yang bertentangan dengan penggunaan pendingin sistem kompresi uap yaitu
merusak lapisan ozon, pemanasan global, dan konsumsi energi.
Seperti kita ketahui energi surya dapat dimanfaatkan sebagai sumber
energi panas dan sebagai sumber energi listrik. Salah satu aplikasi dari
pemanfaatan energi termal matahari adalah mesin pendingin tenaga surya. Mesin
ini digerakkan oleh tenaga matahari dan tidak menggunakan energi listrik atau
energi mekanik sama sekali. Dengan karakteristik iklim cuaca Indonesia, sangat
diperlukan pendinginan yang umumnya digunakan untuk pengkondisian udara.
Keunggulan utama mesin ini adalah temperatur regenerasi yang relatif rendah
sehingga cocok untuk aplikasi energi surya dan tidak memiliki bagian yang
berputar karena semua gerakan fluida memanfaatkan efek alamiah sehingga tidak
membutuhkan energi listrik.
Kebutuhan akan sistem pendingin di daerah terpencil untuk berbagai
kebutuhan seperti pengawetan atau penyimpanan bahan makanan dirasakan
semakin meningkat, sementara sistem pendingin konvensional yang ada belum
tentu bisa dipakai karena tidak semua daerah terpencil memiliki jaringan listrik,
sehingga sistem pendingin tenaga surya sederhana salah satu alternatif untuk
pemecahan permasalahan kebutuhan sistem pendingin di daerah terpencil seperti
ini.
Salah satu pemanfaatan energi surya untuk sistem pendingin adalah
dengan pemanfaatan sistem adsorpsi, pada sistem ini sebagian pengoperasiannya
berkaitan dengan pemberian panas pada generator dan tidak membutuhkan daya
sehingga lebih ekonomis dan untuk mendapatkan energi panas jauh lebih mudah,
salah-satunya dengan memanfaatkan panas dari sinar matahari.
Universitas Sumatera Utara
2
Teknologi kolektor surya jauh lebih sederhana dibandingkan dengan
sistem pendingin kompresi uap dan umumnya dapat dibuat dan diperbaiki di
industri lokal. Selain kolektor surya sistem pendingin adsorpsi membutuhkan
refrijeran dan adsorben. Dalam beberapa tahun terakhir penelitian metanol sebagai
refrijeran dan karbon aktif sebagai adsorben banyak dilakukan untuk membuat
pendingin adsorpsi surya sederhana dan tanpa polusi.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk merancang sebuah mesin pendingin adsorpsi dengan
pemanfaatan energi surya.
2. Untuk membuat sebuah mesin yang dapat mendinginkan vaksin.
1.3. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah pada:
1. Pada penelitian ini hanya sampai pada perancangan dan pengujian
mesin pendingin adsorpsi.
2. Membuat gambar rancangan dengan AUTOCAD .
3. Karbon aktif yang digunakan jenis serbuk sebanyak 11 kg dan metanol
yang digunakan sebanyak 3 liter.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Menghasilkan rekomendasi sistem pendingin yang ramah lingkungan
dan hemat energi.
2. Sebagai wacana untuk rancang bangun mesin ini lebih lanjut. Agar di
peroleh mesin yang lebih sempurna lagi.
1.5. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun atas beberapa bab dengan garis besar tiap bab sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
3
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas latar belakang penulisan skripsi, tujuan penulisan,
batasan masalah dan manfaat penulisan skripsi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini membahas teori-teori yang dapat mendukung dan menjadi
pedoman dalam penyusunan skripsi. Pada bab ini dibahas refrijeran pro analisys
dan karbon aktif adsorben dan prinsip kerja mesin pendingin.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini membahas tentang alat dan bahan yang digunakan dan
tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembuatan.
BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA
Pada bab ini membahas tentang data yang didapat dari pengujian alat dan
perhitungan hasilnya.
BAB V KESIMPULAN
Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dari skripsi yang telah selesai
dikerjakan dan saran-saran yang diperlukan untuk memperbaiki hasil penelitian
selanjutnya.
Daftar Pustaka
Daftar pustaka berisikan literatur-literatur yang digunakan untuk
menyusun laporan ini.
Lampiran
Lampiran berisikan data dari hasil penelitian yang didapatkan dan gambar
selama proses pengerjaan alat.
Universitas Sumatera Utara
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Umum Adsorpsi
Adsorpsi atau penyerapan adalah suatu proses yang terjadi ketika fluida
(cairan ataupun gas) terikat pada suatu padatan atau cairan (zat penyerap,
absorbat) pada permukaannya. Adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan pada
lapisan permukaan atau antar fasa, dimana molekul dari suatu materi terkumpul
pada bahan pengadsorpsi atau adsorben. Ditinjau dari bahan yang teradsorpsi dan
bahan pengadsorben adalah dua fasa yang berbeda, oleb sebab itu dalam peristiwa
adsorpsi, meteri teradsorpsi akan terkumpul antar muka kedua fasa tersebut. Pada
fenomena adsorpsi, terjadi gaya tarik-menarik antara substansi terserap dan
penyerapnya. Dalam sistem adsorpsi, fasa teradsorpsi dalam solid disebut adsorbat
sedangkan solid tersebut adalah adsorben. Proses adsorpsi dapat terjadi karena
adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan padatan yang tidak
seimbang. Adanya gaya ini, padatan cenderung menarik molekul-molekul lain
yang bersentuhan dengan permukaan padatan, baik fasa gas atau fasa larutan
kedalam permukaannya. [1]
Aplikasi dari mesin pendingin adsorpsi ini dapat dibagi menjadi tiga
kategori yaitu untuk pendinginan ruangan (8-15oC), untuk mendinginkan
makanan dan vaksin (0-8oC), dan untuk membekukan air menjadi es (<0
oC). [5]
Gambar 2.1. Ilustrasi Proses Adsorpsi [7]
Universitas Sumatera Utara
5
2.1.1. Jenis-jenis Adsorpsi
Berdasarkan interaksi molekular antara permukaan adsorben dengan
adsorbat, adsorpsi dibedakan dua jenis yaitu adsorpsi fisika dan adsropsi kimia.
[4]
1. Adsorpsi Fisika
Adsorpsi fisika merupakan adsorpsi yang terjadi karena adanya gaya
Van der Waals. Gaya Van der Waals adalah gaya tarik-menarik yang
relatif lemah antara adsorbat dengan permukaan adsorben. Pada adsorpsi
fisika, adsorbat tidak terikat kuat pada adsorben sehingga adsorbat dapat
bergerak dari suatu bagian permukaan adsorben ke bagian permukaan
adsorben lainnya dan pada permukaan yang ditinggalkan oleh adsorbat
tersebut dapat digantikan oleh adsorbat lainnya. Adsorpsi fisika
merupakan peristiwa reversibel sehingga jika kondisi operasinya diubah,
maka akan membentuk kesetimbangan yang baru. Proses adsorpsi fisika
terjadi tanpa memerlukan energi aktivasi. Ikatan yang terbentuk dalam
adsorpsi ini dapat diputuskan dengan mudah yaitu dengan pemanasan pada
temperatur sekitar 150–200oC selama 2-3 jam.
2. Adsorpsi Kimia
Adsorpsi kimia merupakan adsorpsi yang terjadi karena terbentuknya
ikatan kimia antara molekul-molekul adsorbat dengan adsorben. Ikatan
yang terbentuk merupakan ikatan yang kuat sehingga lapisan yang
terbentuk merupakan lapisan monolayer. Pada adsorpsi kimia yang
terpenting adalah spesifikasi dan kepastian pembentukan monolayer
sehingga pendekatan yang digunakan adalah dengan menentukan kondisi
reaksi. Adsorpsi kimia tidak bersifat reversibel dan umumnya terjadi pada
suhu tinggi diatas suhu kritis adsorbat. Oleh karena itu, untuk melakukan
proses desorpsi dibutuhkan energi yang lebih tinggi untuk memutuskan
ikatan yang terjadi antara adsorben dengan adsorbat.
Universitas Sumatera Utara
6
2.2. Siklus Adsorpsi
Siklus adsorpsi dari mesin pendingin tenaga surya ini dapat dilihat pada
Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Siklus Dasar Refrijerasi Adsorpsi [6]
Dari gambar 2.2. diatas, kondisi awal sistem berada pada tekanan dan
temperatur rendah, adsorben memiliki konsentrasi refrijeran yang tinggi dan
vessel lain terdapat refrijeran dalam bentuk gas (gambar a). Vessel yang terdapat
adsorben dipanaskan yang mengakibatkan naiknya temperatur dan tekanan sistem
sehingga kandungn adsorbat yang ada di dalam adsorben pada kasus ini di sebut
desorpsi.
Refrijeran yang terdesorpsi kemudian terkondensasi sebagai cairan di
dalam labu kedua dengan dikeluarkannya panas ke lingkungn dimana tekanan dan
temperatur sistem masih tinggi (gambar b). Pemanasan pada labu pertama
dihentikan, lalu pada botol labu yang pertama terjadi perpindahan panas ke
lingkungan sehingga tekanan sistem menjadi rendah. Tekanan sistem yang rendah
menyebabkan adsorbat cair pada botol labu yang kedua menguap dan terserap ke
Universitas Sumatera Utara
7
botol pertama yang berisi adsorben. Proses adsorpsi menghasilkan efek
pendinginan yang terjadi pada botol labu kedua, dimana pada tekanan rendah
panas dari lingkungan diserap untuk menguap adsorbat (gambar d) sampai sistem
kembali ke kondisi awal.
Gambar 2.3. Diagram Clapeyron Ideal Siklus Adsorpsi [8]
Proses yang terjadi dapat di uraikan sebagai berikut ini:
1. Proses Pemanasan (Pemberian Tekanan)
Proses pemanasan dimulai dari titik A dimana adsorben berada pada
temperatur rendah TA dan tekanan rendah Pe (tekanan evaporator).
Pada proses ini adsorbat masih berbentuk uap adsorpsi.
2. Proses Desorpsi
Proses desorpsi berlangsung pada waktu panas diberikan dari titik B
ke C sehingga adsorber mengalami peningkatan temperatur yang
menyebabkan timbulnya uap desorpsi. Sehingga, adsorbat yang
berada pada adsorben dalam bentuk gas mengalir ke kondensor untuk
mengalami proses kondensasi menjadi cair dan mengalir ke
kondensor.
3. Proses Pendinginan (Penurunan Tekanan)
Universitas Sumatera Utara
8
Proses pendinginan berlangsung dari titik C ke D, adsorber
melepaskan panas dengan cara didinginkan sehingga suhu di adsorber
turun dan diikuti oleh penurunan tekanan dari tekanan kondensasi ke
tekanan evaporasi.
4. Proses Adsorpsi
Proses adsorpsi berlangsung dari titik D ke A, Adsorber terus
melepaskan panas sehingga adsorber mengalami penurunan
temperatur dan tekanan yang menyebabkan timbulnya uap adsorpsi.
Adsorbat dalam bentuk uap dihasilkan dari proses penyerapan kalor
oleh adsorbat dari air yang ada disekitar evaporator sebesar kalor laten
penguapan adsorbat tersebut.
2.3. Adsorben
Adsorben merupakan zat padat yang dapat menyerap partikel fluida dalam
suatu proses adsorpsi. Adsorben bersifat spesifik dan terbuat dari bahanbahan
yang berpori. Ada beberapa jenis adsorben yang efektif digunakan untuk mesin
pendingin adsorpsi, antara lain zeolit, silika gel, dan karbon aktif. Pemilihan jenis
adsorben dalam proses adsorpsi harus disesuaikan dengan sifat dan keadaan zat
yang akan diadsorpsi. Dalam pengujian ini jenis adsorben yang digunakan adalah
karbon aktif.
Karbon aktif merupakan suatu bahan berupa karbon armof yang sebagian
besar teridiri atas karbon bebas serta memiliki “permukaan dalam” (internal
surface) sehingga mempunyai kemampuan daya serap yang baik. Karbon aktif
umumnya mengandung senyawa karbon hingga 85% sampai 95%.
Karbon aktif dibagi atas 2 tipe, yaitu karbon aktif sebagai pemucat dan
sebagai penyerap uap. Karbon aktif sebagai pemucat biasanya berbentuk serbuk
yang sangat halus, digunakan dalam fase cair, dan berfungsi untuk memindahkan
zat - zat pengganggu yang menyebabkan warna dan bau yang tidak diharapkan
pada pelarut. Sementara karbon aktif sebagai penyerap uap biasanya berbentuk
granular atau pelet yang sangat keras, digunakan pada fase gas, dan berfungsi
Universitas Sumatera Utara
9
untuk pengembalian pelarut, katalis, dan pemurnian gas. Karbon aktif yang
digunakan dapat dilihat pada gambar 2.4.
Gambar 2.4. Karbon Aktif Serbuk
Tabel. 2.1 Syarat Mutu Karbon Aktif [9]
No. Uraian Satuan Persyaratan
Butiran Serbuk
1. Bagian yang hilang pada
Pemanasan 950oC
% Maks. 15 Maks. 25
2. Air % Maks. 4,4 Maks. 15
3. Abu % Maks. 2,5 Maks. 10
4. Daya Serap mg/g Min. 750 Min. 750
5. Karbon Aktif Murni % Min. 80 Min. 65
2.4. Metanol Sebagai Adsorbat
Metanol merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada keadaan
atmosfer metanol berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna,
mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan dari pada
etanol). Metanol digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan
bakar dan sebagai bahan additive bagi etanol industri. Metanol diproduksi secara
alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri. Hasil proses tersebut adalah uap
Universitas Sumatera Utara
10
metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah beberapa hari, uap metanol
tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan sinar matahari menjadi
karbon dioksida dan air.
Gambar 2.5. Metanol Pro Analysis
Untuk terjadinya suatu proses pendinginan diperlukan suatu bahan yang
mudah menguap ataupun berubah dari gas menjadi cair atau sebaliknya. Adapun
sifat metanol dapat dilihat seperti tabel berikut ini.
Tabel 2.2 Sifat Metanol [3]
Sifat Metanol
Massa Jenis 787 kg/m3
Titik Lebur -97,7oC
Titik Didih 64,5oC
Klasifikasi EU Flammable (F), Toxic (T)
Panas Laten Penguapan 1100 kJ/kg
Universitas Sumatera Utara
11
2.5. Komponen – Komponen Mesin Pendingin Adsorpsi
2.5.1. Kolektor Surya
Kolektor surya dapat didefinisikan sebagai sistem perpindahan panas yang
menghasilkan energi panas dengan memanfaatkan radiasi sinar matahari sebagai
sumber energi utama. Ketika cahaya matahari menimpa absorber pada kolektor
surya, sebagian cahaya akan dipantulkan kembali ke lingkungan, sedangkan
sebagian besarnya akan diserap dan dikonversi menjadi energi panas, lalu panas
tersebut dipindahkan kepada fluida yang bersirkulasi di dalam kolektor surya
untuk kemudian dimanfaatkan guna berbagai aplikasi. [2]
Kolektor surya pada umumnya mempunyai komponen yang terdiri dari:
1. Cover
Berfungsi untuk mengurangi rugi panas secara konveksi ke
lingkungan.
2. Absorber
Berfungsi untuk menyerap panas dari radiasi cahaya matahari.
3. Kanal
Berfungsi sebagai saluran transmisi fluida kerja.
4. Isolator
Berfungsi meminimalisir kehilangan panas secara konduksi dari
absorber menuju lingkungan.
5. Frame
Berfungsi sebagai struktur pembentuk dan penahan beban kolektor.
Terdapat tiga jenis kolektor surya yang diklasifikasikan ke dalam Solar
Thermal Collector System dan juga memiliki korelasi dengan pengklasifikasian
kolektor surya berdasarkan dimensi dan geometri dari receiver yang dimilikinya.
[2]
1. Flat Plate Collectors (Kolektor Plat Datar)
Kolektor surya merupakan sebuah alat yang digunakan untuk memanaskan
fluida kerja yang mengalir kedalamnya dengan mengkonversikan energy radiasi
Universitas Sumatera Utara
12
matahari menjadi panas. Fluida yang dipanaskan berupa cairan minyak , oli, dan
udara kolektor surya plat datar mempunyai temperatur keluaran dibawah 95°C.
dalam aplikasinya kolektor plat datar digunakan untuk memanaskan udara dan air.
Keuntungan utama dari sebuah kolektor surya plat datar adalah bahwa
memanfaatkan kedua komponen radiasi matahari yaitu melalui sorotan langsung
dan sebaran, tidak memerlukan tracking matahari dan juga karena desainnya yang
sederhana, hanya sedikit memerlukan perawatan dan biaya pembuatan yang
murah. Pada umumnya kolektor jenis ini digunakan untuk memanaskan ruangan
dalam rumah, pengkondisian udara, dan proses-proses pemanasan dalam industri.
[2]
Struktur kolektor plat datar:
1. Glazing
Untuk melindungi komponen di dalam kolektor dari dampak
Lingkungan. Penutup ini harus dibuat dari kaca yang dikeraskan dan
memiliki co-efisien transmisi tinggi.
2. Absorber Plate
Pelat absorber menyerap energi matahari dan mengubahnya menjadi
energi panas. Absorber terbuat dari bahan konduktivitas tinggi seperti
tembaga dengan lapisan selektif di atasnya untuk penyerapan
maksimum radiasi matahari dan emisi radiasi inframerah minimal.
3. Flow Tubes
Cairan yang mengalir melalui kolektor mengumpulkan panas dari plat
absorber. Perpindahan panas akan terjadi terutama melalui proses
konduksi dan konveksi. Oleh karena itu, tabung harus terbuat dari
bahan konduktivitas tinggi seperti tembaga.
4. Insulation
Isolasi termal mengurangi hilangnya panas yang tidak diinginkan dari
bagian belakang dan samping kolektor. Isolasi juga harus mampu
menahan suhu maksimum plat absorber.
Universitas Sumatera Utara
13
Gambar 2.6. Flat Plate Collectors (Kolektor Plat Datar) [10]
2. Concentrating Collector
Jenis ini dirancang untuk aplikasi yang membutuhkan energi panas pada
temperature antara 100°C – 400°C. Kolektor surya jenis ini mampu memfokuskan
energi radiasi cahaya matahari pada suatu receiver, sehingga dapat meningkatkan
kuantitas energi panas yang diserap oleh absorber. Spesifikasi jenis ini dapat
dikenali dari adanya komponen konsentrator yang terbuat dari material dengan
transmisivitas tinggi. Berdasarkan komponen absorber-nya jenis ini dikelompokan
menjadi dua jenis yaitu Line Focus dan Point Focus.
Agar cahaya matahari selalu dapat difokuskan terhadap tabung absorber,
concentrator harus dirotasi. Pergerakan ini disebut dengan tracking. Temperatur
fluida melebihi 400oC dapat dicapai pada sistem kolektor ini. [2]
Struktur dari concentrating collector dapat dilihat pada gambar 2.7:
1. Receiver
Berfungsi untuk menangkap panas dari radiasi cahaya matahari.
Kadang receiver juga diselimuti dengan kaca tabung transparan untuk
mengurangi heat loss.
2. Concentrate reflective surface
Berfungsi untuk mengkonsentrasikan panas radiasi cahaya matahari
ke insulated tube yang berisi refrijeran yang menghantarkan panas
dari kolektor ke boiler.
Universitas Sumatera Utara
14
3. Tracking mechanism
Berfungsi untuk merotasi tabung absorber agar fokus terhadap cahaya
matahari.
Gambar 2.7. Concentrating Collector [11]
3. Evacuated Tube Collector
Jenis ini dirancang untuk menghasilkan energi panas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan dua jenis kolektor surya sebelumnya. Keistimewaannya
terletak pada efisiensi transfer panasnya yang tinggi tetapi faktor kehilangan
panasnya yang relatif rendah. Hal ini dikarenakan fluida yang terjebak diantara
absorber dan covernya dikondisikan dalam keadaan vakum, sehingga mampu
meminimalisasi kehilangan panas yang terjadi secara konveksi dari permukaan
luar absorber menuju lingkungan. [12]
Kolektor evacuated tube memiliki sub kategori yang berbeda berdasarkan
bahan yang digunakan dan kebutuhan aplikasi. Masa pakai evacuated tube
bervariasi dari 5 hingga 15 tahun. Karakteristik utama dari kolektor evacuated
tube harus:
1. Mampu bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, seperti hujan
debu dan lain – lain.
2. Mampu mempertahankan variasi suhu yang lebar.
3. Resistensi terhadap kebocoran pada setiap bagian dari sistem.
4. Stabil dan tahan lama.
5. Mudah diinstal.
6. Efisiensi dalam konversi energi.
Universitas Sumatera Utara
15
Gambar 2.8. Evacuated Tube Collector [13]
2.5.2. Kondensor
Kondensor adalah alat untuk membuat kondensasi bahan pendingin gas
dari kompresor dengan suhu tinggi dan tekanan tinggi. Kondensor merupakan
jaringan pipa yang berfungsi sebagai pengembunan. Refrijeran yang yang
dipompakan dari kompresor akan mengalami penekanan sehingga mengalir ke
pipa kondensor, kemudian mengalami pengembunan. Dari sini refrijeran yang
sudah mengembun dan menjadi zat cair akan mengalir menuju pipa evaporator.
Kondensor sebagai alat penukar kalor berguna untuk membuang kalor
dan mengubah wujud refrijeran dari uap menjadi cair. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kapasitas kondensor adalah:
1. Luas muka perpindahan panasnya meliputi diameter pipa kondensor,
panjang pipa kondensor, dan karakteristik pipa kondensor.
2. Aliran udara pendinginnya secara konveksi natural atau aliran paksa oleh
fan.
3. Perbedaan suhu antara refrijeran dengan udara luar.
4. Sifat dan karakteristik refrijeran di dalam sistem.
Kondensor ditempatkan di luar ruangan yang sedang didinginkan, agar
dapat melepaskan panas saat mengkondensasi methanol pada proses desorpsi.
Tekanan refrijeran yang meninggalkan kondensor harus cukup tinggi untuk
Universitas Sumatera Utara
16
mengatasi gesekan pada pipa dan tahanan dari alat ekspansi, sebaliknya jika
tekanan di dalam kondensor sangat rendah dapat menyebabkan refrijeran tidak
mampu mengalir melalui alat ekspansi. [14]
2.5.2.1. Jenis-Jenis Kondensor
Menurut zat yang mendinginkannya, kondensor dapat dibagi menjadi tiga
jenis yaitu : [14]
1. Kondensor Berpendingin Udara (Air Cooled Condenser)
Air Cooled Condenser adalah kondensor yang menggunakan udara
sebagai cooling mediumnya, biasanya digunakan pada sistem berskala rendah dan
sedang dengan kapasitas hingga 20 ton refrijerasi. Air Cooled Condenser
merupakan peralatan AC (Air Conditioner) standard untuk keperluan rumah
tinggal (residental) atau digunakan di suatu lokasi di mana pengadaan air bersih
susah diperoleh atau mahal. Untuk melayani kebutuhan kapasitas yang lebih besar
biasanya digunakan multiple air cooled condenser. Udara sebagai pendingin
kondensor dapat mengalir secara alamiah atau dialiri paksa oleh fan. Kulkas pada
umumnya menggunakan kondensor berpendingin udara secara alamiah (konveksi
natural) yang umum disebut sebagai kondensor statis. Fan dapat meniupkan udara
kearah kondensor dalam jumlah yang lebih besar, sehingga dapat memperbesar
kapasitas pelepasan panas oleh kondensor. Air Cooled Condenser dapat dilihat
pada gambar 2.9.
Gambar 2.9. Air Cooled Condenser [15]
Universitas Sumatera Utara
17
2. Kondensor Berpendingin Air (Water Cooled Condenser)
Kondensor jenis ini digunakan pada sistem yang berskala besar untuk
keperluan komersil di lokasi yang mudah memperoleh air bersih. Kondensor jenis
ini menjadi pilihan yang ekonomis bila terdapat suplai air bersih mudah dan
murah. Pada umumnya kondensor seperti ini berbentuk tabung yang di dalamnya
berisi pipa (tubes) tempat mengalirnya air pendingin. Uap refrijeran berada di luar
pipa tetapi di dalam tabung (shell). Kondensor seperti ini disebut shell and tube
water cooled condenser. Air yang menjadi panas, akibat kalor yang dilepas oleh
refrijeran yang mengembun, kemudian air yang telah menjadi panas ini
didinginkan di dalam alat yang disebut menara pendingin (cooling tower). Setelah
keluar dari cooling tower, air menjadi dingin kembali dan disalurkan dengan
pompa kembali ke kondensor. Dengan cara inilah pendingin disirkulasikan.
Kondensor jenis ini biasanya digunakan pada sistem berkapasitas besar. Water
cooled condenser dapat dilihat pada gambar 2.10.
Gambar 2.10. Water Cooled Condenser [16]
3. Kondensor Berpendingin Campuran Udara dan Air (Evaporative
Condenser)
Kondensor jenis ini merupakan kombinasi dari kondensor berpendingin
udara dan kondensor berpendingin air. Koil kondensor ini diletakkan berdekatan
dengan media pendinginnya yang berupa udara tekan dan air yang disemprotkan
melalui suatu lubang nozzle. Kondensor jenis ini disebut juga evaporative
condenser. Kondensornya sendiri berbentuk seperti kondensor dengan pendingin
air, namun diletakkan di dalam menara pendingin. Percikan air dari atas menara
akan membasahi muka kondensor jadi kalor dari refrijeran yang mengembun
Universitas Sumatera Utara
18
diterima oleh air dan kemudian diberi pada aliran udara yang mengalir dari bagian
bawah ke bagian atas menara. Sebagai akibatnya air yang telah menjadi panas
tersebut diatas, didinginkan oleh aliran udara, sehingga pada saat air mencapai
bagian bawah menara, air ini sudah menjadi dingin kembali. Selanjutnya air
dingin ini dipompakan ke bagian atas menara demikian seterusnya. Dalam negara
yang bermusim empat, pada musim dingin sering kali tidak dibutuhkan percikan
air dari atas menara, karena udara sudah cukup dingin dan mampu secara
langsung menerima beban kondensor. Dalam keadaan seperti ini, dikatakan bahwa
evaporative condenser dioperasikan secara kering. Maka evaporative condenser
ini akan berfungsi seperti kondensor berpendingin udara. Gambar evaporative
condenser dapat dilihat pada gambar 2.11.
Gambar 2.11. Evaporative Condenser [17]
2.5.3. Evaporator
Evaporator dalam sistem refrijerasi adalah alat penukar kalor yang
memegang peranan penting di dalam siklus refrijerasi, yaitu mendinginkan media
sekitarnya Tujuan sistem refrijerasi adalah untuk membebaskan panas dari fluida
seperti udara, air atau beberapa benda yang lain. Evaporator diletakkan dibagian
unit pendingin dari lemari pendingin dan akan bersentuhan langsung dengan
media yang akan didinginkan, yaitu air. Cairan metanol akan menguap pada saat
Universitas Sumatera Utara
19
temperatur adsorben naik atau pada saat pemanasan adsorben. Metanol akan
mencair dikondensor dan cairannya akan terkumpul kembali di evaporator, dan
malam hari temperatur adsorben akan turun perlahan – lahan dan akan menyerap
metanol. Akibatnya metanol akan menguap dan menyerap kalor dari sekitarnya
sehingga temperatur akan turun. [4]
2.5.3.1. Jenis Evaporator
Berdasarkan bentuk dan permukaan koilnya, evaporator dibagi menjadi 3
macam, yaitu : [1]
1. Evaporator Pipa Telanjang (Bare Tube Evaporator)
Evaporator ini umumnya terbuat dari tembaga atau baja. Untuk bahan
tembaga biasanya digunakan pada evaporator yang berukuran kecil
dimana refrijeran yang digunakan adalah selain dari ammonia.
Sedangkan untuk bahan baja biasanya digunakan pada evaporator yang
berukuran besar dimana refrijeran yang digunakan adalah ammonia.
Gambar bare tube evaporator dapat dilihat pada gambar 2.12.
Gambar 2.12. Bare Tube Evaporator [18]
2. Evaporator Plat (Plate Surface Evaporator)
Dalam evaporator jenis ini, sering digunakan sebagai permukaan untuk
pemanasan, bukanlah tabung atau shell penukar kalor. Assembling dari
pada piring ini mempunyai kesamaan dengan piring penukar kalor yang
dilengkapi dengan laluan uap dalam jumlah besar. Gambar plate surface
evaporator dapat dilihat pada gambar 2.13.
Universitas Sumatera Utara
20
Gambar 2.13. Plate Surface Evaporator [19]
3. Evaporator Bersirip (Finned Evaporator)
Evaporator bersirip adalah tipe bare tube evaporator yang ditutupi
dengan sirip. Ketika fluida (udara atau air) yang akan didinginkan
mengalir melalui bare tube evaporator, terdapat banyak efek
pendinginan dari refrijeran yang terbuang sia-sia karena kurangnya
permukaan untuk mentransfer panas dari cairan ke refrijeran. Fluida
cenderung mengalir di antara ruang terbuka dari tabung dan tidak
bersentuhan langsung dengan permukaan kumparan, maka itu bare tube
evaporator menjadi kurang efektif. Sirip pada permukaan luar dari bare
tube evaporator meningkatkan kontak permukaan dari tabung logam
dengan fluida dan meningkatkan laju perpindahan panas, sehingga finned
evaporator lebih efektif dibandingkan dengan bare tube evaporator.
Gambar finned evaporator dapat dilihat pada gambar 2.14.
Gambar 2.14. Finned Evaporator [20]
Universitas Sumatera Utara
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Pelaksanaan Rancang Bangun
Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan kegiatan-kegiatan yang
meliputi tahapan yaitu:
Gambar 3.1. Diagram Alir Perancangan
Study Literatur
Perancangan Mesin Pendingin Adsorpsi
Tahapan Persiapan, Survei dan Pembelian Alat dan Bahan
Pembuatan
Kolektor
Pembuatan
Kondensor
Pembuatan
Evaporator
Assembling Mesin Pendingin
Bocor
Mulai
Selesai
Pengujian
Mesin
Pendingin
Universitas Sumatera Utara
22
3.2. Tempat Dan Waktu
Penelitian ini dilakukan dilantai 4 gedung Magister Teknik Mesin,
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang berlangsung pada tanggal 28-31
Oktober 2018.
3.3. Alat Dan Bahan
3.3.1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan selama penelitian ini berlangsung adalah
sebagai berikut ini :
1. Pompa Vakum
Pompa vakum adalah sebuah alat yang digunakan untuk menurunkan
tekanan sistem hingga mencapai tekanan vakum dan juga untuk
mengeluarkan zat-zat pengotor seperti uap air dan debu yang berada
didalam sistem.
Gambar 3.2. Pompa Vakum
Spesifikasi:
a. Merek : Robinair
b. Model No. : 15601
c. Capacity : 142 liter/menit
Universitas Sumatera Utara
23
d. Motor : ½ HP Volts : 110-115 V / 220-250 V
2. Cole Parmer
Cole Parmer adalah sistem akuisisi data untuk mengukur temperatur
sistem.
Gambar 3.3. Cole Parmer
Spesifikasi alat
a. Merek : Cole Parmer
b. Tipe Produk : High Accuracy Data Acquistion Boards
c. Model : USB-TC
d. Input analog : 8 Differential (Tin)
e. Digital I/O : 8 bit (bi-directional)
f. Input Range : 0,080 V (thermocouple : J,K,T,E,R,S,N atau B)
g. Daya : 5 Volt (dari USB yang ditransfer oleh PC)
3. Termokopel
Adapaun termokopel yang digunakan adalah termokopel tipe J dengan
tingkat ketelitian 0,1 °C.
4. Manometer Vakum
Manometer vakum adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur
tekanan vakum pada sistem dalam satuan mmHg.
Universitas Sumatera Utara
24
Spesifikasi alat :
a. Merek : Armatherm
b. Tekanan vakum maksimum : -760 mmHg
5. Hobo Micro Station Data Logger
Hobo Micro Station adalah sebuah alat pencatat data dari 3 sensor pencatat
microclimates multi channel (intensitas radiasi matahari, kecepatan, angin,
dan kelembaban relatif). Mikro station ini menggunakan sebuah jaringan
yang terhubung dengan beberapa sensor pintar yang berfungsi untuk
melakukan pengukuran. Terdiri dari sebuah data logger yang terhubung
dengan perangkat komputer dan beberapa sensor yang dipasang pada
sebuah penyangga.
Gambar 3.4. Hobo Micro Station Data Logger
Spesifikasi :
a. Ukuran : 8,9 cm x 11,4 cm x 5,4 cm
b. Berat : 0,36 kg
c. Skala Pengoperasian : - 200 – 500C dengan baterai alkalin
- 400 – 700C dengan baterai litium
d. Input Sensor : 3 buah sensor pintar multi channel monitoring
e. Memori Internal : 512K Penyimpanan data nonvolatile flash.
Universitas Sumatera Utara
25
f. Interval Pengukuran : Tidak Terbatas
g. Akurasi Waktu : 0 sampai 2 detik untuk titik data pertama dan
±5 detik untuk setiap minggu pada suhu 25°C
Komponen yang digunakan untuk mengukur intensitas radiasi
matahari adalah pyranometer. Berikut tabel spesifikasi dari pyranometer
yang digunakan:
Tabel 3.1. Spesifikasi Pyranometer [21]
Parameter
Pengukuran
Intensitas radiasi dengan interval 1 detik
Rentang pengukuran 0 sampai 1280 W/m2
Temperatur kerja -40° C to 75 °C (-40° F to 167 °F)
Akurasi ± 10,0 W/m2 or ± 5%. Tambahan temperatur
error 0,38 W/m2/°C from 25 °C (0,21 W/m2/°F
from 77 °F)
Resolusi 1,5 W/m2
Penyimpangan < ± 2% per Year
Panjang kabel 3 meter (9,8 ft)
Berat 120 gram
Dimensi 41 mm Height × 32 mm Diameter (1 5/8" ×1
1/4")
6. Laptop
Laptop digunakan untuk penyimpanan serta pengolahan data yang dikirim
dari data logger Cole Parmer dan Hobo Microstation data logger.
3.3.2. Bahan
Universitas Sumatera Utara
26
Adapun bahan-bahan yang digunakan selama proses penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Plat aluminium dengan tebal 3 mm dan 2 mm secukupnya untuk membuat
kolektor, kondensor, dan evaporator.
2. Pipa aluminium dengan tebal ¾ inch sepanjang 3 meter
3. Pipa alumunium dengan tebal 1 inch sepanjang 1 meter
4. Karbon aktif serbuk sebanyak 11 kg
5. Metanol Pro analisis (kemurnian 99%) sebanyak 3 liter
6. Selang radiator ¾ inch sepanjang 2 meter
7. Isolasi secukupnya seperti busa hitam, rockwool, styrofoam, dan busa kft
8. Lem Dextone dan lem red
9. Triplek secukupnya
10. Kaca transparan tebal 5 mm 2 lembar
11. Plat besi siku secukupnya
12. Cat hitam doff secukupnya
13. Kawat kasa stainless 1×1 dengan ukuran mesh 400
14. Sambungan pipa sebanyak 4 buah
15. Roda 4 buah
16. Lakban secukupnya
17. Doubletip secukupnya
18. Vaksin 1 botol
3.4. Langkah Pembuatan Mesin Pendingin Adsorpsi
3.4.1. Pembuatan Kolektor
Adapun langkah-lahkah pembuatan kolektor adalah sebagai berikut :
1. Plat aluminium dipotong sesuai dengan desain yang telah dibuat.
2. Plat dibentuk menjadi bebentuk kotak tanpa tutup atas terlebih dahulu.
3. Sirip kolektor dilas didalam kotak.
Universitas Sumatera Utara
27
Gambar 3.5. Kotak Kolektor
4. Masukkan karbon aktif sebanyak 11 kg secara merata kemudian tutup
dengan kawat kasa dengan nomor mesh 400 agar karbon aktif tidak jatuh
dari kolektor dan tidak terhisap oleh pompa vakum kemudian beri
penyangga mesh agar tidak jatuh.
Gambar 3.6. Kotak Kolektor Berisi Karbon Aktif
Gambar 3.7. Kolektor Setelah Terpasang Kawat Mesh
Universitas Sumatera Utara
28
5. Tutup kotak dengan plat aluminium yang dilengkapi dengan 2 pipa
alumunium sebagai saluran adsorpsi dan desorpsi.
6. Seluruh sambungan kotak harus dilas dengan baik agar tidak terjadi
kebocoran.
7. Tes kebocoran dengan menggunakan pompa vakum dengan cara
memompa kolektor sampai tekanan tertentu lalu matikan pompa dan tutup
saluran, bila tekanan vakum tidak menurun maka kolektor sudah tidak
bocor.
8. Cat kolektor dengan menggunakan cat warna hitam.
.
Gambar 3.8. Kolektor Setelah Di Cat Hitam
3.4.2. Pembuatan Kotak Insulasi Dan Penutup Kolektor
Adapun langkah-langkah untuk membuat kotak insulasi dan penutup
kolektor adalah sebagai berikut:
1. Siapkan kayu, styrofoam, rockwool,busa kft, busa hitam dan aluminium
foil.
2. Bentuk kotak insulasi dengan kayu sesuai dengan desain yang dibuat.
3. Masukkan material insulasi kedalam kotak sesuai dengan ukuran yang
telah direncanakan.
4. Bungkus material insulasi dengan aluminium foil.
5. Buat lubang untuk dua pipa kolektor.
Universitas Sumatera Utara
29
6. Pasang penutup kolektor yang telah dibuat lalu hubungkan dengan engsel.
Gambar 3.9. Kotak Insulasi Dan Penutup Kolektor
3.4.3. Pembuatan Kondensor
Langkah-langkah dalam pembuatan kondensor pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Siapkan plat dan pipa aluminium diameter ¾ inch sepanjang 3 meter dan 1
inch sepanjang 1 meter.
2. Potong pipa sesuai dengan desain yang telah dibuat.
3. Potong plat alumunium sebanyak 15 lembar sesuai dengan ukuran yang
telah direncanakan untuk sirip kondensor.
4. Sambungkan bahan-bahan yang telah dibentuk dan las dengan baik agar
tidak terjadi kebocoran.
5. Uji kondensor dengan pompa vakum untuk mengetahui ada tidaknya
kebocoran pada kondensor.
6. Jika tidak ada kebocoran maka kondensor siap untuk digunakan.
Universitas Sumatera Utara
30
Gambar 3.10. Kondensor
3.4.4. Pembuatan evaporator
Langkah-langkah dalam pembuatan evaporator pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Siapkan plat alumunium dengan tebal 3 mm dan pipa alumunium dengan
diameter ¾ inch .
2. Potong plat dan pipa sesuai dengan bentuk dan dimensi yang sudah
ditentukan.
3. Sambungkan plat dan pipa yang telah dipotong dengan cara dilas
sambungkan juga wadah untuk vaksin.
4. Uji evaporator dengan pompa vakum untuk mengetahui ada tidaknya
kebocoran.
5. Jika tidak ada kebocoran maka evaporator siap untuk digunakan.
Universitas Sumatera Utara
31
Gambar 3.11. Evaporator
3.4.5. Pembuatan Kotak Insulasi Evaporator
Langkah-langkah dalam pembuatan kotak insulasi evaporator pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Siapkan triplek, styrofoam, busa hitam, busa kft, rockwool dan aluminium
foil.
2. Bentuk kotak dengan menggunakan triplek.
3. Masukkan material insulasi kedalam kotak sesuai dengan ukuran yang
telah direncanakan.
4. Bungkus material insulasi dengan aluminium foil.
Gambar 3.12. Kotak Insulasi Evaporator
3.4.6. Pembuatan Rangka Mesin Pendingin
Universitas Sumatera Utara
32
1. Siapkan plat besi siku dengan dimensi 40 mm × 40 mm × 3 mm, plat strip
dengan dimensi 30 mm × 30 mm × 3 mm, plat besi dengan dimensi 600
mm × 600 mm × 2 mm, dan roda 4 buah.
2. Potong plat siku dan plat strip sesuai dengan bentuk dan dimensi yang
sudah ditentukan.
3. Sambungkan plat siku dengan plat siku agar membentuk rangka utama
sedangkan plat strip di gunakan untuk menahan sisi rangka utama dan sisi
rangka kolektor.
4. Sambungkan plat besi dengan plat siku untuk menahan kotak insulasi
evaporator.
5. Pasang roda dan cat rangka agar tidak mudah berkarat.
Gambar 3.13. Rangka Mesin Pendingin
3.5. Pelaksanaan Penelitian
Universitas Sumatera Utara
33
Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut
ini:
1. Assembling, setelah komponen-komponen selesai dibuat, langkah
selanjutnya adalah proses asembling yaitu penyambungan, Kolektor,
kondensor dan evaporator disambungkan menggunakan pipa dan selang
radiator serta dipasang katup penghubung dan manometer vacum untuk
mengetahui tekanan vakum. Bagian yang disambungkan seperti pipa,
selang maupun komponen lainnya harus di lem dengan baik agar tidak
terjadi kebocoran.
2. Setelah proses assembling selesai, pasang kabel thermokopel disetiap titik
yang akan diteliti suhunya lalu cek apakah kabel error atatu tidak dengan
menggunakan cole parmer.
Gambar 3.14. Mesin Pendingin Adsorpsi Yang Dirakit
3. Setelah semua kabel dalam kondisi baik, maka penelitian pun mulai
dilakukan dengan menjemur mesin pendingin yang tujuannya untuk
menguapkan dan mengeluarkan air dan gas yang tidak diinginkan yang
masih terdapat pada adsorber sehingga adsorber dapat menyerap metanol
lebih maksimal nantinya.
Universitas Sumatera Utara
34
4. Vakumkan sistem dengan pompa vakum untuk mengeluarkan gas dan uap
air serta partikel-partikel kotoran dari adsorber.
5. Setelah gas, uap air dan partikel kotoran keluar dari sistem, masukkan
metanol kedalam evaporator sebanyak 3 liter.
6. Vakumkan kembali sistem hingga mencapai tekanan vakum maksimum.
7. Setelah tekanan vakum tercapai, tutup katup pemvakuman, tutup katup
evaporator ke kondensor (jalur desorpsi) dan buka katup evaporator ke
kolektor (jalur adsorpsi) lalu buka kaca penutup kolektor untuk
mepermudah penurunan temperatur dan tekanan pada kolektor.
8. Proses adsorpsi terjadi pada malam hari, temperatur pada proses adsorpsi
turun seiring dengan turunnya temperatur lingkungan. Turunnya
temperatur menyebabkan turunnya tekanan adsorpsi sehingga metanol
akan menguap didalam evaporator dan naik ke kolektor, karna karbon aktif
memiliki sifat daya serap tinggi makan metanol yang menguap akan
diserap oleh karbon aktif di kolektor. Selama proses penguapan, metanol
akan menyerap kalor lingkungan yang ditinggalkannya sebesar kalor laten
penguapannya. Hal ini menyebabkan adanya efek pendinginan yang
mengakibatkan temperatur lingkungan di sekitarnya juga akan turun.
9. Proses desorpsi dimulai pada pukul 08.00 WIB – 17.00 WIB, kaca
kolektor dipasang kembali. Tutup katup jalur adsorpsi dan buka katup
jalur desorpsi. Kemudian mesin pendingin di jemur di bawah sinar
matahari. Dengan naiknya temperatur kolektor hingga diatas titik didih
metanol maka metanol akan menguap dan mengalir ke kondensor, pada
kondensor uap metanol tersebut akan mengalami perubahan fasa dari uap
menjadi cair lalu mengalir ke evaporator.
10. Selama proses penelitian, temperatur diperoleh dari cole parmer yang di
ukur setiap 30 menit dan tekanan diperoleh dari manometer vakum yang
dipasang yang dicatat secara manual setiap 30 menit.
3.6. Set-Up Eksperimental
Universitas Sumatera Utara
35
Gambar 3.15. Proses Desorpsi Mesin Pendingin Tenaga Surya Siang Hari
Proses desorpsi terjadi karena panas yang di dapat dari sinar matahari
berpindah secara radiasi ke Kolektor. Refrijeran yang berada di Kolektor yaitu
karbon aktif akan menimbulkan uap desorpsi, uap ini akan mengalir ke
Evaporator melalui selang, dan uap ini akan berubah fasa menjadi cair di dalam
Evaporator.
Kemudian kolektor melepaskan panas, sehingga kolektor mengalami
penurunan temperatur dan tekanan yang menyebabkan timbulnya uap adsorpsi.
Adsorbat dalam bentuk uap mengalir dari evaporator ke kondensor dan kemudian
ke kolektor. Adsorbat dalam bentuk uap di hasilkan dari proses penyerapan kalor
Matahari
Kondensor
Evaporator
Kolektor
Re
frij
era
n
Cole parmer Laptop
Mesin Pendingin
Universitas Sumatera Utara
36
oleh adsorbat dari lingkungan sebesar kalor laten penguapan adsorbat tersebut.
Proses ini berlangsung pada tekanan saturasi yang rendah sehingga penyerapan
kalor berlangsung pada tekanan yang rendah pula. Proses tersebut dinamakan
adsorpsi.
Gambar 3.16. Proses Adsorpsi Mesin Pendingin Tenaga Surya Malam Hari
Kondensor
Evaporator
Kolektor
Cole parmer Laptop
Bulan
Mesin pendingin
Universitas Sumatera Utara
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Perancangan Mesin Pendingin Adsorpsi
Pengujian mesin pendingin siklus adsorpsi tenaga surya ini telah banyak
dilakukan di berbagai negara dan beberapa orang telah melakukannya di
Departemen Teknik Mesin, Universitas Sumatera Utara. Maka pengujian ini juga
didasari oleh penelitian-penelitian tersebut. Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:
1. Untuk absorber berukuran 1 (satu) m2, jumlah absorben yang digunakan
adalah 20 – 26 kg (Pons dan J.J. Guilleminot, 1986)
2. Jumlah metanol yang mampu diserap bisa mencapai 26% dari jumlah
karbon aktif yang digunakan (Hussein, 2008).
3. Untuk 1 kg adsorben karbon aktif, jumlah refrijeran yang digunakan
sebanyak 350 mL.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka jumlah adsorben yang digunakan
pada kolektor dengan luas 0,5 m2 adalah 11 kg. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan adsorben sebanyak 11 kg. Adapun refrijeran metanol yang dipakai
sebanyak 3 liter dan vaksin sebanyak 10 ml.
Adapun parameter perancangan sebagai berikut:
a) Perancangan fungsional, mesin pendingin adsorpsi yang akan dirancang
adalah mesin pendingin adsorpsi dengan memanfaatkan sinar matahari
untuk mendinginkan vaksin. Dalam merancang mesin pendingin adsorpsi
hal-hal yang perlu di pertimbangkan adalah mengubah energi radiasi
matahari menjadi energi termal sehingga mampu menghasilkan temperatur
maksimum pada proses desorpsi, jumlah adsorben dan adsorbat sebagai
pasangan refrijeran, jumlah vaksin yang akan di dinginkan, dengan
keadaan pada sistem ini adalah vakum, dan mampu mencapai temperatur
Universitas Sumatera Utara
38
yang serendah mungkin untuk membuat proses adsorpsi berlangsung
sempurna.
b) Perancangan struktural, mesin pendingin adsorpsi yang akan dirancang
memiliki 3 komponen utama yaitu kolektor, kondensor, dan evaporator.
Kolektor ini digunakan sebagai tempat berkumpulnya energi panas yang di
dapat dari radiasi matahari selama proses desorpsi berlangsung, sehingga
adsorben yang berada di kolektor yaitu karbon aktif akan menimbulkan
uap desorpsi, tipe kolektor yang digunakan adalah tipe plat datar, material
yang digunakan adalah aluminium dengan luas kolektor 0,5 m2
sehingga
dimensi di dapat 1000 mm × 500 mm, kapasitas tampung karbon aktif
adalah 12,5 kg, maka dimensi total didapat 1000 mm × 500 mm × 70 mm.
Kondensor ini digunakan sebagai tempat pengkondensasian uap desorpsi,
kondensor ini di dinginkan secara konveksi udara alami, tipe kondensor
yang digunakan adalah tipe pipa bersirip, material yang digunakan adalah
aluminium, dan dengan luas perpindahan panas sebesar 0,564 m2.
Evaporator ini digunakan sebagai tempat pendinginan vaksin, dimana
vaksin diletakkan di dalam coldbox dan coldbox berada di dalam
evaporator, tipe evaporator yang digunakan adalah tipe box, kapasitas
tampung metanol sebesar 3,5 Liter, dengan dimensi evaporator adalah
170 × 170 × 140.
Adapun parameter pengujian adalah mengetahui pencapaian pendinginan
vaksin pada perancangan yang di dapatkan dari pengujian yang telah dilakukan.
4.1.1. Perancangan Kolektor
Berikut adalah perhitungan dimensi kolektor pada perancangan:
Luas penampang kolektor
:
2 ( p.l + p.t + l.t ) = 2(1000 mm × 500 mm + 1000 mm × 70 mm + 500
mm × 70 mm)
= 1,21 m2
Volume kolektor
: p.l.t = 1000 mm × 500 mm × 70 mm = 0,025 m3
Universitas Sumatera Utara
39
V = p.l.t = 500 mm × 50 mm × 50 mm = 0,00125 m3
Jadi total karbon aktif yang dapat di tampung :
V = 10 × 0,00125 m3 = 0,0125 m
3 = 12,5 kg
Tabel 4.1. Konduktivitas Termal Bahan [17]
Bahan k (W/m.K)
Aluminium 237
Rockwool 0,045
Styrofoam 0,040
Busa Hitam 0,033
Kayu 0,14
Kaca 0,761
Berikut ini merupakan bentuk kolektor yang telah di rancang:
Gambar 4.1. Kolektor
Universitas Sumatera Utara
40
Gambar 4.2. Ruang Bagian Dalam Kolektor
Keterangan gambar:
a. Material : Aluminium
b. Diemnsi luar : 1000 mm × 500 mm × 70 mm
c. Tebal plat : 3 mm
d. Dimensi sirip kolektor : 994 mm × 50 mm × 2 mm
e. Tebal sirip : 2 mm
f. Jarak antar sirip : 48 mm
g. Jumlah sirip : 9 Buah
h. Diameter pipa kolektor : 19 mm
i. Diameter kawat kasa : 0,037 mm
j. Tebal penyangga kawat kasa : 3 mm
Pada perancangan 9 buah sirip berisi 10 wadah karbon aktif tiap wadah
berisi 1 kg karbon aktif agar tidak terjadi penumpukan dan pembagiannya lebih
merata.
4.1.2. Perancangan Kondensor
Berikut ini adalah perhitungan dimensi kondensor pada perancangan:
Plat aluminium
Luas plat: Aplat = 2(p.l+p.t+l.t) = 2(0,4×0,07+0,4×0,002+0,07×0,002)
= 0,0289 m2
Jadi, untuk 15 plat:
Plat
Aluminium
Penyangga
Mesh
Sirip
Universitas Sumatera Utara
41
Aplat = 15 × 0,026 m2 = 0,39 m
2
Keliling plat:
K = 4(p+l+t) = 4(0,4 + 0,07 + 0,002) = 1,888 m
Pipa 3/4"
Luas pipa 3/4":
Apipa= 2 (r + t) =2(3,14)(0,0095 m)(0,0095 m +0,36 m)
= 0,022 m2
Jadi, untuk 5 pipa 3/4": Apipa = 5 × 0,022 m2 = 0,11 m
2
Pipa 1"
Luas pipa 1":
Apipa : 2 (r + t) = 2(3,14) (0,0125 m) (0,0125 m + 0,4 m)
= 0,032 m2
Jadi, untuk 2 pipa 1": Apipa = 2 × 0,032 m2 = 0,064 m
2
Maka, = 0,39 m2 + 0,11 m
2 + 0,064 m
2 = 0,564 m
2
Berikut ini merupakan bentuk kondensor yang telah di rancang:
Gambar 4.3. Kondensor
Universitas Sumatera Utara
42
Gambar 4.4. Sirip Kondensor
Keterangan gambar:
a. Material : Aluminium
b. Tinggi kondensor : 530 mm
c. Lebar kondensor : 400 mm
d. Jumlah pipa : 5 Buah
e. Diameter pipa : 3/4" (19 mm) dan 1" (25 mm)
f. Jumlah sirip kondensor : 15 Buah
g. Dimensi sirip kondensor : 400 mm × 70 mm × 2 mm
h. Jarak antar sirip : 20,5 mm
Fungsi sirip adalah untuk memperluas daerah perpindahan panas pada
kondensor terhadap lingkungan atau udara sehingga luas permukaan kondensor
lebih besar yang bersentuhan dengan udara. Pada penelitian di digunakan 15 buah
sirip karena untuk mempermudah proses pengerjaan dan tidak terlalu rapat.
4.1.3. Perancangan Evaporator
Berikut ini adalah perhitungan dimensi evaporator pada perancangan:
Luas penampang evaporator:
Aevap = 2(p.l+p.t+l.t) = 2(170 170 +170 140 + 170 140) = 0.153 m2
Luas penampang coldbox:
Acoldbox = 2(p.l+p.t+l.t) = 2(100 100 +100 50 + 100 50) = 0,02 m2
Jadi,
Aevap total = Aevap Acoldbox = 0.153 m2 0,02 m
2 = 0,133 m
2
Volume evaporator:
Vevap = p l t = 170 170 140 = 4046000 mm3 = 4,046 L
Universitas Sumatera Utara
43
Volume coldbox:
Vcoldbox = p l t = 100 100 50 = 500000 mm3 = 0,5 L
Jadi volume metanol pada evaporator,
Vevap total = Vevap Vcoldbox = 4,046 L 0,5 L = 3,546 L
Berikut ini merupakan bentuk evaporator yang telah di rancang:
Gambar 4.5. Evaporator
Keterangan gambar:
a. Material : Aluminium
b. Tebal : 3 mm
c. Dimensi : 170 mm × 170 mm × 240 mm
d. Dimensi pipa : 19 mm × 100 mm (3/4")
e. Jumlah pipa : 3 Buah
f. Volume maksimum : 3,5 Liter
4.1.4. Perancangan Wadah Vaksin (Coldbox)
Berikut merupakan bentuk dan dimensi dari wadah vaksin yang digunakan
dalam penelitian ini :
Universitas Sumatera Utara
44
Gambar 4.6. Wadah Vaksin (Coolbox)
Keterangan gambar:
a. Material : Aluminium
b. Tebal : 2 mm
c. Volume : 0,5 Liter
d. Dimensi luar : 100 mm × 100 mm × 50 mm
4.1.5. Perancangan Kotak Insulasi Kolektor
Kotak insulasi adalah lapisan yang tersusun secara seri dari beberapa
bahan isolator seperti rockwool, busa hitam, busa kft, styrofoam, dan kayu yang
membentuk kotak dan disesuaikan dengan dimensi kolektor sehingga panas yang
diserap kolektor tidak banyak terbuang.
Gambar 4.7. Kotak Insulasi Kolektor
Universitas Sumatera Utara
45
Gambar 4.8. Ruang Bagian Dalam Insulasi
Keterangan gambar:
a. Dimensi total : 1240 mm × 740 mm × 210 mm
b. Tebal kayu : 30 mm
c. Tebal busa hitam : 30 mm
d. Tebal Styrofoam : 30 mm
e. Tebal rockwool : 20 mm
f. Tebal busa kft : 30 mm
4.1.6. Perancangan Kaca Penutup Kolektor
Kaca penutup kolektor berfungsi untuk meneruskan radiasi matahari
sekaligus memberikan efek rumah kaca pada kolektor sehingga panas radiasi
matahari terperangkap lebih lama dalam kolektor.
Gambar 4.9. Tutup Kaca Kolektor
Kayu Busa kft
Styrofoam Busa
Hitam
Rockwool
Kolektor
Universitas Sumatera Utara
46
Keterangan gambar:
a. Dimensi luar : 740 mm × 1240 mm
b. Tebal kaca : 5 mm
c. Ukuran kaca : 690 mm × 1190 mm
d. Jumlah lapis kaca : 2 buah
e. Jarak antar kaca : 20 mm
f. Jarak kaca ke kolektor : 30 mm
4.1.7. Perancangan Kotak Insulasi Evaporator
Berikut merupakan bentuk dan dimensi dari kotak insulasi evaporator
yang digunakan dalam penelitian ini :
Gambar 4.10. Kotak Insulasi Evaporator
Gambar 4.11. Ruang Bagian Dalam Kotak Insulasi Evaporator
Busa Hitam
Styrofoam
Triplek
Busa kft
Universitas Sumatera Utara
47
Gambar 4.12. Kotak Insulasi Evaporator Bagian Atas
Keterangan gambar:
a. Dimensi luar : 326 mm × 326 mm × 296 mm
b. Tebal styrofoam : 30 mm
c. Tebal busa hitam : 20 mm
d. Tebal busa kft : 30 mm
e. Tebal triplek : 8 mm
4.1.8. Perancangan Rangka Mesin Pendingin
Rangka mesin pendingin ini memiliki fungsi sebagai tumpuan kolektor,
kondensor dan evaporator mesin pendingin.
Universitas Sumatera Utara
48
Gambar 4.13. Rangka Mesin Pendingin
Keterangan gambar:
a. Material : Besi
b. Dimensi luar rangka : 600 mm × 600 mm × 1206 mm
c. Dimensi luar rangka kolektor : 1260 mm × 760 mm × 33 mm
d. Dimensi plat siku : 40 mm × 40 mm × 3 mm
e. Dimensi plat strip` : 40 mm × 40 mm × 3 mm
f. Dimensi plat besi : 600 mm × 600 mm × 2 mm
Universitas Sumatera Utara
49
4.2. Data Hasil Pengujian
Tabel 4.2. Proses Pemanasan Awal Kolektor ( 21 Oktober 2018)
Waktu
Kolektor Kondensor Evaporator Vaksin T. ling
T in
(oC)
T out
(oC)
P
(bar)
T in
(oC)
T out
(oC)
T
(oC)
P
(bar)
T
(oC)
T
(oC)
08.00 52,34 32,43 0 27,98 29,7 28,25 0 27,86 24,919
08.30 70,05 44,41 0 30,53 30,31 30,36 0 30,28 27,038
09.00 89,16 58,44 0 31,22 31,96 35,49 0 32,8 28,742
09.30 103,21 68,2 0 31,44 32,05 32,67 0 32,99 30,925
10.00 103,46 80,8 0 32,56 32,6 38,92 0 38,08 30,571
10.30 104,77 83,49 0 32,8 32,84 37,24 0 33,25 30,217
11.00 113,74 87,12 0 34,4 33,96 36,92 0 34,17 31,357
11.30 113,1 93,43 0 35,09 34,08 33,61 0 36,35 32,665
12.00 119,8 98,43 0 35,51 34,24 33,93 0 37,39 32,021
12.30 129,02 103,25 0 35,97 35,56 34,73 0 38,16 34,045
13.00 120,63 105,25 0 33,62 33,88 38,56 0 37,3 32,717
13.30 125,95 104,87 0 33,74 34,31 40,71 0 40,1 33,574
14.00 112,56 101,52 0 32,91 33,6 39,7 0 41,15 33,053
14.30 101,3 95,5 0 31,77 31,83 37,96 0 40,46 32,768
15.00 88,78 84,46 0 33,16 29,56 29,62 0 30,72 34,519
15.30 80,9 75,56 0 29,3 29,6 30,56 0 30 34,229
16.00 83,75 73,85 0 30,79 31,16 33,07 0 31,34 32,381
16.30 80,19 71,52 0 30,84 31,3 34,11 0 34,34 31,128
17.00 76,4 69,57 0 30,1 30,4 33,98 0 34,08 30,142
Universitas Sumatera Utara
50
4.2.1. Pengujian Hari Pertama
Tabel 4.3. Proses Adsorpsi Siklus Pertama (28 Oktober 2018 29 Oktober 2018)
Waktu
Kolektor Kondensor Evaporator Vaksin T. ling
T in
(oC)
T out
(oC)
P
(bar)
T in
(oC)
T out
(oC)
T
(oC)
P
(bar)
T
(oC)
T
(oC)
17.00 41,78 46,7 0,79 25,78 25,77 24,51 0,79 25,85 25,963
17.30 33,63 40,38 0,43 26,22 26,76 23,79 0,43 24,96 25,598
18.00 31,05 36,01 0,79 26,13 26,14 26,65 0,79 23,17 25,404
18.30 28,57 32,79 0,45 25,91 25,86 20,46 0,45 21,36 25,186
19.00 27,38 30,24 0,81 25,82 25,78 20,03 0,81 20,29 24,919
19.30 26,24 26,06 0,43 25,17 25,57 18,27 0,43 18,85 25,04
20.00 25,61 26,85 0,81 25,49 25,49 17,3 0,81 17,75 24,895
20.30 24,79 25,64 0,42 25,53 25,49 16,65 0,42 16,97 24,823
21.00 23,7 24,47 0,82 25,44 24,37 15,9 0,82 16,06 24,557
21.30 23,25 23,6 0,43 24,84 24,77 14,19 0,43 14,37 24,412
22.00 22,86 22,88 0,82 24,79 24,66 12,96 0,82 13,36 24,171
22.30 22,55 22,12 0,43 24,79 24,69 11,78 0,43 12,35 23,954
23.00 22,42 21,82 0,82 24,24 24,29 11,36 0,82 11,9 23,881
23.30 22,46 21,83 0,43 24,69 24,62 10,44 0,43 10,63 23,833
00.00 22,36 21,7 0,81 24,58 24,49 9,4 0,82 9,74 23,617
00.30 22,06 21,41 0,42 24,52 24,28 8,51 0,43 8,92 23,593
01.00 22,02 21,25 0,82 24,48 24,35 7,79 0,82 8,22 23,593
01.30 22 21,38 0,43 24,35 24,35 7,21 0,43 7,31 23,424
02.00 21,94 20,99 0,83 24,37 24,3 5,36 0,83 6,19 23,304
02.30 21,74 20,93 0,46 24,35 24,28 4,6 0,47 5,33 23,208
03.00 21,56 20,6 0,85 23,8 23,79 3,94 0,85 4,35 23,112
03.30 21,68 20,85 0,46 24,09 24,08 3,18 0,47 3,44 23,136
04.00 21,37 20,7 0,85 24,07 24,09 2,41 0,85 2,95 23,136
04.30 21,33 20,7 0,46 23,83 23,86 2,26 0,47 2,36 22,824
05.00 21,27 20,52 0,85 23,84 23,88 1,09 0,85 1,57 22,633
05.30 21,28 20,77 0,45 23,7 23,72 3,23 0,47 2,66 22,705
06.00 21,01 20,47 0,85 23,56 23,56 5,26 0,85 4,57 22,537
06.30 21,62 20,69 0,45 23,48 23,49 5,73 0,45 5,3 22,848
07.00 22,29 21,13 0,85 23,46 23,47 6,39 0,85 6,01 24,291
07.30 23,21 21,74 0,43 23,94 24,01 6,89 0,43 6,63 26,304
Universitas Sumatera Utara
51
Tabel 4.4. Proses Desorpsi Siklus Pertama (29 Oktober 2018)
Waktu
Kolektor Kondensor Evaporator Vaksin T. ling
T in
(oC)
T out
(oC)
P
(bar)
T in
(oC)
T out
(oC)
T
(oC)
P
(bar)
T
(oC)
T
(oC)
08.00 36,68 21,73 0,85 23,84 24,74 7,08 0,85 5,75 28,023
08.30 55,96 39,43 0,43 27,65 27,51 9,48 0,44 8,47 29,84
09.00 67,64 56,52 0,85 29,3 29,05 10,31 0,85 9,6 29,941
09.30 81,05 72,07 0,42 36,2 31,16 11,34 0,42 10,81 30,621
10.00 93,73 86,3 0,79 40,41 32,5 12,8 0,79 12,24 31,281
10.30 104,78 98,06 0,39 32,42 32,06 15,03 0,39 14,09 31,586
11.00 113,73 107,74 0,1 45,59 35,44 16,62 0,11 15,86 31,944
11.30 109,73 111,58 0,74 37,68 34,58 18,73 0,74 18,05 33,027
12.00 115,3 118,42 0,38 32,83 33,9 20,7 0,39 19,88 33,521
12.30 113,4 117,93 0,09 34,54 31,91 21,75 0,09 20,65 33,365
13.00 103,22 114,21 0 34,13 34,34 22,77 0 22,34 32,613
13.30 101,62 110,29 0,75 33,91 34,6 23,94 0,77 23,67 32,665
14.00 99,51 106,39 0,41 32,8 33,6 24,84 0,41 24,73 32,201
14.30 98,09 106,49 0,1 34,18 34,19 25,77 0,1 25,44 32,227
15.00 92,88 101,51 0,77 33,06 33,44 26,48 0,77 26,22 31,663
15.30 100,72 101,14 0,41 34,75 34,96 27,11 0,41 26,85 32,82
16.00 108,68 105,57 0,09 35,97 35,92 27,71 0,09 27,45 34,36
16.30 105,12 107,95 0,77 34,73 34,46 27,54 0,77 27,24 34,704
17.00 98,02 107,73 0,79 34,41 34,75 28,11 0,79 28,01 33,235
17.30 58,65 85,39 0,41 34,19 33,84 31,44 0,41 31,45 31,97
Universitas Sumatera Utara
52
4.2.2. Pengujian Hari Kedua
Tabel 4.5. Proses Adsorpsi Siklus Kedua (29 Oktober 2018 30 Oktober 2018)
Waktu
Kolektor Kondensor Evaporator Vaksin T. ling
T in
(oC)
T out
(oC)
P
(bar)
T in
(oC)
T out
(oC)
T
(oC)
P
(bar)
T
(oC)
T
(oC)
18.00 47,26 67 0,82 31,89 31,29 26,03 0,82 27,1 29,765
18.30 40,27 53,49 0,41 30,44 30,6 22,51 0,41 23,79 29,065
19.00 36,54 46,2 0,87 29,93 30,12 23,56 0,87 23,58 28,841
19.30 33,22 39,11 0,43 29,45 29,61 20,15 0,43 21,44 28,493
20.00 30,34 33,38 0,87 29,14 29,29 18,71 0,87 18,95 28,072
20.30 29,88 32,55 0,45 29,03 29,22 19,19 0,45 19,14 27,974
21.00 28,43 29,67 0,87 28,78 28,9 16,19 0,87 16,78 27,702
21.30 27,61 28,3 0,45 28,42 28,54 15,17 0,45 15,55 27,235
22.00 26,73 26,9 0,87 27,79 27,99 12,95 0,87 13,61 26,965
22.30 25,91 25,76 0,45 27,57 27,65 12,71 0,46 12,99 26,72
23.00 25,33 24,69 0,87 26,53 26,95 10,27 0,87 11,4 26,451
23.30 24,86 24,14 0,45 26,1 26,82 9,75 0,45 10,47 26,134
00.00 24,45 23,66 0,87 26,05 26,14 7,94 0,87 9,08 25,866
00.30 24,3 23,3 0,45 26,58 26,37 8,06 0,45 8,7 25,768
01.00 24,02 23,01 0,86 26,62 26,77 8,07 0,87 8,13 25,695
01.30 24,03 22,99 0,46 25,98 26,13 7,64 0,46 7,56 25,525
02.00 23,55 22,45 0,87 26,33 26,52 5,85 0,88 6,44 25,404
02.30 23,47 22,25 0,46 26,41 26,59 6,22 0,46 5,91 25,428
03.00 23,99 22,31 0,86 26,24 26,48 3,22 0,87 3,72 25,453
03.30 24,21 22,71 0,47 25,86 26,18 3,63 0,47 3,24 25,258
04.00 24,52 23,05 0,87 26,02 26,23 1,65 0,87 2,89 25,162
04.30 24,49 23,24 0,47 26,17 26,38 2,84 0,47 2,77 25,162
05.00 24,51 23,45 0,87 26,06 26,36 3,63 0,87 4,47 25,089
05.30 23,14 23,58 0,46 25,6 25,63 4,49 0,46 5,43 24,992
06.00 24,47 23,74 0,87 25,58 25,76 7,26 0,87 6,49 24,847
06.30 24,49 23,66 0,46 25,97 26,17 8,34 0,46 7,68 25,186
07.00 25,85 23,97 0,87 26,14 26,38 8,93 0,87 9,02 25,939
07.30 27,92 25,01 0,45 26,68 26,96 7,24 0,45 6,54 26,524
Universitas Sumatera Utara
53
Tabel 4.6. Proses Desorpsi Siklus Kedua (30 Oktober 2018)
Waktu
Kolektor Kondensor Evaporator Vaksin T. ling
T in
(oC)
T out
(oC)
P
(bar)
T in
(oC)
T out
(oC)
T
(oC)
P
(bar)
T
(oC)
T
(oC)
08.00 31,15 27,53 0,87 27,51 26,58 9,46 0,87 8,64 27,554
08.30 47,05 34,04 0,42 28,83 28,99 11,2 0,42 10,25 29,765
09.00 47,76 41,69 0,83 29,13 29,26 13,11 0,83 12,29 29,439
09.30 54,44 48,74 0,43 29,98 30,23 14,91 0,43 13,77 29,89
10.00 57,7 53,68 0,1 30,32 30,48 16,43 0,1 15,45 29,815
10.30 67,88 61,15 0,83 30,83 31,21 17,39 0,83 16,8 30,925
11.00 82,92 75,26 0,41 32,47 32,93 19,14 0,41 18,37 31,919
11.30 92,25 81,92 0,09 32,56 33,39 20,57 0,09 19,75 31,816
12.00 92,76 90,06 0,77 33,14 32,81 21,98 0,77 21,03 32,098
12.30 100,29 95,63 0,38 35 35,66 25,99 0,38 22,46 33,287
13.00 82,92 90,03 0,09 32,47 32,93 25,63 0,09 23,1 29,439
13.30 76,05 86,44 0,77 31,93 31,93 24,33 0,77 23,96 30,596
14.00 96,93 90,87 0,39 36,72 36,27 26,1 0,39 25,56 32,201
14.30 105,07 93,48 0,09 37,74 38,13 26,35 0,1 25,82 34,704
15.00 90,33 96,81 0,77 34,99 34,96 27,34 0,77 26,98 33,105
15.30 87,44 94,52 0,39 33,49 33,48 28 0,4 27,64 31,281
16.00 94,02 93,6 0,09 34,96 34,52 28,51 0,09 28 32,691
16.30 94,58 94,87 0 35,23 35,15 28,91 0 28,52 33,966
17.00 91,49 95,96 0,77 34,51 34,12 29,4 0,77 29 33,365
17.30 52,53 79,24 0,41 32,31 32,43 29,57 0,41 29,57 30,545
Universitas Sumatera Utara
54
4.2.3. Pengujian Hari Ketiga
Tabel 4.7. Proses Adsorpsi Siklus Ketiga (30 Oktober 2018 31 Oktober 2018)
Waktu
Kolektor Kondensor Evaporator Vaksin T. ling
T in
(oC)
T out
(oC)
P
(bar)
T in
(oC)
T out
(oC)
T
(oC)
P
(bar)
T
(oC)
T
(oC)
18.00 45,17 63,02 0,85 31,31 31,49 29,94 0,85 29,97 29,865
18.30 39,71 50,99 0,43 30,43 30,41 29,9 0,43 25,74 29,165
19.00 35,85 43,43 0,86 29,98 30,05 22,84 0,87 22,85 28,816
19.30 32,99 38,17 0,43 29,78 29,88 23,11 0,43 22,99 28,493
20.00 30,91 34,22 0,87 29,47 29,51 21,04 0,87 23,46 28,196
20.30 29,54 29,08 0,43 29,86 29,78 17,49 0,43 18,9 28,122
21.00 28,32 28,62 0,87 29,54 29,48 15,57 0,87 17,65 27,974
21.30 27,58 28,19 0,44 29,12 29,14 14,63 0,44 16,34 27,628
22.00 27 28,97 0,9 29,1 29 12,05 0,9 13,65 27,382
22.30 26,34 27,44 0,46 28,72 28,62 11,35 0,47 11,94 27,014
23.00 26,19 27,55 0,9 28,5 28,48 10,18 0,9 10,36 26,891
23.30 25,78 27,18 0,47 28,21 28,21 7,73 0,47 8,91 26,793
00.00 25,55 26,85 0,89 28,01 28,04 7,76 0,9 7,48 26,598
00.30 25,11 26,32 0,47 27,77 27,81 4,65 0,47 6,17 26,598
01.00 24,95 26,17 0,9 27,61 27,59 5,19 0,9 6 26,353
01.30 24,65 24,49 0,47 27,54 27,56 3,3 0,47 4,32 26,182
02.00 25,38 24,91 0,9 27,73 27,72 2,08 0,9 3,37 26,231
02.30 25,75 24,32 0,47 27,66 27,7 3,1 0,47 2,67 26,28
03.00 25,49 25,29 0,9 25,98 26 3,77 0,9 3,72 24,895
03.30 25,51 24,32 0,47 25,34 25,48 2,86 0,47 2,76 24,267
04.00 25,15 24,79 0,9 25,05 25,06 1,03 0,9 1,04 24,074
04.30 24,78 23,57 0,47 24,75 24,8 0,61 0,47 0,88 23,978
05.00 24,61 25,64 0,9 25,63 25,98 0,14 0,9 0,36 23,905
05.30 24,64 25,15 0,5 25,7 25,9 3,63 0,5 2,31 24,098
06.00 24,67 25,05 0,89 25,61 25,89 6,2 0,9 5,24 24,508
06.30 24,93 25 0,47 25,48 25,66 8,37 0,47 7,52 24,557
07.00 26,13 24,9 0,87 25,52 25,79 10,38 0,87 9,68 24,774
07.30 28,35 26,05 0,45 26,1 26,48 11,15 0,45 10,5 25,501
Universitas Sumatera Utara
55
Tabel 4.8. Proses Desorpsi Siklus Ketiga (31 Oktober 2018)
Waktu
Kolektor Kondensor Evaporator Vaksin T. ling
T in
(oC)
T out
(oC)
P
(bar)
T in
(oC)
T out
(oC)
T
(oC)
P
(bar)
T
(oC)
T
(oC)
08.00 31,59 26,14 0,87 26,17 26,57 11,4 0,87 11,23 27,063
08.30 40,43 34,98 0.45 27,88 28,19 11,93 0,45 11,35 27,727
09.00 49,36 41,7 0,09 30,01 30,27 13,34 0,09 12,66 29,515
09.30 52,29 48,97 0,81 30,14 30,58 13,42 0,81 12,96 29,615
10.00 51,96 51,32 0,39 29,32 29,72 15,56 0,41 15,04 28,891
10.30 56,12 54,45 0,1 30,46 30,53 16,31 0,1 16,45 29,64
11.00 53,99 57,39 0,78 29,26 29,29 16,52 0,78 15,86 28,196
11.30 - - 0 - - - 0 - 27,628
12.00 - - 0 - - - 0 - 27,998
12.30 - - 0 - - - 0 - 28,27
13.00 - - 0 - - - 0 - 28,518
13.30 - - 0 - - - 0 - 29,765
14.00 46,36 46,09 0,79 28,97 29,4 22,12 0,79 21,96 28,667
14.30 47,86 46,95 0,41 29 29,72 22,39 0,41 22,14 29,49
15.00 50,18 48,8 0,1 29,36 29,66 24,01 0,1 23,63 29,315
15.30 56,69 50,18 0,79 30,44 31,46 24,53 0,79 24,26 31,255
16.00 66,44 55,75 0,39 32,73 34,42 25,86 0,41 25,21 32,872
16.30 69,3 61,07 0,1 31,95 33,62 26,92 0,1 26,34 31,689
17.00 65,57 67,7 0 31,22 31,78 27,69 0 27,27 29,49
Universitas Sumatera Utara
56
4.3. Analisa Grafik
4.3.1. Kolektor
4.3.1.1. Kondisi Temperatur Pada Pengujian Hari Pertama
Gambar 4.14. Grafik Temperatur vs Waktu pada Pengujian Hari Pertama
Pada proses adsorpsi hari pertama yang dimulai pada pukul 17.00 WIB.
Seperti yang terlihat pada gambar 4.14. bahwa temperatur awal adsorber pada
kaca penutup (pada garis berwarna biru) adalah sebesar 30,22 oC, pada plat
kolektor atas (pada garis berwarna merah) adalah sebesar 41,78 oC, dan pada plat
kolektor bawah (pada garis berwarna hijau) sebesar 46,7 oC. Pada pukul 06.00
WIB, temperatur terendah kaca penutup adalah sebesar 23,41 oC, pada plat
kolektor atas adalah sebesar 21,01 oC, dan pada plat bawah sebesar 20,47
oC.
Proses desorpsi hari pertama dimulai pada pukul 08.00 WIB dengan
temperatur awal adsorber pada kaca penutup adalah sebesar 36,52 oC, pada plat
kolektor atas adalah sebesar 36,68 oC, dan pada plat kolektor bawah sebesar 21,73
oC. Pada pukul 12.00 WIB, temperatur tertinggi adsorber pada kaca penutup
adalah sebesar 72,05 oC, pada plat kolektor atas adalah sebesar 115,3
oC, dan pada
plat kolektor bawah sebesar 118,42 oC.
Universitas Sumatera Utara
57
4.3.1.2. Kondisi Temperatur pada Pengujian Hari Kedua
Gambar 4.15. Grafik Temperatur vs Waktu pada Pengujian Hari Kedua
Pada proses adsorpsi hari kedua yang dimulai pada pukul 17.00 WIB.
Seperti yang terlihat pada gambar 4.15. bahwa temperatur awal adsorber pada
kaca penutup (pada garis berwarna merah) adalah sebesar 58,39 oC, pada plat
kolektor atas (pada garis berwarna biru) adalah sebesar 98,02 oC, dan pada plat
kolektor bawah (pada garis berwarna hijau) sebesar 107,73 oC. Pada pukul 06.00
WIB, temperatur terendah kaca penutup adalah sebesar 23,02 oC, pada plat
kolektor atas adalah sebesar 24,47 oC, dan pada plat kolektor bawah sebesar 23,74
oC.
Proses desorpsi hari kedua dimulai pada pukul 08.00 WIB dengan
temperatur awal adsorber pada kaca penutup adalah sebesar 31,06 oC, pada plat
kolektor atas adalah sebesar 31,15 oC, dan pada plat kolektor bawah sebesar 27,53
oC. Pada pukul 14.30 WIB, temperatur tertinggi adsorber pada kaca penutup
adalah sebesar 75,35 oC, pada plat kolektor atas adalah sebesar 105,07
oC, dan
pada plat kolektor bawah sebesar 93,48 oC. Seiring dengan berubahnya temperatur
lingkungan dan intensitas radiasi matahari, maka temperatur kaca penutup, plat
kolektor atas, dan plat kolektor bawah adsorber turun naik dan berubah seperti
terlihat pada grafik di atas.
Universitas Sumatera Utara
58
4.3.1.3. Kondisi Temperatur pada Pengujian Hari Ketiga
Gambar 4.16. Grafik Temperatur vs Waktu pada Pengujian Hari Ketiga
Pada proses adsorpsi hari ketiga yang dimulai pada pukul 17.00 WIB.
Seperti yang terlihat pada gambar. bahwa temperatur awal adsorber pada kaca
penutup (pada garis berwarna hijau) adalah sebesar 56,47 oC, pada plat kolektor
atas (pada garis berwarna biru) adalah sebesar 91,49 oC, dan pada plat kolektor
bawah (pada garis berwarna merah) adalah sebesar 95,96 oC. Pada pukul 06.00
WIB, temperatur terendah kaca penutup adalah sebesar 22,9 oC, pada plat kolektor
atas adalah sebesar 24,67 oC, dan pada plat kolektor bawah sebesar 25,05
oC.
Proses desorpsi hari ketiga dimulai pada pukul 08.00 WIB dengan
temperatur awal adsorber pada kaca penutup adalah sebesar 30,58 oC, pada plat
kolektor atas adalah sebesar 31,59 oC, dan pada plat kolektor bawah sebesar 26,14
oC. Pada pukul 16.30 WIB, temperatur tertinggi adsorber pada kaca penutup
adalah sebesar 53,66 oC, pada plat kolektor atas adalah sebesar 69,3
oC, dan pada
plat bawah sebesar 61,07 oC. Pada pukul 11.30 WIB sampai pukul 13.30 WIB
turun hujan sehingga tidak ada pengambilan data sementara sampai hujan reda.
Seiring dengan berubahnya temperatur lingkungan dan intensitas radiasi matahari,
maka temperatur kaca penutup, plat kolektor atas, dan plat kolektor bawah
adsorber turun naik dan berubah seperti terlihat pada grafik di atas.
Universitas Sumatera Utara
59
4.3.2. Kondensor
4.3.2.1. Kondisi Temperatur pada Pengujian Hari Pertama
Gambar 4.17. Grafik Temperatur vs Waktu pada Pengujian Hari Pertama
Pada proses adsorpsi hari pertama yang dimulai pada pukul 17.00 WIB.
Seperti yang terlihat pada gambar 4.17. bahwa temperatur awal kondensor pada
kondensor masuk (pada garis berwarna merah) adalah sebesar 25,78 oC, dan pada
kondensor keluar (pada garis berwarna biru) adalah sebesar 25,77 oC. Pada pukul
07.00 WIB, temperatur terendah kondensor pada kondensor masuk adalah sebesar
23,46 oC, dan pada kondensor keluar adalah sebesar 23,47
oC.
Proses desorpsi hari pertama dimulai pada pukul 08.00 WIB, temperatur
awal kondensor pada kondensor masuk (pada garis berwarna merah) adalah
sebesar 23,84 oC, dan pada kondensor keluar (pada garis berwarna biru) adalah
sebesar 23,74 oC. Pada pukul 11.00 WIB, temperatur tertinggi kondensor pada
kondensor masuk adalah sebesar 45,59 oC, dan pada kondensor keluar adalah
sebesar 35,44 oC.
Universitas Sumatera Utara
60
4.3.2.2. Kondisi Temperatur pada Pengujian Hari Kedua
Gambar 4.18. Grafik Temperatur vs Waktu pada Pengujian Hari Kedua
Pada proses adsorpsi hari kedua yang dimulai pada pukul 17.00 WIB.
Seperti yang terlihat pada gambar 4.18. bahwa temperatur awal kondensor pada
kondensor masuk (pada garis berwarna biru) adalah sebesar 34,41 oC, dan pada
kondensor keluar (pada garis berwarna merah) adalah sebesar 34,75 oC. Pada
pukul 06.00 WIB, temperatur terendah kondensor pada kondensor masuk adalah
sebesar 25,58 oC, dan pada kondensor keluar adalah sebesar 25,76
oC.
Proses desorpsi hari pertama dimulai pada pukul 08.00 WIB, temperatur
awal kondensor pada kondensor masuk (pada garis berwarna biru) adalah sebesar
27,51 oC, dan pada kondensor keluar (pada garis berwarna merah) adalah sebesar
26,58 oC. Pada pukul 14.00 WIB, temperatur tertinggi kondensor pada kondensor
masuk adalah sebesar 37,72 oC, dan pada kondensor keluar adalah sebesar 36,27
oC.
Universitas Sumatera Utara
61
4.3.2.3. Kondisi Temperatur pada Pengujian Hari Ketiga
Gambar 4.19. Grafik Temperatur vs Waktu pada Pengujian Hari Ketiga
Pada proses adsorpsi hari ketiga yang dimulai pada pukul 17.00 WIB.
Seperti yang terlihat pada gambar 4.19. bahwa temperatur awal kondensor pada
kondensor masuk (pada garis berwarna merah) adalah sebesar 34,51 oC, dan pada
kondensor keluar (pada garis berwarna biru) adalah sebesar 34,12 oC. Pada pukul
04.30 WIB, temperatur terendah kondensor pada kondensor masuk adalah sebesar
24,75 oC, dan pada kondensor keluar adalah sebesar 24,8
oC.
Proses desorpsi hari pertama dimulai pada pukul 08.00 WIB, temperatur
awal kondensor pada kondensor masuk (pada garis berwarna merah) adalah
sebesar 26,17 oC, dan pada kondensor keluar (pada garis berwarna biru) adalah
sebesar 26,57 oC. Pada pukul 16.00 WIB, temperatur tertinggi kondensor pada
kondensor masuk adalah sebesar 32,73 oC, dan pada kondensor keluar adalah
sebesar 34,42 oC. Pada pukul 11.30 WIB sampai pukul 13.30 WIB turun hujan
sehingga tidak ada pengambilan data sementara sampai hujan reda.
Universitas Sumatera Utara
62
4.3.3. Evaporator
4.3.3.1. Kondisi Temperatur pada Pengujian Hari Pertama
Gambar 4.20. Grafik Temperatur vs Waktu pada Pengujian Hari Pertama
Pada proses adsorpsi hari pertama yang dimulai pada pukul 17.00 WIB.
Seperti yang terlihat pada gambar 4.20. bahwa temperatur awal evaporator (pada
garis berwarna biru) adalah sebesar 24,51 oC, dan pada vaksin (pada garis
berwarna hijau) adalah sebesar 25,85 oC. Pada pukul 05.00 WIB, temperatur
terendah evaporator adalah sebesar 1,09 oC, dan pada vaksin adalah sebesar 1,57
oC. Pada proses adsorpsi dilakukan dengan menutup katup dari adsorber menuju
evaporator kemudian membuka katup dari evaporator menuju adsorber. Saat
katup dibuka titik didih metanol menurun. Penurunan titik didih methanol tersebut
mempengaruhi metanol sehingga metanol gampang menguap dan menyerap panas
yang ada di lingkungan yang mengakibatkan penurunan temperatur lingkungan
pula. Dalam hal ini temperatur plat evaporator dan vaksin menjadi turun.
Proses desorpsi hari pertama dimulai pada pukul 08.00 WIB, temperatur
awal evaporator adalah sebesar 7,08 oC, dan pada vaksin adalah sebesar 5,75
oC.
Pada pukul 16.00 WIB, temperatur tertinggi evaporator adalah sebesar 27,71 oC,
dan pada vaksin adalah sebesar 27,45 oC.
Universitas Sumatera Utara
63
4.3.3.2. Kondisi Temperatur pada Pengujian Hari Kedua
Gambar 4.21. Grafik Temperatur vs Waktu pada Pengujian Hari Kedua
Pada proses adsorpsi hari kedua yang dimulai pada pukul 17.00 WIB.
Seperti yang terlihat pada gambar 4.21. bahwa temperatur awal evaporator (pada
garis berwarna biru) adalah sebesar 28,11 oC, dan pada vaksin (pada garis
berwarna hijau) adalah sebesar 28,01 oC. Pada pukul 04.00 WIB, temperatur
terendah evaporator adalah sebesar 1,65 oC, dan pada vaksin adalah sebesar 2,89
oC. Pada proses adsorpsi dilakukan dengan menutup katup dari adsorber menuju
evaporator kemudian membuka katup dari evaporator menuju adsorber. Saat
katup dibuka titik didih metanol menurun. Penurunan titik didih methanol tersebut
mempengaruhi metanol sehingga metanol gampang menguap dan menyerap panas
yang ada di lingkungannya yang mengakibatkan penurunan temperatur
lingkungan pula. Dalam hal ini temperatur plat evaporator dan vaksin menjadi
turun.
Proses desorpsi hari kedua dimulai pada pukul 08.00 WIB, temperatur awal
evaporator (pada garis berwarna biru) adalah sebesar 9,46 oC, dan pada vaksin
(pada garis berwarna hijau) adalah sebesar 8,64 oC. Pada pukul 16.00 WIB,
temperatur tertinggi evaporator adalah sebesar 28,51 oC, dan pada vaksin adalah
sebesar 28 oC.
Universitas Sumatera Utara
64
4.3.3.3. Kondisi Temperatur pada Pengujian Hari Ketiga
Gambar 4.22. Grafik Temperatur vs Waktu pada Pengujian Hari Ketiga
Pada proses adsorpsi hari ketiga yang dimulai pada pukul 17.00 WIB.
Seperti yang terlihat pada gambar 4.22. bahwa temperatur awal evaporator adalah
sebesar 29,4 oC, dan pada vaksin adalah sebesar 29
oC. Pada pukul 05.00 WIB,
temperatur terendah evaporator adalah sebesar 0,14 oC, dan pada vaksin adalah
sebesar 0,36 oC. Pada proses adsorpsi dilakukan dengan menutup katup dari
adsorber menuju evaporator kemudian membuka katup dari evaporator menuju
adsorber. Saat katup dibuka titik didih metanol menurun. Penurunan titik didih
methanol tersebut mempengaruhi metanol sehingga metanol gampang menguap
dan menyerap panas yang ada di lingkungannya yang mengakibatkan penurunan
temperatur lingkungan pula. Dalam hal ini temperatur plat evaporator dan vaksin
menjadi turun.
Proses desorpsi hari ketiga dimulai pada pukul 08.00 WIB, temperatur
awal evaporator adalah sebesar 11,4 oC, dan pada vaksin adalah sebesar 11,23
oC.
Pada pukul 17.00 WIB, temperatur tertinggi evaporator adalah sebesar 25,86 oC,
dan pada vaksin adalah sebesar 25,21 oC. Pada pukul 11.30 WIB sampai pukul
13.30 WIB turun hujan sehingga tidak ada pengambilan data sementara sampai
hujan reda.
Universitas Sumatera Utara
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan
adalah:
1. Kolektor yang dirancang adalah kolektor jenis plat datar dengan jumlah
sirip sebanyak 9 buah dan mesh sebanyak 1 buah. Kondensor yang di
rancang adalah kondensor jenis pipa bersirip dengan jumlah sirip sebanyak
15 buah, jumlah pipa vertikal sebanyak 5 buah, dan jumlah pipa horizontal
sebanyak 2 buah. Evaporator yang dirancang adalah jenis kotak dengan
coldbox berada di dalamnya.
2. Berdasarkan perancangan yang di dapat dimensi pada kolektor adalah
1000 mm × 500 mm × 70 mm, untuk plat yang digunakan adalah 1,2 m
dengan tebal plat 3 mm dan 0,4 m dengan tebal 2 mm, kapasitas tampung
maksimal kolektor sebesar 12,5 kg, dan nomor mesh yang digunakan
adalah 400 dengan diameter kawat kasa 0,037 mm . Dimensi pada
kondensor adalah 400 mm × 530 mm, untuk pipa 1" yang digunakan
adalah 0,064 m, pipa 3/4" yang digunakan adalah 0,11 m dengan tebal 3
mm, plat yang digunakan adalah 0,39 m dengan tebal 2 mm. Dimensi pada
evaporator adalah 170 mm × 170 mm × 240 mm, untuk plat yang
digunakan adalah 0.153 m dengan tebal plat 3 mm, kapasitas tampung
evaporator sebesar 3,546 Liter, dimensi coldbox adalah 100 mm × 100
mm × 50 mm, untuk plat yang digunakan adalah 0,02 m dengan tebal 2
mm, kapasitas tampung coldbox sebesar 0,5 Liter.
Universitas Sumatera Utara
66
5.2. Saran
1. Pada perancangan kolektor, kondensor dan evaporator sebaiknya
memperhatikan bahan, sambungan dan teknik pengelasan yang lebih baik
guna memaksimalkan sistem.
Universitas Sumatera Utara
67
DAFTAR PUSTAKA
[1] Austin, Keny. 2016. Rancang Bangun Mesin Pendingin Adsorpsi
Tenaga Surya Dengan Adsorben Karbon Aktif Granular
Dan Adsorbat Metanol. Skripsi. Fakultas Teknik
Departemen Teknik Mesin USU. Medan.
[2] Duffie, J.A dan W.A. Beckman. 1974. Thermal Processes. New
York:Wiley Inter-Science Publications.
[3] ThePubCHemProject. 2004. Methanol. USA: National Center for
Biotechnology Information.
[4] Treybal, Robert. E. 1980. Mass-transfer Operations. USA: McGraw-
Hill.
[5] Sitorus, Tulus B., Ambarita, Himsar. 2017. A Study On Adsorption
Refrigerator Driven by Solar Collector Using Indonesian
Activated Carbon. Journal of Engineering and
Technological Sciences. Vol. 49, No. 5. 2017, 657-670.
[6] L. Wang, R.Z. Wang, R.G. Oliveira. 2007. A Review on Adsorption
Working Pairs for Refrigerant, Renewable, and Sustainable
Energy Review. http://www.sciencedirect.com/science/
article/pii/S1364032108000038 (diakses 6 November 2018)
[7] Auroraris.2014. Adsorpsi Catatan Kuliah.
http://aurorarish.blogspot.com/2014/05/adsorpsi-catatan-
kuliah.html (diakses 6 November 2018)
[8] Islam, M.Parvez, Morimoto, Tetsuo. 2016. Thermodynamic
Performances Of A Solar Driven Adsorption System.
https://www.researchgate.net/publication/309511343_Ther
modynamic_performaces_of_a_solar_driven_adsorption_sy
stem (diakses 6 November 2018)
Universitas Sumatera Utara
68
[9] Arso, Tumijan. 2013. Air Tanah.
http://tumijanarso.blogspot.com/2013/05/a.html (diakses 6
November 2018)
[10] Freehotwater. 2010. Flat Plate Solar Collectors.
http://www.freehotwater.com/solar-thermal-101-flat-plate-
solar-collectors/ (diakses 6 November 2018)
[11] Inforse. 2018. Solar Energy.
http://www.inforse.org/europe/dieret/Solar/solar.html#TOP
(diakses 6 November 2018)
[12] Alpha, Ismanto. 2009. Mechanical Engineering Ismanto Alpha’s.
http://ismantoalpha.blogspot.co.id/2009/12/macam-
macamkolektor-surya.html (diakses 6 November 2018).
[13] Alghoul, M.A. Sulaiman, M.Y. Azmi, B.Z. Wahab, M.Abd. 2005.
Review Of Materials For Solar Thermal Collectors.
https://www.researchgate.net/publication/233672877_Revie
w_of_materials_for_solar_thermal_collectors (diakses 6
November 2018)
[14] Volkerquaschning. 2004. Solar Thermal Water Heating.
http://www.volker-quaschning.de/articles/fundamentals4/
index_e.php (diakses 6 November 2018)
[15] Evapco. 2018. Air Cooled Condensers.
https://www.evapco.com/products/condensers-air-
cooled/eco-air-series-flat-industrial-air-cooled-condenser
(diakses 9 November 2018)
[16] Alfalaval. 2018. Shell And Tube Condenser.
https://www.alfalaval.sg/products/heat-transfer/tubular-
heat-exchangers/shell-and-tube-condenser/crf/
(diakses 9 November 2018)
Universitas Sumatera Utara
69
[17] Weebly. 2014. Evaporative Condenser.
https://agilityrefrigeration.weebly.com/information/evaporat
ive-condenser (diakses 9 November 2018)
[18] Everychina. 2018. High Pressure Resistance Evaporator Tube.
http://refrigerationtube.sell.everychina.com/p-99280064-
high-pressure-resistance evaporator-tube-condenser-coils-
tubing-seamless-steel-pipe-for-beer-cooler.html
(diakses 10 November 2018)
[19] Brighthubengineering. 2018. Types Of Refrigeration Evaporators.
https://www.brighthubengineering.com/hvac/61270-types-
of-refrigeration-evaporators/ (diakses 10 November 2018)
[20] Ecplaza. 2018. Refrigeration Aluminum Finned Evaporator.
https://www.ecplaza.net/offers/refrigeration-aluminum-
finned-evaporator_7724407 (diakses 10 November 2018)
[21] Hobo Micro Station User’s Guide
Universitas Sumatera Utara
xiv
LAMPIRAN I
GAMBAR PENELITIAN
Gambar 1.1. Mesin pendingin adsorpsi
Universitas Sumatera Utara
xv
Gambar 1.2. Mesin pendingin adsorpsi pada malam hari
Universitas Sumatera Utara
xvi
Gambar 1.3. Kolektor siap diisi karbon aktif
Gambar 1.4. Kolektor diisi karbon aktif
Gambar 1.5. Pemasangan mesh kolektor
Universitas Sumatera Utara
xvii
Gambar 1.6. Pengelasan kolektor
Gambar 1.7. Pengecatan kolektor
Universitas Sumatera Utara
xviii
Gambar 1.8. Pembuatan kondensor
Gambar 1.9. Kondensor
Gambar 1.10. Rumah kolektor
Universitas Sumatera Utara
xix
Gambar 1.11. Pembuatan isolasi kolektor
Gambar 1.12. Pengelasan evaporator
Gambar 1.13. Pembuatan isolasi evaporator
Universitas Sumatera Utara