52

RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan
Page 2: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

RRAANNCCAANNGGAANN PPEELLAATTIIHHAANN SSOOFFTT SSKKIILLLLSS PPAADDAA DDOOSSEENN

Waktu Kemampuan akhir yang diharapkan

Strategi Materi

HARI PERTAMA

14.00 – 15.00 Pembukaan

15.00 – 16.00 Mencairkan suasana agar tercipta kondisi pelatihan yang kondusif

Ice Breaking dan Perkenalan

16.00 – 17.00 Memahami pentingnya soft skills dalam kesuksesan seseorang

Diskusi dan penyajian

Lembar kerja 1.1 Slide….

17.00 – 19.00 ISHOMA

19.00 – 21.00 Memahami proses role model soft skills

Diskusi dan Penyajian

Lembar kerja 1.2 Lembar kerja 1.3 Slide… Film Mr. Nice and Mr. Nasty

HARI KEDUA

08.00 – 09.00 Mampu merefleksikan atribut sukses

Diskusi dan presentasi kelompok

Lembar Kerja 1.4

09.00 – 10.00 Mampu mengidentifikasi faktor sukses dan gagal program soft skills

Refleksi pengalaman Negara lain dan diskusi

Lembar kerja 2.1 Slide ……..

10.00 – 10.30 Coffee Break

10.30 – 12.30 Mampu mengidentifikasi proses pengembangan soft skills yang sukses

Refleksi pengalaman Indonesia

Lembar Kerja 2.2 Slide …..

12.30 – 13.30 ISHOMA

13.30 – 15.00 Mampu mengidentifikasi dan mendeskripsikan softskills

Latihan dan presentasi

Lembar kerja 3.1

15.00 – 17.00 Mampu memahami prinsip pembelajaran SCL untuk mengembangkan soft skills

Penyajian dan Diskusi

Slide …..

17.00 – 19.00 ISHOMA

19.00 – 21.00 Mampu merancang pembelajaran soft skills

Latihan Lembar Kerja 3.3 Lembar Kerja 3.4 Slide ….

Page 3: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

HARI KETIGA

08.00 – 09.30 Mampu merancang pengembangan soft skills di PTnya

Latihan membuat Action Plan

Lembar kerja 4.1

09.30 – 11.00 Sharing aktivitas yang akan dilakukan di PT

Presentasi action plan

11.00 – 12.00 Penguatan hasil pelatihan

Wrap Up Slide…, Movie, dll

12.00 – 12.30 Penutupan

Page 4: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

MAKNA SOFTSKILLS

PPEENNGGEERRTTIIAANN

Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana makna soft skills. Hal ini perlu dilakukan

karena beberapa alasan, yaitu: (a) softskills masih memiliki berbagai makna; (b) masih

banyak yang belum memaknai softskills secara tepat; dan (3) softskills melibatkan tujuan

pembelajaran yang intangible, sehingga ditemui banyak kendala dalam menerapkan

maupun mengukur hasil belajarnya. Oleh karenanya, pada bagian satu ini perlu

penjelasan tentang makna softskills itu sendiri.

TTUUJJUUAANN

Memahami definisi dan makna softskills secara mendalam untuk usaha membelajarkan

dan mengembangkan softskills di perguruan tinggi. Sementara itu tujuan spesifik dari

bagian ini adalah agar peserta:

(1) Mampu menjelaskan definisi softskills

(2) Mampu membedakan softskills dengan hardskills

(3) Mampu menerangkan manfaat softskills dalam kesuksesan seseorang

(4) Mampu memahami softskills sebagai suatu tujuan pembelajaran

(5) Mampu mengembangkan softskills berdasarkan pembelajaran afeksi

(6) Mampu mengidentifikasi berbagai atribut softskills

IISSII TTOOPPIIKK

Definisi soft skills

Illah Sailah dalam naskah bukunya yang berjudul Pengembangan Soft Skills di

Perguruan Tinggi 2007, mengutip definisi soft skill sebagai:

• Keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (inter-personal

skills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intra-personal skills) yang

mampu mengembangkan secara maksimal unjukkerja (performans) seseorang1

• Selanjutnya diberikan contoh2 yang termasuk dalam keterampilan mengatur dirinya

sendiri antara lain (a) transforming character, (b) transforming beliefs, (c) change

management, (d) stress management, (e) time management, (f) creative thinking

processes, (h) goal setting and life purpose, (i) acelerated learning techniques, dan

lain-lain.

• Sedangkan contoh keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain di

antaranya adalah (a) communication skill, (b) relationship building, (c) motivation

skills, (d) leadership skills, (e) self-marketing skills, (f) negotiatian skills, (g)

presentation skills, (h) public speaking skills, dan lain lain

1 Personal and interpersonal behaviours that develop and maximize human performance (dikutip dari Brethal) hlm 8

2 Dinyatakan sebagai pendapat Aribowo, hlm 9

1

Page 5: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

Dengan menggunakan definisi di atas, tampak bahwa soft skill merupakan bagian

penting dari kompetensi seseorang untuk dapat “berhasil” dalam hidupnya. Illah (2008)

memberikan ilustrasi, lulusan perguruan tinggi yang soft skill nya kurang di antaranya

ditandai dengan perilaku tidak tangguh, cepat bosan, bertabiat seperti kutu loncat, tidak

dapat bekerja sama, kurang jujur, tidak memiliki integritas dan bahkan tidak memiliki

rasa humor. Tentu saja sarjana dengan perilaku seperti itu, peluang keberhasilnya di

pasar kerja terbatas.

Lulusan perguruan tinggi tidak sedikit yang soft skillnya terbatas, sehingga seringkali

dikeluhkan oleh para penggunanya. Bahkan, kata Illah, mereka sering dianggap sarjana

yang “payah”. Salah satu penyebab rendahnya soft skill lulusan di antaranya disinyalir

karena di perguruan tinggi proses pembelajaran belum memberikan perhatian yang

serius pada soft skill dibandingkan dengan pembelajaran hard skill. Seorang pemain bola

yang kompeten harus mahir tidak saja dalam kemampuan teknis seperti berlari,

menendang, dan bertahan (inilah yang disebutnya sebagai hard skill), tetapi juga harus

mampu dalam bekerjasama dalam tim, gigih, mengambil inisiatif, berani mengambil

keputusan, dan lain-lain (kemampuan ini yang disebutnya sebagai softskill).

Selanjutnya dinyatakan bahwa lulusan perguruan tinggi harus mempunyai kompetensi

dalam penguasaan dan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi (hard skill), tetapi

mereka harus mampu berkomunikasi, bekerja dalam tim, bekerja mandiri dan berpikir

analitis (soft skill).

Hard skill, yaitu penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan teknis yang

berhubungan dengan bidang ilmunya (insinyur mesin tentunya harus kompeten dalam

pengetahuan permesinan, dokter harus mumpuni dalam ilmu kedokteran, demikian pula

profesi yang lainnya). Bila setiap profesi dituntut mempunyai hard skill yang berbeda-

beda, tidak demikian dengan soft skill, karena keterampilan ini merupakan kompetensi

(keterampilan,skills) yang seharusnya dipunyai oleh semua orang, apapun profesinya.

Perhatikan daftar kemampuan soft skills berikut:

• Kejujuran

• Tanggung jawab

• Berlaku adil

• Kemampuan bekerja sama

• Kemampuan beradaptasi

• Kemampuan berkomunikasi

• Toleran

• Hormat terhadap sesama

• Kemampuan mengambil keputusan

• Kemampuan memecahkan masalah, dsb

Hubungan Soft skills and Hard skills

Melihat pada macam soft skill di atas, sangatlah jelas sukses seseorang tergantung dari

kualitas soft skill yang dipunyainya. Sehebat apapun bidang keilmuan yang dikuasainya,

bila ia tidak jujur, tidak bertangungjawab, tidak mampu bekerjasama, dan sebagainya,

Page 6: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

Kemampuan Kemampuan

pimpinanpimpinan

Tingkat

kepemimpinan

Jumlah keterampilan

tinggi

rendah

rendah tinggi

Technical

skillHuman

skill

Conceptual

skillProblem-

solving

skill

Functional

skill

memberdayakanmemberdayakan

visi, misivisi, misi

memotivasimemotivasi

tentu ”keberhasilan” akan jauh darinya. Wajar bila Illah menyatakan3 urunan hard skill

terhadap sukses lulusan perguruan tinggi hanya sekitar 20%.

Hal senada dinyatakan oleh Presiden Direktur WOM Finance, Benny Wenas.

Menurutnya, tidak ada sukses yang instan. Ia menyebutkan, selama ini, orang (mahasiswa

dan sarjana) diajari hard skill, tapi soft skill kurang. Mereka pintar, nilai akademiknya

tinggi, tapi kemampuan membina human relations, misalnya, sangat rendah. ''Padahal,

orang tidak hanya harus pintar sekolah dan pintar kerja, tapi juga harus pintar hidup.

Tidak hanya harus punya hard skill, tapi juga soft skill. Hanya orang-orang yang

mempunyai hard skill dan soft skill sekaligus, yang akan bisa merengkuh sukses yang

berkelanjutan,'' tegasnya.

Meskipun demikian, harus pula dimengerti bahwa peran keterampilan (termasuk soft

skill) terhadap kesuksesan juga tergantung pada macam tugas dan tingkat kepemimpinan

seseorang. Sukses bagi mereka yang masih berada pada tingkat kepemimpinan rendah

(tukang, mekanik, juru) lebih banyak ditentukan oleh keterampilan fungsional dan

keterampilan teknik yang mereka kuasai untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Hal itu

tentunya sangat berbeda bagi mereka yang bertangung jawab dalam tingkat

kepemimpinan yang tinggi (sebagaimana dicontohkan oleh 50 CEO ternama di

Amerika4). Bagi para CEO itu, sangat jelas bahwa kesuksesan mereka ditentukan oleh

kompetensi kepribadiannya. Bagi mereka soft skill benar-benar merupakan modal sukses

yang menentukan.

Softskills sudah lama dikenal

Rasanya, tidak ada yang tidak sepakat, tentang peran penting soft skill. Hampir semua

argumentasi tentang sukses dalam berbagai buku manajemen, kepribadian, kependidikan,

memberikan fokus yang mendalam tentang pentingan kemampuan pribadi sebagai

3 Illah hlm 4 4 Lesson from the Top, Illah, hlm 1.

Page 7: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

manusia. Banyak buku membahas, mengapa seseorang mempunyai kepribadian (soft

skill) yang hebat, sementara yang lain tidak? Apakah karena bakat, bawaan sejak lahir?

Atau karena pendidikan? Bila soft skill dapat dibentuk, ditingkatkan mutunya melalui

pendidikan, bagaimana caranya? Siapa yang harus melaksanakannya? Dosen

”matakuliah” soft skill? Atau semua dosen apapun matakuliahnya?

Wawasan kependidikan dosen, juga sangatlah beragam. Ada yang selama bertahun-

tahun telah mempelajarinya melalui pendidikan formal, namun tidak sedikit dosen yang

mendapat pengetahuan kependidikan dengan beberapa kali mengikuti pelatihan singkat.

Banyak di antara mereka telah mengikuti program PEKERTI maupun Applied Aproach

(yang telah mulai lebih dari 20 tahun yang lalu sampai kini), yang sebelumnya tidak

terlalu mengenal bahkan belum pernah mendengar tentang soft skill. Umumnya sejawat

dosen mengenal tujuan pembelajaran (tujuan instruksional) yang terdiri dari

kemampuan kognitif (kemampuan berpikir), psikomotorik (ketrampilan fisik), dan afektif

(kemampuan yang berhubungan dengan sikap, perasaan, emosi, dan lain-lain).

Hanya untuk keperluan kajian teori, perubahan unjuk kerja sebagai hasil belajar

seseorang, dipilah-pilahkan. Dalam praktik, perubahan kemampuan seseorang akibat

proses pembelajaran, terjadi secara berbarengan atau simultan. Seseorang yang belajar

bermain bola misalnya, sekaligus ia akan memperoleh pengetahuan tentang sepak bola

dan keterampilan bermain bola (kognitif dan motorik, atau barangkali hard skill) dan

sekaligus juga keterampilan untuk bermain sebagai tim, semangat untuk menang, dan

sebagainya (afektif atau mungkin yang saat ini disebut sebagai soft skill). Membedakan

kemampuan seseorang menjadi hard skill dan soft skill kiranya juga hanya dalam upaya

mempermudah kajian teoritik.

Dalam buku tentang KBK di Perguruan Tinggi dituliskan .. kompetensi sebagai ciri

utama dari penguasaan learning to do dari suatu materi pelajaran tidak dapat

dipisahkan dengan elemen komptensi yang terkandung dal;am learning to know, learning

to live together, dan learning to be....... oleh karenanya pemisahan antara materi

pembelajaran atas hard skills dan soft skill dalam satu kurikulum tidak berlaku lagi. 5

Sejak lama, kompetensi seseorangan sebagai hasil belajar telah dipilah-pilahkan (ingat,

pembedaan ini hanya untuk tujuan teoritis). Dan untuk tujuan teori yang berbeda,

berbeda pula cara pemilahannya.

Misalnya UNESCO memilahkan kompetensi hasil pendidikan dalam empat jenjang ”to

do, to know, to live together dan to be” . Tampaknya kemampuan to live together dan to

be sangat erat terkait dengan keterampilan pribadi (people skills atau soft skill, atau

afeksi, atau juga mungkin EQ dan SQ) sedangkan to do dan to know lebih mengacu pada

keterampilan teknis (hard skill, motorik, kognitif, atau kecerdasan fisik dan intelektual,

dan sebagainya)

5 Tanya jawab seputar unit pengembangan materi dan proses pembelajaran di PT, Direktorat Pembinaan Akademik dan

Kemahasiswaan Dirjen Dikti, 2005, hlm 1-2.

Page 8: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

HHuubbuunnggaann aannttaarraa SSoofftt SSkkiillllss ddeennggaann PPeemmbbeellaajjaarraann AAffeekkttiiff

Dalam buku Taksonomi Tujuan Instruksional, Suciati6 memilahkan taksonomi tujuan

instruksional dalam tiga domian: kognitif, motorik, dan afektif. Tujuan afektif

berhubungan dengan ”perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati (attitude)”. Tujuan

afektif ini dapat dirinci mulai dari yang sederhana yaitu ”memperhatikan suatu

fenomena” sampai dengan yang kompleks yang merupakan faktor internal sesorang

seperti kepribadian dan hati nurani.

Taksonomi afektif dikembangkan oleh Krathwohhl, dkk. Mereka mengembang

taksonomi afektif dalam lima tingkatan mulai dari (a) pengenalan, (b) pemberian respon,

(c) penghargaan terhadap nilai, (d) pengorganisasian dan sampai kepada (e) pengamalan.

Pada jenjang tertinggi yakni pengalaman (characterization) atribut afektif (misalnya

nilai kejujuran, disiplin, dll) telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari diri

seseorang, atau telah menjadi karakternya.

Lebih lanjut Suciati menjelaskan, pada tingkat perubahan yang tinggi seperti

penghargaan terhadap nilai (valuing), pengorganisasian dan pengamalan

(characterization) perilaku-perilaku yang merupakan indikator tercapai tujuan terlihat

overlaping, dan tidak dapat dipisahkan dengan tegas.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun secara konseptual tingkat-tingkat tersebut dapat

dipisah-pisahkan, perumusan tujuan tidak dapat dengan jelas dibedakan. Hal ini pulalah

yang membuat tujuan afektif menjadi sulit dievaluasi apakah tercapai atau tidak. Di

samping Krathwohhl, dkk., tujuan pembelajaran afektif juga dibahas oleh Martin dan

Briggs7 yang menyatakan kompetensi afektif merupakan pengembangan pribadi dan

mempunyai cakupan yang luas.

Pengembangan pribadi lebih luas artinya daripada sistem nilai, moral, etika, motivasi

dan komptensi sosial (yang semuanya merupakan atribut kompetensi afektif). Bahkan

dinyatakan pengembangan pribadi (self development) merupakan puncak dari

kompetensi afektif.

Atribut kompetensi afektif menurut Martin dan Briggs meliputi: nilai, moral dan etika,

sikap, komptensi sosial, motivasi, minat, serta emosi dan perasaan. Banyak dosen telah

mengenal tujuan pembelajaran ranah afektif (sebagian besar di antara didapat melalui

pelatihan PEKERTI maupun Apllied Approach yang gencar dilakukan oleh Dirjen Dikti)

sehingga sangat besar ada pertanyaan, apakah konsep soft skill sama maknanya

dengan konsep afektif?

Baik soft skill maupun afektif keduanya tidak berada dalam ranah yang berkaitan

dengan keterampilan teknis, bidang keilmuan profesi, ataupun hal yang bersifat motorik.

6 Suciati (1977) Taksonomi Tujuan Instruksional, Mengajar di Perguruan Tinggi, PAU untuk P3AI Dirjen Dikti. 7 Dalam Suciati, hlm 46-50.

Page 9: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

Keduanya berada pada kawasan kompetesi kepribadian. Keduanya lebih erat berkait

dengan EQ, SQ, hati, to live together dan to be daripada dengan IQ, hand, head, to do,

atau to know. Dengan demikian, tampaknya makna soft skill tidak jauh berbeda dengan

kemampuan afektif.

Namun, tentunya ada perbedaannya, karena bila tidak mengapa harus diberi nama baru.

Soft skill tampaknya dimaksudkan memberikan gambaran kemampuan kepribadian

yang jauh lebih luas daripada kompetensi afektif. Hal ini terlihat dari begitu banyak dan

luasnya lingkup atribut soft skills.

PPRROOSSEEDDUURR//SSTTRRAATTEEGGII PPEEMMBBEELLAAJJAARRAANN

1. Perkenalan: 120 menit

� Fasilitator memperkenalkan diri dengan menyebut nama, institusi dan hobi (5

menit)

� Fasilitator meminta seluruh peserta menyebut nama, institusi dan hobi (30 menit)

� Fasilitator memperkenalkan program dan tujuan program yang akan dilakukan

selama pelatihan (15 menit)

� Fasilitator mengajak peserta mendiskusikan pentingnya soft skills dalam dunia

kerja: Lembar Kerja 1.1 Fasilitator merangkum hasil diskusi dan menjelaskan

mengenai pentingnya soft skills: Slide …. (pak endro) (60 menit)

2. Pemilihan Role Model orang sukses: 120 menit

a. Fasilitator mengajak peserta memilih 3 orang yang diidolakan (5 menit)

b. Fasilitator meminta peserta mengupas sifat, kepribadian dan kemampuan (atribut

sukses) 3 orang yang diidolakan tersebut: Lembar Kerja 1.2 (15 menit)

c. Fasilitator membagi menjadi 4 kelompok dan masing-masing kelompok diminta

untuk menginventarisasikan sifat, kepribadian dan kemampuan (atribut) sukses

seseorang: Lembar Kerja 1.3. (30 menit)

d. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi atribut orang sukses

(40 menit)

e. Fasilitator merangkum atribut orang sukses dan menjelaskan contoh atribut orang

sukses: Slide….. (pak Endro) (30 menit)

3. Refleksi Atribut sukses: 60 menit

1. Dengan menggunakan atribut sukses hasil diskusi dan atribut sukses yang berasal

dari slide…. (pak Endro), fasilitator mengajak peserta membedakan orang yang

menggunakan atribut tersebut dengan yang tidak menggunakannya, dalam kaitan

penyelesaian tugas pekerjaan. (20 menit)

2. Fasilitator meminta peserta merangkum definisi soft skills: Lembar Kerja 1.4 (10

menit)

3. Fasilitator merangkum definisi dan menekankan pentingnya soft skills dalam

dunia kerja: slide….. (pak Endro) (30 menit)

Page 10: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

PPEERRTTAANNYYAAAANN RREEFFLLEEKKTTIIFF

1. Apakah yang dimaksud dengan soft skills?

2. Apakah perbedaan soft skills dan hard skills?

3. Mengapa soft skills penting dalam kehidupan dan dunia kerja?

4. Soft skills apa saja yang dibutuhkan lulusan untuk sukses?

BBAAHHAANN LLAATTIIHHAANN

� Lembar kerja 1.1: Pentingnya Soft Skills di dalam Kehidupan

� Lembar kerja 1.2: Identifikasi Soft Skills idola

� Lembar kerja 1.3: Inventarisasi Atribut Soft skills

� Lembar kerja 1.4: Definisi Soft Skills

� Slide Pak Endro No:…………………..

� Flip Chart

WWAAKKTTUU

300 menit (5 jam)

Page 11: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

MMEENNGGAAPPAA SSOOFFTT SSKKIILLLLSS PPEENNTTIINNGG??

Menurut Bapak/Ibu apa saja manfaat jika lulusan kita menguasai soft skills?

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

Identifikasi peran soft skills dalam dunia kerja

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………….........................................................................................................................................................

Lembar Kerja 1.1.

Page 12: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

IDOLA KU……………………..

NAMA IDOLA ATRIBUT POSITIF ATRIBUT NEGATIF

Lembar Kerja 1.2.

Page 13: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

ATRIBUT SOFT SKILLS

ORANG SUKSES

Di bawah ini, tuliskan rangkuman atribut soft skills yang selalu mencul pada orang yang anda anggap sukses.

Lembar Kerja 1.3.

Page 14: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

RANGKUMAN DEFINISI SOFT

SKILLS Dengan menggunakan hasil diskusi dan penyajian mengenai soft skills, buatlah satu rangkuman definisi soft skills menurut anda.

Lembar Kerja 1.4.

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

Page 15: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

HAKEKAT SOFT SKILLS

PPEENNGGEERRTTIIAANN

Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana hakekat soft skills, bagaimana makna soft

skills dalam kehidupan, siapa saja yang perlu mengembangkan soft skills dan bagaimana

pengalaman Negara lain, termasuk Indonesia dalam mengembangkan soft skills.

TTUUJJUUAANN

Memahami hakekat softskills secara mendalam untuk mendapatkan model

pengembangan soft skills berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan . Sementara itu

tujuan spesifik dari bagian ini adalah agar peserta:

(1) Mampu memahami manfaat softskills

(2) Mampu mengidentifikasi fungsi softskills

(3) Mampu mengidentifikasi pengalaman Negara lain mengembangkan lain

(4) Mampu merefleksikan proses pembelajaran soft skills yang telah dikembangkan di

Indonesia

IISSII TTOOPPIIKK

Arti Soft Skills

Bernthal, et.al (2003) menyebutkan soft skills sebagai perilaku personal dan interpersonal

yang mengembangkan dan memaksimalkan kinerja seseorang. Soft skills adalah semua

ketrampilan pengembangan diri yang tidak bersifat teknis, seperti kemampuan

pengelolaan keuangan, kualitas hidup, ketrampilan berpikir kritis dan lain-lain.

Sementara itu, Peter de Jager (2005), ahli provocative speaker, menyebutkan bahwa

untuk memahami “soft skills” akan lebih mudah jika kita memahami kata yang

merupakan lawan katanya, yaitu “hard skills.” Hard skills adalah ketrampilan yang dapat

langsung dilihat hasilnya dalam proses pembelajaran, segera setelah selesai proses

tersebut selesai. Hasil pembelajaran akan dengan mudah dapat didefinisikan, mudah

dilihat dan melibatkan penguasaan dari suatu objek yang tidak hidup. Sementara soft

skills merupakan kemampuan yang bersifat superfisial, hasil tidak langsung dilihat, serta

memiliki hubungan yang kuat dengan kemampuan personal dan interpersonal seseorang.

2

Page 16: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

Pada dasarnya, soft skills merupakan kompetensi yang berhubungan erat dengan karakter,

kemampuan interpersonal, sikap dan nilai hidup anak didik.

Untuk memperjelas definisi soft skills dan hard skills, di dalam buku ini akan disitir suatu

contoh ilustrasi di dalam proses pembelajaran. Di dalam usaha untuk meningkatkan mutu

lulusan Program Studi Teknik Arsitektur, Universitas Terkemuka, menetapkan

kompetensi utama lulusan untuk dapat mengembangkan desain, juga melengkapi

lulusannya dengan ketrampilan untuk dapat berpikir kritis, mampu berkomunikasi secara

visual, lisan dan tertulis, bersikap etis, estetis dan apresiatif, serta dapat bekerja di dalam

kelompok. Kemampuan yang disebutkan di awal merupakan Hard Skills dari program

Teknik Arsitektur, yaitu kemampuan untuk mengembangkan desain bangunan.

Kemampuan ini dapat terlihat dengan cepat setelah pembelajaran selesai dilakukan.

Sementara itu, kemampuan yang disebutkan berikutnya, yaitu berpikir kritis, komunikasi

visual, lisan dan tertulis serta bekerja di dalam kelompok adalah Soft Skills yang

dikembangkan jurusan Teknik Arsitektur agar lulusannya dapat lebih berkualitas. Hard

skills jurusan arsitektur ini berada di dalam komponen Kompetensi Utama, yang

merupakan kompetensi penciri Program Studi tersebut. Sedangkan, soft skills jurusan

arsitektur dimasukkan di dalam komponen Kompetensi Lainnya, yang tidak gayut dengan

kompetensi utama program studi teknik arsitektur, namun dibutuhkan untuk dapat

meningkatkan kualitas lulusan dan merupakan penciri institusi Universitas Terkemuka.

Sementara itu ilustrasi yang kedua adalah Program Studi Psikologi Universitas Terkenal,

yang menetapkan kompetensi utama lulusannya untuk mampu mengenali dan mengelola

perilaku manusia (Hard skills), membantu menyelesaikan permasalahan yang dialami

manusia (Soft skills) serta mampu untuk memahami dan mengukur perilaku manusia

(Hard Skills). Kompetensi pendukung program studi Psikologi Universitas Terkenal

adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif (Soft skills) dengan orang lain dan

pemahaman lintas budaya (Hard Skills dan Soft Skills), serta mampu berbahasa Inggris

dengan lancar sebagai Kompetensi Lainnya. Dengan kompetensi utama, pendukung dan

lainnya yang telah ditetapkan tersebut, diharapkan lulusan program studi Psikologi

Universitas Terkenal tersebut akan lebih berkualitas.

Page 17: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

Kedua ilustrasi diatas menunjukkan bahwa hard skills tidak selalu harus berupa

kompetensi utama, demikian juga sebaliknya soft skills pun tidak selalu merupakan

kompetensi pendukung dan atau kompetensi lainnya. Pada beberapa program studi yang

kompetensi lulusannya berhubungan erat dengan ketrampilan personal dan interpersonal,

seperti program studi kedokteran, psikologi, antropologi, kependidikan dan sebagainya

akan memiliki kandungan soft skills yang kental di dalam unsur kompetensi utamanya.

Berbeda dengan program studi yang memiliki kompetensi teknis yang kuat, seperti

program studi keteknikan, pengetahuan dasar, akuntansi dan lain sebagainya, akan

mengandung hard skills yang lebih kuat di dalam kompetensi utamanya. Soft skills pada

program studi keteknikan dan sejenisnya tersebut akan banyak terkandung di dalam

kompetensi lainnya.

Institusi yang harus mengembangkan Soft Skills

Apakah perguruan tinggi harus mengajarkan karakter, nilai hidup dan sikap hidup?

Ataukah sekolah hanya harus mengenalkan pengetahuan? Pertanyaan ini saat ini menjadi

satu pertimbangan di dalam proses pengembangan kurikulum di perguruan tinggi.

Apakah perguruan tinggi cukup hanya mengajarkan ilmu, tanpa perlu memberikan

perhatian pada karakter lulusannya. Siapakah yang harus bertanggung jawab terhadap

kualitas sumber daya manusia, manakala sekolah tidak mengajarkan karakter. Selain

Amerika Serikat (1996), China, Macau, Hongkong, Jepang, dan negara lain mulai

memfokuskan diri pada pengembangan sekolah yang berkarakter. Dampak lain dari

pedidikan yang tidak memberikan kesempatan bagi pengembangan karakter adalah,

semakin banyak lulusan Perguruan Tinggi yang mengalami kesulitan pada saat bekerja,

bahkan tidak jarang sebagian besar dari lulusan tersebut sulit mencari pekerjaan.

Perusahaan saat ini tidak hanya memilih lulusan Perguruan Tinggi yang pandai dalam hal

ilmu, namun juga berkarakter dan berkepribadian baik. Berdasarkan pengalaman yang

yang saat ini dialami oleh perusahaan, sebagian besar merasakan bahwa karyawan yang

deskripsi karyawan bermasalah banyak dialami oleh lulusan yang memiliki kepandaian

yang tinggi namun kurang memiliki karakter yang baik, kurang disiplin, kurang

Page 18: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

bertanggung jawab, dan lain sebagainya. Kelompok karyawan ini, sering gagal

menjalankan tugas, terutama yang berhubungan dengan tugas kelompok. Berdasarkan

pengalaman tersebut, Astra (Bowo Widodo, 2003), salah satu perusahaan terbesar di

Indonesia, mencari pekerja dengan mempertimbangkan karakter dan sikap kerja pada

seleksi karyawan awal. Mitshubisi Research Institute (2000) melakukan studi yang

hasilnya menyimpulkan bahwa aspek tertinggi yang menentukan kesuksesan lulusan

bukan kemampuan teknis, namun lebih pada kematangan emosi dan kemampuan sosial.

Berdasarkan ilustrasi di atas, dapat kita tarik suatu kesimpulan bahwa perguruan tinggi

tidak hanya mengembangkan pengetahuan, namun juga kemampuan lain yang dapat

mendukung kualitas lulusan. Kemampuan tersebut sering dikenal sebagai “soft skills”

yaitu kemampuan non teknis yang dibutuhkan untuk bekerja dan hidup dengan lebih baik

(Robert Half, Management Resources).

Fungsi Soft Skills dalam bekerja

Soft skills yang terdiri dari karakter, sikap dan nilai hidup, ketrampilan personal dan

interpersonal merupakan faktor penting di dalam hampir semua aspek kehidupan,

terutama di dalam dunia kerja. Seorang karyawan tidak hanya dituntut untuk menguasai

kompetensi teknis, seperti bagaimana menerapkan konsep yang telah dipelajari di dalam

inti keilmuannya, namun juga dituntut untuk memiliki karakter yang kuat, sikap hidup

yang mantap, ketrampilan untuk berhubungan dengan orang lain, serta ketrampilan

personal lain. Karyawan ini dinilai lebih memiliki kesiapan dan kualitas kerja yang

tinggi. Salah satu studi yang dilakukan oleh Mitsubishi Research Institut (2000)

menyebutkan bahwa, kesuksesan lulusan, ternyata tidak ditentukan oleh kemampuan

teknis dan akademis lulusan tersebut, namun 40% disumbang oleh kematangan emosi dan

sosial, 30% oleh proses networking yang dijalin, 20% oleh kemampuan akademis, dan

10% oleh kemampuan finansial yang dimilikinya.

Di dalam praktek proses seleksi karyawan yang dilakukan oleh perusahaan pada

umumnya melakukan saringan berdasarkan pada aspek kemampuan berpikir logis dan

analisis di tahap awal. Kemudian dilanjutkan dengan seleksi karakter dan sikap kerja,

Page 19: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

sementara pada proses seleksi akhir, baru dilakukan seleksi berdasarkan kemampuan

teknis dan akademis calon pegawai tersebut (Bowo Widodo, 2003). Terutama proses

seleksi wawancara, proses ini sangat sarat dengan soft skills, yaitu ketrampilan

berkomunikasi secara efektif, kemampuan berpikir kritis, ketrampilan menghargai orang

lain, sikap serta motivasi kerja. Oleh karenanya, institusi Pendidikan Tinggi perlu untuk

memikirkan bagaimana mengembangkan soft skills anak didiknya agar siap untuk

menghadapi seleksi kerja.

Namun terlebih dari itu, selain dibutuhkan pada saat seleksi kerja, soft skills akan sangat

berperan pada saat lulusan bekerja di perusahaan. Pada saat lulusan mengemban tugas di

dalam lingkungan kerja, baik sebagai pegawai negeri, pegawai swasta maupun

wirausaha, soft skills merupakan syarat utama bagi kesuksesannya. Bekerja sebagai

pegawai negeri maupun pegawai swasta, mensyaratkan seseorang memiliki karakter yang

kuat, seperti integritas yang tinggi, jujur, bertanggung jawab akan tugas yang

diembannya, serta semangat juang yang tinggi. Selain itu, juga membutuhkan

ketrampilan untuk berhubungan sosial dengan orang lain, seperti bekerja di dalam tim,

serta mempresentasikan dan mengekspresikan ide yang dimilikinya. Pekerja dengan soft

skills yang tinggi akan memiliki daya juang dan tanggung jawab untuk selalu

menyelesaikan pekerjaannya. Sementara itu, jika lulusan menetapkan untuk menjadi

wirausaha, soft skill akan menjadi sangat penting untuk dapat selalu menelorkan ide-ide

yang kreatif dan inovatif, sehingga dapat mendukungnya untuk menemukan celah dan

berjuang di menjual ide yang dimilikinya kepada orang lain. Seorang wirausaha memiliki

ciri kuat di dalam menemukan ide secara aktif dan kreatif untuk dapat selalu berjuang di

dalam mengembangkan usahanya.

Manfaat Pendidikan Soft Skills bagi lulusan pendidikan

Perubahan sosial yang sangat cepat dan dramatis di masa global mensyaratkan perubahan

pada sistem pendidikan. Pendidikan yang semula cukup memberikan dasar kompetensi

akademik pada lulusannya, saat ini perlu untuk memikirkan bagaimana melengkapi

kompetensi tersebut dengan kompetensi lain yang dapat digunakan untuk menghadapi

tantangan perubahan sosial yang ada. Keadaan ini tidak hanya dialami oleh pendidikan di

Page 20: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

Indonesia, namun juga dialami oleh sebagian besar pendidikan baik di Eropa, Amerika

maupun Asia dan Afrika.

Pengembangan Soft Skills di negara lain? (Sebuah Inspirasi)

Sebagai contoh di Taiwan (Lee, 2004), pada bulan July 2003 sekolompok profesor

menyampaikan Education Reconstruction manifesto, yang mengritik reformasi

pendidikan di Taiwan. Reformasi pendidikan di Taiwan dirasakan menyebabkan

masalah yang serius, yaitu adanya stress akademik yang tinggi serta iklim kompetisi dan

individualisasi yang tinggi. Permasalahan kedua yang dirasakan adalah adanya penurunan

moral lulusan pendidikan di Taiwan. Oleh karenanya pada tahun 2003 tersebut Taiwan

memulai proses pendidikan moral yang sarat dengan muatan soft skills. Ada 3

pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah Taiwan di dalam usaha mengembangkan soft

skills siswa didiknya, yaitu (1) melalui pengembangan Committee of Discipline and

Morality (CDM) di bawah Menteri Pendidikan, untuk mengembangkan pendidikan

ideologis dan menstabilkan iklim sekolah; (2) Mengembangkan kurikulum moral dan

etika yang diimplementasikan secara terkait di dalam proses pembelajaran; dan (3)

mengimplementasikan aturan dan aktivitas sekolah sebagai ajang latihan pengembangan

moral dan karakter siswa. Soft skills yang dikembangkan di dalam pola pendidikan moral

di Taiwan adalah: kemampuan berpikir kritis, civic values, kerjasama dan social values.

Sementara itu, di Korea pada tahun 2000 dikembangkan sistem pendidikan baru yang

bertujuan untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia Korea secara utuh.

Strategi yang dikembangkan adalah: (1) Menciptakan model karakter yang ingin

dikembangkan (guru, cerita pahlawan, pimpinan masyarakat, dll); (2) Guru harus

membantu anak dalam mengadopsi kemampuan untuk memahami dan menguasai soft

skills; (3) Guru harus mampu mendorong suasana yang dapat mengembangkan soft

skills; dan (4) Guru harus menyediakan berbagai macam aktivitas yang bersumber pada

nilai hidup dan atuan yang akan dipelajarai di dalam kurikulum formal dan kegiatan

ekstrakurikuler di sekolah. Scribner (2007) melakukan penelitian pada pendidikan di

Jepang yang sarat akan soft skills. Di Jepang, semenjak tahun 1992-1993, pendidikan di

Jepang telah menekankan pada aspek dasar citizenship characters. Setiap sekolah di

Page 21: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

Jepang harus mengajarkan soft skills di dalam pendidikannya. Proses pengembangan soft

skills di Jepang, menurut Scribner (2007) lebih banyak difokuskan pada kegiatan co-

curricular activities.

Selain contoh di atas, soft skills juga banyak dikembangkan di benua Eropa. Salah satu

negara yang memiliki pendidikan soft skills adalah di Hungaria. Proses reformasi yang

terjadi di Hungaria tahun 1989 – 1990 tidak hanya berdampak pada dimensi ekonomi dan

politik saja, namun juga berpengaruh pada dimensi moral. Penurunan moral di Hungaria

muncul dalam wujud hilangnya norma dan kontrol di dalam tatanan kehidupan

masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah membangun satu institusi

pendidikan yang bertanggung jawab untuk mengembangkan soft skills siswa didiknya.

Institusi ini berhasil mengembangkan satu Kurikulum Nasional yang memungkinkan

memberikan 3 buah alternatif pilihan, yaitu: (1) Jawaban yang berasal dari kelompok

liberal, dimana sekolah harus dapat merefleksikan kebebasan untuk dapat

mengembangkan soft skill tanpa ada campur tangan dari negara; (2) Jawaban dari

kelompok nasionalis, dimana sekolah harus mengembangkan soft skills yang ditetapkan

oleh negara; dan (3) Jawaban dari kelompok religius, yang menyatakan bahwa soft skills

adalah persetujuan dari norma masyarakat yang berlaku saat itu. Lembaga Kurikulum

Nasional Hungaria membuka diskusi dan debat panjang mengenai ketiga alternatif

tersebut. Selama kurang lebih 15 tahun lembaga ini mencoba untuk menyusun soft skills

seperti apa yang dibutuhkan siswanya. Akhirnya, setelah 15 tahun proses pengembangan

soft skills tersebut, lembaga Kurikulum Nasional akhirnya menyediakan framework

program soft skills tanpa membatasi isi yang akan dikembangkan. Ide yang paling

penting adalah bahwa setiap sekolah wajib mengembangkan soft skills siswa didiknya,

namun demikian, dapat secara bebas menetapkan soft skills apa yang akan

dikembangkan. Di dalam program pengembangan soft skills Kurikulum Nasional

Hungaria selama 15 tahun, dapat disimpulkan bahwa soft skills tidak dapat diajarkan

secara formal melalui kurikulum tertulis, namun dapat diajarkan melalui Hidden

curriculum, yaitu kurikulum yang merupakan dampak dari interaksi antara guru/dosen

dengan siswa didiknya.

Page 22: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

Dari berbagai contoh pengembangan kurikulum di berbagai negara dapat kita ambil

beberapa kesimpulan bahwa:

� Hampir setiap negara di berbagai benua meyakini bahwa sekolah tidak hanya

cukup mengajarkan pengetahuan atau hard skills saja namun juga perlu

mengembangkan karakter siswa didiknya melalui pengembangan soft skills.

� Pada beberapa negara, pengembangan soft skills di insitusi pendidikan dimulai

dari penetapan kurikulum karakter yang bersifat nasional.

� Soft skills tidak dapat dikembangkan melalui kurikulum tertulis dan formal,

namun secara terstruktur dilakukan melalui hidden curriculum, aktivitas

ekstrakurikuler dan atmosfer akademik yang dikembangkan.

Pengalaman Indonesia belajar mengembangkan soft skills

Beberapa tahun, Indonesia mengembangkan penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan

Pengamalan Pancasila) pada seluruh lapisan masyarakat, sebagai salah satu contoh

pengalaman pendidikan soft skills di Indonesia. P4 diterapkan baik di tempat kerja

maupun di lembaga pendidikan dalam berbagai tingkatan. Hasil pelaksanaan P4 ini

ternyata kurang dapat terpatri di dalam praktek kehidupan masyarakat Indonesia.

Beberapa analisis telah dilakukan, salah satu diantaranya menangkap permasalahan di

dalam metode pembelajaran dan penyampaian P4. Proses yang dikembangkan dirasakan

terlalu mengarah kepada domain kognitif, sehingga Pancasila hanya sebatas pada hafalan

semata, bukan terinternalisasi di dalam perilaku dan sikap hidup. Sebagaimana teori

pengembangan soft skills yang disampaikan oleh Lickona (1991) bahwa soft skills

merupakan konsep psikologis yang kompleks, tidak hanya terdiri dari satu domain saja.

Oleh karenanya, di dalam proses pengembangan soft skills pun harus mengarah pada

konsep psikologi yang lengkap, yaitu kognitif, afeksi dan psikomotor yang saling kait

mengait.

Hasil evaluasi kedua adalah bahwa soft skills tidak dapat hanya diajarkan di dalam satu

waktu pelatihan saja. Program P4 hanya diberikan di awal perkuliahan, di awal sekolah

dan di awal suatu pekerjaan. Hal ini menurut Lickona (1991) tidak mencukupi untuk

sampai pada ranah afeksi dan psikomotor. Pada intinya, menurut Lickona (1998) anak

akan dapat mengembangkan pemahaman mengenai soft skills, dengan cara mempelajari

dan mendiskusikan soft skills tersebut, mengamati perilaku model yang memiliki soft

Page 23: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

skills positif dan memecahkan permasalahan yang memiliki kandungan moral dan soft

skills yang cukup tinggi. Pada saat anak berusaha belajar untuk memiliki soft skills

menghormati orang lain, anak perlu untuk dapat memiliki model yang secara jelas

menunjukkan perilaku menghormati orang lain. Kemudian juga diikuti dengan melatih

soft skills tersebut di dalam aktivitas nyata. Dan terakhir, anak memiliki kesempatan

untuk mendikusikannya dengan orang yang memiliki soft skills tersebut, secara lebih

intensif.

Pada saat program P4 dijalankan, konsep pengembangan soft skills ini kurang diterapkan

dengan utuh. Oleh karenanya implementasi di dalam kehidupan nyata kurang selaras

dengan tujuan luhur program P4 tersebut. Konsep pengembangan role model serta latihan

secara berkelanjutan di dalam praktek nyata tidak terwadahi di dalam program P4.

Walhasil, program tersebut memang membuat sebagian masyarakat hafal akan Pancasila

dan maknanya, namun tidak mampu menuangkan di dalam proses kehidupan nyata.

Permasalahan inilah yang menyebabkan program P4 dievaluasi dan direvisi agar lebih

baik.

Usaha pemerintah Indonesia di dalam di dalam mengembangkan soft skills bangsa yang

penuh rasa hormat dan menghormati, tidak berakhir hanya dengan pengembangan

program P4 saja. Di Indonesia dikembangkan mata pelajaran budi pekerti, yang diajarkan

di semua tingkatan pendidikan. Namun sekali lagi, permasalahan yang muncul tetap pada

desain pembelajaran yang cenderung mengarah pada satu ranah kognitif saja. Bahkan

sejalan dengan syaratnya muatan teknologi dan ilmu yang dipelajari, pendidikan budi

pekerti ini telah mulai banyak ditinggalkan oleh sekolah.

Pada tataran pendidikan tinggi, menangkap pesan yang disampaikan oleh UNESCO di

dalam konvensi tahun 1999, tentang pendidikan sepanjang hayat yang tertuang di dalam

konsep 4 education pillars (learning to know, learning to do, learning to be and learning

to live together) maka ditetapkanlah SK Mendiknas No. 232/U/Mendiknas/2000,

mengenai pengembangan kurikulum pendidikan tinggi. Di dalam pasal 10 menyebutkan

bahwa Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) wajib diberikan di

Page 24: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

dalam kurikulum setiap program studi. Bentuk kelompok MPK ini di dalam kurikulum

inti adalah pada mata kuliah Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama dan Pendidikan

Kewarganegaraan. Sementara di dalam kurikulum institusional dapat berupa mata kuliah

bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Ilmu Budaya Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Alamiah

Dasar, Filsafat Ilmu dan sebagainya. Namun SK Mendiknas inipun memiliki kelemahan

yang sama dengan program P4, yaitu hanya mengembangkan sisi kognitif saja dan

kurang sustainable.

Untuk itu, dilakukan revisi melalui SK Mendiknas No. 045/U/MENDIKNAS/2002 pada

tahun 2002. SK Mendiknas ini menyatakan bahwa setiap kurikulum harus memiliki 5

elemen kompetensi, yaitu (1) landasan berkepribadian; (2) penguasaan ilmu dan

ketrampilan; (3) kemampuan berkarya; (4) sikap dan perilaku dalam berkarya; serta (5)

pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat. Maksud yang terkandung di dalam SK

Mendiknas ini adalah Kurikulum Perguruan Tinggi harus mampu menjamin adanya

pengembangan kepribadian dan soft skills lulusan hingga lulus. Proses pendidikannya

tidak hanya dilakukan sesaat di dalam kelas, namun terintegrasi di dalam keseluruhan

kurikulum. Artinya, tidak harus tertuang di dalam satu atau dua mata kuliah, namun

selalu terkandung sebagai muatan di seluruh mata kuliah.

Konsep yang terkembang di dalam SK Mendiknas 045/U/MENDIKNAS/2002 ini selaras

dengan apa yang disampaikan oleh ahli character development. Hoge (2003)

menyampaikan bahwa Pendidikan soft skills adalah suatu usaha yang disadari dan

terencana untuk mempengaruhi berkembangnya sikap yang diinginkan. Terlebih lanjut,

Berkowitz (1998) juga menyampaikan hal senada bahwa pendidikan soft skills

merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang harus selalu muncul di setiap bagian dari

kurikulum mulai dari written curriculum, hidden curriculum, co curriculum dan extra

curricular activities. Bahkan di tahun 2006, Berkowitz secara yakin mendefinisikan

pendidikan soft skills sebagai comprehensive school-based approach yang digunakan

untuk mengembangkan moral siswa didiknya.

Page 25: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

PPRROOSSEEDDUURR//SSTTRRAATTEEGGII PPEEMMBBEELLAAJJAARRAANN::

1. Refleksi Pembelajaran Soft skills di beberapa Negara: 120 menit

� Fasilitator memberikan beberapa journal yang memuat pengalaman Korea,

Jerman dan Hungaria (Handout 2.1) kepada peserta dan minta untuk

merefleksikan pengalaman yang ada pada lembar kerja 2.1 (15 menit)

� Fasilitator membagi peserta menjadi 4 kelompok (5 menit)

� Fasilitator meminta peserta bekerja di dalam kelompok untuk mereview journal

dalam hal aspek: (1) Latar belakang pengembangan soft skills; (2) metode yang

dipilih dalam pengembangan soft skills; dan (3) hasil yang dicapai: Lembar Kerja

2.1 (30 menit)

� Wakil kelompok mempresentasikan hasil kerja di depan kelas (40 menit)

� Fasilitator merangkum dan menjelaskan hasil kerja dikaitkan dengan slide….

(Pak Endro) (30 menit)

2. Refleksi Pembelajaran soft skills di Indonesia: 120 menit

� Fasilitator menyampaikan sejarah pengembangan soft skills melalui pembelajaran

di sekolah. Kemudian menginventarisasi beberapa model pembelajaran soft skills

di sekolah yang ada di Indonesia, mulai dari penataran P4, pembelajaran budi

pekerti, pelajaran agama, dll (10 menit)

� Peserta tetap dibagi menjadi 4 kelompok, dan masing-masing kelompok diminta

untuk membuat review proses pembelajaran soft skills dan karakter di Indonesia

dalam Lembar Kerja 2.2 (30 menit)

� Peserta mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas (40 menit)

� Fasilitator merangkum dan menjelaskan prinsip pembelajaran soft skills yang

tapat dengan slide……. (pak Endro) dilanjutkan dengan diskusi (40 menit)

3. Rangkuman Proses pembelajaran softskills yang tepat dan penyajian contoh

baik: 60 menit

� Fasilitator menjelaskan prinsip pengembangan dan pembelajaran soft skills di

sekolah. (30 menit) dengan slide ….. (pak endro)

� Diskusi tentang pelaksanaan pengembangan dan pembelajaran softskills di

sekolah dengan memberikan best practice dari beberapa institusi pendidikan

tinggi di Indonesia ataupun Negara lain (30menit)

PPEERRTTAANNYYAAAANN RREEFFLLEEKKTTIIFF

1. Apakah makna hakiki softskills?

2. Apa fungsi softskills dalam bekerja?

3. Bagaimana konsep mengembangkan secara benar?

4. Dapatkah soft skills diajarkan?

MMAATTEERRIIAALL

� Handout 2.1: pengalaman pembelajaran soft skills di beberapa Negara (selected

reading materials)

Page 26: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

� Lembar kerja 2.1: Review pengalaman pengembangan soft skills di beberapa

Negara

� Lembar Kerja 2.2: Refleksi pembelajaran soft skills di Indonesia

WWAAKKTTUU

300 menit (5 jam)

Page 27: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

REVIEW KEBERHASILAN BEBERAPA

NEGARA (dalam mengembangkan soft skills)

Dari pengalaman beberapa hal apakah yang dapat anda tarik sebagai satu kesimpulan dalam hal: 1. Faktor Pendorong pengembangan soft skills di dalam setting pendidikan

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

2. Faktor Penghambat yang memperlambat pengembangan soft skills dalam

dunia pendidikan …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

3. Kebijakan Negara/pemerintah dalam pengembangan soft skills

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

Lembar Kerja 2.1.

Page 28: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

4. Proses yang dilakukan di sekolah ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

5. RANGKUMAN ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Lembar Kerja 2.1

Page 29: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

mereview pembelajaran budi

pekerti dan karakter di

Indonesia

Jika kita mengingat kembali apa yang terjadi di dalam proses pengembangan karakter bangsa Indonesia melalui penataran P4, pelajaran budi pekerti, agama dan PMP/PPKN, maka terdapat beberapa hal yang dapat kita pelajari, yaitu: 1. Mengapa Penataran P4 belum berhasil membentuk moral bangsa? ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

2. Mengapa Pelajaran PMP atau PPKN atau PSPB belum dapat membangun jiwa kebangsaan dan cinta tanah air?

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Lembar Kerja 2.2

Page 30: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

3. Mengapa pelajaran agama yang di berikan dari SD sampai Perguruan Tinggi

tidak membuat orang lepas dari perilaku korupsi, menipu dll? ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… 4. Apa yang perlu dibenahi dari kesemua proses pembelajaran karakter di atas ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Page 31: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

PEMBELAJARAN SOFTSKILLS

PPEENNGGEERRTTIIAANN

Fokus bagian ini adalah proses pembelajaran soft skills yang ada di kelas. Mulai dari

mengidentifikasikan, mendefinisikan dan merancang proses pembelajaran serta penilaian

belajarnya.

TTUUJJUUAANN

(1) Mampu mengidentifikasi softskills yang diperlukan

(2) Mampu definisikan softskills yang akan dikembangkan dalam proses pembelajaran

(3) Mampu merancang pembelajaran yang mengandung softskills

(4) Mampu menilai soft skills sebagai konsekuensi dari proses pembelajaran yang telah

dilakukan(Evaluasi soft skills)

IISSII TTOOPPIIKK

Proses pembelajaran Softskills?

Pemilahan tujuan pembelajaran dalam tiga domain, kognitif, motorik dan afektif, tidak

berarti bahwa tujuan pada satu domain tidak ada kaitanya dengan tujuan di domain yang

lain. Hasil pembelajaran selalu terjadi pada ketiga domain dengan proporsi yang

berbeda-beda. Demikian pula dalam pembedaan kompetensi lulusan menjadi kompetensi

hardskills dan softskills. Tidak ada proses pembelajaran yang hanya menghasilkan

perubahan dalam domain hardskills tanpa berpengaruh kepada softskilnya.

Karenanya pernyataan ....oleh karenanya pemisahan antara materi pembelajaran atas

hard skills dan soft skill dalam satu kurikulum tidak berlaku lagi. 8

Dengan tidak mempersoalkan apakah memang pernah terjadi pemisahan antara hardskills

dan softskills dalam kurikulum, memang benar bahwa pembelajaran softskills terjadi pula

pada saat proses pembelajaran dilakukan oleh dosen, apapun materi yang diajarkannya.

Lebih tegas Illah9menuliskan softskills tidak seharusnya (diajarkan) melalui satu mata

kuliah, melainkan diselipkan di setiap mata kuliah. Softskills tidak akan menjadi satu

8 Tanya jawab seputar unit pengembangan materi dan proses pembelajaran di PT, Direktorat Pembinaan

Akademik dan Kemahasiswaan Dirjen Dikti, 2005, hlm 1-2. 9 Illah, hlm 11

3

Page 32: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

mata kuliah tersendiri, melainkan menjadi hidden curriculum. Itu berarti, masing-masing

dosen bertanggung jawab dalam pembelajaran softskills apapun mata kuliah yang

diasuhnya. Masalahnya adalah bagaimana dosen dapat secara sadar dan sengaja

merancang dan melaksanakan tugas ”membelajarkan” sofskills dalam praktek

pembelajarannya.

Makna Pembelajaran Afektif

Sebagai tenaga pengajar, dosen berkewajiban melakukan kegiatan pembelajaran10

untuk

mencapai tujuan perubahan tertentu dalam diri mahasiswanya.

Kegiatan pembelajaran akan menghasilkan berbagai perubahan dalam diri siswa,

misalnya bertambahnya pengetahuan mereka pada bidang keilmuan tertentu, dimilikinya

keterampilan baru untuk mengerjakan sesuatu, atau tumbuhnya kemauan untuk lebih

bekerja keras dan disiplin.

Bloom (1977) membagi tujuan instruksional menjadi tiga kawasan sesuai dengan jenis

kemampuannya. Tujuan yang mempunyai titik berat kemampuan berpikir disebut

kawasan kognitif. Kemampuan mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,

mensintesis dan mengevaluasi sesuatu merupakan jenjang kemampuan dalam kawasan

ini.

Tujuan yang mempunyai fokus keterampilan melakukan gerak fisik disebut kawasan

psikomotorik (sering disingkat menjadi kawasan motorik). Kemampuan meniru,

melakukan suatu gerak, memanipulasi gerak, merangkikan berbegai gerakan, melakukan

gerakan dengan tepat dan wajar adalah bagian dari kawasan motorik.

10

Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instructional yang berrati kegiatan mengajar-belajar.

Apabila mengajar (teaching) cenderung pada kegiatan dosen, dan belajar (learning) pada kegiatan siswa, maka pembelajaran merupakan kegiatan mengajar oleh dosen yang mampu –pada saat yang sama-- menimbulkan kegiatan kegiatan belajar dalam diri siswanya.

Page 33: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

Tujuan yang lain, yang berintikan kemampuan bersikap disebut kawasan afektif.

Karthwohl, dkk. (1964) untuk keperluan analisis pembelajaran mengurai perubahan

afektif menjadi lima tingkatan yaitu :

1. pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)

2. merespon (aktif berpartisipasi)

3. penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu)

4. pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayainya)

5. pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).

Pembelajaran afektf merupakan kegiatan yang dilakukan dosen secara sengaja, sadar dan

terencana untuk mencapai perubahan-perubahan pada kawasan afektif.

Dengan demikian, tujuan pembelajaran yang berhubungan dengan sikap positif,

pengamalan budi pekerti yang baik, bersemangat untuk maju, kemauan untuk belajar

terus menerus dan berbagai pengalaman nilai-nilai positif hari nurani, merupakan bagian

dari pembelajaran afektif.

Perlu diketahui, bahwa hasil belajar yang dipilahkan dalam kawasan kognitif, motorik

dan afektif, hanyalah untuk keperluan kajian teoritik. Dalam kenyataannya, perubahan

yang terjadi dalam diri mahasiswa merupakan gabungan dari ketiga kawasan itu. Hasil

belajar perkuliahan matematika, misalnya tidak saja akan merubah pengetahuan

(kognitif), setapi juga ketrampilan (motorik) dan sikap positif (afektif) mahasiswa

terhadap matematika. Memang benar, ada pembelajaran tertentu yang memberikan bobot

perubahan yang lebih besar pada kasawan yang satu di bandingkan dengan kawasan yang

lain. Misalnya, kegiatan praktikum yang tentunya mempunyai tujuan keterampilan yang

lebih besar daripada perubahan di kawasan kognitif maupun afektif. Namun, tidak berarti

bahwa melalui praktikum tidak terjadi perubahan di kedua kawasan yang lain itu.

Perubahan yang diharapkan terjadi dari kegiatan praktikum dapat digambarkan sebagai

berikut:

Page 34: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

Perbedaaan antara Pembelajaran Afektif dan Pendidikan Afektif

Umum dimengerti bahwa mendidik lebih luas artinya daripada mengajar. Ada pula yang

menyatakan bahwa mengajar hanya memfokus kepada perubahan kemampuan berpikir,

sedang mendidik memberikan perhatian lebih kepada pembentukan kepribadian (atau

nilai-nilai afektif).

Namun, bila dipahami bahwa hasil perubahan dari suatu proses pembelajaran tidak

mungkin hanya terdiri dari perubahan pikiran saja tanpa adanya perubahan sikap dan

perubahan keterampilan (meskipun dalam poporsi yang berbeda-beda), maka

pembelajaran afektif pada hakikatnya sama artinya dengan pendidikian afektif.

Kognitif : Meningkatkan kemampuan dalam

• Memperdalam teori yang

berhubungan dengan praktikum

• Menggabungkan berbagai teori yang telah diperoleh

• Menerapkan teori yang pernah diperoleh pada problema yang nyata

• Pemahaman teori-teori baru yang berkaitan dengan tugas praktikumnya

• dll

Afektif : membentuk dan meningkatkan sikap, motivasi, dalam

• Bekerjasama dalam kelompok

• Disiplin dalam waktu dan perilaku

• Sikap Jujur dan terbuka

• Mengharagai ilmunya

• Belajar mandiri

• Kreativitas

• Anailisis-Kritis

• dll

Motorik : menumbuhkan / meningkatkan keterampilan dalam

♦ mempersiapkan, merancang, menggunakan seperangkat peralatan dan bahan secara tepat dan benar untuk mencapai tujuan tertentu

♦ dll

Page 35: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

Apabila dosen secara sadar, sengaja dan terencana melakukan pembelajaran afektif, yang

artinya memberikan perhatian pula pada perubahan-perubahan perilaku afektif, maka

dosen tersebut sebenarnya telah melakukan pendidikan afektif.

Secara rinci Ardhana (2000) dalam makalahnya pada Seminar Pembelajaran Afektif yang

dilaksanakan oleh LP3-Unibraw, menuliskan bakwa pendidikan afektif (seringkali

disebut pendidikan humanistik) adalah suatu pandangan atau falsafah dalam pendidikan

yang memusatkan perhatian pada sikap dan perasaan siswa, serta belajar secara bebas

(Slavin, 1994, hlm. 296).

Lebih jauh Ardhana (2000) menyatakan bahwa pendidikan afektif dilandasi suatu aliran

psikologi yang dikenal dengan nama psikologi humanistik. Aliran psikologi ini

dikembangkan oleh para tokohnya karena psikologi akademik (khususnya behavioristik)

dan psikologi terapan tidak membahas secara memadai kemampuan manusia untuk

berpikir, mengalami perasaan, membuat keputusan dan secara umum menentukan arah

hidupnya. Psikologi akademik terlalu menekankan pemakaian metode penelitian yang

ketat seperti eksperimen. Di samping itu, dalam upayanya mengungkapkan masalah

belajar, psikologi akademik lebih tertarik mempelajari tikus, merpati, dan kera ketimbang

mempelajari manusia dalam konteksnya yang alamiah.

Menurut Snelbecker (1974), ada beberapa ciri umum yang dominan dalam tradisi

psikologi humanistik, meskipun diantara tokoh-tokohnya terdapat perbedaan pendapat.

Pertama, mereka menekankan bahwa psikologi seharusnya mengkaji pribadi manusia

sebagai suatu kesatuan yang utuh, bukan mereduksinya menjadi sub-sub bagian secara

fragmentaris. Kedua, mereka juga lebih menekankan pada pemerian kegiatan-kegiatan

yang ditinjau dari sudut pandang pengamat luar. Ketiga, mereka terutama memberikan

perhatian kepada aktualisasi diri (self-actualiztion), pemenuhan diri (self-fulfillment), dan

perwujudan diri (sef-realization).

Irawan (1994) menuliskan bahwa menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk

“memanusiakan manusia”. Proses belajar dianggap berhasil jika si belajar telah

Page 36: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, si belajar harus

berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.

Secara umum teori ini cenderung bersifat eklektik, dalam arti memanfaatkan teknik

belajar apapun asal tujuan belajar mahasiswa dapat tercapai.

Namun, lebih jauh dinyatakan berdasar teori humanistik, dalam praktiknya cenderung

mahasiswa untuk berpikir induktif (adri contoh ke konsep, dari kokrit ke abstrak, dari

khusus ke umum dan sebagainya). Di samping itui, teori humanistik amat mementingkan

faktor pengalaman (keterlibatan aktif) mahasiswa di dalam proses belajar. Sehingga

model pembelajaran yang mampu lebih mengaktfkan belajar mahasiswa merupakan

andalan pada pembelajaran afektif.

Metode Pembelajaran Afektif

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berbeda, dibutuhkan metode mengajar dan

cara evaluasi keberhasilan yang tidak sama. Dengan demikian, sangat penting untuk

mengetahui terlebih dahulu apa tujuan utama dari perkuliahan. Apakah menitikberatkan

kepada diperolehnya pengetahuan, atau terbentuknya sikap. Memang benar, perubahan

yang terjadi dalam diri seseorang merupakan “gabungan” dari adanya perubahan

kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), motorik (ketrampilan).

Apakah perubahan koginitif memberikan pengaruh kepada perubahan afektif?

Jawabannya adalah ya. Dalam proses pembelajaran selalu terjadi interaksi antara unsur

kognitif dan afektif dalam diri mahasiswa. Sikap (afektif) yang negatif terhadap akan

menghambat tercapainya tujuan kognitif, sebaliknya untuk dapat mengubah suatu sikap

atau mengadopsi suatu nilai, mahasiswa memerlukan berbagai pemahaman yang sifatnya

kognitif. Dalam proses pembelajaran tertentu aspek kognitif dan afektif merupakan dua

sisi mata uang yang perlu ada.

Namun, masing-masing matakuliah mempunyai tujuan perubahan dengan fokus yang

berbeda-beda. Ada yang menfokus pada perubahan keterampilan motorik, kemampuan

kognitif, atau pembentukan sikap afektif. Berbeda dengan tujuan kognitif yang

Page 37: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

berorientasi kepada kemampuan berpikir, tujuan afektif lebih berhubungan dengan

perasaan, emosi, sistem nilai dan sikap.

Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, tujuan afektif dimulai dari yang paling

sederhana, yaitu “memperhatikan suatu fenomena” sampai dengan yang kompleks yang

merupakan faktor internal seseorang, seperti kepribadian dan hati nurani. Berbedanya

fokus perubahan, membawa perubahan pada metode pembelajaran dan termasuk juga

sumber belajar yang diperlukan. Tentu saja hal itu untuk dapat mencapai proses

pembelajaran yang efisien, efektif dan menyenangkan.

Misalnya, pembelajaran Budi Pekerti, yang tentunya lebih mengupayakan tercapainya

perubahan karakter daripada “sekedar” penambahan pengetahuan. Sehingga fokus

perhatian lebih difokuskan kepada perubahan pada ranah afektif daripada perubahan

ranah kognitif maupun motorik.

Diketahui bahwa karakter atau watak seseorang dipengaruhi oleh banyak hal. Di

antaranya, oleh lingkungan dan pengalaman hidupnya. Salah satu pengalaman yang

berpengaruh pada pembentukan watak adalah pengalaman pembelajaran di sekolah, di

mana keberhasilannya sangat tergantung pada proses belajar dan mengajar yang terjadi,

yang bertumpu pada peran guru dalam merancang, menyajikan dan mengevaluasi.

Dengan demikian kegiatan tersebut merupakan bagian dari pembelajaran afektif yang

menurut Ardhana (2000), belakangan ini berkembang dengan memiliki tiga ciri pokok

yaitu :

� memberikan penekanan yang jauh lebih besar pada peran guru dalam membimbing

siswa kearah penemuan dan penggunaan teknik belajar secara kooperatif serta

mendorong terjadinya diskusi di antara siswa

� berlandaskan pada teori pembelajaran konstruktivistik yang menekankan perlunya

siswa membangun pengetahuannya sendiri

� menekankan kegiatan belajar yang otentik dengan latihan-latihan pembelajaran yang

menyerupai kehidupan nyata.

Page 38: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

Sejalan dengan pandangan di atas, Degeng (2000) menyatakan adanya arah baru strategi

pembelajaran, yang di antaranya untuk menunjang pendidikan afektif, yaitu perubahan

dari teori behavioristik ke kognitif / konstruktivistik.

Dalam mendorong ketercapai Kurikulum Berbasis Kompetensi, Dikti11

memngarahkan

proses pembelajaran di perguruan tinggi menggunakan pendakatan pembelajaran yang

berpusat pada mahasiswa (Student Centered Learning, SCL) sebagai pengganti

pendekatan pembelajaran yang berpusat pada dosen.

Menggunakan model pembelajaran SCL tersebut, mahasiswa didorong untuk lebih aktif

membelajarkan diri mereka. Mahasiswa diharapkan berkemampuan dalam learn how to

learn, mengembangkan potensi diri, dan ketrampilan mereka untuk hidup (live skills,

personal skills, atau softskills) di samping belajar ketrampilan teknis bidang

keilmuannya.

Berbagai metode pembelajaran yang disarankan oleh Dikti yang cocok untuk CTL antara

lain (a) Small group discussion, (b) Role-play and simulation, (c) Case study, (d)

Discovery Learning, (e) Self-Directed Learning, (f) Cooperative Learning, (g)

Collaborative Learning, (h) Contextual Learning, (i) Project Based Learning, dan (j)

Problem Based Learning and Inquiry.

Bruce Joyce dan Marsha Weil (1986) mengkaji dan menyajikan berbagai model mengajar

-sebenarnya juga berarti model pembelajaran- (model of teaching) yang telah

dikembangkan dan dites keberlakukannya oleh para pakar kependidikan.

Terdapat empat kelompok model mengajar, yaitu kelompok a) Model Pengolahan

Informasi, b) Model Personal, c) Model Sosial dan d) Model Sistem Perilaku. Secara

ringkas penjelasan tentang model-model mengajar tersebut adalah sebagai berikut:

11

Tanya jawab seputar unit pengembangan materi dan proses pembelajaran di PT, Direktorat Pembinaan

Akademik dan Kemahasiswaan Dirjen Dikti, 2005, hlm 22-47

Page 39: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

No Kelompok

Model Utama

Orientasi

pokok

Karakteristik

Macam model mengajar

yang termasuk pada

kelompok model utama

1 Model

Pengolahan

Informasi

(Information

Processing)

� Proses kognitif

� Pemahaman

dunia

� Pemecahan

masalah

� Berfikir

induktif

Menitikberatkan

pada cara

memperkuat

dorongan internal

manusia untuk

memahami dunia

melalui menggali

dan

mengorganisasikan

data, merasakan

adanya masalah dan

mengupayakan jalan

pemecahannya, serta

mengungkapkannya.

� Pencapaian konsep

(concept attainment)

� Berpikir induktif

(inductive thinking)

� Latihan Penelitian (inquiry

training)

� Pemandu Awal (advanced

organizer)

� Memorisasi

(memorization)

� Pengembangan Intelek

(developing intellect)

� Penelitian Ilmiah

(scientific inquiry)

2 Model Personal

(Personal)

� Kesadaran

individu

� Keunikan

� Kemandirian

� Pembinaan

kepribadian

Beranjak dari

pandangan kedirian

atau “selfhood” dari

individu.

Mengusahakan untuk

dapat memahami diri

sendiri dengan baik,

memikul tanggung

jawab untuk

pendidikan, dan

lebih kreatif untuk

mencapai kualitas

hidup yang lebih

baik.

� Pengajaran tanpa arahan

(non directive teaching)

� Sinektiks (synectics

model)

� Latihan kesadaran

(awareness training)

� Pertemuan kelas

(classroom meeting)

Page 40: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

3 Model Sosial

(Social)

� Semangat

kelompok

� Kebersamaan

� Interaksi sosial

� Individu

sebagai aktor

sosial

Dengan kerjasama

manusia dapat

membangkitkan dan

menghimpun tenaga

(energy) secara

bersama yang

kemudian disebut

“synergy”.

Kelompok model

sosial dirancang

untuk memanfaatkan

fenomena

kerjasama.

� Investigasi kelompok

(group investigation)

� Bermain peran (role

playing)

� Penelitian yurispridensial

(jurispridential inquiry)

� Latihan laboratoris

(laboratory training)

� Penelitian ilmu sosial

(social science inquiry)

4 Model Sistem

Perilaku

(Behavioral

System)

� “Social

Learning”

� Koreksi diri

� Terapi

perilaku

� Respon

terhadap tugas

Memusatkan

perhatian pada

perilaku yang

terobservasi dan

metode dan tugas

yang diberikan

dalam rangka

mengomunikasikan

keberhasilan.

� Belajar tuntas (mastery

learning)

� Pembelajaran langsung

(direct instruction)

� Belajar kontrol diri

(learning self control)

� Simulasi (simulation)

Dari tabel di atas tampak terdapat banyak sekali model mengajar yang dapat

dipergunakan dosen dalam praktik pembelajaran. Dan banyak di antara model-model

tersebut secara khusus dirancang untuk memberikan hasil belajar yang berupa perubahan

afektif.

Page 41: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

Sebagai contoh, berikut disajikan 4 (empat) buah model yang masing-masing mewakili

setiap kelompok (guna mempelajari lebih lanjut tentang hal ini sangat disarankan untuk

membaca tulisan Saripuddin, Udin (1997) yang berjudul Model-model Pembelajaran

dalam Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran Buku 1 B Bahan Ajar Program

Pengembangan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (PEKERTI) Untuk Dosen

Muda. Jakarta : PAU-P3AI.)

No Nama

model

Kelompok

model

Karakteristik

model

Langkah kegiatan Hasil

pembelajaran

1 Latihan

Penelitian

(inquiry

training)

Pengolahan

Informasi

Membantu untuk

melakukan

penelitian

mandiri dengan

berdisiplin.

� Menghadapkan

masalah.

� Mencari dan

mengkaji data

� Eksperimentasi

dan menguji

hipotesis

� Penarikan

kesimpulan dan

rekomendasi

� Strategi

untuk

penelitian

kreatif (L)

� Keterampilan

proses

keilmuan (I)

� Semangat

kreatif (I)

� Kemandirian

(I)

� Toleransi (I)

2 Sinektiks

(synectics

model)

Personal Mengembangkan

kreativitas dan

pemecahan

masalah secara

kreatif

� Deskrisi kondisi

saat ini

� Proses analogi

langsung

� Proses analogi

personal

� Analisis konflik

� Analogi langsung

lanjut

� Kajian tugas

� Kapasitas

Kreatif Umum

(L)

� Kapasitas

Kreatif Bidang

Studi (L)

� Pencapaian

belajar bidang

studi (I)

� Produktivitas

kelompok (I)

Page 42: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

3 Investigasi

kelompok

(group

investigation)

Sosial Mengembangkan

keterampilan

untuk ikut serta

dalam proses

sosial

� Situasi

bermasalah

� Eksplorasi

� Perumusan

Tugas Belajar

� Kegiatan Belajar

� Analisis

Kemajuan

� Proses dan

keteraturan

kelompok yang

efektif (L)

� Penelitian yang

berdisiplin (L)

� Mengormati

perbedaan (I)

� Kehangatan

dan keterikatan

antar manusia (I)

� Komitmen

terhadap

penelitian sosial

(I)

4 Simulasi

(simulation)

Sistem

Perilaku

Mengembangka

n keterampilan

dalam

pengambilan

keputusan

� Orientasi

� Latihan Peran

� Proses simulasi

� Pemantapan

� Konsep dan

keterampilan (L)

� Berpikir kritis

dan membuat

keputusan (I)

� Menghadapi

konsekuensi (I)

� Kesadaran

tentang

efektivitas (I)

� Empati (I)

Keterangan :

(L) hasil pembelajaran yang merupakan dampak langsung pembelajaran

(I) hasil pembelajaran yang merupakan dampak ikutan

Page 43: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

Keadaan pembelajaran afektif saat ini

Bila mengacu pada kebutuhan kualitas lulusan masa datang tampak bahwa upaya

melakukan perubahan afektif pada proses pembelajaran di perguruan tinggi, sudah

waktunya menuntut lebih banyak perhatian. Sayangnya, saat ini praktik

pembelajaran di perguruan tinggi, lebih banyak upaya dilakukan untuk mencapai tujuan

yang bersifat kognitif atau motorik dibandingkan dengan tujuan yang bersifat afektif.

Berbeda dengan tujuan kognitif yang berorientasi kepada kemampuan berpikir, tujuan

afektif lebih berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai dan sikap.

Akibatnya, proses belajar-mengajar di perguruan tinggi kita masih merasa berat sebelah,

karena selalu menekankan kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat kognitif. Di mata

kebanyakan mahasiswa, kuliah-kuliah terlalu membosankan, dan tugas-tugas yang

diberikan kepada mahasiswa dirasakan terlalu berat dan tidakl menyenangkan. Memang

ada pendapat yang mengatakan bahwa pendidikan yang ketat dan berat akan memberikan

hasil belajar yang tinggi.

Pendidikan afektif sebenarnya tidak anti pada pendidikan yang bersifat kognitif. Hanya

saja, pendidikan afektif ingin menyeimbangkan antara pendidikan yang bersifat afektif

dan pendidikan yang bersifat kognitif dan psikomotorik.

Seperti telah dikemukakan pendidikan afektif ingin mengembangkan kepribadian

peserta didik secara utuh. Potensi-potensi tersembunyi pembelajar, seperti potensi

intelektual, potensi social, potensi artistic, potensi moral, potensi spiritual/religius ingin

dikembangkan secaramaksimal melalui proses pemenuhan diri, realisasi diri dan

aktualisai diri.

Hasil pendidikan yang kurang memuaskan ini sebagian mungkin terjadi karena

terbatasnya sarana-sarana serta dana yang kita miliki untuk dapat menyelenggarakan

pendidikan yang memenuhi persyaratan, sebagian lagi mungkin telah terjadi karena

kekeliruan cara pandang kita terhadap konsepsi maupun proses pendidikan. Dalam

Page 44: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

pelaksanaannya, tujuan pendidikan telah mengalami reduksi dari upaya pengembangan

potensi kemanusiaan secara utuh menjadi sekedar penguasaan isi.

Kemampuan yang bersifat kognitif lebih mendapatkan perhatian daripada kemampuan

afektif. Begitu juga, pendidikan kita dewasa ini tampaknya lebih mengutamakan hasil

daripada proses. Sebagai akibatnya, anak-anak kita lebih berorientasi pada penampilan

(performance) daripada belajar (learning). Ranking di kelas, indeks prestasi kumulatif

(IPK), ijazah atau gelar dianggap lebih penting daripada apa yang telah benar-benar

dipelajari, karena apa yang barangkali telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya

bukan merupakan suatu tantangan (challenge), melainkan keberhasilan yang diraih

dengan mudah, easy succes (Clifford, 1990).

Bagaimana menilai Soft Skills?

Di dalam pembelajaran yang berbasis pada paradigma Student Centered Learning (SCL),

konsep pembelajaran yang konstruktif mensyaratkan adanya keterpaduan antara

penugasan, penilaian dan pembelajaran. Syarat utama pembelajaran SCL adalah sebagai

berikut

1. Pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang belum jadi, sehingga dibutuhkan

proses ”konstruktif” untuk mempelajarinya.

2. Proses belajar, tidak terjadi secara pasif-reseptif, namun dilakukan secara aktif

mengkonstruksi dan mencari pengetahuan yang dipelajari.

3. Proses belajar tidak dilihat sebagai suatu proses yang hanya menjalankan

rangkaian instruksi, namun lebih jauh merupakan proses untuk menyediakan

berbagai strategi belajar konstruktif, serta partisipasi aktif antara dosen dan

mahasiswa di dalam proses tersebut.

Oleh karena ketiga syarat diatas, nampak bahwa di dalam pembelajaran yang berbasis

SCL, proses belajar terjadi bersama dengan penugasan dan penilaian. Pada pembelajaran

dengan paradigma seperti inilah, softskills dapat dikembangkan.

Page 45: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

Penilaian yang diacu di dalam pembelajaran SCL untuk mengembangkan soft skills

dilakukan dengan mengacu pada proses pengambilan keputusan pada hasil belajar dan

penugasan terhadap suatu kriteria kualitas kompetensi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Langkah-langkah skema penilaian pembelajaran SCL untuk mengembangkan soft skills

adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan kompetensi soft skills akhir yang akan dicapai melalui proses

pembelajaran tersebut.

2. Menjabarkan kompetensi soft skills dalam definisi operasional yang dapat

menggambarkan secara untuk kualitas kompetensi tersebut.

3. Menetapkan kriteria penilaian yang dapat merepresentasikan kompetensi yang

dimaksud pada no.2. Misalnya, kompetensi menjelaskan secara menarik

materi/teori yang dipelajari, maka kriteria penilaiannya adalah: (1) ketepatan

menjelaskan dan (2) daya tarik penjelasan. Perlu diingat bahwa pada setiap

kompetensi dapat terdiri dari 2 atau lebih kriteria penilaian. Hal ini sangat

tergantung dari kecermatan doses dalam menjabarkan definisi kompetensi yang

dimaksud.

4. Menetapkan jumlah level of criteria (tingkat kriteria) dalam penilaian, sebagai

contoh, jika di sebuah PT tingkatan kriteria nilai ada A, B, C, D dan E, maka

ditetapkan 5 tingkat kriteria.

5. Pada setiap tingkat kriteria diidentifikasi definisi kinerja/pencapaian kompetensi

yang dapat mewakili tingkatan kriteria tersebut.

6. Akhirnya, penilaian dilakukan dengan membandingkan antara kualitas pencapaian

kompetensi siswa dengan kualitas kompetensi yang telah ditetapkan.

Model penilaian kompetensi sebagaimana di atas, tidak mensyaratkan alat ukur, sehingga

dosen tidak mengalami kesulitan di dalam pengembangan penilaian soft skills. Model di

atas hanya mensyaratkan definisi operasional dan kualitas kompetensi yang

dimaksudkan. Selain itu, model penilaian ini, juga akan meningkatkan objektivitas dosen

dalam memberikan penilaian.

Page 46: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

Mengapa perubahan afektif, tampaknya kurang terperhatikan dalam praktik pembelajaran

di perguruan tinggi? Ada beberapa kemungkinan jawaban.

1. Dosen mendapat kesulitan dalam merancang pembelajaran afektif, khususnya dalam

merumuskan tujuan pembelajarannya

2. Adanya kesulitan dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran

(perkuliahan) yang cocok guna dapat mengubah sesuatu dalam diri mahasiswa yang

berhubungan dengan perasaannya, emosinya, sistem nilai dan sikap diri

mahasiswanya.

3. Tidak mudah untuk menilai ketercapaian afektif. Menilai pencapaian tujuan afektif

yang melibatkan pemilikan dan pengamalan sistem nilai (value system) tidaklah

mudah. Pada tingkat-tingkat afektif yang tinggi (valuing, organization, dan

characterization) perilaku yang merupakan indikator tercapainya tujuan-tujuan

tersebut terlihat overlaping dan tidak dapat dipisahkan dengan tegas. Hal itulah yang

membuat tujuan afektif menjadi sulit dievaluasi apakah tercapai atau tidak.

Di samping itu pencapaian tujuan afektif memerlukan waktu lama. Memang, untuk

tingkat afektif yang sederhana seperti mengenal atau memberi respon, pencapai tujuan

mungkin tidak memerlukan waktu yang lama dan dapat diketahui apakah tercapai atau

tidak. Namun, keadaan tersebut menjadi sulit pada tingkat afektif yang lebih tinggi.

PPRROOSSEEDDUURR//SSTTRRAATTEEGGII PPEEMMBBEELLAAJJAARRAANN

1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan soft skills (90 menit)

� Fasilitator mengajak peserta mengidentifikasi soft skills yang penting pada

lulusannya dengan membagi peserta menjadi 4 kelompok. (10 menit)

� Peserta mengisi lembar kerja 3.1. Identifikasi soft skills dalam kelompok kecil

(20 menit)

� Peserta kemudian mendefinisikan masing-masing soft skills secara operasional

dengan mengisi lembar kerja 3.2. identifikasi soft skills (30 menit)

� Peserta mempresentasikan hasil kerja pada kelas besar dan saling memberikan

masukan (30 menit)

2. Merancang soft skills (180 menit)

� Fasilitator menyampaikan prinsip pembelajaran dan penilaian soft skills melalui

pembelajaran SCL dan Grading Scheme dengan menggunakan slide …. (pak

endro) (50 menit)

Page 47: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

� Fasilitator membagikan lembar kerja 3.3. Rancangan pembelajaran dan

menjelaskan pada peserta cara mengerjakan dan mengisi tabel yang ada. (10

menit)

� Peserta diminta untuk melanjutkan membuat Format Rancangan Tugas, pada

lembar kerja 3.4 yang dilengkapi dengan skema penilaian. (60 menit)

� Peserta mempresentasikan hasil kerja di kelas dan diberi feedback dari peserta

lain maupun dari fasilitator (60 menit)

PPEERRTTAANNYYAAAANN RREEFFLLEEKKTTIIFF

1. soft skills apa yang dibutuhkan lulusan untuk sukses?

2. bagaimana mengembangkan pembelajaran yang juga bermuatan soft skills?

3. bagaimana menengarai bahwa mahasiswa sudah menguasai soft skills?

MMAATTEERRIIAALL

� lembar kerja 3.1. Identifikasi soft skills dan Definisi soft skills

� lembar kerja 3.2. Rancangan Pembelajaran soft skills

� lembar kerja 3.3. Format Rancangan Tugas

WWAAKKTTUU

240 menit (4 jam)

Page 48: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

IDENTIFIKASI DAN DEFINISI SOFT SKILLS

Tuliskan daftar atribut soft skills yang ingin dikembangkan dan buatlah definisinya. Dengan membuat definisi, maka akan mudah bagi kita untuk merancang pembelajaran guna mencapai soft skills tersebut.

Atribut Soft skills Definisi Operasional

Lembar Kerja 3.1

Page 49: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

rancangan pembelajaran soft skills

NAMA MATA KULIAH: ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… sks/semester : ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. Kompetensi MK : ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

Pertemuan Kemampuan akhir yang diharapkan

Bahan/materi kajian Strategi/metode pembelajaran

Kriteria/indikator penilaian

Bobot

Lembar Kerja 3.2

Page 50: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

format rancangan tugas

Mata Kuliah : ………………………………………………………………………………………………………………………………………… Semester/sks: ……………………………………………………………………………………………………………………………………….. Pertemuan ke: ………………………………………………………………………………………………………………………………………. 1. Tujuan Tugas : ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… 2. Uraian Tugas

a. Obyek Garapan: ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. b. Batasan yang harus dilakukan: ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. c. Metode/Cara mengerjakan: ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. d. Deskripsi hasil/luaran: …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

3. Kriteria Penilaian ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

Lembar Kerja 3.1

Page 51: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan

GRADING SCHEME

KRITERIA PENILAIAN: ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

GRADE SKOR DEFINISI OPERASIONAL

Page 52: RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS PADA DOSENblog.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU...RANCANGAN PELATIHAN SOFT SKILLS ... 14.00 – 15.00 Pembukaan 15.00 – 16.00 Mencairkan