20
RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEMBENTUKAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BALI MANDARA PROVINSI BALI PENDAPAT HUKUM DENPASAR, 10 AGUSTUS 2016 Dr. Gede Marhaendra Wija Atmaja (Kelompok Ahli Bidang Hukum Pemerintah Provinsi Bali)

RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR TENTANG …

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR TENTANG …

RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR

TENTANG PEMBENTUK AN RUMAH SAK IT

UMUM DAERAH BAL I MAN DARA PROVINS I

BAL I

PENDAPAT HUKUM

DENPASAR, 10 AGUSTUS 2016

Dr. Gede Marhaendra Wija Atmaja

(Kelompok Ahli Bidang Hukum Pemerintah Provinsi Bali)

Page 2: RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR TENTANG …

Pendapat Hukum

i

Kata Pengantar

Pendapat Hukum (Legal Opinion) ini disusun untuk memberikan

pertimbangan perihal Rancangan Peraturan Gubernur Bali tentang

Pembentukan Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara Provinsi Bali.

Pertimbangan yang dikemukakan dalam Pendapat Hukum ini

difokuskan pada isu legislative drafting, dan karenanya dilakukan analisis

berdasarkan prinsip dan kaidah perancangan perundang-undangan.

Selanjutnya ditarik konklusi dan diajukan rekomendasi.

Denpasar 10 Agustus 2016

Gede Marhaendra Wija Atmaja

Page 3: RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR TENTANG …

Pendapat Hukum

ii

DAFTAR ISI

1. Latar Belakang ___ []

2. Posisi Kasus ___ []

3. Isu Hukum ___ []

4. Analisis Hukum ___ []

5. Konklusi dan Rekomendasi ___ []

Page 4: RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR TENTANG …

PENDAPAT HUKUM

Gede Marhaendra Wija Atmaja|2016|

1

Pendapat Hukum ini disusun berdasarkan surat dari Sekretaris Provinsi Bali

Nomor 005/1166/HK, tanggal 2 Agustus 2016, yang ditujukan kepada:

1. Kelompok Ahli Bidang Hukum Pemerintah Provinsi Bali.

2. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali.

3. Kepala Biro Organisasi Setda Provinsi Bali.

4. Kepala Biro Hukum dan HAM Setda Provinsi Bali.

5. Tim Penyusunan Peraturan Gubernur, Keputusan Gubernur, dan Instruksi

Gubernur.

Isi surat mengharap kehadiran undangan dalam pertemuan yang

diselenggarakan dalam pertemuan:

Hari : Rabu

Tanggal : 10 Agustus 2016

Pukul : 10.00

Tempat : Ruang Rapat Biro Hukum dan HAM Setda Provinsi Bali

Gedung V Lt 2 Kantor Gubernur Bali

Acara : Membahas Draft Peraturan Gubernur Bali tentang

Pembentukan Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara

Provinsi Bali.

Surat tersebut menyertakan Rancangan Peraturan Gubernur Bali tentang

Pembentukan Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara Provinsi Bali (selanjutnya

disebut Rapergub). Rapergub ini terdiri dari: (1) judul; (2) pembukaan, yang intinya

memuat “Menimbang” dan “Mengingat”; (3) batang tubuh; dan (4) penutup. Batang

tubuh Rapergub terdiri dari 14 (empat belas) bab dan 13 (tiga belas) pasal.

LATAR BELAKANG 1

Page 5: RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR TENTANG …

PENDAPAT HUKUM

Gede Marhaendra Wija Atmaja|2016|

2

Beberapa aspek dalam Rapergub yang penting mendapat pencermatan

adalah:

1. Nama Peraturan Gubernur Bali yang sedang dirancang ini tentang

Pembentukan Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara Provinsi Bali

(RSBM), namun isinya lebih luas dari sekedar pembentukan, bahkan

bukan pembentukan Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara,

melainkan pembentukan Organisasi dan Tata Kerja RSBM.

2. Menimbang, memuat 3 (tiga) butir pertimbangan, antara lain dalam huruf

a memuat pertimbangan, “bahwa dalam rangka melaksanakan amanat

Ayat (3) Pasal 7 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah

Sakit perlu menata Rumah Sakit sebagai Unit Pelaksana Teknis dari

Instansi yang bertugas di bidang kesehatan”, dan dalam huruf b memuat

pertimbangan, “bahwa instansi yang bertugas di bidang kesehatan

adalah Dinas Kesehatan Provnsi Bali”, dalam huruf c memuat simpulan

pertimbangan perlu membentuk Peraturan Gubernur.

3. Mengingat, memuat 9 (embilan) peraturan perundang-undangan yang

menjadi dasar hukum, yang pada angka 1 memuat “Undang-Undang

Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I

Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran

Negara ...)”, dan pada angka 9 memuat “Peraturan Daerah Provinsi

Nomor 4 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat

Daerah Provinsi ...”

4. Bab I Ketentuan Umum, memuat 7 (tujuh) angka, antara lain angka 6

menentukan: “Rumah Sakit Bali Mandara yang selanjutnya disebut

RSBM merupakan rumah sakit umum daerah adalah UPT Dinas

Kesehatan Provinsi Bali sebagai Unit Organisasi bersifat fungsional dan

unit layanan yang bekerja secara profesional menyelenggarakan

POSISI KASUS 2

Page 6: RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR TENTANG …

PENDAPAT HUKUM

Gede Marhaendra Wija Atmaja|2016|

3

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.”

5. Bab II Pembentukan dan Kedudukan, memuat 1 (satu) pasal yakni Pasa

2 yang terdiri dari 2 (dua) ayat:

(1) Dengan Peraturan Gubernur ini dibentuk Organisasi dan Tata Kerja

RSBM.

(2) RSBM sebagaimana Ayat (1) sebagai UPT Dinas Kesehatan Provinsi

Bali dipimpin oleh Direktur setingkat dengan Jabatan Pimpinan

Tinggi Madya, berada dibawah dan bertanggung jawab langsung

kepada Kepala Dinas.

6. Bab-bab batang tubuh Rapergub sebagai berikut:

Bab I Ketentuan Umum.

Bab II Pembentukan dan Kedudukan.

Bab IV Tugas Pokok RSBM.

Bab III Fungsi RSBM.

Bab IV Rincian Tugas Direktur.

Bab V Rincian Tugas Wakil Direktur Pelayanan Medis dan Keperawatan.

Bab IX Rincian Tugas Wakil Direktur Administrasi Umum dan Keuangan.

Bab XII Tata Kerja

Bab XIII Kelompok Jabatan Fungsional.

Bab XIV Pembiayaan.

Bab XIV Ketentuan Penutup.

(catatan: penomoran bab yang dikutip tersebut di atas sesuai dengan aslinya

dalam Rapergub).

Dari uraian posisi kasus tersebut di atas, isu hukum yang perlu dicermati

adalah apakah Rapergub tersebut berkesesuaian secara isi dan bentuk?.

3 ISU HUKUM

Page 7: RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR TENTANG …

PENDAPAT HUKUM

Gede Marhaendra Wija Atmaja|2016|

4

Dimaksud berkesesuaian secara isi adalah berkesesuaian dengan

UndangUndang yang menjadi dasar hukum materiil Raperda tersebut.

Dimaksud dengan berkesesuaian dengan bentuk adalah berkesesuaian

dengan teknik penyusunan peraturan perundang-undangan (TP3) yang tercantum

dalam Lampiran II Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan.

4.1. Nama Peraturan Gubernur Bali yang sedang dirancang.

Nama produk hukum yang sedang dirancang ini tentang Pembentukan

Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara Provinsi Bali (RSBM), namun isinya

lebih luas dari sekedar pembentukan, bahkan bukan pembentukan Rumah Sakit

Umum Daerah Bali Mandara, melainkan pembentukan Organisasi dan Tata Kerja

RSBM.

Ada 2 (dua) pilihan, pertama, isi Peraturan Gubernur Bali yang sedang

dirancang ini menyesuaikan dengan nama Rapergub, jadi hanya memuat

pembentukan Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara Provinsi Bali, yang

kedua, nama diubah menyesuaikan dengan isi Rapergub, jadi namanya adalah

Pembentukan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah

Bali Mandara Provinsi Bali.

Dengan demikian hal tersebut menjadi sesuai dengan TP3 Nomor 3, yang

menentukan Nama Peraturan Perundang-undangan dibuat secara singkat dengan

hanya menggunakan 1 (satu) kata atau frasa tetapi secara esensial maknanya

telah dan mencerminkan isi Peraturan Perundang-undangan (bolt dari saya).

Contoh nama Peraturan Perundang-undangan yang menggunakan 1 (satu)

kata:

- Paten;

- Yayasan;

- Ketenagalistrikan.

ANALISIS HUKUM 4

Page 8: RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR TENTANG …

PENDAPAT HUKUM

Gede Marhaendra Wija Atmaja|2016|

5

Contoh nama Peraturan Perundang-undangan yang menggunakan frasa:

- Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum;

- Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

- Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan.

4.2.Menimbang.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 Tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679) ―selanjutnya

disebut UU 23/2014, Pasal 246 ayat (1) menentukan, “Untuk melaksanakan Perda

atau atas kuasa peraturan perundang-undangan, kepala daerah menetapkan

Perkada.

Perkada, dengan demikian, merupakan peraturan perundang-undangan

yang berkarakter delegasian, yakni melaksanakan atau menjalankan peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi. Perkada, yang merupakan singkatan dari

Peraturan Kepala Daerah, adalah peraturan gubernur dan peraturan bupati/wali

kota.

Peraturan perundang-undangan lainnya memiliki karakter delegasian adalah

Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden. Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5234) ―selanjutnya disebut UU 12/2011 mengatur

kedua jenis peraturan perundang-undangan tersebut, yakni:

1. Pasal 1 angka 5 menentukan, Peraturan Pemerintah adalah Peraturan

Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan

Undang-Undang sebagaimana mestinya; dan Pasal 12 menentukan,

Page 9: RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR TENTANG …

PENDAPAT HUKUM

Gede Marhaendra Wija Atmaja|2016|

6

Materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk menjalankan

Undang-Undang sebagaimana mestinya.

2. Pasal 1 angka 6 menentukan, Peraturan Presiden adalah Peraturan

Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan

perintah Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam

menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan; dan Pasal 13 menentukan,

materi muatan Peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh

Undang-Undang, materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah, atau

materi untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan.1

Teknik penyusunan dasar pertimbangan atau konsiderans Peraturan

Gubernur tidak ada pengaturannya dalam UU 12/2011. Namun, dapat merujuk

pada teknik penyusunan konsiderans Peraturan Pemerintah dan Peraturan

Presiden. UU 12/2011, melalui Lampiran II perihal Teknik Penyusunan Peraturan

Perundang-undangan (TP3) menentukan:

1. TP3 Nomor 24 menentukan, konsiderans Peraturan Pemerintah cukup

memuat satu pertimbangan yang berisi uraian ringkas mengenai perlunya

melaksanakan ketentuan pasal atau beberapa pasal dari Undang-Undang

yang memerintahkan pembentukan Peraturan Pemerintah tersebut

dengan menunjuk pasal atau beberapa pasal dari Undang-Undang yang

memerintahkan pembentukannya.

2. TP3 25 menenukan, konsiderans Peraturan Presiden cukup memuat satu

pertimbangan yang berisi uraian ringkas mengenai perlunya

melaksanakan ketentuan pasal atau beberapa pasal dari Undang-Undang

atau Peraturan Pemerintah yang memerintahkan pembentukan Peraturan

Presiden tersebut dengan menunjuk pasal atau beberapa pasal dari

Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah yang memerintahkan

pembentukannya.2

1 Peratuan Preiden selain berkarakter delegasian juga berkarakter atribusian, dalam hal

materi muatan Peraturan Presiden berisi materi untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan.

2 Untuk konsiderans Peraturan Presiden yang berkarakter atribusian, TP3 Nomor 26

menentukan, konsiderans Peraturan Presiden untuk menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan

Page 10: RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR TENTANG …

PENDAPAT HUKUM

Gede Marhaendra Wija Atmaja|2016|

7

Merujuk pada TP3 Nomor 24 dan Nomor 25, maka konsiderans Peraturan

Gubernur cukup memuat satu pertimbangan yang berisi uraian ringkas mengenai

perlunya melaksanakan ketentuan pasal atau beberapa pasal dari Peraturan

Daerah atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang

memerintahkan pembentukan Peraturan Gubernur tersebut dengan menunjuk

pasal atau beberapa pasal dari Peraturan Daerah atau peraturan perundang-

undangan lainnya yang lebih yang memerintahkan pembentukannya.

Contoh:

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal ..., perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pembentukan Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara Provinsi Bali;

Konsiderans Rapergub dalam huruf a mencantumkan pertimbangan: “bahwa

dalam rangka melaksanakan amanat Ayat (3) Pasal 7 Undang-Undang Nomor 44

Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit perlu menata Rumah Sakit sebagai Unit

Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan”.

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5072) ―selanjutnya disebut UU 44/2009, Pasal 7 ayat

(3) menentukan, Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah

Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus berbentuk Unit Pelaksana

Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, Instansi tertentu, atau

Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan

Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Ada 2 (dua) hal penting yang perlu dicermati dari rumusan ketentuan

tersebut adalah:

1. Tidak ada pengaturan mengenai jenis peraturan perundang-

undanganntang pendirian Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah

Daerah.

memuat unsur filosofis, sosiologis, dan yuridis yang menjadi pertimbangan dan alasan pembentukan Peraturan Presiden.

Page 11: RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR TENTANG …

PENDAPAT HUKUM

Gede Marhaendra Wija Atmaja|2016|

8

2. Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah Daerah harus berbentuk Unit

Pelaksana Teknis.

Berkaitan dengan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan pemeritahan daerah

pengaturannya terdapat dalam peraturan perundang-undangan tentang

pemerintahan daerah, yakni UU 23/2014, dan khususnya menyangkut perangkat

daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang

Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor

114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887) ―selanjutnya

disebut PP 18/2016. Beberapa ketentuan relevan dengan rumah sakit daerah

provinsi dikutip berikut ini:

Pasal 3 ayat (1): Pembentukan dan susunan Perangkat Daerah ditetapkan

dengan Perda.

Pasal 4: Ketentuan mengenai kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi,

serta tata kerja Perangkat Daerah ditetapkan dengan Perkada.

Pasal 19 ayat (1): Pada dinas Daerah provinsi dapat dibentuk unit pelaksana

teknis dinas Daerah provinsi untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional

dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu; dan ayat (4): Pembentukan unit

pelaksana teknis dinas Daerah provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan dengan Peraturan Gubernur setelah dikonsultasikan secara

tertulis kepada Menteri.

Pasal 21

(1) Selain unit pelaksana teknis dinas Daerah provinsi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 19, terdapat unit pelaksana teknis dinas Daerah provinsi di

bidang kesehatan berupa rumah sakit Daerah provinsi sebagai unit

organisasi bersifat fungsional dan unit layanan yang bekerja secara

profesional.

(2) Rumah sakit Daerah provinsi dipimpin oleh direktur rumah sakit Daerah

provinsi.

(3) Rumah sakit Daerah provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat

otonom dalam penyelenggaraan tata kelola rumah sakit dan tata kelola

klinis serta menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum

Daerah.

(4) Dalam hal rumah sakit Daerah provinsi belum menerapkan pengelolaan

keuangan badan layanan umum Daerah, pengelolaan keuangan rumah

sakit Daerah provinsi tetap bersifat otonom dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pertanggungjawaban keuangan.

(5) Rumah sakit Daerah provinsi dalam penyelenggaraan tata kelola rumah

sakit dan tata kelola klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibina

dan bertanggung jawab kepada dinas yang menyelenggarakan Urusan

Pemerintahan di bidang kesehatan.

Page 12: RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR TENTANG …

PENDAPAT HUKUM

Gede Marhaendra Wija Atmaja|2016|

9

(6) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan

melalui penyampaian laporan kinerja rumah sakit kepada kepala dinas

yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan.

(7) Pembinaan tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis serta

pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6)

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

di bidang kesehatan.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata hubungan kerja rumah

sakit Daerah provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) serta

pengelolaan keuangan rumah sakit Daerah provinsi sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) danayat (4) diatur dengan Peraturan Presiden.

Berdasarkan Pasal 19 ayat (4) dan Pasal 21 ayat (1) PP 18/2016, maka

pembentukan unit pelaksana teknis dinas Daerah provinsi di bidang kesehatan

berupa rumah sakit Daerah provinsi ditetapkan dengan Peraturan Gubernur

setelah dikonsultasikan secara tertulis kepada Menteri, atau dengan perkataan

lain pembentukan Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara Provinsi Bali

ditetapkan dengan Peraturan Gubernur setelah dikonsultasikan secara tertulis

kepada Menteri.

Jadi, konsiderans Rapergub cukup memuat satu pertimbangan yang isinya

adalah:

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 19 ayat (4) dan Pasal 21 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pembentukan Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara Provinsi Bali;

4.3. Mengingat.

Rapergub memuat 9 (sembilan) peraturan perundang-undangan yang

menjadi dasar hukum, yang pada angka 1 memuat “Undang-Undang Nomor 64

Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara

Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara ...)”, dan pada angka 9

memuat “Peraturan Daerah Provinsi Nomor 4 Tahun 2011 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi ...”

Perlu dilakukan konfirmasi pada UU 12/2011, Lampiran II. Beberapa TP3

relevan dikutip, yakni:

Page 13: RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR TENTANG …

PENDAPAT HUKUM

Gede Marhaendra Wija Atmaja|2016|

10

1. TP3 Nomor 28 menentukan, dasar hukum diawali dengan kata Mengingat.

Dasar hukum memuat: a. Dasar kewenangan pembentukan Peraturan

Perundang-undangan; dan b. Peraturan Perundang-undangan yang

memerintahkan pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

2. TP3 Nomor 39 menentukan, dasar hukum pembentukan Peraturan

Daerah adalah Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang tentang Pembentukan Daerah

dan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah.

Berdasarkan TP3 tersebut maka dasar hukum Peraturan Gubernur memuat

peraturan perundang-undangan:

a. yang menjadi dasar kewenangan pembentukan Peraturan Gubernur; dan

b. yang memerintahkan pembentukan Peraturan Gubernur.

Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar kewenangan

pembentukan Peraturan Gubernur adalah Undang-Undang tentang Pembentukan

Daerah dan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah. Sedangkan Pasal 18

ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat

saja dicantumkan dalam dasar hukum atau “Mengingat” dari Peraturan Gubernur,

dengan alasan Pasal 18 ayat (6) itu menentukan, “Pemerintahan daerah berhak

menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan

otonomi dan tugas pembantuan”, dan Peraturan Gubernur merupakan “peraturan-

peraturan lain” tersebut. Namun, dapat pula tidak dicantumkan, karena UU

12/2011 tidak menentukan hal demikian.

Sebaiknya, persoalan pencantuman atau tidak mencantumkan Pasal 18 ayat

(6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai dasar

hukum pembentukan Peraturan Gubernur diserahkan pada praktik

pembentukannya, yang artinya berdasarkan kesepakatan dari actor yang terlibat

dalam pembentukan Peratuan Gubernur, dan terutama kebijakan Gubernur

sebagai pejabat yang berwenang menetapkan Peraturan Gubernur.

Peraturan perundang-undangan yang memerintahkan pembentukan

Peraturan Gubernur atau dasar hukum materiil dari Peraturan Gubernur tentang

Pembentukan Rumah Sakit Daerah Bali Mandara Provinsi Bali adalah PP 18/2016

Page 14: RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR TENTANG …

PENDAPAT HUKUM

Gede Marhaendra Wija Atmaja|2016|

11

dan UU 44/2009. Pencantuman UU 44/2009 dengan alasan untuk melaksanakan

perintah secara tidak tegas dari Pasal 7 ayat (3) UU 44/2009. Makna perintah

Undang-Undang dalam hukum perundang-undangan meliputi perintah Undang-

Undang secara tegas maupun tidak tegas diperintahkan pembentukannya.

4.4. Bab I Ketentuan Umum.

Bab I Ketentuan Umum memuat 7 (tujuh) angka, antara lain angka 6

menentukan: “Rumah Sakit Bali Mandara yang selanjutnya disebut RSBM

merupakan rumah sakit umum daerah adalah UPT Dinas Kesehatan Provinsi Bali

sebagai Unit Organisasi bersifat fungsional dan unit layanan yang bekerja secara

profesional menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat.”

Isi konsep “Rumah Sakit Bali Mandara yang selanjutnya disebut RSBM”

perlu dikritisi mengenai terminologinya maupun mengenai isinya. Nama yang

terdapat dalam judul dan diktum Rapergub adalah Pembentukan Rumah Sakit

Umum Daerah Bali Mandara Provinsi Bali. Untuk menjaga konsistensi, maka

batasan pengertian mengenai rumah sakit adalah “Rumah Sakit Umum Daerah

Bali Mandara Provinsi Bali yang selanjutnya disingkat RSBM ...”

Hal tersebut sesuai dengan TP3 Nomor 98 huruf b yang menentukan

ketentuan umum berisi singkatan atau akronim yang dituangkan dalam batasan

pengertian atau definisi. Contoh singkatan

1. Badan Pemeriksa Keuangan yang selanjutnya disingkat BPK adalah

lembaga negara yang bertugas memeriksa pengelolaan dan

pertanggungjawaban keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang selanjutnya disingkat SPIP

adalah sistem pengendalian intern yang diselenggarakan secara

menyeluruh terhadap proses perancangan dan pelaksanaan kebijakan

serta perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan di lingkungan

Pemerintah Kota Dumai.

Page 15: RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR TENTANG …

PENDAPAT HUKUM

Gede Marhaendra Wija Atmaja|2016|

12

Berikutnya isi konsep “Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara Provinsi

Bali yang selanjutnya disingkat RSBM ...” tersebut. Perlu diberi pengertian dengan

batasan pada Pasal 21 ayat (1) PP 18/2016 dan Pasal 1 angka 1 UU 44/2009.

Rujukan Kategori yang digunakan

Pasal 21 ayat (1) PP 18/2016:

Selain unit pelaksana teknis dinas Daerah provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, terdapat unit pelaksana teknis dinas Daerah provinsi di bidang kesehatan berupa rumah sakit Daerah provinsi sebagai unit organisasi bersifat fungsional dan unit layanan yang bekerja secara profesional.

unit pelaksana teknis dinas sebagai unit organisasi bersifat fungsional dan unit layanan yang bekerja secara profesional

Pasal 1 angka 1 UU 44/2009: Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat

Berdasarkan rujukan tersebut dapat dirumuskan batasan pengertian Rumah

Sakit Umum Daerah Bali Mandara Provinsi Bali, yakni:

Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara Provinsi Bali yang selanjutnya

disingkat RSBM adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Provinsi Bali

yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

4.5. Bab II Pembentukan dan Kedudukan.

Bab II Pembentukan dan Kedudukan, memuat 1 (satu) pasal yakni Pasal 2

yang terdiri dari 2 (dua) ayat:

(1) Dengan Peraturan Gubernur ini dibentuk Organisasi dan Tata Kerja

RSBM.

Page 16: RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR TENTANG …

PENDAPAT HUKUM

Gede Marhaendra Wija Atmaja|2016|

13

(2) RSBM sebagaimana Ayat (1) sebagai UPT Dinas Kesehatan Provinsi

Bali dipimpin oleh Direktur setingkat dengan Jabatan Pimpinan Tinggi

Madya, berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada

Kepala Dinas.

Perlu mendapat kritisi, sesuai dengan dengan nama yang terdapat dalam

judul dan diktum Rapergub tentang Pembentukan Rumah Sakit Umum Daerah

Bali Mandara Provinsi Bali yang telah disingkat menjadi RSBM, maka Pasal 2 ayat

(1) mengatur tentang pembentukan RSBM bukan tentang Organisasi dan Tata

Kerja RSBM. Jadi rumusannya adalah: Dengan Peraturan Gubernur ini dibentuk

RSBM.

Bab II bertajuk Pembentukan dan Kedudukan, dan yang diuraikan tersebut di

atas adalah tentang pembentukan RSBM, sedangkan tentang kedudukan RSBM

rumusan yang diusulkan merujuk pada Pasal 21 ayat (1) PP 18/2016 yakni: RSBM

berkedudukan sebagai unit organisasi bersifat fungsional dan unit layanan yang

bekerja secara profesional. Rumusan ini ditempatkan pada ayat (2).

Pasal 2 ayat (2) asal dari Rapergub ini mengatur tentang RSBM dipimpin

oleh seorang direktur, semestinya ini ditempatkan dalam Bab III Susunan

Organisasi.

4.6. Bab XII Tata Kerja

Pasal 31 ayat (1) menentukan “dalam pelaksanaan tugas wajib menerapkan

prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik intern maupun antar instansi lain

sesuai dengan tugas dan fungsi”.

Rumusan tersebut tidak jelas perihal subyek normanya, tepatnya kepada

siapa kewajiban itu dibebankan. Ini tidak sesuai dengan asas kejelasan rumusan

dalam Pasal 5 huruf f UU 12/2011. Penjelasan Pasal 5 huruf f ini menjelaskan:

Yang dimaksud dengan “asas kejelasan rumusan” adalah bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan Peraturan Perundang-undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya.

Page 17: RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR TENTANG …

PENDAPAT HUKUM

Gede Marhaendra Wija Atmaja|2016|

14

Rumusan yang diusulkan untuk isi pasal dalam bab tata kerja itu adalah

sebagai berikut: Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur bertanggungjawab

memimpin dan mengoordinasikan bawahannya dan memberikan bimbingan serta

petunjuk-petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan.

4.7. Bab XIV Ketentuan Penutup.

Bab ini terdiri dari 2 (dua) pasal, yakni Pasal 34 dan Pasal 34 (sic). Pasal 34

―yang pertama― menentukan, “Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan

Gubernur ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya dan sesuai kebutuhan

operasional rumah sakit diatur lebih lanjut oleh Direktur.” Pasal 34 ―yang kedua―

menentukan, “Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal Mei 2016 (sic).

Pasal 34 ―yang pertama― tersebut dihapus, karena tidak sesuai dengan

TP3 Nomor 210 yang menentukan, dalam pendelegasian kewenangan mengatur

tidak boleh adanya delegasi blangko.

Contoh 1: Pasal …

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-Undang ini, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Contoh 2: Qanun Kabupaten Aceh Jaya Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Pasal 24 Hal-hal yang belum diatur dalam Qanun ini sepanjang pengaturan pelaksanaannya, diatur dengan Peraturan Bupati.

Berikutnya Pasal 34 ―yang kedua― menentukan, “Peraturan Gubernur ini

mulai berlaku pada tanggal Mei 2016 (sic). Tampaknya ada kehendak untuk

menyatakan saat mulai berlaku Pergub berbeda dengan saat diundangkan Pergub

ini. Untuk itu perlu mengutip TP3 terkait dengan hal itu.

150. Pada dasarnya Peraturan Perundang-undangan mulai berlaku pada saat Peraturan Perundang-undangan tersebut diundangkan.

Contoh: a. Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Page 18: RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR TENTANG …

PENDAPAT HUKUM

Gede Marhaendra Wija Atmaja|2016|

15

b. Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. c. Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

151. Jika ada penyimpangan terhadap saat mulai berlakunya Peraturan Perundang-

undangan tersebut pada saat diundangkan, hal ini dinyatakan secara tegas di dalam Peraturan Perundang-undangan tersebut dengan: a. menentukan tanggal tertentu saat peraturan akan berlaku; Contoh: Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal 17 Agustus 2011. b. menyerahkan penetapan saat mulai berlakunya kepada Peraturan Perundang-

undangan lain yang tingkatannya sama, jika yang diberlakukan itu kodifikasi, atau kepada Peraturan Perundang-undangan lain yang lebih rendah jika yang diberlakukan itu bukan kodifikasi; Contoh: Saat mulai berlakunya Undang-Undang ini akan ditetapkan dengan Peraturan Presiden.

c. dengan menentukan lewatnya tenggang waktu tertentu sejak saat Pengundangan atau penetapan. Agar tidak menimbulkan kekeliruan penafsiran gunakan frasa setelah ... (tenggang waktu) terhitung sejak tanggal diundangkan. Contoh: Undang-Undang ini mulai berlaku setelah 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal diundangkan.

Pilihannya dengan demikian adalah: (1) menentukan tanggal tertentu; (2)

menyerahkan penetapan saat mulai berlakunya kepada Gubernur dengan

menetapkan Peraturan Gubernur; atau (3) dengan menentukan lewatnya

tenggang waktu tertentu sejak saat pengundangan atau penetapan Peraturan

Gubernur.

Persoalannya adalah boleh atau tidak boleh ada pendelegasian kewenangan

mengatur tentang penetapan saat mulai berlakunya Peraturan Gubernur dari

Peraturan Gubernur kepada Peraturan Gubernur. Untuk itu perlu menyimak TP 3

Nomor 199 yang menentukan:

Pendelegasian kewenangan dapat dilakukan dari suatu Undang-Undang kepada Undang-Undang yang lain, dari Peraturan Daerah Provinsi kepada Peraturan Daerah Provinsi yang lain, atau dari Peraturan Daerah Kabupaten/Kota kepada Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang lain.

Secara tektual hukum atau secara kata per kata, jawabannya tidak boleh,

karena tidak ada pengaturan tentang pendelegasian kewenangan dapat dilakukan

dari suatu Peraturan Gubernur kepada Peraturan Gubernur lainnya. Namun,

Page 19: RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR TENTANG …

PENDAPAT HUKUM

Gede Marhaendra Wija Atmaja|2016|

16

secara hakekat diperoleh pemahaman bahwa TP3 tersebut selain mengatur

pendelegasian dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi kepada

Peraturan Perundang-undangan yang lebih rendah, juga mengatur pendelegasian

antar Peraturan Perundang-undangan yang sejenis.

Berdasarkan pemahaman TP3 itu juga mengatur pendelegasian antar

Peraturan Perundang-undangan yang sejenis, seperti pendelegasian kewenangan

dari suatu Peraturan Gubernur kepada Peraturan Gubernur yang lain, sepanjang

memenuhi persyratan yang tercantum dala TP3 Nomor 200 yang menentukan

pendelegasian kewenangan mengatur harus menyebut dengan tegas: a. ruang

lingkup materi muatan yang diatur; dan b. jenis Peraturan Perundang-undangan.

4.8. Bab-bab batang tubuh Rapergub.

Bab-bab batang tubuh Rapergub sebagai berikut:

Bab I Ketentuan Umum.

Bab II Pembentukan dan Kedudukan.

Bab IV Tugas Pokok RSBM.

Bab III Fungsi RSBM.

Bab IV Rincian Tugas Direktur.

Bab V Rincian Tugas Wakil Direktur Pelayanan Medis dan Keperawatan.

Bab IX Rincian Tugas Wakil Direktur Administrasi Umum dan Keuangan.

Bab XII Tata Kerja

Bab XIII Kelompok Jabatan Fungsional.

Bab XIV Pembiayaan.

Bab XIV Ketentuan Penutup.

(catatan: penomoran bab yang dikutip tersebut di atas sesuai dengan aslinya

dalam Rapergub).

Hal tersebut tidak sesuai dengan asas kejelasan rumusan dalam Pasal 5

huruf f UU 12/2011. Penjelasan Pasal 5 huruf f ini menjelaskan:

Yang dimaksud dengan “asas kejelasan rumusan” adalah bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan Peraturan Perundang-undangan, sistematika, pilihan kata

Page 20: RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR TENTANG …

PENDAPAT HUKUM

Gede Marhaendra Wija Atmaja|2016|

17

atau istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya.

Khususnya tidak memenuhi persyaratan teknis penyusunan Peraturan

Perundang-undangan dan tidak sistematik, oleh karena itu perlu diperbaiki.

Berdasarkan analisis hukum tersebut, maka Rapergub tersebut dalam

beberapa bagian/pasal yang telah disebut di atas perlu disesuaikan baik dengan

PP 18/2016 maupun dengan Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan

(TP3).

KONKLUSI DAN REKOMENDASI 5