19
Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pasal Ayat Rancangan POJK Penjelasan Rancangan POJK Bab I Ketentuan Umum 1 1 Bank Perkreditan Rakyat yang selanjutnya disingkat BPR yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Cukup jelas. 2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang selanjutnya disingkat BPRS yaitu bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Cukup jelas. 3 Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh 1 (satu) atau lebih BPR atau BPRS untuk menggabungkan diri dengan BPR atau BPRS lain yang telah ada yang mengakibatkan aset serta liabilitas dan ekuitas dari BPR atau BPRS yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada BPR atau BPRS yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum BPR atau BPRS yang menggabungkan diri berakhir karena hukum. Cukup jelas. 4 Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh 2 (dua) atau lebih BPR atau BPRS untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu BPR atau BPRS baru yang karena hukum memperoleh aset serta liabilitas dan ekuitas dari BPR atau BPRS yang meleburkan diri dan status badan hukum BPR atau BPRS yang meleburkan diri berakhir karena hukum. Cukup jelas. 5 Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham BPR atau BPRS yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas BPR atau BPRS tersebut. Cukup jelas. 6 Direksi: Cukup jelas. a. bagi BPR atau BPRS berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas adalah Direksi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas b. bagi BPR berbentuk badan hukum 1) Perusahaan Umum Daerah atau Perusahaan Perseroan Daerah adalah Direksi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan ... · Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pasal Ayat

  • Upload
    buinhi

  • View
    238

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan ... · Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pasal Ayat

Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah

Pasal Ayat Rancangan POJK Penjelasan Rancangan POJK

Bab I Ketentuan Umum

1 1 Bank Perkreditan Rakyat yang selanjutnya disingkat BPR yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu

lintas pembayaran.

Cukup jelas.

2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang selanjutnya disingkat BPRS yaitu bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Cukup jelas.

3 Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh 1 (satu) atau lebih BPR atau BPRS untuk menggabungkan diri dengan BPR atau BPRS lain yang telah ada yang mengakibatkan aset serta liabilitas dan ekuitas dari BPR atau BPRS yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada BPR atau BPRS yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum BPR atau BPRS yang menggabungkan diri berakhir karena hukum.

Cukup jelas.

4 Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh 2 (dua) atau lebih BPR atau BPRS untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu BPR atau BPRS baru yang karena hukum memperoleh aset serta liabilitas dan ekuitas dari BPR

atau BPRS yang meleburkan diri dan status badan hukum BPR atau BPRS yang meleburkan diri berakhir karena hukum.

Cukup jelas.

5 Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham BPR atau BPRS yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas BPR atau BPRS tersebut.

Cukup jelas.

6 Direksi: Cukup jelas.

a. bagi BPR atau BPRS berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas adalah Direksi sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

b. bagi BPR berbentuk badan hukum

1) Perusahaan Umum Daerah atau Perusahaan Perseroan Daerah adalah Direksi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Page 2: Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan ... · Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pasal Ayat

Pasal Ayat Rancangan POJK Penjelasan Rancangan POJK

Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah;

2) Perusahaan Daerah adalah Direksi pada BPR yang belum berubah bentuk badan hukum menjadi Perusahaan Umum Daerah atau Perusahaan Perseroan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

c. bagi BPR berbentuk badan hukum Koperasi adalah pengurus sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

7 Dewan Komisaris: Cukup jelas.

a. bagi BPR atau BPRS berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas adalah Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;

b. bagi BPR berbentuk badan hukum:

1) Perusahaan Umum Daerah adalah Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

2) Perusahaan Perseroan Daerah adalah Komisaris sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

3) Perusahaan Daerah adalah Pengawas pada BPR yang belum berubah bentuk badan hukum menjadi Perusahaan Umum Daerah atau Perusahaan Perseroan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Page 3: Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan ... · Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pasal Ayat

Pasal Ayat Rancangan POJK Penjelasan Rancangan POJK

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

c. bagi BPR berbentuk badan hukum Koperasi adalah Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

8 Dewan Pengawas Syariah yang selanjutnya disingkat DPS adalah dewan yang bertugas memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan BPRS agar sesuai dengan Prinsip Syariah.

Cukup jelas.

9 Pengendalian adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk mempengaruhi pengelolaan dan/atau kebijakan pada BPR atau BPRS dengan cara apapun, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Cukup jelas.

10 Saham BPR atau BPRS adalah: Cukup jelas.

a. bukti penyetoran modal atas nama pemegangnya bagi:

1) BPR atau BPRS yang berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas; atau

2) BPR yang berbentuk badan hukum Perusahaan Daerah, atau

b. bentuk lain yang disamakan dengan saham bagi BPR yang berbentuk badan hukum Koperasi.

11 Rapat Umum Pemegang Saham adalah yang selanjutnya disingkat dengan RUPS:

Cukup jelas.

a. bagi BPR atau BPRS berbadan hukum Perseroan Terbatas atau Perusahaan Perseroan Daerah adalah RUPS sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;

b. bagi BPR berbadan hukum Perusahaan Umum Daerah adalah Rapat Pemilik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

c. bagi BPR berbadan hukum Perusahaan Daerah adalah rapat pemegang saham sebagaimana dimaksud dalam

ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai perusahaan daerah;

Page 4: Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan ... · Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pasal Ayat

Pasal Ayat Rancangan POJK Penjelasan Rancangan POJK

d. bagi BPR berbadan hukum Koperasi adalah Rapat Anggota sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

2 1 Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan BPR atau BPRS dapat dilakukan atas:

Cukup jelas.

a. inisiatif BPR atau BPRS; atau

b. permintaan Otoritas Jasa Keuangan.

2 Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a wajib terlebih dahulu memperoleh izin dari Otoritas Jasa Keuangan.

Cukup jelas.

3 1 Penggabungan atau peleburan dapat dilakukan: Cukup jelas.

a. antar-BPR;

b. antar-BPRS; atau

c. BPR dengan BPRS.

2 Hasil Penggabungan atau Peleburan BPR dengan BPRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c wajib menjadi BPRS.

Cukup jelas.

3 BPRS hasil Penggabungan atau Peleburan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib menyelesaikan hak dan kewajiban dari kegiatan usaha secara konvensional paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak izin Penggabungan atau Peleburan berlaku.

Cukup jelas.

4 Batas waktu penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diperpanjang dalam hal penyelesaian hak dan kewajiban dari kegiatan usaha secara konvensional belum dapat diselesaikan oleh hal-hal yang tidak dapat dihindari (force majeure) atau pertimbangan lain yang dapat diterima.

Cukup jelas.

4 1 Penggabungan atau Peleburan dapat dilakukan:

a. antar-BPR, antar-BPRS, atau BPR dengan BPRS yang berkedudukan dalam wilayah provinsi yang sama;

Yang dimaksud dengan “berkedudukan dalam wilayah provinsi yang sama” termasuk bagi BPR atau BPRS hasil Penggabungan atau Peleburan yang memiliki jaringan kantor di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Kabupaten atau Kota Bogor, Kota Depok, Kota Tangerang, dan Kabupaten atau Kota Bekasi.

b. antar-BPR yang berkedudukan di wilayah provinsi yang

berbeda sepanjang jaringan kantor BPR hasil Penggabungan atau Peleburan berlokasi dalam wilayah sebagaimana dimaksud dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai kegiatan usaha dan wilayah jaringan kantor BPR berdasarkan modal inti; atau

Cukup jelas.

c. antar-BPRS yang berkedudukan dalam wilayah provinsi yang berbeda sepanjang jaringan kantor BPRS hasil

Cukup jelas.

Page 5: Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan ... · Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pasal Ayat

Pasal Ayat Rancangan POJK Penjelasan Rancangan POJK

Penggabungan atau Peleburan berlokasi dalam wilayah provinsi yang sama.

2 Jaringan kantor BPRS hasil Penggabungan atau Peleburan antara BPR dengan BPRS yang berkedudukan di wilayah provinsi yang berbeda harus berada dalam wilayah provinsi yang sama.

Cukup jelas.

5 1 Salah satu kantor BPR atau BPRS hasil Penggabungan atau Peleburan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 harus menjadi kantor pusat dan kantor BPR atau BPRS lainnya dapat menjadi jaringan kantor selain kantor pusat.

Cukup jelas.

2 Jaringan kantor BPR yang melakukan Penggabungan atau Peleburan yang sudah berdiri sebelum peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai kegiatan usaha dan wilayah jaringan kantor BPR berdasarkan modal inti berlaku dan berlokasi di luar wilayah yang diperkenankan bagi BPR berdasarkan kegiatan usaha, tetap dapat beroperasi tanpa harus menyesuaikan wilayah, kecuali BPR mengalami penurunan

kelompok BPR berdasarkan kegiatan usaha yang lebih rendah.

Yang dimaksud dengan “BPR berdasarkan kegiatan usaha” adalah BPR mengacu pada peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai kegiatan usaha dan wilayah jaringan kantor BPR berdasarkan modal inti. Contoh: BPR “A” dalam kelompok BPRKU 2 yang berkantor pusat di

Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah, dan memiliki kantor cabang di Kabupaten Kudus melakukan peleburan dengan BPR “B” dalam kelompok BPRKU 2 yang berkantor pusat di Kabupaten Magelang dan memiliki kantor cabang di Kabupaten Magelang. Hasil peleburan kedua BPR tersebut adalah BPR “C” dalam kelompok BPRKU 2 yang berkantor pusat di Kabupaten Magelang. Kantor cabang yang dimiliki BPR “A” dan BPR “B” sebelum berlakunya peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai kegiatan usaha dan wilayah jaringan kantor BPR berdasarkan modal inti tetap dapat beroperasi di wilayah kabupaten semula sebagai kantor cabang BPR “C” sekalipun berada di beberapa wilayah kabupaten yang berbeda.

3 Jumlah jaringan kantor BPR yang melakukan Penggabungan atau Peleburan disesuaikan berdasarkan analisis kebutuhan usaha bagi BPR hasil penggabungan atau peleburan.

Cukup jelas.

4 Batasan wilayah dan jaringan kantor BPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi ketentuan mengenai

wilayah jaringan kantor sebagaimana diatur dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai kegiatan usaha dan wilayah jaringan kantor BPR berdasarkan modal inti.

Cukup jelas.

Bab II Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan atas Inisiatif BPR atau BPRS

Bagian Kesatu

Page 6: Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan ... · Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pasal Ayat

Pasal Ayat Rancangan POJK Penjelasan Rancangan POJK

Persyaratan dan Tata Cara Penggabungan atau Peleburan

6 Otoritas Jasa Keuangan memberikan izin Penggabungan atau Peleburan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dengan melakukan:

a. penelitian terhadap usulan rancangan Penggabungan atau Peleburan; dan

Yang dimaksud dengan “usulan rancangan Penggabungan atau Peleburan” adalah rancangan Penggabungan atau Peleburan dan konsep akta Penggabungan atau Peleburan.

b. pemberian persetujuan atau penolakan. Cukup jelas.

7 1 Direksi masing-masing BPR atau BPRS yang akan melakukan Penggabungan atau Peleburan, secara bersama-sama wajib

menyusun rancangan Penggabungan atau Peleburan yang paling sedikit memuat:

Cukup jelas.

a. nama dan tempat kedudukan BPR atau BPRS yang akan melakukan Penggabungan atau Peleburan;

b. alasan dan penjelasan masing-masing Direksi BPR atau BPRS yang akan melakukan Penggabungan atau Peleburan;

c. tata cara konversi saham dari masing-masing BPR atau BPRS yang akan melakukan Penggabungan atau Peleburan terhadap saham BPR atau BPRS hasil Penggabungan atau Peleburan;

d. rancangan perubahan Anggaran Dasar BPR atau BPRS

hasil Penggabungan atau rancangan Akta Pendirian BPR atau BPRS hasil Peleburan;

e. laporan keuangan 1 (satu) tahun buku terakhir dari masing-masing BPR atau BPRS yang akan melakukan Penggabungan atau Peleburan;

f. rencana bisnis BPR atau BPRS hasil Penggabungan atau Peleburan dalam periode 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai rencana bisnis BPR dan BPRS;

g. rencana status kantor-kantor BPR atau BPRS yang telah beroperasi sebelum Penggabungan atau Peleburan;

h. nama calon pemegang saham, calon anggota Direksi, calon anggota Dewan Komisaris BPR atau BPRS, dan calon

anggota DPS BPRS hasil Penggabungan atau Peleburan;

i. bukti penempatan modal disetor dalam hal BPR atau BPRS melakukan penambahan modal;

j. penegasan dari BPR atau BPRS hasil Penggabungan atau Peleburan mengenai kesediaan untuk menerima pengalihan hak dan kewajiban dari BPR atau BPRS yang melakukan Penggabungan atau Peleburan;

Page 7: Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan ... · Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pasal Ayat

Pasal Ayat Rancangan POJK Penjelasan Rancangan POJK

k. perkiraan neraca BPR atau BPRS hasil Penggabungan atau Peleburan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku;

l. cara penyelesaian status pegawai BPR atau BPRS yang akan melakukan Penggabungan atau Peleburan;

m. cara penyelesaian hak dan kewajiban BPR atau BPRS kepada debitur, kreditur, dan pihak lainnya;

n. cara penyelesaian hak-hak pemegang saham minoritas;

o. perkiraan jangka waktu pelaksanaan Penggabungan atau Peleburan; dan

p. laporan mengenai kondisi dan permasalahan selama tahun buku berjalan yang dapat mempengaruhi kegiatan BPR atau BPRS.

2 Rancangan Penggabungan atau Peleburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mendapat persetujuan dari Dewan Komisaris masing-masing BPR atau BPRS.

Cukup jelas.

3 BPR atau BPRS menyusun konsep akta Penggabungan atau Peleburan berdasarkan rancangan Penggabungan atau Peleburan yang telah disetujui oleh Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Cukup jelas.

4 BPR berbentuk badan hukum Perusahaan Umum Daerah menyampaikan rancangan perubahan Anggaran Dasar hasil

Penggabungan atau rancangan Akta Pendirian hasil Peleburan kepada Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dalam bentuk Peraturan Daerah.

Cukup jelas.

5 Bagi BPR atau BPRS berbentuk badan hukum Perusahaan Perseroan Daerah, rancangan Penggabungan atau Peleburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan Peraturan Daerah apabila terdapat penambahan modal disetor.

Cukup jelas.

8 1 Direksi BPR atau BPRS yang akan melakukan Penggabungan atau Peleburan secara bersama-sama mengajukan usulan rancangan Penggabungan atau Peleburan kepada Otoritas Jasa Keuangan yang terdiri atas rancangan Penggabungan

atau Peleburan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dan konsep Akta Penggabungan atau Peleburan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3).

Cukup jelas.

2 BPR berbentuk badan hukum Perusahaan Umum Daerah yang mengajukan usulan rancangan Penggabungan atau Peleburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Otoritas Jasa Keuangan, selain berlaku peraturan Otoritas

Yang dimaksud dengan “ketentuan peraturan perundang-undangan terkait” adalah ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.

Page 8: Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan ... · Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pasal Ayat

Pasal Ayat Rancangan POJK Penjelasan Rancangan POJK

Jasa Keuangan ini perlu memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

9 1 Otoritas Jasa Keuangan melakukan penelitian terhadap usulan rancangan Penggabungan atau Peleburan yang disampaikan oleh BPR atau BPRS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak permohonan berikut dokumen yang dipersyaratkan diterima secara lengkap.

Cukup jelas.

2 Dalam rangka melakukan penelitian terhadap usulan rancangan Penggabungan atau Peleburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Otoritas Jasa Keuangan melakukan:

a. penelitian kelengkapan dan kebenaran dokumen; Cukup jelas.

b. penelitian terhadap kondisi keuangan BPR setelah

penggabungan atau peleburan dengan mempertimbangkan kewajiban pemenuhan modal inti dan pemenuhan modal inti minimum sesuai dengan tahapan pemenuhan kewajiban penyediaan modal minimum dan modal inti minimum sebagaimana dimaksud dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum dan pemenuhan modal inti minimum BPR atau peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum dan pemenuhan modal inti minimum BPRS;

Cukup jelas.

c. penilaian kemampuan dan kepatutan terhadap calon pemegang saham pengendali, calon anggota Direksi, dan/atau calon anggota Dewan Komisaris;

Penilaian kemampuan dan kepatutan terhadap calon pemegang saham pengendali, calon anggota Direksi, dan/atau calon anggota Dewan Komisaris mengacu pada peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai penilaian kemampuan dan kepatutan pihak utama lembaga jasa keuangan.

d. penelitian terhadap calon pemegang saham; dan Penelitian terhadap calon pemegang saham untuk memenuhi persyaratan pihak-pihak yang dapat menjadi

pemilik BPR mengacu pada peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai Bank Perkreditan Rakyat dan peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

e. pemeriksaan setoran modal. Pemeriksaan setoran modal mengacu pada peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai kewajiban pemenuhan modal inti dan pemenuhan modal inti minimum.

10 1 Otoritas Jasa Keuangan memberitahukan secara tertulis kepada BPR atau BPRS mengenai hasil penelitian terhadap usulan rancangan Penggabungan atau Peleburan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2).

Cukup jelas.

Page 9: Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan ... · Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pasal Ayat

Pasal Ayat Rancangan POJK Penjelasan Rancangan POJK

2 Pemberitahuan secara tertulis kepada BPR atau BPRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup pemberitahuan untuk melakukan pengumuman rancangan Penggabungan atau Peleburan, pengajuan keberatan oleh

kreditur dan/atau pemegang saham minoritas, dan RUPS.

Cukup jelas.

11 1 Direksi BPR atau BPRS yang akan melakukan Penggabungan atau Peleburan wajib mengumumkan ringkasan rancangan Penggabungan atau Peleburan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah memperoleh pemberitahuan secara tertulis dari Otoritas Jasa Keuangan atas hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 9 ayat (3).

Cukup jelas.

2 Ringkasan rancangan Penggabungan atau Peleburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:

Cukup jelas.

a. nama dan tempat kedudukan BPR atau BPRS yang akan melakukan Penggabungan atau Peleburan;

b. rencana status kantor-kantor BPR atau BPRS yang telah beroperasi sebelum Penggabungan atau Peleburan;

c. nama calon pemegang saham, calon anggota Direksi, calon anggota Dewan Komisaris BPR atau BPRS, dan calon anggota DPS BPRS hasil Penggabungan atau Peleburan.

3 Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan paling lambat:

Cukup jelas.

a. 30 (tiga puluh) hari sebelum RUPS, dalam surat kabar harian lokal dan pada papan pengumuman di kantor masing-masing BPR atau BPRS;

b. 14 (empat belas) hari sebelum RUPS, kepada pegawai masing-masing BPR atau BPRS secara tertulis.

12 1 Kreditur dan/atau pemegang saham minoritas dapat mengajukan keberatan atas rencana Penggabungan atau Peleburan kepada BPR atau BPRS 14 (empat belas) hari setelah tanggal pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf a.

Cukup jelas.

2 Kreditur dan/atau pemegang saham minoritas yang tidak mengajukan keberatan dalam jangka waktu sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), dianggap menyetujui Penggabungan atau Peleburan.

Cukup jelas.

3 Pengajuan keberatan yang dilakukan oleh kreditur dan/atau pemegang saham minoritas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Direksi masing-masing BPR atau BPRS yang akan melakukan Penggabungan atau Peleburan untuk diselesaikan dalam RUPS.

Cukup jelas.

Page 10: Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan ... · Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pasal Ayat

Pasal Ayat Rancangan POJK Penjelasan Rancangan POJK

4 Dalam hal penyelesaian keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) belum tercapai, Penggabungan atau Peleburan tidak dapat dilaksanakan.

Cukup jelas.

13 1 Rancangan Penggabungan atau Peleburan dan konsep Akta Penggabungan atau Peleburan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 wajib dimintakan persetujuan RUPS masing-masing BPR atau BPRS yang akan melakukan Penggabungan atau Peleburan.

Yang dimaksud dengan “persetujuan RUPS” termasuk: a. pengangkatan calon anggota Direksi, anggota Dewan

Komisaris yang telah disetujui oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana hasil penelitian terhadap usulan rancangan Penggabungan atau Peleburan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf c; dan

b. efektivitas penambahan modal disetor, apabila

terdapat penambahan setoran modal.

2 Konsep Akta Penggabungan atau Peleburan yang telah disetujui RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Akta Penggabungan atau Peleburan dan Akta Perubahan Anggaran Dasar BPR atau BPRS hasil Penggabungan atau Akta Pendirian BPR atau BPRS hasil Peleburan yang dibuat di hadapan notaris dalam bahasa Indonesia.

Cukup jelas.

14 1 Permohonan untuk memperoleh persetujuan Penggabungan atau Peleburan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b diajukan oleh anggota Direksi masing-masing BPR atau BPRS yang akan melakukan Penggabungan atau Peleburan secara bersama-sama kepada Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah RUPS.

Cukup jelas.

2 Permohonan untuk memperoleh persetujuan Penggabungan atau Peleburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilampiri dengan:

Cukup jelas.

a. notulen RUPS;

b. Akta Penggabungan atau Peleburan, dan Akta Perubahan Anggaran Dasar BPR atau BPRS hasil Penggabungan atau

Akta Pendirian BPR atau BPRS hasil Peleburan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3); dan

c. bukti pengumuman ringkasan rancangan Penggabungan atau Peleburan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.

15 1 Dalam hal Akta Penggabungan atau Peleburan yang disampaikan dalam pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) berbeda dengan rancangan Penggabungan atau Peleburan yang telah diteliti oleh Otoritas Jasa Keuangan, permohonan izin Penggabungan atau Peleburan tidak dapat diproses dan BPR atau BPRS diminta untuk menyampaikan kembali usulan rancangan

Cukup jelas.

Page 11: Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan ... · Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pasal Ayat

Pasal Ayat Rancangan POJK Penjelasan Rancangan POJK

Penggabungan atau Peleburan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1).

2 Perbedaan antara rancangan Penggabungan atau Peleburan dan Akta Penggabungan atau Peleburan yang dapat menyebabkan permohonan izin Penggabungan atau Peleburan tidak dapat diproses sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain terkait dengan:

Cukup jelas.

a. rancangan perubahan Anggaran Dasar BPR atau BPRS hasil Penggabungan atau rancangan Akta Pendirian BPR atau BPRS hasil Peleburan;

b. rencana bisnis BPR atau BPRS hasil Penggabungan atau Peleburan dalam periode 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai rencana bisnis BPR dan BPRS;

c. nama calon pemegang saham, calon anggota Direksi, calon anggota Dewan Komisaris BPR atau BPRS, dan calon anggota DPS BPRS hasil Penggabungan atau Peleburan; dan

d. bukti penempatan modal disetor dalam hal BPR atau BPRS melakukan penambahan modal.

16 1 Otoritas Jasa Keuangan memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan izin Penggabungan atau Peleburan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) diterima secara lengkap.

Cukup jelas.

2 Persetujuan atas permohonan izin Penggabungan atau

Peleburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan apabila BPR atau BPRS memenuhi kelengkapan dan kebenaran dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2).

Cukup jelas.

3 Dalam hal permohonan izin Penggabungan atau Peleburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditolak, Otoritas Jasa Keuangan menyampaikan pemberitahuan secara tertulis disertai dengan alasan penolakan.

Cukup jelas.

17 1 Dalam hal perubahan Anggaran Dasar BPR atau BPRS hasil

Penggabungan memerlukan persetujuan instansi yang berwenang, Direksi BPR atau BPRS hasil Penggabungan wajib mengajukan permohonan persetujuan perubahan Anggaran Dasar setelah mendapatkan izin Penggabungan dari Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1).

Yang dimaksud dengan instansi yang berwenang bagi:

a. BPR atau BPRS berbadan hukum Perseroan Terbatas atau Perusahaan Perseroan Daerah adalah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;

b. BPR berbadan hukum Perusahaan Umum Daerah adalah Pemerintahan Daerah sesuai wilayah kedudukan BPR; dan

Page 12: Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan ... · Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pasal Ayat

Pasal Ayat Rancangan POJK Penjelasan Rancangan POJK

c. BPR berbadan hukum Koperasi adalah Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.

2 Direksi BPR atau BPRS hasil Peleburan wajib mengajukan permohonan persetujuan Akta Pendirian BPR atau BPRS hasil Peleburan kepada instansi yang berwenang setelah mendapatkan izin Peleburan dari Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1).

Cukup jelas.

3 Pengajuan permohonan persetujuan kepada instansi yang berwenang termasuk dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal Akta Penggabungan atau Peleburan dan Akta Perubahan Anggaran Dasar BPR atau

BPRS hasil Penggabungan atau Akta Pendirian BPR atau BPRS hasil Peleburan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2).

Jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari mengacu pada peraturan perundang-undangan mengenai perseroan terbatas.

18 Izin Penggabungan atau Peleburan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 bagi:

Cukup jelas.

a. BPR atau BPRS yang berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas dan Perusahaan Perseroan Daerah, berlaku sejak tanggal persetujuan atau penerimaan pemberitahuan perubahan Anggaran Dasar atau Akta Pendirian BPR atau BPRS oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia;

b. BPR yang berbentuk badan hukum Perusahaan Umum Daerah, berlaku sejak tanggal persetujuan Otoritas Jasa Keuangan; atau

c. BPR yang berbentuk badan hukum Koperasi berlaku sejak tanggal pengesahan Akta Pendirian atau Akta Perubahan Anggaran Dasar BPR dari instansi yang berwenang.

19 BPR atau BPRS yang telah memperoleh izin Penggabungan atau Peleburan wajib:

Cukup jelas.

a. menyusun neraca penutupan masing-masing BPR atau BPRS yang melakukan Penggabungan atau Peleburan;

b. menyusun neraca pembukaan BPR atau BPRS hasil Penggabungan atau Peleburan;

c. mengumumkan hasil Penggabungan atau Peleburan disertai dengan neraca pembukaan BPR atau BPRS hasil

Penggabungan atau Peleburan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal berlakunya izin Penggabungan atau Peleburan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dalam surat kabar harian lokal dan pada papan pengumuman di kantor serta jaringan kantor BPR atau

BPRS hasil Penggabungan atau Peleburan; dan

Page 13: Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan ... · Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pasal Ayat

Pasal Ayat Rancangan POJK Penjelasan Rancangan POJK

d. menyampaikan laporan pelaksanaan Penggabungan atau Peleburan kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah tanggal pengumuman dan disertai dengan:

1) fotokopi perubahan Anggaran Dasar dan/atau Akta Pendirian;

2) fotokopi persetujuan atau penerimaan pemberitahuan instansi yang berwenang terhadap perubahan Anggaran Dasar atau dan/atau Akta Pendirian sebagaimana dimaksud pada angka 1); dan

3) bukti pengumuman sebagaimana dimaksud dalam huruf c.

20 Akta Penggabungan atau Peleburan dan Akta perubahan

Anggaran Dasar BPR hasil Peleburan atau Akta Pendirian BPR hasil Penggabungan wajib didaftarkan dalam daftar perusahaan dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penerimaan laporan atau tanggal persetujuan instansi yang berwenang.

Cukup jelas.

Bagian Kedua Persyaratan dan Tata Cara Pengambilalihan

21 1 Pengambilalihan BPR atau BPRS dapat dilakukan oleh orang perseorangan atau badan hukum melalui pengambilalihan saham.

Cukup jelas.

2 Pengambilalihan BPR atau BPRS dilakukan dengan cara pengambilalihan seluruh atau sebagian jumlah saham BPR

atau BPRS yang mengakibatkan pihak yang mengambil alih memegang Pengendalian BPR atau BPRS.

Cukup jelas.

3 Pengambilalihan saham BPR atau BPRS dianggap mengakibatkan beralihnya Pengendalian BPR atau BPRS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) apabila kepemilikan saham memenuhi kriteria:

Cukup jelas.

a. menjadi sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih dari modal disetor BPR atau BPRS dan melebihi kepemilikan saham pemegang saham terbesar lain pada

BPR atau BPRS; atau

b. kurang dari 25% (dua puluh lima persen) dari modal disetor BPR atau BPRS namun menentukan baik langsung atau tidak langsung pengelolaan dan/atau kebijaksanaan BPR atau BPRS.

4 Dalam hal terdapat pihak yang melakukan pembelian saham BPR atau BPRS menjadi sebesar 25% namun jumlah saham

Cukup jelas.

Page 14: Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan ... · Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pasal Ayat

Pasal Ayat Rancangan POJK Penjelasan Rancangan POJK

yang dibeli lebih kecil atau sama besar dengan jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham pengendali, terhadap pihak yang melakukan pembelian saham dilakukan penilaian kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam

peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai penilaian kemampuan dan kepatutan bagi pihak utama lembaga jasa keuangan serta pemeriksaan setoran modal sebagaimana dimaksud dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai Bank Perkreditan Rakyat dan peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

5 Dalam hal terdapat perubahan kepemilikan yang

mengakibatkan beralihnya Pengendalian BPR atau BPRS yang disebabkan oleh waris dan hibah, tidak diperlakukan sebagai Pengambilalihan namun tetap wajib memperoleh persetujuan Otoritas Jasa Keuangan.

Cukup jelas.

22 Izin Pengambilalihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dapat diberikan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Cukup jelas.

a. telah memperoleh persetujuan RUPS BPR atau BPRS yang akan diakuisisi;

b. pihak yang melakukan Pengambilalihan memenuhi persyaratan sebagai pemegang saham pengendali BPR atau BPRS sebagaimana dimaksud peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai Bank Perkreditan Rakyat.

23 1 Permohonan untuk mendapatkan izin Pengambilalihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) diajukan oleh Pihak yang akan mengambil alih kepada Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, disertai dengan rancangan Pengambilalihan yang paling sedikit memuat:

Cukup jelas.

a. nama dan tempat kedudukan BPR atau BPRS yang akan diambil alih dan pihak yang akan mengambil alih, disertai

dengan identitas pihak yang akan mengambil alih;

b. alasan serta penjelasan pihak yang akan mengambil alih dan Direksi BPR atau BPRS yang akan diambil alih;

c. laporan keuangan 1 (satu) tahun buku terakhir dari badan

hukum yang akan mengambil alih;

d. tata cara penilaian dan konversi saham dari BPR atau BPRS yang akan diambil alih terhadap saham pihak yang akan mengambil alih;

e. rancangan perubahan Anggaran Dasar BPR atau BPRS

yang akan diambil alih;

Page 15: Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan ... · Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pasal Ayat

Pasal Ayat Rancangan POJK Penjelasan Rancangan POJK

f. jumlah dan nilai nominal saham yang akan diambil alih beserta komposisi pemegang saham setelah dilakukan Pengambilalihan;

g. kesiapan pendanaan dari pihak yang akan mengambil alih;

h. perkiraan neraca pihak yang mengambil alih setelah Pengambilalihan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku;

i. cara penyelesaian status pegawai BPR atau BPRS yang akan diambil alih;

j. cara penyelesaian hak dan kewajiban BPR atau BPRS yang

akan diambil alih kepada debitur, kreditur, dan pihak lainnya;

k. cara penyelesaian hak-hak pemegang saham minoritas; dan

l. perkiraan jangka waktu pelaksanaan Pengambilalihan.

2 Rancangan Pengambilalihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mendapat persetujuan dari Dewan Komisaris BPR atau BPRS.

Cukup jelas.

3 BPR atau BPRS menyusun konsep akta Pengambilalihan berdasarkan rancangan Pengambilalihan yang telah disetujui oleh Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Cukup jelas.

4 Bagi BPR berbentuk badan hukum Perusahaan Umum Daerah, rancangan perubahan Anggaran Dasar hasil Pengambilalihan yang disampaikan kepada Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berbentuk Peraturan Daerah.

Cukup jelas.

24 1 Direksi BPR atau BPRS yang akan diambil alih wajib mengumumkan ringkasan rancangan Pengambilalihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) yang paling sedikit memuat:

Cukup jelas.

a. nama dan tempat kedudukan BPR atau BPRS yang akan diambil alih dan pihak yang akan mengambil alih, disertai dengan identitas pihak yang akan mengambil alih;

b. komposisi pemegang saham sebelum dan sesudah dilakukan Pengambilalihan; dan

c. perkiraan jangka waktu pelaksanaan Pengambilalihan.

2 Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan paling lambat:

Cukup jelas.

a. 30 (tiga puluh) hari sebelum RUPS, dalam surat kabar harian lokal dan pada papan pengumuman di kantor masing-masing BPR atau BPRS;

Page 16: Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan ... · Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pasal Ayat

Pasal Ayat Rancangan POJK Penjelasan Rancangan POJK

b. 14 (empat belas) hari sebelum RUPS, kepada pegawai masing-masing BPR atau BPRS secara tertulis.

25 1 Kreditur dan/atau pemegang saham minoritas dapat mengajukan keberatan atas rencana Pengambilalihan kepada BPR atau BPRS paling lambat 14 (empat belas) hari setelah tanggal pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf a.

Cukup jelas.

2 Kreditur dan/atau pemegang saham minoritas yang tidak mengajukan keberatan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dianggap menyetujui Pengambilalihan.

Cukup jelas.

3 Pengajuan keberatan yang dilakukan oleh kreditur dan/atau pemegang saham minoritas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Direksi masing-masing BPR atau BPRS yang akan diambil alih untuk diselesaikan dalam RUPS.

Cukup jelas.

4 Dalam hal penyelesaian keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) belum tercapai, Pengambilalihan tidak dapat dilaksanakan.

Cukup jelas.

26 1 Rancangan Pengambilalihan dan konsep Akta Pengambilalihan wajib mendapat persetujuan

Cukup jelas.

a. RUPS BPR atau BPRS yang akan diambil alih; dan

b. pihak yang akan melakukan Pengambilalihan.

2 Konsep Akta Pengambilalihan yang telah disetujui oleh pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dituangkan dalam Akta Pengambilalihan BPR atau BPRS hasil Pengambilalihan yang dibuat di hadapan notaris dalam bahasa Indonesia.

Cukup jelas.

3 Dalam hal Akta Pengambilalihan berbeda dengan konsep Akta Pengambilalihan yang telah disetujui RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPR atau BPRS wajib menyesuaikan Akta Pengambilalihan.

Cukup jelas.

27 1 Permohonan untuk memperoleh izin Pengambilalihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) diajukan oleh pihak yang akan mengambil alih dan Direksi BPR atau BPRS yang akan diambil alih secara bersama-sama kepada Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan dan wajib dilampiri

dengan rancangan Pengambilalihan beserta dokumen pendukungnya.

Cukup jelas.

2 Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup, antara lain:

Cukup jelas.

a. rancangan akta jual-beli dalam rangka Pengambilalihan;

b. surat pernyataan dari Pihak yang mengambil alih tentang sumber dana untuk Pengambilalihan saham BPR; dan

Page 17: Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan ... · Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pasal Ayat

Pasal Ayat Rancangan POJK Penjelasan Rancangan POJK

c. surat pernyataan dari Pihak yang mengambil alih tentang tidak melakukan tindakan tercela di bidang Perbankan, keuangan, dan usaha lainnya dan/atau tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana

kejahatan.

3 Dalam hal BPR berbentuk badan hukum Perusahaan Umum Daerah mengajukan lampiran atas rancangan permohonan untuk memperoleh izin Pengambilalihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selain memenuhi peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini perlu memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Yang dimaksud dengan “ketentuan peraturan perundang-undangan terkait” adalah ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.

28 Dalam memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan izin Pengambilalihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), Otoritas Jasa Keuangan melakukan:

Cukup jelas.

a. penelitian atas kelengkapan dan kebenaran dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1);

b. penilaian kemampuan dan kepatutan terhadap pihak yang akan mengambil alih; dan

c. pemeriksaan setoran modal.

29 1 Otoritas Jasa Keuangan memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan izin Pengambilalihan paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja setelah permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 diterima secara lengkap.

Cukup jelas.

2 Dalam hal permohonan izin Pengambilalihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditolak, Otoritas Jasa Keuangan

menyampaikan pemberitahuan secara tertulis disertai dengan alasan penolakan.

Cukup jelas.

3 Dalam hal terdapat perubahan Anggaran Dasar, tembusan persetujuan atau penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Otoritas Jasa Keuangan kepada instansi yang berwenang.

Cukup jelas.

30 1 Izin Pengambilalihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) bagi:

Cukup jelas.

a. BPR atau BPRS yang berbentuk badan hukum Perseroan

Terbatas dan Perusahaan Perseroan Daerah, berlaku sejak tanggal persetujuan atau penerimaan pemberitahuan perubahan Anggaran Dasar BPR atau BPRS oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia;

b. BPR yang berbentuk badan hukum Perusahaan Umum Daerah, berlaku sejak tanggal persetujuan Otoritas Jasa Keuangan; atau

Page 18: Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan ... · Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pasal Ayat

Pasal Ayat Rancangan POJK Penjelasan Rancangan POJK

c. BPR yang berbentuk badan hukum Koperasi berlaku sejak tanggal pengesahan Akta Perubahan Anggaran Dasar BPR dari instansi yang berwenang.

2 BPR atau BPRS yang telah memperoleh izin Pengambilalihan wajib menyampaikan laporan pelaksanaan Pengambilalihan kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah surat persetujuan atau surat penerimaan pemberitahuan Akta Pengambilalihan dari instansi yang berwenang diterima oleh BPR atau BPRS.

Cukup jelas.

Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan atas Permintaan Otoritas Jasa Keuangan

31 1 Otoritas Jasa Keuangan dapat meminta kepada pemegang saham, pemegang saham pengendali, anggota Direksi, dan anggota Dewan Komisaris untuk melakukan Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan dengan BPR atau BPRS lain, dalam hal:

Cukup jelas.

a. BPR atau BPRS ditetapkan dalam pengawasan intensif atau pengawasan khusus dengan salah satu tindakan pengawasan yang diterapkan dalam rangka proses penyehatan adalah berupa pelaksanaan penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan;

b. BPR atau BPRS tidak dapat memenuhi modal inti minimum sebagaimana dimaksud dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai kewajiban penyediaan modal inti minimum dan pemenuhan modal inti minimum BPR atau peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai kewajiban penyediaan modal inti minimum dan pemenuhan modal inti minimum BPRS; dan/atau

c. berdasarkan penilaian OJK, diperlukan upaya untuk memperkuat ketahanan dan daya saing BPR atau BPRS dalam rangka mewujudkan industri BPR atau BPRS yang

efisien, khususnya bagi BPR atau BPRS dalam 1 (satu) kepemilikan pemegang saham pengendali.

2 Pelaksanaan Penggabungan, Peleburan, atau Pengambilalihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan

ketentuan sebagaimana diatur dalam BAB II Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.

Cukup jelas.

3 Dalam hal diperlukan, Otoritas Jasa Keuangan dapat menentukan mekanisme Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan.

Cukup jelas.

Alamat Permohonan dan Penyampaian Laporan

Page 19: Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan ... · Rancangan POJK Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pasal Ayat

Pasal Ayat Rancangan POJK Penjelasan Rancangan POJK

32 1 Surat menyurat BPR atau BPRS yang disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan yang berkaitan dengan permohonan untuk mendapatkan izin Penggabungan dan Peleburan serta penyampaian laporan ditujukan kepada:

Cukup jelas.

a. Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan u.p Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan bagi BPR; atau

b. Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan u.p Departemen Perbankan Syariah bagi BPRS.

2 Surat menyurat BPR atau BPRS yang disampaikan kepada

Otoritas Jasa Keuangan yang berkaitan dengan permohonan untuk mendapatkan izin Pengambilalihan dan penyampaian laporan BPR atau BPRS kepada Otoritas Jasa Keuangan ditujukan kepada:

Cukup jelas.

a. Kantor Regional Otoritas Jasa Keuangan, bagi BPR dan BPRS yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Regional Otoritas Jasa Keuangan; atau

b. Kantor Otoritas Jasa Keuangan, bagi BPR dan BPRS yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Otoritas Jasa Keuangan.

Sanksi

33 BPR atau BPRS yang melanggar ketentuan penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf d dan Pasal 30 ayat (2), dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis dan denda sebesar Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) per hari kerja keterlambatan dengan jumlah

paling banyak sebesar Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah).

Cukup jelas.

Ketentuan Penutup

34 Pada saat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/52/KEP/DIR tentang Persyaratan dan Tata Cara Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank Perkreditan Rakyat dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Cukup jelas.

35 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Cukup jelas.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.