23
TUGAS GSLC ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI RANGKUMAN BANKRUPTCY Oleh : Febya Edyna Yusuf – 1501171863 Kelas : 07 LB26 Ruang : 407 No Absen 9

Rangkuman Bankruptcy

Embed Size (px)

DESCRIPTION

GSLC Aspek Hukum Dalam Ekonomi

Citation preview

Page 1: Rangkuman Bankruptcy

TUGAS GSLC ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI

RANGKUMANBANKRUPTCY

Oleh :

Febya Edyna Yusuf – 1501171863

Kelas : 07 LB26

Ruang : 407

No Absen 9

Jurusan Sistem Informasi dan ManajemenBina Nusantara University

Jakarta2014

Page 2: Rangkuman Bankruptcy

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam rangka menyesuaikan dengan perkembangan perekonomian global, Indonesia melakukan revisi terhadap seluruh hukum ekonomi. Bidang hukum ekonomi yang mengalami revisi salah satunya ialah hokum kepailitan.Secara khusus International Monetary Fund (IMF) mendesak Pemerintah Republik Indonesia agar segera mengganti atau mengubah Peraturan Kepailitan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan sebagai sarana penyelesaian utang-utang pengusaha Indonesia kepada para kreditornya. Desakan IMF itu ditanggapi Pemerintah Republik Indonesia dengan menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tentang Kepailitan Nomor 1 Tahun 1998 (PERPU Kepailitan). Setelah beroperasi selama kurang lebih 6 tahun, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004.

BAB II

TINJAUAN TEORI

Menurut UU Kepailitan diartikan sebagai sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

Dasar Hukum

1. Sebelum tahun 1998 Kepailitan diatur dalam Faillissement Verordening Stb. Tahun 1905 No. 217 jo Stb Tahun 1906 No. 348,

2. Sejak tahun 1998 Kepailitan diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1998 tentang Kepailitan.

3. Undang-undang No. 1 Tahun 1998 (tidak berlaku lagi)

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

5. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2000 mengenai Permohonan Pernyataan Pailit untuk Kepentingan Umum

6. Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1998 mengenai Perhitungan Jumlah Hak Suara Kreditur

Page 3: Rangkuman Bankruptcy

Tujuan Kepailitan

• Tujuan utama kepailitan adalah melakukan pembagian antara para kreditur atas kekayaan debitur oleh kurator.

• Menghindari terjadinya sitaan terpisah atau eksekusi terpisah oleh kreditur dan menggantikannya dengan mengadakan sitaan bersama sehingga kekayaan debitur dapat dibagikan kepada semua kreditur sesuai dengan hak masing-masing.

• Lembaga kepailitan pada dasarnya merupakan suatu lembaga yang memberikan suatu solusi terhadap para pihak apabila debitur dalam keadaan berhenti membayar/tidak mampu membayar.

Fungsi Lembaga Kepailitan

1. Sebagai lembaga pemberi jaminan kepada kreditur bahwa debitur tidak akan berbuat curang, dan tetap bertanggung jawab terhadap semua hutang-hutangnya kepada semua kreditur.

2. Sebagai lembaga yang juga memberi perlindungan kepada debitur terhadap kemungkinan eksekusi massal oleh kreditur-krediturnya.

Pihak-Pihak yang Terkait Dalam Pengurusan Harta Pailit :

Dalam penguasaan dan pengurusan harta pailit yang terlibat tidak hanya kurator, tetapi masih terdapat pihak-pihak lain yang terlibat yaitu:

Hakim Pengawas

1. Hakim pengawas ditunjuk oleh hakim pengadilan

2. hakim pengawas bertugas mengawasi pengurusan dan pemberesan harta pailit yang dilakukan kurator

3. memberikan nasehat kepada pengadilan niaga

4. mendengar saksi-saksi atau memerintahkan para ahli untuk melakukan penyelidikan

5. menyampaikan surat panggilan kepada parak saksi untuk didengar keterangannya

6. hakim pengawas dapat/harus melimpahkan kewenangannya kepada pengadilan niaga setempat apabila saksi-saksi tersebut berada di luar kewenangan yurisdiksinya

Page 4: Rangkuman Bankruptcy

7. memberikan ijin kepada kurator untuk menghadap di muka pengadilan

8. memberikan persetujuan kepada kurator untuk memperoleh penjaman dari pihak ketiga

9. menerima permohonan perlawanan

Tugas Hakim Pengawas

1. Menerima laporan dari kurator yang dibuat setiap 3 bulan sekali

2. memberikan perpanjangan waktu bagi kurator untuk menyampaikan laporannya

3. setelah pencocokan utang dilakukan menawarkankepada para kreditor untuk membentuk panitia kreditor

4. berwenang memperoleh keterangan dalam segala hal

5. mengetuai rapat para kreditor

6. menentukan tanggal, waktu dan tempat rapat kreditor pertama (15 hari setelah pernyataan pailit)

7. dalam jangka waktu paling lambat 3 hari setelah pernyataan pailit wajib menyampaikan kepada kurator rencana rapat kreditor pertama

8. memberikan ijin kepada kepada debitor pailit apabila selama proses kepailitan ingin meninggalkan tempat tinggalnya

9. menentukan batas akhir pengajuan tagihan (14 hari)

Kurator.

Pasal 1

Kurator adalah Balai Harta Peninggalan atau orang perseorangan yang diangkat oleh Pengadilan untuk mengurus dan membereskan harta Debitor Pailit di bawah pengawasan Hakim Pengawas sesuai dengan Undang-Undang ini.

Tugas Kurator

1. Melakukan pengurusan dan pemberesan harga pailit

2. Mengumumkan putusan hakim tentang pernyataan pailit dalam surat kabat

3. Menyelamatkan harta pailit

Page 5: Rangkuman Bankruptcy

4. Menyegel harta benda pailit atas persetujuan hakim pengawas

5. Menyusun inventaris harta pailit

6. Kurator dapat melanjutkan usaha debitor yang dinyatakan pailit (atas persetujuan kreditor)

7. Berwenang membuka surat dan kawat yang dialamatkan kepada si pailit

8. Menerima pengaduan tentang debitor pailit

9. kurator berwenang untuk memberikan sejumlah nafkah bagi si pailit dan keluarga dengan izin hakim pengawas

10.Memindahtangankan harta pailit sepanjang untuk menutup ongkos pelailitan

11.Menyimpan semua uang, barang perhiasan dan lain-lain, kecuali hakim pengawas menetapkan penyimpanan lain

12.berwenang membuat perdamaian dengan persetujuan hakim pengawas

13.memangil dibitor untuk memberikan keterangan yang diperlukan

14.Memberikan salinan surat-surat yang ditempatkan di kantornya dan dapat di lihat oleh umum

Perlawanan Terhadap Kurator

Kreditor dan debitor dapat melakukan permohonan perlawanan terhadap kurator kepada hakim pengawas terhadap perbuatan hukum yang telah dilakukan curator

Tanggung Jawab Kurator

1. Kurator bertanggung jawab terhadap perbuatan hukum yang disengaja

2. kurator bertanggung jawab terhadap kelalaian yang terjadi dalam pelaksanaan tugasnya

3. kurator wajib memberikan ganti rugi terhadap kesalahan yang dilakukannya.

Panitia Para Kreditor.

Rapat Para Kreditor.

Page 6: Rangkuman Bankruptcy

Sita Jaminan

Pasal 10

Selama putusan atas permohonan pernyataan pailit belum diucapkan, Kreditor, dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk:

1. Meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atau seluruh kekayaan debitor; atau

2. Menunjuk Kurator sementara untuk mengawasi:3. Pengelolaan usaha Debitor; dan4. Pembayaran kepada Kreditor, pengalihan, atau pengagunan kekayaan

Debitor yang dalam kepailitan merupakan wewenang Kurator.5. Permohonan sita jaminan hanya dapat dikabulkan, guna melindungi

kepentingan Kreditor.

Syarat Pailit

Menurut Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Pasal 2

1. Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya.

2. Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat juga diajukan oleh kejaksaan untuk kepentingan umum.

3. Dalam hal Debitor adalah bank, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Bank Indonesia.

4. Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal.

5. Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan.

Penjelasan Pasal

Yang dimaksud dengan "Kreditor" dalam ayat ini adalah baik kreditor konkuren, kreditor separatis maupun kreditor preferen. Khusus mengenai kreditor separatis dan kreditor preferen, mereka dapat mengajukan permohonan

Page 7: Rangkuman Bankruptcy

pernyataan pailit tanpa kehilangan hak agunan atas kebendaan yang mereka miliki terhadap harta Debitor dan haknya untuk didahulukan.

"kepentingan umum" adalah kepentingan bangsa dan negara dan/atau kepentingan masyarakat luas, misalnya:

1. Debitor melarikan diri;

2. Debitor menggelapkan bagian dari harta kekayaan;

3. Debitor mempunyai utang kepada Badan Usaha Milik Negara atau badan usaha lain yang menghimpun dana dari masyarakat;

4. Debitor mempunyai utang yang berasal dari penghimpunan dana dari masyarakat luas;

5. Debitor tidak beritikad baik atau tidak kooperatif dalam menyelesaikan masalah utang piutang yang telah jatuh waktu; atau

6. dalam hal lainnya menurut kejaksaan merupakan kepentingan umum.

Yang Berhak Mengajukan Pailit

1. Debitor yang bersangkutan

2. Kreditor atau para kreditor

3. Kejaksaan untuk kepentingan umum

4. Bank Indonesia apabila debitornya adalah bank

5. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) apabila debitornya adalah perusahaan efek

6. Menteri Keuangan apabila debitornya adalah perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, dana pensiun, atau badan usaha milik negara yang bergerak di bidang kepentingan publik.

Prinsip-Prinsip Kepailitan

1. Prinsip Paritas Creditorium

Prinsip paritas creditorium (kesetaraan kedudukan para kreditor) menentukan bahwa kreditor mempunyai hak yang sama terhadap semua harta benda debitor. Apabila debitor tidak dapat membayar utangnya, maka harta kekayaan debitor menjadi sasaran kreditor.Filosofi dari prinsip paritas creditorium adalah bahwa merupakan suatu ketidakadilan jika debitor memiliki harta benda, sementara utang debitor terhadap para

Page 8: Rangkuman Bankruptcy

kreditornya tidak terbayarkan. Pasal 1131 Burgerlijk Wetboek dan Pasal 1132 Burgerlijk Wetboek:

a. Kepailitan hanya meliputi harta pailit dan bukan debitornya,

b. Debitor tetap pemilik kekayaannya dan merupakan pihak yang berhak atasnya, tetapi tidak lagi berhak menguasainya atau menggunakannya atau memindahkan haknya atau mengagunkannya,

c. Sitaan konservatoir secara umum meliputi seluruh harta pailit.

2. Prinsip Pari Passu Pro Rata Parte

Prinsip pari passu pro rata parte berarti bahwa harta kekayaan tersebut merupakan jaminan bersama untuk para kreditor dan hasilnya harus dibagikan secara proporsional diantara mereka, kecuali jika antara para kreditor itu ada yang menurut undang-undang harus didahulukan dalam menerima pembayaran tagihannya.Pengaturan prinsip ini diatur dalam Pasal 189 ayat (4) dan (5) dan penjelasan Pasal 176 huruf a Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan KewajibanPembayaran Utang

3. Prinsip Structured Pro Rata

Prinsip structured pro rata atau yang disebut juga dengan istilah structured creditors merupakan salah satu prinsip di dalam hukum kepailitan yang memberikan jalan keluar/keadilan diantara kreditor

Menurut Jerry Hoff, pembagian kreditor dalam hukum kepailitan

a. Secured creditorsb. Prefered creditorsc. Unsecured creditors

4. Prinsip Debt Collection

Prinsip debt collection (debt collection principle) adalah suatu konsep pembalasan dari kreditor terhadap debitor pailit dengan menagih klaimnya terhadap debitor atau harta debitor

5. Prinsip Debt Pooling

Prinsip debt pooling merupakan prinsip yang mengatur bagaimana harta kekayaan pailit harus dibagi diantara para kreditornya. Dalam

Page 9: Rangkuman Bankruptcy

melakukan pendistribusian aset tersebut, kurator akan berpegang pada prinsip paritas creditorium dan prinsip pari passu pro rata parte serta pembagian berdasarkan jenis masing-masing kreditor (structured creditors principle).

Akibat Hukum

Pasal 16

Pernyataan pailit mengakibatkan debitor yang dinyatakan pailit kehilangan segala “hak perdata” untuk menguasai dan mengurus harta kekayaan yang telah dimasukkan ke dalam harta pailit.1 Hal ini dapat dilihat dari adanya kewenangan kurator untuk mengurus dan atau melakukan pemberesan harta pailit.

Berlaku Demi Hukum

Akibat yuridis yang berlaku demi hukum (by the operation of law) segera setelah pernyataan pailit dinyatakan atau setelah pernyataan pailit mempunyai kekuatan hukum tetap ataupun setelah berakhirnya kepailitan. Dalam hal ini, pengadilan niaga, hakim pengawas, kurator, kreditor, dan pihak lain yang terlibat dalam proses kepailitan tidak dapat memberikan andil secara langsung untuk terjadinya akibat yuridis tersebut

Berlaku Rule of Reason

Maksud dari pemberlakuan model ini adalah bahwa akibat hukum tersebut tidak otomatis berlaku, tetapi baru berlaku jika diberlakukan oleh pihak-pihak tertentu setelah mempunyai alasan yang wajar untuk diberlakukan

Harta Pailit

Kemungkinan yang dilakukan oleh kurator adalah:

1. Menjual harga pailit

Dilakukan apabila kurator berpendapat bahwa biaya yang diperlukan untuk meneruskan usaha debitor pailit akan lebih besar daripada keuntungan yang mungkin didapat, dan penjualan ini harus dengan nilai yang paling tinggi.

Hal Yang Harus Diperhatikan

1. Harus menjual untuk harga yang paling tinggi

Page 10: Rangkuman Bankruptcy

2. Harus memutuskan apakah harta tertentu harus dijual segera dan harta yang lain harus disimpan lebih dahulu karena nilainya akan meningkat di kemudian hari

3. Harus kreatif dalam mendapatkan nilai tertinggi atas harta debitor pailit

2. Melanjutkan usaha debitor

Dilakukan oleh kurator apabila terdapat kemungkinan untuk meningkatkan nilai harta pailit. Untuk melanjutkan usaha debitor pailit maka harus dilakukan berdasarkan persetujuan panitia kreditor

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

PKPU Pada hakikatnya berbeda dengan kepailitan, penundaan pembayaran tidak berdasarkan keadaan dimana debitor tidak mampu membayar utangnya dan juga tidak dimaksudkan untuk dilakukan pemberesan (likuidasi) melainakn didasarkan pada kondisi debitur yang dalam keadaan sulit untuk memenuhi utangnya.

Pasal 222

1. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang diajukan oleh Debitor yang mempunyai lebih dari 1 (satu) Kreditor atau oleh Kreditor.

2. Debitor yang tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat memohon penundaan kewajiban pembayaran utang, dengan maksud untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada Kreditor.

3. Kreditor yang memperkirakan bahwa Debitor tidak dapat melanjutkan membayar utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat memohon agar kepada Debitor diberi penundaan kewajiban pembayaran utang, untuk memungkinkan Debitor mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada Kreditornya

Perdamaian dalam PKPU

Page 11: Rangkuman Bankruptcy

Debitor dapat mengajukan rencana perdamaian kepada kreditornya dengan memperhatikan syarat pengajuannya

Pasal 266

Debitor berhak pada waktu mengajukan permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang atau setelah itu suatu perdamaian kepada kreditor

Kemungkinannya

1. Piutang-piutang para kreditor akan dibayar atau dapat dibayar seluruhnya oleh debitor

2. Pembayaran piutang kreditor itu dilunasi sebagian melalui pemberesan tahap demi tahap

3. Suatu perdamaian di bawah tangan

4. Pernyataan pailit, apabila tujuan yang hendak dicapai dengan pengunduran pembayaran tidak tercapai

Keuntungan PKPU

1. Harta kekayaan debitor terhindar dari tindakan likuidasi ataupun harta jaminan di jual lelang guna memenuhi pelunasan utang.

2. Debitor atau perusahaannya masih mempunyai hak pengurusan harta dan kelangsungan usaha tetap berjalan

BAB III

KASUS

Data Kasus

Pengadilan Pailitkan Pendiri Primagama

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengadilan Niaga Jakarta Pusat akhirnya memutuskan memailitkan Purdi E Chandra. Vonis ini keluar lantaran proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) atas pendiri bimbingan belajar (bimbel) Primagama itu gagal tercapai.

Dalam sidang yang dipimpin Ketua Majelis Hakim Lidya Sasando, Rabu (12/6/2013), dinyatakan bahwa termohon PKPU Purdi E Chandra dalam keadaan pailit dengan segala hukumnya. Sampai batas akhir masa PKPU, Rabu

Page 12: Rangkuman Bankruptcy

(12/6/2013), majelis hakim tidak mendapatkan laporan adanya mediasi dengan pihak penggugat, BNI Syariah. Tidak tercapai kesepakatan perdamaian antara kreditor dan Purdi selaku debitor.

Dalam putusan ini, majelis kembali mengangkat Johan Bastian Sihite dan Lambok selaku kurator pailit. Sebelumnya, mereka sebagai pengurus dalam selama PKPU. Sedangkan Amin Sutikno ditunjuk selaku hakim pengawas.

Atas putusan ini, Bambang Heriarto selaku kuasa hukum Purdi menyatakan kekecewaannya. Pasalnya, ujung pangkal putusan kepailitan ini karena adanya satu kreditor konkuren, yakni Tsuyoshi Shiraisi, yang menolak menyetujui perdamaian. "Padahal, kreditor ini masih diragukan keberadaannya. Sampai saat ini kami belum melihat surat kuasa dari pihak yang mewakilinya," katanya.

Bambang juga menilai putusan kepailitan ini janggal. Merujuk Pasal 224 UU Kepailitan dan PKPU, pengadilan seharusnya tidak mengabulkan permohonan PKPU yang diajukan oleh kreditor yang memegang hak tanggungan debitor. "BNI Syariah ini memegang hak tanggungan dari Purdi. Seharusnya hakim menolak permohonan PKPU-nya," katanya.

Selanjutnya, Purdi akan menempuh upaya hukum kasasi ke Mahkamah Agung (MA). Tidak cukup itu, ia juga akan melaporkan majelis hakim ke Komisi Yudisial (KY). "Kami laporkan ke KY pekan depan," katanya.

BNI Syariah sebelumnya memohonkan PKPU Purdi lantaran memiliki utang jatuh tempo sebesar Rp 24,2 miliar. Selain itu, juga memiliki utang ke Tsuyoshi Shiraishi, I Nyoman Kerta Widyarta, dan I Nyoman Bagus Nuradita.

Sumber: http://jateng.tribunnews.com/2013/06/13/pengadilan-pailitkan-pendiri-primagama

Majelis Hakim Mahkamah Agung Putus Pendiri Primagama Pailit

JAKARTA, KOMPAS.com - Pendiri bimbingan belajar Primagama, Purdi E Candra gagal melepaskan diri dari jerat pailit. Hal ini menyusul putusan Mahkamah Agung (MA) yang menolak permohonan kasasi atas pailit dirinya.

Permohonan kasasi perkara dengan no 421 K/Pdt.Sus-PAILIT/2013 ini telah diputus pada tanggal 13 November 2013 dengan amar putusan N.O. Hakim Agung pemutus perkara ini terdiri dari Takdir Rahmadi, Soltoni Mohdally, dan Suwardi.

Page 13: Rangkuman Bankruptcy

Purdi sebagai pemohon, sementara pihak termohon adalah PT Bank BNI Syariah Tbk. Perseroan ini sebelumnya mengajukan permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) terhadap Purdi di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Lantaran gagal mencapai perdamaian dalam proses PKPU, Purdi dinyatakan pailit.

Kuasa Hukum Purdi, Bambang Heriarto mengaku belum mendapat salinan resmi dari MA. "Belum tahu, kalau putusan N.O kemungkinan akan kami ajukan lagi," ujarnya saat dihubungi melalui telepon.

Sementara kuasa hukum BNI Syariah, Andi Simangunsong menganggap putusan ini sejalan dengan kontra memori kasasinya.

"Menurut aturan Undang-undang Kepailitan, jika kepailitan berawal dari PKPU karena rencana perdamaian ditolak, maka tidak terbuka upaya hukum termasuk kasasi," ujarnya. Dengan kata lain, debitur tidak punya hak mengajukan kasasi.

BNI Syariah mengajukan PKPU lantaran memiliki tagihan utang sebesar Rp 24,2 miliar. BNI Syariah membawa kreditur lain yaitu Tsuyoshi Shiraishi, I Nyoman Kerta Widyarta, dan I Nyoman Bagus Nuradita.

Dalam proses PKPU, proposal perdamaian yang diajukan Purdi ditolak oleh kreditur.

Lantaran tidak mencapai kata damai, majelis hakim dengan ketua Lidya Sasando memutus pailit Purdi. Dalam putusan pailit, majelis mengangkat Johan Bastian Sihite dan Lambok selaku kurator pailit. Sebelumnya mereka sebagai pengurus dalam selama PKPU. Sedangkan Amin Sutikno ditunjuk selaku Hakim Pengawas.

Atas putusan ini, Bambang Heriarto selaku kuasa hukum Purdi menyatakan kekecewaannya. Pasalnya, ujung pangkal putusan kepailitan ini karena adanya satu kreditur konkuren yakni Tsuyoshi Shiraisi yang menolak menyetujui perdamaian. Padahal kreditur ini masih diragukan keberadaannya.

Bambang juga menilai putusan kepailitan ini janggal. Merujuk pasal 224 UU Kepailitan dan PKPU, pengadilan seharusnya tidak mengabulkan permohonan PKPU yang diajukan oleh kreditur yang memegang hak tanggungan debitur yaitu PT BNI Syariah. Selanjutnya, Purdi menempuh upaya hukum kasasi ke Mahkamah Agung (MA).

Sumber :http://jateng.tribunnews.com/2013/12/17/majelis-hakim-mahkamah-agung-putus-pendiri-primagama-pailit

Page 14: Rangkuman Bankruptcy

Permasalahan Kasus

BNI Syariah merupakan krediturnya yang telah memberikan fasilitas kredit dalam bentuk akad pembiayaan murabahah pada 29 Agustus 2007 dengan jumlah Rp3,3 miliar dan 9 Mei 2008 senilai Rp20,9 miliar. Setelah gagal bayar, BNI pun melayangkan somasi pada 1 Desember 2011, 16 Desember 2011, dan 27 Desember 2011. Pembiayaan tersebut semestinya diangsur setiap akhir bulan. Karena tak kunjung mendapatkan penyelesaian hutang tersebut, BNI Syariah akhirnya mendaftarkan PKPU di Pengadilan Niaga pada akhir 2012.Namun, hingga permohonan PKPU diajukan Purdi tidak kunjung menyelesaikan kewajibannya.

BAB IV

PEMBAHASAN

Akad yang digunakan dalam pembiayaan adalah akad murabahah. Murabahah adalah suatu akad jual beli dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba dimana pihak debitur haruslah menyelesaikan dan menanggung semua konsekuensi dari pembiayaannya. Harga yang dibayarkan oleh pihak Bapak Purdi adalah harga beli ditambah dengan margin yang telah ditetapkan dalam kontrak yang tidak berubah. Margin tidak berubah mengikuti suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Inilah yang membedakan dengan bank konvensional yang jumlah margin bisa saja berubah sesuai dengan ketetapan suku bunga yang dikeluarkan oleh BI.

Kemudian menjadi suatu masalah ialah ketidakmampuan Bapak Purdi untuk menyelesaikan pembiayaan dengan pihak BNI Syariah. Pemohon PKPU (BNI Syariah) tidak ingin berdamai dengan tidak merestrukturisasi pembiayaan Bapak Purdi hingga dinyatakan kepailitannya oleh Pengadilan Niaga.

Dalam UU Kepailitan yang lama (UU No. 4/1998) PKPU hanya dapat diajukan oleh Debitur secara sukarela hendak menyelesaikan hutangnya. Namun dalam UU Kepailitan yang berlaku saat ini ( UU No, 37/2004) PKPU dimungkinkan pengajuannya oleh Kreditor. Artinya Kreditor dapat “memaksa” Debitornya untuk menyelesaikan hutangnya melalui suatu perdamaian. Melalui permohonan PKPU, dalam jangka waktu 20 hari Pengadilan Niaga harus

Page 15: Rangkuman Bankruptcy

mengabulkan PKPU sementara. Untuk selanjutnya, dilakukan rapat kreditor guna menetapkan rencana perdamaian penyelesaian hutang debitor kepada para kreditornya. Dalam hal PKPU sementara tidak membuahkan hasil, maka pengadilan niaga akan menyatakan debitor pailit.

Pasal 228 ayat 5 : Dalam hal penundaan kewajiban pembayaran utang tetap tidak dapat ditetapkan oleh Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat 4, dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 225 ayat 4, debitor dinyatakan pailit.

Perlu diingat, pengajuan PKPU ini tetap harus didasarkan adanya 2 kreditor yang dapat dibuktikan secara sederhana dan telah jatuh tempo. Karena pada saat perdamaian melalui PKPU tidak tercapai, maka debitor akan langsung dinyatakan pailit. Dan syarat utama dari vonis pailit adalah adanya 2 kreditor yang dapat dibuktikan secara sederhana dan telah jatuh tempo. Karena esensi dari PKPU oleh kreditor ini adalah memaksa debitor memberikan proposal perdamaian. Jika gagal, maka berakhir di pailit, sehingga dilakukan sita umum terhadap seluruh aset debitor. Baik Permohonan pailit ataupun PKPU dianggap efektif untuk “memaksa” Debitor membayar hutangnya. Terlebih yang dihadapi tidak hanya kepada 1 kreditor, tapi ke seluruh kreditornya. Hal ini yang sekarang sering dipraktikkan oleh perbankan terhadap debitor nya. Berbeda dengan gugatan di pengadilan negeri, proses kepailitan berlangsung lebih cepat dan memberikan efek lebih besar.

Lalu bagaimana kelanjutan Primagama setelah dinyatakan pailit? Karena yang dinyatakan pailit adalah pendiri Primagama dan bukan bisnis Primagama itu sendiri maka bisnis Primagama masih dapat terus berjalan. Begitu juga untuk bisnis lainnya. Perusahaan yang mengelola Primagama tidak seluruhnya dimiliki Pak Purdi. Hanya kepemilikan saham dalam perusahaan Pak Purdi saja yang kini dalam keadaan pailit, di bawah penguasaan kurator yang ditunjuk oleh pengadilan. Terhadap Pak Purdi, yang kini dinyatakan berstatus pailit, dalam setiap perbuatan hukum terhadap aset pribadinya (termasuk saham-saham dalam bisnisnya, tanah dan lain-lain) diambil alih oleh kurator. Perbuatan hukum dalam hal ini adalah segala hal terkait pengalihan seluruh asetnya dalam rangka pemberesan untuk membayar hutang kepada para kreditornya, Pak Purdi pun dibatasi apabila hendak bertransaksi. Tindakan kurator kini yang utama adalah melakukan pemberesan aset untuk membayar hutang kepada para kreditor. putusan pailit ini adalah terhadap diri Pak Purdi secara pribadi bukan terhadap

Page 16: Rangkuman Bankruptcy

perusahaannya, karena yang menjadi debitur dalam akad murabahah dengan BNI Syariah adalah dirinya pribadi. Tanggung jawab pribadi juga bisa dikenakan terhadap pesero dari perusahaan yang tidak berbadan hukum seperti CV, Firma atau persekutuan perdata dan akan berbeda jika yang menjadi debitor adalah perusahannya yang berbentuk badan hukum seperti PT. Karena terdapat pemisahan harta antara pribadi dengan PT, sebagaimana karakter dari suatu badan hukum.

BAB V

KESIMPULAN

Permohonan PKPU BNI Syariah adalah tindakan yang logis setelah 3 kali somasi dan rentan waktu antara somasi akhir dan pemutusan PKPU cukup lama,sekitar 1,5 tahun. Asas musyawarah dalam penyelesaian masalah sudah dipenuhi dengan pemberian somasi. Status PKPU adalah jalan terakhir dalam penyelesaian pembiayaan akad murabahah ini. Dengan status PKPU, status Bapak Purdi menjadi jelas gagal bayar sehingga Fatwa DSN MUI NO. 47/DSN-MUI/II/2005 Tentang Penyelesaian Piutang Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar dapat dijalankan. Menurut fatwa ini, Lembaga Keuangan Syariah boleh melakukan penyelesaian (settlement) murabahah bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikan/melunasi pembiayaannya sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati, dengan ketentuan:

a) Obyek murabahah atau jaminan lainnya dijual oleh nasabah kepada atau melalui LKS dengan harga pasar yang disepakati;

b) Nasabah melunasi sisa utangnya kepada LKS dari hasil penjualan;c) Apabila hasil penjualan melebihi sisa utang maka LKS mengembalikan

sisanya kepada nasabah;d) Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa utang maka sisa utang tetap

menjadi utang nasabah;e) Apabila nasabah tidak mampu membayar sisa utangnya, maka LKS dapat

membebaskannya.

Opsi E tidak dilaksanakan karena Pak Purdi masih memiliki aset untuk menutupi utang murabahahnya.