57
REKAYASA HIDROLOGI OLEH : Ayu A. Andriani 12.11.106.701101.0708 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS BALIKPAPAN 2013 1

Rangkuman Hidrologi - Ayu Andriani

Embed Size (px)

Citation preview

REKAYASA HIDROLOGI

OLEH :

Ayu A. Andriani 12.11.106.701101.0708

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS BALIKPAPAN

2013

1

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun Tugas Makalah

Hidrologi ini tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan

akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu,

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

mendukung dalam penyusunan makalah ini, dalam hal ini Bapak Muhammad Fauzi,S.T.,M.T

selaku dosen Mata kuliah hidrologi ,serta teman-teman dari Program Studi Teknik Sipil

Angkatan 2011.

Di dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan,oleh

sebab itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan guna pembuatan

makalah-makalah di masa mendatang.Akhir kata,Semoga Makalah ini bermanfaat bagi Kita

semua.Amin.

Balikpapan, 11 Nov 2013

Ayu A. Andriani

2

BAB I

Siklus Hidrologi

A. defenisi

Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke

bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.

Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus

hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh

sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan

gerimis atau kabut.

3

Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke

atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai

tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga

cara yang berbeda:

Evaporasi / transpirasi – Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb.

kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan.

Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya

akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.

Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah – Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-

celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak

akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah

permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.

Air Permukaan – Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan

danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan

semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban.

Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang

membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.

Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa),

dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan

berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen

siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS).Jumlah air di bumi

secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya.

4

B. Komponen dalam siklus hidrologi

Unsur-unsur utama (komponen) yang terjadi dalam proses siklus hidrologi,

Evaporasi (presipitasi)

Air di permukaan bumi, baik di daratan maupun di laut dipanasi oleh sinar matahari

kemudian berubah menjadi uap air yang tidak terlihat di atmosfir. Uap air juga

dikeluarkan dari daun-daun tanaman melalui sebuah proses yang dinamakan transpirasi.

Setiap hari tanaman yang tumbuh secara aktif melepaskan uap air 5 sampai 10 kali

sebanyak air yang dapat ditahan. Sekitar 95.000 mil kubik air menguap ke angkasa setiap

tahunnya. Hampir 80.000 mil kubik menguapnya dari lautan. Hanya 15.000 mil kubik

berasal dari daratan, danau, sungai, dan lahan yang basah, dan yang paling penting juga

berasal dan transpirasi oleh daun tanaman yang hidup. Proses semuanya itu disebut

evapotranspirasi.

Transpirasi

Merupakan proses pelepasan uap air yang berasal dari tumbuh - tumbuhan melalui

bagian daun, terutama stomata atau mulut daun.

Evapotranspirasi

Merupakan gabungan antara proses evaporasi dan transpirasi.

Kondensasi

Uap air naik ke lapisan atmosfer yang lebih tinggi akan mengalami pendinginan,

sehingga terjadi perubahan wujud melalui kondensasi menjadi embun, titik-titik air, salju

dan es. Kumpulan embun, titik-titik air, salju dan es merupakan bahan pembentuk kabut

dan awan.

5

Presipitasi (Hujan)

Presipitasi atau Curah Hujan ketika titik-titik air, salju dan es di awan ukurannya

semakin besar dan menjadi berat, mereka akan menjadi hujan. Presipitasi pada

pembentukan hujan, salju, dan hujan batu (hail) berasal dan kumpulan awan. Awan-awan

tersebut bergerak mengelilingi dunia, yang diatur oleh arus udara. Sebagai contoh, ketika

awan-awan tersebut bergerak menuju pegunungan, awan-awan tersebut menjadi dingin,

dan kemudian segera menjadi jenuh air yang kemudian air tersebut jatuh sebagai hujan,

salju, dan hujan batu (hail), tergantung pada suhu udara sekitarnya.

Adveksi

Merupakan proses pengangkutan air dengan gerakan horizontal seperti perjalanan

panas maupun uap air dari satu lokasi ke lokasi yang lain oleh gerakan udara mendatar.

Infiltrasi (Perkolasi)

Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi khususnya daratan, kemudian meresap ke

dalam tanah dengan cara mengalir secara infiltrasi atau perkolasi melalui celah-celah dan

pori-pori tanah dan batuan, sehingga mencapai muka air tanah (water table) yang

kemudian menjadi air bawah tanah.

Surface run off

Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau

horizontal di bawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air

permukaan. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk,

rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk

sungai dan berakhir ke laut.

6

Infiltrasi

Perembesan atau pergerakan air ke dalam tanah melalui pori - pori tanah.

Intersepsi

Hujan turun di hutan yang lebat, tetapi air tidak sampai ke tanah, akibat intersepsi, air

hujan tertahan oleh daun-daunan dan batang pohon

Macam-Macam dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi meliputi :

A. Siklus Pendek / Siklus Kecil

1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari

2. Terjadi kondensasi dan pembentukan awan

3. Turun hujan di permukaan laut

B. Siklus Sedang

1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari

2. Terjadi kondensasi

3. Uap bergerak oleh tiupan angin ke darat

4. Pembentukan awan

5. Turun hujan di permukaan daratan

6. Air mengalir di sungai menuju laut kembali

C. Siklus Panjang / Siklus Besar

1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari

2. Uap air mengalami sublimasi

3. Pembentukan awan yang mengandung kristal es

4. Awan bergerak oleh tiupan angin ke darat

5. Pembentukan awan

7

6. Turun salju

7. Pembentukan gletser

8. Gletser mencair membentuk aliran sungai

9. Air mengalir di sungai menuju darat dan kemudian ke laut

Proses siklus hidrologi berlangsung terus-menerus yang membuat air menjadi sumber daya

alam yang terbaharui. Jumlah air di bumi sangat banyak baik dalam bentuk cairan, gas / uap,

maupun padat / es. Jumlah air seakan terlihat semakin banyak karena es di kutub utara dan

kutub selatan mengalami pencairan terus-meners akibat pemanasan global bumi sehingga

mengancam kelangsungan hidup manusia di bumi.

8

BAB II

Evaporasi ( Penguapan )

A. Definisi Evaporasi

Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan

permukaan air ke udara disebut evaporasi (penguapan). Peristiwa pengauapan dari tanaman

disebut transpirasi. Kedua-duanya bersama-sama disebut evapotranspirasi.

Evaporasi merupakan proses pertukaran air dipermukaan menjadi molekul uap air

diatmosfer. Evaporasi adalah proses fisis dimana benda cair atau padat berubah menjadi fase

gas. Evaporasi dari air ke dalam atmosfir timbul dari permukaan air seperti laut, danau,

sungai, tanah, dan vegetasi yang basah. Proses evaporasi air yang mengalir dalam tanaman

dari akar ke daun dikenal sebagai transpirasi. Di alam, evaporasi air dari tanah dan tanaman

berjalan secara bersama-sama (Simultan) dan disebut sebagai evapotianspirasi.

A. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penguapan :

Suhu

Kelembaban

Tekanan Udara

Angin

Lamanya penyinaran matahari

9

Beberapa istilah yang berhubungan dengan evaporasi :

Transpirasi

Proses fiiologi alamiah, diamana air yang dihisap oleh akar diteruskan oleh tubuh/batang

tanaman dan kemudian diuapkan kembali melalui sel-sel stomata.

Evapotrasnpirasi

Penguapan dari suatu DAS akibat pertumbuhan tanaman didalamnya atau penguapan yang

terjadi dipermukaan tanaman.

Evapotranspirasi Potensial

Penguapan yang terjadi akibat apabila kandungan air tidak terbatas ini sangat penting untuk

perkiraan kebutuhan air untuk irigasi.

Evaporasi vs pengeringan

Evaporasi tidak sama dengan pengeringan, dalam evaporasi sisa penguapan adalah zat

cair – kadang-kadang zat cair yang sangat vuskos – dan bukan zat padat. Perbedaan lainnya

10

adalah, pada evaporasi cairan yang diuapkan dalam kuantitas relatif banyak, sedangkan pada

pengeringan sedikit.

Evaporasi vs distilasi

Evaporasi berbeda pula dari distilasi, karena uapnya biasa dalam komponen tunggal,

dan walaupun uap itu dalam bentuk campuran, dalam proses evaporasi ini tidak ada usaha

unutk memisahkannya menjadi fraksi-fraksi. Selain itu, evaporasi biasanya digunakan untuk

menghilangkan pelarut-pelarut volatil, seperti air, dari pengotor nonvolatil. Contoh pengotor

nonvolatil seperti lumpur dan limbah radioaktif. Sedangkan distilasi digunakan untuk

pemisahan bahan-bahan nonvolatil.

Evaporasi vs kristalisasi

Evaporasi lain dari kristalisasi dalam hal pemekatan larutan dan bukan pembuatan zat

padat atau kristal. Evaporasi hanya menghasilkan lumpur kristal dalam larutan induk (mother

liquor). Evaporasi secara luas biasanya digunakan untuk mengurangi volume cairan atau

slurry atau untuk mendapatkan kembali pelarut pada recycle. Cara ini biasanya menjadikan

konsentrasi padatan dalam liquid semakin besar sehingga terbentuk kristal.

BAB III

INFILTRASI

11

Infiltrasi adalah proses meresapnya air atau proses meresapnya air dari permukaan

tanah melalui pori-pori tanah. Dari siklus hidrologi, jelas bahwa air hujan yang jatuh di

permukaan tanah sebagian akan meresap ke dalam tanah, sabagian akan mengisi cekungan

permukaan dan sisanya merupakan overland flow. Sedangkan yang dimaksud dengan daya

infiltrasi (Fp) adalah laju infiltrasi maksimum yang dimungkinkan, ditentukan oleh kondisi

permukaan termasuk lapisan atas dari tanah. Besarnya daya infiltrasi dinyatakan dalam

mm/jam atau mm/hari. Laju infiltrasi (Fa) adalah laju infiltrasi yang sesungguhnya terjadi

yang dipengaruhi oleh intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi

Infiltrasi mempunyai arti penting terhadap :

a. Proses Limpasan

Daya infiltrasi menentukan besarnya air hujan yang dapat diserap ke dalam tanah. Sekali air

hujan tersebut masuk ke dalam tanah ia akan diuapkan kembali atau mengalir sebagai air

tanah. Aliran air tanah sangat lambat. Makin besar daya infiltrasi, maka perbedaan antara

intensitas curah dengan daya infiltrasi menjadi makin kecil. Akibatnya limpasan

permukaannya makin kecil sehingga debit puncaknya juga akan lebih kecil.

b. Pengisian Lengas Tanah (Soil Moisture) dan Air Tanah

Pengisian lengas tanah dan air tanah adalah penting untuk tujuan pertanian. Akar tanaman

menembus daerah tidak jenuh dan menyerap air yang diperlukan untuk evapotranspirasi dari

daerah tak jenuh tadi. Pengisian kembali lengas tanah sama dengan selisih antar infiltrasi dan

perkolasi (jika ada). Pada permukaan air tanah yang dangkal dalam lapisan tanah yang

12

berbutir tidak begitu kasar, pengisian kembali lengas tanah ini dapat pula diperoleh dari

kenaikan kapiler air tanah

Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi adalah:

1. Karakteristik –karakteristik hujan

2. Kondisi-kondisi permukaan tanah

• Tetesan hujan, hewan maupun mesin mungkin memadatkan permukaan tanah dan

mengurangi infiltrasi.

• Pencucian partikel yang halus dapat menyumbat pori-pori pada permukaan tanah dan

mengurangi laju inflasi.

• Laju infiltrasi awal dapat ditingkatkan dengan jeluk detensi permukaan.

• Kepastian infiltrasi ditingkatkan dengan celah matahari.

• Kemiringan tanah secara tidak langsung mempengaruhi laju infiltrasi selama tahapan awal

hujan berikutnya.

• Penggolongan tanah (dengan terasering, pembajakan kontur dll) dapat meningkatkan

kapasitas infiltrasi karena kenaikan atau penurunan cadangan permukaan.

3. Kondisi-kondisi penutup permukaan

• Dengan melindungi tanah dari dampak tetesan hujan dan dengan melindungi pori-pori tanah

dari penyumbatan, seresah mendorong laju infiltrasi yang tinggi

• Salju mempengaruhi infiltrasi dengan cara yang sama seperti yang dilakukan seresah.

• Urbanisasi (bangunan, jalan, sistem drainase bawah permukaan) mengurangi infiltrasi.

4. Transmibilitas tanah

• Banyaknya pori yang besar, yang menentukan sebagian dari setruktur tanah, merupakan

salah satu faktor penting yang mengatur laju transmisi air yang turun melalui tanah.

• Infiltrasi beragam secara terbalik dengan lengas tanah.

5. Karakteristik-karakteristik air yang berinfiltrasi

• Suhu air mempunyai banyak pengaruh, tetapi penyebabnya dan sifatnya belum pasti.

• Kualitas air merupakan faktor lain yang mempengaruhi infiltrasi.

13

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya infiltrasi antara lain :

a. Dalamnya genangan di atas permukaan tanah (surface detention) dan tebal lapisan jenuh

b. Kadar air dalam tanah

c. Pemampatan oleh curah hujan

d. Tumbuh-tumbuhan

e. Karakteristik hujan

f Kondisi-kondisi permukaan tanah

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi antara lain :

a. Jenis permukaan tanah

b Cara pengolahan lahan

c. Kepadatan tanah

d. Sifat dan jenis tanaman.

14

BAB IV

HIDROMETRI

A. Definisi

Adalah ilmu yang mempelajari untuk mengukur/ mengumpulkan data sungai yaitu tinggi

muka air dan debit.

Untuk pengukuran tinggi muka air dan debit aliran, beberapasyarat masih harus

dipertimbngkan, yaitu :

Pemilihan pada bagian sungai yang lurus

Arus sungai sejajar dan sedikit mungkin turbuensi.

Penampang sungai stabil

Pemilihan tempat yang tepat

Mudah didatangi setiap saat.

Tidak terpengaruh arus pasang surut

Tidak terjadi peluapan

Tidak terganggu tanaman air

A. Teori Pengukuran Tinggi Muka Air

Pengukuran  elevasi  muka  air  dengan  menggunakan

AWLR  (Automatic  Water Recorder)

•Pengukuran ini dilakukan apabila disuatu tempat diperlukan pengamatan yang terusmenerus

serta konstruksi permanent perlu dibangun.

•Terdiri dari instrument pencatat yang ditempatkan pada suatu bangunan

terlindung,dihubungkan dengan sumur atau pipa pengamat

•Re l a t i ve l eb ih t e l i t i d a r i papan duga ka rena gangguan o l akan dan

ge lombang dieliminasi oleh pipa/ sumur.

•Rasio antara luas penampang sumur dengan luas tampang pipa tidak boleh

terlalubesar untuk menghindari adanya perbedaan elevasi muka air sungai dengan

15

elevasimuka a i r d i sumur pengama t . Ha l i n i dapa t t e r j ad i t e ru t ama pada

s aa t t e r j ad i . kecepatan aliran yang cukup besar disungai

Pengukuran elevasi muka air dengan model telemetri

•Memanfaa tkan t ekno log i i n s t rumen ta s i ( e l ek t ron ik dan kompu te r ) , yang

dapa t memantau elevasi muka air sungai secara realtime.

•Sangat sesuai untuk mendukung kebutuhan dini, untuk menghindari bahaya

mukaair tinggi yang mungkin terjadi

•Dapat menggunakan listrik, tenaga surya, ataupun baterai

Pengukuran Debit

Pengukuran debit merupakan bagian terpenting dalam hidrometri sungai,

karena t e rd i r i da r i be rbaga i pengukuran t e rka i t ( e l e ca s i muka a i r ,

keda l aman a l i r an , s e r t a kecepatan aliran). Persyaratan umum dari pengukuran

debit, seperti halnya pengukuran hidrometri sungai lainnya adalah

1.secara teknik dapat diterima,

2. ekonomis serta teliti.

Perhitungan besarnya debit merupakan perkalian antara nilai kecepatan rata-

ratadengan nilai luas tampang rerata. Terdapat beberapa cara untuk mendapatkan

kecepatan rerata vertikal, yaitu:

Metode satu titik 

Metode dua titik 

Metode tiga titik 

Metode lima titik

a. Metode satu titik

 

•Kecepatan ukur pada kedalaman 0,5-0,7 kedalaman, tergantung pada kondisi lokal,dan titik

ini diasumsikan mewakili vertikal.

•Anggapan i n i d i t u runkan da r i pe r t imbangan t eo r i t i s bahwa d i s t r i bus i

ve r t i ka l kecepatan mengikuti formula logaritmik.

16

•Metoda digunakan dimana estimasi debit diperlukan segera dan pada kedalaman air yang

relatif dangkal

b . Me tode dua t i t i k  

•Kecepa t an d iuku r pada dua t i t i k pada keda l aman 0 ,2d dan 0 ,8d . Dan

kecepa t an rerata pada vertikal tersebut adalah sebesar rerata aljabarnya.

•Me toda i n i banyak d igunakan dan d in i l a i member ikan ha s i l yang cukup

bagus , terutama pada aliran seragam dengan kedalaman diatas 0,7mc .

c .Me tode t i ga t i t i k  

•Kecepatan ukur pada tiga titik pada suatu vertikal, yaitu 0,15d, 0,5d, dan 0,85d dan

kecepatan reratanya didapat dari rerata ketiga data tersebut.

•Me toda i n i banyak d igunakan pada s a lu r an a t au sunga i yang banyak

d i t umbuh i vegetasi

d. Metode lima titik 

•Kecepatan diukur pada lima titik pada suatu kedalaman, yaitu: didekat permukaan,0,2d,

0,6d, 0,8d serta didekat dasar

.

perhitungan debit

Semua hasil pengukuran dan perhitungan kecepatan rerata selanjutnya disiapkan

untuk menghitung besarnya debit.

Terdapat dua metoda perhitungan debit yang dikenal yaitu

metoda aritmatik dan metoda grafis

1. perhitungan debit metoda aritmatik merupakan metoda yang paling sederhana dan

apling sering digunakan. Terdiri dari perhitungan kesepatan rerata dan kedalaman pada suatu

vertikal

.Debit parsial antara dua vertikal yang berdekatan adalah:

)1(11)1(

2)(2)(

+→+++→

17

++=

iiiiii ii

bd d V V  q

Debit total adalah penjumlahan dari debit parsial, atau :

Yang hampi r m i r i p dengan me toda a r i tma t i k ada l ah deb i t

pa r s i a l q i

Dihitung berdasarkan segmen yang diwakili oleh vertikal, atau 

18

 

2. perhitungan debit metoda grafis

a. metode integrasi garis

•distribusi vertikal kecepatan  digambar untuk setiap vertikal, kemudian

luasanantara kurva dan vertikal dihitung dengan planimeter 

•kecepatan rerata dihitung dengan salah satu cara yang telah disebutkan, kemudianarea

dihitung dengan persamaan

•luasan parsial diukur atau dihitung kemudian diskalakan pada tampang melintang,sehingga

diperoleh titik-titik. Suatu garis lengkung ditarik menghubungkan titik-titik yang telah

diperoleh tersebut

•apabila skala x untuk jarak S

1.skala y untuk luasan distribusi kecepatan adalah S

2 .dan a luasan bagian yang terarsir, maka debit adalah:

metode diagram kontur

•setelah diagram kontur digambar luasan parsial antara dua kontur

berdekatandihitung dengan planimeter  

•selanjutnya dibuat diagram baru hubungan antara kecepatan vs luasan

•luas area yang dibatasi oleh kurva dan sumbu x adalah total debit yang dicari total debit

adalah:

Dengan:

Vi= kecepatan yang diwakili oleh kontur kecepatan A

Ai= luasan parsial untuk kontur yang bersangkutan

19

BAB V

SUNGAI

A. Definisi Sungai

Salah satu sumber daya alam yang terpenting bagi manusia dan menghidupi hajat

hidup adalah air. Air mudah diperoleh dari sumber yang tidak terbatas, seperti air hujan, air

laut dan air sungai. Salah satu yang mudah kita temui dan berada tidak jauh dari jangkauan

kita adalah air sungai. Air sungai mengalir dari hulu ke hilir atau dari tempat yang lebih

tinggi ke tempat yang lebih rendah. Hulu air terletak di pegunungan, sedangkan hilir atau

yang seringkali disebut juga dengan muara terdapat di lautan luas.

Sungai merupakan jalan air alami. mengalir menuju Samudera, Danau atau laut, atau ke

sungai yang lain.

Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya

terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di

beberapa negara tertentu air sungai juga berasal dari lelehan es / salju. Selain air, sungai juga

mengalirkan sedimen dan polutan.

20

A. Jenis Sungai Berdasarkan Sumber Airnya

1. Sungai HujanSesuai dengan namanya, sungai ini tidak jauh- jauh dari kata hujan. Benar sekali,

sungai hujan adalah sungai dimana sumber airnya berasal dari air hujan yang berkumpul dan

membuat suatu aliran besar. Contoh sungai ini adalah sebagian besar sungai- sungai yang ada

diIndonesia.

2. Sungai Gletser

Gletser identik dengan salju atau es. Definisi sungai gletser itu sendiri adalah sungai yang

sumber airnya berasal dari salju yang mencair dan cairannya berkumpul menjadi air besar

yang mengalir menjadi sungai. Salah satu sungai gletser yang ada di Indonesia adalah sungai

Membramo yang terletak di Papua.

3. Sungai Campuran

Sungai campuran adalah perpaduan antara sungai gletser dan sungai hujan, yaitu sungai yang

terjadi karena pencampuran antara air hujan dan air salju yang mencair dan berkumpul dalam

jumlah besar. Contoh sungai campuran adalah sungai Digul yang berada di daerah Papua.

A. Menurut Jumlah Airnya , sungai dibedakan menjadi :

sungai permanen - yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif

tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan

Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di

Sumatera.

sungai periodik - yaitu sungai yang pada waktu musim hujan airnya

banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis

ini banyak terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan

sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah

Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.

sungai intermittent atau sungai episodik - yaitu sungai yang pada musim

kemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh

sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba.

21

sungai ephemeral - yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim

hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis

episodik, hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu

banyak.

A. Menurut Arah alirannya, Sungai dibedakan menjadi :

sungai konsekwen yaitu sungai yang arah alirannya searah dengan

kemiringan lereng

sungai subsekwen yaitu sungai yang aliran airnya tegak lurus dengan

sungai konsekwen

sungai obsekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya berlawanan

arah dengan sungai konsekwen

sungai insekwen yaitu sungai yang alirannya tidak teratur atau terikat oleh

lereng daratan

sungai resekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya searah

dengan sungai konsekwen

A. Berdasarkan struktur lapisan batuan yang dilaluinya, sungai dibedakan menjadi:

sungai anteseden

Adalah sungai yang dapat mengimbangi pengangkatan daerah lapisan

batuan yang dilaluinya. Jadi setiap terjadi pengangkatan, air sungai

mengikisnya.

sungai epigenesa

Adalah sungai yang terus menerus mengikis batuan yang dilaluinya

sehingga dapat mencapai daerah batuan asli atau batuan induknya.

Terjadinya sungai epigenesa diawali ketika daerah tersebut mengalami

penurunan sehingga terjadi sedimentasi. Contoh; sungai colorado mengikis

batuan selama jutaan tahun, sehingga mencapai batuan induk. Akibat

sungai ini terbentuklah Grand Canon yang terkenal di dunia.

22

BAB VI

INTERSEPSI

A. Definisi

Intersepsi adalah proses ketika air

hujan jatuh pada permukaan vegetasi di

atas permukaan tanah, tertahan beberapa

saat untuk kemudian diuapkan kembali

ke atmosfer atau diserap oleh vegetasi

yang bersangkutan. Proses intersepsi

terjadi selama berlangsungnya curah

hujan dan setelah hujan berhenti. Proses intersepsi terhadap curah hujan dari

tutupan vegetasi adalah sebagai salah satu proses dalam siklus hidrologi dalam

hutan. Air hujan yang jatuh menembus tajuk vegetasi dan menyentuh tanah akan

menjadi bagian air tanah. Besarnya intersepsi tidak dapat dihitung secara langsung

karena morfologi tajuk tanaman yang beragam sehingga sulit untuk dilakukan

pengukuran, namun nilai intersepsi pada ekosistem hutan dapat dihitung dengan

mengukur besarnya curahan tajuk dan aliran batang pada vegetasi. Intersepsi

dapat diketahui jika kedua nilai tersebut diperoleh, nilai intersepsi merupakan

perbedaan dari besarnya presipitasi total (Pg ) dengan presipitasi bersih (Pn ).

B. Faktor yang mempengaruhi intersepsi

-          Tipe vegetasi

-          Kondisi/umur vegetasi

-          Intensitas hujan

-          Lokasi

-          Luas tajuk penutup vegetasi atau kerapatan

23

Peranan Hutan sebagai penyerap karbon mulai menjadi sorotan pada saat bumi dihadapkan

pada persoalan efek rumah kaca, berupa kecenderungan peningkatan suhu udara atau biasa

disebut sebagai pemanasan global. Penyebab terjadinya pemanasan global ini adalah adanya

peningkatan konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer dimana peningkatan ini

menyebabkan kesetimbangan radiasi berubah dan suhu bumi menjadi lebih panas (Slamet,

2009).

Gas Rumah Kaca adalah gas-gas di atmosfer yang memiliki kemampuan menyerap radiasi

gelombang panjang yang dipancarkan kembali ke atmosfer oleh permukaan bumi. Sifat

termal radiasi inilah menyebabkan pemanasan atmosfer secara global (global warming). Di

antara GRK penting yang diperhitungkan dalam pemanasan global adalah karbon dioksida

(CO2), metana (CH4) dan nitrous oksida (N2O). Dengan kontribusinya yang lebih dari 55%

terhadap pemanasan global, CO2 yang diemisikan dari aktivitas manusia (anthropogenic)

mendapat perhatian yang lebih besar. Tanpa adanya GRK, atmosfer bumi akan memiliki suhu

30oC lebih dingin dari kondisi saat ini. Namun demikian seperti diuraikan diatas,

peningkatan konsentrasi GRK saat ini berada pada laju yang mengkhawatirkan sehingga

emisi GRK harus segera dikendalikan. Upaya mengatasi (mitigasi) pemanasan global dapat

dilakukan dengan cara mengurangi emisi dari sumbernya atau meningkatkan kemampuan

penyerapan (Agus, 2004).

Intersepsi merupakan proses terserapnya air hujan oleh tajuk-tajuk tanaman seperti

daun,dahan,dan batang atau secara umum merupakan bagian dari hujan yang tertahan oleh

vegetasi.

Intersepsi hujan tidak dapat diukur secara langsung melainkan dengan melakukan

pengukuran terhadap komponen intersepsi yaitu hujan bruto dan hujan neto (Seyhan, 1990).

Hutan dengan penyebarannya yang luas, dengan struktur dan komposisinya yan beragam

diharapkan mampu menyediakan manfaat lingkungan yang amat besar bagi kehidupan

manusia antara lain jasa peredaman terhadap banjir, erosi dan sedimentasi serta jasa

pengendalian daur air. Peran hutan dalam pengendalian daur air dapat dikelompokkan

sebagai berikut :

1. Sebagai pengurang atau pembuang cadangan air di bumi melalui proses :

24

a.    Evapotranspirasi

b.    Pemakaian air konsumtif untuk pembentukan jaringan tubuh vegetasi.

2. Menambah titik-titik air di atmosfer.

3. Sebagai penghalang untuk sampainya air di bumi melalui proses intersepsi.

4. Sebagai pengurang atau peredam energi kinetik aliran air lewat :

a.    Tahanan permukaan dari bagian batang di permukaan

b.    Tahanan aliran air permukaan karena adanya seresah di permukaan.

5. Sebagai pendorong ke arah perbaikan kemampuan watak fisik tanah untuk

memasukkan air lewat sistem perakaran, penambahan bahan organik ataupun

adanya kenaikan kegiatan biologik di dalam tanah.

Intersepsi hujan merupakan proses tertahannya air hujan pada tajuk tanaman. Air yang

tertahan pada tajuk tersebut akan terevaporasi kembali ke atmosfer. Air hujan yang jatuh

menembus tajuk tanaman disebut sebagai curahan tajuk (throughfall) dan air hujan yang

mengalir melalui batang disebut sebagai aliran batang (stemflow), kedua komponen itu

disebut sebagai hujan neto. Curahan tajuk dan aliran batang akan jatuh menyentuh tanah atau

lantai hutan dan akan diresap oleh tanah menjadi bagian air tanah. Perbedaan penutupan

vegetasi pada ekosistem hutan memberikan nilai intersepsi hujan yang berbeda sehingga

memengaruhi besarnya air hujan yang jatuh menyentuh tanah dan menjadi bagian air tanah.

Sehingga intersepsi merupakan proses yang penting dalam siklus hidrologi (Slamet, 2009).

RUMUS MENGHITUNG INTERSEPSI

I = Ch – (Sf + Tf)

Keterangan:

  I          = Intersepsi (mm)

Ch       = Curah hujan (mm)

Sf        = Stemflow (mm)

Tf        = Troughfall (mm)

BAB VII

25

ALIRAN PERMUKAAAN

A. Definisi Aliran Permukaan

Aliran permukaan dari suatu area merupakan hasil perpaduan dari seluruh faktor Hidrologi

dan meteorologi di dalam suatu daerah aliran. Aliran permukaan sangat bervariasi dalam

jumlah, tidak hanya dari tahun ke tahun berikutnya, maupun juga dari hari ke hari, dan jam ke

jam. Tidak mungkin mendeteksi secara kwantitatif pengaruh seluruh faktor terhadap aliran

permukaan.Faktor utama untuk menghitung aliran permukaan adalah iklim, tidak hanya

presipitasi dan evaporasi, tetapi juga dalam periode panjang seperti faktor tanah dan vegetasi.

Aliran permukaan dinyatakan dalam satuan cfs/cms = m 3/s ini adalah laju aliran air. Atau

dapat dalam inci atau mm – cm (ketebalan).

1. Sumber Aliran Permukaan

26

Aliran permukaan berasal dari presipitasi ke dalam 3 komponen sumber yaitu run off,

evaporasi, infiltrasi ke dalam tanah.

Aliran permukaan berasal dari curah hujan yang merupakan kelebihan dari laju kehilangan

(Evaporasi + Infiltrasi). Kedua aliran permukaan berasal dari cairnya salju/es, salju mencair

merupakan sumber air permukaan penting di daerah iklim dingin. Contoh beberapa sungai di

Canada, aliran permukaan dari pencairan salju menduduki 30 – 40 % dari total run off daerah

aliran. Ke tiga kontribusi aliran permukaan berasal dari tandon air tanah.

2. Komponen run off terdiri atas:

1. Overlandflow, yaitu air hujan setleh dikurangi infiltrasi dan kehilangan air lainnya, air

tersebut mengalir diatas permukaan tanah menuju alur sungai. Besar kecilnya aliran ini

dipengaruhi oleh:

a) sifat hujan (jumlah, lama hujan, intensitas, frekwensi ),

b) Kemiringan tanah,

c) sifat tanah (tekstur dan struktur tanah

d) penutupan tanah (tanah terbuka, tanah ada bangunan kedap air,

jenis dan kerapatan vegetasi),

e) cekungan-cekungan dipermukaan tanah (surface depression) dan f) lengas tanah pada saat

terjadi hujan.

2. Aliran antara (interflow dan throughflow) yaitu aliran air yang berasal dari air yang

berada pada lapisan tanah tidak jenuh air yang muncul kepermukaan lereng dan mengalir

menuju alur sungai, pemunculannya disebut rembesan (seepage).Rembesan ini banyak terjadi

pada waktu musim hujan, Pada waktu musim kemarau yang panjang jarang dijumpai

seepage karena simpanan lengas tanah sangat kurang.

3. Aliran dasar (baseflow) yaitu aliran air yang berasal dari airtanah (groundwater) yang

ada dalam akuifer disekitar alur sungai, muncul pada alur sebagai matair (spring) yang

selanjutnya disebut aliran dasar. Besar kecilnya aliran dasar tergantung dari simpanan

airtanah dalam tanah dalam akuifer (jenis materi dan volume akuifer).

27

Proses Run Off

Diskripsi proses run off dapat diawali dengan pertanyaan, Apa yang terjadi apabila presipitasi

mencapai permukaan tanah? Apabila presipitasi mencapai permukaan tanah, sebagian

infiltrasi ke dalam tanah atau mengalir di atas permukaan menuju saluran air.

Sebelum mencapai permukaan presipitasi terhadang oleh vegetasi, bagian ini disebut

intersepsi. Hujan yang sedikit jatuh pada hutan yang sudah berkembang baik mungkin tidak

pernah mencapai tanah. Apabila kapasitas intersepsi tercapai, sisa hujan mencapai tanah dan

28

tersedia untuk infiltrasi atau aliran permukaan.

Pengukuran Intersepsi oleh pepohonan di dalam hutan lebat, dapat dilakukan dengan

memasang penakar hujan secara acak di bawah vegetasi, dan dibandingkan dengan

pengukuran di tempat terbuka. Pada hutan yang sudah berkembang intersepsi mencapai 2 –

40 % curah hujan, tergantung tipe pohon / tajuk. Misalnya Eucalyptus di Australia 2 – 3 %

intersepsi. Hutan cemara di Norwegia kira-kira 25 %, dan hutan cemara di California dan

Douglas di atas 40 %.

Potamologi adalah bagian dari ilmu hidrologi yang khusus mempelajari tentang aliran

permukaan (runoff). Kajiannya ditekankan pada proses runoff, faktor-faktor yang

mempengaruhi runoff, distribusi runoff menurut ruang dan waktu, pengukuran runoff dan

analisis data runoff untuk mengembangkan teori tentang runoff baik untuk pengembangan

ilmunya maupun untuk menyelesaikan masalah praktis seperti masalah banjir dan penyediaan

air sungai

29

BAB VIII

HUJAN RATA-RATA

A. DEFINISI HUJAN

Hujan adalah sebuah

presipitasi berwujud cairan,

berbeda dengan presipitasi non-

cair seperti salju, batu es dan slit.

Hujan memerlukan keberadaan

lapisan atmosfer tebal agar dapat

menemui suhu di atas titik leleh

es di dekat dan di atas permukaan

Bumi. Di Bumi, hujan adalah

proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk

jatuh dan biasanya tiba di daratan. Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan

dapat mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara

atau penambahan uap air ke udara. Virga adalah presipitasi yang jatuh ke Bumi

namun menguap sebelum mencapai daratan; inilah satu cara penjenuhan udara.

Presipitasi terbentuk melalui tabrakan antara butir air atau kristal es dengan awan.

Butir hujan memilik ukuran yang beragam mulai dari pepat, mirip panekuk (butir

besar), hingga bola kecil (butir kecil).

B. MACAM-MACAM HUJAN

hujan berdasarkan terjadinya:

1.  Hujan siklonal, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik disertai dengan

angin berputar.

2. Hujan zenithal, yaitu hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator, akibat

pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara. Kemudian angin

tersebut naik dan membentuk gumpalan-gumpalan awan di sekitar ekuator yang

berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.

30

3. Hujan orografis, yaitu hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap air yang

bergerak horisontal. Angin tersebut naik menuju pegunungan, suhu udara menjadi

dingin sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan di sekitar pegunungan.

4.  Hujan frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin bertemu

dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua massa itu disebut

bidang front. Karena lebih berat massa udara dingin lebih berada di bawah. Di sekitar

bidang front inilah sering terjadi hujan lebat yang disebut hujan frontal.

5. Hujan muson atau hujan musiman, yaitu hujan yang terjadi karena Angin Musim

(Angin Muson). Penyebab terjadinya Angin Muson adalah karena adanya pergerakan

semu tahunan Matahari antara Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan. Di

Indonesia, hujan muson terjadi bulan Oktober sampai April. Sementara di kawasan

Asia Timur terjadi bulan Mei sampai Agustus. Siklus muson inilah yang

menyebabkan adanya musim penghujan dan musim kemarau.

Jenis-jenis hujan berdasarkan ukuran butirnya

Hujan gerimis / drizzle, diameter butirannya kurang dari 0,5 mm

Hujan salju, terdiri dari kristal-kristal es yang suhunya berada dibawah 0° Celsius

Hujan batu es, curahan batu es yang turun dalam cuaca panas dari awan yang suhunya

dibawah 0° Celsius

Hujan deras / rain, curahan air yang turun dari awan dengan suhu diatas 0° Celsius

dengan diameter ±7 mm.

Jenis-jenis hujan berdasarkan besarnya curah hujan (definisi BMKG)

hujan sedang, 20 – 50 mm per hari

hujan lebat, 50-100 mm per hari

hujan sangat lebat, di atas 100 mm per hari

Hujan Buatan

Sering kali kebutuhan air tidak dapat dipenuhi dari hujan alami. Maka orang menciptakan

suatu teknik untuk menambah curah hujan dengan memberikan perlakuan pada awan.

Perlakuan ini dinamakan hujan buatan (rain-making), atau sering pula dinamakan

penyemaian awan (cloud-seeding). Hujan buatan adalah usaha manusia untuk meningkatkan

curah hujan yang turun secara alami dengan mengubah proses fisika yang terjadi di dalam

awan. Proses fisika yang dapat diubah meliputi proses tumbukan dan penggabungan

(collision dan coalescense), proses pembentukan es (ice nucleation). Jadi jelas bahwa hujan

31

buatan sebenarnya tidak menciptakan sesuatu dari yang tidak ada. Untuk menerapkan usaha

hujan buatan diperlukan tersedianya awan yang mempunyai kandungan air yang cukup,

sehingga dapat terjadi hujan yang sampai ke tanah.

Bahan yang dipakai dalam hujan buatan dinamakan bahan semai.

C. Hujan Rata-rata pada Suatu Daerah

Hujan yang terjadi dapat merata di seluruh kawasan yang luas atauterjadi hanya bersifat

setempatHujan bersifat setempat hujan dari satu pos hujan belum tentudapat mewakili hujan

untuk kawasan yang lebih luas (karakteristik DPS)Faktor yang mempengaruhi karakteristik

DPS:

a.Jarak pos hujan sampai ke tengah kawasan yang dihitung curah hujannya

b.Luas daerah

c.Topografi

d.Sifat hujan

Metode pendekatan:

a. Rata-rata Aritmatika

b. Poligon Thiessen

c. Isohiet

Analisis perhitungan hujan rata-rata:

1. Rata-rata aljabar

Hitungan dilakukan dengan membagi rata pengukuran pada semua station hujan dengan

jumlah station dalam DAS.

P rata-rata = PI + PII + PIII + PIV

Keterangan:

P rata-rata = hujan rata-rata

PI,PII,PIII,PIV = tinggi hujan pada stasiun (I,II,III,IV) dalam mm

2. Poligon thiessen

P rata-rata = ∑α.Pi

α= Li/L

Keterangan:

P rata-rata = hujan rata-rata dalam mm

32

Pi = hujan masing-masing stasiun dalam mm

α= koefisien thiessen

Li = luas dari masing-masing poligon dalam km2

L = luas DAS dalam km2

3. Isohiet

Adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai tinggi hujan yang sama.

PI rata-rata = P1 + P2

2

PII rata-rata = P2 + P3

2

PIII rata-rata = P2 + P3

2

PIV rata-rata = P4 + P5

2

33

BAB IX

PRAKIRAAN AIR PERMUKAAN

A. DEFINISI

Gerakan air di permukaan bumi ini merupakan perjalanan air dari permukaan laut ke

atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut secara berangsur-angsur.

Matahari mengeluarkan energi panas yang akan menyebabkan terjadinya evaporasi di laut

atau tubuh-tubuh perairan.

Evaporasi akan menyebabkan terjadinya uap air tersebut terbawa angin melintasi daratan

yang bergunung atau datar, apabila keadaan atmosfer memungkinkan sebagian dari uap air

akan turun menjadi hujan.

Dalam daur hidrologi komponen masukan utama berupa air hujan, air hujan yang jatuh di

permukaan akan tertahan sementara di sungai, danau, dalam tanah sehingga dapat

dimanfaatkan oleh manusia.

Air permukaan yang melalui peresapan ke dalam tanah (infiltrasi) sebagian akan menjadi

aliran antara dan sebagian yang ter-perkolasi (pergerakan air dari lengas tak jenus ke

mintakat jenuh) akan menjadi air tanah. Sedangkan air hujan yang jatuh pada vegetasi

terdapat beberapa proses, jatuh melalui sela-sela daun/ tajuk (througfall), mengalir ke bawah

melalui batang pohon (streamflow), serta ada yang tidak sampai ke permukaan karena telah

mengalami penguapan dari tajuk pohon (intersepsi).

Air hujan yang ada di permukaan akan mengalir sesuai dengan topografi dari tempat yang

tinggi menuju pada tempat yang rendah. Aliran permukaan tersebut ada yang mengalir secara

bebas (overlandflow) dan mengalir secara langsung (runoff). Apabila pada permukaan

terdapat suatu cekungan maka aliran air akan tertampung sementara untuk kemudian

mengalir pada system sungai menuju ke hilir/laut.

34

peresapan ke dalam tanah sebagian akan menjadi aliran antara dan sebagian yang ter-

perkolasi (pergerakan air dari lengas tak jenus ke mintakat jenuh) akan menjadi air tanah.

Sedangkan air hujan yang jatuh pada vegetasi terdapat beberapa proses, jatuh melalui sela-

sela daun/ tajuk (througfall), mengalir ke bawah melalui batang pohon (streamflow), serta ada

yang tidak sampai ke permukaan karena telah mengalami penguapan dari tajuk pohon .

Buku Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Air Permukaan ini diterbitkan sebagai

salah satu wujud upaya KLH untuk meningkatkan kualitas proses prakiraan dampak.

Sebagaimana tercermin dari judulnya, buku ini memang khusus membahas prakiraan dampak

terhadap kualitas air permukaan. Penekanan khusus diberikan pada urutan langkah kerja dan

output yang sebaiknya dihasilkan dari proses prakiraan dampak kualitas air permukaan.

Konsentrasi Aliran

Air hujan yang jatuh diseluruh daerah tangkapan akan terkonsentrasi (mengalir menuju) suatu

titikkontrol.

Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh partikel air untuk mengalir dari titik

terjauh didalam daerah tangkapan sampai titik yang ditinjau. Waktu monsentrasi tergantung

pada karakteristik daerah tangkapan,tataguna lahan,jarak lintasan air dari titik terjauh sampai

stasiun yang ditinjau.

Pengaruh DAS terhadap distribusi runof, sulit dijelaskan dijelaskan secara parsial

dikarenakan output DAS hasil proses dari semua komponen DAS. Morfometri DAS sangat

ditentukan oleh factor topografi dan geologi. Penjelasan pengaruh morfometri DAS terhadap

distribusi runoff disajikan pada Gambar 3.12.

35

Daya infiltrasi menentukan besarnya air hujan yang dapat diserap ke dalam tanah. Sekali air

hujan tersebut masuk ke dalam tanah ia akan diuapkan kembali atau mengalir sebagai air

tanah. Aliran air tanah sangat lambat. Makin besar daya infiltrasi, maka perbedaan antara

intensitas curah dengan daya infiltrasi menjadi makin kecil. Akibatnya limpasan

permukaannya makin kecil sehingga debit puncaknya juga akan lebih kecil.

36

BAB X

DAS ( DAERAH ALIRAN SUNGAI )

A. PENGERTIAN DAS

 

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang di batasi punggung-

punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut

akan ditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan dialirkan

melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama (Asdak, 1995).

 

Daerah Aliran Sungai (DAS) menurut Dictionary of Scientific and

Technical Term (Lapedes et al., 1974), DAS (Watershed) diartikan

sebagai suatu kawasan yang mengalirkan air kesatu sungai utama.

 

Daerah Aliran Sungai (DAS) dikemukakan oleh Manan (1978)

bahwa DAS adalah suatu wilayah penerima air hujan yang dibatasi

oleh punggung bukit atau gunung, dimana semua curah hujan yang

jatuh diatasnya akan mengalir di sungai utama dan akhirnya bermuara

kelaut.

 

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu megasistem kompleks

yang dibangun atas sistem fisik (physical systems), sistem biologis

(biological systems) dan sistem manusia (human systems). Setiap

sistem dan sub-sub sistem di dalamnya saling berinteraksi. Dalam

proses ini peranan tiap-tiap komponen dan hubungan antar komponen

sangat menentukan kualitas ekosistem DAS. Tiap-tiap komponen

tersebut memiliki sifat yang khas dan keberadaannya tidak berdiri

sendiri, melainkan berhubungan dengan komponen lainnya

membentuk kesatuan sistem ekologis (ekosistem).  Gangguan terhadap

37

salah satu komponen ekosistem akan dirasakan oleh komponen lainnya

dengan sifat dampak yang berantai. Keseimbangan ekosistem akan

terjamin apabila kondisi hubungan timbal balik antar komponen

berjalan dengan baik dan optimal. (Kartodihardjo, 2008).

Maka dapet disimpulka bahwa DAS adalah sungai induk beserta anak-anak sungai yang

membentuk suatu kompleks sungai, contoh daerah aliran sungai antara lain: DAS Mahakan di

Kalimantan, DAS Rhein di Eropa, DAS Misissisipi di Amerika Serikat, dan sebagainya.

Pada garis besarnya badan sungai dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu:

Bagian Hulu Sungai (terletak di sekitar gunung)

Ciri-ciri dari sungai bagian hulu, antara lain:

1. Kemiringan sungainya sangat besar.

2. Aliran sungai deras dan banyak ditemukan jeram (air terjun)

3. Erosi sungai sangat aktif.

4. Erosinya kearah vertical (ke arah dasar sungai).

38

5. Lembah sungainya berbentuk V

Bagian Tengah Sungai

Ciri-ciri dari sungai bagian tengah, antara lain:

1. Kemiringan sungai sudah berkurang.

2. Aliran sungai tidak seberapa deras dan jarang dijumpai jeram.

3. Erosi sungai agak berkurang dan sudah ada sedimentasi.

4. Erosi sungai berjalan secara vertical dan horizontal.

5. Lembah sungainya berbentuk U

Bagian Hilir Sungai (terletak di daerah muara sungai)

Ciri-ciri dari sungai bagian hilir, antara lain:

1. Kemiringan sungai sangat landai.

2. Aliran sungai berjalan sangat lamban.

3. Erosi sungai sudah tidak ada yang ada adalah sedimentasi.

4. Sedimentasi membentuk daratan banjir dengan tanggul alam.

5. Lembah sungai berbentuk huruf U.

Masalah-masalah DAS di Indonesia

1. Banjir

2. Produktivitas tanah menurun

3. Pengendapan lumpur pada waduk

4. Saluran irigasi

5. Proyek tenaga air

6. Penggunaan tanah yang tidak tepat (perladangan berpindah, pertanian

lahan kering dan konservasi yang tidak tepat)

Dampak Kerusakan DAS. Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terjadi

mengakibatkan kondisi kuantitas (debit) air sungai menjadi fluktuatif antara musim

penghujan dan kemarau. Selain itu juga penurunan cadangan air serta tingginya laju

sendimentasi dan erosi. Dampak yang dirasakan kemudian adalah terjadinya banjir di musim

penghujan dan kekeringan di musim kemarau.

39

Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) pun mengakibatkan menurunnya kualitas air sungai

yang mengalami pencemaran yang diakibatkan oleh erosi dari lahan kritis, limbah rumah

tangga, limbah industri, limbah pertanian (perkebunan) dan limbah pertambangan.

Pencemaran air sungai di Indonesia juga telah menjadi masalah tersendiri yang sangat serius.

Faktor-faktor yang memengaruhi DAS di Indonesia

1. Iklim

2. Jenis batuan yang dilalui DAS

3. Banyak sedikitnya air hujan yang jatuh ke alur DAS

4. Lereng DAS

5. Bentukan alam (mender, dataran banjir dan delta)

Metode perhitungan banyaknya hujan di DAS

1. Metode Isohyet, yaitu garis dalam peta yang menghubungkan tempat-

tempat yang memiliki jumlah curah hujan yang sama selama periode

tertentu. Digunakan apabila luas tanah lebih dari 5000 km²

2. Metode Thiessen, digunakan bila bentuk DAS memanjang dan sempit

(luas 1000-5000 km²

Daerah-daerah DAS

1. Hulu sungai, berbukit-bukit dan lerengnya curam sehingga banyak jeram.

2. Tengah sungai, relatif landai,terdapat meander. Banyak aktifitas penduduk.

3. Hilir sungai, landai dan subur. Banyak areal pertanian

40

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang sudah diuraikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa

setiap proses hidrologi pada hakikatnya saling berkaitan membentuk sebuah kesatuan sistem

Hidrologi . Setiap proses hidrologi memiliki ciri dan memegang perananya masing-masing

bagi kelangsungan hidup organisme , maupun kompoen abiotik .

Proses alami yang berlangsung secara terus menurus tanpa di ganggu oleh campur

tangan manusia dapat memberikan kontribusi yang baik bagi kita semua, oleh sebab itu

pemanfaatan dan pengelolahan yang bijak terhadap lingkungan akan sangat diperlukan,

karena setiap manfaat yang kita dapat adalah sebuah proses yang perlu dijaga.

41

42

6