Upload
anctho-lukmi
View
108
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB lPENDAHULUAN
Bila selaput otak meradang (misalnya pada meningitis atau dirongga
subarakhnoid terdapat benda asing (misalnya darah, seperti pada perdarahan
subarakhnoid), maka hal ini dapat merangsang selaput otak dan terjadilah iritasi
meningeal atau rangsangan selaput otak. Manifestasi subjektif dari keadaan ini
ialah keluhan yang dapat berupa sakit kepala, kuduk terasa kaku, fotofobia (takut
cahaya, peka terhadap cahaya) dan hiperakusis (peka terhadap suara). Gejala lain
yang dapat dijumpai ialah: sikap tungkai yang cenderung mengambil posisi fleksi,
dan opistotonus, yaitu kepala dikedikkan kebelakang dan punggung melengkung
ke belakang. Sehingga pasien berada dalam keadaan ekstensi. (opisto = belakang,
tonos = tegang) karena terangsangnya otot-otot ekstensor kuduk dan punggung.
Opistotonus ini lebih sering kita jumpai pada bayi dan yang menderita meningitis,
misalnya meningitis tuberkulosa. Beberapa tanda-tanda klinis dapat mendiagnosis
meningitis, tanda brudzinski dan tanda kernig sangat mudah didapatkan dan
sekaligus mengingatkan dokter akan meningitis.1
Selain itu, rangsangan selaput otak dapat memberikan beberapa gejala,
diantaranya kaku kuduk, tanda Lasegue, Kernig, Brudzinski l (Brudzinski’s
neck sign), dan Brudzinski ll , (Brudzinski contralateral leg sign), Brudzinski III
dan Brudzinski IV.1,2,3
Meningitis merupakan suatu peradangan pada menings yang dapat
mengancam jiwa seseorang jika tidak diobati, meningitis memiliki angka
kematian sangat tinggi dan beberapa jenis bakteri penyebab meningitis dapat
mematikan dalam hitungan beberapa jam. Oleh karena itu, penegakkan diagnosis
sedini mungkin, efektif dan akurat sangat penting untuk pengobatan.2
Meningitis telah dikenal sejak zaman dahulu. Pada awal abad ke 15 SM,
Hippocrates mengajarkan bahwa “Jika selama demam, saat engkau memutar-
mutar leher anda, akan terdapat tahanan, itu adalah tanda yang fatal.” Berabad-
berabad kemudian, Raja Henry ll dari Perancis (1519 – 1559) diyakini telah
meninggal karena meningitis yang didiagnosis setelah dia mengalami cedera kulit
1
kepala selama olahraga. Meningitis pertama kali dijelaskan oleh dokter Inggris
Thomas Willis (1621-1675), ahli anatomi Italia, dan patologi Battista Morgagini
(1682-1771). Epidemi Meningitis tercatat paling pertama di Benua Amerika yang
mungkin telah disebabkan oleh meningitis bakteri di Medfield, MA pada tahun
1806. Data autopsi menyimpulkan pus antara lapisan duramater dan piamater
membuktikan bahwa meningitis bakteri sebagai faktor penyebab terjadinya
peradangan. Tapi sebagian besar orang dengan meningitis yang tidak disebabkan
oleh bakteri (misalnya, meningitis yang disebabkan oleh virus) sembuh dengan
cepat. Namun, meningitis bakteri dapat berakibat fatal bagi 1 dari 10 yang
mendapatkannya, bahkan dengan perawatan di rumah sakit. 1 dari 5 orang yang
terkena meningitis bakteri dapat menimbulkan masalah seperti ketulian atau
cedera otak.1,2,3
BAB ll
2
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Rangsang meningeal (Meningeal sign) adalah rangsangan yang disebabkan
oleh iritasi pada selaput otak yang dapat disebabkan oleh infeksi (Meningitis) atau
terdapat benda asing di rongga subarkhnoid misalnya darah seperti pada
perdarahan subarachnoid.1,2,3
B. ANATOMI
Gambar 1. Meninges4
Meninges adalah tiga jaringan ikat bermembran yang membungkus otak dan
medulla spinalis.5
A. Ketiga lapisan itu adalah pia mater, arachnoid, dan dura mater.5
1. Piamater adalah lapisan paling tipis, jaringan ikat yang paling banyak
pembuluh darah. Lapisan tersebut langsung membungkus otak dan
medulla spinalis.
2. Arachnoid adalah lapisan paling tipis, jaringan ikat bermembran yang
tidak terdapat pembuluh darah. Lapisan tersebut terdapat di antara dura
mater dan pia mater.
3
3. Duramater adalah lapisan terluar dari selaput otak.
B. Ruang meningeal (Meningeal spaces)
1. Ruang subarachnoid berada diantara lapisan piamater dan arachnoid.
Ruang tersebut sampai pada level kedua sacral vertebra. Ruang tersebut
berisikan cairan cerebrospinal (cerebrospinal fluid (CSF)).
2. Ruang subdural
- Pada Cranium, ruang subdural berisi pembuluh darah vena
- Pada medulla spinalis.
3. Ruang Epidural
Gambar 2. Meninges5
C. RANGSANG MENINGS
4
Tanda-tanda iritasi selaput otak menunjukkan peradangan pada selaput
tersebut, tanda-tanda tersebut adalah sebagai berikut:1,6
1. Kaku Kuduk (Nuchal (Neck) Rigidity)
Kaku kuduk merupakan gejala yang sering dijumpai pada kelainan rangsang
selaput otak. Kita jarang mendiagnosis meningitis tanpa adanya gejala ini.1
Untuk memeriksa kaku kuduk dapat dilakukan hal berikut ; tangan
pemeriksa ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring. Kemudian
kepala ditekukkan (fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada. Selama
penekukkan ini diperhatikan adanya tahanan. Bila terdapat kaku kuduk kita
dapatkan tahanan dan dagu tidak dapat mencapat dada. Kaku kuduk dapat bersifat
ringan atau berat. Pada kaku kuduk yang berat, kepala tidak dapat ditekuk, malah
sering kepala berkedik kebelakang. Tahanan berlebihan menunjukkan iritasi yang
luas pada akar serabut saraf servikal dari peradangan meningeal. Pada keadaan
yang ringan, kaku kuduk dinilai dari tahanan yang dialami waktu menekukkan
kepala.1,6
Pada pasien yang pingsan (koma) kadang-kadang kaku kuduk menghilang
atau berkurang. Untuk mengetahui adanya kaku kuduk pada penderita dengan
kesadaran yang menurun, sebaiknya penekukkan kepala sebaiknya dilakukan
sewaktu pernafasan pasien dalam ekspirasi, sebab bila dilakukan dalam keadaan
inspirasi, biasanya (pada keadaan normal) kita juga mendapatkan sedikit tahanan,
dan hal ini dapat mengakibatkan salah tafsir.1
Selain dari rangsang selaput otak, kaku kuduk dapat disebabkan oleh
miositis otot kuduk, abses retrofaringeal; atau artritis diservikal.1
Pada kaku kuduk oleh rangsang selaput otak, tahanan didapatkan bila kita
menekukkan kepala, sedangkan bila kepala di rotasi, biasanya dapat dilakukan
dengan mudah, dan umumnya tahanan tidak bertambah. Demikian juga gerak
hiperekstensi dapat dilakukan.1
Hal ini mungkin tidak demikian pada kelainan lain tersebut di atas. Untuk
menilai adanya tahanan saat rotasi kepala, letakkan tangan anda pada dahi pasien
secara lembut dan perlahan-lahan anda putar kepalanya dari satu sisi ke sisi
lainnya, dan nilai adanya tahanannya. Pada iritasi meningeal, pemutaran kepala
5
dapat dilakukan dengan mudah dan tahanan tidak bertambah. Untuk menilai
keadaan ekstensi kepala, angkat bahu pasien dan lihat apakah kepala dapat dengan
mudah jatuh ke belakang. Pada keadaan iritasi selaput otak, tes rotasi kepala dan
hiperekstensi kepala biasanya tidak terganggu, sedangkan pada kelainan lain
(misalnya miositis otot kuduk, artritis servikalis, tetanus, penyakit parkinson)
biasanya terganggu. Selain itu, tanda kernig positif pada rangsang selaput otak
namun tidak pada kelainan lain tersebut di atas.2
Gambar 3. Kaku kuduk (nuchal rigidity)6
2. Tanda Lasegue
Untuk pemeriksaan ini dilakukan hal berikut: pasien sedang berbaring
diluruskan (ekstensi) kedua tungkainya. Kemudian satu tungkai diangkat lurus,
dibengkokkan (fleksi) pada persendian panggulnya. Tungkai yang satu lagi harus
selalu berada dalam keadaan ekstensi (lurus). Pada keadaan normal, kita dapat
mencapai sudut 70 derajat sebelum timbul rasa sakit dan tahanan. Bila sudah
timbul rasa sakit dan tahanan sebelum kita mencapat 70 derajat, maka disebut
tanda lasegue positif. Namun demikian, pada pasien yang sudah lanjut usianya
diambil patokan 60 derajat. Tanda lasegue positif dijumpai pada kelainan berikut:
rangsang selaput otak, isialgia, dan iritasi pleksus lumbosakral (misalnya hernia
nukleus pulposus lumbalis). Hal ini timbul akibat hiperekstensi pinggul dengan
lutut lurus menyebabkan iritasi lokal dari akar saraf lumbal.1,6
6
Gambar 4. Tanda Lasegue6
3. Tanda KernigPada pemeriksaan ini, penderita yang sedang berbaring difleksikan pahanya
pada persendian panggul sampai membuat sudut 90 derajat. Setelah itu tungkai
bawah diekstensi pada persendian lutut. Biasanya kita dapat melakukan ekstensi
ini sampai 135 derajat, antara tungkai bawah dan tungkai atas. Bila terdapat
tahanan dan rasa nyeri sebelum tercapai sudut ini, maka dikatakan bahwa tanda
kernig positif. Sebagaimana halnya dengan tanda lasegue, maka tanda kernig
positif terjadi pada kelainan rangsang selaput otak, dan iritasi akar lumbosakral
atau pleksusya (misalnya pada HNP-lumbal). Pada meningitis tandanya biasanya
positif bilateral, sedangkan pada HNP-lumbal dapat unilateral.1,6
Gambar 5. Tanda Kernig6
4. Tanda Brudzinski l(Brudzinski’s neck sign)
Untuk memeriksa tanda ini dilakukan hal berikut: dengan tangan yang
ditempatkan di bawah kepala di bawah kepala pasien yang sedang berbaring, kita
tekukkan kepala sejauh mungkin sampai dagu mencapai dada. Tangan yang satu
7
lagi sebaiknya ditempatkan di dada pasien untuk mencegah diangkatnya badan.
Bila tanda brudzinski positif, maka tindakan ini mengakibatkan fleksi kedua
tungkai. Sebelumnya perlu diperhatikan apakah tungkainya tidak lumpuh. Sebab
jika lumpuh, tentulah tungkai tidak akan difleksikan. Hal ini menunjukkan iritasi
meningeal menyebar sampai akar saraf medulla spinalis.2,6
Gambar 6. Brudzinski (Brudzinski’s neck sign)2
5. Tanda Brudzinski ll (Brudzinski’s contralateral leg sign)
Pada pasien yang sedang berbaring, satu tungkai difleksikan pada
persendian panggul, sedang tungkai yang satu lagi berada dalam keadaan ekstensi
(lurus). Bila tungkai yang satu ini ikut pula terfleksi, maka disebut tanda
Brudzinski ll positif. Sebagaimana halnya dalam memeriksa adanya tanda
Brudzinski l, perlu diperhatikan terlebih dahulu apakah terdapat kelumpuhan pada
tungkai.2
8
Gambar 7. Brudzinski ll (Brudzinski’s contralateral leg sign)2
6. Brudzinski IIITekan os zigomaticum. Tanda Brudzinski III positif bila terjadi fleksi
involunter ekstremitas superior (lengan tangan fleksi).2
7. Brudzinski IVTekan simfisis ossis pubis (SOP). Tanda Brudzinski IV positif bila terjadi
fleksi involunter ekstremitas inferior (kaki).2
D. PENYAKIT YANG DAPAT MENIMBULKAN RANGSANG MENINGES.
1. MENINGITIS
Meningitis dapat disebabkan oleh salah satu dari sejumlah agen infeksi
maupun non infeksi termasuk bakteri, virus, jamur, parasit, obat-obatan, gangguan
autoimun, atau keganasan yang sangat mempengaruhi morbiditas dan
mortalitas.1,3,7
a. Gambaran Klinis
Trias klasik meningitis meliputi demam, leher kaku, dan perubahan status
mental. Namun, beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa tiga gejala
tersebut muncul dalam waktu kurang dari setengah pasien dewasa dengan
9
meningitis bakteri. Banyak gejala awal meningitis tidak spesifik dan termasuk di
antara sakit kepala, kaku leher, mual, dan muntah. Penegakkan diagnosis pada
periode awal pasien ini sangatlah sulit. Satu studi penelitian menemukan bahwa
95% dari pasien dengan meningitis bakteri memiliki setidaknya dua hal berikut:
demam, sakit kepala, kaku leher, dan perubahan statu mental. Pada pasien usia
lanjut, immunocompromized, atau pasien yang sudah minum antibiotik mungkin
datang dengan gejala yang lebih tidak sesuai dan kadang mengkabur diagnosis.
Keluhan utama pada bayi yang baru lahir tidak spesifik juga dan termasuk lesu,
mudah menangis, nafsu makan menurun, ruam-ruam di kulit, ubun-ubun dikepala
yang menonjol, atau hipotermia. Gejala lain seperti kebingungan, kejang yang
disertai demam, petekiae atau purpura. Manifestasi klinis pasien dengan
ensefalitis mirip dengan meningitis, meskipun ditandai dengan adanya perubahan
status mental atau temuan neurologis fokal.7
Gambar 8. Trias meningitis7
b. Pemeriksaan Penunjang
Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, punksi lumbal
merupakan prosedurdiagnostik untuk pasien dengan dicurigai meningitis bakteri
atau ensefalitis.7
CT Scan otak sebelum LP harus dipertimbangkan dalam kondisi sebagai
berikut:7
Perubahan status mental
Kejang
Immunocompromised
Tanda neurologi fokal
10
Papiledema
Tujuan dari CT Scan untuk menyaring sedini mungkin
kontraindikasi punksi lumbal, misalnya massa dari infeksi atau tumor otak,
atau tanda-tanda pergeseran otak atau herniasi.7
Kultur darah juga dapat berguna untuk mendapatkan diagnosis
pada meningitis bakteri kalau pada pemeriksaan punksi lumbal hasilnya
negatif.7
Gambar 6.Punksi Lumbal7
c. Penegakkan Diagnostik
Anamnesis dan pemeriksaan fisik berguna untuk membantu menentukan
kemungkinan infeksi SSP dan untuk menentukan apa tes diagnostik lebih lanjut
yang harus diindikasikan. Anamnesis dan pemeriksaan fisik saja tidak dapat
memastikan diagnostik dan karena itu punksi lumbal sangatlah dianjurkan.7
Peningkatan jumlah sel darah putih dalam CSF adalah diagnostik
untukmeningitis ensefalitis, meskipun temuan ini saja tidak dapat menentukan
penyebab dari respon inflamasi pada SSP. Lebih besar dari 5 WBC/mL dalam
CSF adalah abnormal dan harus dinilai.7
Temuan pada CSF Bakteri Virus Jamur
11
Tekanan CSF Meningkat normal Meningkat
WBC 1000-10000 < 300 < 500
Neutrophiles >80% 1-50% 1-50%
Glukosa Menurun Normal Menurun
Protein Meningkat Normal Meningkat
Pewarnaan Gram Bakteri Tidak ada Tidak ada
Tabel 1. Gambaran CSF yang ditemukan bakteri, virus, dan jamur meningitis7
d. Pengobatan
Untuk pasien dengan dicurigai meningitis bakteri, terapi antibiotik spektrum
luas secara intravena sangat dianjurkan. Pasien dengan gejala klinis yang gawat
mungkin memerlukan perawatan ICU tergantung tingkat keadaan klinisnya.7
Pengobatan untuk sebagian besar kasus ensefalitis adalah terapi supportif.
Viral ensefalitis adalah satu-satunya penyebab penyakit ini dengan pengobatan
asiklovir secara intravena.7
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pengobatan kortikosteroid
adjuvan dimulai sebelum atau bersamaan dengan dosis pertama antibiotik telah
terbukti menurunkan angka kematian dan gejala sisa neurologis yang
berhubungan dengan meningitis bakteri. Oleh karena itu, deksametason secara
intravena diindikasikan setiap 6 jam selama 4 hari pada orang dewasa dan 3 bulan
untuk anak-anak dan usia lanjut.7
12
Tabel 2. Dasar terapi antimokroba untuk organisme penyebab8
American Academy of Pediatrics merekomendasikan pemberian
deksametason untuk meningitis bakteri pada bayi dan anak-anak usia 2 bulan atau
lebih . Dosis yang dianjurkan adalah 0.6mg/kg/day dalam empat dosis terbagi
( 0.15mg/kg/dose ) diberikan secara intravena untuk 4 hari pertama terapi
antimikroba. Dosis pertama harus diberikan deksametason beberapa menit
sebelum dosis pertama terapi antimikroba . Deksametason diberikan dalam dosis
10mg 15 sampai 20 menit sebelum pemberian pertama antibiotik dan diberikan
setiap 6 jam selama 4 hari . Deksametason bermanfaat dalam mencegah
komplikasi neurologis meningitis bakteri dengan mengurangi peradangan
meningeal. Deksametason menghambat sintesis sitokin inflamasi IL - 1 dan TNF ,
yang diproduksi oleh astrosit otak dan sel mikroglial dalam menanggapi
komponen dinding sel bakteri dalam ruang subarachnoid. Deksametason
tampaknya cukup aman. Yang ketiga dan keempat generasi sefalosporin
menembus CSF sangat baik bahkan di dengan kombinasi deksametason .
Penetrasi vankomisin , bagaimanapun, mungkin terpengaruh oleh terapi
deksametason karena peradangan meningeal meningkatkan penetrasi vankomisin
dalam CSF. Signifikansi klinis ini tidak jelas. Pertimbangan karenanya harus
diberikan pada penggunaan dosis tinggi vankomisin ( 60mg/kg/day dalam dosis
terbagi setiap 6 jam ) atau vankomisin intratekal dalam kasus yang berat.8
13
2. PERDARAHAN SUBARAKNOID
Perdarahan subaraknoid adalah salah satu kedaruratan neurologis yang
disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di ruang subaraknoid. Penyebab paling
sering perdarahan subaraknoid nontraumatik adalah aneurisma serebral, yaitu
sekitar 70% hingga 80%, dan malformasi arteriovenosa.9
a. Gambaran klinis:
onset penyakit berupa nyeri kepala mendadakseperti meledak, dramatis,
berlangsung dalam1 atau 2 detik sampai 1 menit, kurang lebih 25%pasien
didahului nyeri kepala hebat,
vertigo, mual, muntah, banyak keringat, menggigil,mudah terangsang,
gelisah dan kejang,
penurunan kesadaran, kemudian sadar dalam beberapa menit sampai
beberapa jam,
gejala-gejala meningeal,
pada funduskopi, didapatkan 10% pasien mengalami edema papil beberapa
jam setelah perdarahan dan perdarahan retina berupa perdarahan subhialoid
(10%), yang merupakan gejala karakteristik
karena pecahnya aneurisma di arteri komunikans anterior atau arteri karotis
interna, gangguan fungsi autonom berupa bradikardia atau takikardia,
hipotensi atau hipertensi, dan
banyak keringat, suhu badan meningkat, atau gangguan pernapasan.9
b. Pemeriksaan fi sik
Pemeriksaan fi sik cermat pada kasus kasus nyeri kepala sangat penting
untuk menyingkirkan penyebab lain nyeri kepala, termasuk glaukoma, sinusitis,
atau arteritis temporalis. Kaku kuduk dijumpai pada sekitar 70% kasus.
Aneurisma di daerah persimpangan antara arteri komunikans posterior dan arteri
karotis interna dapat menyebabkan paresis n. III, yaitu gerak bola mata terbatas,
14
dilatasi pupil, dan/atau deviasi inferolateral. Aneurisma disinus kavernosus yang
luas dapat menyebabkanparesis n. VI.9
c. Pemeriksaan Penunjang
Pencitraan
Pemeriksaan computed tomography (CT) non kontras adalah pilihan utama
karena sensitivitasnya tinggi dan mampu menentukan lokasi perdarahan lebih
akurat; sensitivitasnya mendekati 100% jika dilakukan dalam 12 jam pertama
setelah serangan, tetapi akan turun 50% pada 1 minggu setelah serangan. Dengan
demikian, pemeriksaan CT scan harus dilakukan sesegera mungkin. Dibandingkan
dengan magnetic resonance imaging (MRI),CT scan unggul karena biayanya
lebih murah, aksesnya lebih mudah, dan interpretasinya lebih mudah.9
Gambar 7.CT-Scan Kepala menunjukkan perdarahan subarachnoid dan
perdarahan intraparenchymal berdekatan di lobus temporal.8
Pungsi Lumbal
Jika hasil pemeriksaan CT scan kepala negatif, langkah diagnostik
selanjutnya adalah pungsi lumbal. Pemeriksaan pungsi lumbal sangat penting
untuk menyingkirkan diagnosis banding. Beberapa temuan pungsi lumbalyang
mendukung diagnosis perdarahan subaraknoid adalah adanya eritrosit,
peningkatan tekanan saat pembukaan, dan/atau xantokromia. Jumlah eritrosit
15
meningkat, bahkan perdarahan kecil kurang dari 0,3 mL akan menyebabkan nilai
sekitar 10.000 sel/mL.Xantokromia adalah warna kuning yang memperlihatkan
adanya degradasi produk eritrosit, terutama oksihemoglobin dan bilirubin di
cairan serebrospinal.9
Angiografi
Digital-subtraction cerebral angiographymerupakan baku emas untuk
deteksi aneurisma serebral, tetapi CT angiografi lebih sering digunakan karena
non-invasif serta sensitivitas dan spesifi sitasnya lebih tinggi. Evaluasi teliti
terhadap seluruh pembuluh darah harus dilakukan karena sekitar 15%pasien
memiliki aneurisma multipel. Foto radiologik yang negatif harus diulang 7-14 hari
setelah onset pertama. Jika evaluasikedua tidak memperlihatkan aneurisma, MRI
harus dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya malformasi vaskular di otak
maupun batang otak. 9
Gambar 8.Arteriogram karotid anterior posterior kiri menunjukkan aneurisma
lobulasi trifurcasio arteri serebri media kiri.8
d. Penatalaksanaan
Tujuan utama manajemen adalah pencegahan perdarahan ulang, pencegahan
dan pengendalian vasospasme, serta manajemen komplikasi medis dan neurologis
lainnya. Tekanan darah harus dijaga dalam batas normal dan, jika perlu, diberi
obat-obat antihipertensi intravena, seperti labetalol dan nikardipin. Setelah
16
aneurisma dapat diamankan, sebetulnya hipertensi tidak masalah lagi, tetapi
sampai saat ini belum ada kesepakatan berapa nilai amannya. Analgesik sering
kali diperlukan; obat-obat narkotika dapat diberikan berdasarkan indikasi. Dua
faktor penting yang dihubungkan dengan luaran buruk adalah hiperglikemia dan
hipertermia; karena itu, keduanya harus segera dikoreksi. Profilaksis terhadap
trombosis vena dalam (deep vein thrombosis) harus dilakukan segera dengan
peralatan kompresif sekuensial; heparin subkutan dapat diberikan setelah
dilakukan penatalaksanaan terhadap aneurisma. Calcium channel blocker dapat
mengurangi risiko komplikasi iskemik, direkomendasikan nimodipin oral.9
BAB III
KESIMPULAN
1. Rangsang meningeal (Meningeal sign) adalah rangsangan yang disebabkan
oleh iritasi pada selaput otak yang dapat disebabkan oleh infeksi (Meningitis)
atau terdapat benda asing di rongga subarkhnoid misalnya darah seperti pada
perdarahan subarachnoid.
2. Rangsang menings (meningeal sign) dapat ditemukan pada meningitis dan
perdarahan subarachnoid. Meningitis merupakan suatu peradangan pada
menings, sedangkan perdarahan subarachnoid merupakan salah satu
kedaruratan neurologis yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di
ruang subaraknoid.
17