23
Ekstraksi | BAB I PENDAHULUAN I.1Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber daya alam berupa tumbuhan, hewan dan hasil bumi lainnya yang beraneka ragam. Dimana, sumber daya alam ini diketahui memiliki potensi sebagai bahan baku obat utamanya obat-obatan tradisional yang sebagian besar berasal dari tumbuh-tumbuhan. Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. cahaya langsung Preparat farmasi tertentu yang dibuat dengan proses ekstraksi yakni dengan penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt 150 2010 012

Rav Lap. Ekstraksi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ektraksi laporan

Citation preview

Page 1: Rav Lap. Ekstraksi

E k s t r a k s i |

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber daya alam

berupa tumbuhan, hewan dan hasil bumi lainnya yang beraneka

ragam. Dimana, sumber daya alam ini diketahui memiliki potensi

sebagai bahan baku obat utamanya obat-obatan tradisional yang

sebagian besar berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan

menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar

pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah

digerus menjadi serbuk. cahaya langsung

Preparat farmasi tertentu yang dibuat dengan proses ekstraksi

yakni dengan penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah

obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang

diinginkan larut. Bahan mentah obat berasal dari tumbuh-tumbuhan

atau hewan tidak perlu diproses lebih lanjut kecuali dikumpulkan dan

dikeringkan.

Dalam banyak hal zat aktif dari tanaman obat yang secara

umum sama tipe sifat kimianya, mempunyai sifat kelarutan yang sama

pula dapat diekstraksi secara stimultan dengan pelarut tunggal atau

campuran.

Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 2: Rav Lap. Ekstraksi

E k s t r a k s i |

I.2 Maksud dan Tujuan

I.2.1 Maksud

Adapun maksud dilakukannya percobaan ini adalah untuk

mengetahui dan memahami cara proses ekstraksi pada sampel daun

jati Belanda (Guazuma ulmifolia L.)

I.2.2 Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya percobaan kali ini adalah untuk

mengekstraksi suatu sampel daun jati Belanda (Guazuma ulmifolia L.)

dengan metode soxhletasi

Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 3: Rav Lap. Ekstraksi

E k s t r a k s i |

. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan

mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani dengan

menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian hampir semua pelarut

diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian

sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Umumnya proses

ekstraksi dilakukan sesuai dengan kelarutannya, salah satu

diantaranya dengan cara maserasi (Ditjen POM, 1995).

Sudjadi (1986) juga menyatakan bahwa ekstraksi merupakan

teknik yang sering digunakan bila senyawa organik dilarutkan atau

didispersikan dalam air. Pelarut yang tepat ditambahkan pada fase

larutan dalam airnya. Larutan organik dan air akan terpisah dan

senyawa organik akan mudah diambil ulang dari lapisan organik

dengan menguapkan pelarutnya (sudjadi, 1986).

Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin

dan cara panas. Cara dingin yaitu metode maserasi dan perkolasi,

sedangkan cara panas antara lain dengan refluks, soxhlet, digesti,

destilasi uap dan infuse (Kurnia,2010).

Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 4: Rav Lap. Ekstraksi

E k s t r a k s i |

Ada dua jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan,

yaitu (Ditjen POM, 1986; Tobo, 2001) :

1. Secara panas misalnya refluks dan destilasi uap air. Pada cara ini,

sampel langsung dipanaskan dengan pelarut. Sampel yang

digunakan umumnya sampel yang mempunyai bentuk dan dinding

sel yang tebal.

Simplisia yang biasa diekstraksi dengan cara ini adalah simplisia

yang mempunyai komponen kimia yan tahan terhadap pemanasan

dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar, batang, buah/biji

dan herba.

a. Refluks

Refluks merupakan salah satu cara ekstraksi panas

dimana pada dasarnya adalah ekstraksi berkesinambungan

dimana cairan penyari secarakontinyu akan menyari zat aktif di

dalam simplisia. Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan

cairan penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat

pendingin tegak (kondensor lurus), lalu dipanaskan sampai

mendidih (Ditjen POM, 1986; Tobo, 2001).

b. Destilasi Uap Air

Destilasi uap adalah metode yang populer untuk ekstraksi

minyak-minyak menguap (minyak essensial) dari sampel

tanaman. Ini dapat dilakukan dengan beberapa cara. Salah satu

metodenya yaitu mencampur bahan dengan air lalu dipanaskan

Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 5: Rav Lap. Ekstraksi

E k s t r a k s i |

hingga mendidih (destilasi dengan air). Uap yang timbul

dikumpulkan dan dibiarkan mengembun, dan minyak terpisah

dari air. Tetapi jika minyak tersebut harus dihindarkan dari

pemanasan yang berlebihan, maka uap dari generator yang

terpisah dapat dibuat melewati sampel tanaman, yang

disuspensikan dalam air tetapi tidak dipanaskan (destilasi uap

air) atau secara langsung melewati sampel tanaman yang

diletakkan dalam jarak yang diatur antara pintu masuk uap dan

kondensor (destilasi uap langsung).

Destilasi uap berpegang pada prinsip fisik yaitu, jika dua

cairan tidak bercampur digabungkan, tiap cairan bertindak

seolah-olah pelarut itu hanya sendiri, dan menggunakan tekanan

uap. Tekanan uap total dari campuran yang mendidih sama

dengan jumlah tekanan uap parsuial, yaitu tekanan yang

digunakan oleh komponen tunggal. Karena pendidihan yang

dimaksud yaitu tekanan uap total sama dengan tekanan atmosfir,

titik didih dicapai pada temperatur yang lebih rendah dari pada

jika tiap cairan berada dalam keadaan murni (Ditjen POM, 1986;

Tobo, 2001).

Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 6: Rav Lap. Ekstraksi

E k s t r a k s i |

2. Secara dingin misalnya dengan cara maserasi, perkolasi, dan

soxhlet.

a. Maserasi

Istilah maseration berasal dari bahasa latin macerare yang

artinya ’merendam’. Merupakan proses paling tepat dimana obat

yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam

menstruum sampai meresap dan melunakkan susunan sel

sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut (Arsyad,2001).

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana

dengan cara merendam serbuk simplesia dalam cairan penyari.

Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk pada

rongga sel yang mengandung zat aktif yang kemudian yang akan

larut karana adanya konsentrasi antara larutan zat aktif yang ada

dalam sel dan luar sel, maka larutan yang terpekat terdesak

keluar.Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi

keseimbangan konsentrasi antara larutan Yang di dalam dan di

luar sel (Arsyad,2001).

b. Perkolasi

Istilah perkolasi berasal dari bahasa latin per yang artinya

’melalui’ dan colare yang artinya ’merembes’. Secara umum

dapat dinyatakan sebagai proses dimana obat yang sudah halus,

zat yang larutnya diekstraksi dalam pelarut yang cocok dengan

Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 7: Rav Lap. Ekstraksi

E k s t r a k s i |

cara melewatkan perlahan-lahan melalui obat dalam suatu kolom

(Arsyad,2001).

Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut (Basset, 2004).:

Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder,

yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari

dialirkan dari atas ke bawah melaluiserbuk tersebut, cairan

penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai

mencapai keadaan jenuh. Gerak bawah disebabkan oleh

kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi

dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan.

Alat yang digunakan pada untuk perkolasi disebut

perkolator, cairan yang digunakan untuk penyari disebut cairan

penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari

perkolator disebut sari atau perkolat dan sisa setelah

dilakukannya penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi

(Arsyad 2001).

Bentuk perkolator itu ada tiga macam yaitu porkolator

berbentuk tabung, porkolator berbentuk corong, dan porkolator

berbentuk paruh. Pemilihan porkolator tergantung pada jenis

serbuk simplisia yang akan di sari. Serbuk kina yang

mengandung sejumlah besar zat aktif yang larut, tidak baik bila

diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit, sebab perkolat

akan segera menjadi pekat dan berhenti mengalir. Pada

Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 8: Rav Lap. Ekstraksi

E k s t r a k s i |

pembuatan tingtur dan extrak cair, jumlah cairan penyari yang

tersedia lebih besar dibandingkan dengan jumlah cairan penyari

yang diperlukan untuk mlarutkan zat aktif. Pada keadaan

tersebut, pembuatan sediaan digunakan perkolator lebar untuk

mempercepat proses perkolasi (Arsyad, 2001).

C. Soxhletasi

Metode soxhlet bila dilihat secara keseluruhan termasuk cara

panas, namun proses ekstraksinya secara dingin, sehingga

metode ini digolongkan dalam metode ekstraksi cara dingin

(Arsyad,2001).

Untuk ektraksi padat cair ini, prosedur yang paling sering

dijumpai adalah ekstraksiu senyawa bentuk sediaan padat seperti

analisis sediaan tablet. Prosedur ini merupakan prosedur yang

sederhana karena melibatkan pemilihan pelarut atau gabungan

pelarut yang idealnya akan melarutkan senyawa yang akan dianalisis

secara sempurna dan hanya sedikit melarutkan senyawa lain yang

akan mengganggu analisis lebih lanjut (Rohman, 2009).

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut

adalah selektivitas, kapasitas, kemudahan untuk diuapkan dan harga

pelarut tersebut. Prinsip kelarutan adalah “like dissolve like”, yaitu (1)

pelarut polar akan melarutkan senyawa polar, demikian juga

sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa non-polar, (2)

pelarut organik akan melarutkan senyawa organik (Yunita 2004).

Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 9: Rav Lap. Ekstraksi

E k s t r a k s i |

BAB III

PROSEDUR KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Adapun alat yang digunakan yaitu batang pengaduk,

gelas kimia, klonsong, labu alas bulat, timbangan, toples kaca,

water bath.

III.1.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan yaitu aluminium foil,

aquadest, daun jati belanda (Guazuma ulmifolia L.), etanol

75%, kertas saring, label.

III.2 Metode Kerja

Pada percobaan kali ini, metode kerja yang digunakan adalah

metode ekstraksi panas dingin yaitu soxhletasi.

III.3 Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dihaluskan sampel hingga menjadi serbuk

3. Ditimbang sampel sebanyak 25 mg

4. Dimasukkan kedalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring

5. Dimasukkan ke dalam labu alas bulat cairan penyari etanol

sebanyak 500 ml dan ditempatkan di atas water bath.

Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 10: Rav Lap. Ekstraksi

E k s t r a k s i |

6. Dipasang klonsong pada labu alas bulat.

7. Didiamkan sampai cairan penyari tersirkulasi samapi ekstraksi

berlangsung sempurna.

8. Didapatkan ekstrak

9. Dipekatkan dalam wadah hingga diperoleh ekstrak kental/kering

Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 11: Rav Lap. Ekstraksi

E k s t r a k s i |

BAB IV

HASIL

IV. 1 Tabel Pengamatan

N

oPengamatan Sampel I

1 Metode ektraksi Soxhletasi

2 Bobot sebelum diekstraksi (g) 25 g

3 Bobot ekstrak kering (g) 12,721 g

4 Persentase ekstrak (%)/rendamen 196,5 %

5 Jumlah cairan penyari (ml) 500 ml

6 Jumlah ekstrak cair (ml) 450 ml

7 Persentase cairan penyari (%) 119,04 %

IV.2 Perhitungan

% ekstrak/rendamen = Bobot sebelumdiekstraksiBobot ekstrak kering

x 100%

= 25 g

12,721g x 100%

= 196,5 %

Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 12: Rav Lap. Ekstraksi

E k s t r a k s i |

% cairan penyari = Jumlahcairan penyariJumlah ekstrak cair

x 100%

= 500ml450ml

x 100%

= 111,11 %

Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 13: Rav Lap. Ekstraksi

E k s t r a k s i |

BAB V

PEMBAHASAN

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan

mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani dengan

menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian hampir semua pelarut

diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian

sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Umumnya proses

ekstraksi dilakukan sesuai dengan kelarutannya, salah satu diantaranya

dengan melakukan sokletasi

. Metode sokletasi merupakan teknik ekstraksi yang digunakan

untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan tumbuhan

kering dengan menggunakan alat soklet. Metode sokletasi ini

menggunakan panas sesuai dengan titik didih pelarut yang digunakan.

Prinsipnya yaitu penguapan pelarut yang ditempatkan pada labu yang

dipanaskan, kemudian uap tersebut melewati pipa samping alat soklet dan

mengalami pendinginan ketika melewati kondensor. Pelarut yang

terkondensasi akan jatuh pada bagian dalam alat soklet yang berisi

sampel yang telah dibungkus kertas saring, sehingga seluruh senyawa

yang ingin diekstrak dari sampel tersebut akan tertarik dan ditampung

pada labu tempat pelarut awal. Proses ini berlangsung terus-menerus

sampai diperoleh hasil ekstraksi yang diinginkan. Keuntungan metode ini

Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 14: Rav Lap. Ekstraksi

E k s t r a k s i |

adalah pelarut yang digunakan jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan

metode maserasi

Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu

baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah

pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Penetapan kadar lemak

dengan metode soxhlet ini dilakukan dengan cara mengeluarkan lemak

dari bahan dengan pelarut anhydrous. Pelarut anhydrous merupakan

pelarut yang benar-benar bebas air. Hal tersebut bertujuan supaya bahan-

bahan yang larut air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak serta

keaktifan pelarut tersebut tidak berkurang. Pelarut yang biasa digunakan

adalah pelarut hexana

Pada praktikum yang dilakukan kali ini yaitu pertama” di timbangan

serbuk sampel sebanyak 25 gram kemudian serbuk dibungkus dengan

menggunakan kertas saring dalam bentuk silinder dan digantung dengan

benang, hal ini berguna agar sampel tidak menyumbat pipa kapiler yang

berada pada alat soklet. Pelarut yang digunakan sebanyak 1 ½ kali

volume ekstraktor. Hal ini berguna agar pada saat pelarut diuapkan, labu

tidak kosong sehingga pengekstraksiaan berjalan sempurna. Proses

sokletasi di hentikan bila warna pelarut pada soklet menjadi bening.

Namun, pada percobaan kali ini pelarut tidak sampai bening karena

membutuhkan waktu yang lama. Hasil sokletasi yang terdapat dalam labu

kemudian dipanaskan kembali, ini berguna untuk memekatkan atau

mengeluarkan pelarutnya agar konsentrasi ekstrak lebih pekat. Ini

Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 15: Rav Lap. Ekstraksi

E k s t r a k s i |

mempermudah saat pengkoloman dan dari percobaan yang dilakukan

didapatkan nilai % rendemen sebesar 196,5% dan % cairan penyari

sebesar 111,11% dengan susut cairan 50 ml hal ini membuktikan bahwa

metode soxhletasi lebih hemat cairan penyari di banding metode ekstraksi

yang lain.

Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 16: Rav Lap. Ekstraksi

E k s t r a k s i |

BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Adapun hasil yang didapat setelah melakukan praktikum

ekstraksi dengan metode sokletasi yaitu pelarut yang digunakan lebih

hemat.

VI.2 Saran

Diharapkan kepada para asisten untuk selalu membimbing

para praktikan selama praktikum berlangsung.

Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012

Page 17: Rav Lap. Ekstraksi

E k s t r a k s i |

DAFTAR PUSTAKA

Amin,Ansi. 2012. “Penuntun Praktikum Farmakognosi 2”. UMI : Makassar

Anonim. 2012. “Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia I”. Universitas Muslim Indoseia: Makassar

Ditjem POM. 1997. “Materi Medika Indonesia Jilid I”. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta

Ditjen POM. 1995 .”Farmakope Indonesia, Edisi IV” Departemen Kemerdekaan RI: Jakarta.

Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory Handbook for The Fractionation of Natural Extracts. London: Chapman & hall.

Kurnia R. 2010. Ekstraksi dengan pelarut. http://www.lordbroken.com [24 Juni 2011]

Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta: UGM Press.

Yunita FC. 2004. Ekstraksi Daging Biji Picung (Pangium edule) dan Uji Toksisitas terhadap Artemia salina Leach. [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Rafsyannarullah Saere Selpida Handayani, S.Farm, Apt150 2010 012