rc12-PELAKSANAAN+PENDIDIKAN+AGAMA+ISLAM+DAN+EFEKNYA+TERHADAP+PENGAMALAN+IBADAH+SISWA,”+(Studi+Kasus+di+SMP+ISLAM+AL-IHSAN+Jakarta

Embed Size (px)

DESCRIPTION

EFEKTIFITAS METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI FIQIH islam

Citation preview

  • PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    DAN EFEKNYA TERHADAP PENGAMALAN IBADAH SISWA

    (Studi Kasus di SMP ISLAM AL-IHSAN Jakarta)

    Oleh :

    MUHAMAD IDRIS

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1428 H / 2007 M

    id5353062 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Segala puji hanya milik Allah swt, Tuhan pencipta dan pemelihara semesta

    alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi

    Muhammad saw, keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya yang setia

    hingga Hari Pembalasan.

    Salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) di semua

    perguruan tinggi -termasuk di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta-

    adalah membuat karya ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka itulah penulis

    membuat skripsi ini dengan judul PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA

    ISLAM DAN EFEKNYA TERHADAP PENGAMALAN IBADAH SISWA,

    (Studi Kasus di SMP ISLAM AL-IHSAN Jakarta).

    Selama pembuatan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang

    dialami oleh penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan bahan-

    bahan (data) maupun pembiayaan dan sebagainya. Namun, dengan hidayah dan

    inayah Allah swt dan berkat kerja penulis disertai dorongan dan bantuan dari berbagai

    pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan sebaik-baiknya

    sehingga skripsi ini dapat diselesaikan pada waktunya. Oleh karena itu,

    seyogyanyalah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada terhingga dan

    penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan

    bantuan atas terselesaikannya skripsi ini ; terutama kepad Bapak Dr. H. Abd. Rahman

    Ghazaly, M. A selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan nasehat,

    masukan dan bimbingan yang sangat berharga bagi penulis. Terima kasih ini juga

    penulis sampaikan kepada :

    id5365984 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

  • v

    1. Dekan, Pembantu Dekan dan seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan

    memberikan berbagai ilmu pengetahuan yang sangat berharga kepada penulis.

    2. Ketua dan Sekretaris serta staf jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas

    Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Bapak Bahris Salim M. Ag dosen penasehat akademik jurusan Pendidikan

    Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    4. Kepala SMP ISLAM AL-IHSAN beserta staf dan seluruh dewan guru yang

    telah memberikan informasi kepada penulis untuk penulisan skripsi ini.

    5. Pimpinan dan staf perpustakaan yang telah memberikan fasilitas untuk

    mengadakan studi kepustakaan.

    6. Ayah Bunda tercinta yang telah merawat, mendidik dan mencurahkan segala

    kasih sayangnya kepada penulis selama hayat. Semoga Allah swt

    mengampuni segala dosanya dan melimpahkan rahmat, karunia dan ridho-Nya

    kepada beliau berdua.

    7. Kakak-kakak dan adik serta semua keluarga yang penulis cintai, atas

    semangat dan dorongan yang diberikan kepada penulis.

    8. Rekan-rekan seperjuangan di PAI angkatan 2002 khususnya kelas B , serta

    segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya di sini.

    Terima kasih atas segala bantuan dan dorongan semangat kepada penulis

    dalam penyusunan skripsi ini.

  • vi

    Mudah-mudahan amal dan jasa baik mereka diterima oleh Allah swt dan di balas-

    Nya dengan pahala yang berlipat ganda. Amiin.

    Mudah-mudahan pula skripsi ini bermanfaat, khusunya bagi penulis, dan bagi

    para pembaca yang budiman pada umumnya.

    Jakarta, Januari 2007

    Penulis

  • vii

    DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .. iv

    DAFTAR ISI .. vii DAFTAR TABEL .. ix

    Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah . 1

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 6 D. Sistematika Penulisan . 7

    Bab II KAJIAN TEORI A. Pendidikan Agama Islam

    1. Pengertian Pendidikan Agama Islam .. 9 2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam 11 3. Pendidikan Agama Islam di SMP ...... 17

    B. Pengamalan Ibadah 1. Pengertian Pengamalan Ibadah .. 25 2. Dasar Hukum Ibadah .... 26 3. Ruang lingkup dan Sistematika Ibadah ... 27 4. Tujuan Ibadah .. 29 5. Macam-macam Ibadah di tinjau dari Berbagai Segi .. 30

    Bab III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 34 B. Populasi dan Sampel . 34 C. Tehnik Pengumpulan Data 35 D. Tehnik Analisis Data ........ 36

    Bab IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP ISLAM AL-IHSAN Jakarta

    1. Sejarah singkat berdirinya 38 2. Visi dan Misi .. 38 3. Letak Geografis... 39

    id5383140 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

  • viii

    4. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan.. 39 5. Sarana dan Prasarana 40 6. Struktur Organisasi ... 41

    B. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMP ISLAM AL-IHSAN Jakarta .... 42

    C. Pengamalan Ibadah Siswa 47 D. Efek Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMP ISLAM

    AL-IHSAN Jakarta Terhadap Pengamalan Ibadah Siswa 62

    BAB V PENUTUP A. Kesimpulan. 63 B. Saran . . 63

    DAFTAR PUSTAKA .. 65 LAMPIRAN . 67

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

    dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

    dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

    kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

    bangsa dan negara. 1

    Dari definisi tersebut tergambar adanya proses pembelajaran terhadap peserta

    didik agar mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

    keagamaan. Hal ini mengindikasikan betapa pentingnya pendidikan agama untuk

    mendukung siswa memiliki kekuatan spiritual tersebut.

    Pendidikan agama Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem

    pendidikan di Indonesia, sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang nomor

    20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 12 ayat 1 butir a Setiap

    peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama

    sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama . 2

    Berarti jika dalam satuan lembaga pendidikan ada yang beragama Islam maka

    mereka berhak mendapatkan pengajaran agama Islam dan diajarakan oleh guru yang

    beragama Islam.

    1 Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

    (Bandung : Fokus Media 2006) h . 2

    2 Ibid., h. 8

    id5396812 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

  • 2

    Islam dengan tegas telah mewajibkan agar umatnya melakukan pendidikan,

    sebagaimana firman Allah, dalam surat Al- Alaq ayat 3-5 :

    Artinya :"Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia)

    dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya". (Q.S Al-Alaq / 96:3-5). 3

    M. Arifin M. Ed menjelaskan dalam bukunya bahwa ayat tersebut juga menunjukan jika manusia tanpa melalui belajar, niscaya tidak akan dapat mengetahui segala sesuatu yang ia butuhkan bagi kelangsungan hidupnya di dunia dan akhirat. Pengetahuan manusia akan berkembang jika diperoleh melalui proses belajar mengajar yang diawali dengan kemampuan menulis dengan pena dan membaca dalam arti luas, yaitu tidak hanya dengan membaca tulisan melainkan juga membaca segala yang tersirat di dalam ciptaan Allah. 4

    Dengan demikian pendidikan sangat penting bagi kelangsungan hidup di dunia

    dan di akhirat. Pendidikan jugalah yang akan membuat pengetahuan manusia

    berkembang.

    Sedangkan pendidikan agama diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan

    untuk membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah keimanan, amaliah

    dan budi pekerti atau akhlak yang terpuji untuk menjadi manusia yang taqwa kepada

    Allah swt. 5

    3 Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta : CV Penerbit J-Art, 2005) h. 598

    4 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996) cet. ke -4, h . 92

    5 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam , (Jakarta : Ciputat Pers, 2002)

    cet. ke-1, h. 4.

  • 3

    Sasaran pendidikan agama tertuju pada pembentukan sikap akhlak atau mental

    anak didik dalam hubungan dengan Tuhan, masyarakat dan alam atau sesama

    makhluk.

    Anak adalah cerminan masa depan, pendidikan anak harus benar-benar

    diperhatikan agar bakat mereka tersalurkan dalam kegiatan yang positif, yaitu di

    antaranya dengan memasukkan anak ke dalam jenjang pendidikan yang formal

    ataupun yang non formal.

    Penanaman nilai agama kepada mereka merupakan syarat mutlak untuk

    mencapai nilai keharmonisan dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat. Nilai-

    nilai tersebut dapat dijadikan pondasi agar mereka tidak keluar dari ajaran-ajaran

    agama.

    Pada tingkatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama mata pelajaran agama Islam

    diajarkan sejak kelas satu sampai kelas tiga. Pelajaran ini berisikan keimanan, akhlak,

    al-Quran Hadits, ibadah dan tarikh. Yang juga di dalamnya menyangkut teori

    hukum Islam yaitu tentang kewajiban manusia, khususnya kewajiban individual

    kepada Allah swt .

    Pada prinsipnya pelajaran agama Islam membekali siswa agar memiliki

    pengetahuan lengkap tentang hukum Islam dan mampu mengaplikasikannya dalam

    bentuk ibadah kepada Allah. Dengan demikian siswa dapat melaksanakan ritual-ritual

    ibadah yang benar menurut ajaran Islam sesuai dengan ibadah yang dipraktekkan dan

    diajarkan Rasulullah saw.

  • 4

    Dalam standar kompetensi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang berisi

    kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa selama menempuh PAI di SLTP,

    kemampuan ini berorientasai pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan

    dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan ketaqwaan

    kepada Allah swt. Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam komponen

    kemampuan dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar umum yang

    harus dicapai di SLTP yaitu : 6

    1. Mampu membaca Al- Quran dan surat-surat pilihan sesuai dengan tajwidnya, mengartikan, dan menyalinnya, serta mampu membaca, mengartikan dan menyalin hadits-hadits pilihan.

    2. Beriman kepada Allah swt, dan lima rukun Islam yang disertai dengan mengetahui fungsinya serta terefleksi dalam sikap prilaku, dan akhlak peserta didik dalam dimensi verikal maupun horizontal.

    3. Mampu beribadah dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan syariat Islam baik ibadah wajib dan ibadah sunnah maupun muamalah.

    4. Mampu berakhlak mulia dengan meneladani sifat, sikap dan kepribadian Rasulullah serta Khulafaur Rasyidin.

    5. Mampu mengambil manfaat dari sejarah peradaban Islam. 7

    Dari standar kompetensi di atas pada point ke-3 disebutkan bahwa siswa mampu

    beribadah dengan baik dan benar sesuai dengan syariat Islam baik ibadah wajib dan

    ibadah sunnah maupun muamalah. Dengan demikian mencermati hal di atas maka

    penulis akan mencoba menyoroti pendidikan agama Islam di SMP ISLAM AL-

    IHSAN Jakarta, yang ditekankan pada aspek pengamalan ibadah siswa

    berhubungan dengan ibadah sholat, puasa, mengaji Quran dan berdoa.

    6 Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP & MTs,

    (Jakarta : Pusat Kurikullum, Balitbang Depdiknas, 2003) h . 10-11

    7 Ibid., h. 11

  • 5

    Berdasarkan deskripsi di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang

    akan diluangkan dalam skripsi dengan judul PELAKSANAAN PENDIDIKAN

    AGAMA ISLAM DAN EFEKNYA TERHADAP PENGAMALAN IBADAH

    SISWA (Studi Kasus di SMP ISLAM AL-IHSAN Jakarta).

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    1. Pembatasan Masalah

    Mengingat luasnya pembahasan tentang pendidikan agama Islam dan juga

    luasnya tentang pengamalan ibadah, maka untuk mempermudah penelitian ini,

    penulis membatasi masalah sebagai berikut :

    a. Pendidikan agama Islam yang dimaksud adalah salah satu bidang studi

    yang diajarkan dalam proses belajar mengajar di SMP Islam AL-IHSAN

    yang dibatasi pada ibadah sholat, puasa, berdoa dan mengaji Quran.

    b. Siswa yang menjadi obyek penelitian penulis hanya kelas III SMP Islam

    AL-IHSAN Jakarta tahun ajaran 2006/2007.

    2. Perumusan Masalah

    Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis dapat merumuskan masalah

    sebagai berikut :

    a. Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Islam AL-

    IHSAN Jakarta ?

  • 6

    b. Bagaimana pengamalan ibadah siswa sekolah tersebut ?

    c. Adakah efek pendidikan agama Islam terhadap pengamalan ibadah siswa di

    sekolah tersebut ?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Penelitian ini bertujuan antara lain :

    a. Untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Islam

    AL-IHSAN Jakarta

    b. Untuk mengetahui pengamalan ibadah siswa SMP Islam AL-IHSAN

    Jakarta dalam hal ibadah sholat, puasa, berdoa dan mengaji Quran

    c. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya efek pendidikan agama Islam

    terhadap pengamalan ibadah siswa di sekolah tersebut.

    2. Manfaat Penelitian

    a. Untuk pengembangan ilmu, terutama bagi penulis sendiri dalam

    mendalami masalah-masalah pendidikan agama Islam dan pengamalan

    ibadah

    b. Sebagai bahan masukan bagi para guru dalam melaksanakan pendidikan

    agama Islam di SMP Islam AL-IHSAN dan memberikan tuntunan yang

    benar tentang pengamalan ibadah siswa

    c. Hasil penilitian ini diharapkan dapat menjadi koleksi bacaan yang

    bermanfaat bagi perpustakaan dan taman-taman bacaan, terutama bagi

    perpustakaan Utama dan perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

  • 7

    D. Sistematika Penulisan

    Skripsi ini terdiri dari lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

    Bab I Pendahuluan, dalam bab ini dikemukakan : Latar Belakang Masalah,

    Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Sistematika

    Penulisan .

    Bab II Kajian Teori tentang : Pendidikan Agama Islam, Pengertian, Dasar dan

    Tujuan Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Islam di SMP, Kurikulum,

    Metode, Evaluasi, Pengamalan Ibadah, Pengertian Pengamalan Ibadah, Dasar Hukum

    Ibadah, Ruang lingkup dan Sistematika Ibadah, Macam-macam Ibadah ditinjau dari

    Berbagai Segi.

    Bab III Menjelaskan Metodologi Penelitian, meliputi : Waktu dan Tempat

    Penelitian, Populasi dan Sampel, Tehnik Pengumpulan Data dan Tehnik Analisis

    data.

    Bab IV Menyajikan hasil penelitian yang meliputi : Gambaran Umum SMP

    ISLAM AL-IHSAN Jakarta, Sejarah Singkat Berdirinya, Visi, Misi dan Tujuan,

    Letak Geografis, Keadan Guru, Siswa dan Karyawan, Sarana dan Prasarana, Struktur

    Organisasi, Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMP Islam AL-IHSAN Jakarta,

    Pengamalan Ibadah Siswa, Efek Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMP Islam

    AL-IHSAN Jakarta terhadap pengamalan Ibadah Siswa

    Bab V Penutup, terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

  • 8

    Adapun dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan buku pedoman

    penulisan skripsi, tesis dan desertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan bimbingan

    dari dosen pembimbing.

  • 9

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Pendidikan Agama Islam

    1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

    Sebelum membahas pendidikan agama Islam terlebih dahulu perlu diungkapkan

    definisi pendidikan. Para tokoh berbeda pendapat dalam mendefinisikan pendidikan

    disebabkan mereka berbeda pendapat dalam penekanan dan tinjauan terhadap

    pendidikan.

    Pendidikan berasal dari kata didik , lalu kata ini mendapat awalan pe dan

    akhiran an sehingga menjadi pendidikan, yang artinya Proses pengubahan sikap

    dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia,

    melalui upaya pengajaran dan pelatihan ; atau proses perbuatan, cara mendidik. 1

    Adapun pengertian pendidikan menurut Muhibbin Syah, yaitu memelihara dan

    memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran,

    tuntunan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. 2

    Dalam bahasa inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate

    (mendidik) artinya memberi peringatan (to elicit, to give rise to ) , dan

    mengembangkan (to evolve, to develop). Dalam pengertian yang sempit, education

    atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh

    pengetahuan. 3

    1 Departemen Diknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1994), cet. ke-3,

    h. 232

    2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,( Bandung : PT Remaja

    Rosdakarya, 2002), cet. ke-7, h . 10

    3 Ibid., h. 10

    id5414765 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

  • 10

    Pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada term at-

    Tarbiyah, at-Tadib dan at-Talim. Dari ketiga istilah tersebut term yang paling

    populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam ialah term at-tarbiyah, sedangkan

    term at-tadib dan at-talim jarang sekali digunakan. Padahal kedua istilah tersebut

    telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam. 4

    Sedangkan menurut istilah, pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan

    yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah. Oleh

    karena Islam mempedomani seluruh aspek kehidupan manusia muslim baik duniawi

    maupun ukhrawi. 5

    Ahmad D Marimba mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan

    atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani

    peserta didik menuju terbentuknya kepribadiannya yang utama (insan kamil). 6

    Sedangkan Ahmad Tafsir mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan

    yang diberikan oleh seseorang (peserta didik) agar ia berkembang secara maksimal

    sesuai dengan ajaran Islam . 7

    Dari batasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu

    sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan

    kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam.

    4 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam , pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, ( Jakarta :

    Ciputat Pers, 2002), cet. ke-1, h . 25

    5 H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam , (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), cet. ke-4, h . 10

    6 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Maarif, 1989) h. 19

    7Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,( Bandung : Remaja Rosdakarya,1992), cet. ke -1, h. 32

  • 11

    2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

    a. Dasar Pendidikan Agama Islam

    Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu, fungsi dasar ialah memberikan

    arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai landasan untuk

    berdirinya sesuatu. 8

    Dasar pendidikan agama Islam dapat ditinjau dari segi yuridis /hukum dan dasar

    religius.

    1 Dasar yuridis/ hukum, yang tercakup dalam segi ini adalah :

    a. Landasan idiil pancasila, sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa

    mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya

    kepada Tuhan Yang Maha Esa atau dengan kata lain harus beragama.

    Untuk mewujudkan manusia yang mampu mengamalkan ajaran

    agamanya sangat diperlukan pendidikan agama karena pendidikan agama

    mempunyai tujuan membentuk manusia bertaqwa kepada Allah swt.

    b. Landasan Struktural/ konstitusional yakni UUD 1945 dalam Bab XI

    Pasal 29 ayat 1 dan 2 berbunyi :

    1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa

    2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

    agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan

    kepercayaannya itu. 9

    8 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta : Gaya Media

    Pratama, 2000) h. 95

    9 Undang-undang Dasar 1945 Hasil Amandemen, (Jakarta : Sinar Grafika, 2005), cet. ke-2, h. 24

  • 12

    c. Landasan Operasional, yakni dasar yang secara langsung mengatur

    pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia, yakni

    Undang-undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas ,

    Pendidikan agama secara langsung dimasukkan ke dalam kurikulum di

    sekolah-sekolah mulai dari sekolah dasar sampai universitas-universitas

    negeri.

    2. Dasar Religius

    Dasar pendidikan Islam adalah segala ajarannya yang bersumber dari Al-Quran,

    sunnah dan ijtihad (rayu). Dasar inilah yang membuat pendidikan Islam menjadi

    ada, tanpa dasar ini tidak akan ada pendidikan Islam.

    a. Al-Quran

    Al-Quran ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril kepada

    Nabi Muhammad saw. Di dalamnya terkandung ajaran pokok sangat penting yang

    dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran

    yang terkandung dalam Al-Quran itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang

    berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut Aqidah, dan yang berhubungan

    dengan amal yang disebut dengan Syariah. Istilah-istilah yang sering biasa

    digunakan dalam membicarakan ilmu tentang syariah ini ialah :

    (a) Ibadah untuk perbuatan yang langsung berhubungan dengan Allah.

    (b) Muamalah untuk perbuatan yang berhubungan selain dengan Allah .

    (c) Akhlak untuk tindakan yang menyangkut etika dan budi pekerti dalam

    pergaulan.

  • 13

    Pendidikan, karena termasuk ke dalam usaha atau tindakan untuk membentuk

    manusia, termasuk ke dalam ruang lingkup muamalah. Pendidikan sangat penting

    karena ikut menentukan corak dan bentuk amal dan kehidupan manusia baik pribadi

    maupun masyarakat. 10

    Di dalam Al-Quran terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip berkenaan dengan

    kegiatan atau usaha pendidikan itu. Sebagai contoh dapat dibaca kisah Lukman

    mengajari anaknya dalam surat luqman ayat 12-19, di sana terkandung prinsip materi

    pendidikan yang berguna untuk dipelajari oleh setiap muslim.

    b. As-Sunnah

    As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasul Allah swt. Yang dimaksud dengan pengakuan ialah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan. Sunnah merupakan ajaran kedua sesudah Al-Quran. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemashlahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa. Untuk itu Rasulullah menjadi guru dan pendidik utama bagi umatnya. 11

    Oleh karena itu sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi

    manusia muslim. Sunnah selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang.

    Itulah sebabnya, mengapa ijtihad perlu ditingkatkan dalam memahaminya termasuk

    sunnah yang berkaitan dengan pendidikan.

    c. Ijtihad

    Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan menggunakan seluruh

    ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syariat Islam untuk menetapkan / menetukan

    sesuatu hukum Syariat Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan

    10 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004), cet. ke-5, h. 19-20

    11 Ibid., h. 21

  • 14

    hukumnya oleh Al-Quran dan Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi

    seluruh aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-Quran dan Sunnah.

    Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al-Quran dan Sunnah yang

    diolah oleh akal dari para ahli pendidikan Islam. Teori-teori pendidikan baru hasil

    ijtihad harus dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup. 12

    b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

    Tujuan Pendidikan Agama Islam, secara etimologi, tujuan adalah arah, maksud

    atau sasaran. 13

    Sedangkan secara terminologi, tujuan berarti sesuatu yang diharapkan tercapai

    setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai. 14

    Abdurrahman Saleh Abdullah mengatakan dalam bukunya educational theory a

    Quranio out look, yang dikutip oleh Armai Arief, bahwa tujuan pendidikan Islam

    bertujuan untuk membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah swt, atau sekurang-

    kurangnya mempersiapkan ke jalan yang mengacu kepada tujuan akhir. 15

    Selanjutnya tujuan pendidikan Islam menurutnya dibangun atas tiga komponen

    sifat dasar manusia, yaitu : 1. tubuh, 2. ruh dan 3. akal. Yang masing-masing harus

    dijaga. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan pendidikan Islam dapat di

    kualifikasikan kepada :

    12 Ibid., h. 22

    13 W. j. s. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka, 1985), cet.

    ke-8, h. 1094

    14 Zakiah Daradjat, op cit. h. 29

    15 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pers,

    2002) cet. ke-1, h. 19

  • 15

    1. Tujuan Pendidikan Jasmani (ahdaf al-jismiyah)

    Rasulullah saw bersabda :

    Artinya : Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disayangi Allah ketimbang orang mukmin yang lemah. (H. Imam Muslim)

    Oleh Imam Nawawi menafsirkan hadis diatas sebagai kekuatan iman yang

    ditopang oleh kekuatan fisik. Kekuatan fisik meruapakan bagian pokok dari tujuan

    pendidikan. Maka pendidikan harus mempunyai tujuan kearah keterampilan-

    keterampilan fisik yang dianggap perlu bagi tumbuhnya keperkasaan tubuh yang

    sehat. Pendidikan Islam dalam hal ini mengacu pada pembicaraan fakta-fakta

    terhadap jasmani yang relevan bagi para pelajar. 16

    2. Tujuan Pendidikan Rohani (ahdaf al-ruhaniyyah)

    Orang yang betul-betul menerima ajaran Islam tentu akan menerima seluruh cita-

    cita ideal yang terdapat dalam Al-Quran, peningkatan jiwa dan kesetiaannya yang

    hanya kepada Allah semata dan melaksanakan moralitas Islami yang diteladani dari

    tingkah laku kehidupan Nabi Muhammad saw merupakan bagian pokok dalam tujuan

    pendidikan Islam.

    Tujuan pendidikan Islam harus mampu membawa dan mengembalikan ruh

    kepada kebenaran dan kesucian.

    3. Tujuan Pendidikan Akal (al-ahdaf al-aqliyah)

    16 Ibid., h. 40

  • 16

    Tujuan ini mengarah kepada perkembangan intelegensi yang mengarahkan setiap

    manusia sebagai individu untuk dapat menemukan kebenaran yang sebenar-benarnya.

    Pendidikan yang dapat membantu tercapainya tujuan akal, seharusnya dengan

    bukti-bukti yang memadai dan relevan dengan apa yang mereka pelajari. Di samping

    itu pendidikan Islam mengacu kepada tujuan memberi daya dorong menuju

    peningkatan kecerdasan manusia. Pendidikan yang lebih berorientasi kepada hafalan,

    tidak tepat menurut teori pendidikan Islam. Karena pada dasarnya pendidikan Islam

    bukan hanya memberi titik tekan pada hafalan, sementara proses intelektualitas dan

    pemahaman dikesampingkan.

    4. Tujuan Sosial (al-ahdaf al-ijtimaiyah)17

    Seorang khalifah mempunyai kepribadian utama dan seimbang, sehingga khalifah

    tidak akan hidup dalam keterasingan dan ketersendirian. Oleh karena itu, aspek sosial

    dari khalifah harus dipelihara.

    Fungsi pendidikan dalam mewujudkan tujuan sosial adalah menitikberatkan pada

    perkembangan karakter-karakter manusia yang unik, agar manusia mampu

    beradaptasi dangan standar-standar masyarakat bersama-sama dengan cita-cita yang

    ada padanya. Keharmonisan menjadi karakteristik utama yang ingin dicapai dalam

    tujuan pendidikan Islam. Sedangkan tujuan akhir pendidikan Islam versi

    Abdurrahman adalah mewujudkan manusia ideal sebagai abid Allah atau ibad

    Allah, yang tunduk secara total kepada Allah swt. 18

    17 Ibid., h. 21

    18 Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan berdasarkan Al-Quran..(Terjemah, H.

    M Arifin dan Zainuddin), (Jakarta : Rieneka Cipta, 1994). cet. ke-2, h. 731

  • 17

    3. Pelaksanaan Agama Islam di SMP

    a. Kurikulum

    Secara umum kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan di

    sekolah. Pengertian yang dianggap tradisional ini masih banyak dianut sampai

    sekarang. 19

    Istilah kurikulum semula berasal dari istilah dunia atletik yaitu curere yang

    berarti berlari, istilah tersebut erat hubungannya dengan kata curier atau kurir yang

    berarti penghubung seseorang untuk menyampaikan sesuatu kepada orang atau

    tempat lain. Seorang kurir harus menempuh suatu perjalanan untuk mencapai tujuan,

    maka istilah kurikulum kemudian diartikan sebagai suatu jarak yang harus

    ditempuh. 20

    William B. Ragan, sebagaimana dikutip Armai Arif berpendapat bahwa

    kurikulum meliputi seluruh program dan kehidupan di sekolah. Kurikulum tidak

    hanya meliputi bahan pelajaran, tetapi seluruh kehidupan di kelas. 21

    John Dewey sejak lama telah menggunakan istilah kurikulum dan hubungannya

    dengan anak didik. Dewey menegaskan bahwa kurikulum merupakan suatu

    rekonstruksi berkelanjutan yang memaparkan pengalaman belajar anak didik melalui

    suatu susunan pengetahuan yang terorganisasikan dengan baik yang biasanya disebut

    kurikulum. 22

    19 M. Ahmad et, el. .Pengembangan Kurikulum.(Bandung : Pustaka Setia, 1998),cet. ke-1, h. 9

    20 Ibid., h. 10

    21 Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, ( Jakarta: Ciputat Pers, 2002),

    cet. ke-1, h. 30

    22 M. Ahmad, et. el . op. cit. h. 13

  • 18

    Hilda Taba berpendapat kurikulum adalah pernyataan tentang tujuan-tujuan

    pendidikan yang bersifat umum dan khusus dan materinya dipilih dan

    diorganisasikan berdasarkan suatu pola tertentu untuk kepentingan belajar dan

    mengajar. Biasanya dalam suatu kurikulum sudah termasuk program penilai

    hasilnya. 23

    Dalam Undang-undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional

    dirumuskan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

    isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

    kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 24

    Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional

    pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

    Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan, bahwa kurikulum merupakan

    alat atau sarana untuk mencapai tujuan pendidikan, sehingga dalam proses belajar

    mengajar pada jenjang pendidikan berpegang pada kurikulum yang ada.

    Pada pasal 37 Undang-undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan

    Nasional disebutkan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib

    memuat :

    a. Pendidikan agama b. Pendidikan kewarganegaraan c. Bahasa d. Matematika e. Ilmu Pengetahuan Alam f. Ilmu pengetahuan sosial g. Seni dan budaya

    23 Ibid., h. 14

    24 Undang-undang Republik Indonesia tentang Sisten Pendidikan Nasional , (Bandung : Fokus

    Media, 2006) h. 4

  • 19

    h. Pendidikan jasmani dan olah raga i. Keterampilan / kejuruan dan j. Muatan lokal 25

    Tingkatan Sekolah Menengah Pertama (SMP) kurikulum yang dipakai yakni

    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang pengembangannya berdasarkan

    Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) dan berpedoman kepada

    Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) . 26

    Secara umum mata pelajaran PAI didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang ada

    pada dua sumber pokok ajaran Islam, yaitu al-Quran dan al-Sunnah/ al-Hadits Nabi

    Muhammad saw(dalil naqli). Dengan melalui metode Ijtihad (dalil aqli) para ulama

    mengembangkan prinsip-prinsip PAI tersebut dengan lebih rinci dan mendetail dalam

    bentuk fiqih dan hasil-hasil ijtihad lainnya.

    Karakteristik mata pelajaran PAI tertuang dalam tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu aqidah, syariah dan akhlak. Aqidah merupakan penjabaran dari konsep Iman; syariah merupakan penjabaran dari konsep Islam,syariah memiliki dua dimensi kajian pokok, yaitu ibadah dan muamalah, dan akhlak merupakan penjabaran dari konsep Ihsan. Dari ketiga prinsip dasar itulah berkembang berbagai kajian keislaman (ilmu-ilmu agama) seperti Ilmu Kalam (Theologi Islam, Ushuluddin, Ilmu Tauhid) yang merupakan pengembangan dari aqidah, Ilmu Fiqih yang merupakan pengembangan dari syariah dan ilmu akhlak (Etika Islam, Moralitas Islam) yang merupakan pengembangan dari akhlak, termasuk kajian-kajian yang terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni dan budaya yang dapat dituangkan dalam berbagai mata pelajaran di SMP. 27

    Itulah gambaran tentang kurikulum, khususnya pada mata pelajaran pendidikan

    agama Islam.

    25 Ibid., h. 20

    26 Depdiknas, Badan Standar Nasional Pendidikan, (tp, 2006), h. 1.

    27 Ibid ., h. 2

  • 20

    b. Metode Pengajaran

    Metode beasal dari 2 kata yaitu Meta dan Hodos , meta berarti melalui dan

    hodos berarti jalan atau cara. Jadi metode adalah cara / jalan yang harus dilalui.28

    Dalam kamus umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa metode adalah cara

    yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. 29

    Sedangkan menurut Mahmud Yunus sebagaimana yang dikutip Armai Arief,

    metode adalah jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang supaya sampai kepada

    tujuan tertentu, baik dalam lingkungan perusahaan atau perniagaan, maupun dalam

    kupasan ilmu pengetahuan dan lainnya. 30

    Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa mentode mengandung arti adanya

    urutan kerja yang terencana, sistematis dan merupakan hasil eksperimen ilmiyah guna

    mencapai tujuan yang telah direncanakan. Semakin tepat metode yang digunakan

    maka semakin efektif pula dalam pencapaian tujuan.

    Metode pengajaran yang penulis maksud dalam uraian ini adalah cara yang

    dipergunakan guru dalam mengajarkan mata pelajaran pendidikan agama Islam

    kepada siswa. Adapun macam-macam metode yang dapat dipergunakan dalam

    pengajaran agama adalah metode ceramah, diskusi, demonstrasi, sosiodrama, driil

    dan tanya jawab.

    Dalam hal ini akan diuraikan metode pengajaran dalam pendidikan agama Islam

    yaitu :

    1. Metode Ceramah

    28 H. M. Arifin. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta : Bina Aksara, 1992),cet. ke-4, h. 61

    29 Kamus Umum Bahasa Indonesia., loc. cit, h. 87

    30 Armai Arief., loc. cit. h. 87

  • 21

    Yang dimaksud dengan metode ceramah ialah cara menyampaikan sebuah materi

    pelajaran dengan cara penuturan kepada siswa atau khalayak ramai. 31

    Ciri yang menonjol dalam metode ceramah, dalam pelaksanaan pengajaran di

    kelas adalah peranan guru tampak sangat dominan. Adapun murid mendengarkan

    dengan teliti dan mencatat isi ceramah yang disampaikan oleh guru di depan

    kelas. 32

    Metode ceramah diberikan apabila suatu materi membutuhkan penjelasan agar

    materi tersebut dimengerti oleh siswanya.

    2. Metode Diskusi

    Diskusi yaitu suatu proses yang melibatkan dua individu atau lebih, berintegrasi

    secara verbal dan saling berhadapan, saling tukar informasi (information sharing),

    saling mempertahankan pendapat (self maintenance) dalam memecahkan sebuah

    masalah tertentu (problem solving). 33

    Sedangkan metode diskusi dalam proses belajar mengajar adalah sebuah cara

    yang dilakukan dalam mempelajari bahan atau menyampaikan materi dengan jalan

    mendiskusikannya, dengan tujuan dapat menimbulkan pengertian serta perubahan

    tingkah laku pada siswa. 34

    Dengan demikian bahwa metode diskusi adalah salah satu alternatif metode / cara

    yang dapat dipakai oleh seorang guru di kelas dengan tujuan dapat memecahkan

    suatu masalah berdasarkan pendapat para siswa.

    31 Ibid., h. 135

    32 Tayar Yusuf, Metodologi Pengajaran Agama Islam dan Bahasa Asing,(Jakarta : PT Raja

    Grafindo, 1995), cet. ke-1. h. 41

    33 Armai Arief. loc. cit, h. 145

    34 Ibid., h. 145

  • 22

    3. Metode Demonstrasi

    Yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan

    menggunakan alat peragaan (meragakan), untuk memperjelas suatu pengertian, atau

    cara untuk memperlihatkan bagaimana untuk melakukan dan jalannya suatu

    proses pembuatan tertentu kepada siswa. To show atau memperkenalkan /

    mempertontonkan. 35

    Metode demonstrasi dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti

    proses pembelajaran dan juga dapat memusatkan perhatian anak didik.

    4. Metode Sosiodrama

    Sosiodrama adalah suatu metode mengajar dimana guru memberikan kesempatan

    kepada murid untuk melakukan kegiatan memainkan peran seperti yang terdapat

    dalam kehidupan masyarakat (sosial). 36

    Dalam pendidikan agama metode sosiodrama ini efektif alam menyajikan

    pelajaran akhlak, sejarah Islam dan topik-topik lainnya. Dalam pelajaran sejarah,

    misalnya guru menggambarkan kisah sahabat khalifah Abu Bakar ketika beliau

    masuk Islam. Kisah tersebut tentu amat menarik jika disajikan melalui

    sosiodrama. 37

    Manfaat metode ini yaitu agar melatih anak untuk mendramatisasikan sesutu

    serta melatih keberanian, dan juga metode ini akan lebih menarik perhatian anak.

    Sehingga suasana kelas akan lebih hidup.

    35 Tayar Yusuf. loc. cit, h. 49

    36 Armai Arief. op. cit, h. 180

    37 Tayar Yusuf. loc. cit, h. 54

  • 23

    5. Metode Driil

    Metode Driil (latihan siap) pengertiannya sering dikacaukan dengan istilah

    ulangan. Padahal maksud keduanya berbeda. Latihan siap (driil) dimaksudkan yaitu

    agar pengetahuan siswa dan kecakapan tertentu dapat menjadi miliknya, dan betul-

    betul dikuasai siswa. Dengan kata lain metode driil adalah suatu cara menyajikan

    bahan pelajaran dengan jalan/ cara melatih siswa agar menguasai pelajaran dan

    terampil dalam melaksanakan tugas latihan yang diberikan. 38

    Pada latihan siap (driil) untuk melaksanakan ibadah salat dalam Islam sangat

    ditekankan pada anak didik sedini mungkin agar dengan latihan-latihan yang

    dilakukan pada anak didik tidak merasa canggung setelah mereka dewasa.

    6. Metode Tanya Jawab

    Metode tanya jawab ialah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan

    pertanyaan dan murid menjawab. Atau suatu metode di dalam pendidikan di mana

    guru bertanya sedangkan murid menjawab tentang materi yang ingin diperolehnya. 39

    Dan juga pada metode ini bisa pula diatur pertanyaan diajukan siswa lalu dijawab

    siswa lainnya.

    Keunggulan metode tanya jawab yaitu situasi kelas menjadi hidup / dinamis,

    karena siswa aktif berpikir dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan

    dan juga melatih agar siswa berani menyampaikan buah pikirannya.

    38 Ibid., h. 64

    39 Armai Arief. op. cit. h. 140

  • 24

    c. Evaluasi

    Dalam arti luas, evalusi adalah sutu proses merencanakan, memperoleh dan

    menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif

    keputusan (Mehrens & Lehman, 1978:5). 40

    Sesuai dengan pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau penilaian

    merupakan suatu proses yang sengaja direncanaka untuk memperoleh informasi atau

    data berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat suatu keputusan.

    Berarti evalusi pendidikan agama Islam yang penulis maksud adalah suatu

    tindakan atau proses untuk menentukan prestasi hasil belajar murid dalam mata

    pelajaran agama Islam.

    Dalam buku dasar-dasar evaluasi pendidikan karangan Suharsimi Arikunto

    menyebutkan alat-alat evalusi yaitu tes dan non tes, yang tergolong non tes adalah

    skala bertingkat, kuesioner, daftar cocok, wawancara, pengamatan, riwayat hidup. 41

    Sedangkan tes itu sendiri ada empat, yaitu tes diagnostik, tes sumatif, tes formatif

    dan tes penempatan.

    1.Tes diagnostik, yaitu tes yang bertujuan untuk mencari sebab-sebab kesulitan

    belajar siswa seperti latar belakang psikologis, fisik dan lingkungan sosial

    serta ekonomi siswa. 42

    2.Tes Sumatif yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau menilai sampai

    dimana pencapaian siswa terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan, dan

    40 Ngalim Purmwanto, Prinsip-prinsip dan tehnik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : Rosda

    Karya, 2002). cet. ke-11, h. 3

    41 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2002), cet. ke-

    3, h. 26

    42 Ngalim Purwanto, op. cit., h. 25

  • 25

    selanjutnya untuk menentukan kenaikan tingkat atau kelulusan siswa yang

    bersangkutan.

    3.Tes Formatif yaitu tes yang digunakan untuk mencari unpan balik (feed back)

    guna memperbaiki proses belajar mengajar bagi guru maupun siswa.

    4.Tes Placement (penempatan) yaitu tes yang digunakan untuk penentuan

    penempatan siswa dalam suatu jenjang atau jenis program tertentu. 43

    B. Pengamalan Ibadah

    1. Pengertian Pengamalan Ibadah

    Pengamalan adalah dari kata amal, yang berarti perbuatan, pekerjaan, segala

    sesuatu yang dikerjakan dengan maksud berbuat kebaikan. 44

    Dari pengertian di atas, pengamalan berarti sesuatu yang dikerjakan dengan

    maksud berbuat kebaikan, dari hal di atas pengamalan masih butuh objek kegiatan.

    Sedangkan pengertian ibadah menurut Hasby Ash Shiddieqy yaitu segala taat

    yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan mengharap pahala-Nya di

    akhirat. 45

    Menurut kamus istilah fiqih, ibadah yaitu memperhambakan diri kepada Allah

    dengan taat melaksanakan segala perintahnya dan anjurannya, serta menjauhi segala

    larangan-Nya karena Allah semata, baik dalam bentuk kepercayaan, perkataan

    43 Ibid., h. 25

    44 W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1985), cet.

    ke-8, h. 33

    45 Hasby Ash Shiddiqy, Kuliah Ibadah, (Semarang : PT Pustaka Rizki Putra, 2000), cet. ke-1, h. 5

  • 26

    maupun perbuatan. Orang beribadah berusaha melengkapi dirinya dengan perasaan

    cinta, tunduk dan patuh kepada Allah swt. 46

    Sedangkan menurut ensiklopedi hukum Islam ; ibadah berasal dari bahasa arab

    yaitu al-ibadah, yang artinya pengabdian, penyembahan, ketaatan, menghinakan/

    merendahkan diri dan doa, secara istilah ibadah yaitu perbuatan yang dilakukan

    sebagai usaha menghubungkan dan mendekatkan diri kepada Allah swt sebagai

    tuhan yang disembah. 47

    Menurut Yusuf al-Qardhawi, berdasarkan definisi di atas, ulama fiqih

    menyatakan bahwa ibadah hanya boleh ditujukan kepada Allah swt, tidak kepada

    yang lain. 48

    Dari uraian di atas, menggabungkan pengertian pengamalan dan pengertian

    ibadah, maka pengertian pengamalan ibadah yakni perbuatan yang dilakukan seorang

    hamba sebagai usaha menghubungkan dan mendekatkan diri kepada Allah swt

    dengan taat melaksanakan segala perintah dan anjuran-Nya serta menjauhi segala

    larangnnya.

    2. Dasar Hukum Ibadah

    Jika kita renungi hakikat ibadah, kita pun yakin bahwa perintah beribadah itu

    pada hakikatnya berupa peringatan, memperingatkan kita menunaikan kewajiban

    terhadap Allah yang telah melimpahkan karunia-Nya.

    46 M. Abdul Majieb et. el, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta : PT Pustaka Firdaus, 1995), cet. ke-2, h.

    109

    47 Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : Ichtiar Baru van Hoeve, 1999), cet. ke-3, jilid II, h. 592

    48 Ibid., h. 592

  • 27

    Firman Allah swt

    Artinya : "Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa". (Q. S. Al Baqarah/ 2: 21) 49

    Ibadah itulah ghayah (tujuan) dijadikannya jin, manusia dan makhluk selainnya.

    Firman Allah swt

    Artinya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku". (Q. S. Adz Dzariyat / 51:56) 50

    3. Ruang Lingkup dan Sistematika Ibadah

    Ibadah itu, mensyukuri nikmat Allah. Atas dasar inilah tidak diharuskan baik oleh

    syara, maupun oleh akal beribadat kepada selain Allah, karena Allah sendiri yang

    berhak menerimanya, lantaran Allah sendiri yang memberikan nikmat yang paling

    besar kepada kita, yaitu hidup, wujud dan segala yang berhubungan dengan-Nya. 51

    Meyakini benar, bahwa Allah-lah yang telah memberikan nikmat, maka

    mensyukuri Allah itu wajib, salah satunya dengan beribadah kepada Allah , karena

    ibadah adalah hak Allah yang harus dipatuhi.

    Untuk mengetahui ruang lingkup ibadah ini tidak terlepas dari pemahaman

    terhadap pengertian itu sendiri. Oleh sebab itu menurut Ibnu Taimiyah (661-728 H /

    1262-1327 M) seperti yang telah dikutip oleh Ahmad Ritonga, ibadah mencakup

    semua bentuk cinta dan kerelaan kepada Allah swt, baik dalam perkataan maupun

    perbuatan, lahir dan bathin, maka yang termasuk ke dalam hal ini adalah shalat,

    49 Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta : CV Penerbit J-Art, 2005) h. 5

    50 Ibid., h. 524

    51 Hasby Ash Shiddiqy, loc. cit, h. 10

  • 28

    zakat, puasa, haji, benar dalam pembicaraan, menjalankan amanah, berbuat baik

    kepada orang tua, menghubungkan silaturrahmi, memenuhi janji, amar maruf nahi

    munkar, jihad terhadap orang kafir dan munafik, berbuat baik kepada tetangga, anak

    yatim, fakir miskin, dan ibn sabil, berdoa, berzikir, membaca Al-Quran, ikhlas,

    sabar, sukur, rela menerima ketentuan Allah swt, tawwakal, raja (berharap atas

    rahmat), khauf (takut terhadap azab), dan lain sebagainya. 52

    Ruang lingkup ibadah yang dikemukakan Ibnu Taimiyah di atas cakupannya

    sangat luas, bahkan menurut beliau semua ajaran agama itu termasuk ibadah.

    Bilamana diklasifikasikan kesemuanya dapat menjadi beberapa kelompok saja, yaitu :

    a. Kewajibaban-kewajiban atau rukun-rukun syariat seperti shalat, puasa, zakat dan

    haji.

    b. Yang berhubungan dengan (tambahan dari) kewajiban-kewajiban di atas dalam

    bentuk ibadah-ibadah sunat, seperti zikir, membaca Al-Quran, doa dan istigfar.

    c. Semua bentuk hubungan sosial yang baik serta pemenuhan hak-hak manusia,

    seperti berbuat baik kepada orang tua, menghubungkan silaturrahmi, berbuat baik

    kepada anak yatim, fakir miskin dan ibnu sabil.

    d. Akhlak Insaniyah, (bersifat kemanusiaan), seperti benar dalam berbicara,

    menjalankan amanah dan menepati janji.

    e. Akhlak rabbaniyah (bersifat ketuhanan), seperti mencintai Allah swt, dan rasul-

    rasul-Nya, takut kepada Allah swt, ikhlas dan sabar terhadap hukum-Nya. 53

    52 A. Rahman Ritonga, Fiqh Ibadah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2002), cet. ke-2, h. 6

    53 Ibid., h. 7

  • 29

    Lebih khusus lagi ibadah dapat diklasifikasikan menjadi ibadah umum dan

    ibadah khusus. Ibadah umum mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, yaitu

    mencakup segala amal kebajikan yang dilakukan dengan niat ikhlas dan sulit untuk

    mengemukakan sistematikanya. Tetapi ibadah khusus ditentukan oleh syara (nash),

    bentuk dan caranya. Oleh karena itu dapat dikemukakan sistematikanya secara garis

    besar sebagai berikut :

    1. Thaharah

    2. Shalat

    3. Penyelenggaraan jenazah 4. Zakat

    5. Puasa 6. Haji dan Umrah 7. Iktikaf

    8. Sumpah dan Kafarat 9. Nazar 10. Qurban dan Aqiqah 54

    4. Tujuan Ibadah

    Ibadah mempunyai tujuan pokok dan tujuan tambahan. Tujuan pokoknya adalah

    menghadapkan diri kepada Allah yang Maha Esa dan mengkonsentrasikan niat

    kepada-Nya dalam setiap keadaan. Dengan adanya tujuan itu seseorang akan

    mencapai derajat yang tinggi di akhirat.

    Sedangkan tujuan tambahan adalah agar terciptanya kemaslahatan diri manusia

    dan terwujudnya usaha yang baik. Shalat umpamanya, disyariatkan pada dasarnya

    54 Ibid., h. 7

  • 30

    bertujuan untuk menundukan diri kepada Allah swt dengan ikhlas, mengingatkan

    diri dengan berzikir. Sedangkan tujuan tambahannya antara lain adalah untuk

    menghindarkan diri dari perbuatan keji dan munkar, sebagaimana dipahami dari

    firman Allah swt :

    .

    Artinya:"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Q.S Al-Ankabut , 29: 45) 55

    5. Macam-macam ibadah ditinjau dari berbagai segi

    Dalam kaitan dengan maksud dan tujuan pensyariatannya ulama fiqih

    membaginya kepada tiga macam, yakni: 1) ibadah mahdah, 2) ibadah gair mahdah

    dan 3) ibadah zi al-wajhain. 56

    1) Ibadah Mahdah adalah ibadah yang mengandung hubungan dengan Allah swt

    semata-mata, yakni hubungan vertikal. Ibadah ini hanya sebatas pada ibadah-ibadah

    khusus. Ciri-ciri ibadah mahdah adalah semua ketentuan dan atuaran pelaksanaannya

    telah ditetapkan secara rinci melalui penjelasan-penjelasan Al-Quran dan / atau

    hadits. Ibadah mahdah dilakukan semata-mata bertujuan untuk mendekatkan diri

    kepada Allah swt.

    2) Ibadah ghair mahdah ialah ibadah yang tidak hanya sekedar menyangkut

    hubungan dengan Allah swt, tetapi juga berkaitan dengan sesama makhluk (habl min

    55 Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta : CV Penerbit J-Art, 2005) h. 402

    56 Ensiklopedi Hukum Islam, loc. cit., h. 593

  • 31

    Allah wa habl mi an-nas), di samping hubungan vertikal juga ada hubungan

    horizontal. Hubungan sesama makhluk ini tidak hanya terbatas pada hubungan antar

    manusia, tetapi juga hubungan manusia dengan lingkungannya, seperti ayat yang

    artinya : dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah)

    memperbaikinya (Q.S. 7 : 56)

    3) Ibadah zi al-wajhain adalah ibadah yang memiliki dua sifat sekaligus, yaitu

    mahdah dan ghair mahdah. Maksudnya adalah sebagian dari maksud dan tujuan

    pensyariatannya dapat diketahui dan sebagian lainnya tidak dapat diketahui, seperti

    nikah dan idah. 57

    Dari segi ruang lingkupnya ibadah dapat dibagi kapada dua macam yaitu :

    1. Ibadah khassah , yakni ibadah yang ketentuan dan cara pelaksanaannya secara

    khusus ditetapkan oleh nash , seperti shalat, zakat, puasa, haji dan lain-lain

    sebagainya.

    2. Ibadah ammah, yaitu semua perbuatan baik yang dilakukan dengan niat yang

    baik dan semata-mata karena Allah swt (ikhlas), seperti makan dan minum,

    bekerja, amar maruf nahi munkar, berlaku adil berbuat baik kepada orang lain

    dan sebagainya. 58

    Pembagian ibadah menurut Hasby Ash Shiedieqy berdasarkan bentuk dan sifat

    ibadah terbagi kepada enam macam : 59

    Pertama, ibadah-ibadah yang berupa perkataan dan ucapan lidah, seperti tasbih,

    tahmid, tahlil, takbir, taslim, doa, membaca hamdalah oleh orang yang bersin,

    57 Ibid., h. 594

    58 A. Rahman Ritonga. loc. cit., h. 10

    59 Hasby Ash-Shiedieqy. loc. cit., h. 19

  • 32

    memberi salam, menjawab salam, membaca basmalah ketika makan, minum dan

    menyembelih binatang, membaca Al-Quran dan lain-lain.

    Kedua, ibadah-ibadah yang berupa perbuatan yang tidak disifatkan dengan

    sesuatu sifat, seperti berjihad di jalan Allah, membela diri dari gangguan,

    menyelenggarakan urusan jenazah.

    Ketiga, ibadah-ibadah yang berupa menahan diri dari mengerjakan sesuatu

    pekerjaan, seperti puasa, yakni menahan diri dari makan, minum dan dari segala

    yang merusakan puasa.

    Keempat, ibadah-ibadah yang melengkapi perbuatan dan menahan diri dari

    sesutu pekerjaan, seperti Itikaf (duduk di dalam sesuatu rumah dari rumah-rumah

    Allah), serta menahan diri dari jima dan mubasyarah, haji, thawaf, wukuf di Arafah,

    ihram, menggunting rambut, mengerat kuku, berburu, menutup muka oleh para

    wanita dan menutup kepala oleh orang laki-laki.

    Kelima, ibadah-ibadah yang bersifat menggugurkan hak, seperti membebaskan

    orang-orang yang berhutang, memaafkan kesalahan orang, memerdekakan budak

    untuk kaffarat.

    Keenam, ibadah-ibadah yang melengkapi perkataan, pekerjaan, khusyuk

    menahan diri dari berbicara dan dari berpaling lahir dan batin untuk menghadapiNya.

    Dilihat dari segi fasilitas yang dibutuhkan untuk mewujudkannya, ibadah dapat

    dibagi menjadi tiga macam :

    1. Ibadah badaniyyah ruhiyyah mahdah, yaitu suatu ibadah yang untuk

    mewujudkannya hanya dibutuhkan kegiatan jasmani dan rohani saja, seperti

    shalat dan puasa.

  • 33

    2. Ibadah maliyyah, yakni ibadah yang mewujudkannya dibutuhkan pengeluaran

    harta benda, seperti zakat.

    3. Ibadah badaniyyah ruhiyyah maliyyah, yakni suatu ibadah yang untuk

    mewujudkannya dibutuhkan kegiatan jasmani, rohani dan pengeluaran harta

    kekayaan, seperti haji. 60

    Dari segi sasaran manfaat ibadah dapat dibagi menjadi dua macam :

    1. Ibadah keshalehan perorangan (fardiyyah), yaitu ibadah yang hanya menyangkut

    diri pelakunya sendiri, tidak ada hubungannya dengan orang lain, seperti shalat.

    2. Ibadah keshalehan kemasyarakatan (ijtimaiyyah), yaitu ibadah yang memiliki

    keterkaitan dengan orang lain, terutama dari segi sasarannya. Contoh, sedekah,

    zakat. Di samping merupakan ibadah kepada Allah, juga merupakan ibadah

    kemasyarakatan, sebab sasaran dan manfaat ibadah tersebut akan menjangkau

    orang lain. 61

    60 Ensiklopedi Hukum Islam, loc. cit., h. 594

    61 Ibid., h. 594

  • 34

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    Metode merupakan sebuah upaya yang dapat dilakukan penelitian dalam

    mengungkapkan data dan mencari kebenaran masalah yang diteliti, yang menjadi

    persoalan metode apakah yang dapat digunakan dalam penelitian menurut Winarno

    Surahman Cara mencari kebenaran yang dipandang ilmiah adalah melalui metode

    penyelidikan. 1

    Penggunaan metode penyelidikan di maksud untuk menemukan data yang valid,

    akurat, dan signifikan dengan permasalahan sehingga dapat digunakan untuk

    mengungkap masalah yang diteliti, menurut Sutrisno Hadi bahwa suatu riset

    khususnya dalam ilmu pengetahuan empirik pada umumnya bertujuan untuk

    menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. 2

    A. Waktu dan Tempat Penelitian

    1. Waktu Penelitian : Agustus 2006 sampai Januari 2007

    2. Tempat Penelitian : SMP ISLAM AL-IHSAN, Jalan Pesanggrahan Indah no. 1

    Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan.

    B. Populasi dan Sampel

    Populasi adalah sejumlah masa (manusia atau bukan) yang terdapat dalam

    kawasan tertentu dalam satu unit kesatuan. Adapun menurut Muhammad Nasir bahwa

    1Winarno Surahman, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Tehnik ( Bandung : Tarsito, 1992), cet. ke-1, h . 26

    2 Sutrisno Hadi, Metodologi Riset,(Yogyakarta : Andi offset, 1990), cet. ke-1. h . 3

    id5431890 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

  • 35

    populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas atau ciri-ciri tertentu dengan

    dinamakan variabel. Dalam hal ini populasi yang penulis ambil adalah siswa kelas III

    SMP ISLAM AL-IHSAN Jakarta yang berjumlah 77 siswa.

    Sedangkan yang dimaksud sampel adalah memilih sejumlah tertentu dari

    keseluruhan populasi yang akan dijadikan objek penelitian 3. Dalam penelitian ini

    penulis mengambil sampel sebanyak 40 % dari populasi,

    yaitu 40 x 77 = + 30 siswa . 100

    Dengan menggunakan cara randam sampling yaitu dengan mengambil sampel

    dari populasi yang ada secara acak untuk mengambil kesimpulan terhadap penelitian

    yang dilakukan.

    C. Tehnik Pengumpulan Data

    Dalam rangka mendapatkan data yang akurat dalam penyusunan skripsi ini ,

    penulis menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut :

    1.Observasi, dengan observasi sebagai pengumpul data dimaksud observasi yang

    dilakukan secara sistematis. Dalam observasi ini penulis mengamati keadaan

    yang wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk

    mempengaruhi, mengatur, atau memanipulasikannya. Dalam hal ini penulis

    terjun langsung ke lokasi penelitian.

    2.Interview, yakni mengadakan wawancara dengan guru bidang studi Pendidikan

    Agama Islam dan kepala sekolah.

    3 S. Nasution, Metode Reseach, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2006), cet. ke-8, h. 86

  • 36

    3.Angket, yakni pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk tulisan yang diajukan

    kepada siswa kelas III SMP ISLAM AL-IHSAN yang menjadi responden.

    Angket ini disampaikan kepada siswa dipandu sendiri oleh peneliti dengan

    dibacakan dan dijelaskan maksud dari setiap pertanyaan yang diajukan.

    D. Tehnik Analisis Data

    Prosedur penganalisaan data dalam penelitian ini ditempuh melalui langkah-

    langkah sebagai berikut.

    1. Memeriksa jawaban-jawaban yang diberikan para responden dalam daftar

    isian, apakah pengisiannya lengkap atau tidak

    2. Apabila jawabannya sudah lengkap kemudian mengklasifikasikan jawaban-

    jawaban tersebut untuk dapat dijadikan data yang mudah dianalisis dan mudah

    disimpulkan

    3. Menghitung frekwensi masing-masing jawaban yang sudah diklasifikasikan

    dengan cara mengijir (tallying)

    4. Mentabulasikan jawaban-jawaban ke dalam beberapa daftar tabel yang sudah

    dipersiapkan

    5. Setelah data cukup komplit dan ditabulasikan, akan di analisa dengan

    perhitungan prosentase dengan rumus sebagai berikut :

    Keterangan :

    P = Prosentase

    F = Frekwensi (Jumlah responden)

    N = Number of Cases (Banyaknya individu)

    P = F x 100 % N

  • 37

    Skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

    NNoo PPrroosseennttaassee %% PPeennaaffssiirraann 1 100 % Seluruhnya 2 90 % - 99 % Hampir seluruhnya 3 60 % - 89 % Sebagian besar 4 51 % - 59 % Lebih dari setengah 5 50 % Setengahnya 6 40 % - 49 % Hampir setengahnya 7 10 % - 39 % Sebagian kecil 8 1 % - 9 % Sedikit sekali 9 0 % Tidak ada

    Untuk mengetahui Pelaksanaan Pendidikan agama Islam dan efeknya terhadap

    pengamalan ibadah, maka penulis menentukan kriteria kuantitatif berdasarkan jumlah

    nilai presentase angket seluruhnya dengan ketentuan sebagai berikut :

    No Presentase % Kategori

    1 80 % - 100 % Sangat baik 2 68 % - 79 % Baik 3 56 % - 67 % Cukup 4 40 % -55% Kurang 5 < 40 % Kurang sekali

  • 38

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum SMP ISLAM AL-IHSAN Jakarta

    1. Sejarah singkat berdirinya

    Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Kepala Sekolah SMP ISLAM AL-

    IHSAN Pesanggrahan Jakarta Selatan diperoleh keterangan bahwa SMP ISLAM AL-

    IHSAN didirikan sejak tahun 1987, ketika pertama kali didirikan menjabat selaku

    Kepala Sekolah Drs. Margiono dan Wakil Kepala Sekolah di jabat oleh Bapak Abdul

    Aziz.

    SMP ISLAM AL-IHSAN pada awalnya adalah Madrasah Ibtidaiyah, dan hasil

    kerja sama dengan SMP Satria Jakarta maka mendirikan Sekolah Menengah Pertama

    Islam AL-Ihsan. Terletak di daerah Kecamatan Pesanggrahan Komplek Kodam

    Bintaro Jakarta Selatan. Pada tahun 1995 sampai dengan sekarang dipimpin oleh Drs

    Syafruddin sebagai Kepala Sekolah dan Indah Martina S. Pd sebagai Wakil Kepala

    Sekolah.

    Status sekolah Swasta terdaftar.

    2. Visi dan Misi

    Visi dan Misi SMP ISLAM AL-IHSAN yaitu :

    Visi : Unggul dalam prestasi berdasarkan iman dan taqwa

    Misi : 1. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah

    2. Menodorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya sehingga dapat dikembangkan secara optimal

    3. Menumbuhkan penghayatan siswa terhadap ajaran agama yang dianut dan juga budaya bangsa sehingga menjadi manusia yang beriman bertaqwa berakhlak mulia dan berbudaya

    id5449093 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

  • 39

    4. Membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan dasar sesuai dengan perkembangan IPTEK

    3. Letak Geografis

    SMP ISLAM AL-IHSAN terletak di Jalan Pesanggrahan Indah no. 1 Kecamatan

    Pesanggrahan Jakarta Selatan.

    4. Keadaan Guru, siswa dan Karyawan

    a. Keadaan Guru

    No

    Nama Jabatan S2 S1 D3 D2 D1

    1 Drs Syafruddin Kepala Sekolah ^ 2 Indah Martina S Pd Wakil Kepala Sekolah ^ 3 Mughni A. Ma Guru Agama Islam ^ 4 Agus Wahid BA Guru Seni musik ^ 5 Dra Nurul Kholis Guru PPKn / B. Arab ^ 6 Rahmat Akmal Guru Fisika 7 Dra Titin Wartini Guru PLKJ / Mulok ^ 8 Ratna Juwita S Pd. I Guru Al-Quran / KTK ^ 9 Rita Suriati S Pd Guru Bahasa Indonesia ^ 10 Hargiani S Pd Guru Matematika ^ 11 Fauziyati S Pd Guru Ekonomi ^ 12 Sholahuddin Guru Bahasa Inggris p ^ 13 Emma Ekawati S Pd Guru IPS Sejarah ^ 14 Siti Farhah S Si Guru IPA ^ 15 Reni Nur Astuti S Kom Guru Komputer ^ 16 Fulana Guru IPA ^ 17 Makarau Guru Penjaskes ^ 18 Dwi Guru Bahasa Inggris ^ 19 Imas Maspupah Guru Bimbel B. Inggris ^

    b. Keadaan Siswa

    Jumlah keseluruhan siswa SMP ISLAM AL-IHSAN adalah 250 siswa dengan

    menempati 6 kelas, dengan masing-masing kelas satu, dua dan tiga menempati dua

    kelas. Dengan perincian sebagai berikut :

  • 40

    Kelas I : 86 siswa : 2 kelas

    Kelas II : 87 siswa : 2 kelas

    Kelas III : 77 siswa : 2 kelas

    Jumlah : 250 siswa : 6 Kelas

    c. Keadaan Karyawan

    Pegawai Administrasi : 3 orang

    Pesuruh : 1 orang

    Penjaga Sekolah : 1 orang

    5. Sarana dan Prasarana

    Untuk menunjang kelancaran proses pendidikan, SMP ISLAM AL-IHSAN

    berusaha melengkapi sarana dan prasarana pendidikan, yang lebih jelasnya sarana dan

    prasarana tersebut adalah sebagai berikut :

    Keadaan ruangan SMP ISLAM AL-IHSAN

    No Ruangan Banyaknya 1 Kantor 1 buah 2 Belajar 6 buah 3 Perpustakaan 1 buah 4 Lapangan olahraga 3 buah 5 Laboratorium 1 buah 6 Pertemuan 1 buah 7 Ibadah / Mushollah 1 buah 8 Gudang 1 buah 9 BP 1 buah 10 Koperasi 1 buah 11 Kantin 2 buah 12 Wc 4 buah

  • 41

    6. Struktur Organisasi

    SMP ISLAM AL-IHSAN

    YAYASAN

    Wakasek Kurikulum

    Kepala Sekolah

    Wakasek Kesiswaan

    Wali Kelas Tata Usaha

    Guru

    Siswa

    Pembina Osis

  • 42

    B. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMP ISLAM AL-IHSAN Jakarta

    Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dilaksanakan dua jam perminggu,

    yang mencakup pelajaran Fiqih, Al-Quran Hadits, Aqidah Akhlak dan sejarah

    Islam.

    Dengan menggunakan pedoman kurikulum untuk kelas VII & VIII kurikulum

    2006 atau KTSP, sedangkan untuk kelas IX masih kurikulum suplemen 2004.

    Metode yang dipakai dalam menyampaikan pembelajaran agama Islam antara

    lain metode ceramah, metode Tanya jawab, sosiodrama dan metode pemberian tugas.

    Untuk mengetahui Pengamalan pendidikan agama Islam di SMP ISLAM AL-

    IHSAN Jakarta dapat dilihat dari hasil penelitian yang terdiri dari tabel-tabel

    sebagai berikut :

    Tabel 1 Guru datang tepat waktu

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 10 33, 33 % Sering 11 36,67 % Kadang-kadang 9 30 ,00 % Tidak pernah - -

    Jumlah 30 100 %

    Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian kecil (33,33%) siswa

    menyatakan bahwa guru selalu datang tepat waktu, sebagian kecil (36,67%)

    menyatakan sering dan sebagian kecil (30,00%) menyatakan kadang-kadang, dan

    tidak ada yang menyatakan tidak pernah datang tepat waktu, kesimpulannya guru

    datang tepat waktu dan siap memberikan materi pelajaran.

  • 43

    Selanjutnya perhatikan tabel berikut yakni tentang guru memberikan

    pertanyaan di awal pelajaran

    Tabel 2 Guru memberikan pertanyaan di awal pelajaran

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 5 16,67 % Sering 9 30,00 % Kadang-kadang 15 50 ,00 % Tidak pernah 1 3 ,33%

    Jumlah 30 100 %

    Dari hasil tabel tersebut sebagian kecil (16,67%) menyatakan selalu,

    sebagian kecil (30,00%) menyatakan sering, setengahnya (50,00%) menyatakan

    kadang-kadang dan sedikit sekali (3,33%) menyatakan tidak pernah. Dan

    kesimpulannya adalah guru harus lebih banyak memberikan pertanyaan di awal

    pelajaran sebagai penguatan kembali kepada siswa terhadap pelajaran yang lalu.

    Tabel 3 Guru menerangkan materi pelajaran dengan jelas

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 17 56,67 % Sering 4 13,33% Kadang-kadang 9 30 ,00 % Tidak pernah - -

    Jumlah 30 100 %

    Penjelasan guru sangat berpengaruh terhadap daya serap siswa, dari tabel di

    atas lebih dari setengah (56,67%) menyatakan selalu, sebagian kecil (13,33%)

    menyatakan sering dan sebagian kecil (30,00%) menyatakan kadang-kadang dan

    tidak ada yang menyatakan tidak pernah, hal ini dapat disimpulkan bahwa kualitas

    penjelasan guru sudah sangat bagus.

  • 44

    Tabel 4 Penguasaan materi pelajaran

    Option Frekwensi Prosentase

    Selalu 18 60,00% Sering 5 16,67 % Kadang-kadang 6 20,00 % Tidak pernah 1 3 ,33 %

    Jumlah 30 100 %

    Keberhasilan proses belajar mengajar sangat dipengaruhi juga oleh penguasaan

    guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Dari tabel di atas sebagian besar

    (60,00%) menyatakan selalu, sebagian kecil (16,67%) menyatakan sering, sebagian

    kecil (20,00%) menyatakan kadang-kadang dan sedikit sekali (3,33%) menyatakan

    tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa penguasaan guru terhadap materi pelajaran

    sudah sangat baik.

    Tabel 5 Metode penyajian

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 14 46,67 % Sering 6 20,00 % Kadang-kadang 10 30 ,00 % Tidak pernah 1 3 ,33 %

    Jumlah 30 100 %

    Metode merupakan salah satu hal yang tak bisa dipisahkan dalam

    menyampaikan materi pelajaran, dari tabel di atas hampir setengahnya (46,67%)

    menyatakan selalu, sebagian kecil (20,00%) menyatakan sering , sebagian kecil

    (30,00%) menyatakan kadang-kadang dan sedikit sekali (3,33%) menyatakan tidak

    pernah. Ini menunjukan bahwa metode penyajian sudah tepat akan tetapi ada siswa

    yang tidak cocok dengan metode yang digunakan.

  • 45

    Tabel 6 Penggunaan alat peraga/ Media pengajaran

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 4 13,33 % Sering 1 3,34 % Kadang-kadang 22 73,33 % Tidak pernah 3 10,00 %

    Jumlah 30 100 %

    Dari tabel di atas sebagian kecil (13,33%) menyatakan selalu, sedikit sekali

    (3,34%) menyatakan sering , sebagian besar (73,33%) menyatakan kadang-kadang

    dan sebagian kecil (10,00%) menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa

    penggunaan alat peraga oleh guru hanya dilakukan apabila ada materi yang harus

    dipraktekan saja.

    Kedisiplinan siswa merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan

    proses belajar mengajar, perhatikan tabel berikut :

    Tabel 7 Penegakan disipilin

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 18 60,00 % Sering 5 16,67 % Kadang-kadang 7 23,33 % Tidak pernah - -

    Jumlah 30 100 %

    Dari hasil tabel tersebut sebagian besar (60,00%) siswa menyatakan selalu,

    sebagian kecil (16,67%) menyatakan sering dan sebagian kecil (23,33%) menyatakan

    kadang-kadang, sedangkan yang menyatakan tidak pernah tidak ada. Dapat

    disimpulkan bahwa penegakan disiplin oleh guru sangat di perhatikan oleh siswa.

  • 46

    Tabel 8 Guru mengadakan evaluasi pelajaran

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 16 53,33 % Sering 4 13,34 % Kadang-kadang 10 33,33 % Tidak pernah - -

    Jumlah 30 100 %

    Dari hasil tabel di atas Lebih dari setengah (53,33%) siswa menyatakan selalu,

    sebagian kecil (13,34%) menyatakan sering, sebagian kecil (33,33%) menyatakan

    kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan di

    akhir pelajaran guru selalu mengadakan evalusi dan ini menandakan bahwa proses

    belajar mengajar yang dilakukan sudah efektif.

    Tabel 9. Rekapitulasi Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMP ISLAM AL-IHSAN Jakarta

    N = 30 Jawaban

    Selalu Sering Kadang-kadang

    Tidak Pernah

    No Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

    F (%) F (%) F (%) F (%) 1 Guru datang tepat

    waktu 10 (33,33 %) 11 (36,67%) 9 (30,00%) -

    2 Guru memberi pertanyaaan di awal

    5 (16,67%) 9 (30,00%) 15 (50,00%) 1 (3,33%)

    3 Guru menerangkan materi dengan jelas

    17 (56,67%) 4 (13,33%) 9 (30,00%) -

    4 Guru menguasai materi

    18 (60,00%) 5 (16,67%) 6 (20,00%) 1 (3,33%)

    5 Penggunaan metode yang tepat

    14 (46,67%) 6 (20,00%) 10 (30,00%) 1 (3,33%)

    6 Penggunaan alat peraga

    4 (13,33%) 1 (3,34%) 22 (73,33%) 3 (10,00%)

    7 Penegakan disipilin 18 (60,00%) 5 (16,67%) 7 (23,33%) - 8 Evaluasi pengajaran 16 (53,33%) 4 (13,34%) 10 (33,33%) - Total Prosentase 340 % 150,02 % 289,99 % 19,99 %

    Rata-rata Prosentase 42, 5 % 18,75 % 36, 25 % 2,5 %

  • 47

    Dari tabel di atas dapat di analisa Pengamalan pendidikan agama Islam di SMP

    ISLAM AL-IHSAN Jakarta cukup baik, yaitu mencapai rata-rata 61, 25 %. Jumlah

    antara jawaban selalu dan sering.

    C. Pengamalan Ibadah Siswa

    Untuk mengetahui pengamalan ibadah siswa dapat dilihat dari hasil penelitian

    yang terdiri dari tabel-tabel sebagai berikut :

    1. Tentang Pengamalan Ibadah Shalat

    Tabel 10 Pengamalan shalat lima waktu

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 8 26,67 % Sering 2 6,66 % Kadang-kadang 20 66,67 % Tidak pernah - -

    Jumlah 30 100 %

    Dari hasil tabel di atas sebagian kecil (26,67%) menyatakan selalu, sedikit sekali

    (6,66%) menyatakan sering, sebagian besar (66,67%) menyatakan kadang-kadang

    dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa Pengamalan

    shalat lima waktu siswa belum sadar sepenuhnya, hanya sebagian kecil yang selalu

    mengerjakan perkara wajib ini. Padahal ini adalah kewajiban umat Islam jika sudah

    baligh, dan yang pertama di hisab di hari akhir adalah shalat.

  • 48

    Tabel 11 Pengamalan shalat fardhu di awal waktu

    Option Frekwensi Prosentase Selalu - - Sering 5 16,67 % Kadang-kadang 22 73,33 % Tidak pernah 3 10,00%

    Jumlah 30 100 %

    Tabel tersebut menunjukan sebagian kecil (16,67%) menyatakan sering, sebagian

    besar (73,33%) menyatakan kadang-kadang, sebagian kecil (10,00%) menyatakan

    tidak pernah shalat di awal waktu dan tidak ada siswa yang menyatakan selalu di

    awal waktu. Dapat disimpulkan bahwa siswa belum tergugah hatinya untuk

    melaksanakan shalat di awal waktu, mereka masih lalai dalam menjalankan shalat

    fardhu.

    Selanjutnya untuk mengetahui Pengamalan shalat berjamaah siswa dapat dilihat

    tabel berikut :

    Tabel 12 Pengamalan shalat berjamaah

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 2 6,67% Sering 5 16,67% Kadang-kadang 21 70,00% Tidak pernah 2 6,66%

    Jumlah 30 100 %

    Dari tabel hasil di atas bahwa sedikit sekali (6,67%) siswa yang menyatakan

    selalu berjamaah, sebagian kecil (16,67%) menyatakan sering berjamaah, sebagian

    besar (70,00%) menyatakan kadang-kadang berjamaah dan sedikit sekali (6,66%)

  • 49

    siswa menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa siswa belum menyadari

    benar tentang keutamaan shalat berjamaah dibandingkan dengan shalat sendiri.

    Tabel 13 Pengamalan shalat sunnah sebelum shalat wajib

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 3 10,00% Sering 2 6,67% Kadang-kadang 20 66,67% Tidak pernah 5 16,66%

    Jumlah 30 100 %

    Dari hasil tabel di atas sebagian kecil (10,00%) siswa menyatakan selalu, sedikit

    sekali (6,67%) menyatakan sering, sebagian besar (66,67%) menyatakan kadang-

    kadang dan sebagian kecil (16,66%) menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan

    bahwa siswa belum tergugah hatinya untuk melaksanakan perkara yang sunnah, hal

    ini bisa di lihat sebagian besar menyatakan kadang-kadang.

    Mari perhatikan pula tentang Pengamalan shalat sunnah sesudah shalat wajib,

    perhatikan tabel berikut :

    Tabel 14 Pengamalan shalat sunnah sesudah shalat wajib

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 1 3,33% Sering - - Kadang-kadang 16 53,33% Tidak pernah 13 43,34%

    Jumlah 30 100 %

    Pengamalan shalat sunnah sesudah shalat fardhu dari tabel di atas menyatakan

    bahwa sedikit sekali (3,33%) menyatakan selalu, tidak ada yang menyatakan sering,

    lebih dari setengah (53,33%) menyatakan kadang-kadang dan hampir setengahnya

  • 50

    (43,34%) menyatakan tidak pernah melaksanakan. Dapat disimpulkan tidak jauh

    berbeda dengan shalat sunnah sebelum shalat fardhu, siswa belum tergugah hatinya

    untuk melaksanakan perkara yang sunnah.

    Tabel 15 Pengamalan shalat sunnah Dhuha

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 6 20,00% Sering 14 46,67% Kadang-kadang 8 26,67% Tidak pernah 2 6,66%

    Jumlah 30 100 %

    Dari tabel di atas sebagian kecil (20,00%) siswa menyatakan selalu, hampir

    setengahnya (46,67%) menyatakan sering, sebagian kecil (26,67%) menyatakan

    kadang-kadang dan sedikit sekali (6,66%) menyatakan tidak pernah. Dapat

    disimpulkan bahwa Pengamalan shalat dhuha sudah terbiasa dilakukan oleh siswa

    karena sebelum jam pertama di mulai maka terlebih dahulu di adakan shalat sunnah

    dhuha di masjid Al-Ihsan.

    Tabel 16 Pengamalan shalat sunnah tahajjud

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 2 6,67% Sering - - Kadang-kadang 10 33,33% Tidak pernah 18 60,00%

    Jumlah 30 100 % Dari tabel di atas sedikit sekali (6,67%) siswa menyatakan selalu, tidak ada yang

    menyatakan sering, sebagian kecil (33,33%) menyatakan kadang-kadang dan

    sebagian besar (60,00%) menyatakan tidak pernah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

    Pengamalan shalat sunnah tahajjud hanya sedikit sekali yang melaksanakan, dan

  • 51

    sebagian besar menyatakan tidak pernah, hal ini wajar karena sekolah siswa pada pagi

    hari, jadi mungkin jikalau pada malam hari melaksanakan shalat tahjjud, di takutkan

    pagi harinya tidak efektif untuk melakukan proses belajar di sekolah.

    2. Tentang Pengamalan Ibadah Puasa Siswa

    Untuk mengetahui pengamalan siswa tentang ibadah puasa, perhatikan tabel

    berikut :

    Tabel 17 Pengamalan puasa bulan Ramadhan

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 27 90,00% Sering 3 10,00% Kadang-kadang - - Tidak pernah - -

    Jumlah 30 100 %

    Dari hasil tabel di atas hampir seluruhnya (90,00%) menyatakan selalu,

    sebagian kecil (10,00%) menyatakan sering melaksanakan puasa bulan Ramadhan,

    tidak ada yang menyatakan kadang-kadang dan tidak pernah. Dapat disimpulkan

    bahwa kesadaraan siswa melaksanakan puasa wajib sangat baik.

    Selanjutnya untuk mengetahui jika berbuka puasa membaca doa atau tidak,

    perhatikan tabel berikut :

    Tabel 18 Pengamalan membaca doa berbuka puasa

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 25 83,33% Sering 2 6,67% Kadang-kadang 2 6,67% Tidak pernah 1 3,33%

    Jumlah 30 100 %

  • 52

    Dari tabel hasil tabel di atas sebagian besar (83,33%) menyatakan selalu,

    sedikit sekali (6,67%) menyatakan sering, sedikit sekali (6,67%) menyatakan kadang-

    kadang dan sedikit sekali (3,33%) menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan

    bahwa siswa tidak mengabaikan doa ketika berbuka puasa.

    Tabel 19 Pengamalan bersedekah di bulan Ramadhan Option Frekwensi Prosentase

    Selalu 5 16,67% Sering 9 30,00% Kadang-kadang 16 53,33% Tidak pernah - -

    Jumlah 30 100 % Tabel di atas menyatakan sebagian kecil (16,67%) siswa menyatakan selalu,

    sebagian kecil (30,00%) menyatakan sering, lebih dari setengah (53,33%)

    menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah. Ini

    menandakan jiwa dermawan siswa sudah mulai kelihatan, karena sebagian kecil

    selalu dan sering, sedangkan lebih dari setengah yang kadang-kadang bersedekah, ini

    sudah baik walaupun bersedekahnya kadang-kadang.

    Tabel 20 Pengamalan makan sahur

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 26 86,67% Sering 4 13,33% Kadang-kadang - - Tidak pernah - -

    Jumlah 30 100 %

    Makan sahur adalah suatu hal yang disunnahkan jika hendak berpuasa, dari

    hasil tabel di atas sebagian besar (86,67%) siswa menyatakan selalu, sebagian kecil

    (13,33%) menyatakan sering. Sedangkan tidak ada yang menyatakan kadang-kadang

  • 53

    dan tidak pernah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Pengamalan makan sahur

    dilakukan oleh siswa sebagai energi untuk siang harinya dan sebagai Pengamalan

    sunnah puasa.

    Tabel 21 Pengamalan puasa sunnah hari senin dan kamis

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 1 3,33% Sering 1 3,33% Kadang-kadang 11 36,67% Tidak pernah 17 56,67 %

    Jumlah 30 100 %

    Dalam Pengamalan puasa sunnah senin dan kamis tabel menunjukkan bahwa

    sedikit sekali (3,33%) menyatakan selalu, sedikit sekali (3,33%) menyatakan sering,

    sebagian kecil (36,67) menyatakan kadang-kadang dan lebih dari setengah (56,67%)

    menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa siswa belum mau melaksanakan

    puasa sunnah, ini ditandai dengan lebih dari setengah tidak pernah melaksanakan

    puasa sunnah senin dan kamis.

    3. Tentang Kebiasaan Berdoa siswa

    Doa merupakan suatu upaya memohon kepada Allah agar maksud dan

    tujuan seseorang tercapai. Tentu saja tujuan tersebut tidak hanya dicapai dengan doa

    melainkan harus didahului oleh usaha yang maksimal. Berikut kita perhatikan tabel

    Pengamalan doa siswa setelah berwudhu :

  • 54

    Tabel 22 Pengamalan doa selesai wudhu

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 11 36,67% Sering 5 16,67% Kadang-kadang 14 46,66% Tidak pernah - -

    Jumlah 30 100 %

    Dari hasil tabel tersebut di atas sebagian kecil (36,67%) menyatakan selalu,

    sebagian kecil (16,67%) siswa menyatakan sering, hampir setengahnya (46,66%)

    menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah berdoa.

    Dapat disimpulkan bahwa siswa cukup mempunyai kesadaran untuk melaksanakan

    apa yang telah mereka ketahui.

    Tabel 23 Pengamalan doa bila mendengar adzan

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 2 6,67 % Sering 4 13,33% Kadang-kadang 21 70,00 % Tidak pernah 3 10 ,00%

    Jumlah 30 100 %

    Tabel di atas menyatakan sedikit sekali siswa (6,67%) yang menyatakan selalu

    berdoa bila mendengar adzan, sebagian kecil (13,33%) menyatakan sering, sebagian

    besar (70,00%) menyatakan kadang-kadang dan sedikit sekali (10,00%) menyatakan

    tidak pernah berdoa. Dapat disimpulkan bahwa siswa belum sadar dengan seruan

    untuk beribadah yaitu adzan, sehingga lalai / tidak melaksanakan shalat di awal

    waktu.

    Untuk mengetahui kebiasaan siswa berdoa sehabis shalat fardhu, mari

    perhatikan tabel berikut :

  • 55

    Tabel 24 Pengamalan doa sehabis shalat fardhu

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 17 56,67 % Sering 4 13,33 % Kadang-kadang 7 23,33 % Tidak pernah 2 6,67 %

    Jumlah 30 100 %

    Dari hasil tabel di atas lebih dari setengah (56,67%) siswa menyatakan selalu

    berdoa, sebagian kecil (13,33%) menyatakan sering, sebagian kecil (23,33%)

    menyatakan kadang-kadang dan sedikit sekali (6,67 %) menyatakan tidak pernah. Ini

    menandakan bahwa siswa sadar akan perkara sunnah yaitu berdoa setelah shalat

    fardhu, ataupun melakukan zikir dan lain-lain.

    Tabel 25 Pengamalan doa ketika mulai belajar

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 20 66,67 % Sering 2 6,67 % Kadang-kadang 7 23,33% Tidak pernah 1 3,33%

    Jumlah 30 100 %

    Dari tabel di atas sebagian besar (66,67%) siswa menyatakan selalu berdoa jika

    hendak belajar, sedikit sekali (6,67%) menyatakan sering, sebagian kecil (23,33%)

    menyatakan kadang-kadang dan sedikit sekali (3,33%) menyatakan tidak pernah.

    Dapat disimpulkan bahwa siswa menyatakan suka berdoa, ini menandakan bahwa

    siswa siap untuk belajar. Dan sedikit sekali yang tidak siap.

  • 56

    Tabel 26 Pengamalan doa bila hendak makan

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 19 63,33 % Sering 5 16,67 % Kadang-kadang 6 20 ,00 % Tidak pernah - -

    Jumlah 30 100 %

    Dari tabel di atas tentang Pengamalan doa bila hendak makan, sebagian besar

    (63,33%) siswa menyatakan selalu, sebagian kecil (16,67%) menyatakan sering,

    sebagian kecil (20,00%) menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan

    tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa siswa suka berdoa bila hendak makan dan

    tidak tergesa-gesa.

    Tabel 27 Pengamalan doa jika selesai makan

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 6 20,00 % Sering 4 13,33 % Kadang-kadang 18 60,00 % Tidak pernah 2 6,67 %

    Jumlah 30 100 %

    Dari hasil tabel di atas sebagian kecil (20,00%) siswa menyatakan selalu,

    sebagian kecil (13,33%) menyatakan sering, sebagian besar (60,00%) menyatakan

    kadang-kadang dan sedikit sekali (6,67%) menyatakan tidak pernah. Dapat

    disimpulkan bahwa siswa kurang bersyukur dengan nikmat yang telah di berikan

    Allah swt, tidak seperti tabel doa hendak makan.

  • 57

    Tabel 28 Pengamalan doa jika hendak tidur

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 18 60,00 % Sering 1 3,33 % Kadang-kadang 11 36,67% Tidak pernah - -

    Jumlah 30 100 %

    Dari tabel di atas yaitu tentang Pengamalan berdoa siswa jika hendak tidur,

    sebagian besar (60,00%) siswa menyatakan selalu, sedikit sekali (3,33%) menyatakan

    sering, sebagian kecil (36,67%) menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang

    menyatakan tidak pernah berdoa jika hendak tidur. Dapat disimpulkan bahwa siswa

    seluruhnya berdoa jika hendak tidur, ini menandakan mereka sudah menjalankan

    sunnah berdoa jika hendak tidur. Berikut kita perhatikan tabel doa bangun tidur :

    Tabel 29 Pengamalan doa pada waktu bangun tidur

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 2 6,67 % Sering 1 3,33 % Kadang-kadang 20 66,67 % Tidak pernah 7 23, 33 %

    Jumlah 30 100 %

    Dari hasil tabel di atas sedikit sekali (6,67%) siswa menyatakan selalu, sedikit

    sekali (3,33%) menyatakan sering, sebagian besar (66,67%) menyatakan kadang-

    kadang dan sebagian kecil (23,33%) menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan

    bahwa siswa belum sadar dengan doa bangun tidur, ini menandakan siswa tidak

    bersyukur dengan siapa yang membangunkannya dari tidur.

  • 58

    Tabel 30 Pengamalan doa bila keluar rumah

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 4 13,33 % Sering 3 10,00 % Kadang-kadang 13 43,34 % Tidak pernah 10 33,33%

    Jumlah 30 100 %

    Dari hasil tabel di atas sebagian kecil (13,33%) siswa menyatakan selalu,

    sebagian kecil (10,00%) menyatakan sering, hampir setengahnya (43,34%)

    menyatakan kadang-kadang dan sebagian kecil (33,33%) menyatakan tidak pernah.

    Dapat disimpulkan kesadaran siswa untuk berdoa bila keluar rumah belum

    diterapkan dengan baik, karena bagaimanapun ketika akan bepergian atau hendak

    keluar rumah, kita harus senantiasa berdoa dan minta perlindungan kepada Allah

    swt.

    Perhatikan tabel terakhir kebiasaan berdoa bila akan memakai pakaian :

    Tabel 31 Pengamalan doa bila hendak berpakaian

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 2 6,67 % Sering - - Kadang-kadang 10 33,33% Tidak pernah 18 60,00%

    Jumlah 30 100 %

    Dari hasil tabel di atas sedikit sekali (6,67%) menyatakan selalu, tidak ada yang

    menyatakan sering, sebagian keci (33,33%) menyatakan kadang-kadang dan

    sebagian besar (60,00%) menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa siswa

    selalu tergesa-gesa bila akan memakai pakaian, ataupun siswa banyak yang belum

    hafal dengan doa bila hendak berpakaian.

  • 59

    4. Tentang Mengaji Al-Quran Siswa

    Membaca Al-Quran merupakan suatu hal yang sangat di sunnahkan dalam

    ajaran Islam, karena Al-Quran adalah risalah yang dibawa oleh nabi Muhammad

    saw, dari zaman dahulu hingga sekarang masih terjaga keasliannya. Untuk itu mari

    kita perhatikan tabel membaca Al-Quran siswa :

    Tabel 32 Pengamalan membaca Al-Quran

    Option Frekwensi Prosentase Selalu 5 16,66% Sering 2 6,67 % Kadang-kadang 20 66,67 % Tidak pernah 3 10,00 %

    Jumlah 30 100 %

    Dari tabel di atas sebagian kecil (16,66%) siswa menyatakan selalu, sedikit sekali

    (6,67%) menyatakan sering, sebagian besar (66,67%) menyatakan kadang-kadang

    dan sebagian kecil (10,00%) menyatakan tidak pernah. Dapat disimpulkan siswa

    belum dapat menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim dengan membaca

    Al-Quran. Karena Al-Quran adalah pegangan dan pedoman hidup orang Islam.

    Berikut kita perhatikan usaha yang dilakukan ora