42
1 RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI VII DPR RI DENGAN KETUA UMUM HISWANA MIGAS Tahun Sidang : 2014-2015 Masa Persidangan : II Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Ketua Umum Hiswana Migas Sifat Rapat : Terbuka Hari/tanggal : Rabu, 14 Januari 2015 Waktu : Pukul 10.00 WIB 12.42 WIB Tempat : Ruang Rapat Komisi VII DPR RI Ketua Rapat : Ir. Satya Widya Yudha, ME, M.Sc. Acara : Permasalahan BBM Sekretaris Rapat : Dra. Rini Koentarti, M.Si. Hadir : 35 Orang Anggota Komisi VII DPR RI 1 Orang Anggota Izin A. Anggota DPR RI 1. Pimpinan Komisi VII DPR RI a. Dr. Ir. H. Kardaya Warnika, DEA (Ketua/F.P. Gerindra) b. Ir. Satya Widya Yudha, ME, M.Sc. (Wakil Ketua/F-PG) c. Ir. H. Mulyadi (Wakil Ketua/F-PD) 2. FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN a. H. N. Falah Amru, S.E. b. Dony Maryadi Oekon c. Mercy Chriesty Barends, S.T. d. Tony Wardoyo e. Awang Ferdian Hidayat f. Yulian Gunhar, S.H., M.H. 3. FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA a. H. Dito Ganinduto, MBA b. Ir. H. Airlangga Hartarto, M.M.T, M.B.A. c. Dr. Hj. Neni Moerniaeni, SPOG d. DR. Saiful Bahri Ruray, S.H., M.Si. e. Bowo Sidik Pangarso, S.E.

rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

1

RISALAH

RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI VII DPR RI DENGAN

KETUA UMUM HISWANA MIGAS

Tahun Sidang : 2014-2015

Masa Persidangan : II

Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Ketua Umum

Hiswana Migas

Sifat Rapat : Terbuka

Hari/tanggal : Rabu, 14 Januari 2015

Waktu : Pukul 10.00 WIB –12.42 WIB

Tempat : Ruang Rapat Komisi VII DPR RI

Ketua Rapat : Ir. Satya Widya Yudha, ME, M.Sc.

Acara : Permasalahan BBM

Sekretaris Rapat : Dra. Rini Koentarti, M.Si.

Hadir : 35 Orang Anggota Komisi VII DPR RI

1 Orang Anggota Izin

A. Anggota DPR RI

1. Pimpinan Komisi VII DPR RI

a. Dr. Ir. H. Kardaya Warnika, DEA (Ketua/F.P.

Gerindra)

b. Ir. Satya Widya Yudha, ME, M.Sc. (Wakil

Ketua/F-PG)

c. Ir. H. Mulyadi (Wakil Ketua/F-PD)

2. FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA

PERJUANGAN

a. H. N. Falah Amru, S.E.

b. Dony Maryadi Oekon

c. Mercy Chriesty Barends, S.T.

d. Tony Wardoyo

e. Awang Ferdian Hidayat

f. Yulian Gunhar, S.H., M.H.

3. FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA

a. H. Dito Ganinduto, MBA

b. Ir. H. Airlangga Hartarto, M.M.T, M.B.A.

c. Dr. Hj. Neni Moerniaeni, SPOG

d. DR. Saiful Bahri Ruray, S.H., M.Si.

e. Bowo Sidik Pangarso, S.E.

Page 2: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

2

4. FRAKSI PARTAI GERINDRA

a. Aryo P.S. Djojohadikusumo

b. Supratman Andi Agtas, S.H., M.H.

c. Katherine A. Oendoen

d. Ramson Siagian

e. Bambang Haryadi, S.E.

5. FRAKSI PARTAI DEMOKRAT

a. Eko Wijaya

b. H. Mat Nasir, S.Sos.

6. FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL

a. H. Totok Daryanto, S.E.

b. H. Jamaluddin Jafar, S.H., M.H.

c. Andriyanto Johan Syah

d. Lucky Hakim

7. FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA

a. H. Syaikhul Islam Ali, Lc., M.Sos.

8. FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA

a. H. Hadi Mulyadi, S.Si, M.Si.

b. H. Iskan Qolba Lubis, M.A.

9. FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN

a. H. Achmad farial

b. H. Mustofa Assegaf, M.Si.

c. H. Joko Purwanto

10. FRAKSI PARTAI NASDEM

a. H. Endre Saifoel

b. DR. Kurtubi, S.E., M.Sp., N.Sc.

11. FRAKSI PARTAI HANURA

a. H. Inas Nasrullah Zubir, BE, SE

b. Dewie Yasin Limpo, S.E.

B. Undangan

Ketua Umum Hiswana Migas

C. Undangan Lain

Wartawan

Page 3: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

3

JALANNYA RAPAT :

KETUA RAPAT (Ir. SATYA WIDYA YUDHA, ME, M.Sc.):

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita semua,

Yang kami hormati Bapak/Ibu Anggota Komisi VII yang meluangkan hadir pada

RDPU pada pagi hari ini,

Yang kami hormati Ketua Umum dan jajaran Pengurus Dewan Pimpinan Pusat

Hiswanan Migas, serta

Hadirin sekalian,

Sebelum saya membacakan sambutan awal ini kita sepakati dulu bahwa

rapat ini bersifat terbuka ya. Jadi bisa dihadiri oleh oleh semua yang termasuk

wartawan bisa meliput. Apakah disepakati? Sepakat terbuka ya? Terima kasih.

(RAPAT : SETUJU)

Dan waktu juga kita batasi sampai jam berapa? Kita sepakati sampai jam

berapa? Pukul 12.00 WIB?

(RAPAT : SETUJU)

Nanti bisa kita perpanjang Pak sesuai dengan kebuntuan.

Saya lanjutkan.

Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita sehingga pada hari ini

kita dapat bertemu guna melaksanakan tugas-tugas kita.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kehadiran Bapak/Ibu

sekalian, dan sesuai undangan yang telah disampaikan berdasarkan jadwal rapat

Komisi VII DPR RI Masa Persidangan II Tahun 2014-2015 pada hari ini kita

melaksanakan Rapat Dengar Pendapat dengan Hiswana Migas dalam rangka

menerima masukan terkait dengan kebijakan masalah bahan bakar minyak. Itu yang

paling utama itu.

Berdasarkan dari data Sekretariat kita melihat anggota yang hadir sudah lebih

dari kuorum secara fraksi, walaupun totalnya belum mencapai sebagaimana total

anggota dari secara keseluruhan.

Untuk itu sebagaimana ditentukan pada pasal 251 ayat (1) Peraturan DPR

tentang Tata Tertib maka bisa terpenuhi, karena ini sifatnya RDPU bukan Raker

sehingga kourum, kourum anggotanya tidak kourum dari total anggota seluruhnya,

jadi bisa kita ambil kourum fraksi. Jadi apakah kita setujui bahwa ini kita lanjutkan?

Page 4: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

4

Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim saya nyatakan terbuka untuk

umum.

(RAPAT DIBUKA PUKUL : 10.30 WIB)

Bapak/Ibu yang saya hormati,

Rapat Dengar Pendapat Umum ini sesuai dengan permohonan yang

disampaikan oleh Dewan Pimpinan Pusat Hiswana Migas ke Komisi VII untuk

menyampaikan masukan-masukan sebagaimana yang tadi saya sampaikan di

depan. Hiswana Migas sebagai mitra dari PT. Pertamina Persero dalam

melaksanakan distribusi bahan bakar minyak ingin menyampaikan secara langsung

masukan-masukan terkait dengan kebijakan BBM untuk kepentingan bangsa dan

negara, serta upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Untuk itu nanti

saya akan persilahkan kepada Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Hiswana

Migas, namun demikian yang perlu saya sampaikan bahwa mohon diberikan

masukan juga terhadap kebijakan pemerintah ya karena itu sebagai kebijakan, jadi

Bapak bebas saja bagaimana menilai dari sisi end user daripada kebijakan tersebut,

lantas keinginan daripada baik dari kalangan DPR RI Komisi VII ataupun juga

masyarakat umum mengenai cara-cara penghitungan biaya pokok produksi daripada

BBM kita sesuai dengan karakteristiknya. Itu kalau bisa juga bisa ditampilkan,

karena itu memperkaya kita Pak supaya nanti pada gilirannya kita bertemu dengan

Pertamina dan nanti akhirnya juga dengan Menteri ESDM dalam rapat kerja resmi

itu kita sudah bisa memberikan satu gambaran. Karena Bapak semua adalah pelaku

bisnis, jadi jangan hanya nanti di sini kita berbicara untung atau rugi saja, tetapi lebih

memberikan masukan secara komprehensif. Ya tentunya itu menjadi apa

masukannya yang sangat berguna walaupun apa yang Bapak/Ibu sekalian keluhkan

akan menjadi perhatian kita.

Untuk itu saya mohon kepada Ketua Dewan Pimpinan Pusat untuk

memberikan paparannya sambil memperkenalkan supaya Anggota Komisi VII yang

hadir pada hari ini bisa mengetahui. Terima kasih.

Assalamu'alaikum Warahmatulalhi Wabarakatuh.

Silakan Pak.

KETUA HISWANA MIGAS (IR. ERI PURNOMOHADI,MM):

Terima kasih Pimpinan.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yang saya hormati Pimpinan Komisi VII beserta jajaran Anggota Komisi VII

yang terhormat,

Page 5: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

5

Puji syukur kehadirat Allah SWT bahwa pada hari ini Rabu, tanggal 14

Januari 2015 kami diberi kesempatan untuk memberikan masukan khususnya

kepada DPR RI melalui Komisi VII terkait dengan kebijakan bidang Migas khususnya

dan umumnya bidang energi.

Perlu disampaikan DPP Hiswana Migas ini terdiri atas 8 DPD Pak, dari DPD I

ada di Sumbagut; kemudian DPD II di Sumbagsel, Jambi, Bengkulu, Bangka

Belitung; DPD III Banten, Jabar, DKI; DPD IV Jateng, DIY; DPD V Jatim, Bali, Nusa

Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur. Di DPD ini berkaitan erat dengan adanya

kantor UPMS atau region managemen daripada operation region daripada PT.

Pertamina Persero. Kemudian DPD VI meliputi seluruh Kalimantan; DPD VII seluruh

Sulawesi dan DPD VIII Papua, Maluku, Ambon. Kemudian DPC-nya ada kurang

lebih 78 DPC mulai dari DPC Aceh, Sabang dan DPC Merauke di Papua.

Berdiri pada tahun 1978 gabungan dari pada beberapa asosiasi pada saat itu

yaitu Baper Migas, BP Migas dan asosiasi minyak sejenis. Waktu itu Pertamina juga

dengan Pertamin bergabung menjadi Pertamina.

Landasan pemikiran dari pada Hiswana Migas di dalam bisnis ini adalah

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 yaitu sebesar-sebesar untuk kemakmuran

dan kesejahtera rakyat. Landasan sosiologisnya kami melihat saat ini ada

kecenderungan pemerintah memberikan atau mengeluarkan kebijakan yang

cenderung atau berpotensi menuju ke arah pasar terbuka yaitu mekanisme pasar

yang mana secara Undang-Undang Migas Nomor 22 Tahun 2001 sudah ada

putusan MK-nya terhadap Pasal 28 mengenai harga yang diserahkan pada

mekanisme pasar.

Anggota Hiswana terdiri atas penguasaha SPBU. Jadi kalau Bapak/Ibu ke

SBPU itu banyakan SPBU anggota Hiswana Migas. Yang dikenal DO-DO atau

DODO yaitu Dealer Operate Dealer Own, Dealer Own Dealer Operate. Kalau yang

manage by Pertamina retail itu adalah SPBU COCO atau CO-CO, Company Own

Company Operate. Pertamina hanya memiliki yang langsung dimiliki Pertamina,

dioperasikan Pertamina itu tidak sampai 100, sisanya 5.200 adalah SPBU milik para

pengusaha daerah para pengusaha nasional. Jadi kalau Bapak/Ibu ke Medan itu

pengusaha Medan, ada Simatupang, ada Sirait, di sana pengusahanya. Kalau di

Jawa itu orang-orang Yogya, orang Jawa Timur pengusahanya, mungkin sebagian

daripada Anggota DPR RI juga ada pengusaha SPBU.

Kemudian keagenan Elpiji ada 11.000 plus di situ ada pangkalan, warung,

pengecer, baik yang menjual atau menyalurkan elpiji 3 kilo dengan sepeda, dengan

sepeda motor. Ini pun sampai ke pelosok-pelosok kecuali Papua yang masih

menggunakan minyak tanah sebagai kebutuhan rumah tangga dan sebagian

Sulawesi dan Kalimantan yang belum dikonversi. Elpiji 3 kilo itu bagian dari pada

success story-nya Hiswana Migas dengan Pertamina era tahun 2007- 2008 konversi

secara masif dan besar-besaran sebanyak 40 juta KK dibagikan tabung 3 Kilo, dan

pengusaha agen elpiji 3 kilo, agen minyak tanah yang tergabung dalam Hiswana

Page 6: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

6

Migas berperan aktif dan berinvestasi baik dari gudang, dari tabung, maupun dari

angkutannya. Karena tanpa angkutan, tanpa SPBE, filling station, konversi minyak

tanah ke elpiji 3 kilo itu tidak akan sukses pada zaman Wapresnya Bapak Jusuf

Kalla dan Presidennya Bapak Susilo Bambang Yudhoyono.

Kemudian anggota kami juga ada pengusaha SPBE dan SPPBE, SPBE itu

Stasiun Pengisian Bulk Elpiji itu ada 500 12 kilo maupun 3 kilo ya. Kemudian ada

anggota pengusaha angkutan BBM transportir yang menyalurkan BBM dari terminal

depot penyimpanan BBM Pertamina ke SPBU-SPBU seluruh pelosok negeri,

keagenan minyak tanah baik yang subsidi maupun non subsidi.

Kemudian keagenan pelumas yang saat ini pelumas pun telah masuk era

liberalisasi sejak 15 tahun lalu. Sekarang market share Pertamina untuk pelumas

kurang dari 50 persen secara nasional, karena brand pelumas itu hampir ratusan

Pak ya mulai dari Jepang, Cina, Eropa, Amerika sehingga Pertamina pun saat ini

tergerus ininya, kami juga tergerus keagenan pelumas kami.

Kemudian anggota kami kurang lebih ada agen aspal, agen petrokimia, dan

juga service, total hampir 17.000 keagenan dan hampir satu juta keluarga yang

menggantungkan diri dari hidup dengan berbisnis di BBM dan elpiji ini.

Kami ingin menyampaikan mengenai ketahanan dan kemandirian energi

dimana kemandirian energi minimal akan atau harus harus memenuhi 3 pokok yaitu

ketersediaan kemampuan terhadap adanya pasokan jaminan energi atau security of

supply. Kalau tidak tersedia berarti masyarakat tidak dapat energi itu. Migas adalah

bagian daripada energi. Tersedia tapi tidak ada akses untuk mendapatkan juga ini

apa namanya. Kemudian selanjutnya adalah daya beli. Tiga faktor ini harus

mendukung pada kemandirian energi, ketersediaan baik dari produknya, baik dari

infrastrukturnya, akses abilitas juga begitu, infrastruktur. Jadi SPBU adalah bagian

dari pada infrastruktur terbawah atau terdepan daripada kemandirian energi. BBM

diproduksi di kilang tapi tidak bisa disalurkan ke SPBU, itu aksesibilitas berarti

rendah. Jadi tidak ada masyarakat akan mengantri di kilang atau mengantri di depot,

biasanya masyarakat mengantri BBM di SPBU. Jadi SPBU ujung tombak Pak. Jadi

Pertamina atau siapapun tidak bisa berjualan BBM di kilang atau di depot tapi

berjualannya di retail outlet atau di SPBU. Jadi SPBU ini ujung tombak. Dan ada

kebijakan pemerintah juga yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang

didemo SPBU, jarang demo di kilang, itu jarang, yang sering itu didemo di SPBU,

bakar-bakar ban di SPBU ya. Bahkan mungkin operatornya kadang-kadang diancam

ya. Pada saat pemerintah melakukan beleid atau kebijakan bahwa mobil dinas

pemerintah tidak boleh membeli BBM subsidi yang diancam operator SPBU,

diancam pakai pisau, diancam pakai pistol itu. Jadi kami langsung bersentuhan,

berhubungan dengan masyarakat banyak dari mulai supir angkot, tukang ojek,

pedagang sayur yang beli BBM di SPBU. Kami sentiasa berhadapan.

Hubungan ketahanan dan kemandirian energi dimana kemampuan untuk

merespons dinamika perubahan energi global yang mana saat ini harga crude itu

Page 7: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

7

turun terus sampai ke dasar $40 saat ini. Kemudian juga kemampuan untuk

menjamin ketersediaan energi dan harga yang terjangkau, tersedia tapi harganya

tidak terjangkau tidak dapat masyarakat mengakses energi itu. Harga terjangkau tapi

tidak tersedia masyarakat tidak bisa juga memanfaatkan energi atau BBM atau elpiji

di dalam hal ini. Khusus untuk BBM, SPBU ini seluruhnya milik pengusaha nasional

dan investasinya mengunakan sumber daya nasional.

Kalau Bapak/Ibu bayangkan BBM itu seolah-olah harus ada di SPBU padahal

kami di SPBU berinteraksi dengan Pertamina itu kalau kita membeli BBM hari Senin

baru datang ke tempat kami itu hari Selasa. Jadi satu hari. Jadi Pertamina itu

dipinjemin uang dari pengusaha SPBU yang kecil-kecil tadi itu, 5.000 itu. Jadi tidak

ada kalau kami beli BBM hari Senin, datang Senin sore, itu tidak ada. Semua datang

BBM itu hari Senin. Kita masuk ke bank bawa uang, nebus pakai formulir Pertamina

baru besoknya dikirimkan. Berarti uang itu mengendap satu malam. Jadi kalau

sehari itu katakanlah 130.000 kilo liter atau setahun itu 50 juta kilo liter, kalau

sekarang harganya 7.000, itukan 200-an trilyun uang yang berputar setiap tahun.

Jadi perhari hampir satu trilyunlah. Almost satu trilyun rupiah yang beredar berputar

dari pengusaha anggota Hiswana Migas ini.

Nah kejadian yang kemarin tanggal 18 November waktu ada BBM, harga

BBM naik dari 6.500 ke 8.500 untuk premium dan dari 5.500 ke 7.500 solar, kami

mengalami sedikit goncangan dari teman-teman karena sistem tadi. Waktu kami

menebus hari Minggu atau hari Jumat karena Minggu kan bank tutup biasanya kita

nebus atau beli BBM itu hari Jumat atau Sabtu kalau ada bank yang buka, itu BBM

dikirim hari Senin. Senin malam Pak Jokowi mengumumkan jam 10 harga BBM naik,

itu dengan harga baru. Layaknya dan sesuai kontrak kami dengan Pertamina

layaknya seharusnya BBM yang sudah ada di SPBU itu menjadi hak dan tanggung

jawab pengusaha SPBU tapi kenyataannya pada saat kami tanggal 18 itu ada

kebijakan BBM yang selisih 2.000 harganya itu kami diminta untuk membayar

kekurangannya. Sebagian anggota kami ada yang sudah bayar, ada yang belum

bayar. Kalau dengan Pertamina kalau belum bayar BBM sebelumnya biasanya kita

kemudian diminta untuk bayar, kalau tidak dibayar tidak dikirim BBM berikut. Jadi

Mei ini antara kebijakan pemerintah s.q. Pertamina di sini yang saya tahu pada

waktu itu adalah ada peraturan Menteri Keuangan tapi saya belum lihat Peraturan

Menteri Keuangannya, tapi ini satu SPBU ada yang harus bayar 100 juta, minimal,

150 juta, padahal BBM yang ada di tangki timbun itu sudah dalam kontrak beralih

hak dan tanggung jawabnya dan beralihlah BBM itu menjadi tanggung jawab dan

resiko pengusaha SPBU, tapi karena tadi katanya ada beleid dari Menteri Keuangan

tahun 2014 pembayaran subsidi oleh pemerintah terhadap Pertamina adalah BBM

yang keluar dari ujung nosel. Nah jadi ini antara kontrak kami dengan Pertamina,

kemudian ada beleid pemerintah atau kebijakan sangat berbeda, pemerintah ingin

mengamankan kebijakan subsidi dimana BBM yang ke luar dari ujung nosel yang

akan dibayar subsidinya berarti BBM yang ada di SPBU masih milik pemerintah.

Nah inilah kami akhirnya sebagian besar sudah bayar, mohon nanti dijadikan,

apa, salah satu poin untuk ini.

Page 8: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

8

Nah lucunya pada tanggal 1 Januari waktu harga BBM premium turun dari

8.500 ke 7.600, dan solar turun dari 7.500 ke 7.250, kami tidak dapat kompensasi

harga turun. Jadi sudah 2 kali Pak rugi ini, ya kalau pengusaha rugi kan bagaimana

Pak.

Ya waktu BBM naik kami suruh bayar, waktu BBM turun kami tidak dapat

kompensasi, rugi juga karena waktu itu nebusnya gede-gedean. Kenapa? Bapak/Ibu

lihat waktu tanggal 25 hari Natal itu jatuhnya Kamis. Kamis, hari Jumat cuti bersama,

itu 4 hari. 4 hari buat pengusaha SPBU, kan tidak mungkin dong ... SPBU biasanya

kita setor double, triple, jadi 4 harilah kita men-stock di bank itu. Modalnya ditambah,

sehingga BBM tidak boleh kosong. Kan kalau kosong kami dimarahin juga,

Pertamina marah, pemerintah marah, rakyat marah, DPR juga marah nanti. Kami

setor banyak. Waktu mau tahun baru begitu, tanggal 31 itu jatuhnya hari Rabu, hari

Kamis-nya tanggal 1, Jumat, Sabtu, Minggu kita stock banyak. Jadi ada BBM

banyak di SPBU tapi harganya turun, kan rugi besar. Belum yang BBM non subsidi,

Pertamax juga begitu.

Nah kami sudah sampaikan ke Pertamina dan alhamdulillah ada respons

positif dari Pertamina ini akan dibicarakan. Mudah-mudahan nanti di dalam Raker

antara Pertamina dengan DPR RI Komisi VII ini bisa dijadikan ada solusi yang lebih

baiklah untuk kami semua.

Kemudian mengenai SPBU, margin ini sudah lama tidak mendapat

penyesuaian, baru 2013 dan melalui forum di Komisi VII ini waktu itu kami dapat

tambahan Rp30. Kemarin juga pemerintahan Pak Jokowi melalui Menteri ESDM dan

Pertamina, kami alhamdulillah dapat tambahan kurang lebih Rp40,- dipotong pajak.

Kami ini bayar Pajak di depan lagi Pak. Jadi kalau Bapak/Ibu biasanya beli

BBM di SPBU tidak pernah, tidak ada yang meleset, harga BBM di SPBU itu sudah

pasti Pak, premium dari dulu 6.500, di SPBU manapun di seluruh Indonesia pasti

6.500. Tidak ada pengusaha SPBU yang berani menaikkan harga sendiri-sendiri,

kami patuh. Kamipun patuh bayar pajak, kami membayar pajak itu PPH final. Jadi

BBM yang kami tebus hari Senin itu sudah termasuk pajak. Jadi mau BBM-nya

losses, mau BBM-nya rugi, mau BBM-nya hilang di jalan atau tidak sampai ke SPBU

kami sudah bayar pajak. Jadi pengusaha SPBU ini patuh sekali bayar pajaknya 0,3

persen, dan itu langsung dibayar di bank, karena kalau tidak bayar pajak tidak ada,

apa namanya, verifikasi tidak diterima ini.

Nah terkait infrastruktur, SPBU adalah bagian daripada infrastruktur untuk

kemandirian dan ketahanan energi.

Selamat datang Pak Kardaya. Ini juga saya dapat ilmunya dari Pak Kardaya

dulu Pak, waktu Pak Kardaya di ...(tidak dilanjutkan)

Page 9: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

9

Kemandirian dan ketahanan energi itu kalau Indonesia dibandingkan Jepang

dan Arab Saudi Indonesia ini ketersediaannya baik tapi aksesibilitasnya masih

kurang, daya beli masih kurang, karena rendah. Nah inilah yang concern kami kalau

menuju ke arah liberalisasi. Menurut kami ini ada hal yang masih belum cocok

dibandingkan dengan Jepang. Jepang itu ketersediaannya cukup, aksesibilitas baik,

daya beli juga sangat baik seharusnya, Arab Saudi juga demikian. Nah kalau di kami

tidak Pak, kadang-kadang Angkot itu cari BBM yang lebih murah meskipun

kualitasnya mungkin berbeda.

Terkait dengan Ron 88 dari Pertamina yang saat ini dinamakan premium

merupakan brand Pertamina itu adalah BBM yang sangat di butuhkan oleh

masyarakat golongan menengah bawah, di pinggir-pinggir. Makanya di SPBU itu

sangat jarang sekali kalau Bapak ke Kalimantan, ke pelosok Sulawesi itu jarang

mendapatkan Pertamax 92. Nah kami pernah dapat kebijakan zaman Dirjennya Ibu

Evita tahun 2011, wah kalau begitu SPBU harus menyediakan tangki Pertamax

dong, jadi kami itu sering menjadi kelinci percobaan dari kebijakan pemerintah.

Sudah kalau berat Jawa dulu deh adakan tangki Pertamax sama dispenser

Pertamax. Kami ada yang invest 400 juta, 700 juta, harus ada Pertamax karena

BBM, apa, supaya kualitasnya baik harganya mau dinaikkan. Karena di SPBU itu

rata-rata minimal hanya 2, 3 tangki timbun yaitu solar subsidi, premium subsidi,

sisanya cadangan. Nah cadangan ini rata-rata tidak banyak juga. Sekarang kan

jenisnya ada Oktan 88 premium, ada Pertamax 92, ada Pertamax plus 95, ada

Pertamina Dex, ada solar bersubsidi. Bayangkan ada berapa jenis BBM di SPBU.

Nah kami waktu itu diminta untuk investasi, programnya adalah program pemerintah,

tanggungan investasinya dari swasta, program itu tidak jalan. Terus Pertamaxnya

sudah nebus, sudah tersedia infrastrukturnya, BBM-nya, tangki timbunnya maupun

dispenser-nya, lakunya hanya 100 liter sehari. Bahkan ada yang lakunya hanya

seminggu 2 kali. Alhamdulillah saat ini dengan harga pertamax 92 yang 8.800

selisihnya sedikit dengan premium banyak beralih ke pertamax. Tapi perjalanan ini

berdarah-darah untuk pengusaha SPBU karena investasinya sebagian besar sudah

dari tahun 2011, 2010. Dan susutnya besar lagi Pak. Kalau Pertamax 92 itu

susutnya tinggi. Jadi kalau kita beli 8.000 liter sampai di SPBU kita itu sudah susut,

nanti di SPBU kita di simpan juga susutnya tinggi. Resikonya besar.

Kemudian elpiji juga demikian, pasti Bapak/Ibu mengetahui bagaimana hiruk

pikuk elpiji di media, pada saat terjadi kenaikan dari 12 itu sekarang menjadi harga

yang lebih mahal lagi naik 1.500 terjadi migrasi. Mungkin saya minta bantuan Pak

Ismed untuk tambahan penjelasan elpiji. Dan saya mungkin juga sebagian

memperkenalkan, tadi mohon maaf lupa Pak Pimpinan, sebelah kanan saya Bapak

Rachmat Muhammadiyah selain Sekretaris juga Ketua DPD V Pak. Jadi kalau

Bapak Kunker ke Jawa Timur ini ketua kami Rachmat Muhammadiyah, pemain lama

Pak. Kemudian sebelah kiri ini Bapak H. Muhammad Ismed keluarga Maksum yang

kemarin Pak Jokowi datang ke sana ke rumahnya Pak, karena Pak Nanang Maksum

waktu kampanye meninggal pas ada Pak Jokowi di situ. Kemudian sebelah kiri itu

Pak Heddy bidang elpiji, Nur Rosid bidang bulker, bagian umum Pak Tubagus

Sutrisna, kemudian Pak Rubianto ini angkutan Pak. Jadi kalau mobil tangki yang

Page 10: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

10

berseliweran di jalan itu tanggung jawab dia Pak, ada yang kencing kah, ada yang

menyimpangkah ke tempat apa gitu. Ini Pak Rubi ini. Sebelah kanan saya ujung Pak

Zulfidar dari Kalimantan pengurus DPP juga. Ini sebagian ada Surabaya, ada Jawa

Timur, adal Kalimantan, ada Sulawesi. Di belakang kami ada Mbak Mutiara, Mbak

Dama, Pak Syarif dan teman-teman dari DPD III Hiswana Migas Jabar, Banten, DKI.

Usulan dari kami, slide berikutnya, yang pertama adalah adanya pemberian

margin usaha yang wajar dan fair kepada pengusaha Migas hilir untuk

pengembangan usaha. Saat ini margin SPBU itu hanya 277 setelah naik 1 Januari

Pak. Nah tadi formula yang diminta Pak Pimpinan, formula Alpha itu di dalamnya

ada margin, 277 untuk BBM bersubsidi premium, sebelum pajak. Di situ nanti kita

bayar PPh final, terus nanti ada PBBKB. Alpha yang telah ditetapkan pemerintah

bagian dari pada BBM bersubsidi itu biasanya mengandung biaya kilang, biaya

distribusi, biaya penyimpanan, margin SPBU, tapi tidak dimasukkan biaya investasi

SPBU berapa, susut berapa. Kami itu kalau jualan yang namanya barang cair kan

susut. Di situ itu makin tinggi oktannya makin besar susutnya. Sedangkan margin

pertamax kami mendapat berapa, 350. Ya pertamax itu yang non subsidi itu kami

dapat 350.

Kami memang ada pemikiran dari kawan-kawan pengusaha SPBU dari

Sabang sama Merauke meminta dulu marginnya prosentase, sekarang nominal.

Dulu tahun 2004 itu masih prosentase, 4 persen, 5 persen Pak. Sekarang ini ya

nominal, jadi kalau naik kita tidak disesuaikan, kita harus berusaha. Kalau dulu kalau

naik dengan prosentase marginnya otomatis naik, tapi resikonya kalau turun

otomatis ikut turun. Kami pernah benchmark ke Cina di sana margin itu 7,5 persen.

Kami masih jauhlah, makanya kalau dihitung 277 itu 3,3 persen Bu, Pak. Jadi kalau

dikurangin susut satu persen, dikurangi biaya bank, yang dibawa ke rumah setengah

persen. Zaman dulu tahun 2000 pengusaha SPBU itu istrinya banyak Bu. Zaman

dulu. Sekarang tidak cukup Bu, istri satu pun ya sudah kembang kempislah. Dulu

kalau di Purwakarta ada yang namanya Haji Karya, tetangganya Pak Kardaya, itu

Haji Karya istrinya 7 Bu. 7, jadi satu istri dapat SPBU satu, satu, satu. Sekarang

pengusaha SPBU ini, apa namanya itu, ya margin tadi marginal, pas-pasan, beda

dengan dulu. Sangat pas-pasan, kita golongan marginal gitu.

Nah untuk elpiji mungkiin Pak Ismed silakan menambahkan supaya ada.

KETUA RAPAT:

Sebelum ke elpiji ya Pak Eri, apakah punya bahannya atau tidak tadi

mengenai breakdown daripada beberapa produk yang ada di dalam SPBU, lantas

perhitungan untuk masing-masing produk itu, keluhan mulai daripada penyimpanan

uang yang terendap di bank sekitar satu hari itu menurut saya kita perlukan itu Pak.

Karena nanti esensi dari rapat ini kita harapkan supaya pada waktu kita mem-

breakdown tentang apa yang menjadi keluhan daripada Hiswana itu menjadi cukup

terstruktur. Tadikan disampaikannya sudah cukup bagus, cuman begitu saya lihat di

slide tidak koresponden gitu, maksud saya lebih bagus kalau itu misalkan di dalam,

Page 11: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

11

apa, slide-nya dimunculkan seperti itu supaya kita tahu Pak nanti pada waktu

mengaplikasikan pajak kendaraan bermotor yang mana kewenangannya sekarang

diberikan kepada daerah masing-masing itu kan juga bisa kita lihat faktornya supya

nanti pada waktu kita berbicara mengenai margin itu juga langsung bisa kita mana

yang mesti di-adjust. Karena kalau tidak, nanti kabupaten-kabupaten yang merasa

ini dia bisa meningkatkan PBBKB-nya, misalkan seperti itu. Jadi itu perlu

mendapatkan tambahan.

Kalau tidak siap sekarang tolong itu nanti disampaikan, karena itu menjadi

highlight dari pada rapat kita untuk masalah BBM. Di samping itu kalau bisa ada ilmu

sedikit yang mengenai biaya pokok produksi Pak mulai daripada kilang dan tipe

produk yang dihasilkan kan, kita itu selalu menggunakan Mobs plus Alpha ya, Mobs-

nya menggunakan referensi Singapur. Singapur itu ukurannya sudah Euro 3. Tetapi

dengan perhitungan itu kita deliver kepada masyarakat kita dengan produk yang

quality-nya lebih rendah. Nah ini kita ingin apa betul apa perhitungan yang selama

ini menjadi referensi pemerintah itu sebetulnya tidak fair gitu untuk rakyat dari beban

yang diberikan oleh negara untuk subsidi. Jadi acuan, karena di sinilah letaknya

nanti berapa besaran subsidi itu. Jadi saya perlu mendapatkan penajaman

mengenai sisi itu karena itu penting sekali. Nanti tolong dijawab kalau bisa

dijelaskan, baru kita beralih ke elpiji.

Saya rasa itu ya bisa disepakati ya. Silakan Pak.

KETUA HISWANA MIGAS:

Baik terima kasih Pimpinan.

Saat ini kami belum siapkan data itu tapi nanti bisa kita susulkan.

Yang jelas biaya PBBKB Pak, itu gubernur menetapkan berbeda-beda.

Kemarin Bali kami juga keberatan DPC kami di Bali sudah bicara dengan DPRD dan

Pak Gubernur di sana 10 persen Pak. Jadi tidak kompetitif. Seperti di BBM industri,

Pertamina tidak kompetitif karena Pertamina kena PBBKB, sementara kompetitor

AKR atau yang lainnya itu tidak kena PBBKB. Jadi ini yang menjadi apa namanya itu

hambatan fiskal bagi kami berbisnis BBM. SPBU juga begitu, Bali itu 10 persen

sementara daerah lain 5 persen. Bahkan waktu itu Jawa Timur juga 10 persen ya

tapi kemudian ada relaksasi bertahap 5 persen dulu. Nah kami memang DPD dan

DPC memang menjadi mitra daripada DPRD maupun kabupaten atau kota maupun

provinsi. Jadi biasanya provinsi kalau ada hal-hal yang perlu dimasukkan mengenai

tadi PPBKB meminta masukan dari pada Hiswana Migas, DPD-DPD. Nah kami

keberatan 10 persen berat Pak, jadi paling tidak 5 persenlah PBBKB itu. Dan selama

ini PBBKB itu yang bertransaksi biasanya antara Pertamina dengan Pemda. Jadi

seperti Pemda DKI akan dapat PBBKB ditransfer dari Pertamina. Jadi kami hanya

menjual, dipotong margin, jadi waktu pengusaha SPBU datang ke bank itu sudah

menyetor unsur PBBKB di situ. Jadi yang dipotong itu hanya margin kita yang sudah

dipotong PPh saja. Jadi tadi kalau 277, margin kita itu 277 potong pajak, berarti

Page 12: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

12

kalau harga premium itu 7.600 kurang lebih kami menebusnya 7.323 atau 7.000

sekian, 7.300 sekian. Nah di situ itu sudah ada unsur PBBKB, jadi PBBKB itu nanti

bertransaksi atau bertransfer antara Pertamina ke Pemda. Itu other-nya di Pertamina

Pak. Tapi kami mengusulkan di forum ini mudah-mudahan PPBKB itu tidak lebih dari

5 persen.

Kemudian tadi formula atau besaran-besaran yang terkait dengan investasi

SPBU maupun harga biaya pokok produksi kami biasanya mendapatkan benchmark

itu menggunakan Mobs. Mobs plus Alpha. Nah Alpha inilah yang sering diinikan di

pemerintah salah satunya unsur margin. Unsur margin. Margin ini puluhan tahun

tidak bergerak, baru tahun 2013 dan 2015 ini. Itu pun memang dengan upaya dari

kami dan dari DPR juga memperhatikan aspirasi kami. Alpha kalau tadi dimasukkan

prosentase pada saat BBM naik kami akan dapat gain, tapi kalau pada saat BBM

turun dengan prosentase akan dapat loss. Yang penting bagi pengusaha SPBU

adalah antara gain dan loss-nya pro rata dalam satu tahun itu lebih baik dibanding

kami tidak mendapat tambahan margin.

Adapun biaya distribusi itu biasanya besarannya dan biaya penyimpanan di

depot itu tidak lebih dari 100 rupiah Pak. Jadi kalau benchmark penyimpanan

katakan di depot swasta itu saat ini tidak lebih dari 100 antara 70 rupiah sampai 100

rupiah atau paling rendah 60 rupiah, biaya distribusi itu juga kurang lebih berkisar

antara itu. Jadi kalau keluar dari kilang saya belum melakukan perhitungan berapa,

tapi pada prinsipnya apa yang dihitung oleh pengusaha SPBU adalah untuk biaya

pengembalian investasi.

Yang paling besar adalah biaya investasi tanah. Jadi kalau tanah di DKI kami

sudah tidak sanggup lagi bangun SPBU Pak. Karena tanah di DKI kan sudah 20 juta

semeter. Jadi kau punya 2.000 meter dibangun SPBU tidak ini Pak, tidak visible.

Jadi bangun SPBU sekarang banyakan ke pinggiran, itu pun harga tanah yang

masih 1 juta, 2 juta. Kalau cari tanah yang 100-an ribu itu sudah di pelosok tidak ada

lagi angkutan di situ tidak ada, apa, tidak ada konsumen SPBU, konsumen BBM-nya

nanti beralih ke jalur utama. Nah jadi pengusaha SPBU sekarang bersaing dengan

pengusaha properti karena banyak SPBU yang dialihfungsikan menjadi ruko atau

menjadi perkantoran atau menjadi bisnis lain. Jadi kalau dari SPBU sekarang

investasi 20 milyar dapat bersihnya 70 juta, 50 juta sudah tidak cukup, even itu di

Jawa ya, apalagi di Jakarta. Makanya tadi saya sampaikan Pak Pimpinan, sekarang

sudah tidak ada yang istrinya lebih dari satu Bu, tidak lagi biaya kenakalan, sudah

cukup hanya untuk rumah tangga satu saja Pak.

Kemudian usulan dari Hiswana selanjutnya adalah adanya proteksi, proteksi

terhadap pengusaha hilir Migas khusus SPBU dan elpiji. Jadi mungkin saya wakili

saja Pak Ismed, jadi elpiji itu begini Pak, dengan naiknya elpiji 12 kilo sekarang

harga keekonomiannya 140.000, potensi untuk masuk non Pertamina itu besar

seperti Batam itu tabung tidak hanya biru di sana 12 kilo, tapi tabung Petronas yang

warna hijau sudah sering masuk di sana, tapi tidak tahu isinya apa saya tidak tahu.

Nah inilah yang bertahun-tahun anggota kami di Batam itu protes, karena nyusup-

Page 13: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

13

nyusup tabung Petronas itu mereka jualan dengan tidak jelas dari mana mengisinya

di mana, kalau kami dari Pertamina, mitra Pertamina mengisinya pasti di SPBE atau

di Filling Station milik kami, milik Pertamina, terawasi jelas dan SPBE 3 kilo, dengan

SPBE 12 kilo terpisah.

Nah dengan adanya elpiji yang sudah harga pasar dan sudah banyak izin

usaha yang dikeluarkan oleh Dirjen Migas terkait BUPIUNU Badan Usaha

Pemegang Izin Usaha Niaga Umum baik BBM maupun elpiji ini akan terjadi

persaingan yang cukup keras. Nah bahayanya di sini adalah ada elpiji 3 kilo yang

disubsidi, ini yang sering bocor dari 3 kilo ke 12, apakah ke 50 kilo juga. Jadi elpiji

oplosan. Jadi bukan cuma lagu dangdut goyang oplosan yang ada, elpiji juga

dioplos, karena satu produk dua harga. Kalau di warung elpiji 3 kilo itu 18.000, untuk

3 kilo, sedangkan 12 kilo 140.000, kan bedanya jauh. Kita beli 4 tabung 3 kilo aja

cuma jatuhnya 75 ribuan, dibanding 140.000, separuhnya. Nah inilah makanya

dengan naiknya elpiji 12 kilo beberapa daerah sudah mulai banyak yang beralih

rumah tangga ini ke 3 kilo.

Kemudian selanjutnya adalah melakukan evaluasi terhadap kebijakan yang

cenderung ke arah liberalisasi bisnis hilir migas. Berikutnya adalah mengutamakan

azas fairness dan level playing tips.

ANGGOTA FRAKSI PG (H. DITO GANINDUTO, MBA):

Pimpinan, Pimpinan.

Pak Hiswana, barusan anda menyebutkan mengenai kebijakan yang

mengarah ke liberalisasi, tolong di-explore Pak, apa itu. Kemudian yang kedua kami

baru-baru ini kan juga membaca bahwa ada tim dari reformasi kebijakan tata kelola

itu yang menyatakan bahwa Ron 88 akan dihapus, kembali ke Ron 92 dan saya

katanya sih harganya sama, menurut saya sih tidak mungkin sama 92 dan 88.

Kemudian yang ketiga bahwa SPBU untuk subsidi sekarang akan boleh dilakukan

oleh asing, ini bagaimana ini, tolong di-explore dulu Pak, jangan langsung ke

bawahnya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Ya silakan Pak.

KETUA HISWANA MIGAS:

Baik Pimpinan.

Jadi memang ada kebijakan dari pemerintah mengenai pembukaan pasar,

Pertamina diberi tugas di luar Jawa, Madura, Bali, tapi non Pertamina tidak ada

Page 14: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

14

tugas apa-apa. Kami mencermati kebijakan ini, karena Jawa, Madura, Bali yang

pasarnya sudah establish, yang daya belinya baik, yang infrastrukturnya jauh lebih

baik, yang daya belinya juga memungkinkan, justru dibuka untuk kepentingan non

Pertamina, sementara Pertamina diberi penugasan untuk menyalurkan BBM khusus

di Sumatera, Kalimantan, di daerah-daerah pelosok yang infrastrukturnya masih

belum establish, daya belinya juga rendah. Ada, makanya tadi tidak fair-nya dan

cenderung liberalisasinya. Kebijakan ini kami ingin mencermati saja. Masukankan,

ada satu model dimana negara Korea Selatan itu tidak membuka pasarnya seperti

negara kita. Kalau Bapak/Ibu ke Seoul atau ke Busan mencari SPBU Shell tidak ada

di sana, mencari SPBU Total tidak ada di sana, di sana yang ada itu H Oil atau

Hyundai, S Oil atau Samsung, SK. Kenapa Indonesia kok tergesa-gesa terbuka

sekali pasarnya sehingga kami harus berhadap-hadapan. Sekarang kami dengan

AKR saja pengusaha nasional swasta kami tidak sanggup bersaing, seperti contoh

kami di daerah Pontianak di sana sudah ada SPBU AKR 7 ya. SPBU AKR masih

buka terus, sementara kami di kuota, SPBU kami, anggota kami hanya sampai jam

10, pagi sudah tidak jualan lagi, sementara SPBU AKR jualan sampai sore. Nah ini

kami tidak tahu bagaimana apakah di BPH Migas, apakah di pemerintah. Tapi kami

sudah sampaikan bahwa azas fairness antara pengusaha menengah ini dengan

pengusaha besar ini tidak ini, karena meskipun kami mitra Pertamina belum ada

bantuan dari Pertamina, untuk tadi, menebus saja kami harus menembus hari Senin,

beli BBM itu hari Senin, dikirim hari Selasa, sementara AKR masih sedikit SPBU-nya

itu sistemnya konsinyasi, jadi lahan disediakan oleh pengusaha setempat, yang

membangun AKR, yang membiayai semua AKR, dikirim barang dicukupi semua.

Kami dengan menebus sendiri itu mendapat resiko tadi, susut kami tanggung

sendiri. Modal harus kami siapkan. Nah inilah pembukaan pasar ini ... (terpotong

interupsi).

PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/F-P.

GERINDRA):

Pak Pimpinan Rapat.

KETUA RAPAT:

Sebentar, sebentar Pak. Pak Eri sebentar. Ada interupsi dari Pak Kardaya.

Silakan Pak.

PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/F-

P.GERINDRA):

Bapak-bapak dari Hiswana Migas,

Ini adalah rapat dengar pendapat umum, bagi saya ini yang penting adalah

Hiswana Migas memberikan masukan, nah masukannya harus clear Pak, jangan

digantung, pemberian margin yang fair dan wajar gitu, Itu nanti kita kasih yang fair

Page 15: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

15

yang wajarnya, katakanlah lebih rendah dari yang sekarang kan berat. Jadi kalau

usulan itu fair yang wajar berapa. Itu yang penting.

Jadi, lalu proteksi itu oke, yang namanya proteksi itu sudah sangat ini gitu,

bahasa generik itu, lalu apa yang dinginkan proteksinya, karena hari ini Bapak-

bapak diberi kesempatan dan Ibu-ibu diberi kesempatan untuk memasukkan kepada

kita apa-apa yang Bapak mintakan itu.

Lalu yang berikutnya sama, revisi itu harus kepentingan nasional, semua

undang-undang dari mulai republik ini merdeka sampai sekarang itu selalu itu, itu.

Tetapi apa di dalam ininya, kalau tidak nanti takutnya apa yang dimaksud oleh

Bapak-bapak dan Ibu-ibu tidak sama dengan apa yang dimaksud oleh kita. Jadi

tolong margin itu bahasa terangnya itu kan tadi prosentase, kalau prosentase

ruginya begini, untungnya begini, kalau nominal ruginya begini, untungnya begini.

Saya sendiri bingung mintanya ini apa. Apa dan berapa. Itu. jadi tolong jangan

sampai rapat nanti berakhir tidak ada usulan yang clear, konkrit, itu Pak. Itu.

Lalu satu lagi pertanyaan, ini Hiswana Migas seandainya seperti AKR masuk

daftar sebagai anggota diterima tidak? Kan judulnya adalah pengusaha dalam

bidang migas itu.

Terima kasih Pak.

ANGGOTA FRAKSI PG (H. DITO GANINDUTO, MBA):

Interupsi Pimpinan.

Pimpinan, ada tambahan.

Kebetulan dari bundelan ini Pak, yang usulan Bapak itu, dan kebetulan

ditambahkan oleh Pak Ketua tidak ada di kita Pak. Nah jadi masih seperti tertutup

juga ini Pak. Jadi keterbukaan, niat baik, nah itu yang kita harapkan Pak, jadi supaya

moment-nya bisa tepat.

Ya terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Jadi begini Pak, Pak Ketua, Pak Ketua Umum Hiswana, tadi sudah jelas yang

dari Pak Kardaya, saya juga sepakat sekali supaya usulan ini, karena ini menjadi

dokumen nanti ya, jadi apa yang di dipresentasikan itu menjadi dokumen resmi yang

ada di Komisi VII, kalau misalkan ada manpower yang bisa disuruh didetailkan akan

lebih baik Pak. Karena tadi itu banyak sekali keluhan yang saya tangkap, saya

belajar karena saya bukan pengusaha SPBU kebetulan, jadi saya tidak tahu persis

seperti yang tadi diceritakan secara detail tapi kan banyak hal yang menurut saya

Page 16: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

16

kayak janggal gitu, kayak tadi dikatakan sepintas PBBKP AKR tidak kena,

sementara Pertamina kena. Di Bali tinggi sekali sampai 10 persen, ini kan bagus

Pak masukannya. Nah sehingga kita bisa tahu persis kenapa kok AKIR tidak,

kenapa kok Pertamina, bagaimanapun bisa berkompetisi. Tadi disampaikan seperti

mulai daripada mesti mengedap di bank satu hari, itu menurut saya bukan hal

sepele itu Pak, karena menjadi faktor. Karena begitu nanti Bapak meminta margin

yang wajar itu tahu, kita tahu karena faktor pengurangnya sudah banyak ini. Jadi

kalau misalkan mereka mau menambah, nambahnya berapa, atau kalau tidak

kebijakannya yang kita minta kepada menteri atau kepada Pertamina untuk supaya

tidak ada hal-hal seperti yang dikeluhkan tadi. Nah ini menurut saya tolong di-

breakdown betul, karena saya sependapat dengan Pak Kardaya tadi supaya kita

menjadi gamblang, karena saya yakin tidak semuanya kita punya latar belakang

SPBU bagus Pak. Jadi istilah-istilahnya Pak Eri tadi banyak juga yang terkejut-kejut

juga ini, loh kok ada begitu, ternyata ada hal yang tidak semudah kita pikirkan,

terhadap kejadian elpiji di Batam, ini kan menarik Pak. Iya kan bahwa ternyata ada

tabung yang warna lain, mengisinya di mana, mungkin tidak ada, tidak ada apa

isitlahnya, tidak tertib seperti kalau misalkan di SPBE-SPBE gitu yang sudah

terkategorisasi untuk 3 kilo dan 12 kilo. Nah ini menurut saya Pak supaya rapat ini

produktif dan berkualitas gitu kalau usulannya sudah mencerminkan itu semua.

Ya silakan-silakan Pak Eri kalau bisa menjelaskannya. Terima kasih.

KETUA HISWANA MIGAS:

Baik Pak.

Terima kasih Pimpinan.

Terkait margin kami memang kalau muluk-muluk angkanya itu 10 persen, tapi

berdasarkan benchmark tadi di Cina kan 7,5 persen itu kategori wajar itu kan satu

inflasi Pak, kalau inflasi saja 8 persen per tahun sekarang, DKI kan 8,5, nah ini juga

salah satu faktor penetapan margin. Kedua masalah interest bank, bunga bank atau

cost of money, cost of capital. Kemudian ketiga masalah UMR, DKI ini UMR-nya

sudah 2,7, tapi Karawang 2,9, tapi ada daerah yang UMR-nya 1, 7 juta. Sementara

marginkan pro rata Pak. Margin itu pro rata mau SPBU-nya di Merauke, mau SPBU-

nya di DKI , mau SPBU-nya di Jambi, marginnya sama. Nah kami ambil prorata,

katakanlah 7,5 persen.

ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERINDRA(RAMSON SIAGIAN):

Interupsi.

Interupsi Pak Ketua, interupsi.

KETUA RAPAT:

Ya silakan Pak Ramson.

Page 17: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

17

ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):

Saya minta Hiswana Migas menjelaskan saja proposalnya apa, marginnya

maunya berapa, mau 2.000 misalnya dikasih tahu saja 2.000 gitu loh, soal

menganalisis nanti kami bahas di sini. Semua soal inflasi, tadi inflasi semacamnya

itu nanti kami bahas Pak. Terus yang kedua jelaskan harga-harga keekonomian

yang ada gitu. Terus versinya Hiswana Migas bagaimana, apa per provinsi ada

perbedaan harga atau bagaimana dijelaskan saja semua, jadi kita dapat masukan

saja, itu nanti akan kita proses di Komisi VII DPR RI.

Terima kaish Pak Ketua.

KETUA RAPAT:

Oke Pak Eri dilanjutkan.

KETUA HISWANA MIGAS:

Baik, terima kasih Pak Ramson, Pak Pimpinan.

Jadi kami berkesimpulan di sini margin yang saat ini memang kurang lebih

3.5 persen dengan harga sekarang itu belum cukup. Jadi kami tegaskan lagi paling

tidak margin itu 7,5 persen.

Kemudian terhadap apa namanya elpiji, elpiji yang telah lama juga ini Pak

khususnya SPBE kami hanya dapat Rp300 per kilo untuk filling fee, padahal ini

konversi sudah berjalan 7 tahun ya, tidak pernah naik filiing fee. Jadi kalau

pengusaha SPBE tadi SPBU stasiun pengisian bahan bakar untuk umum, kalau

SPBE kan Stasiun Pengisian Bulk Elpiji, jadi dari warung dikumpulkan oleh agen,

agen berangkat ke filling station, filling station itu tukang jahitlah, jadi tukang ngejos-

ngejos itu tabung 3 kilo ya. Itu pakai tenaga kerja manusia, pakai mesin berarti. Itu

ongkos ngejosnya itu 3 kilo eh 1 kilo Rp300, belum naik sekarang Pak.

KETUA RAPAT:

Pak Pimpinan Rapat, Pak Ketua Umum nanti yang Bapak bilang minta 7,5

persen, minta Rp300 per liter itu kalau tanpa dituliskan di dalam satu ini, dikasihkan

ke kita maka itu sulit bagi kita untuk memperjuangkannya, karena tidak ada, ter-

record, jadi kalau usulan Hiswana Migas ini ingin masuk di dalam pertimbangan kita

maka harus ada bukti tertulis Pak, kalau tidak maka kita hanya berwacana ini ya. Itu

yang anu, supaya Bapak enak, kami juga enak gitu.

Terima kasih.

Silakan Pak Eri.

Page 18: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

18

KETUA HISWANA MIGAS:

Baik Pimpinan.

Kami akan susulkan nanti berupa surat langsung mungkin atau di sini boleh

usulannya langsung diubah Pak. Jadi mohon maaf, tadi Bapak juga ada yang

mengoreksi bahwa apa yang dibagikan yang ada di sini itu tambahan Pak, jadi ini

tambahan, jadi tadinya mau kita sampaikan lisan tapi Bapak-bapak minta tertulis

makanya kami tuliskan di dalam slide ini. Ya nanti tim kami akan mengetik di sana

supaya jadi apa usulan resmi kami bahwasanya margin yang diusulkan oleh

Hiswana Migas adalah sebesar margin BBM ya.

ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERINDRA (SUPRATMAN ANDI AGTAS, S.H.,

M.H.):

Interupsi Pak Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Silakan Pak.

ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERINDRA (SUPRATMAN ANDI AGTAS, S.H.,

M.H.):

Sebelum dilanjutkan Pak, itu soal nanti pemberian margin jangan cuman

sekedar ditulis Pak Ketua itu menyangkut 7,5 persen kita nanti harus, tidak usah

buru-buru Pak, itu kan bisa disusul, bisa disusulkan, karena jangan cuma

menyebutkan angka 7,5 persen. Kalau saya sendiri hari ini menyatakan 3,5 persen

itu cukup tinggi Pak Eri Cuma kan kita tidak tahu ini masalahnya, kalau Bapak bilang

tadi di Jawa itu apa UMR itu tinggi, tapi kan volume penjualan juga tinggi Pak. Di luar

Jawa itu volume penjualan rendah, UMR rendah Pak, kalau Bapak bisa jual 30 ton

solar bersubsidi hari ini di Jawa sehari 3,5 persen itu jauh lebih tinggi dibandingkan

Alfa Mart ataupun yang lain-lain, dibandingkan untuk satu bidang item Pak. Saya

bisa bayangkan kayak seperti consumer-consumer service yang lain itu paling tinggi

per item mereka bisa untung sekitar 1 persen sampai 1,5 persen Pak. Bapak bisa

untung 3,5 persen per hari, sementara interest bank itukan hari ini paling tinggi

sudah 14 sampai 17 persen, inflasi juga 8,5 persen, jadi maksud saya itu bisa ...

(terpotong interupsi).

KETUA RAPAT:

Bisa ditangkap Pak ya.

Jadi begini Pak Eri, untuk memudahkan kita didalam melanjutkan rapat ini

yang jelas aspirasinya adalah detail, kita minta usulannya nanti detail kalau bisa.

Page 19: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

19

Kalau tidak siap sekarang disampaikan, dalam bentuk slide tidak apa-apa, dikasih

cover letter-nya di slide itu lebih menjelaskan tadi seperti yang dibicarakan

sebelumnya. Nanti begitu selesai mau akan ada pedalaman ini dari Bapak/Ibu

sekalian Anggota Komisi VII supaya lebih bisa interaktif ya di dalam pedalaman

nanti. Kalau masih ada yang mau disampaikan lagi, saya pikir sudah selesai atau

masih banyak Pak Eri, kita mau langsungkan ke pedalaman kalau sudah.

KETUA HISWANA MIGAS:

Yang terakhir saja Pimpinan, jadi di dalam revisi Undang-Undang Migas kami

juga ingin menyampaikan aspirasi untuk mengakomodir pengusaha nasional,

kepentingan pengusaha nasional dan keberpihakan kepada usaha kecil menengah

di kegiatan usaha hilir ini. Jadi kalau kami di dalam ini tadi Pak Pimpinan, Pak

Kardaya misalnya yang konkrit berupa regulasilah, kami juga minta dan kami akan

berkirim surat ke pemerintah misalnya gubernur, kepala daerah tidak langsung bisa

memberikan izin kepada SPBU asing atau non Pertamina sepanjang di situ

keekonomiannya belum mencukupi. Jadi bukan proteksi yang ini juga, tapi proteksi

yang rasionallah dalam artian ada keberpihakan yang lebih jelas kepada pengusaha

swasta nasional.

Itu mungkin Pimpinan.

PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/F-

P.GERINDRA):

Pak Pimpinan, kalau yang itu Pak, kami karena akan masuk nanti untuk revisi

Undang-Undang Migas jadi dari Hiswana itu menyampaikannya detail dalam hal

pasalnya, langsung anunya itu bagaimana, tidak filosofinya. Kalau filosofinya nanti

susah lagi. Jadi karena masing-masing itu pasal, misalnya pasal mengenai ini

mestinya itu bunyinya, begini supaya melindungi bunyinya begini. Itu yang kami

mintakan karena ini masukan, kalau filosofi ya agak, agak ini, agak ya masing-

masing interpretasi dari filosofl itu berbeda terhadap pasalnya, tetapi kalau dari

Hiswana saya minta pasal yang ini untuk melindungi ini bunyinya begini, clear. Nanti

masalah di sini didiskusikan gitu.

KETUA RAPAT:

Pak Kardaya jadi gitu saja, Pak Ketua ya, supaya Pak Eri mempersiapkan,

lantas semua nanti di-breakdown betul, karena kita butuh yang konkrit Pak, supaya

tidak salah interpretasi. Karena nanti kan sayang aspirasinya ditampung dan kita

melihat juga kita dikejutkan dengan beberapa faktor paling tidak saya merasa begitu.

Nah kalau nanti penyampaiannya terlalu general kita susah akan anu Pak, karena

kan kita akan, ini rangkaian yang tidak terpisahkan di dalam beberapa RDPU yang

kita susun untuk finalnya ketemu dengan Menteri ESDM. Jadi kan sayang Pak, nanti

Page 20: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

20

kalau Bapak memberikannya sepotong-sepotong kita iya-iya kan saja tapi nanti tidak

bisa menjadi masukan yang tajam, itu yang intinya.

Kalau disepakati saya ingin langsung saja kepada ...(terpotong interupsi).

ANGGOTA FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (H. N.

FALAH AMRU, S.E.):

Pimpinan, tambahan Pimpinan.

Kepada Ketua Hiswana saya tadi ingin menanyakan kenaikan dari 3 persen

menjadi 7,5 persen itu dasarnya apa itu satu. Yang kedua ... (terpotong interupsi).

KETUA RAPAT:

Sebentar, sebentar Pak.

Kalau sudah pendalaman kita buka sesi pendalaman sekarang.

ANGGOTA FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (H. N.

FALAH AMRU, S.E.):

Tidak, tidak, ini menambahkan saja, menambahkan saja. Karena yang saya

tahu itu harga ambil di Pertamina itu 10.600, dijual ke eceran 13.000. Itu sudah ada

keuntungan sekitar 2.000 sekian. Rata-rata pengusaha itu DO-nya itu 30.000 per

day. Makanya saya ingin tahu alasannya dari 3 persen menjadi 7 persen, ini untuk

elpiji 3 kilo tadi Bapak ya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Ya terima kasih Bapak/Ibu sekalian. Jadi kita langsung kepada pedalaman

sekarang. Saya mulai dari, karena penanya dari sebelah kiri hanya satu, Ibu Mercy

ya. Bu Mercy. Mungkin dimulai dari dari Bu Mercy, nanti saya lanjutkan dengan Pak

Supratman Gerindra.

ANGGOTA FRAKSI PAN (H. JAMALUDDIN JAFAR, S.H.):

Tambah Pak, Pak Jamal.

Terima kasih Pak.

Pak Jamal tambah.

Page 21: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

21

KETUA RAPAT:

Pak Kurtubin juga?

Sudah ada daftar penanya soalnya, jadi saya tinggal membacakan. saya urut-

urutannya dari yang sudah mendaftar pertama. Oke, silakan Bu Mercy.

ANGGOTA FRAKSI PDI PERJUANGAN (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST):

Baik, terima kasih Pak Pimpinan.

Kepada Pak Pimpinan Hiswana Migas yang pertama ini berkaitan dengan

margin usaha yang wajar ya, tadi buat saya ini agak debatable juga antara 3,5 naik

7,5 dengan sejumlah asumsi-asumsi yang mendasar seperti UMR, kemudian

beberapa catatan yang tadi Bapak tambahkan, tapi saya kira memang ada juga

variabel X yang lain, saya tidak kebayang Pak kalau misalnya angka naik sampai

dengan 7,5 persen berapa harga yang ada di wilayah-wilayah yang ada di

pedalaman misalnya kayak di Maluku, di mana Pak yang sudah, apa, pulau-

pulaunya berserakan begitu jauh. Yang sekarang ini saja dengan angka 3,5 saja

harga yang di wilayah-wilayah yang di pesisir itu sudah sangat-sangat tidak

terkontrol. Jadi margin yang sudah ditetapkan secara resmi oleh pemerintah saat ini

dengan penurunan harga per Januari kemarin tidak berpengaruh Pak, di Maluku

saya harus bilang dan saya kira mungkin di wilayah-wilayah yang sulit juga betul-

betul tidak berdampak. Angka waktu naik dari 8.200 itu angka sudah naik, 1 liter itu

di kita di wilayah pedalaman sudah lari naik hampir mendekati 100.000 sudah di

pedalaman dekat Australia Pak, di wilayah pegunungan sudah 75.000 per liter. Saya

tidak kebayang kalau kemudian ini tidak diatur. Nah buat saya Hiswana Migas

mestinya juga memikirkan di tingkat SPBU APMS kemudian ada eceran-eceran

yang terjadi ini spekulan juga ikut main Pak. Makanya Bapak menentukan margin

berapa persenpun yang ada di wilayah-wilayah kita untuk masyarakat kecil yang kita

rasakan cuma kena dampaknya saja Pak, karena tidak ada, apa ya, keuntungan

ekonomis apa-apa yang kita bisa peroleh. Mengapa demikian? Angka UMR yang

digunakan itu hanya pendekatan yang sifatnya normatif formal bagi mereka-mereka

yang masuk dalam skema pendapatan normatif, sementara sebagian besar

penduduk kita tidak masuk dalam skema UMR itu Pak. Jadi saya minta

pertimbangan-pertimbangan yang sangat rasional berkaitan dengan penetapan soal

kewajaran untuk mendapatkan margin yang rasional jadi di tingkat Hiswana

pengusaha-pengusaha swasta juga enak, tetapi di tingkat masyarakat terutama

masyarakat-masyarakat pedalaman ini yang dari tadi kita bicara ini adalah di pusat-

pusat provinsi, pusat kabupaten, dan kecamatan wilayah kontinental. Kita tidak

bicara Indonesia dalam pendekatan periferal, wilayah-wilayah yang tersebar di

pulau-pulau. Jadi saya minta ini menjadi perhatian yang sangat serius.

Yang kedua berkaitan dengan tema atau isu pengalihan Ron 88 atau yang

kita biasa sebut premium untuk dipindahkan Ron 92 yang kita sebut pertamax itu,

nah persoalan ini, ini harus konkrit, sekonkrit-konkritnya supaya kita juga

mendapatkan kejelasan. Sekarang ini Bapak untuk yang Ron 88 atau yang premium

Page 22: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

22

yang masyarakat kecil saja susah didapat apalagi kalau mau dialihkan ke pertamax,

sementara alih konversi dari apa itu fuel ke gas ini kan tidak jalan, ngambang semua

ini.

Jadi harapan kami dan saya kira DPR juga kita harus clear kita

mempertahankan Ron 88 atau kita beralih ke Ron 92 karena marginnya kecil sekali,

tadi perbedaannya tipis dengan pertamax ya seperti itu, dan kemudian juga terjadi

pembukaan pasar yang liberal karena Shell, Total dan lain-lain juga ikut masuk

seperti itu. Harus ada sikap konkrit baik dari Hiswana Migas maupun dari kita DPR

ketika nanti ini akan dibicarakan pada rapat tingkatan berikutnya untuk mendesak

pemerintah menetapkan batas bawah dan batas atas berkaitan dengan pembukaan

liberalisasi pasar kepada perusahaan-perusahaan asing ini. Saya sangat setuju

sekali kalau memang, apa itu, analog dari Korsel itu bisa kita jadikan sebagai bahan

pertimbangan seperti itu. Kalau mereka mau buka dengan modal mereka, dengan

modal mereka, yang pengusaha asing bukalah di wilayah-wilayah pedalaman. Saya

waktu reses kemarin saya harus bilang secara jujur pertemuan dengan Pertamina

dan Hiswana Migas di Maluku semuanya dada sesak, sesak napas Pak, karena

persoalan apa itu begitu banyak kondisi-kondisi yang fluktuasi belakangan ini

termasuk aksesibilitas kepada masyarakat, Pertamina didemo, Hiswana Migas juga

didemo, orang antri derigen itu di SPBU Pak, bukan di pangkal atau di pengusaha-

pengusaha eceran. Jadi mudah-mudahan Hiswana Migas nanti bisa memikirkan ini

secara jauh, sehingga peralihan Ron 88 ke Ron 92 ini bisa kita pikirkan secara baik-

baik dan kita bisa menembus angka moderat, apa itu, standardisasi angka batas

bawah yang berlaku untuk seluruh Indonesia Pak. Kalau tidak, sedih Pak, untuk kita

yang di wilayah-wilayah periferal sangat-sangat amat miris dan sangat

menyedihkan.

Saya kira ini beberapa catatan dari saya yang berkaitan dengan penetapan

kewajaran persentasi 7,5, mau nailk ke 7,5 persen. Dan yang kedua peralihan dari

Ron 88 ke Ron 92 ini kalau memang Hiswana Migas kita mau jaga dan kita proteksi

mestinya pengusaha luar yang kita berikan kesempatan untuk membangun di

wilayah-wilayah pedalaman. Kemarin Pertamina bilang di Maluku bahwa mereka

pasti kesempatan, kasih kemudahan untuk pengusaha swasta bangun di wilayah-

wilayah pedalaman, wilayah-wilayah perbatasan tidak ada yang mau masuk. Siapa

yang mau masuk di sana untuk mengurusi ini persoalan-persoalan energi bagi

masyarakat di wilayah-wilayah yang sangat terisolir dan jauh ini.

Saya kira itu beberapa catatan dari saya. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Ya terima kasih Bu Mercy sangat bagus masukan.

Jadi kita berharap sekali Hiswana Migas berani, jadi jangan normatif, tadi

masukan yang disampaikan Bu Mercy itu kan sangat, ini apa, praktikel, disampaikan

saja Pak. Karena nanti itu menjadi bahan, jangan sampai begini kita membawa

Page 23: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

23

nama Hiswana Migas sebagai masukan tapi Bapak terlalu ngambang terus nanti

otoritas, kita juga otoritas, tapi paling tidak dari sisi eksekutif akan bilang oh kita tidak

pernah dapat masukan dari Hiswana, nah kita ingin menampilkan ini loh, mereka

mempunyai keluhan yang ternyata tidak sederhana termasuk misalkan ya Bapak

mengatakan bahwa kita perlu atau tidak itu perpindahan dari Ron 88 ke 92 nyatakan

dalam sikap, kita tidak sepakat Pak kalau semua pindah ke 92 tetapi outlet asing

dibuka misalkan, itu akan menjadi sangat kompetitif dan memungkinkan industri

nasional menjadi tidak tumbuh. Sampaikan Pak, ini mesti yang clear-clear saja.

Karena ini suara yang nanti pasti kita akan pertimbangkan.

Terima kasih.

Yang kedua Pak Supratman. Silakan.

ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERINDRA (SUPRATMAN ANDI AGTAS, SH, MH):

Terima kasih Pimpinan.

Nama saya Supratman Pak, A-388, dari Dapil Sulawesi Tengah.

Pertama kita harus memberi apresiasi dari apa yang sudah di ... (terpotong

interupsi)

KETUA RAPAT:

Fraksinya Pak.

ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERINDRA (SUPRATMAN ANDI AGTAS, SH, MH):

Fraksi Partai Gerindra Pak.

Apa yang sudah disampaikan oleh teman-teman dari Hiswana Migas kita

perlu apresiasi. Pertama tadi malah kalau saya, saya usulkan itu kepada Menteri

ESDM harus memberi penghargaan yang luar biasa kepada teman-teman di

Hiswana Migas. Pertama ketaatan membayar pajak luar biasa harus di muka dan ini

jarang dilakukan oleh pengusaha-pengusaha yang lain Pak. Membeli harus

membayar lebih dulu sehari sebelumnya, padahal Pertamina di sisi yang lain

melakukan konsinyasi kepada AKR, Hiswana Migas tidak. Jadi ini suatu hal yang

perlu kita apresiasi.

Yang kedua soal asing, SPBU asing, juga menurut saya ada manfaatnya hari

ini Pak, kalau tidak ada SPBU asing, hari ini saya yakin wajah Pertamina dan wajah

SPBU kita tidak akan secantik hari ini Pak. Saya yakin karena Total ada, Shell ada,

akhirnya juga Pertamina dan anggota Hiswana Migas berbenah diri sehingga luar

biasa outlet kita, SPBU kita juga wajahnya cantik, bahkan hari ini dengan red carpet

wah luar biasa Pak. Cuman sayangnya red carpet-nya hari ini kadang kala stasion

Page 24: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

24

pompanya ada dua tapi cuman satu anunya Pak, jadi anggotanya harus lari ke sana

ke mari, mungkin ini karena soal tadi soal apa UMR lah, tapi buat apa kita lakukan

red carpet kalau pelayanan seperti ini. Ini juga menjadi koreksi buat teman-teman di

Hiswana Migas ya. Saya berapa kali Pak, karena saya suka bawa mobil sendiri Pak,

saya nganti Pak, sudah lama nunggu tapi terakhir harus satu operator berganti-ganti

dari mesin satu ke mesin yang lain, jadi percuma ada red carpet ini Pak. Ini masukan

buat teman-teman di Hiswana Migas.

Saya setuju Pak dan sampai kapanpun kita akan melakukan proteksi kepada

teman-teman Hiswana Migas sebagai pengelola SPBU untuk melakukan proteksi

terhadap pengusahaan swasta asing dalam rangka pendirian SPBU-SPBU itu. Itu

sikap kami jelas harus kita lakukan, dan saya yakin di antara semua teman-teman

juga yang ada di sini itu akan melakukan hal yang sama. Cuman dalam pengertian

tentu proteksinya harus sehat. Kalau di kebijakan pemerintah nanti ini tentu di

beberapa provinsi ya kadang kala kan ya namanya bisnis Pak semua maunya

untung, tidak ada yang mau berinvestasi dalam kondisi yang rugi. Kita paham betul

di sana. Oleh karena itu, sekali lagi kita minta kepada teman-teman di Hiswana

Migas untuk berbenah diri. Kita pasti concern Pak nanti disampaikan usulannya.

Yang terakhir tadi saya sudah singgung soal keuntungan. Ini harus dirinci

betul Pak soal margin. Karena sekali lagi dengan 3,5 persen kalau ini harus

ditambah lagi ini pasti akan membebani konsumen Pak. Nanti YLKI marah lagi sama

kita, Komisi VII kalau ini membebankan, tiba-tiba naik 7 persen kita dukung, YLKI

akan teriak wah Komisi VII DPR RI memberikan dukungan padahal dengan status

pelayanan yang ada saat ini, nah ini. Tapi kita berharap sekali lagi dengan status

layanan yang baik konsumen merasa terpuaskan itu akan jauh lebih mudah untuk

tidak memberi proteksi.

Demikian Pak Ketua, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Ya terima kasih Pak Supratman.

Sebelum saya lanjutkan, kita tadi sepakat pukul 12.00 WIB.

ANGGOTA FRAKSI PARTAI HANURA (Hj. DEWIE YASIN LIMPO, SE):

Interupsi Pak Ketua.

KETUA RAPAT:

Maaf-maaf sebentar, ini kita tadi sepakat pukul 12.00 WIB ya berarti perlu kita

perpanjang sampai pukul, pukul berapa? 12 30 saja ya?

Page 25: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

25

Bukan, berarti begini, berarti pertanyaan nanti dijawab oleh Pak Ketua,

dikumpulkan saja, jadi di apa, yang content-nya sama, yang sama dijadikan satu

supaya mudah menjawab, lantas nanti dilanjutkan ya.

Jadi kita sepakati 12.30 WIB?

(RAPAT : SETUJU)

Oke.

Silakan tadi ada interupsi Ibu ya.

ANGGOTA FRAKSI PARTAI HANURA (Hj. DEWIE YASIN LIMPO, SE):

Interupsi Pak.

Baik menyambung masukan dari Pak Supratman, saya perkenalan Dewi

Yasin Limpo, A-560 dari Fraksi Hanura, Dapil Sulawesi Selatan I.

Saya ingin menyampaikan kepada Pak Ketua Hiswana Migas bahwa

sebenarnya kalau hitung-hitungan 277 per liter kali 40.000 saja kuotanya per hari itu

berarti kurang lebih 12 juta per hari, itu baru dari premium ya Pak ya. Jadi kan

sebulan kurang lebih 300-an, menurut Bapak, itu belum elpiji, belum yang lain. Jadi

mungkin kalau kenaikan ini diusulkan bahwa margin ini harus dinaikkan saya berpikir

apakah 7.5 persen itu tidak kebangetan, kebanyakan gitu loh Pak, jangan-jangan

nanti Bapak tadi seperti sekarang kawinnya cuman satu, nanti balik lagi jadi 10,

makin pusing juga kan kalau banyak isteri. Jadi saya bilang tolong dipertimbangkan

yang rasional saja Pak, jangan terlalu jauh melambung sampai 100 persen ke atas

dong, nanti Bapak kawin lagi tambah botak, mohon maaf.

Terima kasih. Kita ketawa-tawa Pak.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Ini sudah masuk ke pertanyaan ini Pak sebetulnya dari Bu Dewi tadi.

Sekarang saya lanjutkan ke Pak Bambang Haryadi. Silakan.

ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERINDRA (BAMBANG HARYADI, S.E.):

Terima kasih Pimpinan.

Selamat siang, Bapak Ketua Hiswana Migas beserta rombongan,

Page 26: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

26

Perkenalkan nama saya Bambang Haryadi, A-368, dari Fraksi Partai

Gerindra, Dapil Jatim IV ya.

Dalam kesempatan ini saya ingin memberikan beberapa pendapat dan juga

petanyaan. Yang pertama saya sejak awal sudah meyakini bahkan saya bercerita

kepada teman saya Pak Supratman bahwa forum rapat dengar pendapat dengan

Hiswana Migas pasti akan menitik, lebih dititikberatkan kepada keinginan pengusaha

dalam, yang di dalam lingkup Hiswana untuk menaikkan profit margin mereka. Jadi

saya sudah tebak itu Pak. Dari awal saya sudah berkeyakinan akan keinginan

temen-temen Hiswana Migas. Tapi itu sah saja. Yang namanya pengusaha jelas dia

lebih mengedepankan kepentingan perusahaannya yaitu untuk meraih leuntungan

sebanyak-banyaknya. Sama halnya seperti apa yang diceritakan Ketua Hiswana tadi

yang menyatakan banyak kerugian di saat pemerintah menurunkan minyak, tapi

tidak pernah juga diceritakan bagaimana temen-temen Hiswana meraih keuntungan

di saat pemerintah menaikkan minyak, yang diceritakan hanya kerugian saja. Nah

untuk itu juga saya ingin menyikapi tentang apa yang disampaikan Ketua Hiswana

juga tadi bahasanya ada pengalihan penggunaan seperti yang tadi diceritakan Ibu

rumah tangga yang lebih menggunakan tabung 3 kilo daripada 12 kilo. Kenapa saya

mempertanyakan ini, karena saya banyak melihat di lapangan pelaku pengoplos

pelaku yang bisa disebut bagian kecil dari mafia migas itu salah satunya anggota

Hiswana Migas. Salah satu misalnya tabung 3 kilo kalau Ibu rumah tangga hanya

menggunakan 3 tabung, tapi pengusaha Hiswana bisa memindahkan dari tabung 3

kilo tersebut ke tabung 12 kilo. Itu ada di berapa tempat yang sudah saya ketahui ya.

Maksud saya apa yang akan dilakukan Hiswana Migas, Asosiasi Pengusaha Migas

ini terhadap anggota-anggotanya yang melakukan hal-hal tersebut dan juga SPBU-

SPBU yang menimbun minyak dan dan pelaku pencurian subsidi BBM itu, tidak

hanya kepada permainan di bidang hulu dan, tapi di hilir juga dimainkan sekarang,

bahkan ditengarai dimainkan di hilir ditingkatan SPBU. Maka itu saya ingin

penjelasan dari Hiswana Migas terkait anggota-anggota yang sudah tertangkap atau

pun terindikasi melakukan penyelewengan subsidi BBM tersebut. Jadi ke depan biar

lebih tertiblah bahwa jangan sampai orang yang sudah melakukan penyelewengan

tapi masih diberikan dukungan oleh Hiswana Migas. Saya ingin Hiswana Migas ke

depan sebagai mitra kerja Pertamina bahkan tadi diceritakan bahwa pendanaan

untuk pembelian minyak itu harus di depan kan. COD ya Pak? CBD-CBD ya kan

CBD ya, Cash Before Delivery ya. Nah maksud saya untuk itu berarti Hiswana ini

punya peran penting terhadap penjualan Pertamina, mungkin bisa disebut juga ini

Pertamini Pak ya, karena yang menjual retailnya untuk Pertamina ya. Maka itu saya

ingin teman-teman Hiswana Migas untuk menyoroti tentang membantulah,

membantu tentang pemerintah khususnya tentang penyimpangan-penyimpangan

terhadap agen gas 3 kilo ini, karena ini rawan. Banyak sekali yang tadi saya cerita

itu dipindahkan ke tabung 12 kilo atau juga 12 kilo tapi isinya kurang Pak.

Saya ini belum, ini belum lama lah di rumah saya, saya mendapatkan tabung

12 kilo, saya pengguna 12 kilo tapi itu enggak lama, biasanya kami menggunakan

satu bulan, itu cuma 2 minggu, ternyata kita coba lagi isinya cuma 8 kilo. Hal-hal

semacam itu kan tidak mungkin dilakukan dari atas kalau di bawah tidak bisa tidak

Page 27: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

27

ikut membantu melaksanakan ya. Jadi saya melihat di situ ada agen-agen yang

salah satunya mungkin mungkin ya anggota Hiswana Migas yang sebagai pelaku.

Maka dari itu jangan hanya kita bicara margin saja Pak tapi pelayanan juga, karena

Hiswana Migas ini bagian bagian dari pelaku usaha minyak dan gas di Indonesia.

Jangan kita berebut untuk menaikkan margin, silahkan aja mau dinaikkan berapa

pun silakan, tapi kita jangan menutup mata bahwa banyak terjadi pengusaha-

pengusaha Hiswana Migas ini yang mencoba mencari celah dari adanya subsidi

BBM yang ada saat ini. Hanya saya ingin menyoroti hal itu mohon diberikan

penjelasan tentang pelaku-pelaku ataupun anggota Hiswana yang sudah terindikasi

jadi kita juga enak memperjuangkan mau naik 12 persen, 10 persen itu soal lain

Pak, tapi kita jangan bicara untungnya saja, tapi kita ini kan wakil rakyat, wakil rakyat

itu bisa mewakili pengusaha Hiswana Migas tapi juga mewakili pengguna ya rakyat

kecil, itu. Makannya untuk itu mohon diberikan penjelasan terkait hal tersebut.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Ya sudah ditangkap intinya ya. Selanjutnya Pak Endre Saifoel, dan siap-siap

Pak Lucky Hakim.

Terima kasih.

ANGGOTA FRAKSI PARTAI NASDEM (H. ENDRE SAIFOEL):

Terima kasih.

Saya perkenalkan nama saya Endre Saifoel, A-006 dari Fraksi Nasdem,

daerah pemilihan Sumatera Barat I.

Yang saya pertanyakan Ketua Hiswana Migas tadi mengenai permintaan

kenaikan harga dari margin 3,5 menjadi 7,5, itu 3,5 itu kita merasa sudah sangat

besar ya Pak, karena perputaran uang di yang Bapak ceritakan Bapak tebus hari

Senin BBM-nya datang hari Selasa, hari Selasa itu langsung habis. Berarti

perputarannya hanya 2 hari. Dari 2 hari itu 3.5 persen di situ ada pajak, keuntungan,

gaji karyawan, itu saya memperhitungkan hanya 2 persen, berarti sudah ada margiin

1 persen selama 2 hari. Kalau kita hitung dalam satu bulan itu ada 15 kali

berputaran. 15 kali itu sudah lebih 20 persen keuntungan dari perputaran

pembayaran BBM. Jadi kalau kita hitung ke 7.5 persen, itu 5 persen kali 15, berarti

keuntungan dari SPBU terlalu tinggi ini akan bisa terjadi yang dikatakan oleh Bapak

tadi memang bisa orang SPBU ini mempunyai istri sampai 7 orang ini Pak. Kalau

kita hitung. Kata Ibu 10 lagi kan.

Hanya itu yang kita sampaikan Pak. Terma kasih.

KETUA RAPAT:

Page 28: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

28

Terus selanjutnya Pak Lucky.

ANGGOTA FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (H. SYAIKHUL ISLAM

ALI, Lc., M.Sos.):

Interupsi Pimpinan, daftar Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Ini mohon dimaklumi ya sekarang sudah nomor 4, jadi kalau Bapak daftar

nomor 14, Pak Kurtubi nomor 13, soalnya ini daftar.

ANGGOTA FRAKSI PAN (LUCKY HAKIM):

Terima kasih Ketua.

Perkenalkan nama saya Lucky Hakim, Fraksi Partai Amanat Nasional, 474,

Dapil Kota Bekasi, Kota Depok.

Tadi sudah banyak mengenai margin yang diinginkan dan beberapa

keinginan-keinginan dari Hiswana, saya ingin menanyakan sedikit saja mengenai itu,

ini kan ada sekitar 5.300 outlet SPBU tersebar di mana-mana tentang layout fasilitas

ataupun sarana yang ada di situ siapa yang menentukan misal memang adakah

aturan-aturan, tapi saya ingin menyarankan saya sering melihat fasilitas semacam

mushola kadang-kadang itu terlalu kecil dan dekil, kotor, itu hampir saya mengamati

di beberapa tempat di seluruh Indonesia. Dan kadang-kadang sangat berhadapan

dekat sekali dengan WC dan jorok. jadi saya ingin menyarankan dan ingin juga

meminta kepada teman-teman di Hiswana bahwa mungkinkah itu diperbaiki karena

sarana ibadah tentang apa kesucian atau apa itu sangat penting karena kalau dekat

sekali dengan toilet dan kadang-kadang sangat jorok itu, mohon diperhatikan baik.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Selanjutnya Pak Dito Ganundito. Tidak ada.

Pak Ramson Siagian.

ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):

Terima kasih Pak Ketua.

Page 29: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

29

Pak Hiswana Migas agak kurang konkrit apa yang diusulkan Pak.

Terus yang kedua Pak Ketua, seharunya lain kali kita menyampaikan paling

tidak guidence-lah kepada Hiswana Migas apa saja yang diperlukan masukan dari

Hiswana Migas, seperti secara teknis misalnya Ron 88 ke Ron 92 apa yang

diketahui oleh Hiswana Migas. Hiswana Migas. Itu seharusnya itu yang disampaikan

dulu itu isu yang apa namanya yang aktual gitu. Terus bagaimana pengaruhnya

terhadap konsumen kita. Kan Bapak-bapak, Ibu-ibu ini kan tiap hari berkomunikasi

dengan konsumen yang membawa kendaraan dan macan lain segalanya. Nah itu

disampaikan. Terus benar tidak argumentasi pemerintah bahwa Ron 88 itu sudah

sulit di pasar dan cenderung monopoli harus ke Ron 92. Itu tadinya kita perlukan

data-data itu, waktu itu saya juga bicara secara informal kepada Pimpinan arahnya

ke sana, saya menanyakan apa ini Hiswana Migas mau datang itu soal apa. Jadi

jangan hanya kepentingan naikan margin. Kalau naikan margin diajukan juga mau

diajukan 20 persen juga Pimpinan tidak apa-apa, toh kita nanti yang membahas di

sini, jangan, tidak usah kita proses dulu, asal tampung dulu saja, akhirnya kita minta

turun jadi 3 persen itu urusan lain kan. Bukan 3.5 persen malah mungkin bisa kita

usulkan ke pemerintah turunkan saja 3 persen. Itu urusan lain. Tapi kita memerlukan

data-data teknis yang sekarang lagi up to date. Karena seperti yang tim dipimpin

oleh si Faisal Basri cs, pertama kali dia dilantik saya dialog dengan beliau, dengan

Pak Kurtubi di Jak TV, dia bicara soal mafia migas, tahu-tahu hasil yang ada

pergantian spesifikasi BBM. Ini maksud saya ini yang dijelaskan oleh Hiswana Migas

dulu begitu, jangan langsung kepentingannya saja, kepentingan publik dong, rakyat

gitu. Itu yang kita sebenarnya sangat perlukan benar tidak itu. Soal liberalisasi baru

diusulkan nanti, mungkin itu kita akan concern. Kalau memang sudah keekonomian

mungkin kita blok perusahaan minyak asing, itu bisa saja diusulkan. Terus yang lain

yang konkrit. Tadi soal elpiji harganya berapa, keekonomian berapa, benar tidak

hitungan dari pihak pemerintah keekonomiannya seperti itu. Itu yang disampaikan

data keekonomian ke kita. Jadi jangan kuliah lagi soal inflasi, kita hampir semua

sudah tahu soal itu Pak. Jadi ini data-data konkrit ini yang kita akan sebagai

referensi bagi Komisi VII nanti Pimpinan kita kan akan rapat dengan pihak

pemerintah soal kalau BBM itu masih bersubsidi penentuan harga BBM penentuan

anggaran subsidi BBM di APBN referensi ini perlu, tapi kalau nanti tidak ada lagi

harga BBM bersubsidi, tidak ada lagi subsidi BBM di APBN ini juga menjadi

keputusan kita nanti Pak Ketua dengan pihak pemerintah berapa versi pemerintah

harga keekonomian gitu. Jangan sampai terlalu tinggi margin, jangan terlalu tinggi

pajak, sehingga harga BBM Ron 89 di Michigan jauh lebih mahal dari di Jakarta gitu.

Padahal di sini kan masih 88, di sana 89, itu kalau dikurs, dikonversi ke rupiah

dengan pajaknya sekitar Rp1.230,- , karena di sana pajaknya bukan prosentase

berapa pun harganya crude oil itu pajaknya stabil, yang untuk federal tax sama state

tax, negara bagian, itu harganya hanya 5.400 per liter sekarang ini. Kebetulan anak

saya 7 tahun tinggal di sana, jadi saya selalu pantau gitu. Itu termasuk yang tinggi

harganya, kalau di selatan dekat Texas lebih murah lagi harganya Pak yang dekat-

dekat refinery gitu. Itu yang kita perlukan data-data dari Bapak-bapak Hiswana

Migas gitu, Hiswana Migas.

Page 30: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

30

Itu saja Pak Ketua, supaya dibuat kalau tidak keburu lagi sekarang diusulkan.

Soal margin itu kita akan bahaslah pada saat pembahasan dengan pemerintah,

kalau tidak lagi bersubsidi, tidak ada lagi subsidi di APBN, itu kan soal Alpha itu ada

di margin Pak, itu penentuannya saat penentuan subsidi BBM di APBN, nanti kalau

tidak ada lagi subsisi BBM di APBN soal harga keekonomian Pak Ketua, tetap kita

juga harus membuat keputusan soal itu supaya pemerintah jangan seenaknya

membuat harga keekonomian, karena itu merugikan rakyat. Kita di sini adalah

fungsinya selain tiga fungsi itu juga memperjuangan aspirasi rakyat Pak Ketua,

apalagi tadi belum saya jelaskan, saya Bung Ramson, Ramson Siagian dari Dapil

Jawa Tengan X Pemalangan, Pekalongan, Batang, rakyat di sana tua-tua tapi

bijaksana itu sering memberikan masukan ke saya Pak Hiswana Migas, kadang-

kadang sulit Fraksi Partai Gerindra. Partai Gerindra itu jelas.

Demikian Pak Ketua, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Ya terima kasih Pak Ramson.

Tadi kalau Pak Ramson mendengarkan kata pengantar saya, itu salah

satunya apa yang disampaikan ini. Jadi saya tadi di kata pengantar jelas ya

mengatakan supaya Hiswana Migas memberikan paparan menyangkut mengenai

biaya pokok produksi karena itu merupakan wujud daripada apa yang selama ini

didiskusikan dan akan kita diskusikan pada waktu ketemu Menteri ESDM. Tapi

namun kelihatannya Hiswana di dalam paparannya belum mencantumkan item-item

itu, jadi kita kasih kesempatan saja Pak Ramson, untuk Hiswana memberikan

jawaban nanti ya tertulis supaya apa yang dimaksud bisa kena dua-duanya, jadi

aspirasi Bapak selaku pengusaha kita tangkap, tapi aspirasi kita untuk merevisi

kebijakan juga bisa dibantu.

ANGGOTA FRAKSI PARTAI GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):

Interupsi sedikit Pak Ketua.

Saya usul ke Pimpinan kalau suatu saat ada asosiasi-asosiasi yang mau

rapat dengan Komisi VII di DPR sudah diberi tahu sedikit Pak Ketua agar efektif,

karena waktu Komisi VII DPR ini mahal ini sekarang ini kita hanya 20 hari kerja gitu

Pak, persoalan bangsa begitu besar.

Terima kasih Pak Ketua.

KETUA RAPAT:

Oke Terima kasih.

Kita lanjutkan ke Pak Bowo Sidik Pangarso, silakan

Page 31: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

31

ANGGOTA FRAKSI PG (BOWO SIDIK PANGARSO):

Terima kasih Ketua.

Yang saya hormati teman-teman Anggota Dewan dan yang saya hormati juga

teman-teman teman Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas,

Nama Bowo Sidik Pangarso, Dapil II Jawa Tengah, Demak, Kudus, Jepara,

dari Partai Golkar.

Yang perlu saya pertanyakan adalah teman-teman Hiswana Migas ini adalah

pengusaha, pengusaha itu kalau tidak untung tinggalkan saja bisnis ini. Artinya apa,

teman-teman menikmati keuntungan selama ini yang dikatakan Ketua tadi bahwa

sudah 10 tahun ini atau beberapa tahun terakhir ini mengalami persentase yang

tidak pas. Pertanyaan saya adalah keluhan di masyarakat terhadap Himpunan

Wiraswasta Nasioanl Pengusaha Minyak dan Gas ini adalah banyak sekali keluhan

di masyrakat dimana SPBU-SPBU itu teman-teman pengusaha bermain nakal, kalau

satu liter diambil se-pil, berapa pilnya, mil-nya di liter, itu berapa residunya, ini

banyak terjadi di daerah. Artinya Ketua, sebelum kita memperjuangkan Hisnawa

berkaitan dengan bisnisnya ini tentunya pertama kita harus minta kepada Hisnawa

ini untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya selama ini ke masyarakat. Hiswana

ini. Jangan sampai keluhan masyarakat berkaitan dengan kinerja himpunan

wiraswasta ini di masyarakat di bawah bahwa banyak terjadi pencurian-pencurian

dari para pengusaha tersebut.

Pada waktu saya kunjungan reses ke Dapil saya ada SPBU yang untuk

subsidi yang untuk para nelayan yang seharusnya digunakan untuk nelayan

bersubsidi tetapi oleh pengusaha juga cepat hilang, habis. Informasi yang kami

dapat dari nelayan, Pak sering kali dijual, sering-sering dijual melalui mobil-mobil

khusus untuk keluar dari kelompok nelayan tersebut. Ini terjadi tidak usah kita tutup

mata. Ini menjadi tanggung jawab teman-teman Hiswana ke depan untuk bagaimana

mem-protect karena tugas kami yang disampaikan teman-teman lain sebagai wakil

rakyat tentunya kami mengutamakan dulu bagaimana pelayanan terhadap rakyat,

baru kedua berkaitan dengan ke Hiswana.

Dan yang terakhir Ketua saya pikir berkaitan dengan presentase-presentase

yang diusulkan teman-teman di Hiswana ini biarkan menjadi pertimbangan kita ke

depan. Tetapi kami, saya lebih menggarisbawahi kinerja Hiswana bisa dipaparkan

ke kita, jangan dia mau kenaikkan laba, tetapi di sisi lain dia juga service tidak

bagus. Dan saya yakin 3 persen itu masih sangat bisa dinikmati, terbukti masih

banyak pengusaha-pengusaha yang buka-buka SPBU baru, artinya ini masih bisa

dinikmati kawan-kawan.

Terima kasih Ketua.

Page 32: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

32

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Bowo.

Selanjutnya Pak Aryo tidak ada.

Saya lompat ke Pak Jamal. Silakan.

ANGGOTA FRAKSI PAN (H. JAMALUDDIN JAFAR, S.H.):

Terima kasih.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Perkenalkan saya Pak Jamal dari Dapil Papua, Partai PAN, Anggota 505.

Pimpinan dan kawan-kawan dari Hiswana Migas yang saya hormati,

Tadi ada aspirasi masalah bentuk-bentuk keberpihakan oleh Hiswana Migas,

mungkin tadi ada salah satu bahwa izin asing itu harus dibatasi, tapi tentunya

banyak yang ingin disampaikan mohon mungkin juga secara tertulis bentuk-bentuk

apa yang supaya lebih berdaya para pengusaha kita yang tergabung di Hiswana

Migas. Itu dalam rangka bisa juga menyaingi daripada SPBU-SPBU dari yang

bermerek asing.

Yang kedua kalau masalah margin saya juga mungkin tidaklah terlalu

mempersoalkan mungkin kalau di daerah atau di pedalaman mungkin ya malah

kalau 10 persen itu malah kurang untuk untuk diberikan. Karena apa? Saya melihat

di daerah saya itu Papua itu kadang bisa 30.000 sampai 50.000 itu premium. Nah

marginnya ini apa tidak lebih 30 persen atau 50 persen yang diambil ini. Ini perlu ada

semacam kontrol daripada himpunan atau asosiasi ini.

Nah tadi juga dikatakan bahwa di Papua itu ada DPC-nya Merauke ya, nah ini

daerah Merauke dan pedalamannya itu, itu yang dijangkau Asmat dan Yahukimo itu

sampai 50.000 Pak. Nah pertanyaan saya apakah ada anggota Bapak beroperasi di

sana? Kalau tidak ada bagaimana ada anggotanya Bapak di sana dan berikan

margin khusus ya supaya jangan terlalu mahal jadinya. Saya perkirakan itu sampai

50 atau 80 persen ini marginnya ini. Nah salah satu contoh Pak Pimpinan, ini harga

Pertamax di Jayapura Ron 96 kalau di sini mungkin sekitar 11.000 ya, kalau di sana

18.500 Pak ya. Itu yang terjadi di sana. Nah kenapa bisa terjadi ini, saya mohon juga

penjelasan apakah karena harga angkutannya atau bagaimana kok bisa 18.500 itu.

Ini yang 96 Pak. 92-nya itu sampai 13.000 di sana. Saya pikir ini sudah marginnya

bukan lagi 10 persen, tapi mungkin sudah sampai 60 persen ini. Ini yang terjadi di

sana.

Saya kira itu dari kami. Terima kasih.

Page 33: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

33

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Jamal.

Selajutnya dua penanya lagi nanti kita akhiri, tapi sekarang sudah pukul

12.35, tadi sepakat 12.30 WIB, saya perpanjang seperempat jam ya sampai jam

12.45 ya. 12.45 sepakat?

(RAPAT : SETUJU)

Sekarang giliran Pak Kurtubi, siap-siap Pak Saiful Islam. Terima kasih.

ANGGOTA FRAKSI PARTAI NASDEM (DR. H. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Sc):

Terima kasih Pak Ketua.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Nama saya Kurtubi dari Dapil Nusa Tenggara Barat, Nomor Anggota 26,

Fraksi Partai Nasdem.

Terima kasih kepada Bapak Ketua Hiswana Migas beserta jajarannya hadir

pada pagi hari ini. Informasi yang diberikan banyak bermanfaat. Saya kebetulan

orang yang senang menyupir. Saya kalau ke Mataram itu nyupir pulang pergi naik

mobil. Saya tahu banyak sekali anggota-anggota Hiswana Migas, SPBU-SPBU yang

bagus-bagus ya, di Tegal, di Situbondo itu dilengkapi dengan tidak hanya mushola

tetapi penginapan, hotel dan seterus sangat bagus, yang di luar negeri itu tidak ada.

Ya. Saya 6 tahun di Amerika, tidak ada di Amerika itu. Jadi ini Hiswana sudah

banyak sekali kemajuannya dalam beberapa tahun belakang dalam ini kalaupun

nanti usulan kenaikan margin dikabulkan mungkin tidak sampai sekian persen, kita

harapkan service-nya bisa ditingkatkan lagi. Sebab betul ada keluhan musholanya

itu bau apek, banyak ya, di samping yang bagus-bagus. Itu satu hal.

Nomor dua mungkin sebelum saya masuk ke substansi pertanyaan ada yang

perlu diluruskan bahwa teman-teman Hiswana ini adalah retail yang dijual itu

barangnya Pertamina, standar Pertamina. Apa-apa standar Pertamina, bangunan

standar Pertamina, semua Pertamina. Policy kebijakan ada di pemerintah ya.

Pertaminalah operatornya. Bapak-bapak minta berapa biaya produksi ke mereka

bukan domain Hiswana, mohon itu diperhatikan. Jadi biaya pokok BBM, biaya pokok

elpiji, biaya pokok gas apapun itu bukan domain Hiswana, Itu domainnya

pemerintah, Pertamina. Tapi kalau dengan Pertamina bisa kita minta itu. Ini

diluruskan lagi Bu. Itu kedua.

Page 34: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

34

Ketiga, saya belum dengar secara panjang lebar tentang stasiun BBG yang

menurut pendapat saya ke depan ini pemerintah akan kami dorong untuk

mendorong lebih cepat lagi konversi BBM ke BBG. Pertanyaan saya seberapa siap

Bapak-bapak di Hiswana ini bisa membantu pemerintah dalam rangka infrastruktur

stasiun BBG-nya. Pertanyaan konkritnya berapa dari anggota SPBU yang ada

sekarang ini yang lahannya memungkinkan untuk dibangun satu dispenser stasiun

BBG. Mungkin tidak semua SPBU punya lahan cukup yah. Tetapi banyak SPBU

yang bisa dibangunkan satu paling tidak satu stasiun BBG. Nah berapa kira-kira

anggota atau stasiun SPBU anggota Hiswana ini yang memungkinkan lahan yang

ada sekarang untuk dibangunkan stasiun BBG. Apa satu dispenser stasiun BBG,

apa dua. Sebab kami akan dorong habis-habisan pemerintah ya untuk mempercepat

konversi BBM ke BBG tanpa bantuan Hiswana ini tidak bisa ini ya. Mungkin PGN

akan bangun di tanahnya sendiri tapi terbatas. Saya yang ternasuk berpendapat

harus nanti bila perlu regulasi dari pemerintah untuk mewajibkan stasiun BBM yang

masih tersedia tanahnya untuk harus dibangunkan stasiun BBG sebab masa depan

kita di sini nanti ini untuk jangka yang amat panjang ya.

Berikutnya pertanyaan saya dalam rangka ini klarifikasi saja, ada teman-

teman BPH Migas yang selalu meng-expose pernyataan di media bahwa ada terjadi

penyelewengan tangki BBM yang keluar dari depo Pertamina yang mestinya disuplai

ke stasiun BBM SPBU katanya banyak dibelokkan ke industri ke mana. Pertanyaan

saya apa betul ada tuduhan BPH Migas seperti itu? Kalau ada apa langkah-langkah

Hiswana untuk menghilangkan praktek penyelundupan itu. Sebab yang

diselundupkan ini satu tangki. Menurut pendapat saya itu tidak ada, terus terang

pendapat saya pribadi tidak bakalan ada. Lalu dengan dasar itu lalu dulu BPH Migas

mau mewajibkan setiap kendaraan itu pakai RFID. Tuduhan penyelundupan belum

tentu benar, tapi yang dibebankan semua kendaraan harus pasang RFID, yang saya

tentang yang saya tidak sepakat. Ya mudah-mudah tidak ada, kalau pun ada apakah

langkah-langkah Hiswana Migas untuk menghilangkan praktek kotor seperti itu ya.

Lalu membandingkan harga BBM di sini non subsidi dengan di Amerika

Serikat tidak bisa Apple to Apple ya. Di Amerika relatif murah itu karena apa?

Pertama di sana stasiun BBM-nya self service. Oke. Jadi kita mengisi bensin itu kita

sendiri yang ngisi ya. Kita sendiri yang ngisi, di Amerika self service. Ada yang

dilayani oleh pegawainya tapi tarifnya mahal. Tolong ini dicatat. Sekali lagi saya 6

tahun di Amerika keliling ke 48 negara bagian itu, jadi tidak bisa apple to apple.

Lalu apa namanya, masukan untuk revisi Undang-Undang Migas, terima

kasih sekali saya termasuk yang berpendapat pengusaha SPBU nasional harus

dilindungi. Stasiun pengisian bahan bakar itu bukan bidang dengan teknologi tinggi

yang harus kita undang investor asing masuk ya. Kalau kita butuh pabrik atom,

pabrik nuklir yang tidak kuasai ilmunya mengundang asing oke. Ya. Atau pabrik

mobil dengan complicated teknologi kita belum mampu mengundang asing masuk.

Kalau eceran bensin tidak ada teknologinya. Kita membuka rumah tangga kita

sendiri untuk dikocok pihak lain yang saya sendiri tidak sepakat itu. Oke sudah

kadung ada mereka berada di Indonesia tapi harus ada persyaratan ketat. Harus.

Page 35: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

35

Contohnya persyaratan itu apa? Tapi nanti ini di legislasi, setiap pom bensin asing

belum boleh dikasih izin kalau tidak ada komitmen membangun storage yang cukup,

blla perlu bangun kilang BBM mereka, harus wajib bila perlu, oke. Kalau mereka

tidak bangun kilang oke. Resiprokal nanti ini. Ajak anggota Hiswana Migas bangun

stasiun BBM di London. Untuk BF, Petronas mau bangun 10 SPBU di sini agak

anggota Hiswana Migas bangun stasiun BBM di Kuala Lumpur 10 stasiun. Jadi

resiprokal. Ini adalah pasar kita mau diambil mereka. Lebih-lebih nanti kalau BBM

sudah tidak disubsidi, saya sendiri belum tentu sepakat dengan penghapusan

subsidi BBM itu. Saya sepakat itu dihapus kalau harga minyak dunia rendah, iya,

tapi harga minyak tinggi tidak bisa, nanti bab lainlah.

KETUA RAPAT:

Waktunya Pak Kurtubi, waktunya.

ANGGOTA FRAKSI PARTAI NASDEM (DR. H. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Sc):

Oke. Jadi demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf saya sedikit

berbeda dengan rekan-rekan sejawat saya yang lain.

Demikian, terima kasih.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabakatuh.

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Jadi begini Pak Kurtubi saya ingin meluruskan juga supaya semuanya

mengerti bahwa kita sadar betul siapa Hiswana Migas tetapi tidak menutup

kemungkinan mereka memberikan masukan, karena dia sudah player di situ cukup

lama. Jadi kalau saya meminta tadi kepada, sebagai kata pengantar tadi, supaya

kebijakan pun juga disampaikan ke kita Pak apa sih sebetulnya yang dikeluhkan,

termasuk tadi biaya pokok produksi bukan berarti Bapak punya otoritas di sana, tapi

apa yang diketahui, knowlegde Bapak gitu. Karena dengan demikian RDPU kita itu

menjadi bermakna karena kita ada rentetan RDPU-RDPU lagi begitu ketemu dengan

para penguasanya ya nanti Menteri ESDM-nya ada, di situlah teman-teman

semuanya sudah mendapatkan bahan yang cukup. Itu sebetulnya yang dimaksud

Pak, jadi bukan berarti kita menanyakan pada tempat yang salah tidak, kita sudah

betul karena ini sebagian daripada stakeholder yang tidak terpisahkan.

Saya yang terakhir ini Pak Saiful Islam, singkat saja supaya bisa kita akhirI

pukul 12.45 WIB. Terima kasih.

ANGGOTA FRAKSI PKB (SYAIKHUL ISLAM, M.Sosio):

Page 36: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

36

Terima kasih Pimpinan.

Perkenalkan saya Syaikhul Islam, A-63 dari Dapil Jawa Timur I, Fraksi Partai

Kebangkitan Bangsa.

Singkat saja kepada Ketua Umum Hiswana Migas, menyikapi kenaikan harga

elpiji 12 kilogram mulai pada Januari ini, ini kan dulu harganya sekitar 7.000 ya naik

menjadi 9.000 per kilo, jadi kalau dulu itu 12 kilogram itu sekitar 122.000 sekarang

menjadi sekitar 130.000. Itu sudah plus dengan biaya-biaya seperti transport,

operasional dan lain-lain. Pertanyaan saya, saya ingin minta klarifikasi dari Hiswana

Migas di pasar harga yang didapatkan oleh konsumen itu lebih dari 150.000, bahkan

ada yang 160.000. Ini barusan tadi saya juga SMS isteri saya katanya di Sidoarjo itu

harganya 158. Ini ada selisih kan cukup banyak. Lah perlu saya sampaikan kepada

Bapak-bapak di sini bahwa yang berkembang di masyarakat itu yang menyebabkan

harga tidak pasti dan naik sangat tinggi itu adalah oknum-oknum dari Hiswana

Migas. Bahkan kalau Bapak baca media online, jadi di Kediri itu sempat ada demo

untuk membubarkan Hiswana Migas. Ya ini saya ingin klarifikasinya saja apakah

benar seperti itu. Jadi ini kan kita nanti berbicara margin, bicara margin mau cari

untung lebih banyak begitu ya. Tapi ini tolong dipikirkan yang di bawah rakyat itu

sudah tercekik dengan harga semacam itu. Dan saya minta itu klarifikasinya

jelaskan kenapa bisa harganya melambung melebihi dari hal yang semestinya.

Sekian, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Terakhir.

ANGGOTA FRAKSI PKB (Dr. HM ZAIRULLAH AZHAR):

Pimpinan satu menit saja.

KETUA RAPAT:

Silakan Pak.

ANGGOTA FRAKSI PKB (Dr. HM ZAIRULLAH AZHAR):

Baik. Terima kasih.

Kami Zairrulah Azhar dari Kalsel Dapil II, dari Fraksi PKB.

Mengapresiasi yang disampaikan dari Hiswana Migas tadi, kami usul saja

begini di data ada 6.000 lebih SPBU tetapi menumpuk di Jawa, harapan kami

Page 37: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

37

kiranya bisa ada motivasi kepada investor mengembangkan di luar Jawa, apalagi

nanti setelah pembahasan margin lebih meningkat.

Kemudian yang kedua mohon dapat diperhatikan juga SPBN, saya tinggal di

daerah-daerah pantai Pak. SPBN ini kelihatannya kurang menjadi minat dari rekan-

rekan Hiswana Migas.

Yang ketiga, terakhir ini dari Pak Kurtubi tadi kami juga menggarisbawahi di

Kalsel itu banyak sekali tangki siluman. Jadi mereka bukan, mereka beli di SPBN,

SPBU yang subsidi itu kemudian dijual ke luar, apalagi di sana daerah-daerah

tambang. Ini mohon bisa diperhatikan teman-teman anggota.

Saya kira demikian Pimpinan. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Terakhir Pak Kardaya.

PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/F-

P.GERINDRA):

Terima kasih Pak Pimpinan Rapat.

Saya hanya ingin menyampaikan doa buat Pak ErI, Pak Eri ini berdasarkan

informasi sudah daftar dalam lelang jabatan Dirjen Migas, mudah-mudahan kepilih

Pak. Kita berdoa, mudah-mudahan doa dari Komisi VII itu ijabah, ya mudah-

mudahan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Ya begitulah Pak Eri. Dulu juga hampir saja di Komisi VII. Hampir gitu. Sudah

diputuskan menang, ya mungkin kalau yang satu partai bisa diini, belum sampai

menginjak di sini sudah tidak jadi. Sudah hampir beliau itu masuk sebagai anggota

komisi. Nah insyaallah ini, kali ini insyaallah bisa jadi.

Saya mohon waktu diperhatikan Pak Eri dalam menjawab, jadi kalau bisa

disingkat, kita langsung menuju ke kesimpulan, dan bisa kita akhiri tepat waktu.

Terima kasih.

KETUA HISWANA MIGAS:

Page 38: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

38

Terima kasih Pimpinan.

Terima kasih Pak Kardaya dan seluruh jajaran Komisi VII yang saya hormati

atas doanya.

Dari Bu Mercy, kemudian Pak Supratman dan Bu Dewi Yasin Limpo, Pak

Bambang, Pak Endre Saifol, Pak Lucky Hakim, Pak Ramson, Pak Bowo, Pak Jamal,

Pak Kurtubi, Pak Syaikhul, dan Pak Jairullah Azhar, serta Pak Kardaya ini saya

rangkum saja semua pertanyaan. Kurang lebih yang pertama adalah mengenai

margin Kami menyerahkan margin ini kepada situasi dan kondisi yang berkembang

tapi bahwasanya anggota Hiswana Migas itu memiliki aspirasi supaya seperti tadi

yang Pak Zairullah Azhar sampaikan ada ketidak berimbangan pembangunan

infrastruktur SPBU di Jawa dan di luar Jawa. Apa lagi tadi SPBN. SPBN itu

volumenya kecil Pak. Sudah gitu KUD diberikan prioritas, KUD nelayan itu diberi

prioritas. Jadi kami teman-teman tidak berani masuk ke sana volumenya juga kecil,

marginnya kecil. Tadi margin yang 3,5 persen itu harus dikompensasi dengan

volume yang besar. Rata-rata volume SPBU di kami itu 15 ton. Kalau di tol, di tol ini

kilometer 19 itu punya Pak Wijarnako dulu, itu hampir 180 ton per hari, tapi lainnya

itu marginal 15 ton, 12 ton, karena sekarang SPBU kan dua jalur jalan saja

seberang-seberangan sudah ada SPBU, jarak 2 kilo ada SPBU. Di Jawa, itu Jawa,

Bali, kurang lebih 3.200 SPBU, jadi 5.000 sekian SPBU seluruh Indonesia itu hampir

60 persennya di Jawa, sisanya 50 persen Sumatera, Kalimantan, Sulawesi. Sangat

sedikit sekali. Nah untuk itu memang perlu insentif yang cukup. Insentif yang cukup

dibanding dengan risiko usahanya. Jadi kenapa 5.300 itu tidak berkembang? Kalau

ada insentif margin yang cukup seharusnya SPBU di Indonesia itu 30.000

seharusnya. Justru yang saya khawatir dengan masuknya Shell, Total ini, apalagi di

Jawa, Madura, Bali, istilahnya dia sapi digemukan di Jawa, Bali, sudah gemuk, dia

beranak pinak di sini, bisa-bisa yang nanti mendominasi SPBU non Pertamina. Ini

yang saya khawatirkan, makanya tadi penghapusan Ron 88 itu kami tidak sepakat

dan memohon ada evaluasi terhadap pemberian market Jawa, Bali terhadap

kompetitor. Jadi justru kompetitor tadi harusnya dia ditugaskan dulu jangan, jangan

diberi karpet merah di daerah gemuk, harusnya dia diberinya di daerah kurus dulu,

sudah teruji dia di daerah kurus, seperti tadi yang di Yakuhimo, Yahukimo, apa di

mana itu, di Papua, apa di Ambon, itu harusnya mereka diberi penugasan dulu.

Kalau Pertamina kan sekarang ini diutangin pemerintah, Pertamina itu sering 3

bulan, 4 bulan, tidak dibayar subsidinya oleh pemerintah, dia diberi penugasan-

penugasan khusus untuk menyalurkan ke daerah-daerah terpencil pembangunan

infrastruktur terbangun.

PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/F-

P.GERINDRA):

Pimpinan, boleh?

KETUA RAPAT:

Page 39: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

39

Silakan Pak Kardaya, silakan.

PIMPINAN KOMISI VII DPR RI (Dr. Ir. H. KARDAYA WARNIKA, DEA/F-

P.GERINDRA):

Saya kayaknya tidak masuk dalam logika saya itu. Kalau 88 dihapuskan jadi

92 ada dua alternatif, kalau 92-nya disubsidi maka Shell mati. Karena

diperdagangkan bahan yang sama dengan harga ini disubsidi, ini tidak maka dia

akan mati. Bukan Shell yang anulah, yang non di luar. Nah tapi kalau sama-sama

tidak disubsidi maka yang servisnya jelek yang mati itu. Alternatif yang pertama tadi

kemungkinannya menurut analisa saya yang internasional akan komplain melalui

jalur internasional mengatakan kita diundang di Indonesia dengan janji yang

disubsidi adalah bukan 92, kita tidak yang 92 tidak disubsidi kita invest, setelah itu

kok disubsidi, artinya setelah diundang kita mati. Itu. Jadi kalau menurut saya

logikanya tergantung Pak. Kalau disubsidi dia yang mati, itu logika yang tetapi kalau

sama-sama tidak disubsidi itu yang mati itu yang servisnya jelek.

KETUA HISWANA MIGAS:

Baik Pak.

KETUA RAPAT:

Cukup ya?

Ya silakan.

KETUA HISWANA MIGAS:

Jadi begini Pak. Penghapusan Ron 88 akan berakibat kepada perlindungan

aset kilang dalam negeri, karena produksi kilang Pertamina sepanjang

sepengetahuan kami itu memproduksi nafta yang Ron-nya 76. Untuk menjadi 92

mereka butuh HOMC, impor. Nah mereka berdasarkan diskusi kami dengan

Pertamina kalau mereka dipaksa ke 92 ya lebih baik impor daripada meningkatkan

kapasitas kilang dari 88 ke 92. Nah kalau import, kilangnya mati kan ketahanan

energi, kemandirian energi kita rentan Pak. Nah, kalau 92 yang disubsidi berartikan

ini golongan masyarakat kaya yang disubsidi, yang 2.400 cc, 2.000 cc disubsidi. Jadi

yang Agya, Ayla, atau Avanza itukan tidak minum 92 sebetulnya, mereka minumnya

88. Kemudian ojek di kampung-kampung, kebetulan saya dari Medan kemarin,

mereka masih membutuhkan 88.

Saya bicara dengan perusahaan SPBU Pekan Baru, kami kumpul di Medan,

itu sekarang dipaksa untuk membangun tangki khusus 92, karena tadi saya

sampaikan infrastruktur SPBU di luar Jawa itu hanya ada dua tangki, solar subsidi

dan premium subsidi. Jadi kalau mereka harus jualan 92, tambahan ini karena mau

Page 40: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

40

ke pasar terbuka, berarti harus invest tangki lagi 92, ini invest lagi yang belum jelas

tingkat pengembaliannya. Nah makanya pemerintah mungkin bayangan kami sudah

dihapus 88, diganti 92 sehingga SPBU tidak ada tambahan investasi. Kami sampai

saat ini belum pernah di pertemukan dengan tim reformasinya Faisal Basri tapi kami

menyampaikan bahwa Oktan 88 itu merupakan entry barrier kami untuk bersaing

dengan non Pertamina dan juga tadi masalah perlindungan aset kilang dalam negeri

karena seluruh kilang Pertamina hanya memproduksi nafta yang Ronnya 76.

Nah kemudian tadi mengenai kalau kami dipaksa untuk head to head dengan

Shell atau Total untuk kami membawa ... Pertamina, terus terang kami berat, kami

belum siap. Nah makanya waktu BPH Migas tidak memberikan BBM subsidi ke

selain Pertamina mereka akhirnya tidak bisa berkembang salah satunya Petronas

kemudian tidak bisa berkembang. Nah itulah salah satu entry barrier bagaimana

supaya kita tidak melanggar kesepakatan internasional tapi kita bisa melindungi

market kita untuk sebesar-besar kemakmuran dan sejahtera kita.

Demikian Pak Pimpinan. Dan beberapa pertanyaan yang mungkin belum bisa

saya jawab mungkin nanti saya akan sampaikan susulan secara tertulis.

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Ada tambahan Pak?

Sebentar.

F-PKS (H. HADI MULYADI, S.Si, M.Si):

Saya tadi mau bertanya tapi tidak jadi, cuma saya agak tertarik Pak, tadi

dengan pernyataan Bapak yang mengatakan kami tidak mampu head to head

dengan SPBU yang asing ya, Shell dan lain sebagainya. Ini justru menjadi tantangan

ke depan Pak di era keterbukaan sekarang sampai kapan gitu, apa, anggota

Hiswana ini tidak mampu bersaing gitu Pak. Ini tolong juga dijelaskan ke kami Pak

parameter apa yang menyebabkan Bapak tidak mampu bersaing, kalau persoalan

manajemen berarti salah kita Pak. Ada tidak indikator-indikator atau parameter

tertentu dari kebijakan-kebijakan yang menyebabkan Hiswana tidak mampu

persaingan asing. Tapi kalau cuma aspek profesionalisme yang rendah nah ini yang

harus Bapak tingkatkan. Ini salah sendiri Pak, berarti tidak profesional. Artinya

sampai kapan aspek ketidakprofesional dipertahankan di zaman seperti ini.

Nah, terus yang menyangkut margin juga Pak tolong dibikin hitungannya yang

lebih komprehensif Pak, jadi jangan kita dikatakan oh kalau cuma segini tidak ...,

tolong kita dibuat hitung-hitungan dan simulasinya yang jelas Pak dari awal sampai

akhir, sehingga kita juga tahu atau mengerti pada saat kita memperjuangkan

sesuatu Pak, dan belum tentu semua dari kita itu mengerti persis Pak, di Komisi VII

Page 41: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

41

ini Pak, karena tidak semua kita ini punya latar belakang yang apa lagi istilahnya

Pak Ketua tadi yang terkait dengan SPBU. Jadi mohon kiranya pada saat

menyampaikan jawaban tertulis tolong Pak dibikin hitung-hitungannya kenapa

dengan margin 3,5 persen sekarang ini dianggap tidak wajar. Itu harus secara

hitung-hitungan angka Pak tidak bisa hanya sifatnya kualitatif Pak, harus kuantitatif,

kita lihat, kita hitung. Jadi sehingga kita semua ini bisa kalau kita dan mungkin

anggota DPR kalau sibuk dia punya staf ahli yang di bidang ini mempelajari secara

tuntas Pak, jadi pada saat kita menyampaikan sesuatu kepada pemerintah kita

betul-betul yakin bukan hanya sekedar kemauan politik Pak, tapi didukung dengan

data yang akurat, termasuk aspek tadi Pak yang tidak mampu bersaing.

Saya sebetulnya sedih Pak kalau kita terus menerus menyatakan diri kita

tidak mampu bersaing dengan SPBU asing. Kalau ada hal-hal yang terkait dengan

kebijakan pemerintah itu menjadi tanggung jawab Komisi VII Pak.

Saya rasa itu. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih.

F-PDIP (TONY WARDOYO):

Pimpinan interupsi Pimpinan, sebelum ditutup sedikit saja.

KETUA RAPAT:

Silakan, cepat saja Pak karena waktunya.

F-PDIP (TONY WARDOYO):

Iya satu menit saja, terima kasih Pimpinan.

Jadi hanya menambahkan Pak jadi apa yang diberi kesimpulan tadi dan

pertanyaan dari Pak Mulyadi itu saya sangat setuju.

Terus kedua juga Pak tadi daftaran usulan Bapak itu juga tolong dihitung

dengan cermat dan tepat termasuk juga kepentingan kami Pak, kebetulan saya,

Tony Wardoyo dari Dapil Papua Pak saya, dari Fraksi PDI Perjuangan, kami pun

mengalami problem di sana banyak terjadi transaksi jual beli BBM itu di undertable

boleh dikata, bawa derigen, bawa ini, kami yang mengalami problem di pegunungan.

Jadi tolong dihitung juga Pak yang terbaiknya mesti di angka berapa margin mereka,

supaya juga bisa mereka bisa hidup, bisa layak usaha, jangan sampai anggota kami

juga mengalami problem jadi kepailitan dan sebagainya gitu Pak ya. Tolong dibantu

dengan usulan-usulan itu biar ada angka-angka hitungan yang jelas termasuk yang

di Papua Pak ya di Merauke.

Page 42: rdpu komisi vii dg ketum hiswana migas

42

Terima kasih. Pimpinan saya kembalikan. KETUA RAPAT:

Terima kasih. Saya pikir yang dua terakhir bisa disampaikan nanti lewat jawab tertulis

karena mengingat waktu dan saya akan membacakan draft kesimpulan. Ini draft kesimpulannya untuk disepakati jadi yang nomor satu, Komisi VII

DPR RI menerima masukan darI Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Komisi VII yang akan ditindaklanjuti dalam rapat dengan Menteri ESDM dan PT Pertamina pesero.

Saya rasa bisa disepakati ya Bapak/Ibu sekalian. Oke.

(RAPAT : SETUJU) Yang kedua, Komisi VII DPR RI meminta kepada Dewan Pimpinan Pusat

Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi untuk memberikan masukan dan jawaban tertulis yang lebih dirinci dan komprehensif, tadi sudah dikatakan berulang-ulang ya, dan disampaikan kepada Komisi VII paling lambat Senin 19 Januari 2015.

Bisa di sepakati ya Pak Eri dan teman-teman? Terima kasih.

(RAPAT : SETUJU) Dengan demikian rapat dengar pendapat umum ini yang telah mendengarkan

aspirasi dan masukan dari Dewan Pimpinan Pusat Hiswana Migas dimana masukan tersebut sangat berguna bagi Komisi VII dalam melaksanakan tugas dan fungsi kami khususnya untuk melaksanakan fungsi pengawasan kepada pemerintah. Jadi ini sebagai bahan Pak untuk fungsi pengawasan kepada pemerintah. Aspirasi dan masukan ini akan kami tindaklanjuti dalam rapat-rapat baik di internal Komisi VII maupun di pemerintah khususnya Kementerian ESDM dan Pertamina.

Dengan mengucapkan alhamdulillah wasyukurillah maka rapat dengar

pendapat umum ini kami tutup.

(RAPAT DITUTUP PUKUL : 12.42 WIB)

a.n. KETUA RAPAT SEKRETARIS RAPAT

Dra. Rini Koentarti, M.Si.

NIP. 19611009 199303 2 001