Upload
aanyogi
View
26
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
SLIDE RDS ANAK
Citation preview
Indonesia memiliki tujuan Millenium Development
Goals (MDGs) keempat yang memuat tentang
pengurangan angka kematian anak. Indonesia juga membuat program
nasional untuk anak-anak berdasarkan isu kematian
bayi dan balita.
Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membran Disease (HMD),
merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan
defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan
masa gestasi kurang.
Secara klinis, RDS diawali dengan gagal nafas aku seperti
sesak, sianosis, grunting, retraksi dan takipnea.
Kegagalan respirasi dapat dikonfirmasikan melaui
pemeriksaan analisis gas darah dan foto sinar-X dengan
tampilan ‘‘ground glass’’ dan “air bronchograms”.
PENDAHULUAN
Penyebab terbanyak dari
angka kesakitan dan kematian pada
bayi premature adalah Respiratory Distress Syndrome (RDS). Sekitar 5 -10% didapatkan pada bayi kurang bulan (prematur),
50% pada bayi dengan berat 501-
1500 gram
Manajemen yang paling baik dilakukan pada unit rumah sakit yang mempunyai staf dan peralatan khusus dan kamar perawatan
intensif neonatus.
PENDAHULUAN
ANATOMI DAN FISIOLOGI PERNAFASAN
Fungsi primer dari sistem pernafasan adalah menghantarkan udara masuk dan keluar dari paru sehingga oksigen dapat dipertukarkan
dengan karbondioksida
ANATOMI DAN FISIOLOGI PERNAFASAN
Sistem pernafasan bawah meliputi trakhea, bronkus-bronkus, dan paru.Paru kanan terdiri dari tiga lobus: lobus superior, media dan inferior.
Paru kiri hanya memiliki dua lobus: lobus superior, dan inferior. Dasar setiap paru terletak di atas permukaan diafragma
TAHAP PERTUMBUHAN PARU JANIN4
Waktu (minggu)
Embrionik 3-7
Kanalikular 7-15
Pseudoglandular 15-25
Sakkular 25-35
Alveolar 35 minggu-2 tahun
Pertumbuhan post natal 2-18 tahun
PERALIHAN PERNAFASAN PARU
Keberhasilan tercapainya fungsi paru yang adekuat pada saat
lahir bergantung pada anatomi yang tidak obstruktif dan umur
kehamilan serta maturitas.
Cairan yang mengisi paru janin harus dikeluarkan, kapasitas residu fungsional
pengisian udara (functional residual capacity (FCR)) tercapai dan dipertahankan
dan hubungan ventilasi perfusi yang berkembang akan memberikan
kemungkinan pertukaran oksigen dan karbondioksida secara optimal antara
alveoli dan karbondioksida secara optimal antara alveoli dan darah.
RESPIRATORY DISSTRESS SYNDROME DEFENISI
Respiratory Disstress Syndrome disebut juga penyakit membran hialin. RDS timbul saat lahir atau segera setelah lahir, prgresif dalam 48-72 jam, bayi letargi, terjadi edema perifer, pada foto roentgen tampak paru kecil (small lung) dengan gambaran granular lapangan paru
RESPIRATORY DISSTRESS SYNDROME EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan 30% dari semua neonatus diakibatkan oleh RDS atau komplikasinya. RDS terutama terjadi pada 50-80% terjadi pada bayi yang umur kehamilannya kurang dari 28 minggu, 15-30% pada bayi antara 32 dan 35 minggu, sekitar 5% pada bayi yang lebih dari 37 minggu dan jarang pada bayi cukup bulan
Kenaikan frekuensi dihubungkan dengan umur dari ibu diabetes, persalinan sebelum umur 37 minggu, kehamilan multijanin, persalinan seksio sesarea, persalinan cepat, asfiksia, stress dingin, dan adanya riwayat bahwa bayi sebelumnya terkena RDS. Insidens tertinggi pada bayi preterm kulit putih atau laki-laki.
RESPIRATORY DISSTRESS SYNDROME
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
Surfaktan kurang
Atelektasis progresif
hipoventilasi
↑ pCO2, ↓ pO2, ↓ pH
Syok hipotensi( (hipovol
emia)
Vasokonstriksi paru
Hipoperfusi alveolus
Gangguan metabolisme
seluler
RESPIRATORY DISSTRESS SYNDROME
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGIDefisiensi sintesis atau pelepasan surfaktan bersama dengan agen unit saluran pernafasan yang kecil dan dinding dada yang lemah mengakibatkan atelektasis, mengakibatkan adanya perfusi pada alveolus tetapi tidak ada ventilasi dan menyebabkan hipoksia
Pengurangan kelenturan paru, volume tidak yang kecil dan kenaikan ruang mati fisiologis kenaikan kerja pernafasan dan ventilasi alveolar yang tidak cukup akhirnya mengakibatkan hiperkarbia (peningkatan karbondioksida). Kombinasi hiperkarbia, hiposia dan asiodis mneghasilkan vasokonstriksi arteri pulmonalis dengan shunt dari kanan ke kiri melalui foramen ovale, duktus arteriosus, dan dalam paru-paru itu sendiri.
Aliran darah paru berkurang dan jejas iskemik pada sel menghasilkan surfaktan dan terhadap bantalan vaskular mengakibatkan efusi bahan proteinaseosa ke dalam ruang alveolar
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel dan selanjutnya menyebabkan bocornya serum protein ke dalam alveoli sehingga menghambat fungsi surfaktan.
Gejala klinis yang timbul yaitu: adanya sesak napas pada bayi prematur segera setelah lahir, yang ditandai dengan takipnea (> 50 x/menit), pernapasan cuping hidung, grunting, retraksi dinding dada, dan sianosis, rhonki halus dan gejala menetap dalam 48-95 jam pertama setelah lahir
DIAGNOSISPerjalanan klinis, rontgen dada dan nilai gas darah serta asam basa membantu menegakkan diagnosis klinis
Bayi dengan RDS. Perhatikan paru yang granular, bronkogram udara, ground glass appearance, ekspansi paru yang buruk
KOMPLIKASI
• Ruptur alveoli • infeksi• Perdarahan intrakranial• Patent ductus arteriosus (PDA)
Komplikasi jangka pendek
PENGOBATAN
Perawatan suportif awal pada bayi BBLR terutama pada pengobatan asidosis, hipoksia, hipotensi dan hipotermia mengurangi keparahan RDS.
Diperlukan pemantauan yang cermat terhadap frekuensi jantung dan pernafasan, PO2, PCO2, pH, bikarbonat, elektrolit arteri, glukosa darah, hematokrit, tekanan darah dan suhu
Manajemen yang paling baik dilakukan pada unit rumah sakit yang mempunyai staf dan peralatan khusus dan kamar perawatan intensif neonatus.
TATA LAKSANA
Adapun tata laksana dapat dilakukan dengan: Rawat incubator, pertahankan suhu tubuh
(aksila) 35,5-37,50C (bayi preterm) dan 35-370C (bayi aterm)
Oksigenasi untuk mempertahankan saturasi O2Berat badan < 1000 gram : 85-92%Berat badan 1000-2500 gram : 92-95%Berat badan > 2500 gram : 95-98%
Puasa peroral, berikan cairan parenteral dengan dekstrose 10% mulai 50 mL/hari
TATA LAKSANA
Bila hipoperfusi berikan larutan isotonis (NaCl 0,9%) atau volume ekspander 10 ml/kg/kali dalam waktu 30 menit (dapat diulang samapi 2 kali). Pertimbangan obat-obatan inotropik bila pemberian cairan gagal
Berikan antibiotika + “septic work up” sampai terbukti bukan sepsis. septic work up terdiri atas septic marker (jumlah leukosit, jumlah trombosit, CRP/C reactive protein dan IT rasio) dan kultur darah. Hitung Leukosit normal (500ul-30.000/ul), trombosit normal (>150.ooo/ul), IT rasio nomal (rasio neutrofil imatur engan neutrofil total <0,2 dan CRP normal 1,0 mg/L.
Cari etiologi: riwayat ante perinatal, pemeriksaan fisik, rontgen dada, peemriksaan lab (analisis gas darah dan elektolit dan gula darah)
TATA LAKSANA
Bayi dengan RDS berat atau mereka berkembang komplikasi akibat apnea terus-menerus memerlukan bantuan ventilasi mekanis. Indikasi yang sesuai penggunaannya adalah: pH darah arteri kurang dari 7,20 PCO2 darah arteri 50 mmHg atau lebih PO2 darah arteri 50 mmHg atau kurang pada
kadar oksigen 70-100% Apnea menetap Bantuan ventilasi dengan tekanan melalui pipa
endotrakeal juga dapat mencakup tekanan akhir repirasi positif (positive end expiratory pressure/PEEP).
TUJUAN VENTILASI MEKANISTujuan ventilasi mekanis adalah
memperbaiki oksigenasi dan mengeliminasi karbondioksida
tanpa menyebabkan
barotraumas paru yang belebihan atau toksisitas
oksigen.
Kisaran nilai gas darah yang dapat diterima,
yang menyeimbangkan resiko hipoksia dan
asidosis dengan resiko ventilasi mekanis, adalah PaO2 55-70 mmHg; PCO2 35-55
mmHg, dan pH 7,25 – 7,45. Selama ventilasi mekanis, oksigenasi diperbaiki dengan
menambah tekanan rata-rata jalan nafas (FIO2) dengan cara menambah tekanan
puncak inspirasi, aliran udara, rasio inspirasi
terhadap ekspirasi atau PEEP.
PEMBERIAN SURFAKTAN PADA BAYI PREMATUR DENGAN RESPIRATORY
DISTRESS SYNDROME
Pemberian surfaktan
merupakan salah satu terapi rutin yang diberikan
pada bayi prematur dengan
RDS
Dosis yang digunakan bervariasi
antara 100mg/kg sampai 200mg/kg.
dengan dosis 100mg/kg sudah
dapat memberikan oksigenasi dan
ventilasi yang baik
Sampai saat ini ada dua pilihan terapi surfaktan, yaitu
natural surfaktan yang berasal dari
hewan dan surfaktan sintetik bebas protein,
dimana surfaktan natural secara klinik
lebih efektif
Sebelum surfaktan dimasukkan ke dalam
ETT melalui NGT pastikan bahwa ETT berada pada posisi yang benar dan ventilator di atur pada kecepatan 50x/menit,
waktu inspirasi 0,5 detik, dan FiO21,0. ETT
dilepaskan dari ventilator
PROGNOSIS
Prognosis sangat bergantung pada fasilitas intensif
neonatus dan praktisi kesehatan yang
berpengalaman dalam mengatasi dan memberikan
pertolongan adekuat.
Keseluruhan mortalitas bayi BBLR yang dirujuk ke pusat perawatan
intensif menurun sekitar 70 % bertahan hidup pada bayi < 1000 gram, 95% bertahan hidup pada
bayi >2500 gram. bayi yang berhasil bertahan
hidup dari kegagalan pernafasan neonatus yang berat dapat
mengalami ganguan paru dan perkembangan saraf yang
signifikan