20
A. Pendahuluan Separuh dari hutan yang ada di muka bumi tergolong sebagai hutan tropik. Hutan-hutan itu sangat beranekaragam terhadap tipe, komposisi, maupun strukturnya. Semua terjadi karena adanya variasi kondisi iklim dan tanah di setiap wilayah. Ada hutan yang tumbuh dengan baik sehingga memiliki struktur lengkap mulai dari tumbuhan tingkat bawah sampai pohon yang tingkat tinggi. Ada hutan yang tampak miskin dan tidak tumbuh dengan baik, sehingga produksi biomassa dalam setahun sangat rendah. Ada hutan rapat dengan tajuk pohon bertingkat-tingkat dan saling berdekatan. Di samping itu, ada juga hutan yang sangat jarang bahkan banyak kawasan hutan gundul (tidak berpohon) sehingga hutan tidak mampu menyajikan fungsinya secara optimal untuk kesejahteraan manusia. Hutan tropik di Indonesia banyak yang rusak akibat kesalahan dalam sistem pengelolaan maupun akibat berbagai aktivitas manusia. Bukti kerusakan hutan yang parah ditunjukan oleh timbulya lahan kritis dalam kawasan hutan. Untuk menghindari terjadinya kerusakan hutan bahkan timbulnya lahan kritis yang perlu pertolongan untuk dibudidayakan sebagai hutan lindung, langkah awal yang perlu dilakukan dengan memanfaatkan hutan sesuai fungsi. Perlu diketahui bahwa tidak semua jenis hutan berfungsi sama. Lalu langkah selanjutnya yang perlu dilakukan dengan menerapkan konsep budidaya

Reboisasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Manfaat reboisasi

Citation preview

Page 1: Reboisasi

A.    Pendahuluan

Separuh dari hutan yang ada di muka bumi tergolong sebagai hutan tropik.

Hutan-hutan itu sangat beranekaragam terhadap tipe, komposisi, maupun

strukturnya. Semua terjadi karena adanya variasi kondisi iklim dan tanah di setiap

wilayah. Ada hutan yang tumbuh dengan baik sehingga memiliki struktur lengkap

mulai dari tumbuhan tingkat bawah sampai pohon yang tingkat tinggi. Ada hutan

yang tampak miskin dan tidak tumbuh dengan baik, sehingga produksi biomassa

dalam setahun sangat rendah. Ada hutan rapat dengan tajuk pohon bertingkat-

tingkat dan saling berdekatan. Di samping itu, ada juga hutan yang sangat jarang

bahkan banyak kawasan hutan gundul (tidak berpohon) sehingga hutan tidak

mampu menyajikan fungsinya secara optimal untuk kesejahteraan manusia.

Hutan tropik  di Indonesia banyak yang rusak akibat kesalahan dalam sistem

pengelolaan maupun akibat berbagai aktivitas manusia. Bukti kerusakan hutan

yang parah ditunjukan  oleh timbulya lahan kritis dalam kawasan hutan. Untuk

menghindari terjadinya kerusakan hutan bahkan timbulnya lahan kritis yang perlu

pertolongan untuk dibudidayakan sebagai hutan lindung, langkah awal yang perlu

dilakukan dengan memanfaatkan hutan sesuai fungsi. Perlu diketahui bahwa tidak

semua jenis hutan berfungsi sama. Lalu langkah selanjutnya yang perlu dilakukan

dengan menerapkan konsep budidaya hutan secara tepat sesuai dengan jenis dan

tipe hutannya.

B.     Budidaya Hutan dengan Teknik Reboisasi

Telah diketahui bagaimana hutan secara umum, yang dimaksud kawasan

hutan adalah kawasan yang berhutan maupun yang tidak berhutan dan telah

ditetapkan untuk dijadikan hutan tetap. Hutan tetap adalah hutan, baik yang sudah

ada tanamannya maupun yang akan ditanam atau tumbuh secara alami di dalam

kawasan hutan.

Menurut definisi hutan itu bukan hanya sekumpulan individu pohon, tetapi

sebagai masyarakat tumbuhan yang kompleks, terdiri atas pepohonan, semak,

tumbuhan bawah, jasad renik tanah, dan hewan. Satu sama lain saling mengikat

dalam hubungan yang bergantungan. Untuk dapat disebut sebagai hutan,

sekelompok pepohonan harus mempunyai tajuk yang cukup rapat, sehingga

merangsang pemangkasan alami dengan cara menaungi ranting dan dahan di

Page 2: Reboisasi

bagian bawah, serta menghasilkan tumpukan bahan organik (seresah) yang sudah

ternaungi maupun yang belum. Di dalam kawasan tersebut terdapat unsur-unsur

lain yang bersatu misalnya tumbuhan yang lebih kecil dan bebagai bentuk

kehidupan fauna.

Suatu lapangan yang ditumbuhi pepohonan dikatakan sebagai hutan apabila

luas minimum lapangan yang ditumbuhi pohon sekitar ¼ hektar. Hutan seluas itu

sudah dapat mencapai suatu keseimbangan persekutuan hidup yang diperlukan

sehingga mampu memberikan manfaat produksi, perlindungan, pengaturan tata

air, maupun pengaruh terhadap iklim.

Kehutanan itu dapat dikatakan sebagai ilmu, seni, dan praktik mengurus

sumber daya hutan serta mengelola sumber daya hutan secara lestari agar

bermanfaat untuk manusia (Kardi dkk., 1992:7). Jika di lihat dalam Undang-

Undang Nomor 41 Tahun 1999 dituliskan  bahwa kehutanan ialah sistem

pengurusan yang bersangkutan dengan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang

diselenggarakan secara terpadu. Pengurusan hutan bertujuan untuk memperoleh

manfaat yang sebesar-besarnya dan lestari untuk kemakmuran rakyat seperti yang

telah diberitakan bahwa terjadinya global warming dikarenakan penggundulan

hutan secara liar.

Penerapan pengurusan hutan diantaranya sebagai berikut: a) Perencanaan

kehutanan yang dimaksudkan untuk memberikan pedoman dan arah yang

menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan kehutanan. Perencanaan kehutanan

mencakup inventarisasi hutan, pengukuhan kawasan hutan, penatagunaan

kawasan hutan, pembentukan wilayah pengelolaan hutan, dan penyusunan

rencana kehutanan; b) Pengelolaan hutan yang mencakup kegiatan tata hutan dan

penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan pengunaan

kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, serta perlindungan hutan dan

konservasi alat; c) Penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, serta

penyuluhan kehutanan. Penelitian dan pengembangan kehutanan bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan pengurusan hutan dalam mewujudkan pengelolaan

hutan secara lestari dan peningkatkan nilai tambah hasil hutan. Pendidikan dan

latihan bertujuan untuk membentuk sumber daya manusia yang menguasai dan

mampu memanfaatkan serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi

Page 3: Reboisasi

dalam pengurusan hutan secara adil dan lestari. Adapun penyuluhan kehutanan

bertujuan untuk meningkatakan pengetahuan dan keterampilan serta untuk

mengubah sikap dan perilaku masyarakat agar dapat dan mampu mendukung

pembangunan kehutanan dengan kesadaran yang tinggi akan pentingnya sumber

daya hutan untuk kehidupan manusia; d) Pengawasan kehuanan yang

dimaksudkan untuk mencermati, menelusuri, dan menilai pelaksanaan pengurusan

hutan, sehingga tujuannya dapat tercapai maksimal dan sekaligus merupakan

umpan balik bagi perbaikan dan penyempurnaan pengurusan hutan dimasa

mendatang.

Dengan penerapan pengurusan hutan tersebut berkaitan erat dengan aspek

pengelolaan dan di dalamnya terdapat rangkaian kegiatan yang dilakukan

berdasarkan ilmu pengetahuan dan pengalaman untuk menjamin serta

mempertinggi pemanfaatan hutan secara lestari. Kelestarian hutan mengandung

makna yang luas karena mencakup kelestarian ekosistem hutan dan fungsinya

untuk kehidupan seluruh masyarakat, itu berarti bahwa semua komponen

pembentuk ekosistem hutan harus ada dalam kondisi yang sempurna agar fungsi

hutan menjadi sempurna. Salah satu komponen ekosistem hutan berupa

tetumbuhan yang harus didominasi oleh pepohonan. Oleh karena itu, wujud hutan

sangat bergantung kepada keberadaan komunitas tumbuhannya.

Untuk memulihkan kondisi hutan yang rusak (tidak bervegetasi sempurna)

diperlukan kegiatan rehabilitasi lahan dalam kawasan hutan. Dalam kaitannya

dengan kegiatan rehabilitasi lahan dalam kawasan hutan melalui upaya

penanaman kembali pepohonan dalam kawasan hutan. Dalam kaitannya dengan

kegatan rehabilitasi lahan hutan, diperlukan penguasaan aspek budi daya hutan

agar tujuan pembangunan hutan dapat tercapai.

1. Tipe-Tipe Hutan di Indonesia

Berdasarkan kepada proses terbentuknya hutan (suksesi hutan), maka hutan

dikelompokkan atas dua tipe, yaitu hutan alam dan hutan antropogen (Arief,

1994:53). Sedangkan berasarkan faktor iklim, edafik, dan komposisi vegetasi,

maka hutan dikelompokkan atas enam tpe, yaitu hutan hujan tropic (tropical rain

Page 4: Reboisasi

forest), huta musim (monsoon forest), hutan gambut (peat forest), hutan rawa

(swamp forest), hutan payau (mangrove forest), dan hutan pantai (littoral forest).

Hutan alam, yaitu hutan yang terjadi melalui proses suksesi secara alam.

Hutan alam ini dibagi atas dua jenis yaitu sebagai berikut: a) Hutan alam primer

merupakan hutan alam asli yang belum pernah dilakukan penebangan oleh

manusia. Hutan itu dicirikan oleh pohon-pohon tinggi yang berumur ratusan tahun

yang tumbuh dari biji. Hutan alam primer mencakup hutan perawan, hutan alam

primer tua, dan hutan alam primer muda; b) Hutan alam sekunder merupakan

hutan asli yang pernah mengalami kerusakan oleh kegiatan alam. Hutan ini

dicirikan oleh pohon-pohon yang lebih rendah dan kecil apabila dibandingkan

dengan pohon-pohon pada hutan alam primer. Akan tetapi, apabila umur pohon

sudah mencapai ratusan tahun, hutan itu akan sulit dibedakan dengan hutan alam

primer, kecuali diketahui sejarah proses suksesi yang terjadi. Hutan alam sekunder

mencakup hutan vulkanogen, hutan kebakaran alam, dan hutan penggembalaan

alam (Indriyanto, 2008:12).

Hutan antropogen merupakan hutan yang terjadi melalui proses suksesi

komunitas tumbuhan dengan campur tangan manusia . hutan tersebut mencakup

hutan trubusan, hutan tanaman, hutan penggembalaan antropogen, hutan ladang,

dan hutan kebakaran antropogen.

Hutan hujan tropik merupakan bentuk hutan klimaks utama dari hutan-hutan

di dataran rendah yang mempunyai tiga stratum (lapisan tajuk) pohon A, B, C,

atau lebih. Curah hujan di derah tersebut  2.000-4.000 mm per tahun, suhu udara

250C-260C, dan rata-rata kelembapan relative udara 80 persen. Pepohonan

tertinggi pada hutan hujan tropik dapat mencapai 40-55 meter (Arief, 1994:84). Di

hutan hujan tropik terdapat strtifikasi tajuk pohn dari berbagai spesies pohon yang

bebeda ketinggiannya. Tajuk pohon yang bersatu dan rapat ditambah dengan

adanya tumbuh-tumbuhan pemanjat yang menggantung dan menempel pada daan

pohon, misanya rotan, anggrek, dan paku-pakuan. Hal itu menyebabkan sinar

matahari tidak dapat menembus samapai ke lantai hutan. Hal itu juga

menyebabkan tidak memungkinkan semak-semak tumbuh dan berkembang,

kecuali jenis cnedawan yang suka hidup di tempat yang kurang cahaya. Ciri-ciri

khas tersebut dimilki oleh hutan hujan tropik. Di indonesia, hutan hujan tropik

Page 5: Reboisasi

terdapat di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya. Hutan

tersebut mempunyai lebih kurang 3.000 jenis pohon besar dan termasuk kedalam

450 marga atau genus (Arief, 1994:85). Berdasarkan ketinggian tempat

tumbuhnya, hutan hujan tropik dibedakan menjadi tiga zona, yaitu: a) zona 1= 0-

1.000 meter dari permukaan laut disebut hutan hujan bawah; b) zona 2 = 1.000-

3.300 meter dari permukaan laut disebut hutan hujan tengah; c) zona 3 = 3.300-

4.100 meter dari permukaan laut disebut hutan hujan atas.

Hutan musim merupakan hutan campuranyang terdapat di daerah beiklim

muson, yaitu daerah yang memiliki peredaan nyata antara musim kemarau dan

musim basah (Arief, 1994:86). Hutan musim merupakan salah satu  tipe hutan

yang terdapat pada daerah-daerah denga tipe iklim C dan D, dan rata-rata curah

hujan setahun antara 1.000 milimeter dan 2.000 milimeter (Direktorat Jenderal

Kehutanan, 1976). Di Indonesia, tiepe hutan musi terdapat di Pulau Jawa,

terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Nusa Tenggar, dan sebagian kecil

terdapat di pulau-pulau lainnya. Tegakan hutan musim didominai oleh jenis-jenis

pohon yang menggugurkan daun di musim kering. Di hutan musim terdpat dua

lapisan tajuk yang jelas berbeda, juga kaya jenis tumbuh-tumbuhan merambat

yang kayu maupun jenis herba. Berdasarkan pada ketinggian tempat tumbuhan,

hutan musim dibedakan menjadi dua zona, yaitu: a) zona 1 = 0-1.000 meter dari

permukaan laut disebut hutan musim bawah; b) zona 2 = 1.000-4.100 meter dari

permukaan laut disebut hutan hujan musim tengah dan atas.

Hutan gambut merupakan hutan yang tumbuh di atas kawasan yang

digenangi air dalam keadaan yang asam dibawah pH netral (Arief, 1994:86).

Kondisi seperti itu menyebabkan tanahnya miskin hara. Hutan itu juga menjadi

suatu ekosistem yang cukup unik karena tumbuhnya di atas tumpukan bahan

organik yang melipah dan hidupnya bergantung kepada hujan. Sering kali daerah

gambut mengalami genangan air tawar secara periodik dan mempunyai topografi

bergeombang kecil serta menciptakan bagian-bagian cekungan tergenang air

tawar. Gambut terjadi pada hutan karena pohon tumbang dan tenggelam dalam

lumpur, di dalamnya terdapat seikit oksigen sehingga jasad renik tanah sebagai

pembusuk tidak mampu melanjutkan proses pembusukan secara sempurana

terhadap bahan-bahan tanaman tersebut. Bahan-bahan yang tidak mebusuk akan

Page 6: Reboisasi

berubah menjadi gambut dan mampu mencapai ketebalan hingga 20 meter (Arief,

1994:86).

Hutan rawa terdapat di daerah-daerah yang selalu tergenang air tawar.

Umunya terletak di belakang hutan payau, itu berarti hutan rawa terletak dari arah

tepi laut sesudah hutan payau. Seperti pada hutan payau, hutan rawa dicirikan oleh

adanya tempat tumbuh yang mempunyai aerasi buruk (Arief, 1994:87). Jenis

tanah pada habitat hutan rawa dari jenis alluvial. Hutan rawa mempunyai

beberapa tingkatan tajuk dan bentuknya hampir menyerupai hutan hujan. Daerah

penyebaran hutan rawa di Indonesia meliputi Sumatra bagian timur, Kalimantan

barat, Kalimantan Tengah, dan wilayah bagian selatan Irian Jaya (Indriyanto,

2005:17).

Hutan payau merupakan suatu ekosistem yang unik dengan bermacam-

macam fungsi. Hutan payau terdapat pada daerah pantai yang selalu dan secara

teratur tergenang air laut, dipengaruhi oleh pasang surut air laut, dan tidak

terpengaruh oleh iklim. Kondisi tanah di hutan payau berupa tanah lumpur, pasir,

atau lumpur berpasir. Pada hutan payau terdapat campuran air tawar dari sungai

dengan air laut. Jika tidak terdapat ombak besar di tepi pantai, maka daerah

tersebut akan terbentuk huta payau karena salah satu syarat terbentuknya hutan

payau adalah ombak yang tergenang (Arief, 1994:89).

Hutan pantai terdapat di daerah kering di tepi pantai. Hutan tersebut tidak

terpengaruh oleh iklim, pada daerah dengan kondisi tanah berpasir dan berbatu-

batu, serta terletak di atas garis pasang tertinggi. Hutan pantai biasanya tidak lebar

terdapat di pantai yang agak tinggi dan kering. Daerah tersebut jarang digenangi

air laut. Akan tetapi, sering terjadi angin kencang dengan hembusan garam.

2. Peranan Budidaya Hutan Dalam Kehidupan

Budi daya hutan berkaitan erat dengan kontrol terhadap proses pembentukan

tegakan hutan, pertumbuhan pohon, komposisi jenis tumbuhan, dan kualitas

tegakan hutan atau vegetasi (Baker dkk., 1979:56). Pengetahuan tentang sifat-sifat

hutan dan pohon hutan, seperti bagaimana mereka tumbuh, bereproduksi, dan

berkaitan terhadap perubahan lingkungan, dipelajari dalam bidang kehutanan yang

disebut dengan silvika. Silvika merupakan dasar bidang ilmu budaya pohon

Page 7: Reboisasi

karena budi daya pohon mengandung aspek-aspek penerapan metode penanganan

hutan berdasarkan pandangan teori silvika yang dimodifikasi sesuai dengan

keadaan dan tujuan pengelolaan hutan. Silvika membicarakan hokum-hukum

pertumbuhan dan perkembangan dari setiap pohon dalam hutan sebagai suatu

kesatuan biologis. Di dalam budidaya hutan, keterangan yang diperoleh dari

silvika digunakan untuk memproduksi hutan. Selain itu, prinsip-prinsip dan

prosedur teknis dikembangkan untuk melakukan pemeliharaan dan pemudaan

hutan secara ilmiah.

Untuk dapat menguasai seni menghasilkan hutan, tidak cukup hanya

mengetahui prinsip dan cara teknis budi daya pohon secara terinci untuk semua

jenis kayu yang berharga dan juga tipe-tipe hutannya. Karena ada ribuan jenis

kayu yang tumbuh di hutan Indonesia dan belum semua diketahui mengenai

syarat tumbuh maupun aspek budi daya lainnya.

Pengendalian dan kontrol terhadap struktur tegakan hutan menghendaki

kaidah-kaidah yang memadukan pengetahuan biologi, pengelolaan, dan ekonomi.

Kaidah tersebut harus sesuai dengan kerangka yang dapat diterima oleh

masyarakat karena tidak ada sesuatu yang benar-benar merupakan system budi

daya pohon yang baik pada saat itu pula tidak mengandung pengertian

pengelolaan dan nilai sosial yang baik.

Konsep dasar budi daya pohon adalah bahwa pemilihan perlakuan

silvikultur yang tepat, baik pada hutan alam maupun pada hutan tanaman,

bergantung pada tingkat control interaksi genotip lingkungan terhadap

perkembangan fisiologis tegakan (Indriyanto, 2008:19).

2. Peranan Daerah Aliran Sungai pada Tanaman Hutan

Penutupan vegetasi disuatu wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai) berkaitan

erat dengan masalah konservasi tanah dan air. Dalam hal ini, hutan sebagai salah

satu penyangga utama dalam sistem DAS (Indriyanto, 2008:92). Oleh karena itu,

tindakan mengelola hutan secara baik juga merupakan upaya konservasi tanah dan

konservasi air. Perusakan hutan dan vegetasi lainnya, terjadinya erosi tanah,

timbulnya lahan kritis, berkurangnya persediaan air tanah, dan menurunnya

produktivitas lahan merupakan masalah alam yang saling berkaitan. Umumnya

Page 8: Reboisasi

hal itu terjadi karena aktivitas manusia dalam mengeksploitasi sumber daya hutan

dan sumber daya pertanian tanpa memelihara kelestariannya.

Perlu disadari, bahwa bertambahnya penduduk di muka bumi dan

meningkatnya standar kehidupan manusia menyebabkan meningkatkan pula

kebutuhannya. Secara otomatis, aktivitas manusia dalam mengeksploitasi sumber

daya alam, termasuk sumber daya hutan dan sumber daya pertanian, juga terus

meningkat. Aktivitas manusia seperti itu jika tidak dibarengi dengan usaha

rehabilitasi lahan hutan dan lahan pertanian, maka keberadaan sumber daya

tersebut tidak akan lestari, hal itu berarti bahwa  kerusakanlah yang senantiasa

terjadi. Menghadapi masalah seperti diatas hanya akan terselesaikan dengan cara

mempertahankan keseimbangan alam yang masih utuh. Tanpa upaya rehabilitasi

lahan dan kesadaran mempertahankan keseimbangan alam, maka besar atau kecil

kerusakan akan terus terjadi.

Segala bentuk kerusakan vegetasi pelindung tanah dalam suatu wilayah

DAS, baik dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan harus diperbaiki

melalui kegiatan reboisasi dan penghijauan. Kegiatan reboisasi dan penghijauan

harus dilakukan secara sungguh–sungguh untuk menanggulangi dan memperbaiki

hutan yang gundul, serta lahan–lahan kritis di luar kawasan hutan.

4. Reboisasi pada Hutan yang Gundul

Ditinjau dari aspek rehabilitasi atau pemulihan lahan kritis, arti reboisasi

dan penghijauan hampir sama. Perbedaan arti kedua istilah tersebut pada sasaran

lokasi dan kesesuaian jenis tanaman yang ditanam pada masing–masing lokasi

kegiatan.

Reboisasi merupakan kegiatan penghutanan kembali kawasan hutan bekas

tebangan maupun lahan–lahan kosong yang terdapat di dalam kawasan hutan

(Manan, 1978:10). Reboisasi meliputi kegiatan pemudaan pohon, penanaman

dengan jenis pohon lainnya di area hutan Negara dan area lain sesuai rencana tata

guna lahan yang diperuntukkan sebagai hutan. Dengan demikian, membangun

hutan baru pada area bekas tebang habis, bekas tebang pilih, atau pada lahan

kosong lain yang terdapat di dalam kawasan hutan termasuk reboisasi (Kadri dkk.,

1992:129).

Page 9: Reboisasi

Penghijauan merupakan kegiatan penanaman pada lahan kosong di luar

kawasan hutan, terutama pada tanah milik rakyat dengan tanaman keras, misalnya

jenis-jenis pohon hutan, pohon buah, tanaman perkebunan, tanaman penguat teras,

tanaman pupuk hijau, dan rumput pakan ternak. Tujuan penanaman penanaman

agar lahan tersebut dapat dipulihkan, dipertahankan dan ditingkatkan kembali

kesuburannya (Manan, 1986:11). Menurut Kardi dkk. (1992:136) upaya yang

termasuk dalam rangkaian kegiatan penghijauan, yang sudah disebutkan berupa

pembuatan bangunan pencegah erosi tanah, misalnya pembuatan sengkedan

(teras) dan bendungan (check dam) yang dilakukan pada area di luar kawasan

hutan.

5. Tujuan Reboisasi Dan Penghijauan pada Hutan

Hutan harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat,

tanpa mengubah kaidah-kaidah yang ada. Oleh karena itu, selain memanfaatkan

hasil hutan untuk pembangunan, perlu juga memberikan perhatian secara penuh

untuk upaya pembelajaran tegakan hutan agar potensi hutan dan fungsinya dapat

dimanfaatkan sepanjang masa.

Adapun kegiatanreboisasi dalam rangka pembangunan hutan tanaman

industry dilaksanakan pada wilayah hutan produksi, baik di dalam maupun di luar

area hak pengusahaan hutan (HPH). Menurut Mangundikoro dan Arisman

(1986:5) tujuan utama reboisasi yaitu untuk menjamin penyediaan bahan baku

industry hasil hutan nberupa kayu konstruksi, pulp, rayon, kertas, kayu energi, dan

kayu mewah. Tujuan pemanfaatan area hutan tersebut untk pembangunan hutan

tanaman industry dalam rangka meningkatkan potensi tegaka, meningkatkan

produktivitas hutan, seta memenuhi bahan baku kayu yang dibutuhkan oleh

industry perkayuan. Egiatan reboisasi dengan tujuan tersebut dilakukan melalui

penerapan budidaya utan secara intensif, mencakup penggunaan jenis pohon

unggul, melakukan pengolahan tanah secara baik dan hati-hati, dan pemeliharaan

tanaman secara teratur.

Reboisasi dan penghijauan memiliki tujuan uatama antara lain sebagai

berikut: a.) untuk membangu usaha ekonomi yaitu pembangunan diarahakan pada

pola hutan industry atau hutan tanaman industry yang diharapkan dapat menyuplai

Page 10: Reboisasi

bahan baku industry perkayuan yang dibangun dekat lokasi pembangunan hutan

yang bersangkutan: b.) Untuk memperbaiki kondisi hidro-orologi suatu wilayah

yaitu penanaman pohon bertujuan untuk mencegah terjadinya banjir, erosi, tanah

longsor, serta melestarikan sumber daya air; c.) untuk memperbaiki dan

mempertahankan kesuburan tanah yaitu dalam rangka pengembalian unsur hara ke

tempat tumbuh secara baik dari produk serasah hutan, serta tajuk pohon yang

selalu hijau disertai produk seresah yang banyak membuat tanah hutan tidak

mudah rusak akibat kekuatan proses hidrologi dalam hutan; d.)Untuk menjaga

kelestarian suatu jenis pohon yaitu merencanakan dengan baik dalam rangka

menjaga kelestarian suatu jenis pohon yang termasuk lanka atau terancam punah.

Hal itu dikarenakan pengadaan bahan tanaman untuk pengembangan jenis langka

pada umumnya mengalami kesulitan.

Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan reboisasi agar digalakan dalam

kawasan hutan konservasi dengan melakukan pengembangan jenis-jenis pohon

setempat sebagai upaya konservasi jenis pohon secara in situ, serta

mengembangkan jenis pohon langka yang ada di dalam kawasan hutan produksi

untuk itu menunjang pengadaan bahan tanaman terhadap jenis pohon langka

sangat diperlukan upaya membangun bank klon atau kebun benih.

6. Contoh Perhitungan Biaya Reboisasi

Pada Luasan 1 Hektar Lahan Pola Tanam 2x2m ( 2500 Pohon) 

a.Penjarangan

Estimasi 0, 5 m3/ pohon di usia 3-4 tahun x 1250 pohon = 625 m3

Hitungan : 625 m3 x Rp. 1.000.000, - ( diameter 30-39 cm) : Rp. 625.000.000, -

b.Pemanenan akhir

Estimasi 0, 75 m3/ pohon di usia 5 tahun x 1250 pohon = 937, 5 m3

Hitungan : 937, 5 m3 x Rp. 1.100.000, - ( diameter 40-49 cm) : Rp.

1.031.250.000, -

c.Biaya Operasional Panen : 

Biaya tebang Rp.150.000, -/ m3 x 1562.5 m3 : Rp. 234.375.000, -

Page 11: Reboisasi

Biaya transport Log kayu dari kebun Rp. 50.000, -/ m3 x 1562.5 m3 : Rp.

78.125.000, -

Biaya transport Log kayu ke Pabrik Rp.100.000, -/ m3 x 1562.5 m3 : Rp.

156.250.000, -

Zakat/ Infak 2, 5% : Rp. 41.406.250, -

Retribusi ( surat jalan dari pemerintah setempat) : Rp. 16.562.500, -

JUMLAH : Rp. 526.718.750, -

d.Keuntungan Penerimaan ( penjarangan+ Panen akhir) : Rp. 1.656.250.000,

Jumlah Keuntungan Bersih : Rp. 1.129.531.250, -

7. Peraturan Terkait Reboisasi

Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.52/Menhut-

II/2014 Tentang Tata Cara Pengenaan, Pemungutan Dan Penyetoran Provisi

Sumber Daya Hutan, Dana Reboisasi, Penggantian Nilai Tegakan Dan Ganti Rugi

Tegakan

Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) adalah pungutan yang dikenakan

sebagai pengganti nilai intrinsik dari hasil hutan yang dipungut dari hutan negara

= = Harga Patokan x Tarif x Volume

Contoh Harga Patokan Jenis Jabon untuk Jambi Rp. 504.000,-

   Tarif       : 10%

Volume  : 100 m3

Maka PSDH yang mesti di bayar adalah : Rp. 504.000,- x 10% x 100 = Rp.

5.040.000,-

Dana Reboisasi (DR) merupakan dana untuk reboisasi dan rehabilitasi hutan

serta kegiatan pendukungnya yang dipungut dari pemegang izin pemanfaatan hasil

hutan yang berupa kayu = Tarif x Volume

Contoh Tarif Jenis Jaboni untuk Jambi 13,50 USD,-

Volume  : 100 m3

Maka DR yang mesti di bayar adalah : 13,50 USD,- x 100 = Rp. 1.350 USD,-

Penggantian Nilai Tegakan (PNT) adalah salah satu kewajiban selain PSDH

DR yang harus dibayar kepada negara akibat dari izin pemanfaatan kayu,

Page 12: Reboisasi

penggunaan kawasan hutan melalui izin  pinjam pakai, dan areal kawasan hutan

yang telah dilepas dan dibebani HGU yang masih terdapat hasil hutan kayu dari

pohon yang tumbuh secara alami termasuk pada lahan milik/dikuasai sebelum

terbitnya alas titel, dan kegiatan lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan. 

Perhitungannya PNT = (Tarif x Harga Patokan  x Volume

Contoh dari PSDH DR diatas :

maka PNT =  100% x Rp.504.000  x 100 m3

=Rp.504.000  x 100 m3

=Rp.50.400.000,-

C.    Penutup

Hutan merupakan kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber

daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam

lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan

memiliki berbagai tipe antara lain: Hutan alam, Hutan Antropogen, Hutan hujan

tropik, Hutan musim, Hutan gambut, Hutan rawa, Hutan payau, Hutan pantai.

Peranan budidaya kehutanan dalam kehutanan adalah untuk mengendalikan dan

mengontrol terhadap struktur tegakan hutan menurut aturan atau kaidah yang

menyatukan pengetahuan biologi, pengelolaan, dan ekonomi. Dengan kerusakan

hutan di Indonesia yang begitu memprihatinkan, yang harus dilakukan untuk

mengembalikan fungsi hutan adalah penghijauan kembali dan reboisasi. Reboisasi

dan penghijauan memiliki tujuan yaitu untuk membangun usaha ekonomi, untuk

memperbaiki kondisi hidro-orologi suatu wilayah, untuk memperbaii dan

menjaga kesuburan tanah dan untuk menjaga kelestarian suatu jenis pohon.

 

Daftar Pustaka

Arief, A.1994. Hutan: Hakikat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan.

Jakarta: Penerbit Yayasan Obor Indonesia.

Baker, F. S.,T. W. Daniel, dan J. A. Helms. 1979. Principles of Silviculture.

New York: McGraw-Hill Inc. Book Co.

Page 13: Reboisasi

Indriyanto. 2005. Ekologi Hutan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Indriyanto. 2008. Pengantar Budidaya Hutan. Jakarta: Bumi Askara.

Kardi, W. dkk.1992. Manual Kehutanan. Jakarta: Departemen Kehutanan

Republik Indonesia.

Manan, S. 1978. Masalah Pembinaan Kelestarian Ekosistem Hutan. Bogor:

Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Mangundikoro, A dan H. Arisman. 1986. Pemilihan jenis Pohon Hutan

Tanaman Industri. Sekertariat pengendalian Pembangunan Hutan Tanaman

Industri. Departemen Kehutanan. Jakarta: Prosiding Pembangunan Hutan

Tanaman Industri bulan April 1986.