33
Laporan Kasus Non Psikotik Gangguan Anxietas YTT (F41.9) dan Episode Depresi Ringan (F32.0) IDENTITAS PASIEN Nama : Tn.M Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 37 tahun Status Perkawinan : sudah menikah Agama : Islam Alamat : Limbung Pendidikan Terakhir : SD Pekerjaan : Nelayan Datang ke Poli Jiwa : 15 Februari 2012 LAPORAN PSIKIATRI Riwayat Psikiatri diperoleh dari autoanamnesis pasien yang dilakukan pada tanggal 15 Februari 2012 di ruangan Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Khusus Dadi Makassar. I. RIWAYAT PENYAKIT 1

refarat CPZ

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: refarat CPZ

Laporan Kasus Non Psikotik

Gangguan Anxietas YTT (F41.9) dan Episode Depresi Ringan (F32.0)

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.M

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 37 tahun

Status Perkawinan : sudah menikah

Agama : Islam

Alamat : Limbung

Pendidikan Terakhir : SD

Pekerjaan : Nelayan

Datang ke Poli Jiwa : 15 Februari 2012

LAPORAN PSIKIATRI

Riwayat Psikiatri diperoleh dari autoanamnesis pasien yang dilakukan pada

tanggal 15 Februari 2012 di ruangan Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Khusus Dadi

Makassar.

I. RIWAYAT PENYAKIT

a. Keluhan Utama : Perasaan cemas selama 2 bulan

b. Riwayat Gangguan Sekarang

Keluhan dan Gejala

1

Page 2: refarat CPZ

Pasien merasa cemas disertai jantung berdebar, rasa tajut mati, keringat

dingin, pusing, tremor, kadang bersendawa, dan susah tidur (sudah

memulai tidur dan bila sudah tertidur, pesiensering terbangun kaget da

sesudah itu pasien tidak dapat tertidur kembali) dimulai sejak 2 bukan

yang lalu. Perasaan tersebut di atas muncul apabila pasien berpikir

tentang kerugian usahanya (hasil jualan ikan kurang)dan beban biaya

keluarga yang harus ditanggung. Pasien merasa cepat lelah dan mudah

pusing. Bila beraktivitas (jemur ikan) konsentrasi pasien menurun.

Pasien merasa pesimis /putus asa dengan penyakitnya. Nafsu makan

pasien baik.

Hendaya/ Disfungsi

Hendaya sosial(-)

Hendaya pekerjaan(+)

Hendaya penggunaan waktu senggang(-)

Faktor stressor psikososial

Kerugian usahanya dan beban ekonomi yang harus ditanggung

Riwayat gangguan sebelumnya

Trauma(+)pernah dilempar batu di kepala, pingsan(-)

Infeksi(-)

Kejang(-)

NAPSA : Narkotik(-),Rokok(+)1bks/hari, Alkohol(+)5 tahun lalu

c. Riwayat Gangguan Sebelumnya (Penyakit Dahulu)

Ada riwayat trauma, tidak ada demam tinggi dan kejang, serta tidak

ada riwayat keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Tidak ada

riwayat penggunaan zat psikoaktif, pasien pernah merokok, pasien

punya riwayat mengkonsumsi alkohol.

d. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat prenatal dan perinatal

Pasien lahir di Kolaka, 24 Oktober 1974. Pasien lahir normal,

cukup bulan dan dibantu dukun.

2

Page 3: refarat CPZ

2. Riwayat masa kanak awal (usia 3-4 tahun)

Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama dengan anak

sebayanya. Riwayat kejang tidak ada.

3. Riwayat masa kanak pertengahan (usia 4-11 tahun)

Prestasi pasien di sekolah cukup baik. Pasien dikenal sebagai anak

yang ceria dan rajin ke sekolah.

4. Riwayat masa kanak akhir dan remaja (12-18 tahun)

Pasien setamat SD tidak lagi melanjutkan sekolahnya.

5. Riwayat masa dewasa

Pasien dikenal sebagai orang ayng ramah dan punya banyak teman.

Pasien memeluk agama Islam.

6. Riwayat pernikahan

Pasien telah menikah dan mempunyai 4 orang anak (♂,♂,♂,♀).

Hubuangan pasien dan keluarga baik.

7. Riwayat pekerjaan

8. Riwayat kehidupan keluarga

Pasien merupakan anak ke-2 dari 5 bersaudara (♀,(♂ ),♀,♀, ♂).

e. Situasi Hidup Sekarang

Saat ini pasien tinggal serumah dengan istri dan anak-anaknya beserta

menantunya.Semua biaya ditanggung pasien. Hubungan pasien dengan

mereka baik.

f. Persepsi Pasien Tentang Dirinya Dan Kehidupannya

Pasien ingin kembali sehat seperti sebelumnya agar dapat bekerja

dengan maksimal lagi, karena menurut pasien penyakitnya

mengganggu kinerja kerja pasien.

3

Page 4: refarat CPZ

AUTOANAMNESIS

DM : Selamat siang pak

P : Selamat siang dok

DM : Perkenalkan nama saya Ivon, saya dokter muda yang bertugas disini.

Siapa nama ta pak?

P : Mustamin dok

DM : Bapak datang ke sini dengan siapa pak?

P :Saya datang dengan istri saya dok

DM : Berapa umur ta pak?

P : 37 tahun

DM : Apa pekerjaan ta pak?

P : Saya jual ikan

DM : Apa alasan ta datang ke sini pak?

P : Selalu ka cemas dan ketakutan

DM : Takut kenapa pak?

P : Kalo kudengar mi berita-berita jelek mulai ma pikirkan ki itu, menghayal

baru keringat dingin, nda enak juga perutku.

DM : Kenapa perut ta pak? Sakit?

P : Kembung ki, baru selalu ka sendawa kalo lagi sendiri ka

DM : Kalo lagi sama orang tidak bersendawa kah bapaknya?

P : Jarang, kalo bicara ka sama orang lain ato lagi rame-rame nda sendawa ji

DM : Kita pernah sakit maag atau ada sakit maag ta?

4

Page 5: refarat CPZ

P : Nda ada ji

DM : Apa lagi yang kita rasa berubah?

P : Se rasa jadi lebih cepat ka emosi, nda sabaran, kayak kalo antri jadi

jengkel ka, baru kalo main game sama anakku kalo kalah mi jengkel ma

baru malas ma main.

DM : Bagaimana tidur ta pak?

P : Susah tidur, nda nyenyak

DM : Susah ki mulai tidur ato sering ki terbangun kaget saat sudah tertidur?

P : Susah ka pejamkan mataku, kadang nda bisa tidur sama sekali, kadang

juga terbangun kaget tiap stenga jam begitu

DM : Habis terbangun begitu bapak bisa tidur kembali?

P : Sudah mi tidur kembali

DM : Apa yang bikin bapak susah tidur? Apakah ada yang bapak pikirkan?

P : Itu mi suka kupikir itu berita-berita jelek, kupikir juga tentang sakitku,

napa nda sembuh-sembuh, tambah hari tambah parah, takut ka mati.

DM : Pernahki dengar suara-suara ato liat bayang-bayangan begitu pak?

P : Nda pernah

DM : Kalo boleh tau bagaimana keadaan ekonominya bapak? Ada pinjaman?

P : Baik-baik ji, ada pinjaman tapi nda seberapa ji, nda didesakji juga bayar

DM : Bapak sekarang tinggal sama siapa?

P : Sama istri, anak-anak, dan cucuku

DM : Jadi anak ta sudah menikah dan punya anak? Siapa yang tanggung biaya

hidupnya?

5

Page 6: refarat CPZ

P : Io, anak tertuaku sudah kawinmi baru belumpi kerja jadi saya yang

tanggung semua

DM : Oo, jadi itu ya yang membebani pikirannya bapak?

P : Io, sama penyakitku mi yang nda sembuh-sembuh

DM : Apa bapak pernah merasa pesimis ato putus asa terhadap penyakitnya

bapak?

P : Io, biasa sa pikir nda ada harapanmi, baru ada lagi kudengar teman cerita

kalo dia juga begini sudah 2 tahunmi dan nda sembuh-sembuh, jadi sa

tambah takutmi

DM : Kalo boleh tau, siapa yang sarankan bapak ke poli jiwa?

P : Itu temanku mi yang ada pengalamannya begini, dan dokter di Kolaka

juga sarankan saya ke poli jiwa

DM : Ohh begitu yah pak. Ngomong-ngomong bapak masih ingat siapa nama

saya ?

P : Ingat dok, ivon toh.

DM : Iya pak,kalau begitu terima kasih atas informasi dan waktunya. Rajin

minum obat yah pak.

P : Iye, sama sama dok

II. STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1) Penampilan : Tampak seorang laki-laki wajah sesuai umur,

penampilan cukup rapih, memakai baju kaos berwarna abu-abu

dan celana pendek berwarna hitam, postur tubuh agak kurus, cara

berjalan biasa.

6

Page 7: refarat CPZ

2) Kesadaran : Baik

3) Perilaku dan Aktivitas Motorik : Saat wawancara pasien

duduk tenang

4) Pembicaraan : Lancar dan spontan, intonasi biasa

5) Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif

B. Keadaan Afektif

1) Mood : Kurang semangat

2) Afek : Cemas

3) Empati : Dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual

1) Taraf Pendidikan, Pengetahuan Umum dan Kecerdasan :

Sesuai taraf pendidikan

2) Daya Konsentrasi : Kurang

3) Data Ingat : Cukup

4) Orientasi (waktu, tempat, orang) : Baik

5) Pikiran Abstrak : Cukup

6) Bakat Kreatif : Tidak ditemukan

7) Kemampuan Menolong Diri Sendiri : Cukup

D. Gangguan Persepsi

1) Halusinasi : Tidak ada

2) Ilusi : Tidak ada

3) Dpersonalisasi : Tidak ada

4) Derealisasi : Tidak ada

E. Proses Berfikir

1) Arus Pikiran

a) Produktifitas : Cukup

b) Kontinuitas : Relevan dan Koheren

c) Hendaya Berbahasa : Tidak ada

2) Isi Pikiran

a) Preokupasi : Memikirkan kerugian usaha

dan beban ekonomi

7

Page 8: refarat CPZ

b) Gangguan Isi Pikir : Tidak ada

F. Pengendalian Impuls : Cukup

G. Daya Nilai

1) Norma Sosial : Baik

2) Uji Daya Nilai : Baik

3) Penilaian Realitas : Baik

H. Tilikan (Insight)

Derajat VI (Menyadari bahwa dirinya sakit dan perlu mendapatkan

pengobatan)

I. Taraf dapat dipercaya :

Dapat dipercaya

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT

Pemeriksaan Fisik:

Status Internus

Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, kuat angkat, suhu tubuh

36,6oC, pernapasan : 20x/menit, konjungtiva anemic(-), sclera tidak

ikterus, cor dalam batas normal, pulmo ronchi(-/-), wheezing(-/-),

ekstremitas atas dan ekstremitas bawah tidak ada kelainan.

Status Neurologis

Gajala rangsang selaput otak : kaku kuduk(-), Kernig’s sign(-), pupil

bulat isokor 2mm, reflek cahaya (+/+), fungsi motorik dan sensorik,

dalam batas normal dan tidak ditemukan refleks patologis.

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Seorang laki-laki berusia 37 tahun datang ke poliklinik jiwa dengan

keluhan selalu cemas disertai jantung berdebar, rasa takut mati, keringat

dingin, pusing, kadang bersendawa dan susah tidur sejak 2 bulan yang

lalu. Pasien susah memulai tidur dan bila tertidur pasien sering terbangun

kaget dan setelah itu tidak bisa tertidur kembali. Perasaan cemas di atas

8

Page 9: refarat CPZ

muncul apabila pasien memikirkan kerugian usahanya, pasien merasa

cepat lelah dan mudah pusing, pasien merasa putus asa dengan

penyakitnya. Pada status mental didapatkan kesadaraan baik, perilaku dan

aktivitas psikomotor tenang. Pembicaraan spontan, lancar, dan intonasi

biasa. Pengetahuan umum dan kecerdasan sesuai tingkat pendidikannya.

Daya konsentrasi kurang, orientasi dan daya ingat cukup. Produktifitas

cukup, kontinuitas relevan dan koheren, pengendalian impuls cukup.

Tilikan berupa (Insight derajat 6).

V. FORMULASI DIAGNOSIS

Aksis I : Dari autoanamnesis dan pemeriksaan status mental ditemukan

adanya keluhan susah tidur, cemas disertai jantung berdebar-

debar,pusing/oleng dan loyo, keringat dingin, sering bersendawa, dan rasa

takut mati/ pesimis sehingga menimbulkan penderitaan(distress) bagi

pasien sehingga dapat dikategorikan sebagai gangguan jiwa. Dari

pemeriksaan status mental tidak didapatkan adanya hendaya berat seperti

halusinasi dan waham sehingga dikategorikan sebagai gangguan jiwa

non-psikotik. Dari status internus dan neurologis tidak ditemukan

kelainan sehingga kelainan mental organik dapat disingkirkan.

Dari autoanamnesis didapatkan gejala-gejala seperti kecemasan,

sakit kepala, pusing, jantung berdebar-debar, keringat dingin, kembung,

sendawa yang mengarah ke anxietas.Selain itu, pada pasien ini juga

didapatkan gejala berupa kurang kegembiraan, mudah lelah disertai

adanya gejala tambahna berupa konsentrasi berkurang, pesimis dan tidur

terganggu yang berlangsung selama 2 bulan yang mengarah kepada

depresi ringan sehingga, berdasarkan PPDGJ III di diagnosis Gangguan

Anxietas YTT (F41.9) dan Episode Depresi Ringan (F32.0)

Aksis II : Ciri kepribadian tidak khas

Aksis III : Tidak ada

Aksis IV : Masalah usahanya dan beban ekonomi yang ahrus

ditanggungnya

9

Page 10: refarat CPZ

Aksis V : GAF scale pasien saat ini adalah 71-60 berupa gejala

ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih

baik.

VI. DAFTAR PROBLEM

1) Organobiologik : Diduga terdapat ketidakseimbangan

neurotransmitter, maka pasien memerlukan psikofarmakologi.

2) Psikologik : Ditemukan hendaya ringan dalam fungsi sosial

sehingga pasien memerlukan psikoterapi untuk menghilangkan

gangguan ansietas dan depresi ringan.

3) Sosiologik : Ditemukan hendaya ringan dalam pekerjaan maka

pasien membutuhkan sosioterapi.

VII. PROGNOSIS

Prognosis pasien ini adalah baik. Adapun faktor pendukung maupun faktor

penghambat adalah sebagai berikut.

Faktor Pendukung:

Tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga

Faktor stressor yang jelas berupa masalah usahanya dan beban

ekonomi yang harus ditanggungnya

Sudah menikah

Support keluarga baik

Pasien mau berobat

Faktor Penghambat:

Faktor ekonomi yang kurang mendukung

VIII. PEMBAHASAN TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan PPDGJ III, untuk mendiagnosis gangguan anxietas terdapat

ketentuan gejala utama yang mencakup unsur-unsur berikut:

a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung

tanduk, sulit konsentrasi, dsb)

10

Page 11: refarat CPZ

b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat

santai)

c. Overaktifitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung

berdebar-debar, sesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut

kering, dsb)

Untuk mendiagnosis episode depresif ringan, terdapat ketentuan sebagai

berikut:

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti:

- Afek depresif

- Kehilangan minat dan kegembiraan

- Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah

lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan

menurunnya aktifitas

Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya yaitu:

- Konsentrasi dan perhatian berkurang

- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

- Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

- Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

- Tidur tergangggu

- Nafsu makan berkurang

Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya

Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2

minggu

Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa

dilakukannya

11

Page 12: refarat CPZ

IX. RENCANA TERAPI

a. Farmakoterapi

Alprazolam 0.5mg 0-1-1

Courage 20mg 1-0-0

b. Psikoterapi: sportif

1. Ventilasi: memberikan kesempatan kepada pasien untuk

mengungkapkan perasaan dan keluhannya sehingga pasien merasa

lega

2. Konseling: memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien

sehingga dapat membantu pasien dalam memahami penyakitnya

dan bagaimana cara menghadapinya

c. Sosioterapi: memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien,

dan orang-orang di sekitarnya sehingga mereka dapat memberikan

dukungan moral dan menciptakan lingkungan yang kondusif agar

dapat membantu proses penyembuhan

X. FOLLOW UP

Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit seperti

menilai efektifitas obat yang diberikan serta kemungkinan efek samping

obat yang diberikan.

12

Page 13: refarat CPZ

BAB I

PENDAHULUAN

Ada banyak antipsikotik yang dikenal di masyarakat dan di kalangan

kedokteran. Antipsikotik digunakan untuk mengatasi gejala akibat gangguan

mental yang beral seperti pada pasien skizofrenia, gangguan delusional, gangguan

afektif berat, dan gangguan psikotik organik.1 Antipsikotik sendiri terbagi menjadi

2 macam, yaitu antipsikotik tipikal dan atipikal. Obat antipsikotik tipikal yang

banyak digunakan salah satunya adalah Chlorpromazine.3,7

Chlorpromazine merupakan antipsikotik tipikal dari golongan

phenothiazine. Chlorpromazine atau yang sering disingkat dengan CPZ dalam

penggunaan klinisnya telah digambarkan sebagai kemajuan terbesar dalam

perawatan kejiwaan, secara dramatis meningkatkan prognosis pasien di rumah

sakit jiwa di seluruh dunia. Ketersediaan obat antipsikotik dibatasi penggunaan

sembarangan terapi electroconvulsive dan psychosurgery juga gerakan

deinstitutionalization.1,7

Chlorpromazine merupakan antipsikotik tipikal pertama, sehingga banyak

ditemukan berbagai efek samping selama pemakaian obat ini. Sehingga, dalam

beberapa tahun terakhir. CPZ sebagian besar telah digantikan oleh obat yang lebih

baru yaitu antipsikotik atipikal, yang biasanya tertoleransi secara lebih baik, dan

penggunaannya sekarang terbatas pada indikasi yang lebih sedikit. Pada pasien

akut, CPZ sering diberikan dalam bentuk sirup karena memiliki onset lebih cepat.2

Chlorpromazine berasal dari golongan fenotiazin, yaitu pada rantai aliphatic yang

khas untuk antipsikotik potensi rendah. Obat ini memiliki mekanisme kerja yang

memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak,khususnya di

sistem limbic dan sistem ekstrapiramidal ( dopamine D2 reseptor antagonist )

sehingga efektif untuk gejala positif skizoprenia. 4

13

Page 14: refarat CPZ

Chlorpromazine diklasifikasikan sebagai antipsikotik tipikal potensi

rendah dan dulu digunakan dalam pengobatan psikosis akut dan kronis, termasuk

schizophrenia dan fase manik dari gangguan bipolar serta psikosis yang terinduksi

amfetamin. Antipsikotik potensi rendah memiliki efek samping yang lebih

antikolinergik seperti mulut kering, sedasi dan konstipasi, dan pada tingkat yang

lebih rendah efek samping ekstrapiramidal, sementara antipsikotik potensi tinggi (

seperti haloperidol ) memiliki profil reverse. CPZ juga telah digunakan pada

pasien dengan porfiria dan sebagai bagian dari pengobatan tetanus. CPZ masih

direkomendasikan untuk pengobatan jangka pendek untuk pasien dengan

kecemasan berat dan episode agresif. CPZ juga dapat diberikan pada pasien

dengan cegukan terus menerus, mual atau muntah yang berat dan preanestesi.6

Chlorpromazine secara perlahan diserap dari tempat suntikan

intramuskular dengan konsentrasi plasma puncak terjadi 6-24 jam setelah

pemberian obat. Waktu paruh eleminasi dari CPZ adalah 16-30 jam ( 8-35 jam,

ada juga yang terjadi selama 2jam sampai 60 jam sesuai dengan individunya ), hal

ini dikarenakan oleh lipofilisitas yang tinggi, pengikatan pada membran, dan

pengikatan protein yang tinggi. CPZ bekerja pada berbagai reseptor di sistem

saraf pusat, memproduksi antikolinergik, antidopaminergik, antihistamin, dan

efek antiadrenergik yang lemah. Sifat antikolinergik obat ini menyebabkan

sembelit, sedasi, dan hipotensi, dan membantu meredakan rasa mual.

Antidopaminergik dapat menyebabkan gejala ekstrapiramidal seperti akatisia

( gelisah alias ‘shuffle Largactil’ di mana pasien berjalan hampir terus-menerus,

juga terjadi kelainan pada gaya jalannya yaitu pasien mengambil langkah-langkah

menyeret kecil ) dan distonia. Berbagai efek samping lain juga dapat ditemukan

pada penggunaan obat ini, sehingga pemakaiannya harus sangat diperhatikan.7

BAB II

14

Page 15: refarat CPZ

EFEK SAMPING CHLORPROMAZINE

Chlorpromazine bekerja pada berbagai reseptor di sistem saraf pusat,

memproduksi antikolinergik, antidopaminergik, antihistamin, dan efek

antiadrenergik yang lemah. Kesemua sifat ini menimbulkan banyak efek samping

selama pemakaian CPZ. Beberapa efek merugikan dari CPZ mungkin lebih sering

terjadi, atau terjadi dengan intensitas yang lebih besar, pada pasien dengan

masalah medis khusus, misalnya, pasien dengan insufisiensi mitral atau

pheochromocytoma telah mengalami hipotensi berat berikut dosis yang

dianjurkan. Mengantuk, biasanya ringan sampai sedang, dapat terjadi, terutama

selama minggu pertama atau kedua, setelah itu umumnya menghilang. Jika

bermasalah, dosis dapat diturunkan.2

Efek samping yang diakibatkan terdapat pada berbagai keadaan :

1. Sistem Susunan Saraf Pusat

1. Reaksi Ekstrapiramidal

Distonia

Gejala distonia, kontraksi abnormal berkepanjangan kelompok otot,

dapat terjadi pada individu yang rentat selama beberapa hari pertama

pengobatan. Gejala distonia meliputi : spasme otot leher, kadang-kadang

berkembang menjadi sesak tenggorokan, kesulitan menelan, kesulitan

bernapas, dan atau pembengkakan di lidah.Sementara gejala-gejala ini

dapat terjadi pada dosis rendah, efek samping tersebut dapat terjadi lebih

sering dan lebih parah dengan potensi tinggi dan pada dosis tinggi obat

antipsiotik generasi pertama. Peningkatan risiko distonia akut diamati

lebih sering terjadi pada laki-laki dan kelompok usia muda.1

Kegelisahan Motorik

15

Page 16: refarat CPZ

Gejala dapat termasuk agitasi atau jitteriness dan kadang-kadang

insomnia. Gejala ini seringkali menghilang secara spontan. Gejala ini

mungkin mirip dengan gejala neurotik atau psikotik asli. Dosis tidak

boleh ditingkatkan sampai efek samping ini telah surut. Jika gejala ini

menjadi sangat mengganggu, biasanya gejala tersebut dikendalikan

dengan pengurangan dosis atau mengubah obat yang dikonsumsi dengan

golongan lainnya. Pengobatan dengan agen anti-parkinsonian,

benzodiazepin, atau propanolol dapat membantu.1,2,3

Pseudo-Parkinsonisme

Gejala termasuk seperti wajah topeng, hipersalivasi, tremor, gerakan

pillrolling, cogwheel rigidity ( kekakuan yang hilang timbul ), dan gaya

berjalan seperti menyeret. Dalam kebanyakan kasus, gejala-gejala ini

mudah dikontrol apabila diberikan juga agen anti-parkinsonism secara

bersamaan. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa agen anti Parkinson

hanya boleh digunakan jika diperlukan. Umumnya, terapi dijalankan

selama 2-3 minggu dalam satu bulan. Setelah waktu ini, pasien harus

dievaluasi untuk menentukan apakah pasien tersebut masih

membutuhkan pengobatan lanjutan atau tidak. Untuk menghindari atau

mengurangi efek samping ini, kadang-kadang dosis CPZ harus

diturunkan atau dihentikan.3,6,7

Tardive Diskinesia

Sama seperti semua agen antipsikotik, tardive diskinesia mungkin

muncul pada beberapa pasien dengan terapi jangka panjang atau

mungkin muncul setelah terapi obat dihentikan. Sindrom ini juga dapat

muncul setelah masa pengobatan yang relative singkat pada dosis

rendah,meskipun lebih jarang. Meskipun prevalensinya cukup tinggi

pada pasien lanjut usia, terutama wanita lansia, adalah mustahil untuk

mengandalkan perkiraan prevalensi untuk memprediksi di awal

pengobatan antipsikotik pada pasien yang mungkin akan mengalami

efek samping tersebut. Gejala yang kuat dan pada beberapa pasien

tampaknya ireversibel. Sindrom ini ditandai dengan gerakan ritmik tak

16

Page 17: refarat CPZ

terkendali pada wajah, mulut, lidah, atau rahang ( misalnya penonjolan

pada lidah, mengisap pipi, mengerutkan mulut, atau gerakan mengunyah

). Kadang-kadang dapat diserti dengan gerakan tak terkendali dari

ekstremitas.2,3,7

2. Mata

CPZ dapat menyebabkan lensa dan pigmen kornea beruba hingga

menghasilkan gangguan visual seperti halo disekitar benda yang

bersinar seperti lampu, penglihatan kabur, fotofobia, dan mata berair.6

3. Sistem Kardiovaskular

Efek kardiotoksik dari overdosis fenotiazin mirip dengan antidepresan

trisiklik. Aritmia jantung dan kematian mendadak jelas telah dikaitkan

dengan dosis terapi CPZ, namun kasus tersebut jarang terjadi.

Gangguan kardiovaskular biasanya disebabkan oleh disritmia

ventrikel. Takikardi supraventrikular mungkin juga bisa didapatkan.

Efek samping lainnya yang terdapat pada kardiovaskular adalah :

1. Hipotensi

Hipotensi postural, takikardi sederhana, pingsan sesaat dan pusing

dapat terjadi setelah injeksi pertama, kadang-kadang setelah

suntikan selanjutnya, jarang muncul setelah dosis oral pertama.

Biasanya pemulihan spontan dan gejala hilang dalam waktu ½

sampai 2 jam. Kadang-kadang, efek ini bisa lebih parah dan

berkepanjangan, menghasilkan kondisi shock-like. Untuk

meminimalkan hipotensi setelah injeksi, pasien diharuskan untuk

berbaring dan diamati selama minimal ½ sampai 1 jam. Untuk

mengontrol hipotensinya, pasien dibaringkan dengan posisi kepala

lebih rendah daripada kaki ( kaki pasien diangkat ).

2. Kematian mendadak akibat serangan jantung.1,2,3,6

17

Page 18: refarat CPZ

4. Endokrin

Nafsu makan dapat ditingkatkan dengan penambahan berat badan yang

dihasilkan, dan toleransi glukosa mungkin terganggu, hiperglikemia,

hipoglikemia, dan glikosuria. Laktasi dan mengecilnya payudara dapat

terjadi pada wanita dengan penggunaan dosis besar. 1,6

5. Gastrointestinal

Efek samping gastrointestinal seperti mulut kering, konstipasi, dan

diare telah dilaporkan. Efek samping gastrointestinal ini merupakan

hasil dari sifat antikolinergik dari CPZ.3,5

6. Hepatologi

Ikterus kolestatik yang terdapat pada pasien pengguna CPZ biasanya

sembuh tanpa gejala sisa pada 2-8 minggu setelah penghentian obat. 1,2,5

7. Hematologi

Gangguan hematologi banyak dijumpai termasuk agranulositosis,

leucopenia, anemia hemolitik, anemia aplastik, trombositopenik

purpura dan pansitopenia.1,2,3

8. Genitourinaria

Fenotiazin diketahui menyebabkan hiperprolaktinemia menyebabkan

amenore, penghentian fungsi ovarium yang normosiklik, kehilangan

libido, sesekali hirsutisme, tes kehamilan false-positive, dan

osteoporosis pada wanita. Efek hiperprolaktinemia pada pria

ginekomastia, impotensi, kehilangan libido, dan hipospermatogenesis. 1,3,5

18

Page 19: refarat CPZ

9. Kulit

Efek samping dermatologi termasuk hiperpigmentasi kulit telah

dilaporkan pada pasien setelah terapi jangka panjang CPZ ( dosis 500

sampai 1.500 mg lebih dari 2 sampai 3 tahun ).Hiperpigmentasi yang

biasa muncul sebagai warna biru abu-abu di daerah yang terken,

termasuk kelopak mata. 1,7

10. Imunologi

Dalam sebuah penelitian, 35% pasien yang mengkonsumsi CPZ,

positif untuk antikoagulan lupus. Dalam studi lain dari 64 pasien

pengguna CPZ, 45% positif untuk antikoagulan lupus, 39% untuk titer

ANA positif, 34% untuk antibody antikardiolipin, 50% untuk faktor

rheumatoid, dan 27% untuk IgM yang meninggi. Efek samping pada

imunitas seperti sindrom antibody antifosfolipid yang tampaknya

berhubungan dengan total dosis yang dikonsumsi.1,2,5

11. Reaksi Otonom

Sesekali juga ditemukan keadaan mulut kering, hidung tersumbat,

mual, sembelit, konstipasi, retensi urin, miosis dan midriasis,

gangguan ejakulasi/impotensi pada pasien yang mendapat terapi

CPZ.1,4,6

12. Withdrawal Syndrome

Pada pemakaian CPZ jangka panjang, obat ini tidak boleh dihentikan

tiba-tiba, karena dapat menimbulkan efek withdrawal syndrome yang

tidak menyenangkan seperti agitasi, sulit tidur, cemas, sakit perut,

mual pusing, dan muntah.1,2,3,5

19

Page 20: refarat CPZ

BAB III

KESIMPULAN

Ada banyak antipsikotik yang dikenal di masyarakat dan di kalangan

kedokteran. Antipsikotik digunakan untuk mengatasi gejala akibat gangguan

mental yang berat seperti pada pasien skizofrenia, gangguan delusional, gangguan

afektif berat, dan gangguan psikotik organik. Antipsikotik sendiri terbagi

menjadi 2 macam, yaitu antipsikotik tipikal dan atipikal. Obat antipsikotik tipikal

yang banyak digunakan salah satunya adalah Chlorpromazine. Sebagai

antipsikotik tipikal yang pertama, pemakaian obat ini memiliki banyak efek

samping.

Chlorpromazine yang berasan dari golongan fenotiazin yang memiliki

tantai alifatik memiliki efek psikotik yang berpotensi rendah. Chlorpromazine

bekerja pada berbagai reseptor di sistem saraf pusat, memproduksi antikolinergik,

antidopaminergik, antihistamin, dan efek antiadrenergik yang lemah. Kesemua

sifat ini menimbulkan banyak efek samping selama pemakaian Chlorpromazine.

Efek samping tersebut dapat dijumpai pada susunan saraf pusat ( reaksi

ekstrapiramidal seperti distonia, kegelisahan motorik, pseudo-parkinsonisme, dan

tardive diskinesia ); mata ( gangguan visual seperti halo sekitar lampu,

penglihatan kabur, fotofobia, dan mata berair ); sistem kardiovaskular ( hipotensi

dan kematian mendadak akibat serangan jantung ); endokrin ( nafsu makan

meningkat, hiperglikemia, hipoglikemia, glikosuria, dan mengecilnya payudara );

gastrointestinal ( mulut kering, konstipasi, dan diare ); hepatologi ( ikterus

kolestatik ); hematologi ( agrunulositosis, eosinofilia, leucopenia, anemia

hemolitik, trombositopenik purpura dan pansitopenia ); genitourinaria

(hiperprolaktinemia, amenore, penghentian fungsi ovarium yang normosiklik,

kehilangan libido, sesekali hirsutisme, tes kehamilan false-positive, osteoporosis

pada wanita, ginekomasti, impotensi, kehilangan libido dan hipospermatogenesis

pada pria ); kulit ( hiperpigmentasi yang biasa muncul sebagai warna biru abu-abu

di daerah yang terkena, termasuk kelopak mata ); imunologi ( antikoagulan lupus

20

Page 21: refarat CPZ

positif ); reaksi otonom ( hidung tersumbat, mual, sembelit, konstipasi, retensi

urin, miosis dan midriasis, gangguan ejakulasi / impotensi ); dan withdrawal

syndrome ( agitasi, sulit tidur, cemas, sakit perut, mual, pusing, dan muntah).

Dikarenakan oleh banyaknya efek samping yang dapat ditimbulkan pada pasien

yang mengkonsumsi chlorpromazine, maka pemberian obat ini harus diawasi dan

diatur sesuai dengan dosis yang diperlukan oleh pasien.

21

Page 22: refarat CPZ

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock, Benjamin James and sadock, Virginia Alcott. Dopamine Receptor

Antagonists : Typical Antipsycotic. Kaplan & sadock's Synopsis of

Psychiatry : Behavioral Sciences / Clinical Psychiatry. 10th Edition. s.l. :

Lippincott Williams & Wilkins, 2007.

2. Meltzer, Herbert Y. Antipsychotic and anticholinergic drugs. [book auth.]

Michael G. Gelder, Juan José L. Ibor and Nancy C. Andreasen. New Oxford

Textbook of Psychiatry. s.l. : Oxford Univeristy Press, 2000, Vol. I.

3. Sadock, Benjamin J. and Sadock, Virginia A. Buku Ajar Psikiatri Klinis.

Edisi 2. s.l. : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 499-502

4. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik ( Psychotropic

Medication ). Edisi Ketiga. Hal:14-21

5. Ganiswarna, Sulistia G.; Setiabudy, Rianto; Suyatna, Frans D.; ,

Purwantyastuti; , Nafrialdi;. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta :

Bagian Farmakologi - Universitas Indonesia, 1995.

6. Drug.com staff ( cited 14 february 2012 ) :

http://www.drugs.com/sfx/chlorpromazine-side-effects.html

7.  Kristi Monson, PharmD. ( cited 14 february 2012 ) :

http://schizophrenia.emedtv.com/chlorpromazine/side-effects-of-

chlorpromazine.html

22