Upload
ivonne-jeanette-sitaniapessy
View
141
Download
13
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Kasus Non Psikotik
Gangguan Anxietas YTT (F41.9) dan Episode Depresi Ringan (F32.0)
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 37 tahun
Status Perkawinan : sudah menikah
Agama : Islam
Alamat : Limbung
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Nelayan
Datang ke Poli Jiwa : 15 Februari 2012
LAPORAN PSIKIATRI
Riwayat Psikiatri diperoleh dari autoanamnesis pasien yang dilakukan pada
tanggal 15 Februari 2012 di ruangan Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Khusus Dadi
Makassar.
I. RIWAYAT PENYAKIT
a. Keluhan Utama : Perasaan cemas selama 2 bulan
b. Riwayat Gangguan Sekarang
Keluhan dan Gejala
1
Pasien merasa cemas disertai jantung berdebar, rasa tajut mati, keringat
dingin, pusing, tremor, kadang bersendawa, dan susah tidur (sudah
memulai tidur dan bila sudah tertidur, pesiensering terbangun kaget da
sesudah itu pasien tidak dapat tertidur kembali) dimulai sejak 2 bukan
yang lalu. Perasaan tersebut di atas muncul apabila pasien berpikir
tentang kerugian usahanya (hasil jualan ikan kurang)dan beban biaya
keluarga yang harus ditanggung. Pasien merasa cepat lelah dan mudah
pusing. Bila beraktivitas (jemur ikan) konsentrasi pasien menurun.
Pasien merasa pesimis /putus asa dengan penyakitnya. Nafsu makan
pasien baik.
Hendaya/ Disfungsi
Hendaya sosial(-)
Hendaya pekerjaan(+)
Hendaya penggunaan waktu senggang(-)
Faktor stressor psikososial
Kerugian usahanya dan beban ekonomi yang harus ditanggung
Riwayat gangguan sebelumnya
Trauma(+)pernah dilempar batu di kepala, pingsan(-)
Infeksi(-)
Kejang(-)
NAPSA : Narkotik(-),Rokok(+)1bks/hari, Alkohol(+)5 tahun lalu
c. Riwayat Gangguan Sebelumnya (Penyakit Dahulu)
Ada riwayat trauma, tidak ada demam tinggi dan kejang, serta tidak
ada riwayat keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Tidak ada
riwayat penggunaan zat psikoaktif, pasien pernah merokok, pasien
punya riwayat mengkonsumsi alkohol.
d. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien lahir di Kolaka, 24 Oktober 1974. Pasien lahir normal,
cukup bulan dan dibantu dukun.
2
2. Riwayat masa kanak awal (usia 3-4 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama dengan anak
sebayanya. Riwayat kejang tidak ada.
3. Riwayat masa kanak pertengahan (usia 4-11 tahun)
Prestasi pasien di sekolah cukup baik. Pasien dikenal sebagai anak
yang ceria dan rajin ke sekolah.
4. Riwayat masa kanak akhir dan remaja (12-18 tahun)
Pasien setamat SD tidak lagi melanjutkan sekolahnya.
5. Riwayat masa dewasa
Pasien dikenal sebagai orang ayng ramah dan punya banyak teman.
Pasien memeluk agama Islam.
6. Riwayat pernikahan
Pasien telah menikah dan mempunyai 4 orang anak (♂,♂,♂,♀).
Hubuangan pasien dan keluarga baik.
7. Riwayat pekerjaan
8. Riwayat kehidupan keluarga
Pasien merupakan anak ke-2 dari 5 bersaudara (♀,(♂ ),♀,♀, ♂).
e. Situasi Hidup Sekarang
Saat ini pasien tinggal serumah dengan istri dan anak-anaknya beserta
menantunya.Semua biaya ditanggung pasien. Hubungan pasien dengan
mereka baik.
f. Persepsi Pasien Tentang Dirinya Dan Kehidupannya
Pasien ingin kembali sehat seperti sebelumnya agar dapat bekerja
dengan maksimal lagi, karena menurut pasien penyakitnya
mengganggu kinerja kerja pasien.
3
AUTOANAMNESIS
DM : Selamat siang pak
P : Selamat siang dok
DM : Perkenalkan nama saya Ivon, saya dokter muda yang bertugas disini.
Siapa nama ta pak?
P : Mustamin dok
DM : Bapak datang ke sini dengan siapa pak?
P :Saya datang dengan istri saya dok
DM : Berapa umur ta pak?
P : 37 tahun
DM : Apa pekerjaan ta pak?
P : Saya jual ikan
DM : Apa alasan ta datang ke sini pak?
P : Selalu ka cemas dan ketakutan
DM : Takut kenapa pak?
P : Kalo kudengar mi berita-berita jelek mulai ma pikirkan ki itu, menghayal
baru keringat dingin, nda enak juga perutku.
DM : Kenapa perut ta pak? Sakit?
P : Kembung ki, baru selalu ka sendawa kalo lagi sendiri ka
DM : Kalo lagi sama orang tidak bersendawa kah bapaknya?
P : Jarang, kalo bicara ka sama orang lain ato lagi rame-rame nda sendawa ji
DM : Kita pernah sakit maag atau ada sakit maag ta?
4
P : Nda ada ji
DM : Apa lagi yang kita rasa berubah?
P : Se rasa jadi lebih cepat ka emosi, nda sabaran, kayak kalo antri jadi
jengkel ka, baru kalo main game sama anakku kalo kalah mi jengkel ma
baru malas ma main.
DM : Bagaimana tidur ta pak?
P : Susah tidur, nda nyenyak
DM : Susah ki mulai tidur ato sering ki terbangun kaget saat sudah tertidur?
P : Susah ka pejamkan mataku, kadang nda bisa tidur sama sekali, kadang
juga terbangun kaget tiap stenga jam begitu
DM : Habis terbangun begitu bapak bisa tidur kembali?
P : Sudah mi tidur kembali
DM : Apa yang bikin bapak susah tidur? Apakah ada yang bapak pikirkan?
P : Itu mi suka kupikir itu berita-berita jelek, kupikir juga tentang sakitku,
napa nda sembuh-sembuh, tambah hari tambah parah, takut ka mati.
DM : Pernahki dengar suara-suara ato liat bayang-bayangan begitu pak?
P : Nda pernah
DM : Kalo boleh tau bagaimana keadaan ekonominya bapak? Ada pinjaman?
P : Baik-baik ji, ada pinjaman tapi nda seberapa ji, nda didesakji juga bayar
DM : Bapak sekarang tinggal sama siapa?
P : Sama istri, anak-anak, dan cucuku
DM : Jadi anak ta sudah menikah dan punya anak? Siapa yang tanggung biaya
hidupnya?
5
P : Io, anak tertuaku sudah kawinmi baru belumpi kerja jadi saya yang
tanggung semua
DM : Oo, jadi itu ya yang membebani pikirannya bapak?
P : Io, sama penyakitku mi yang nda sembuh-sembuh
DM : Apa bapak pernah merasa pesimis ato putus asa terhadap penyakitnya
bapak?
P : Io, biasa sa pikir nda ada harapanmi, baru ada lagi kudengar teman cerita
kalo dia juga begini sudah 2 tahunmi dan nda sembuh-sembuh, jadi sa
tambah takutmi
DM : Kalo boleh tau, siapa yang sarankan bapak ke poli jiwa?
P : Itu temanku mi yang ada pengalamannya begini, dan dokter di Kolaka
juga sarankan saya ke poli jiwa
DM : Ohh begitu yah pak. Ngomong-ngomong bapak masih ingat siapa nama
saya ?
P : Ingat dok, ivon toh.
DM : Iya pak,kalau begitu terima kasih atas informasi dan waktunya. Rajin
minum obat yah pak.
P : Iye, sama sama dok
II. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1) Penampilan : Tampak seorang laki-laki wajah sesuai umur,
penampilan cukup rapih, memakai baju kaos berwarna abu-abu
dan celana pendek berwarna hitam, postur tubuh agak kurus, cara
berjalan biasa.
6
2) Kesadaran : Baik
3) Perilaku dan Aktivitas Motorik : Saat wawancara pasien
duduk tenang
4) Pembicaraan : Lancar dan spontan, intonasi biasa
5) Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
B. Keadaan Afektif
1) Mood : Kurang semangat
2) Afek : Cemas
3) Empati : Dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual
1) Taraf Pendidikan, Pengetahuan Umum dan Kecerdasan :
Sesuai taraf pendidikan
2) Daya Konsentrasi : Kurang
3) Data Ingat : Cukup
4) Orientasi (waktu, tempat, orang) : Baik
5) Pikiran Abstrak : Cukup
6) Bakat Kreatif : Tidak ditemukan
7) Kemampuan Menolong Diri Sendiri : Cukup
D. Gangguan Persepsi
1) Halusinasi : Tidak ada
2) Ilusi : Tidak ada
3) Dpersonalisasi : Tidak ada
4) Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berfikir
1) Arus Pikiran
a) Produktifitas : Cukup
b) Kontinuitas : Relevan dan Koheren
c) Hendaya Berbahasa : Tidak ada
2) Isi Pikiran
a) Preokupasi : Memikirkan kerugian usaha
dan beban ekonomi
7
b) Gangguan Isi Pikir : Tidak ada
F. Pengendalian Impuls : Cukup
G. Daya Nilai
1) Norma Sosial : Baik
2) Uji Daya Nilai : Baik
3) Penilaian Realitas : Baik
H. Tilikan (Insight)
Derajat VI (Menyadari bahwa dirinya sakit dan perlu mendapatkan
pengobatan)
I. Taraf dapat dipercaya :
Dapat dipercaya
III. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT
Pemeriksaan Fisik:
Status Internus
Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, kuat angkat, suhu tubuh
36,6oC, pernapasan : 20x/menit, konjungtiva anemic(-), sclera tidak
ikterus, cor dalam batas normal, pulmo ronchi(-/-), wheezing(-/-),
ekstremitas atas dan ekstremitas bawah tidak ada kelainan.
Status Neurologis
Gajala rangsang selaput otak : kaku kuduk(-), Kernig’s sign(-), pupil
bulat isokor 2mm, reflek cahaya (+/+), fungsi motorik dan sensorik,
dalam batas normal dan tidak ditemukan refleks patologis.
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang laki-laki berusia 37 tahun datang ke poliklinik jiwa dengan
keluhan selalu cemas disertai jantung berdebar, rasa takut mati, keringat
dingin, pusing, kadang bersendawa dan susah tidur sejak 2 bulan yang
lalu. Pasien susah memulai tidur dan bila tertidur pasien sering terbangun
kaget dan setelah itu tidak bisa tertidur kembali. Perasaan cemas di atas
8
muncul apabila pasien memikirkan kerugian usahanya, pasien merasa
cepat lelah dan mudah pusing, pasien merasa putus asa dengan
penyakitnya. Pada status mental didapatkan kesadaraan baik, perilaku dan
aktivitas psikomotor tenang. Pembicaraan spontan, lancar, dan intonasi
biasa. Pengetahuan umum dan kecerdasan sesuai tingkat pendidikannya.
Daya konsentrasi kurang, orientasi dan daya ingat cukup. Produktifitas
cukup, kontinuitas relevan dan koheren, pengendalian impuls cukup.
Tilikan berupa (Insight derajat 6).
V. FORMULASI DIAGNOSIS
Aksis I : Dari autoanamnesis dan pemeriksaan status mental ditemukan
adanya keluhan susah tidur, cemas disertai jantung berdebar-
debar,pusing/oleng dan loyo, keringat dingin, sering bersendawa, dan rasa
takut mati/ pesimis sehingga menimbulkan penderitaan(distress) bagi
pasien sehingga dapat dikategorikan sebagai gangguan jiwa. Dari
pemeriksaan status mental tidak didapatkan adanya hendaya berat seperti
halusinasi dan waham sehingga dikategorikan sebagai gangguan jiwa
non-psikotik. Dari status internus dan neurologis tidak ditemukan
kelainan sehingga kelainan mental organik dapat disingkirkan.
Dari autoanamnesis didapatkan gejala-gejala seperti kecemasan,
sakit kepala, pusing, jantung berdebar-debar, keringat dingin, kembung,
sendawa yang mengarah ke anxietas.Selain itu, pada pasien ini juga
didapatkan gejala berupa kurang kegembiraan, mudah lelah disertai
adanya gejala tambahna berupa konsentrasi berkurang, pesimis dan tidur
terganggu yang berlangsung selama 2 bulan yang mengarah kepada
depresi ringan sehingga, berdasarkan PPDGJ III di diagnosis Gangguan
Anxietas YTT (F41.9) dan Episode Depresi Ringan (F32.0)
Aksis II : Ciri kepribadian tidak khas
Aksis III : Tidak ada
Aksis IV : Masalah usahanya dan beban ekonomi yang ahrus
ditanggungnya
9
Aksis V : GAF scale pasien saat ini adalah 71-60 berupa gejala
ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih
baik.
VI. DAFTAR PROBLEM
1) Organobiologik : Diduga terdapat ketidakseimbangan
neurotransmitter, maka pasien memerlukan psikofarmakologi.
2) Psikologik : Ditemukan hendaya ringan dalam fungsi sosial
sehingga pasien memerlukan psikoterapi untuk menghilangkan
gangguan ansietas dan depresi ringan.
3) Sosiologik : Ditemukan hendaya ringan dalam pekerjaan maka
pasien membutuhkan sosioterapi.
VII. PROGNOSIS
Prognosis pasien ini adalah baik. Adapun faktor pendukung maupun faktor
penghambat adalah sebagai berikut.
Faktor Pendukung:
Tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
Faktor stressor yang jelas berupa masalah usahanya dan beban
ekonomi yang harus ditanggungnya
Sudah menikah
Support keluarga baik
Pasien mau berobat
Faktor Penghambat:
Faktor ekonomi yang kurang mendukung
VIII. PEMBAHASAN TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan PPDGJ III, untuk mendiagnosis gangguan anxietas terdapat
ketentuan gejala utama yang mencakup unsur-unsur berikut:
a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung
tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
10
b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai)
c. Overaktifitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut
kering, dsb)
Untuk mendiagnosis episode depresif ringan, terdapat ketentuan sebagai
berikut:
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti:
- Afek depresif
- Kehilangan minat dan kegembiraan
- Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktifitas
Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya yaitu:
- Konsentrasi dan perhatian berkurang
- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
- Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
- Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
- Tidur tergangggu
- Nafsu makan berkurang
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2
minggu
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya
11
IX. RENCANA TERAPI
a. Farmakoterapi
Alprazolam 0.5mg 0-1-1
Courage 20mg 1-0-0
b. Psikoterapi: sportif
1. Ventilasi: memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan perasaan dan keluhannya sehingga pasien merasa
lega
2. Konseling: memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien
sehingga dapat membantu pasien dalam memahami penyakitnya
dan bagaimana cara menghadapinya
c. Sosioterapi: memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien,
dan orang-orang di sekitarnya sehingga mereka dapat memberikan
dukungan moral dan menciptakan lingkungan yang kondusif agar
dapat membantu proses penyembuhan
X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit seperti
menilai efektifitas obat yang diberikan serta kemungkinan efek samping
obat yang diberikan.
12
BAB I
PENDAHULUAN
Ada banyak antipsikotik yang dikenal di masyarakat dan di kalangan
kedokteran. Antipsikotik digunakan untuk mengatasi gejala akibat gangguan
mental yang beral seperti pada pasien skizofrenia, gangguan delusional, gangguan
afektif berat, dan gangguan psikotik organik.1 Antipsikotik sendiri terbagi menjadi
2 macam, yaitu antipsikotik tipikal dan atipikal. Obat antipsikotik tipikal yang
banyak digunakan salah satunya adalah Chlorpromazine.3,7
Chlorpromazine merupakan antipsikotik tipikal dari golongan
phenothiazine. Chlorpromazine atau yang sering disingkat dengan CPZ dalam
penggunaan klinisnya telah digambarkan sebagai kemajuan terbesar dalam
perawatan kejiwaan, secara dramatis meningkatkan prognosis pasien di rumah
sakit jiwa di seluruh dunia. Ketersediaan obat antipsikotik dibatasi penggunaan
sembarangan terapi electroconvulsive dan psychosurgery juga gerakan
deinstitutionalization.1,7
Chlorpromazine merupakan antipsikotik tipikal pertama, sehingga banyak
ditemukan berbagai efek samping selama pemakaian obat ini. Sehingga, dalam
beberapa tahun terakhir. CPZ sebagian besar telah digantikan oleh obat yang lebih
baru yaitu antipsikotik atipikal, yang biasanya tertoleransi secara lebih baik, dan
penggunaannya sekarang terbatas pada indikasi yang lebih sedikit. Pada pasien
akut, CPZ sering diberikan dalam bentuk sirup karena memiliki onset lebih cepat.2
Chlorpromazine berasal dari golongan fenotiazin, yaitu pada rantai aliphatic yang
khas untuk antipsikotik potensi rendah. Obat ini memiliki mekanisme kerja yang
memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak,khususnya di
sistem limbic dan sistem ekstrapiramidal ( dopamine D2 reseptor antagonist )
sehingga efektif untuk gejala positif skizoprenia. 4
13
Chlorpromazine diklasifikasikan sebagai antipsikotik tipikal potensi
rendah dan dulu digunakan dalam pengobatan psikosis akut dan kronis, termasuk
schizophrenia dan fase manik dari gangguan bipolar serta psikosis yang terinduksi
amfetamin. Antipsikotik potensi rendah memiliki efek samping yang lebih
antikolinergik seperti mulut kering, sedasi dan konstipasi, dan pada tingkat yang
lebih rendah efek samping ekstrapiramidal, sementara antipsikotik potensi tinggi (
seperti haloperidol ) memiliki profil reverse. CPZ juga telah digunakan pada
pasien dengan porfiria dan sebagai bagian dari pengobatan tetanus. CPZ masih
direkomendasikan untuk pengobatan jangka pendek untuk pasien dengan
kecemasan berat dan episode agresif. CPZ juga dapat diberikan pada pasien
dengan cegukan terus menerus, mual atau muntah yang berat dan preanestesi.6
Chlorpromazine secara perlahan diserap dari tempat suntikan
intramuskular dengan konsentrasi plasma puncak terjadi 6-24 jam setelah
pemberian obat. Waktu paruh eleminasi dari CPZ adalah 16-30 jam ( 8-35 jam,
ada juga yang terjadi selama 2jam sampai 60 jam sesuai dengan individunya ), hal
ini dikarenakan oleh lipofilisitas yang tinggi, pengikatan pada membran, dan
pengikatan protein yang tinggi. CPZ bekerja pada berbagai reseptor di sistem
saraf pusat, memproduksi antikolinergik, antidopaminergik, antihistamin, dan
efek antiadrenergik yang lemah. Sifat antikolinergik obat ini menyebabkan
sembelit, sedasi, dan hipotensi, dan membantu meredakan rasa mual.
Antidopaminergik dapat menyebabkan gejala ekstrapiramidal seperti akatisia
( gelisah alias ‘shuffle Largactil’ di mana pasien berjalan hampir terus-menerus,
juga terjadi kelainan pada gaya jalannya yaitu pasien mengambil langkah-langkah
menyeret kecil ) dan distonia. Berbagai efek samping lain juga dapat ditemukan
pada penggunaan obat ini, sehingga pemakaiannya harus sangat diperhatikan.7
BAB II
14
EFEK SAMPING CHLORPROMAZINE
Chlorpromazine bekerja pada berbagai reseptor di sistem saraf pusat,
memproduksi antikolinergik, antidopaminergik, antihistamin, dan efek
antiadrenergik yang lemah. Kesemua sifat ini menimbulkan banyak efek samping
selama pemakaian CPZ. Beberapa efek merugikan dari CPZ mungkin lebih sering
terjadi, atau terjadi dengan intensitas yang lebih besar, pada pasien dengan
masalah medis khusus, misalnya, pasien dengan insufisiensi mitral atau
pheochromocytoma telah mengalami hipotensi berat berikut dosis yang
dianjurkan. Mengantuk, biasanya ringan sampai sedang, dapat terjadi, terutama
selama minggu pertama atau kedua, setelah itu umumnya menghilang. Jika
bermasalah, dosis dapat diturunkan.2
Efek samping yang diakibatkan terdapat pada berbagai keadaan :
1. Sistem Susunan Saraf Pusat
1. Reaksi Ekstrapiramidal
Distonia
Gejala distonia, kontraksi abnormal berkepanjangan kelompok otot,
dapat terjadi pada individu yang rentat selama beberapa hari pertama
pengobatan. Gejala distonia meliputi : spasme otot leher, kadang-kadang
berkembang menjadi sesak tenggorokan, kesulitan menelan, kesulitan
bernapas, dan atau pembengkakan di lidah.Sementara gejala-gejala ini
dapat terjadi pada dosis rendah, efek samping tersebut dapat terjadi lebih
sering dan lebih parah dengan potensi tinggi dan pada dosis tinggi obat
antipsiotik generasi pertama. Peningkatan risiko distonia akut diamati
lebih sering terjadi pada laki-laki dan kelompok usia muda.1
Kegelisahan Motorik
15
Gejala dapat termasuk agitasi atau jitteriness dan kadang-kadang
insomnia. Gejala ini seringkali menghilang secara spontan. Gejala ini
mungkin mirip dengan gejala neurotik atau psikotik asli. Dosis tidak
boleh ditingkatkan sampai efek samping ini telah surut. Jika gejala ini
menjadi sangat mengganggu, biasanya gejala tersebut dikendalikan
dengan pengurangan dosis atau mengubah obat yang dikonsumsi dengan
golongan lainnya. Pengobatan dengan agen anti-parkinsonian,
benzodiazepin, atau propanolol dapat membantu.1,2,3
Pseudo-Parkinsonisme
Gejala termasuk seperti wajah topeng, hipersalivasi, tremor, gerakan
pillrolling, cogwheel rigidity ( kekakuan yang hilang timbul ), dan gaya
berjalan seperti menyeret. Dalam kebanyakan kasus, gejala-gejala ini
mudah dikontrol apabila diberikan juga agen anti-parkinsonism secara
bersamaan. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa agen anti Parkinson
hanya boleh digunakan jika diperlukan. Umumnya, terapi dijalankan
selama 2-3 minggu dalam satu bulan. Setelah waktu ini, pasien harus
dievaluasi untuk menentukan apakah pasien tersebut masih
membutuhkan pengobatan lanjutan atau tidak. Untuk menghindari atau
mengurangi efek samping ini, kadang-kadang dosis CPZ harus
diturunkan atau dihentikan.3,6,7
Tardive Diskinesia
Sama seperti semua agen antipsikotik, tardive diskinesia mungkin
muncul pada beberapa pasien dengan terapi jangka panjang atau
mungkin muncul setelah terapi obat dihentikan. Sindrom ini juga dapat
muncul setelah masa pengobatan yang relative singkat pada dosis
rendah,meskipun lebih jarang. Meskipun prevalensinya cukup tinggi
pada pasien lanjut usia, terutama wanita lansia, adalah mustahil untuk
mengandalkan perkiraan prevalensi untuk memprediksi di awal
pengobatan antipsikotik pada pasien yang mungkin akan mengalami
efek samping tersebut. Gejala yang kuat dan pada beberapa pasien
tampaknya ireversibel. Sindrom ini ditandai dengan gerakan ritmik tak
16
terkendali pada wajah, mulut, lidah, atau rahang ( misalnya penonjolan
pada lidah, mengisap pipi, mengerutkan mulut, atau gerakan mengunyah
). Kadang-kadang dapat diserti dengan gerakan tak terkendali dari
ekstremitas.2,3,7
2. Mata
CPZ dapat menyebabkan lensa dan pigmen kornea beruba hingga
menghasilkan gangguan visual seperti halo disekitar benda yang
bersinar seperti lampu, penglihatan kabur, fotofobia, dan mata berair.6
3. Sistem Kardiovaskular
Efek kardiotoksik dari overdosis fenotiazin mirip dengan antidepresan
trisiklik. Aritmia jantung dan kematian mendadak jelas telah dikaitkan
dengan dosis terapi CPZ, namun kasus tersebut jarang terjadi.
Gangguan kardiovaskular biasanya disebabkan oleh disritmia
ventrikel. Takikardi supraventrikular mungkin juga bisa didapatkan.
Efek samping lainnya yang terdapat pada kardiovaskular adalah :
1. Hipotensi
Hipotensi postural, takikardi sederhana, pingsan sesaat dan pusing
dapat terjadi setelah injeksi pertama, kadang-kadang setelah
suntikan selanjutnya, jarang muncul setelah dosis oral pertama.
Biasanya pemulihan spontan dan gejala hilang dalam waktu ½
sampai 2 jam. Kadang-kadang, efek ini bisa lebih parah dan
berkepanjangan, menghasilkan kondisi shock-like. Untuk
meminimalkan hipotensi setelah injeksi, pasien diharuskan untuk
berbaring dan diamati selama minimal ½ sampai 1 jam. Untuk
mengontrol hipotensinya, pasien dibaringkan dengan posisi kepala
lebih rendah daripada kaki ( kaki pasien diangkat ).
2. Kematian mendadak akibat serangan jantung.1,2,3,6
17
4. Endokrin
Nafsu makan dapat ditingkatkan dengan penambahan berat badan yang
dihasilkan, dan toleransi glukosa mungkin terganggu, hiperglikemia,
hipoglikemia, dan glikosuria. Laktasi dan mengecilnya payudara dapat
terjadi pada wanita dengan penggunaan dosis besar. 1,6
5. Gastrointestinal
Efek samping gastrointestinal seperti mulut kering, konstipasi, dan
diare telah dilaporkan. Efek samping gastrointestinal ini merupakan
hasil dari sifat antikolinergik dari CPZ.3,5
6. Hepatologi
Ikterus kolestatik yang terdapat pada pasien pengguna CPZ biasanya
sembuh tanpa gejala sisa pada 2-8 minggu setelah penghentian obat. 1,2,5
7. Hematologi
Gangguan hematologi banyak dijumpai termasuk agranulositosis,
leucopenia, anemia hemolitik, anemia aplastik, trombositopenik
purpura dan pansitopenia.1,2,3
8. Genitourinaria
Fenotiazin diketahui menyebabkan hiperprolaktinemia menyebabkan
amenore, penghentian fungsi ovarium yang normosiklik, kehilangan
libido, sesekali hirsutisme, tes kehamilan false-positive, dan
osteoporosis pada wanita. Efek hiperprolaktinemia pada pria
ginekomastia, impotensi, kehilangan libido, dan hipospermatogenesis. 1,3,5
18
9. Kulit
Efek samping dermatologi termasuk hiperpigmentasi kulit telah
dilaporkan pada pasien setelah terapi jangka panjang CPZ ( dosis 500
sampai 1.500 mg lebih dari 2 sampai 3 tahun ).Hiperpigmentasi yang
biasa muncul sebagai warna biru abu-abu di daerah yang terken,
termasuk kelopak mata. 1,7
10. Imunologi
Dalam sebuah penelitian, 35% pasien yang mengkonsumsi CPZ,
positif untuk antikoagulan lupus. Dalam studi lain dari 64 pasien
pengguna CPZ, 45% positif untuk antikoagulan lupus, 39% untuk titer
ANA positif, 34% untuk antibody antikardiolipin, 50% untuk faktor
rheumatoid, dan 27% untuk IgM yang meninggi. Efek samping pada
imunitas seperti sindrom antibody antifosfolipid yang tampaknya
berhubungan dengan total dosis yang dikonsumsi.1,2,5
11. Reaksi Otonom
Sesekali juga ditemukan keadaan mulut kering, hidung tersumbat,
mual, sembelit, konstipasi, retensi urin, miosis dan midriasis,
gangguan ejakulasi/impotensi pada pasien yang mendapat terapi
CPZ.1,4,6
12. Withdrawal Syndrome
Pada pemakaian CPZ jangka panjang, obat ini tidak boleh dihentikan
tiba-tiba, karena dapat menimbulkan efek withdrawal syndrome yang
tidak menyenangkan seperti agitasi, sulit tidur, cemas, sakit perut,
mual pusing, dan muntah.1,2,3,5
19
BAB III
KESIMPULAN
Ada banyak antipsikotik yang dikenal di masyarakat dan di kalangan
kedokteran. Antipsikotik digunakan untuk mengatasi gejala akibat gangguan
mental yang berat seperti pada pasien skizofrenia, gangguan delusional, gangguan
afektif berat, dan gangguan psikotik organik. Antipsikotik sendiri terbagi
menjadi 2 macam, yaitu antipsikotik tipikal dan atipikal. Obat antipsikotik tipikal
yang banyak digunakan salah satunya adalah Chlorpromazine. Sebagai
antipsikotik tipikal yang pertama, pemakaian obat ini memiliki banyak efek
samping.
Chlorpromazine yang berasan dari golongan fenotiazin yang memiliki
tantai alifatik memiliki efek psikotik yang berpotensi rendah. Chlorpromazine
bekerja pada berbagai reseptor di sistem saraf pusat, memproduksi antikolinergik,
antidopaminergik, antihistamin, dan efek antiadrenergik yang lemah. Kesemua
sifat ini menimbulkan banyak efek samping selama pemakaian Chlorpromazine.
Efek samping tersebut dapat dijumpai pada susunan saraf pusat ( reaksi
ekstrapiramidal seperti distonia, kegelisahan motorik, pseudo-parkinsonisme, dan
tardive diskinesia ); mata ( gangguan visual seperti halo sekitar lampu,
penglihatan kabur, fotofobia, dan mata berair ); sistem kardiovaskular ( hipotensi
dan kematian mendadak akibat serangan jantung ); endokrin ( nafsu makan
meningkat, hiperglikemia, hipoglikemia, glikosuria, dan mengecilnya payudara );
gastrointestinal ( mulut kering, konstipasi, dan diare ); hepatologi ( ikterus
kolestatik ); hematologi ( agrunulositosis, eosinofilia, leucopenia, anemia
hemolitik, trombositopenik purpura dan pansitopenia ); genitourinaria
(hiperprolaktinemia, amenore, penghentian fungsi ovarium yang normosiklik,
kehilangan libido, sesekali hirsutisme, tes kehamilan false-positive, osteoporosis
pada wanita, ginekomasti, impotensi, kehilangan libido dan hipospermatogenesis
pada pria ); kulit ( hiperpigmentasi yang biasa muncul sebagai warna biru abu-abu
di daerah yang terkena, termasuk kelopak mata ); imunologi ( antikoagulan lupus
20
positif ); reaksi otonom ( hidung tersumbat, mual, sembelit, konstipasi, retensi
urin, miosis dan midriasis, gangguan ejakulasi / impotensi ); dan withdrawal
syndrome ( agitasi, sulit tidur, cemas, sakit perut, mual, pusing, dan muntah).
Dikarenakan oleh banyaknya efek samping yang dapat ditimbulkan pada pasien
yang mengkonsumsi chlorpromazine, maka pemberian obat ini harus diawasi dan
diatur sesuai dengan dosis yang diperlukan oleh pasien.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock, Benjamin James and sadock, Virginia Alcott. Dopamine Receptor
Antagonists : Typical Antipsycotic. Kaplan & sadock's Synopsis of
Psychiatry : Behavioral Sciences / Clinical Psychiatry. 10th Edition. s.l. :
Lippincott Williams & Wilkins, 2007.
2. Meltzer, Herbert Y. Antipsychotic and anticholinergic drugs. [book auth.]
Michael G. Gelder, Juan José L. Ibor and Nancy C. Andreasen. New Oxford
Textbook of Psychiatry. s.l. : Oxford Univeristy Press, 2000, Vol. I.
3. Sadock, Benjamin J. and Sadock, Virginia A. Buku Ajar Psikiatri Klinis.
Edisi 2. s.l. : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 499-502
4. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik ( Psychotropic
Medication ). Edisi Ketiga. Hal:14-21
5. Ganiswarna, Sulistia G.; Setiabudy, Rianto; Suyatna, Frans D.; ,
Purwantyastuti; , Nafrialdi;. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta :
Bagian Farmakologi - Universitas Indonesia, 1995.
6. Drug.com staff ( cited 14 february 2012 ) :
http://www.drugs.com/sfx/chlorpromazine-side-effects.html
7. Kristi Monson, PharmD. ( cited 14 february 2012 ) :
http://schizophrenia.emedtv.com/chlorpromazine/side-effects-of-
chlorpromazine.html
22