35
BAB I PENDAHULUAN Depresi merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup serius. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa depresi berada pada urutan ke-empat penyakit di dunia. Sekitar 20% pada wanita dan 12% pada pria, pada suatu waktu dalam kehidupannya pernah mengalami depresi. 1 Depresi adalah suatu perasaan sedih yang sangat mendalam terjadi setelah mengalami suatu peristiwa dramatis atau menyedihkan, misalnya kehilangan seseorang yang sangat disayangi. Depresi merupakan suatu gangguan alam perasaan (suasana hati atau mood) yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, merasa tidak berharga, merasa hidupnya hampa dan tidak ada harapan, pemikirannya berpusat pada kegagalan dan kesalahan diri atau menuduh diri, dan sering disertai iri dan pikiran bunuh diri. Penderita depresi sering tidak berminat pada penampilan diri dan aktivitas sehari-hari. 2,3 Seseorang bisa jatuh dalam kondisi depresi jika ia terus-menerus memikirkan kejadian pahit, menyakitkan, keterpurukan dan peristiwa sedih yang menimpanya dalam waktu lama melebihi waktu normal bagi kebanyakan orang. Bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan 1

REFARAT DEPRESI

  • Upload
    hann07

  • View
    139

  • Download
    4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Referat Jiwa Depresi

Citation preview

Page 1: REFARAT DEPRESI

BAB I

PENDAHULUAN

Depresi merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup serius. World

Health Organization (WHO) menyatakan bahwa depresi berada pada urutan ke-

empat penyakit di dunia. Sekitar 20% pada wanita dan 12% pada pria, pada suatu

waktu dalam kehidupannya pernah mengalami depresi.1

Depresi adalah suatu perasaan sedih yang sangat mendalam terjadi setelah

mengalami suatu peristiwa dramatis atau menyedihkan, misalnya kehilangan

seseorang yang sangat disayangi. Depresi merupakan suatu gangguan alam perasaan

(suasana hati atau mood) yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan,

murung, tidak bersemangat, merasa tidak berharga, merasa hidupnya hampa dan

tidak ada harapan, pemikirannya berpusat pada kegagalan dan kesalahan diri atau

menuduh diri, dan sering disertai iri dan pikiran bunuh diri. Penderita depresi sering

tidak berminat pada penampilan diri dan aktivitas sehari-hari.2,3

Seseorang bisa jatuh dalam kondisi depresi jika ia terus-menerus memikirkan

kejadian pahit, menyakitkan, keterpurukan dan peristiwa sedih yang menimpanya

dalam waktu lama melebihi waktu normal bagi kebanyakan orang. Bila kondisi

depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-harinya

maka hal itu disebut sebagai suatu gangguan depresi.2,4

Depresi bukanlah gangguan yang homogen, tetapi merupakan fenomena yang

kompleks. Bentuknya sangat bervariasi, sehingga kita mengenal depresi dengan

gejala yang ringan, berat, dengan atau tanpa ciri psikotik, berkomorbiditas dengan

gangguan psikiatri lain atau dengan gangguan fisik lain. Keberanekaragaman gejala

depresi ini diduga karena adanya perbedaan etiologi yang mendasarinya.1

1

Page 2: REFARAT DEPRESI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi

Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan

kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya

kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing

Ability, masih baik), kepribadian tetap utuh atau tidak mengalami keretakan

kepribadian (Splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-

batas normal (Hawari Dadang, 2006).5

Selain itu depresi dapat juga diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan

kejiwaan pada alam perasaan (afektif mood), yang ditandai dengan kemurungan,

kelesuan, ketidakgairahan hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain

sebagainya.5

Depresi adalah suatu gangguan perasaan hati dengan ciri sedih, merasa

sendirian, rendah diri, putus asa, biasanya disertai tanda–tanda retardasi psikomotor

atau kadang-kadang agitasi, menarik diri dan terdapat gangguan vegetatif seperti

insomnia dan anoreksia (Kaplan Sadock,2003).5

II.2. Epidemiologi

Sebuah survey di AS dan UK: 20 % populasi memiliki sejarah gangguan

depresi dalam hidupnya. Sedangkan di Indonesia menurut Survei Kesehatan Mental

Rumah Tangga yang dilakukan di 11 kota oleh Jaringan Epidemiologi Psikiatri

Indonesia tahun 1995 menunjukan bahwa 185 per 1.000 penduduk rumah tangga

dewasa memperlihatkan gejala gangguan kesehatan jiwa. Studi Proporsi Gangguan

Jiwa oleh Direktorat Kesehatan Jiwa, Departemen Kesehatan, di 16 kota selama

kurun waktu 1996-2000 menjumpai : gangguan disfungsi mental (kecemasan,

depresi, dsb) sebanyak 16,2 %. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995

oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes menunjukkan

prevalensi gangguan mental emosional pada anggota rumah tangga dewasa (di atas

15 tahun) 140 per 1.000. Pada anak dan remaja (5-15 tahun) 104 per 1.000.6

2

Page 3: REFARAT DEPRESI

Kejadian depresi pada wanita lebih sering dibandingkan pria (5:2). Bisa

terjadi pada setiap umur, tetapi paling banyak terjadi pada usia 25-44 tahun. Pasien

depresi juga beresiko terhadap terjadinya alcoholism, penyalahgunaan obat, kejadian

bunuh diri, gangguan kecemasan, dan lain-lain. Ada kecenderungan hubungan famili

dengan kejadian depresi yaitu sebesar 8-18% pasien depresi memiliki sedikitnya satu

keluarga dekat (ayah, ibu, kakak atau adik) yang memiliki sejarah depresi.6

Depresi dapat terjadi pada siapa pun, golongan mana pun, keadaan sosial

ekonomi berapa pun. Tetapi umumnya depresi mulai timbul pada usia 20 sampai 40

tahunan. Depresi biasanya berlangsung sampai 6-9 bulan, dan sekitar 15-20%

penderita bisa berlangsung sampai 2 tahun atau lebih. Episode depresi cenderung

berulang sebanyak beberapa kali dalam kehidupan seseorang.2

Depresi pada anak-anak dan remaja. Fobia sekolah dan menggendong pada

orangtua yang berlebihan mungkin merupakan gejala depresi pada anak-anak.

Prestasi akademik yang buruk, penyalahgunaan zat, perilaku antisosial, promiskuitas

seksual, membolos dan melarikan diri mungkin merupakan gejala depresi pada

remaja.7

Depresi pada usia lanjut. Depresi adalah paling sering pada usia lanjut

dibandingkan pada populasi umum. Berbagai penelitian telah melaporkan prevalensi

terentang dari 25%-50%, walaupun walaupun berapa presentasi kasus tersebut adalah

depresi berat adalah tidak diketahui. Sejumlah penelitian telah melaporkan data yang

menyatakan bahwa depresi pada usia lanjut mungkin berhubungan dengan status

sosioekonomi rendah, kematian pasangan, penyakit fisik yang menyertai, dan isolasi

sosial. Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa depresi pada lanjut usia adalah

jarang didiagnosa dan jarang diobati, sebagian terutama oleh dokter umum. Jarang

dikenalinya depresi pada lanjut usia mungkin karena pengamatan bahwa depresi

adalah lebih sering tampak dengan gejala somatik pada lanjut usia daripada

kelompok usia muda.7

II.3. Penyebab dan Faktor Risiko

Hingga sekarang, seperti juga pada kebanyakan gangguan jiwa, penyebab dari

depresi belum diketahui secara pasti. Beberapa penyakit mempunyai penyebab yang

3

Page 4: REFARAT DEPRESI

jelas dan spesifik sehingga pengobatannya juga bisa khusus atau spesifik untuk

mengatasi penyakit tersebut. Namun tidak demikian halnya dengan depresi.

Sepertinya penyebab depresi bersifat komplek atau multi faktor. Depresi bukan

hanya disebabkan oleh adanya gangguan keseimbangan kimia didalam otak yang

cukup disembuhkan dengan minum obat obatan. Para ahli berpendapat bahwa depresi

disebabkan oleh kombinasi faktor biologis, psikologis dan sosial.3

Depresi bisa terjadi dan semakin memburuk dengan atau tanpa disertai stress

karena masing-masing bisa berdiri sendiri, tidak saling terkait. Biasanya para wanita

dua kali lebih mudah mengalami depresi dibandingkan pria. Kecenderungan ini

belum diketahui dengan jelas apa penyebabnya, tetapi mungkin karena tergantung

pada orang lain, terutama pada suaminya. Atau karena wanita cenderung

memberikan respon terhadap kesengsaraan atau kesulitan hidup dengan cara menarik

diri/menyendiri dan menyalahkan diri sendiri. Sebaliknya pria yang mengalami

kesulitan hidup cenderung menolak atau mengalihkannya ke berbagai kegiatan lain.2

Ada beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab atau faktor resiko terkena

depresi, yaitu antara lain:3

Kesepian atau keterasingan (loneliness)

Pengalaman hidup yang menekan (stressful) akhir akhir ini

Kurangnya dukungan sosial

Riwayat penyakit depresi pada keluarga

Perbedaan biologis (neurotransmitter atau hormonal)

Adanya masalah keluarga atau masalah perkawinan

Masalah keuangan, menganggur atau tidak punya pekerjaan

Adanya trauma atau pelecehan pada masa kanak kanak

Penyalahgunaan obat atau narkotika

Pola pikir yang negatif.

Menurut teori stress-vulnerability model, ada beberapa resiko atau faktor

penyebab depresi, yaitu:3

1. Genetika dan riwayat keluarga.

Riwayat pada keluarga dengan penyakit depresi bukan berarti anak atau

saudara akan menderita depresi. Penelitian menunjukkan bahwa pada orang-orang

4

Page 5: REFARAT DEPRESI

dengan riwayat keluarga penderita depresi maka kemungkinannya terkena depresi

akan sedikit lebih besar dibandingkan masyarakat pada umumnya. Penelitian pada

anak kembar, bila salah satunya terkena depresi, maka anak yang lebih mempunyai

kemungkinan 40-50% terkena depresi. Artinya ada faktor predisposisi terhadap

depresi. Hanya saja, tanpa adanya faktor pemicu, maka yang bersangkutan tidak akan

terkena depresi. Faktor predisposisi depresi bisa terjadi juga karena anak meniru cara

bereaksi yang salah dari orang tuanya yang menderita depresi.

2. Kerentanana psikologis(psychological vulnerability).

Kepribadian dan cara seseorang menghadapi masalah hidup kemungkinan

juga berperan dalam mendorong munculnya depresi. Orang orang yang kurang

percaya diri, sering merasa cemas, terlalu bergantung pada orang lain atau terlalu

mengharap pada diri sendiri, perfeksionist (maunya sempurna), merupakan jenis

orang yang gampang terkena depresi.

3. Lingkungan yang menekan (stressful) dan kejadian dalam hidup (live events).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pelecehan diwaktu kecil, perceraian

atau ditinggal mati orang tua, kejadian pada orang dewasa diberhentikan-PHK,

pensiun, ditinggal mati suami/istri, masalah keuangan keluarga yang serius, bisa

memicu timbulnya depresi. Menderita penyakit berat yang lama dan hidup menderita

dalam jangka lama juga sering menjadi faktor penyebab depresi.

4. Faktor biologis.

Diduga kuat bahwa norepinephrin dan serotonin adalah dua jenis

neurotransmitter yang bertanggungjawab mengendalikan patofisiologi gangguan

alam perasaan pada manusia. Pada binatang percobaan, pemberian anti depressan

dalam waktu sekurang-kurangnya dua sampai tiga minggu, berkaitan dengan

melambatnya penurunan sensitifitas pada reseptor post synaptic beta adrenergic dan

5HT2. Temuan terakhir penelitian biogenic amine menunjukkan dukungan terhadap

hipotesa bahwa gangguan alam perasaan (mood) pada umunya, khususnya episode

depresif terjadi kekacauan regulasi norepinephrin dan serotonin dijaringan otak yang

dapat dikoreksi oleh zat antidepressant dalam jangka waktu dua sampai tiga minggu.

Depresi kadang muncul setelah melahirkan atau terkena infeksi virus atau infeksi

lainnya. Hal ini menunjukkan adanya faktor biologis dalam masalah depresi.

5

Page 6: REFARAT DEPRESI

Mengetahui penyebab kenapa seseorang menderita depresi akan sangat

memudahkan pengobatannya. Bila seseorang menderita depresi karena karirnya yang

hancur, maka pengobatan yang paling baik adalah dengan mencari pekerjaan

ditempat lain, bukan dengan minum obat antidepresan.3

II.4. Gejala dan Tanda Depresi

Gejala gangguan depresif berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya,

dipengaruhi juga oleh beratnya gejala. Gangguan depresif mempengaruhi pola pikir,

perasaan dan perilaku seseorang serta kesehatan fisiknya. Gangguan depresif tidak

mempunyai simptom fisik yang sama dan pasti pada satu orang dan bervariasi dari

satu orang ke orang lain. Keluhan yang banyak ditampilkan adalah sakit, nyeri

bagian atau seluruh tubuh, keluhan pada sistem pencernaan. Kebanyakan gejala

dikarenakan mereka mengalami stres yang besar, kekuatiran dan kecemasan terkait

dengan gangguan depresifnya. Simptom dapat digolongkan dalam kelompok terkait

perubahan dalam cara pikir, perasaan dan perilaku.9

1. Perubahan cara berpikir : terganggunya konsentrasi dan pengambilan keputusan

membuat seseorang sulit mempertahankan memori jangka pendek, dan terkesan

sebagai sering lupa. Pikiran negatif sering menghinggapi pikiran mereka. Mereka

menjadi pesimis, percaya diri rendah, dihinggapi perasaan bersalah yang besar, dan

mengkritik dirisendiri. Beberapa orang merusak diri sendiri sampai melakukan

tindakan bunuh diri atau membunuh orang lain.9

2. Perubahan perasaan : merasa sedih, murung, tanpa sebab jelas. Beberapa orang

merasa tak lagi dapat menikmati apa-apa yang dulu disenanginya, dan tak dapat

merasakan kesenangan apapun. Motivasi menurun dan menjadi tak peduli dengan

apapun. Perasaan seperti berada dibawah titik nadir, merasa lelah sepanjang waktu

tanpa bekerja sekalipun. Perasaan mudah tersinggung, mudah marah. Pada keadaan

ekstrim khas dengan perasaan tidak berdaya dan putus asa.9

3. Perubahan perilaku : ini merupakan cerminan dari emosi negatif. Mereka menjadi

apatis. Menjadi sulit bergaul atau bertemu dengan orang, sehingga menarik diri dari

pergaulan. Nafsu makan berubah drastis, lebih banyak makan atau sulit

membangkitkan keinginan untuk makan. Seringkali juga sering menangis berlebihan

6

Page 7: REFARAT DEPRESI

tanpa sebab jelas.Sering mengeluh tentang semua hal, marah dan mengamuk. Minat

seks sering menurun sampai hilang, tak lagi mengurus diri, termasuk mengurus hal

dasar seperti mandi, meninggalkan tanggung jawab dan kewajiban baik pekerjaan

maupun pribadi. Beberapa orang tak dapat tidur, beberapa tidur terus.9

4. Perubahan Kesehatan Fisik : dengan emosi negatif seseorang merasa dirinya tidak

sehat fisik selama gangguan depresif. Kelelahan kronis menyebabkan ia lebih senang

berada di tempat tidur tak melakukan apapun, mungkin tidur banyak atau tidak dapat

tidur. Mereka terbaring atau gelisah bangun ditengah malam dan menatap langit-

langit. Keluhan sakit dibanyak bagian tubuh merupakan tanda khas dari gangguan

depresif. Gelisah dan tak dapat diam, mondar-mandirsering menyertai. Gejala

tersebut berjalan demikian lama, mulai dari beberapa minggu sampai beberapa tahun,

dimana perasaan, pikiran dan perilaku berjalan demikian sepanjang waktu setiap hari.

Jika gejala ini terasa, terlihat dan teramati, maka sudah waktunya membawanya

untuk berobat, sebab gangguan depresif dapat diobati.9

Gejala gambaran depresi, yaitu;8

1. Gambaran emosi

Mood depresi, sedih atau murung, iritabilitas, ansietas, anhedonia, kehilangan

minat, kehilangan semangat, ikatan emosi berkurang, menarik diri dari hubungan

anterpersonal, preokupasi dengan kematian.

2. Gambaran kognitif

Mengkritik diri-sendiri, perasaan tidak berharga, rasa bersalah

Pesimis, tidak ada harapan, putus asa

Perhatiannya mudah teralih, konsentrasi buruk

Tidak pasti dan ragu-ragu

Gangguan memori

Berbagai obsesi

Keluhan somatik (terutama pada orang tua)

Waham dan halusinasi

3. Gambaran vegetatif

Lesu, tidak ada tenaga

Insomnia atau hipersomnia

7

Page 8: REFARAT DEPRESI

Anoreksia atau hipereksia

Penurunan atau penambahan berat badan

Retardasi psikomotor

Libido terganggu

Tanda gangguan depresif yang melanda jutaan orang di Indonesia setiap

tahun, seringkali tidak dikenali. Beberapa orang merasakan perasaan sedih dan

murung dalam jangka waktu cukup lama dengan latar belakang yang berbeda-beda.

Variasi tanda sangat luas dari satu orang ke orang lain, dari satu waktu ke waktu pada

diri seseorang. Gejalanya sering tersamar dalam berbagai keluhan sehingga

seringkali tidak disadari juga oleh dokter.9

Tanda gangguan depresif itu adalah :9

Pola tidur yang abnormal atau sering terbangun termasuk diselingi kegelisahan

dan mimpi buruk

Sulit konsentrasi pada setiap kegiatan sehari-hari

Selalu kuatir, mudah tersinggung dan cemas

Aktivitas yang tadinya disenangi menjadi makin lama makin dihentikan

Bangun tidur pagi rasanya malas

II.5. Tipe Gangguan Depresi

Bentuk gangguan ini ada dua (diluar gangguan bipolar atau gangguan mania-

depresif) yakni : bentuk akut dan biasanya berulang, dikenal sebagai gangguan

episode depresif  dan bentuk kronik dan biasanya lebih ringan gejalanya, dikenal

sebagai distimia.9

1. Episode Depresif

Suatu mood depresi dan hilangnya minat atau kesenangan merupakan gejala

utama dari depresi. Pasien mungkin mengatakan bahwa mereka merasa murung,

putus asa, dalam kesedihan, atau tidak berguna. Bagi pasien mood depresi sering kali

memiliki kualitas yang terpisah yang membedakannya dari emosi normal kesedihan

atau duka cita. Pasien sering kali menggambarkan gejala depresi sebagai suatu rasa

nyeri emosional yang menderita sekali. Pasien terdepresi kadang-kadang mengeluhh

tidak dapat menangis, suatu gejala yang menghilang saat mereka membaik.7

8

Page 9: REFARAT DEPRESI

Hampir semua pasien terdepresi (97%) mengeluh adanya penurunan energi

yang menyebabkan kesulitan dalam menyelesaikan tugas, sekolah dan pekerjaan, dan

penurunan motivasi untuk mengambil proyek baru. Kira-kira 80% pasien mengeluh

sulit tidur, khususnya terbangun pada dini hari (insomnia terminal) dan sering

terbangun pada malam hari, selama masa mereka mungkin merenungkan

masalahnya.7

Banyak pasien mengalami penurunan nafsu makan dan penurunan berat

badan. Tetapi beberapa pasien mengalami peningkatan nafsu makan, penambhan

berat badan, dan tidur yang bertambah. Pasien tersebut diklasifikan dalam DSM-IV

sebagai memiliki ciri atipikal dan juga dikenal sebagai disforia histeroid. Pada

kenyataannya kecemasan merupakan gejala yang sering pada depresi, yang mengenai

sebanyak 90% pasien depresi. Berbagai perubahan didalam asupan makanan dan

istirahat dapat memperberat penyakit medis yang menyertai, sepertidiabetes,

hipertensi, penyakit paru obstruktif kronis dan penyakit jantung.7

2. Gangguan Distimik

Gangguan depresi mayor merupakan gangguan yang parah dan ditandai oleh

perubahan yang relatif tiba-tiba dari kondisi seseorang yang sebelumnya. Bentuk

yang lebih ringan dari depresi tampaknya disebabkan oleh suatu perkembangan

kronis yang sering kali bermula pada masa kanak-kanak atau remaja. Sebelumnya,

formulasi diagnostik dari tipe kesedihan yang kronis ini disebut “neurosis depresi”

atau “kepribadian depresi” disebut seperti itu dala usaha untuk memperhitungkan

sejumlah ciri yang umumnya terkait dengan neurosis, seperti bermula saat awal masa

kanak-kanak, gangguan yang kronis dan umumnya berada pada tingkat ke arah yang

ringan. DSM menyebut bentuk depresi ini sebaai gangguan distimik atau distimia,

yang diambil dari bahasa Yunani dys- yang berarti “buruk atau sulit” dan thymos

berarti “spirit”.11

Gangguan nonpsikotik kronis yang lazim pada penurunan mood atau

anhedonia adalah gangguan distimik (DSM-IV). Pasien merasa sedih, susah tertidur,

dan yang khas mereka lebih baik pada pagi hari, sangat sedih pada sore dan malam

hari dan dapat menunjukkan gejala-gejala nonpsikotik dan tanda-tanda depresi.

Gejala penyakit harus berlangsung hilang-timbuk selama setidaknya 2 tahun atau

9

Page 10: REFARAT DEPRESI

lebih paling sering pada perempuan : laki-laki (2-3:1). Sering muncul pertama kali

pada usia 20an atau 30an. Prevalensi selama hidup 6% dan mulainya berangsur-

angsur sering pada orang yang mempunyai predisposisi untuk depresi yaitu:8

Kehilangan besar pada masa kanak-kanak (misal, orangtua)

Baru saja mengalami kehilangan (misal, sakit, kehilangan pekerjaan, pasangan)

Strees kronis (misal, gangguan medis)

Kerentanan psikiatrik (gangguan kepribadian histionik, kompulsif, dependent,

penyalahgunaan obat dan alkohol, depresi berat yang mengalami remisi parsial,

gangguan obsesif-kompulsif, keadaan depresi sering bersama-sama dengan

kondisi ini)

Orang dengan gangguan distimik merasakan spirit yang buruk atau

keterpurukan sepanjang waktu, namun mereka tidak mengalami depresi yang sangat

parah seperti yang dialami oleh orang dengan gangguan depresi mayor. Sementara

gangguan depresi mayor cenderung parah dan terbatas waktunya, gangguan distimik

relatif ringan dan kronis, biasanya berlangsung selama beberapa tahun. Perasaan

depresi dan kesulitan sosial terus ada bahkan setelah orang tersebut menampakkan

kesembuhan. Risiko dari kambuh kembali juga cukup tinggi.11

3. Gangguan Depresi Mayor

Gangguan ini dapat terjadi pada semua stadium umur (umur rata-rata onset

adalah akhir 20-an; 10% terjadi setelah umur 60-an) dengan sebagian besar kasus

adalah pada usia dewasa dan perbandingan perempuan dengan laki-laki adalah

2:1.tidak pada skizofrenia, gangguan ini terjadi pada strata sosial yang lebih tinggi.8

Pasien ini mempunyai beberapa tanda-tanda dan gejala-gejala depresi yang

berat. Tampilan klinisnya sangat bervariasi yaitu mulai sangat retardasi dan sangat

menarik diri sampai iritabel dan agitasi. Pada 25% kasus (50% kasus pada orangtua),

terdapat peristiwa yang diduga mencetuskan gangguan ini. Beberapa penderita yang

tidak mengenali depresi mereka, mengeluh “isi perut keluar” dan “otaknya akan jadi

gila”. Orang dengan depresi mayor juga memiliki selera makan yang buruk,

kehilangan atau bertambah berat badan secara mencolok, memiliki masalah tidur atau

tidur telalu banyak, dan menjadi gelisah secara fisik atau menunjukkan melambtanya

aktivitas motorik mereka.8,11

10

Page 11: REFARAT DEPRESI

Gangguan pikiran kadang-kadang dapat ditemukan. Waham biasanya

dipenuhi afek dan sesuai dengan mood, tetapi tidak harus ada. Halusinasi jarang

ditemukan; kalau ada, biasa berbentuk auditorik, dan biasanya menyalahkan diri

sendiri atau berisi ide-ide paranoid.8

II.6. Diagnosis

Dalam klasifikasi Pedoman Diagnosis Gangguan Jiwa-III terbitan

Departemen Kesehatan, yang menganut klasifikasi WHO : ICD-X, digunakan istilah

gangguan jiwa dan tidak ada istilah penyakit jiwa. Pendekatan gangguan jiwa adalah

pendekatan sindrom atau kumpulan gejala, dalam hal ini sindroma atau pola perilaku,

atau psikologik seseorang yang secara klinik cukup bermakna dan yang secara khas

berkaitan dengan suatu gejala penderitaan atau hendaya di dalam satu atau lebih

fungsi penting dari manusia. Pemahaman diatas memberi gambaran bahwa untuk

membuatdiagnosis gangguan jiwa perlu didapatkan butir-butir :10

1. Adanya gejala klinis yang bermakna berupa sindrom atau pola perilaku, sindrom

atau pola psikologik

2. Gejala klinis tersebut menimbulkan penderitaan (distress), antara lain dapat

berupa: rasa nyeri, tidak nyaman, gangguan fungsi organ dsb.

3. Gejala klinis menimbulkan disabilitas dalam aktivitas sehari-hari yang biasa dan

diperlukan untuk perawatan diri dan kelangsungan hidup (mandi, berpakaian,

makan dsb).

F32 EPISODE DEPRESIF

Berdasarkan dari PPDGJ-III pasien yang di diagnosa menderita Episode Depresif

bila :10

Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat)

- afek depresif

- kehilangan minat dan kegembiraan,

- berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah

yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas

Gejala lainnya :

11

Page 12: REFARAT DEPRESI

a. Konsentrasi dan perhatian kurang

b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

e. Gagasan tatu perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

f. Tidur terganggu

g. Nafsu makan berkurang

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa

sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode

lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung

cepat.

Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1), dan berat

(F32.3) hanya digunakan untuk episode depresif tunggal (yang pertama). Episode

depresif berikutnya harus diklasifikasikan di bawah salah satu diagnosa gangguan

depresif berulang (F33.-)

F32.0 Episode Depresif Ringan

Pedoman Diagnostik

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut

diatas;

Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya : (a) sampai dengan (g)

Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya

Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu

Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa

dilakukannya

F32.1 Episode Depresi Sedang

Pedoman Diagnostik

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti episode

depresi ringan (F30.0)

Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya

12

Page 13: REFARAT DEPRESI

Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu

Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan

urusan rumah tangga.

F32.2 Episode Depresi Berat tanpa Gejala Psikotik

Pedoman Diagnostik

Semua 3 gejala utama depresi harus ada

Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa diantaranya

harus berintensitas berat

Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi mental psikomotor) yang

mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan

banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh

terhadap episode depresif berat masih dibenarkan.

Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan

tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan

untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu

Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan

atau urusan rumah tangga kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik

Pedoman Diagnostik

Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F3.2, tersebut diatas;

Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide

tentang dosa, kemiskinan, atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa

bertanggungjawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa

suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk.

Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.

Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak

serasi dengan afek (mood-congruent)

13

Page 14: REFARAT DEPRESI

F33 GANGGUAN DEPRESIF BERULANG

Pedoman Diagnostik

Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari: episode depresi ringan

(F32.0), episode depresi berat (F32.2 dan F32.3)

Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi

frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar

Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan hiperaktivitas

yang memenuhi kriteria mania (F30.1 dan F30.2). Namun kategori ini tetap harus

digunakan jika ternyata ada episode singkat dari peninggian afek dan

hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria hipomania (F30.0) segera sesudah

suatu episode depresif (kadang-kadang tampaknya dicetuskan oleh tindakan

pengobatan depresi)

Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode, namun sebagian kecil

pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap, terutama pada usia

lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini harus tetap digunakan)

Episode masing-masing dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali dicetuskan

oleh peristiwa kehidupan yang penuh stress atau trauma mental lain (adanya stress

tidak esensial untuk penegakkan diagnosis)

F34.1 DISTIMIA

Pedoman Diagnostik

Ciri esensial adalah afek depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak

pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan depresif

berulang ringan atau sedang (F33.0 dan F33.1)

Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung sekurang-

kurangnya beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu yang yang tidak

terbatas

Jika onsetnya pada usia lebih lanjut, gangguan ini sering kali merupakan

kelanjutan suatu episode depresif tersendiri (F32) dan berhubungan dengan masa

berkabung atau stress lain yang tampak jelas.

14

Page 15: REFARAT DEPRESI

II.7. Penatalaksanaan Depresi

Berbagai obat dan teknik psikoterapi telah dikembangkan untuk memulihkan

penderita depresi. Pada sebagian besar kasus, pengobatan penderita depresi akan

paling efektif dengan mengkombinasikan pemberian obat-obatan oleh psikiater

dengan pemberian psikoterapi oleh psikolog.3

Semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi dan beberapa

memerlukan tambahan terapi fisik. Kebutuhan terapi khusus bergantung pada

diagnosis, berat penyakit, umur pasien, dan respon terhadap terapi sebelumnya. Bila

seseorang menderita depresi berat, maka diperlukan seorang yang dekat dan yang

dipercayainya untuk membantunya selama menjalani pemeriksaan dan pengobatan

depresi tersebut. Kadang seorang penderita depresi berat perlu rawat inap di rumah

sakit, kadang cukup dengan pengobatan rawat jalan.3,8

1. Terapi psikologik.

Psikoterapi suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan, empati, pengertian,

dan optimistik. Bantu pasien mengindentifikasi dan mengekspresikan hal-hal yang

membuatnya prihatin dan melontarkannya. Identifikasi faktor pencetus dan bantulah

untuk mengoreksinya. Bantulah memecahkan problem eksternal (misal pekerjaan)

arahkan pasien terutama selama episode akut dan bila pasien tidak aktif bergerak.

Terapi kognitif-perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi ringan dan

sedang. Diyakini oleh sebagian orang “ketidak berdayaan yang dipelajari”, depresi

diterapi dengan memberikan pasien latihan keterampilan dan memberikan

pengalaman-pengalaman sukses. Dari perpektif kognitif pasien dilatih untuk

mengenal dan menghilangkan pikiran-pikiran negatif dan harapan-harapan negatif.

Terapi ini mencegah kekambuhan.8

2. Terapi Fisik

Beberapa pilihan pengobatan depresi adalah sebagai berikut:

Saat ini telah tersedia beberapa macam obat obatan yang efektif dipakai

menyembuhkan penderita depresi. Ada beberapa jenis obat anti depresi. Jenis obat

anti depresi biasanya dikelompokkan berdasar efeknya terhadap bahan kimia didalam

otak yang mengontrol perasaan (mood).4

Tabel 1. Penggolongan obat anti depresan8

15

Page 16: REFARAT DEPRESI

No.

Golongan Obat Sediaan Dosis Terapi

1.Trisiklik (TCA)

Amitriptilin Tablet 25 mg75-150 mg/hari

Imipramin Tablet 25 mg75-150 mg/hari

Clomipramin Tablet 25 mg75-150 mg/hari

Tianeptine Tablet 12,5 mg 25-50 mg/hari

Opipramol Tablet 50 mg50-150 mg/hari

2. SSRI

Sertralin Tablet 50 mg50-100 mg/hari

Fluvoxamin Tablet 50 mg50-100 mg/hari

FluoxetinKapsul 20 mg

20-40 mg/hariKaplet 20 mg

Paroxetin Tablet 20 mg 20-40 mg/hariCitalopram Tablet 20 mg 20-60 mg/hari

3. MAOIMoclobemid

eTablet 150 mg

300-600 mg/hari

4. Tetrasiklik

MaprotilinTablet 10, 25, 50,

75 mg75-150 mg/hari

Mianserin Tablet 10,30 mg 30-60 mg/hari

Amoxapin 100 mg200-300 mg/hari

5. AtypicalTrazodon Tablet 50, 100 mg

100-200 mg/hari

MirtazapineTablet 30 mg 15-45 mg/hari

Efek Samping obat anti depresi adalah:3

Tricyclic antidepressants.

Obat-obatan yang termasuk kedalam kelompok ini (misal Amitryptiline) sudah

dipakai bertahun tahun dan telah terbukti tidak kalah manjur dibandingkan dengan

obat anti depresi yang lebih baru. Hanya saja, karena banyaknya dan lebih kerasnya

efek samping obat, maka obat tricyclic antidepressant biasanya tidak diberikan

sebelum obat jenis SSRI dicoba dan tidak berhasil mengobati depresi. Efek samping

obat ini antara lain: penglihatan kabur, mulut kering, gangguan buang air besar dan

16

Page 17: REFARAT DEPRESI

gangguan kencing, detak jantung cepat dan bingung. Obat jenis ini juga sering

menyebabkan penambahan berat badan.3

Tetracyclic.

Obat-obatan yang termasuk kedalam kelompok ini misalnya Maproptiline

(Ludiomil) efek sampingnya seperti TCA; efek samping otonomik, kardiologik

relatif lebih kecil, efek sedasi lebih kuat diberikan pada pasien yang kondisinya

kurang tahan terhadap efek otonomik dan kardiologik (usia lanjut) dan sindrom

depresi dengan gejala anxietas dan insomnia yang menonjol.8

Selective serotonine reuptake inhibitors (SSRI).

Banyak dokter yang memulai pengobatan depresi dengan SSRI. Efek samping

yang paling sering adalah menurunnya dorongan seksual dan sulitnya mencapai

orgasme. Berbagai efek samping lainnya biasanya menghilang sejalan dengan

penyesuaian tubuh terhadap obat-obatan tersebut. Beberapa efek samping SSRI yang

sering adalah: sakit kepala, sulit tidur, gangguan pencernaan, dan resah/ gelisah.3

Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs).

Obat obatan dalam kelompok ini biasanya merupakan pilihan terakhir bila obat

dari kelompok lain sudah tidak mempan mengobati depresi. Obat obatan dalam

kelompok ini bisa menimbulkan efek samping yang serius, bahkan bisa

menyebabkan kematian. Obat MAOIs memerlukan diet ketat karena bila berinteraksi

dengan makanan seperti keju, acar mentimun (pickles) dan anggur, serta obat anti

pilek (decongestant) dapat berakibat fatal. Selegiline (Emsam) merupakan obat jenis

terbaru dalam kelompok ini yang memakainya tidak dengan diminum, cukup dengan

ditempelkan di kulit. Obat selegiline mempunyai lebih sedikit efek samping

dibandingkan dengan obat MAOIs lainnya.3

Atypical antidepressant

Merupakan obat anti depresi yang tidak bisa dimasukkan kedalam kelompok obat

lainnya. Pada beberapa kasus, obat tersebut dikombinasikan untuk mengurangi

efeknya terhadap tidur. Obat terbaru dalam kategori ini adalah vilazodone (Vibryd).

Obat vilazidone mempunyai efek samping kecil terhadap dorongan seksual.

Beberapa efek samping dari vilazodone yang sering muncul adalah: mual, muntah,

mencret dan sulit tidur.3

17

Page 18: REFARAT DEPRESI

Obat obatan lainnya. Dokter mungkin mengobati depresi dengan obat obat

lainnya, misalnya dengan obat stimulant, obat untuk menstabilkan suasana hati

(mood), obat anti cemas/ anxiety, dan obat anti psikotik. Pada beberapa kasus, dokter

mungkin mengkombinasikan beberapa obat agar dihasilkan efek yang optimal.

Strategi ini dikenal sebagai augmentation (penguatan/ tambahan).3

3. Terapi Elektokonvulsif

Terapi Elektokonvulsif (ECT) digunakan untuk mengatasi depresi berat,

terutama pada penderita :2

a. Gangguan jiwa psikotik

b. Yang mengancam akan bunuh diri

c. Yang dapat memperberat penyakitnya, misal tidak mau makan

Terapi ini biasanya sangat efektif dan bisa segera meringankan depresi. Teknik terapi

ini adalah dengan memasang elektroda dikulit kepala, lalu diberi aliran listrik untuk

merangsang peningkatan arus listrik didalam otak. Efek kejang yang timbul dapat

membuat depresinya berkurang, kemungkinan kejang buatan ini memutus atau

mengacaukan sambungan aliran impuls depresi diotak. ECT bisa menyebakan

hilangnya ingatan untuk sementara waktu. Pengobatan denga ECT dilakukan

sebanyak 5-7 kali, aliran listrik bisa menimbulkan efek kontraksi otot dan nyeri,

karena itu penderita dibius total selama pengobatan ECT.2

II.8. Pencegahan

Ada beberapa cara mencegah depresi yaitu;12

1. Cukup istirahat. Tidur merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat untuk

mencegah depresi. Cukup istirahat dan olahraga dapat membuat tubuh lebih rileks

dan tidak tegang sehingga dapat mencegah depresi.

2. Hindari strees. Bila melakukan suatu kegiatan, jangan memaksakan diri untuk

melakukan hal di luar batas. Bila stres datang, mencoba untuk menghindarkan diri

dari stres adalah langkah yang baik untuk mencegah depresi. Bila sudah terlanjur

terkena stres, mencoba untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi stres

merupakan hal yang baik dalam pencegahan depresi.

3. Hindari narkoba dan alkohol. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa

menggunakan narkoba dan mengonsumsi alkohol dapat menyebabkan depresi.

18

Page 19: REFARAT DEPRESI

Oleh karena itu, menghindari narkoba dan alkohol adalah langkah yang baik untuk

mencegah depresi.

4. Lakukan kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan menyenangkan seperti

melakukan hobi bisa mencegah depresi. Bercanda dengan teman-teman bisa

menghilangkan rasa penat di dalam otak.

5. Makan secara teratur. Salah satu fungsi makanan adalah untuk menjaga tubuh dari

keadaan stres. Oleh karena itu, makan secara teratur juga penting untuk menjaga

diri dari kondisi depresi.

II.9. Diagnosa Banding

Beberapa diagnosis banding dari depresi, yaitu;8

1. Gangguan Skizofrenia : trauma katatonik, tetapi tiap jenis skizofrenia dapat

terlihat atau menjadi depresi selama atau setelah satu periode. Adanya

penyesuaian premorbid yang buruk, gangguan proses fikir formal dengan waham

yang tersusun baik dan halusinasi yang kompleks, tidak ada riwayat keluarga yang

mengalami gangguan afektif, menyokong dugaan suatu skizofrenia.

2. Gangguan Skizoafektif : suatu gangguan psikotik yang memenuhi kriteria

skizofrenia tetapi beberapa saat bertumpang-tindih dengan gejala-gejala mood

mayor

3. Gangguan cemas menyeluruh : terlibat anxietas yang sangat menonjol. Pasien

dengan cemas hendakknya selalu di pertimbangkan kemungkinan adanya depresi

4. Alkoholisme dan ketergantungan zat : alkoholisme dan depresi seering terlihat

bersama-sama (pasien dengan “diagnosis rangkap”)

5. Demensia : pseudodepresi seing terjadi dan sulit membedakannya terutama pada

orang tua. Periksa gangguan memori dan disorientasi.

II.10. Prognosa

19

Page 20: REFARAT DEPRESI

Perjalanan atau ramalan penyakit kedepan apabila tidak diobatai akan

semakin berat dan berlangsung lama, bisa sampai 6 bulan atau lebih. Gejala yang

ringan bisa menetap, tetapi keadaan penderita cenderung kembali normal. Sebagian

besar penderita mengalami episode depresi berulang, sekitar 4-5 kali sepanjang

hidupnya.2

BAB III

20

Page 21: REFARAT DEPRESI

KESIMPULAN

Depresi merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup serius.

Depresi merupakan suatu gangguan alam perasaan (suasana hati atau mood) yang

ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, merasa

tidak berharga, merasa hidupnya hampa dan tidak ada harapan, pemikirannya

berpusat pada kegagalan dan kesalahan diri atau menuduh diri, dan sering disertai iri

dan pikiran bunuh diri. Penderita depresi sering tidak berminat pada penampilan diri

dan aktivitas sehari-hari.1,3

Depresi dapat terjadi pada siapa pun, golongan mana pun, keadaan sosial

ekonomi berapa pun. Tetapi umumnya depresi mulai timbul pada usia 20 sampai 40

tahunan. Depresi biasanya berlangsung sampai 6-9 bulan, dan sekitar 15-20%

penderita bisa berlangsung sampai 2 tahun atau lebih. Episode depresi cenderung

berulang sebanyak beberapa kali dalam kehidupan seseorang.2

Depresi bukan hanya disebabkan oleh adanya gangguan keseimbangan kimia

didalam otak yang cukup disembuhkan dengan minum obat-obatan. Para ahli

berpendapat bahwa depresi disebabkan oleh kombinasi faktor biologis, psikologis

dan sosial. Gejala dapat digolongkan dalam kelompok terkait perubahan dalam cara

pikir, perasaan dan perilaku. Bentuk gangguan ini ada dua (diluar gangguan bipolar

atau gangguan mania- depresif) yakni : bentuk akut dan biasanya berulang, dikenal

sebagai gangguan episode depresif  dan bentuk kronik dan biasanya lebih ringan

gejalanya, dikenal sebagai distimia.3,9

Dalam klasifikasi Pedoman Diagnosis Gangguan Jiwa-III terbitan

Departemen Kesehatan, yang menganut klasifikasi WHO : ICD-X, digunakan istilah

gangguan jiwa dan tidak ada istilah penyakit jiwa. Berbagai obat dan teknik

psikoterapi telah dikembangkan untuk memulihkan penderita depresi. Bagi sebagian

besar penderita depresi, berbagai obat dan teknik psikoterapi tersebut telah terbukti

efektif. Namun pada sebagian besar kasus, pengobatan penderita depresi akan paling

efektif dengan mengkombinasikan pemberian obat-obatan oleh psikiater dengan

pemberian psikoterapi oleh psikolog.3,10

BAB IV

21

Page 22: REFARAT DEPRESI

DAFTAR PUSTAKA

1. Amir N. Depresi. Dalam: Aspek Neurobiologi Diagnosa dan Tatalaksana. Jakarta:

Balai penerbit, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005. Hal: 1-4

2. Junaldi I. Anomali Jiwa. Dalam : Gangguan Kecemasan.Edisi 1. Yogyakarta:

Percetakan Andi, 2012. Hal:124-141

3. Jiwo T. Pusat Pemulihan dan Pelatihan Penderita Gangguan Jiwa. (Online Juni

2012). Available from.URL: http://www.tirtojiwo.seri-depresi.pdf.com

4. Vienza. Makalah-Depresi. (Online, 01 Juni 2012). Available from.URL:

http://ml.scrib.com/doc/46380547/Makalah-Depresi/vienza.com

5. Suparyanto. Konsep Depresi. (Online, 22 Februari 2012). Available from. URL:

http://www.dr.suparyanto,M.Kes.konsepdepresi-5.html

6. Andikha. Saling Berbagi Informasi dan ilmu. Apa itu Depresi Mental. (Online, 21

Januari 2012). Available from URL:

http://www.salingberbagiinformasidanilmu.com/2012/1/apa-itu-depresi-

mental.html

7. Kaplan HI, BJ Sadock, JA Grebb. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1, Jakarta Barat: Bina

Rupa Aksara,2012. Hal : 813-816

8. Tomb DA, Buku Saku Psikiatri. Edisi 6, Cetakan 1. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC, 2004. Hal : 47-63

9. Yuliadha A. Etiologi dan Patofisiologin Depresi. (Online, 15 November 2010).

Available from URL: http://www.makalah-depresi.scrib.Astiyuliadha.html

10. Malim R. Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Cetakan

1. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta: 2001. Hal: 7, 64-

65

11. Nevid JS, Rathus SA, Greene B. Psikologi Abnormal. Edisi 5.Jilid 1. Penerbit

Erlangga, 2005. Hal: 230-237

12. Admin. Artikel Kesehatan. Penyebab dan Cara Mencegah Depresi.

(Online,2012). Available from URL: http://www.Penyebab-dan-cara-mencegah-

depresi.html

22