Upload
halim-musahib
View
245
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
motion sickness
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Motion sickness adalah ketidakseimbangan sistem saraf autonom dalam
merespon stimulus gerakan yang berulang selama dalam perjalanan dengan
menggunakan kendaraan 1. Motion sickness merupakan pengalaman yang sering
dialami selama perjalanan dengan menggunakan kendaraan seperti kereta api, bus,
kapal, perahu atau sampan dan lain-lain9.
Antara 7% sampai dengan 28% orang-orang dilaporkan dengan gejala –
gejala motion sickness akut selama perjalanan darat, udara, atau perjalanan laut
6.Gejala dan tanda penyakit ini meliputi sindroma mual, gangguan epigastrik
seperti rasa tidak nyaman epigastrik, mual dan muntah, gejala-gejala pada kulit
seperti pucat, keringat dingin, mulut kering, gejala – gejala pada system saraf
pusat seperti sakit kepala, mengantuk, rasa tegang dimata, dan lesu.
Motion sickness bukan merupakan suatu keadaan patologis tapi
merupakan respon yang normal untuk stimulasi terhadap individu yang tidak
familiar oleh karena itu harus dilakukan adaptasi.
Pencegahan dan pengobatan penyakit ini adalah kompleks. Sebagian kecil
individu normal sangat mudah terkena penyakit ini hampir pada semua keadaan.
Sebagian lagi tidak muda terkena dan yang lainnya berada diantaranya.
Pencegahan terbaik untuk orang-orang dengan kepekaan tinggi adalah
menghindari dan membangun adaptasi terhadap situasi atau keadaan yang
memprovokasinya.
1
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA
A. SISTEM KESEIMBANGANKeseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di
sekitarnya tergantung kepada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin,
organ visual, dan proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik
tersebut akan diolah system saraf pusat sehingga menggambarkan keadaan posisi
tubuh pada saat itu.
Alat vestibuler terletak di telinga dalam (labirin) terlindung oleh tulang
yang paling keras yang dimiliki oleh tubuh. Labirin secara umum adalah telinga
dalam tetapi secara khusus dapat diartikan sebagai alat keseimbangan. Labirin
terdiri atas labirin tulang dan labirin membrane. Labirin membrane terletak dalam
labirin tulang dan bentuknya hamper menurut bentuk labirin tulang.
Vestibulum memonitor pergerakan dan posisi kepala dengan mendeteksi
akselerasi linier dan angular. Bagian vestibular dari labirin terdiri dari tiga kanal
semisirkularis yaitu kanal anterior, kananl posterior, dan horizontal. Ketiga kanal
semisirkularis ini mendeteksi akselerasi angular. Setiap kanal semisirkularis terisi
oleh endolimfe dan pada bagian dasarnya terdapat penggelembungan yang disebut
yang disebut ampula. Ampula mengandung kupula, suatu masa gelatin yang
memiliki densitas yang sama dengan endolimfe serta melekat pada sel rambut.
Labirin juga terdiri terdiri dari dua struktur otolit yaitu utrikulus dan
sakulus yang mendeteksi akselerasi linear, termasuk deteksi terhadap gravitasi.
Organ reseptornya adalah macula. Makula utrikulus terletak pada dasar utrikulus
2
kira-kira di bidang kanalis semisirkularis horizontal. Makula sakulus terletak pada
dinding medial sakulus dan terutama terletak di bidang vertical. Pada setiap
macula terdapat sel rambut yang mengandung endapan kalsium yang disebut
otolith (otokonia).
Gambar 1 : Labirin Membrane
Kupula adalah sensor gerak untuk kanal semisirkular dan ini teraktivasi
oleh defleksi yang disebabkan oleh aliran endolimfe. Pergerakan kupula oleh
karena endolimfe dapat menyebabkan respon, baik berupa rangsangan atau
hambatan, tergantung pada arah dari gerakan dan kanal semsirkularis yang
terkena kupula membentuk barier yang impermeable yang melintasi lumen dari
ampula sehingga partikel dalam kanal semisirkular hanya dapat masuk atau
keluar kanal melalui ujung yang tidak mengandung ampula.
Ampulofugal berarti pergerakan yang menjauhi ampula sedangkan
ampulopetal berarti gerakan mendekai ampula. Pada kanal semisirkular
3
posterior dan superior, defleksi utrikulofugal dari kupula bersifat merangsang
( stimulatory), dan defleksi utrikulopetal bersifat menghambat ( inhibitory). Pada
kanal semisirkular lateral terjadi yang sebaliknya.
Gambar 2: Ampulofetal dan Ampulofugal
Secara morfologi sel rambut pada kanalis sangat serupa dengan sel rambut
pada organ otolit. Masing-masing sel rambut memiliki polarisasi structural yang
dijelaskan oleh posisi dari stereosilia relative terhadap kinosilim. Jika suatu
gerakan menyebabkan stereosilia membengkok kearah kinosilium maka sel-sel
rambut akan tereksitasi. Jika gerakan dalam arah yang berlawanan sehingga
stereosilia menjauh dari kinosilium maka sel-sel rambut akan terinhibisi.
Polarisasi adalah sama pada seluruh sel rambut pada tiap kanalis dan pada
rotasi sel – sel dapat tereksitasi ataupun terinhibisi. Ketiga kanalis hampir tegak
4
lurus satu dengan yang lainnya dan masing-masing kanalis dari satu telinga
terletak hampir satu bidang yang sama dengan kanalis telinga lainnya. Pada waktu
rotasi salah satu pasangan kanalis akan tereksitasi sementara yang satunya akan
terinhibisi misalnya bila kepala pada posisi lurus normal dan terdapat percepatan
dalam bidang horizontal yang menimbulkan rotasi ke kanan maka serabut serabut
aferen dari kanalis horizontal kanan akan tereksitasi sementara serabut – serabut
yang kiri akan terinhibisi. Jika rotasi pada bidang vertical misalnya rotasi kedepan
maka kanalis anterior kiri dan dan kanan kedua sisi akan tereksitasi sementara
kanalis posterior akan terinhibisi.
Terdapat dua organ otolit utrikulus yang terletak pada bidang kepala yang
hampir horizontal dan sakulus yang terletak pada bidang hampir vertical. Berbeda
dengan sel rambut kanalis semisirkularis maka polarisasi sel rambut pada organ
otolit tidak semuanya sama . Pada macula utrikulus , kinosilium terletak di bagian
samping sel rambut yang terdekat dengan daerah sentral yaitu striola . Maka pada
saat kepala miring atau mengalami percepatan linier sebagian serabut aferen akan
tereksitasi sementara yang lainnya terinhibisi. Dengan adanya polarisasi yang
berbeda dari tiap macula maka SSP mendapat informasi tentang gerak linier
dalam tiga dimensi walaupun sesungguhnya hanya ada dua macula.
Hubungan-hubungan langsung antara inti vestibularis dengan motoneuron
ekstraokularis merupakan suatu jaras yang penting mengendalikan gerakan mata
dan reflex vestibulookularis (RVO). RVO adalah gerakan mata yang mempunyai
suatu komponen cepat yang searah dengan putaran kepala. Komponen lambat
mengkompensasi gerakan kepal dan berfungsi menstabilkan suatu bayangan pada
5
retina . Komponen cepat berfungsi untuk kembali mengarahkan tatapan ke bagian
lain dari lapangan pandang . Perubahan arah gerakan mata selama rangsangan
vestibularis merupakan suatu contoh dari nistagmus norma.
B. DEFINISI
Motion sickness atau kinetosis juga dikenal sebagai mabuk perjalanan
adalah suatu kondisi dimana ada perselisih antara gerakan visual dirasakan dan
rasa system vestibuler dari gerakan. Tergantung pada penyebabnya juga dapat
disebut sebagai mabuk laut, mabuk udara, dan mabuk darat.
C. EPIDEMIOLOGI
Antara 7% sampai dengan 28% orang-orang dilaporkan dengan gejala –
gejala motion sickness akut selama perjalanan darat, udara, atau perjalanan laut.
D. ETIOLOGI
Berdasarkan penilitian menunjukkan bahwa konflik berasal dari dua organ
penting keseimbangan yaitu mata dan koklea di telinga dalam menyesuaikan diri
terhadap kecepatan yang berbeda ketika terjadinya gerakan. Mata menyesuaikan
diri secara cepat sedangkan telinga dalam lebih lama. Sampai kedua organ ini
menyesuaikan diri dan menetapkan sinyal yang identik untuk dikirimkan ke otak
maka kekacauan pemusatan perhatian terhadap posisi tubuh dapat terjadi.
Penyakit ini dapat diprovokasi oleh gerakan yang tiba-tiba seperti saat berada di
perjalanan yang tidak rata, penerbangan yang berputar, dan pelayaran yang
bergelombang.
6
E. PATOFISIOLOGI
Saat ini belum ada teori yang adekuat yang dapat menjelaskan perjalanan
penyakit ini. Ada beberapa teori yang menjelaskan penyakit ini
1. Teori darah dan system pencernaan. Teori ini menjelaskan bahwa muntah
adalah respon reflex dari iritasi mukosa lambung dan dari teori darah yaitu
karena aliran darah yang sedikit ke otak menyebabkan iritasi pada mata dan
secara cepat menyebabkan spasme kapiler otak yang menyebabkan muntah.
2. Teori detector toksin. Sistem vestibuler bertindak sebagai detector toksin.
Otak berkembang untuk mengetahui setiap perubahan yang terjadi di system
vestibuler, visual, dan informasi kinetotik sebagai bukti malfungsi system
saraf pusat. Inisiasi muntah adalah sebagai pertahanan melawan neurotoksin
yang mungkin termakan. System detector toksin yang utama adalah
kemoreseptor di nervus vagus dan di batang otak.
3. Teori perbedaan sensori berhubungan dengan perangsangan penyakit sebagai
perbedaan antara system vestibuler sebaga transduser dengan indera lain
sebagai sinyal atau antara kanalis semisirkularis dan otolith yang lebih spesifik
terhadap tubuh yang bergerak.
Zona pencetus kemoreseptor di dalam medulla otak untuk memulai
muntah oleh motion sickness. Selain dari muntah yang dicetuskan oleh
rangsangan iritasi traktus gastrointestinal itu sendiri, muntah juga dapat
disebabkan oleh impuls saraf yang timbul pada daerah otak. Ini terutama berlaku
pada daerah kecil yang terletak bilateral pada dasar ventrikel keempat yang
disebut zona pencetus kemeroseptor muntah. Perangsangan elektrik pada daerah
7
ini dapat mencetuskan muntah; namun yang lebih penting pemakaian obat-obat
tertentu termasuk apomorfin,morfin,dan beberapa derivate digitalis, dapat secara
langsung merangsang zona pencetus kemoreseptor ini dan mencetuskan muntah.
Destruksi daerah tersebut menghambat muntah jenis ini tetapi tidak menghambat
muntah yang ditimbulkan oleh rangsangan iritasi pada traktus gastrointestinal itu
sendiri.
Telah diketahui dengan baik bahwa perubahan arah atau irama gerakan
tubuh yang cepat dapat menyebabkan orang tertentu muntah. Mekanisme
peristiwa ini adalah sebagai berikut: gerakan merangsang reseptor di dalam labirin
vestibular pada teling dalam dan dari sini impuls ditransmisikan terutama lewat
jalur nuclei vestibular batang otak ke dalam serebellum kemudian ke zona
pencetus kemoreseptor dan akhirnya ke pusat muntah untuk menyebabkan
muntah.
Kepekaan terhadap penyakit ini sulit ditentukan. Kepekaan terhadap satu
kondisi tertentu mungkin tidak dapat di samaratakan terhadap situasi yang lain.
Walaupun system vestubuler penting terhadap penyakit ini tetapi kepekaan
penyakit ini tidak berhubungan dengan sensitivitas system vestibuler. Setiap
individu mempunyai kepekaan yang bervariasi terhadap bentuk stimulasi yang
berbeda. Gerakan kepala yang dibuat selama rotasi tubuh yang pasif dapat
menyebabkan pola yang ganjil pada stimulasi system kanal dan organ-organ
otolith.
F. GAMBARAN KLINIK
Gejala dan tanda dari motion sickness adalah:
8
1. Sindroma mual.
2. Gangguan epigastrik seperti rasa tidak nyaman epigastrik, mual, dan muntah.
3. Gejala-gejala pada kulit seperti pucat, keringat dingin, dan mulut kering.
4. Gejala-gejala system saraf pusat seperti sakit kepala, mengantuk, rasa tegang
di mata, dan lesu.
G. PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN
Pencegahan dan pengobatan penyakit ini adalah kompleks. Sebagian kecil
individu normal sangat mudah terkena penyakit ini pada hampir semua keadaan,
sebagian lagi tidak mudah terkena dan yang lainnya berada diantaranya.
Pencegahan terbaik untuk orang-orang dengan kepekaan tinggi adalah
menghindari dan membangun adaptasi terhadap situasi atau keadaan yang
memprovokasinya.
Secara alternatif penambahan paparan secara perlahan-lahan
meningkatkan derajat stimulasi seperti membuat kepala bergerak selama selama
tubuh secara pasif berotasi dengan kecepatan rotasi yang tinggi dapat
menyebabkan adaptasi dapat dicapai tanpa membangkitkan penyakit ini bahkan
derajat stressor yang dicapai di step pertama bukanlah provokasi yang dapat
ditoleransi.
Tehnik modifikasi perilaku telah sangat lama dipromosikan untuk
mencegah motion sickness, keberhasilan juga sudah banyak dilaporkan, tapi
jarang disebarkan sebenarnya dimana pelatihannyapun tidak ada.
9
Obat-obatan motion sickness bekerja dengan mengurangi sensitivitas
terhadap gerakan. Dengan menguranginya berarti mengurangi kekacauan sinyal
yang akan diterima oleh otak dan obat-obatan ini dapat mencegah motion
sickness. Obat-obat ini dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu all over
counter ( OTC ) dan obat-obatan yang harus diresepkan. Produk-prodeuk OTC
berisikan antihistamin dan cocok untuk gejala yang ringan dan merupakan self
medication. Sedangkan obat yang diresepkan berisi scopolamine yaitu
antikolinergik dan menurut penelitian lebih efektif . Scopolamin cocok untuk
mengobati gejala sedang sampai berat.
Obat-obatan anti motion sickness
Obat Rute Dosis Dewasa
(Mg)
Onset
(Jam)
Durasi
(Jam)
Cyclizine Oral 50 0,5-1 12-24
Dymenhidrinate Oral 50-100 2 8
Meclizine Oral 25-50 0,5-1 12-24
Diphenhydramine Oral 25-50 0,25-0,5 4-6
Promethazine Oral 25 0,5-1 8-12
Buclizine Oral 50 0,5 12
Scopolamin
Patch Tablet
Oral dan
Dermal
0,4-0,8
1,5
1
4-6
8
72
10
Obat-obatan di atas mempunyai efek samping berupa rasa ngantuk dan
mulut kering . Scopolamin untuk meningkatkan efeknya sering digunakan
bersamaan dengan amfetamin, dan promethazin sering digunakan bersamaan
dengan efedrin . Kontraindikasi penggunaan scopolamine adalah orang-orang
dengan galukoma , hipertrofi prostat, penyakit hati dan ginjal. Wanita hamil dan
menyusui juga sebaiknya tidak mengkonsumsi scopolamine kecuali keadaan
yang sangat diperlukan. Alkohol dapat meningkatkan efek mengantuk jika
digunakan bersamaan dengan scopolamine sehingga tidak boleh digunakan saat
berkendaraan
Terdapat tiga neurontransmitter : histamine, acetylcoline, dan
noradrenaline yang memainkan peran penting dalam proses neural dari motion
sickness , karena antihistamin, scopolamine, dan amphetamine efektif dalam
pencegahan terjadinya motion sickness. Reseptor histamine H1 terlibat dalam
perkembangan gejala dan tanda motion sickness termasuk emesis. Pada
rangsangan gerak provokatif, sebuah sinyal ketidaksesuain saraf mengaktivasi
system neuron histaminergik dalam hypothalamus, dan histaminergik turun
merangsang reseptor H1 pada pusat muntah dari brainstem. Input histaminergik
pada pusat muntah melalui reseptor H1 tidak bergantung pada dopamine D2-
reseptor dalam zona pencetus chemoreseptor dalam area postrema dan serotonin
5HT3-reseptor pada visceral afferent yang juga terlibat dalam reflex muntah.
Antihistamine block emetic H1-reseptor mencegah terjadinya motion sickness.
Scopolamine mencegah motion sickness dengan memodifikasi neural store untuk
menurunkan ketidaksesuain sinyal saraf yakni dengan memfasilitasi adaptasi atau
11
habituasi proses. Sistem neuron adrenergic dalam locus coeruleus ditekan oleh
ketidaksesuain sinyal saraf. Amphetamine melawan ketidaksesuaian sinyal saraf-
induksi noradrenergic transmisi neural yang mencegah terjadinya motion sickness.
BAB III
KESIMPULAN
1. Motion sickness atau kinetosis juga dikenal sebagai penyakit perjalanan
adalah suatu kondisi dimana ada perbedaan antara sinyal yang diterima otak dari
mata dan organ-organ sensitif terhadap posisi lainnya termasuk system vestibular
mengenai posisi tubuh.
2. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa konflik berasal dari dua organ
penting keseimbangan yaitu mata dan coclea di telinga dalam menyesuaikan diri
terhadap kecepatan yang berbeda ketika terjadinya gerakan.
3. Saat ini belum ada teori yang dapat menjelaskan perjalanan penyakit ini
dan ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai penyakit ini.
4. Gejala dan tanda dari penyakit ini meliputi sindroma mual, gangguan
epigastrik seperti rasa tidak nyaman epigastrik, mual dan muntah, gejala-gejala
pada kulit seperti pucat, keringat dingin, mulut kering, gejala-gejala SSP seperti
sakit kepala, mengantuk, rasa tegang dimata, dan lesu.
5. Pencegahan dan pengobatan penyakit ini kompleks. Pencegahan terbaik
untuk orang-orang dengan kepekaan tinggi adalah menghindari dan membangun
adaptasi terhadap situasi atau keadaan yang memprovokasinya.
12
6. Obat-obatan motion sickness bekerja dengan mengurangi sensitivitas
terhadap gerakan. Dengan mengurangi senstivitas berarti mengruangi kekacauan
sinyal yang akan diterima oleh otak dan obat-obatan dapat mencegah motion
sickness.
13