Referat Bahaya Merokok

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Referat Bahaya Merokok

Citation preview

BAB 1

PENDAHULUANBahaya dari merokok sudah sering sekali didokumentasikan. Data dari studi yang terkini mengatakan bahawa terdapat hubungan kuantitatif antara merokok dengan berbagai penyakit seperti penyakit jantung koroner, kanker paru, kanker usus, emfisema paru, penyakit vaskular perifer serta kematian neonatus (Dhala et al., 2004). Pada tahun 2002, diperkirakan sebanyak 4,83 juta kematian bayi prematur disebabkan oleh merokok, dimana sebanyak 50% di negara-negara membangun (Ezzati et al., 2003). Berdasarkan data-data yang telah diperoleh, merokok terbukti merupakan salah satu faktor resiko yang terbesar untuk mati mendadak melalui penyakit jantung koroner (PJK). Resiko terjadinya PJK ini meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok, dengan bertambahnya jumlah rokok yang dihisap per hari serta lama merokok. Terdapat penelitian telah membuktikan bahwa faktor resiko merokok bekerja secara sinergis dengan faktor-faktor lain seperti hipertensi, kadar lemak atau gula darah yang tinggi terhadap tercetusnya PJK. Hal ini menyokong bahwa merokok mempunyai kaitan yang kuat dengan penyakit jantung dan pembuluh darah (Kusmana, 2002). Merokok masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Indonesia. Dengan jumlah perokok di Indonesia saat ini mencapai 57 persen penduduk atau kurang lebih 100 juta orang, artinya kini Indonesia menduduki peringkat ke-7 dalam urutan negara yang jumlah perokoknya paling banyak. Jumlah perokok di seluruh dunia saat ini mencapai 1,1 miliar orang. Sebanyak 800 juta orang diantaranya di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Peraturan Pemerintah (PP) No 81/1999 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan telah direvisi bagi melindungi masyarakat dari bahaya kesehatan akibat merokok dimana revisi tersebut mengharuskan penulisan jumlah kandungan tar dan nikotin dalam setiap batang rokok. Karena itu, setiap bungkus rokok kini harus ditulis bahaya merokok terhadap kesehatan. Misalnya, sakit jantung, paru-paru dan gangguan kehamilan (Health Today, 2003). Golongan yang didapati paling banyak merokok adalah golongan dewasa muda. Indonesia juga cetak rekor baru, yakni jumlah perokok remaja tertinggi di dunia. Sebanyak 13,2 persen dari total keseluruhan remaja di Indonesia adalah perokok aktif (Republika, 2005). Mahasiswa juga tidak terkecuali dari termasuk dalam golongan yang merokok ini. Termasuk juga mahasiswa yang belajar di Fakultas Kedokteran. Walaupun mahasiswa kedokteran mempelajari tentang bahaya dari merokok, namun masih juga terdapat mahasiswa fakultas kedokteran yang merokok. Ini akan menjadi masalah kepada mereka pada masa yang akan datang sebagai tenaga kesehatan karena mereka seharusnya menunjukkan contoh yang baik kepada pasien untuk menjalani cara hidup yang sehat (Geller et al., 2005). BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Asap Rokok

Asap rokok mengandung berbagai campuran dari bahan kimia seperti karbon monoksida (CO), hidrogen sianida (HCN), arsen, nitrogen oksida, formaldehida, benzene, nikotin, feol, poliaromatik hidrokarbon (PAH) dan beberapa nitrosamin. Campuran dari berbagai bahan kimia ini memiliki begitu banyak efek yang buruk bagi seluruh organ tubuh. Selain itu rokok juga dapat menyebabkan timbul dan/atau berkembangnya berbagai jenis penyakit. Berikut ini efek spesifik dari beberapa bahan kimia yang dikandung dalam rokok.1a. Karsinogen

Asap rokok mengandung 10 dari total 36 jenis bahan kimia yang digolongkan sebagai karsinogen oleh The International Agency for Research on Cancer (IARC). IARC membagi klasifikasi bahan kimia menjadi 2 grup, di mana grup 1 adalah bahan kimia yang telah diketahui dapat menyebabkan kanker dan grup 2 adalah bahan kimia yang diduga dapat menyebabkan kanker. Berdasarkan klasifikasi tersebut, 10 bahan kimia dalam asap rokok tergolong ke dalam grup 1.1b. Tar

Tar merupakan sebutan bagi berbagai pratikel padat yang dihisap seseorang yang merokok. Partikel padat tersebut juga diketahui sebagai karsinogen yang entunya dapat menyebabkan kanker. Seperti yang kita tahu, pada bungkus rokok dapat ditemukan kandungan tar dalam sebungkus rokok dengan berbagai jumlah. Besarnya kandungan tar dalam rokok hanyalah merupakan gambaran kasar untuk mengukur potensi toksisitas relatif pada suatu jenis rokok. Meskipun demikian, rokok dengan kandungan tar yang sedikit tetap memiliki efek yang berbahaya bagi kesehatan.1, 2c. Arsen

Arsen merupakan bahan kimia yang sangat berbahaya dan dapat mencederai pembuluh darah dan bahkan jantung. Bahan ini dapat memperburuk efek dari berbagai bahan kimia dalam rokok terhadap tubuh kita dengan mengganggu kemampuan tubuh untuk regenerasi.2

d. Benzen

Benzen merupakan bahan kimia yang digunakan untuk memproduksi beberapa jenis produk kimia, salah satunya yaitu bensin. Benzen dapat menyebabkan kanker atau bahkan lebih spesifik yaitu leukimia. Asap rokok mengandung benzen dalam jumlah yang besar, di mana jumlah benzen yang dihisap oleh perokok mencapai hingga 10 kali lipat dibandingkan dengan orang yang tidak merokok aktif maupun pasif.2e. Kadmium

Kadmium merupakan logam yang digunakan untuk memproduksi batu baterai. Kadmium dapat menyebabkan timbulnya kanker dan dapat mencederai ginjal serta pembuluh arteri. Tubuh memiliki beberapa protein yang dapat menghilangkan efek buruk dari kadmium, namun dengan jumlah yang ada dalam asap rokok melebihi kapasitas kemampuan protein tersebut. Kadmium juga menyebabkan sel tubuh tidak dapat regenerasi sehingga memperburuk efek berbagai bahan kimia lain.2

f. Formaldehida

Formaldehida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh bakteri, mengawetkan mayat, dan memproduksi berbagai bahan kimia lain. Bahan kimia ini merupakan salah satu substansi dalam asap rokok yang menyebabkan timbulnya penyakit pada sistem respirasi seseorang. Tempat yang digunakan untuk merokok memiliki kandungan formaldehida sekitar 3 kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan tempat yang tidak digunakan untuk merokok, sehingga tentu saja zat kimia ini dapat mempengaruhi orang yang tidak merokok namun berada di tempat/ruangan orang yang merokok (perokok pasif).2g. Nikotin

Salah satu kandungan yang paling sering didengar, merupakan suatu substansi yang meyebabkan adiktif atau ketagihan. Selain itu nikotin juga dapat menyebabkan penurunan nafsu makan, penurunan suasana perasaan atau depresi minor, meningkatkan aktivitas pencernaan, merangsang pengeluaran air liur berlebih, meningkatkan laju jantung dan tekanan darah.3

2.2.Bahaya Merokok

Berbagai bahan kimia tersebut dapat menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit pada berbagai organ manusia. Berikut ini beberapa efek pada tubuh yang dapat disebabkan oleh asap rokok.

a. Kematian

Merokok menyebabkan kematian dengan jumlah sekitar 480.000 jiwa setiap tahunnya di Amerika serikat. Jumlah ini merupakan jumlah yang sangat banyak, mencapai satu per lima dari jumlah total kematian yang ada setiap tahunnya. Merokok menyebabkan sekitar 90% kematian akibat kanker pada laki-laki dan perempuan. Selain itu sekitar 80% kematian akibat penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) juga disebabkan kebiasaan merokok.4b. Penyakit jantung

Merokok menyebabkan timbulnya penyakit jantung koroner dan stroke yang merupakan penyebab kematian utama di Amerika serikat. Asap rokok akan menyebabkan terjadinya cedera pada pembuluh darah dan menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah hingga dapat menyebabkan terbentuknya sumbatan pada penyakit jantung koroner atau hipertensi akibat tekanan darah yang meningkat.4c. Penyakit sistem pernapasan

Merokok dapat menyebabkan cedera pada jalan napas dan alveolus dari paru yang kemudian dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit seperti PPOK, emfisema, dan bronkiis kronik. Selain itu kandungan karsinogen yang tinggi juga dapat menyebabkan kanker pada saluran napas atas atau bahkan paru.4

Gambar 1. Resiko yang ditimbulkan asap rokokd. Kanker

Asap rokok dapat menyebabkan kanker pada berbagai organ dan bagian tubuh seperti:4 Kandung kemih

Darah

Serviks

Kolon dan rektum

Esofagus

Ginjal dan ureter

Laring

Hepar

Orofaring

Pankreas

Trakea, bronkus, dan paru

e. Efek lain pada tubuh4 Merokok dapat menyebabkan perempuan sulit mencapai kehamilan atau menyebabkan terjadinya berbagai kelainan pada kandungannya seperti lahir prematur, kematian dalam janin, berat badan lahir rendah, kehamilan ektopik, bibir sumbing, dan berbagai kecacatan pada bayi yang dilahirkan

Merokok juga dapat menyebabkan sperma laki-laki mengalami penurunan kualitas. Kulitas sperma di sini dapat berupa bentuk yang abnormal, jumlah yang sedikit, dan tentunya defek pada sperma yang dapat menyebabkan kecacatan pada anak yang nantinya dilahirkan.

Kesehatan tulang juga dapat dipengaruhi oleh asap rokok. Pada perempuan yang merokok, kejadian osteoporosis mengalami peningkatan pada usia menopause.

Selain itu rokok juga dapat menyebabkan katarak, diabetes mellitus tipe 2, arthritis rheumatoid, dan lain lain.

2.3.Manfaat Berhenti Merokok

Berikut adalah manfaat dari berhenti merokok dari sisi kesehatan.5

Penurunan angka mortalitas akibat penurunan mortalitas pada penyakit jantung

Penurunan risiko sindrom koroner akut

Penurunan kejadian aterosklerosis

Penurunan risiko terjadinya keganasan saluran napas dan non saluran napas

Peningkatan fungsi paru yang terlihat pada 6 bulan-1 tahun setelah berhenti merokok

Perbaikan FEV1 pada 1 tahun setelah berhenti merokok

Penurunan peradangan pada COPD

Perbaikan gejala respirasi nonspesifik

Penurunan insidensi ulkus peptikum

Selain itu, terdapat manfaat lain yang dapat diraih, yaitu citra diri yang lebih baik dan berhemat.6Tahapan Berhenti Merokok

Terdapat lima tahapan berhenti merokok, yaitu prekontemplasi, kontemplasi, persiapan, aksi, dan rumatan.6 Berikut adalah penjelasan mengenai tahapan-tahapan tersebut dan intervensi perilaku serta terapi medikamentosa yang dapat dilakukan.

1. Prekontemplasi

Pada tahap ini, dokter perlu mengetahui kesiapan untuk berubah. Dokter sebaiknya mengajak pasien untuk memikirkan tentang keuntungan dari berhenti merokok. Beberapa intervensi yang dapat dilakukan pada tahap prekontemplasi dan seiring pasien berpindah ke tahap berikutnya adalah sebagai berikut:

Mengedukasi pasien tentang efek merokok

Merekomendasikan perubahan perilaku

Membuat daftar yang berisi tentang cara-cara untuk mencapai perubahan perilaku

Mendiskusikan reaksi pasien terhadap umpan balik dan rekomendasi dokter

Menindaklanjuti untuk memantau dan mendorong terjadainya perubahan perilaku

2. Kontemplasi

Pada tahap ini, pasien telah setuju bahwa merokok merupakan sebuah masalah dan memutuskan untuk berhenti merokok, Intervensi yang dapat dilakukan adalah edukasi lebih lanjut mengenai efek dari merokok dan manfaat yang dapat diraih ketika sudah berhenti merokok, contohnya adalah kesehatan yang membaik, citra diri yang lebih baik, dan lebih berhemat.

3. Persiapan

Pada tahap ini, pasien telah setuju bahwa keuntungan dari berhenti merokok lebih besar dibandingkan kepuasan yang didapat dari merokok Pada tahap ini, dokter dapat mulai mendiskusikan sistem pengganti nikotin yang beragam, kemungkinan menggunakan bupropion, dan kebutuhan akan dukungan sosial serta keluarga. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan pasien dan dokter adalah:

Menetapkan tanggal untuk berhenti merokok. Utamanya memilih tanggal yang memiliki makna khusus, seperti tanggal ulang tahun atau pernikahan.

Mengumpulkan dukungan untuk berhenti merokok

Menyiapkan lingkungan

Merancang rencana-rencana untuk menghindari pemicu

Memilih sistem pengganti nikotin, bila diperlukan

Memulai penggunaan bupropion, bila diperlukan

4. Aksi

Tahap ini dimulai pada tanggal yang sudah ditentukan. Pada tanggal tersebut, bupropion dan sistem pengganti nikotin harus sudah dimulai (bila diperlukan) dan lingkungan pun sudah terbebas dari materi-materi terkait merokok.

5. Rumatan

Tahap ini berfokus dalam menjaga pasien agat tidak relaps. Hal ini dapat dicapai dengan mecari dukungan melalui pertemuan grup dan kunjunga atau kontak dari individu yang berperan dalam memberikan dukungan pada pasien (keluarga atau teman). Dukungan yang diberikan harus bertujuan untuk mempertahankan abstinens pasien. Pertemuan sebaiknya dilakukan setiap minggu pada bulan pertama.

Pasien sebaiknya melaporkan manfaat yang dirasakan pasien dari berhenti merokok, kesulitan mempertahankan abstinens, dan efek samping yang dirasakan dari pemakaian bupropion atau sistem penggantian nikotin.

2.4.Peran Health Provider dalam Terapi Berhenti Merokok

Nasihat dan dukungan untuk berhenti merokok dari penyedia layanan kesehatan professional seperti dokter merupakan sebuah aspek kunci dari pendekatan komprehensif terhadap pengendalian rokok dan tembakau. Dokter dapat memberikan kontribusi terhadap pengendalian rokok dan tembakau di dalam sebuah negara dengan cara memberikan kesempatan bagi perokok untuk bisa berhenti merokok. Dokter dan professional health provider yang lain berperan penting dalam mengedukasi dan memotivasi para perokok , memeriksa status ketergantungan mereka terhadap nikotin, serta menawarkan saran dan pengobatan untuk berhenti merokok di segala kesempatan. Terutama pada pasien-pasien yang memiliki permasalahan yang disebabkan atau diperberat oleh rokok, maka dokter harus mengangkat isu agar pasien berhenti merokok.7Secara singkat, intervensi untuk berhenti merokok dapat meliputi berbagai hal sebagai berikut:7 Nasihat-nasihat untuk berhenti merokok

Assessment dari keinginan perokok untuk berhenti

Penggunaan farmakoterapi serta konseling apabila dibutuhkan

Menyediakan material yang dapat digunakan sendiri oleh pasien untuk membantu pasien berhenti merokok

Rujuk ke sistem yang lebih intensif dalam menolong pasien untuk berhenti merokok.

Ketergantungan rokok merupakan sebuah kondisi kronik yang biasanya membutuhkan terapi penghentian yang bertahap, berulang, dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Hanya sedikit perokok yang mampu mempertahankan tidak lagi merokok pada percobaan pertama mereka untuk berhenti. Sedangkan sisanya harus mengalami percobaan yang berulang kali ditambah dengan keadaan relaps sebelum bisa berhenti merokok sama sekali.7Sangatlah penting untuk mengambil setiap kesempatan dalam mengidentifikasi semua perokok, mendapatkan status merokok mereka, dan menawarkan terapi untuk berhenti merokok yang meliputi konseling dengan tenaga ahli atau rujukan ke sistem yang mempunyai pengelolaan terapi berhenti rokok yang lebih baik serta pengobatan terapi berhenti rokok menggunakan farmakoterapi.7Terdapat dua cara yang bisa digunakan untuk menaikkan jumlah orang yang dapat berhenti merokok dengan sukses yakni dengan memperbaiki success rate terapi atau dengan meningkatkan jumlah orang yang mencoba untuk berhenti merokok. Saat ini, di tengah keterbatasan anggaran dan terbatasnya pencapaian perbaikan success rate, maka meningkatkan jumlah orang yang mencoba berhenti merokok merupakan jawaban yang lebih baik dalam meningkatkan jumlah penduduk yang berhenti merokok. Di sinilah dokter dan professional health provider lain berperan sebagai kunci dalam melaksanakan hal tersebut. Dokter harus mampu meyakinkan pasiennya untuk melakukan terapi berhenti merokok serta memberikan dukungan kepada mereka untuk tetap berusaha berhenti dari rokok meskipun saat ini hasil yang didapatkan belum bisa menghentikan pasien dari rokok.7

2.5Struktur 5A Untuk Berhenti Merokok

Pendekatan 5A (ask, asses, advice, assist, dan arrange follow up) ini merupakan jenis pendekatan yang diusulkan oleh US Clinical Practice Guidelines dalam melakukan konseling.1 Struktur 5A ini memungkinkan dokter untuk menyediakan dukungan yang tepat terhadap masing-masing tingkatan keinginan perokok untuk berhenti merokok.7Apabila memungkinkan, dokter harus menjalin dan mempertahankan hubungan jangka panjang dengan perokok untuk meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri seorang perokok dalam berhenti merokok. Dalam konsep 5A ini, sangat penting bagi dokter untuk menanyakan semua pasien apakah mereka merokok atau tidak, menilai kesiapan dan keinginan mereka untuk berhenti merokok, memberikan nasihat akan pentingnya berhenti merokok, dan memberikan bantuan dalam bentuk terapi atau rujukan.7

Ask

Dokter harus bertanya kepada semua pasien apakah mereka merokok atau tidak dan melakukan pencatatan terhadap status merokok mereka.1 Pertanyaan mengenai status merokok dan ketergantungan nikotin bisa dilakukan dengan menggunakan Kuesioner CAGE atau Breif Fagerstorm Test.7

AssessKetiga diagnosis ketergantungan nikotin sudah berhasil ditegakkan, langkah selanjutnya adalah menilai sejauh mana kesiapan serta keinginan pasien untuk berhenti merokok.1 Tahap kesiapan serta keinginan pasien untuk berhenti merokok bisa diaplikasikan ke dalam model teori lima tingkat kesiapan untuk berubah (five stage transtheoretical models for readiness to change) yang terdiri dari prekontemplasi, kontemplasi, persiapan, aksi, dan pemeliharaan. Sampai sejauh mana saat ini tingkat kesiapan pasien dalam berhenti merokok.1 Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena akan berhubungan dengan tindakan apa yang bisa dilakukan oleh dokter untuk membantu pasien berhenti merokok.

AdvicePengingatan-pengingatan yang bersifat singkat, padat, jelas, berulang, dan konsisten agar pasien dapat berhenti yang dilakukan oleh dokter dapat meningkatkan success rate dari program terapi berhenti merokok ini.1

AssistHal ini berkaitan erat dengan hasil yang didapatkan ketika menilai kondisi kesiapan serta keinginan pasien untuk berhenti merokok yang tertuang dalam model lima tingkatan tadi.2 Pada tingkat prekontemplasi, pasien masih berpikir bahwa merokok bukan merupakan sebuah masalah.2 Untuk itu, di sini seorang dokter harus mampu melakukan intervensi berupa edukasi kepada pasien mengenai efek rokok, mengekspresikan perhatian kepada pasien, dan mulai menyarankan untuk berhenti merokok.2 Ketika pasien sedang berada dalam tingkat kontemplasi (ketika pasien sudah menganggap bahwa merokok merupakan sebuah masalah), dokter harus mampu mengenali pikiran positif dan negatif dari pasien mengenai merokok. Pada tingkat persiapan, pasien sudah mulai memunculkan keinginan untuk berhenti merokok.2 Maka, peran seorang dokter dalam tingkat ini adalah membantu pasien untuk menentukan tanggal berhenti merokok, memilih strategi mengenai bagaimana berhenti merokok, serta mengidentifikasi pemicu pasien untuk merokok dan sumber daya yang bisa digunakan untuk membantu pasien berhenti merokok.2 Pada tingkat aksi, ketika pasien berusaha berhenti merokok, dokter harus memberikan bantuan terapi dengan memulai nicotine replacement therapy atau jenis terapi yang lain.2 Pada tingkat paling akhir, terdapat dua kondisi pasien yang harus kita perhatikan yakni pasien berhasil berhenti merokok dan memasuki tingkat pemeliharaan atau pasien mengalami relaps dan merokok kembali.2 Pada tingkat pemeliharaan, dokter berperan dalam terus menerus mendukung dan memberikan penguatan diri kepada pasien untuk terus berhenti merokok.2 Sedangkan pada fase relaps, dokter sekali lagi harus menilai kesiapan dan keinginan pasien untuk berhenti merokok serta mengulaingi tahapan-tahapan yang ada agar pasien berhenti merokok.2

Arrange Follow UpKunjungan untuk follow up sangat disarankan di dalam pemeliharaan pasien untuk berhenti merokok. Program follow up dibentuk dengan tujuan untuk mendiskusikan kembali sejauh mana progress yang sudah dijalankan oleh pasien serta untuk memperkuat dukungan serta motivasi pasien untuk tetap berhenti merokok.1 Selain itu juga, follow up ini berguna untuk mencegah kekambuhan (relaps) dengan mewaspadai kondisi-kondisi yang bisa menyebabkan pasien kembali merokok seperti stress, kondisi emosional yang negatif, serta penggunaan alkohol. Pada saat follow ini pula, pasien dibantu oleh dokter membuat mekanisme pertahanan untuk melawan kondisi-kondisi tersebut dan membantu pasien untuk bertahan berhenti merokok.1

2.6.Farmakoterapi untuk Berhenti Merokok

Terdapat tiga bentuk pengobatan farmakologi yang bisa dipakai untuk membantu pasien berhenti merokok yakni Nicotine Replacement Therapy, Varenicline, dan Bupropion.1,2 Obat-obatan ini telah menunjukkan efek positif dalam membantu pasien untuk berhenti merokok seperti yang telah dijelaskan dalam beberapa hasil publikasi meta analisis yang ada. Farmakoterapi ini direkomendasikan untuk digunakan oleh semua pasien yang ingin berhenti merokok, kecuali terdapat kontraindikasi dalam pemakaiannya. Meskipun dapat dipakai sebagai modalitas terapi yang terpisah, farmakoterapi ini menunjukkan potensi yang optimal ketika digabungkan dengan modalitas berupa konseling.

Gambar 3. Algoritma Terapi Farmakologi untuk Berhenti Merokok1Nicotine Replacement Therapy (NRT)NRT pada beberapa penelitian yang dilakukan mempunyai efek yang baik dalam terapi berhenti merokok. Dikatakan bahwa penggunaan NRT mampu menaikkan success rate terapi berhenti merokok hingga dua kali lipat.2 Saat ini terdapat empat bentuk NRT yang tersedia yakni bentuk patch, permen karet, inhaler, dan semprot hidung.2 Data dari beberapa penilitian juga menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi dua NRT dapat berguna untuk terapi perokok yang berat.2 NRT ini mulai digunakan setelah pasien menetapkan tanggal untuk berhenti merokok.

Nicotine Patch

Patch nikotin merupakan sebuah transdermal nicotine replacement systems yang dapat dibeli. Hasil dari Fagerstorm Test yang tadi dijelaskan bisa digunakan untuk menentukan dosis awal yang tepat bagi pasien. Namun, dosis inisial yang digunakan kepada pasien bisa ditentukan lebih cepat apabila menggunakan Abbreviated Fagerstorm Test, di mana apabila skor menunjukkan angka 5-6, maka dosis patch nikotin yang digunakan adalah 21 mg; apabila skor menunjukkan angka 3-4, maka dosis yang digunakan adalah 14 mg; dan apabila skor berkisar antara 0-2, maka dosis yang digunakan adalah dosis 7 mg. Efek samping yang bisa muncul dari patch nikotin ini adalah iritasi yang terjadi pada kulit di bawah patch.2

Nicotine GumPermen karet nikotin ini tersedia di pasaran dengan dosis 2 mg dan 4 mg. Menurut data yang ada, dosis efektif dari permen karet ini adalah 4 mg dengan pengunaan 10-15 permen karet perhari. Setelah dua minggu penggunaan, dosis bisa diturunkan menjadi 2 mg. Efek samping yang paling sering muncul adalah gangguan saluran cerna ketika pasien menelan nikotin dalam jumlah banyak akibat penggunaan permen karet yang tidak sesuai. Permen karet ini seharusnya dipertahankan di daerah bukal dan dikunyah setiap menit sebanyak satu kali atau dua kali. Apabila terlalu banyak terkunyah, maka nikotin akan masuk ke dalam saluran pencernaan bersama air liur dan menghasilkan dispepsia serta rasa mual.2

Nicotine InhalerJenis inhaler ini bisa dibeli dengan resep dokter. Dosis penggunaan inhaler ini adalah empat semprot sehari untuk mencapai level nikotin yang adekuat. Efek samping yang muncul adalah iritasi pada mulut dan tenggorok.2

Nicotine Nasal SprayJenis semprot hidung ini digunakan sebanyak empat kali semprot setiap jam atau maksimal 80 kali semprot dalam sehari. Efek samping yang dapat muncul adalah iritasi hidung dan tenggorokan, rhinorrhea, dan mual.2

BupoprionBupoprion dan NRT disinyalir mempunyai efek positif yang sama untuk menaikkan success rate dari terapi berhenti merokok. Bupoprion menginhibisi ambilan dari norepinephrine, serotonin, dan dopamine. Mekanisme pasti bagaimana Bupoprion bisa memperkuat kemampuan pasien untuk berhenti merokok masih belum diketahui.8

Obat-Obatan Lain dalam Terapi Berhenti MerokokObat-obatan lain yang bisa digunakan dalam terapi berhenti merokok adalah Alprazolam atau golongan benzodiazepine lainnya serta Clondine.8

2.7. Metode Lain yang Bisa Digunakan untuk Terapi Berhenti Merokok

Terdapat beberapa metode yang bisa digunakan untuk terapi berhenti merokok, yakni:91. Hipnosis

2. Acupuncture

3. Terapi Magnetik

4. Terapi Low-level therapy5. Filter

6. Smoking deterrents, metode menggunakan produk-produk yang bisa mengubah rasa dari tembakau dan mengombinasikannya dengan diet yang bisa mengurangi keinginan mengonsumsi nikotin.

7. Suplementasi dan Herbal

Daftar Pustaka

1. Tobacco control monograph series: Monograph no.7. National Cancer Institute. 1996. Diunduh pada tanggal 19 Maret 2014 dari http://cancercontrol.cancer.gov/brp/TCRB/monographs2. Smoking and cancer: whats in a cigarrette. Cancer Research United Kingdom. 2012. Diunduh pada tanggal 19 Maret 2014 dari http://www.cancerresearchuk.org/cancer-info/healthyliving/smokingandtobacco/whatsinacigarette/smoking-and-cancer-whats-in-a-cigarette3. George TP. Nicotine and tobacco.In: Goldman L, Schafer AI, eds.Cecil Medicine. 24th ed.Philadelphia,PA: Saunders Elsevier; 20114. Health effects of cigarrette smoking. Center for Disease Control and Prevention. 2014. Diunduh pada tanggal 19 Maret 2014 dari http://www.cdc.gov/tobacco/data_statistics/fact_sheets/health_effects/effects_cig_smoking/5. Fishman A, Elias J, Fishman J, Grippi M, Senior R, Pack A. Fishmans pulmonary diseases and disorders. 4th ed. USA: McGraw-Hill; 2008.

6. Mallin R. Smoking cessation: integration of behavioral and drug therapies. Am Fam Physician. 2002; 65(6):1107-15.

7. Zwar N, Richmond R, Borland R, Peters M, Litt J, Bell J, Caldwell B, Ferretter I. Supporting smoking cessation: a guide for health professionals. Melbourne: The Royal Australian College of General Practitioners, 2011.

8. Mallin R. Smoking Cessation: Integration of behavioral and drug therapies. Am Fam Physician. 2002;65:1107-17.

9. American Cancer Society. Guide to Quitting Smoking [online]. 2014. Diunduh dari http://www.cancer.org/healthy/stayawayfromtobacco/guidetoquittingsmoking/guide-to-quitting-smoking-other-methods-of-quittingGambar 2. Struktur 5A yang Digunakan untuk Terapi Berhenti Merokok7

PAGE 1