47
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan referat pada bagian radiologi sebagai syarat untuk mengikuti ujian ini dengan baik. Kami menyadari bahwa dalam penulisan referat ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dalam penyusunan karya tulis berikutnya dapat lebih baik lagi. Akhir kata kami berharap referat ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan pada penulis pada khususnya. Jakarta, 17 Januari 2014 Penyusun 1

Referat Barium Enema

  • Upload
    ddetty

  • View
    194

  • Download
    12

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Barium Enema Colon in Loop

Citation preview

4

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan referat pada bagian radiologi sebagai syarat untuk mengikuti ujian ini dengan baik.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan referat ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dalam penyusunan karya tulis berikutnya dapat lebih baik lagi.

Akhir kata kami berharap referat ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan pada penulis pada khususnya.

Jakarta, 17 Januari 2014

Penyusun

BAB I

PENDAHULUANI.1Latar Belakang

Dunia kedokteran saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat terutama dengan pekembangan dan aplikasi komputer bidang kedokteran sehingga ilmu radiologi turut berkembang pesat mulai dari pencitraan organ sampai ke pencitraan selular atau molekular. Di Indonesia perkembangan kedokteran terutama dalam bidang radiologi masih banyak dilakukan serta perlu dukungan pemerintah.Pemeriksaan radiologi yang umum dapat dilakukan pada kasus gangguan pencernaan anak-anak adalah barium enema. Barium enema merupakan suatu pemeriksaan radiografik kolon dengan menggunakan bahan kontras (yang lazim digunakan adalah barium sulfat) yangdimasukan ke dalam kolon pada pasien neonatus/bayi. Tujuan pemeriksaan barium enema sendiri adalah untuk mendapatkangambaran anatomis dari kolon sehingga dapat membantu menegakkandiagnosa suatu penyakit atau kelainan-kelainan pada kolon. Karena pasiendalam pemeriksaan ini merupakan neonatus/bayi maka banyak hal yang perlumendapat perhatian dan pemahaman khusus dalam pelaksanaannya.I.2Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan teknik pemeriksaan barium enema pada anak ?

b. Apa saja indikasi dan kontra indikasi pemeriksaan barium enema pada anak ?

c. Bagaimana persiapan dan teknik pemeriksaan barium anema pada anak ?I.3Tujuan

I.3.1Tujuan Umum

Mengetahui teknik pemeriksaan barium enema pada anakI.3.2Tujuan Khusus

a. Mengetahui definisi teknik pemeriksaan barium enema pada anak.b. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan barium enema pada anakc. Mengetahui persiapan dan prosedur pemeriksaan barium enema pada anak.I.4Manfaat

Penulisan referat ini diharapkan dapat membantu menambah wawasan kepada semua pihak yang membacanya mengenai teknik pemeriksaan barium enema pada anak.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1Definisi

Teknik Pemeriksaan Collon In Loop (barium enema) Pediatrik adalah teknik pemeriksaan secara radiologis dari usus besar (collon) dengan menggunakan media kontras secara retrograde pada pasien pediatrik (anak-anak). Sedangkan Enema adalah tindakan memasukkan cairan kedalam rectum dan kolon melalui lubang anus. Jadi dapat dikatakan bahwa teknik pemeriksaan barium enema adalah suatu teknik pemeriksaan secara radiologis usus besar (collon) dengan menggunakan media kontras barium (kontras positif) yang dimasukan melalui lubang anus.Tujuan pemeriksaan colon in loop sendiri adalah untuk mendapatkan gambaran anatomis dari colon sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit atau kelainan-kelainan pada colon. Karena pasien dalam pemeriksaan ini merupakan anak-anak maka banyak hal yang perlu mendapat perhatian dan pemahaman khusus dalam pelaksanaannya. Misal mengalihkan perhatian anak, dengan cara mengajak bicara saat pemeriksaan serta membawa teman atau orang-orang terdekat dari anak tersebut. Menjelaskan jalannya pemeriksaan pada anak tersebut agar pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar.

II.2Spesifikiasi

Untuk pasien pediatrik umumnya menggunalan waktu eksposure yang rendah dan mA yang tinggi untuk meminimalisasi gambaran buram akibat pergerakan pasien. Sedangkan bagi pasien pediatrik yang sudah menginjak remaja dapat dilakukan pemeriksaan selayaknya orang dewasa, kecuali untuk perlindungan khusus di gonad dan mengurangi faktor eksposi serendah mungkin.

II.3Indikasi

Untuk pemeriksaan Collon In Loop ini indikasi yang biasa terjadi meliputi :1. Colitis

: Penyakit2 inflamasi pada colon

2. Carsinoma

3. Diverticulum : Merupakan kantong yg menonjol pada dinding kolon,

terdiri lapisan mukosa dan muskularis mukosa

4. Polyps

: Penonjolan pada selaput lender

5. Volvulus : Penyumbatan isi usus karena terbelitnya usus ke bagian yang lain

6. Invagination: Melipatnya bagian usus besar ke bagian usus itu sendiri

7. Intussusception

8. Stenosis: Penyempitan saluran usus besar

9. Mega colon: Suatu kelainan kongenital yang terjadi karena tidak

adanya sel ganglion di pleksus mienterik dan submukosa pada segmen colon distal menyebabkan feses sulit melewati segmen ganglionik.

II.4Kontra Indikasi

Untuk kontra indikasinya yaitu:

1. Perforasi

2. Obstruksi akut atau penyumbatan

3. Diare berat

II.5Persiapan Prosedur

II.5.1Persiapan Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan meliputi :

II.5.1.1

Untuk Anak lebih dari 1 tahun Kantung enema sekali pakai diisi dengan barium sulfat

Tabung

Penjepit

Air hangat digunakan untuk melarutkan barium sulfat.

Beberapa diantaranya, kateter di design agar tidak dapat keluar rectum setelah disisipkan, sehingga tidak bocor.

Catatan: Penggunaan latex tidak boleh, karena dapat mengakibatkan alergi. Penggunaan jenis balon juga tidak boleh digunakan, karena dpat mengakibatkan perforasi pada rectum.

II.5.1.2

Untuk bayi dan anak anak

Menggunakan kateter silicon 10 french dan sebuah spuit 60 ml, barium diinjeksi secara manual dan perlahan.

II.5.1.3

Untuk semua pasien

Jelly

Hypoallergenic tape Sarung Tangan Lap pel atau TissueII.5.2Pasien

Persiapan pasien yang perlu dilakukan meliputi :

Pasien dan orang tua harus masuk ke dalam ruang pemeriksaan, Dijelaskan bagaimana prosedur pemeriksaan kepada pasien, bagaimana teknik media kontras itu dimasukan dan alasannya ,mengapa dilakukan itu, tunjukan ketika barium masuk ke dalam colon. Katakan dengan bahasa dan teknik yang dimengerti anak kecil, agar tidak takut bahwa nanti akan disentuh pada bagian genitalnya. Orang tua pasien mendampingi selama pemneriksaan Tanyakan riwayat penyakit pasien. Hal ini sangat penting untuk mengevaluasi keadaan anak yang akan diperiksa. Karena ini akan membantu radiolog dalam memutuskan instruksi dan prosedur pemeriksaan yang akan diambil. Untuk bayi sampai 2 tahun : Tidak ada persiapan khusus yang diperlukan. Untuk anak 2 tahun sampai 10 tahun :

Pada malam hari sebelum pemeriksaan hanya makan-makan yang rendah serat. Malam sebelum pemeriksaan minum satu tablet bisacodyl atau laxative atau sejenisnya. Jika setelah diberi laxative tidak menunjukan pengeluaran yang cukup, maka dilakukan enema pedi fleet (Urus-urus) atas petunjuk dokter.

II.6Teknik Pemasukan Media Kontras

Pemeriksaan colon in loop (barium enema) pada bayi dan anak-anak biasanya hanya menggunakan metode kontras tunggal yang menggunakan media kontras BaSO4 (barium sulfat) saja, sedangkan metoda kontras ganda tidak dianjurkan.

II.7Proyeksi

Proyeksi pemeriksaan yang digunakan adalah :

AP Plan Foto AP dengan Kontras Lateral dengan Kontras AP Post Evakuasi

II.7.1AP Plan Foto

Posisi Pasien

Pasien diposisikan supine diatas kaset / meja pemeriksaan dengan MSP (Mid Sagital Plane) tubuh berada tepat pada garis tengah kaset. Kedua tangan diletakkan diatas kepala pasien dan diberi pengganjal untuk fiksasi. kedua kaki lurus kebawah dan diberi pengganjal juga.Posisi Objek Objek diatur dengan menentukan batas atas processus xypoideus dan batas bawah adalah symphisis pubis. Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca dengan arah sinar vertikal tegak lurus dengan kaset. Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas. FFD: 100cm

II.7.2.AP dengan Kontras

Posisi Pasien

Pasien diposisikan supine diatas kaset / meja pemeriksaan dengan MSP (Mid Sagital Plane) tubuh berada tepat pada garis tengah kaset. Kedua tangan diletakkan diatas kepala pasien dan kedua kaki lurus kebawah dengan di pegang oleh orang tuanya yang telah menggunakan apron.Posisi Objek

Objek diatur dengan menentukan batas atas processus xypoideus dan batas bawah adalah symphisis pubis. Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca dengan arah sinar vertikal tegak lurus dengan kaset. Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas.

Jika pasien menangis lakukan eksposi pada waktu jeda tangisannya reda.

II.7.3Lateral Dengan Kontras

Posisi Pasien Pasien diposisikan lateral atau tidur miring dengan Mid Coronal Plane (MCP) diatur pada pertengahan kaset dan vertikal terhadap garis tengah kaset, genu sedikit fleksi kedua ujung kaki dan tangan dipegang oleh orang tuanya yang terlebih dahulu diberi Apron, hal ini dikarenakan pasien selalu bergerak dan menangis.

Posisi Objek

Arah sinar ; tegak lurus terhadap film. Titik bidik ; Pada Mid Coronal Plane setinggi spina illiaca anterior superior (SIAS).

Eksposi dilakukan saat pasien diam.

II.7.4AP Post Evakuasi

Posisi Pasien

Pasien diposisikan supine diatas kaset / meja pemeriksaan dengan MSP (Mid Sagital Plane) tubuh berada tepat pada garis tengah kaset. Kedua tangan diletakkan diatas kepala pasien dan diberi pengganjal untuk fiksasi. kedua kaki lurus kebawah dan diberi pengganjal juga.

Posisi Objek

Objek diatur dengan menentukan batas atas processus xypoideus dan batas bawah adalah symphisis pubis. Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca dengan arah sinar vertikal tegak lurus dengan kaset. Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas. FFD: 100cm

II.8Hasil Hasil Pemeriksaan Nilai Pemeriksaan :

Hasil pemeriksaan ditentukan oleh study dari X-ray dan gambaran fluoroscopy. Nilai Normal :

Tidak tampak adanya abnormalitas pada X-ray colon.

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan :

a. Persiapan bowel yang tidak adekuat, sehingga mengganggu kualitas dari X-ray film .b. Pemeriksaan barium swallow / Upper GI / Ba Follow Through yang dilakukan dalam bebarapa hari sebelum barium enema akan mengganggu kualitas dari X-ray barium enema.c. Ketidak mampuan penderita menahan selama pemeriksaan barium enema sehingga pemeriksaan tidak komplit.

Gambar 3. Film A,B,C foto polos abdomen film D,E,F foto barium enema.

II.9 Anatomi dan Histologi KolonUsus besar terdiri dari caecum, appendix, kolon ascendens, kolon transversum, kolon descendens, kolon sigmoideum dan rektum serta anus. Mukosa usus besar terdiri dari epitel selapis silindris dengan sel goblet dan kelenjar dengan banyak sel goblet, pada lapisan submukosa tidak mempunyai kelenjar. Otot bagian sebelah dalam sirkuler dan sebelah luar longitudinal yang terkumpul pada tiga tempat membentuk taenia koli. Lapisan serosa membentuk tonjolan tonjolan kecil yang sering terisi lemak yang disebut appendices epiploicae. Didalam mukosa dan submukosa banyak terdapat kelenjar limfa, terdapat lipatan-lipatan yaitu plica semilunaris dimana kecuali lapisan mukosa dan lapisan submukosa ikut pula lapisan otot sirkuler. Diantara dua plica semilunares terdapat saku yang disebut haustra coli, yang mungkin disebabkan oleh adanya taenia coli atau kontraksi otot sirkuler. Letak haustra in vivo dapat berpindah pindah atau menghilang.Vaskularisasi kolon dipelihara oleh cabang-cabang arteri mesenterica superior dan arteri mesenterica inferior, membentuk marginal arteri seperti periarcaden, yang memberi cabang-cabang vasa recta pada dinding usus. Yang membentuk marginal arteri adalah arteri ileocolica, arteri colica dextra, arteri colica media, arteri colica sinistra dan arteri sigmoidae. Hanya arteri ciloca sinistra dan arteri sigmoideum yang merupakan cabang dari arteri mesenterica inferior, sedangkan yang lain dari arteri mesenterica superior. Pada umumnya pembuluh darah berjalan retroperitoneal kecuali arteri colica media dan arteri sigmoidae yang terdapat didalam mesocolon transversum dan mesosigmoid. Seringkali arteri colica dextra membentuk pangkal yang sama dengan arteri colica media atau dengan arteri ileocolica. Pembuluh darah vena mengikuti pembuluh darah arteri untuk menuju ke vena mesenterica superior dan arteri mesenterica inferior yang bermuara ke dalam vena porta. Aliran limfe mengalir menuju ke nn. ileocolica, nn. colica dextra, nn. colica media, nn. colica sinistra dan nn. mesenterica inferior. Kemudian mengikuti pembuluh darah menuju truncus intestinalis.

Colon ascendens panjangnya sekitar 13 cm, dimulai dari caecum pada fossa iliaca dextra sampai flexura coli dextra pada dinding dorsal abdomen sebelah kanan, terletak di sebelah ventral ren dextra, hanya bagian ventral ditutup peritoneum visceral. Jadi letak colon ascendens ini retroperitoneal, kadang kadang dinding dorsalnya langsung melekat pada dinding dorsal abdomen yang ditempati muskulus quadratus lumborum dan ren dextra.Arterialisasi colon ascendens dari cabang arteri ileocolic dan arteri colic dextra yang berasal dari arteri mesentrica superior.

Colon transversum panjangnya sekitar 38 cm, berjalan dari flexura coli dextra sampai flexura coli sinistra. Bagian kanan mempunyai hubungan dengan duodenum dan pankreas di sebelah dorsal, sedangkan bagian kiri lebih bebas. Flexura coli sinistra letaknya lebih tinggi daripada yang kanan yaitu pada polus cranialis ren sinistra, juga lebih tajam sudutnya dan kurang mobile. Flexura coli dextra erat hubunganya dengan facies visceralis hepar (lobus dextra bagian caudal) yang terletak di sebelah ventralnya. Arterialisasi didapat dari cabang cabang arteri colica media. Arterialisasi colon transversum didapat dari arteri colica media yang berasal dari arteri mesenterica superior pada 2/3 proksimal, sedangkan 1/3 distal dari colon transversum mendapat arterialisasi dari arteri colica sinistra yang berasal dari arteri mesenterica inferior .

Gambar 1. Arteri Mesenterica SuperiorMesokolon transversum adalah duplikatur peritoneum yang memfiksasi colon transversum sehingga letak alat ini intraperitoneal. Pangkal mesokolon transversa disebut radix mesokolon transversa, yang berjalan dari flexura coli sinistra sampai flexura coli dextra. Lapisan cranial mesokolon transversa ini melekat pada omentum majus dan disebut ligamentum gastro (meso) colica, sedangkan lapisan caudal melekat pada pankreas dan duodenum, didalamnya berisi pembuluh darah, limfa dan syaraf. Karena panjang dari mesokolon transversum inilah yang menyebabkan letak dari colon transversum sangat bervariasi, dan kadangkala mencapai pelvis.

Gambar 2. Arteri Mesenterica Inferior

Colon descendens panjangnya sekitar 25 cm, dimulai dari flexura coli sinistra sampai fossa iliaca sinistra dimana dimulai colon sigmoideum. Terletak retroperitoneal karena hanya dinding ventral saja yang diliputi peritoneum, terletak pada muskulus quadratus lumborum dan erat hubungannya dengan ren sinistra. Arterialisasi didapat dari cabang-cabang arteri colica sinistra dan cabang arteri sigmoid yang merupakan cabang dari arteri mesenterica inferior.

Colon sigmoideum mempunyai mesosigmoideum sehingga letaknya intraperi toneal, dan terletak didalam fossa iliaca sinistra. Radix mesosigmoid mempunyai perlekatan yang variabel pada fossa iliaca sinistra. Colon sigmoid membentuk lipatan-lipatan yang tergantung isinya didalam lumen, bila terisi penuh dapat memanjang dan masuk ke dalam cavum pelvis melalui aditus pelvis, bila kosong lebih pendek dan lipatannya ke arah ventral dan ke kanan dan akhirnya ke dorsal lagi. Colon sigmoid melanjutkan diri kedalam rectum pada dinding mediodorsal pada aditus pelvis di sebelah depan os sacrum. Arterialisasi didapat dari cabang- cabang arteri sigmoidae dan arteri haemorrhoidalis superior cabang arteri mesenterica inferior. Aliran vena yang terpenting adalah adanya anastomosis antara vena haemorrhoidalis superior dengan vena haemorrhoidalis medius dan inferior, dari ketiga vena ini yang bermuara kedalam vena porta melalui vena mesenterica inferior hanya vena haemorrhoidalis superior, sedangkan yang lain menuju vena iliaca interna. Jadi terdapat hubungan antara vena parietal (vena iliaca interna) dan vena visceral (vena porta) yang penting bila terjadi pembendungan pada aliran vena porta misalnya pada penyakit hepar sehingga mengganggu aliran darah portal. Mesosigmoideum mempunyai radix yang berbentuk huruf V dan ujungnya letaknya terbalik pada ureter kiri dan percabangan arteri iliaca communis sinistra menjadi cabang-cabangnya, dan diantara kaki-kaki huruf V ini terdapat reccessus intersigmoideus.

II.10 Fisiologi

Pertukaran air dan elektrolit

Kolon ialah tempat utama bagi absorpsi air dan pertukaran elektrolit. Sebnyak 90 % kandungan air diserap di kolon yaitu sekitar 1-2 L per hari. Natrium diabsorpsi secara aktif melalui NA-K-ATPase. Kolon dapat mengabsorpsi sebanyak 400 mEq perhari. Air diserap secara pasif mengikuti dengan natrium melalui perbedaan osmotik. Kalium secara aktif disekresikan ke dalam lumen usus dan diabsorpsi secara pasif. Klorida diabsoprsi secara aktif melalui pertukaran klorida-bikarbonat.

Asam lemak rantai pendek

Asam lemak rantai pendek seperti asetat, butirat dan propionat diproduksi oleh fermentasi bakterial yang berasal dari karbohidrat. Asam lemak rantai pendek ini berguna sebagai sumber energi bagi mukosa kolon dan metabolisme usus seperti transportasi natrium. Kekuranga nsumber penghasil Asam lemak rantai pendek atau kolostomi, ileostomi akan menyebabkan atrofi mukosa.

Mikroflora kolon dan gas intestinal

Sebanyak kurang lebih 30% dari berat feses terdiri dari bakteri. Mikroorganisme yang terbanyak ialah anaerob dan spesies terbanyak ialah Bacteroides. Escherichia coli merupakan bakteri aerob terbanyak. Mikroflora endogen ini penting dalam pemecahan karbohodrat dan protein di kolon dan berpartisipasi dalam metabolisne bilirubin, asam empedu, estrogen dan kolesterol. Bakteri ini juga di[perlukan dalam produksi vitamin K dan menghambat pertunbuhan bakteri patogen seperti Clostridium difficle. Tetapi tingginya jumlah bakteri pada colon dapat menyebabkan sepsis, abses dan infeksi. Gas intestinal dihasilkan dari air yang tertelan, difusi dari darah dan produksi intraluminal. Komponen utama dari gas ini ialah nitrogen, oksigen, karbon dioksida, hidrogen dan methan. Nitrogen dan oksigen dihasilkan dari udara yang tertelan. Karbon dioksida diproduksi dengan reaksi bikarbonat dan ion hidrogen dan perubahan trigliserid menjadi asam lemak. Hidrogen dan methane diproduksi oleh bakteri kolon. Gas yang diproduksi sekitar 100-200 mL dan dikeluarkan melalui flatus. Motilitas

Tidak seperti usus halus, usus besar tidak menampilkan karaktersistik dari kompleks migrasi motorik. Usus besar memperlihatkan kontraksi intermiten. Amplitudo rendah, kontraksi durasi pendek akan meningkatkan waktu transit di kolon, dan meningkatkan absorpsi air dan perubahan elektrolit. Secara umum, aktivasi kolinergik meningktkan motilitas kolon.

Secara umum, aktivitas fisik seperti postur, cara berjalan berperan penting dalam stimulus pergerakan isi kolon. Selain itu juga dipengaruhi oleh keadaan emosi. Waktu transit di kolon dipercepat oleh makan makanan yang mengandung serat. Serat ialah matrix sel tumbuhan yang tidak larut dan terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lilgnin. Pergerakan kolon normal lambat, kompleks dan bervariasi. Pada kebanyakan, makanan mencapai sekum dalam 4 jam dan 24 pada rektosigmoid. Kolon transversum merupakan tempat penyimpanan feses.Pola motilitas kolon dapat mencampur dan mengeliminasi isi usus. Faktor yang mempengaruhi motilitas ialah keadaan emosional, jumlah kegiatan dan tidur, jumlah distensi kolon dan variasi hormonal. Jenis- jenis gerakan :

Gerakan retrograde. Terutama pada kolon kanan dan gerakan ini memperpanjang lamanya kontak isi lumen dengan mukosa dan meningkatkan absorpsi air dan elektrolit

Kontraksi segmental. Dilakukan secara simultan oleh otot longitudinal dan sirkular.

Gerakan massa. Terjadi 3-4 kali sehari dan dikarakteristikkan dengan kontraksi antegrade dan propulsif.

Defekasi

Defekasi ialah mekanisme yang kompleks dan terkoordinasi melibatkan pergerakan massa kolon, peningkatan tekanan intra abdominal dan rektal serta relaksasi lantai pelvis. Rasa ingin defekasi terbentuk ketika feses memasuki rektum dan menstimulasi reseptor di dinding rektum atau otot levator. Distensi dari rektum menyebabkan relaksasi dari sfingter ani yang menyebabkan kontak dengan kanal anal. Refleks ini menyebabkan epitel memisahkan feses padat dari gas dan cair.

II.11Invaginasi (Intususepsi)Invaginasi disebut juga intususepsi adalah suatu keadaan dimana segmen usus masuk ke dalam segmen lainnya; yang bisa berakibat dengan obstruksi / strangulasi. Umumnya bagian yang peroksimal (intususeptum) masuk ke bagian distal (intususepien). Kelainan ini umumnya ditemukan pada anak anak di bawah 1 tahun dan frekuensinya menurun dengan bertambahnya usia anak. Umumnya invaginasi ditemukan lebih sering pada anak laki laki, dengan perbandingan antara laki laki dan perempuan tiga banding dua .

Gejala Klinis Gejala klinis yang menonjol dari invaginasi adalah suatu trias gejala yang terdiri dari :

nyeri perut yang datangnya secara tiba tiba, nyeri bersifat serang serangan., nyeri menghilang selama 10 20 menit, kemudian timbul lagi serangan baru. Teraba massa tumor di perut bentuk bujur pada bagian kanan atas, kanan bawah, atas tengah, kiri bawah atau kiri atas. Buang air besar campur darah dan lendir Pemeriksaan Radiologi Photo polos abdomen : didapatkan distribusi udara didalam usus tidak merata, usus terdesak ke kiri atas, bila telah lanjut terlihat tanda tanda obstruksi usus dengan gambaran air fluid level. Dapat terlihat free air bilah terjadi perforasi.

Barium enema : dikerjakan untuk tujuan diagnosis dan terapi, untuk diagnosis dikerjakan bila gejala gejala klinik meragukan, pada barium enema akan tampak gambaran cupping, coiled spring appearance.

Penatalaksanaan

Reduksi dengan barium enema

Reduksi dengan operasi

Reduksi Dengan Barium Enema

Telah disebutkan pada bab terdahulu bahwa barium enema berfungsi dalam diagnostik dan terapi. Barium enema dapat diberikan bila tidak dijumpai kontra indikasi seperti :

Adanya tanda obstruksi u sus yang jelas baik secara klinis maupun pada foto abdomen

Dijumpai tanda tanda peritonitis

Gejala invaginasi sudah lewat dari 24 jam

Dijumpai tanda tanda dehidrasi berat.

Usia penderita diatas 2 tahun

Hasil reduksi ini akan memuaskan jika dalam keadaan tenang tidak menangis atau gelisah karena kesakitan oleh karena itu pemberian sedatif sangat membantu. Kateter yang telah diolesi pelicin dimasukkan ke rektum dan difiksasi dengan plester, melalui kateter bubur barium dialirkan dari kontainer yang terletak 3 kaki di atas meja penderita dan aliran bubur barium dideteksi dengan alat floroskopi sampai meniskus intussusepsi dapat diidentifikasi dan dibuat foto. Meniskus sering dijumpai pada kolon transversum dan bagian proksimal kolon descendens.

Bila kolom bubur barium bergerak maju menandai proses reduksi sedang berlanjut, tetapi bila kolom bubur barium berhenti dapat diulangi 2 3 kali dengan jarak waktu 3 5 menit. Reduksi dinyatakan gagal bila tekanan barium dipertahankan selama 10 15 menit tetapi tidak dijumpai kemajuan. Antara percobaan reduksi pertama, kedua dan ketiga, bubur barium dievakuasi terlebih dahulu.

Reduksi barium enema dinyatakan berhasil apabila :

Rectal tube ditarik dari anus maka bubur barium keluar dengan disertai massa feses dan udara. Pada floroskopi terlihat bubur barium mengisi seluruh kolon dan sebagian usus halus, jadi adanya refluks ke dalam ileum. Hilangnya massa tumor di abdomen. Perbaikan secara klinis pada anak dan terlihat anak menjadi tertidur serta norit test positif.

Penderita perlu dirawat inap selama 2 3 hari karena sering dijumpai kekambuhan selama 36 jam pertama. Keberhasilan tindakan ini tergantung kepada beberapa hal antara lain, waktu sejak timbulnya gejala pertama, penyebab invaginasi, jenis invaginasi dan teknis pelaksanaannya.II.12Kolitis

Kolitis jarang terjadi pada bayi dan anak anak dan kalau terjadi maka gambarannya menyerupai orang dewasa. Kolitis pada bayi yang sering merupakan bagian dari Nekrotizing Enterokolitis dan enterokolitis dari penyakit Hirschsprung. Kolitis pada bayi pernah diidentifikasi bersifat segmental kolitis dan yang menjadi predisposisi adalah allergi terhadap susu. Pada anak yang lebih besar biasanya Kolitis terjadi akibat infeksi seperti infeksi akibat Shigella , roto virus, E.Coli dan amubiasis. Gambaran amubiasis biasanya mirip dengan gambaran Kolitis ulcerativa atau Kolitis granulomatosa atau Crohns disease.Penyebab Kolitis yang terjadi pada anak anak pada umumnya disebabkan oleh infeksi, inflamatory bowel disese, typhlitis, haemolytic uraemic syndrome, pseudo membranous kolitis, iskemik, dan radiasi. Penyakit Crohn atau Kolitis granulomatosa jarang terjadi pada bayi dan biasanya terjadi pada anak anak yang lebih besar.

Banyak pemeriksaan Radiologi dari konvensional sampai canggih dapat dilakukan untuk mendiagnosa penyakit Kolitis pada bayi dan anak anak tetapi algoritma pemeriksaan adalah sangat penting untuk membantu diagnosa dini kolitis sehingga mendapatkan pengobatan yang tepat dan cepat untuk menghindari komplikasi yang sering terjadi terutama pada kolitis ulcerativa.

Gambaran klinis

Sakit perut merupakan gejala utama dari penderita kolitis disertai diare berdarah. Kemudian disusul dengan lemah badan, kehilangan berat badan, nafsu makan berkurang. Pada kolitis ulcerativa sering disertai dengan artritis, infeksi mata, osteoporosis, kulit yang kemerahan, dan anemia.

Kolitis Ulcerativa

Barium Enema

Tampak haustra yang menghilang, ulkus yang kecil memperlihatkan seperti gigi gergaji (saw teeth) Pada pemeriksaan dengan kontras ganda akan terlihat tekstur mukosa yang menghilang disertai gambaran granuler halus. Apabila penyakit berlanjut ulkus menjadi lebih dalam dan meluas ke submukosa yang memberikan gambaran colar button. Pada stadium lanjut akan terlihat dinding kolon yang menebal dan kaku dan haustra yang menghilang yang memberikan gambaran seperti pipa.

Penyakit Crohn (Kolitis granulomatosa )

Barium Enema

Fase Awal : non-stenotik

Merupakan gambaran awal dari patologinya berupa erosi superfisial ,ulkus aftosa. Ulkus aftosa memberikan gambaran noduler opak dibagian tengah yang terisi kontras dengan dinding ireguler dan dikelilingi bayangn radiolusen yang berupa halo sehingga memberikan gambaran bulls eye atau target lesion. Ulkus-ulkus dapat menjadi besar dan bergabung menjadi ulkus longitudinal dan transversal sehingga menjadi gambaran cobblestone. Kalau lesi berlanjut maka lipatan mukosa akan bertambah tebal dan kasar disertai spasme dan iritabilitas kolon. Kolon akan tampak menyempit tapi bagian proximal dari penyempitan tersebut tidak mengalami dilatasi. Skip area adalah gambaran khas lainnya dimana segmen normal membatasi segmensegmen sakit yang cenderung tiba tiba dengan batas yang jelas Diantara penebalan lipatan mukosa kolon tampak kantung kantung di dinding lumen kolon menyerupai divertikel sehingga disebut pseudo divertikel.

Fase stenotik

Merupakan fase lanjut penyakit Crohn dimana penebalan dinding kolon sangat bertambah serta kaku gambaran menyerupai pipa dan dibagian proximal dari tempat penyempitan tampak melebar. Apabila proses berlanjut akan terjadi String sign ileum terminalis, caecum berbentuk konus. Proses yang lebih lanjut lagi terjadi striktur, sinus tract, dan pembentukan fistula.II.13Divertikulitis

Divertikulitis adalah peradangan atau infeksi pada satu atau beberapa divertikula. Divertikulitis jarang terjadi pada orang yang berumur dibawah 40 tahun.

Penyebab terjadinya infeksi pada divertikula masih belum pasti. Infeksi mungkin terjadi jika tinja atau bakteri terperangkap di dalam divertikula.

Gejala awalnya adalah nyeri, nyeri tumpul (biasanya pada bagian kiri bawah perut) dan demam.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Pemeriksaan rontgen dengan barium enema dilakukan untuk memperkuat diagnosis atau untuk mengevaluasi masalah yang dapat merusak atau menembus usus yang meradang, sehingga pemeriksaan ini biasanya ditunda selama beberapa minggu.

II.14 Polip

Polip adalah petumbuhan jaringan yang menonjol ke dalam lumen traktus gastrointestinal. Secara umum ,terdapat 2 tipe polip jinak yaitu polip non-neoplastik dan polip neoplastik. Polip non-neoplastik terdiri dari hamartoma, polip hyperplastik dan polip inflamasi. Polip neoplastik terdiri dari berbagai macam polip adenomatous dan poliposis coli herediter.

Polip non-neoplastik

Hamartoma

a. Polip Juvenil

b. Sindroma Cronkhite-Canada

c. Sindroma Peutz-Jeghers

Polip hiperplastik

Polip inflamasi

Polip neoplasik

Polip adenomatous

Poliposis neoplastik herediter

a. Familial adenomatous poliposis (FAP)

b. Sindroma Gardners

c. Sindroma Turcots

II.15 KarsinomaHereditary colorectal carcinoma

a. Familial Adenomatous Polyposis (FAP)

b. Hereditary Nonpolyposis Colorectal Cancer (Lynchs Syndrome)

Carcinoma colorectal

Carcinoma colorectal merupakan keganasan yang paling sering pada traktus gastrointestinal. Insidensi carcinoma colorectal di Indonesia cukup tinggi, demikian juga angka kematiannya. Insidensi pria sebanding dengan wanita. Carcinoma recti lebih sering pada laki-laki, sedangkan carcinoma colon lebih sering pada wanita. Penyakit ini berhubungan dengan usia dan terjadi lebih sering pada usia diatas 50 tahun. Predileksi sekitar 75% carcinoma colorectal ditemukan di rectosigmoid.

Gejala klinis

Gejala dan tanda dini carcinoma colorectal tidak ada. Umumnya gejala pertama timbul karena penyulit, yaitu gangguan faal usus, obstruksi, perdarahan atau akibat metastasis.

Carcinoma colon kanan:

Carcinoma colon kiri dan rectum:Pemeriksaan penunjang

X-ray foto polos dan colon in loop

X-ray foto polos dan colon in loop memiliki peranan penting dalam mengevaluasi pasien yang diduga menderita carcinoma colorectal. Foto polos abdomen (supine, tegak, dan LLD) berguna untuk mendeteksi pola gas usus yang menunjukkan adanya obstruksi. Colon in loop berguna untuk mengevaluasi gejala obstruktif. Colon in loop dengan double contrast sensitif untuk mendeteksi massa yang berdiameter lebih besar dari 1 cm. Deteksi massa yang kecil sangat sulit, sehingga colonoscopy lebih disukai untuk mengevaluasi massa colon yang nonobstruksi.II.16 Volvulus Volvulus merupakan kelainan berupa puntiran dari segmen usus terhadap usus itu sendiri, mengelilingi mesenterium dari usus tersebut dimana mesenterium itu sebagai aksis longitudinal sehingga menyebabkan obstruksi salurancerna. Keadaan ini disebabkan karena adanya rotasi gelung usus di sekeliling cabang arteri mesenterika superior. Volvulus midgut dapat terjadi tidak sempurna atau intermitten tetapi biasanya terjadi pada anak yang lebih besar dan memiliki gejala dan tanda nyeri perut non spesifik kronik, muntah yang bersifat intermitten (kadang tidak berwarna hijau), rasa cepat kenyang, penurunan berat badan, gagal tumbuh, diare dan malabsorbsi.

Barium sulfat menghasilkan gambaran radiopak (muncul di X-ray) digunakan sebagai media kontras, kemudian dibiarkan mengalir ke dalam usus besar. Udara dapat menggembung di dalam usus besar untuk membesarkan dan memberikan gambar yang lebih baik (sering disebut "double-contrast").

II.17 Megakolon Penyakit Hirschsprung (Megakolon Kongenital) adalah suatu kelainan kongenital yang ditandai dengan penyumbatan pada usus besar yang terjadi akibat pergerakan usus yang tidak adekuat karena sebagian dari usus besar tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ototnya. Sehingga menyebabkan terakumulasinya feses dan dilatasi kolon yang masif.Gejala dan tanda

Pada bayi yang baru lahir :

segera setelah lahir, bayi tidak dapat mengeluarkan mekonium (tinja pertama pada bayi baru lahir)

tidak dapat buang air besar dalam waktu 24-48 jam setelah lahir

perut menggembung

muntah

diare encer (pada bayi baru lahir)

berat badan tidak bertambah, mungkin terjadi retardasi pertumbuhan

malabsorbsi.

Pada anak :

Failure to thrive (gagal tumbuh)

Nafsu makan tidak ada (anoreksia)

Rektum yang kosong melalui perbaan jari tangan

Kolon yang teraba

Hipoalbuminemia

Kasus yang lebih ringan mungkin baru akan terdiagnosis di kemudian hari.

Pada anak yang lebih besar, gejalanya adalah sembelit menahun, perut menggembung dan gangguan pertumbuhan.

II.18 Stenosis Kolon

Stenosis kolon adalah suatu kondisi di mana bagian dari usus besar sangat sempit , sehingga sebagian penyumbatan . Penghalang lain dari usus yang mempengaruhi bayi baru lahir meliputi berikut ini :penyakit Hirschsprung

Kecil sindrom usus kiri

obstruksi obturasi

ileus mekonium

mekonium steker Kontras enema dapat dilakukan sebelum pengobatan operasi, pada kebijaksanaan ahli bedah, dan dapat berguna dalam mengesampingkan adanya lesi lainnya hilir dari atresia tersebut. Ini mengungkapkan microcolon dengan ujung proksimal bulat (lihat gambar pertama di bawah). Dalam kongenital stenosis kolon, kontras enema mengungkapkan penyempitan usus besar, dengan mengisi terbatas kolon proksimal melebar (lihat gambar kedua di bawah ini)

Contrast enema showing microcolon with dilated proximal colon (colonic atresia of sigmoid colon).

Contrast enema revealing colonic stenosis at hepatic flexure.

BAB III

PENUTUP

III.1Kesimpulan

Teknik pemeriksaan barium enema pada anak adalah suatu teknik pemeriksaan secara radiologis usus besar (collon) dengan menggunakan media kontras barium (kontras positif) yang dimasukan melalui lubang anus yang dilakukan pada anak. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan gambaran anatomis dari colon sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit atau kelainan-kelainan pada colon.

Terdapat indikasi dan juga kontra indikasi dalam pelaksanaan teknik pemeriksaan radiologi ini, selain itu juga terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan pula dalam proses persiapan maupun pelaksaan pemeriksaan dengan barium enema ini.135