REFERAT baru fix.doc

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Narkoba adalah zat yang apabila masuk ke dalam tubuh manusia akan berpengaruh pada kerja otak atau susunan saraf pusat. Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan aktif lainnya. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.1 Proyeksi pengguna narkoba di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 5,1 juta orang.2 Tahun 2011 diperkirakan sebanyak 9,6 sampai 12,9 juta orang atau 5,9% dari populasi yang berusia 10-59 tahun di Indonesia pernah mencoba memakai narkoba minimal sekali sepanjang hidupnya. Penyalahgunaan narkoba selain dapat menyebabkan kerusakan pada fisik dan psikis, juga dapat mengakibatkan kerugian secara sosial maupun secara ekonomi pada negara. Total kerugian negara yang disebabkan oleh penyalahgunaan narkoba sebesar Rp 48,2 triliyun.3

Narkoba dibagi menjadi tiga golongan menurut cara pembuatannya, yaitu alami, semisintesis, dan sintesis. Sedangkan psikotropika dapat dibagi menjadi tiga golongan berdasarkan cara kerjanya, yaitu golongan depresan, golongan stimulan, dan golongan halusinogen. Lysergic acid diethylamide (LSD) merupakan salah satu contoh produk narkoba semisintesis dari asam lisergik dan merupakan halusinogen yang kuat.4 LSD merupakan substansi jernih, tidak berbau, dan tidak berasa dan masuk ke tubuh melalui inhalasi, aplikasi topikal, atau yang tersering adalah per oral dalam bentuk pil, blotter paper atau cair.5 LSD dahulu digunakan sebagai terapi psikoterapi, akan tetapi mulai tahun 1960 LSD digunakan secara ilegal untuk tujuan rekreasional.4 Penggunaan LSD di Kanada meningkat secara perlahan dari 4,1% pada tahun 1989 menjadi 13,2% pada tahun 2004.5 Di Amerika, sebanyak 482 ribu orang menyalahgunakan LSD, dengan usia rata-rata pengguna adalah 19, 7 tahun.6Data mengenai penyalahgunaan LSD di Indonesia belum banyak tersedia karena bukan merupakan jenis narkoba yang populer. LSD pernah ditemukan di Indonesia pada tahun 1990 dan 2013. Tahun ini, telah terjadi kasus kecelakan lalu lintas dengan kecurigaan pengendara mobil menyetir di bawah pengaruh LSD. Orang yang mengonsumsi LSD dapat mengalami disorientasi waktu dan tempat, serta kehilangan persepsi jauh-dekat.7

Pada kasus pidana seperti di atas, seringkali penyidik akan meminta pertolongan dokter untuk melakukan pemeriksaan narkoba. Toksikologi forensik merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh dokter. Oleh karena itu, seorang dokter harus memiliki pengetahuan mengenai narkoba dan cara pemeriksaannya agar dapat memberikan hasil pemeriksaan yang sebenar-benarnya.1.2Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah profil dari LSD?

2. Bagaimanakah aspek farmakologi dan cara pemeriksaan LSD di dalam tubuh?

3. Bagaimanakah aspek medikolegal penyalahgunaan LSD?

1.3Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui aspek medis dan aspek medikolegal penyalahgunaan LSD

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mengetahui profil dari LSD

b. Mengetahui aspek farmakologi dan cara pemeriksaan LSD di dalam tubuh

c. Mengetahui aspek medikolegal penyalahgunaan penggunaan LSD

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah Penyalahgunaan Penggunaan LSD ini adalah untuk memberikan tambahan pengetahuan mengenai aspek medis dan aspek medikolegal dari penyalahgunaan penggunaan LSD.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terminologi

LSD adalah salah satu zat halusinogen yang sangat poten bila dibandingkan zat halusinogen lain. Obat ini termasuk dalam golongan psikotropika. Zat ini dibuat dari zat asam lisergik yng ditemukan pada jamur ergot , jamur yang tembuh pada sejenis gandum hitam dan biji-bijian. Obat ini diproduksi terutama di Amerika Serikat dalam bentuk kristal di laboratorium tidak resmi. Kristal- kristal ini kemudian diubah menjai bentuk cairan untuk kemudian diedarkan. Cairan ini tidak berbau, tidak berwarna, dan sedikit agak pahit.8

LSD dijual dalam bentuk tablet kecil, kapsul ataupun ditaruh pada kertas serap yang kemudian menjadi persegi-persegi yang kecil dihiasi deengan gambar-gambar atau berbagai karakter. Kadang-kadang dijual juga dalam bentuk cairan. 8Apapun bentuknya, LSD membuat seorang terputus dengan kenyataan. Pengguna LSD menyebutkan pengalaman menggunakan LSD sebuah trip biasanya selama 12 jam atau lebih. Suatu sensasi yang tidak menyenangkan akibat penggunaan LSD seringkali diistilahkan sebagai bad trip.8 Nama lain LSD

LSD pada umumnya disebut Asid atau Elcid. Nama jalan lainnya adalah:1 Acid Microdot

Battery acid Pane

Boomers Superman

Doses Tab

Dots Window pane

Golden Dragon Yellow sunshine

Hippie Zen

Loony toons Trips

Lucy in the sky with diamonds Bloffers

Sejarah

Albert Hofman seorang ahli kimia yang bekerja di Pabrik Farmasi Sandoz di Basel, Switzerland, utnuk pertama kalinya membuat LSD buatan ketika sedang mencari stimulansi untuk darah. Namun demikian, dampak halusinogennya tidak diketahui sampai dengan tahun 1943 ketika Hofman secara tidak sengaja menggunakan LSD. Diketahui kemudian bahwa hanya dengan memakan dosis yang sangat ringan yaitu 25 mikrogram mampu menghasilkan halusinasi yang sangat jelas. Karena kesamaannya dengan suatu zat kimia yang ada di otak dan kenyataanya adanya kesamaan efek pada beberapa aspek tertentu dari gangguan jiwa , LSD digunakan dalam penelitian oleh para psikiater dari tahun 1940-an, 1945, dan 1960an. Sementara para peneliti gagal menemukan manfaat medis dari obat ini, contoh-contoh gratis yang diberikan gratis oleh Pabrik Sandoz untuk penelitian, telah diedarkan ke mana-mana, sehingga zat ini kemudian dipergunakan secara luas. 8

Pada tahun 1951, LSD mulai digunakan sebagai senjata kimia. LSD digunakan untuk mempermainkan kekuatan militer agar tidak peduli akan situasi dan kondisi di sekiar, mempengaruhi kemampuan membuat rencana dan menilai, bahkan menimbulkan kecemasan, kebingungan yang tak terkendali dan teror. LSD juga digunakan oleh beberapa badan intelegensia untuk mengubah kepribadian sasaran mereka. Baru di sekitar tahun 1967 AS melarang obat tersebut sehingga akhirnya menurun di tahun 1980-an, tetapi meningkat lagi di tahun 1990-an. Sejak tahun 1998 LSD justru lebih sering digunakan di klub-klub dansa dan pesta semalaman oleh anak remaja dan dewasa muda. 8

Penggunaan LSD dalam dunia kedokteran sehari-harinya adalah sebagai berikut ini :1. Terapi alkoholisme ( LSD memiliki pengaruh yang menguntungkan untuk terapi alkoholisme terutama dalam jangka waktu 1 12 bulan paska terapi, pada pemberian single dose LSD tercatat abstinensia dalam hal penggunaan alkohol kira-kira 1-3 bulan. Hal ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Osmond et al., 1967 serta Ables and Eng, 1967; Ables et al., 1970; Jensen, 1962; Jensen, 196392. Penghilang nyeri ( menghilangkan kemampuan seseorang untuk memfokuskan diri pada salah satu sensori input spesifik, menghilangkan kemampuan korteks otak dalam meghasilkan sebuah pemikiran, konsep, ide, dan mengurangi kemampuan tubuh dalam mengontrol fungsi vegetatif yang akan berpengaruh kepada perilaku secara umum.103. Psychedelic therapy

Psychedelic therapy adalah terapi yang menggunakan psychedelic drugs seperti LSD, psilocybin, mescaline, MDMA, cannabis, ketamine, ibogaine, dan salvia divinorum. Terapi ini menggunakan dosis obat psikedelik dosis tinggi. Terapi ini digunakan dalam membantu psikoterapi. Indikasi digunakannya LSD dalam psikoterapi: 11Tabel 1 Indikasi LSD dalam psikoterapi

Indikasi LSD dalam psikoterapi

1.Penyakit Disorder

Phobia

Depresi

Borderline atau latent schizophrenia

2. Personality disorder

Cyclothimic

Pasif-agresif

Kompulsif

Deviasi seksual

Adiksi

3. Transient situasional Personality Disorder

4. Maniac-Depressive Reaction- in Remission

4. Terapi anxietas pada penyakit stadium lanjut ( LSD mampu mengurangi kecemasan pada pasien penyakit lanjut melalui kemampuannya dalam hal mkannisme verbal atau mengurangi kemampuan seseorang dalam menangkap makna dari sebuah kata. Akibatnya jika bersinggungan dengan kata-kata yang berkaitan dengan penyakit yang diidapnya pengguna atau pasien tidak terlalu merespon berlebih yang mengakibatkan kecemasan yang justru malah kan memperparah keadaan sakitnya dan sangat mungkin mempercepat kematiannya 10Statistik

Di Eropa, pemakaian LSD tertinggi berada di Inggris dan Irlandia (10 persen dari golongan usia 16 tahun hingga 29 tahun paling tidak sudah pernah menggunakan sekali ). Di negara-negara Eropa lainnya persentaseya jauh lebih rendah. Di Amerika terdapat penelitian yang dimulai sejak tahun 1975 menunjukan bahwa dari 17000 siswa SMU 7,2 persen siswa paling tidak menggunakan LSD sekali dalam hidup mereka. Pada tahun 1997 angka tersebut naik menjadi 13,6 persen. Sedangkan pada tahun 2004 setidaknya 23,4 juta orang amerika di atas usia 12 tahun telah menggunakan LSD setidaknya sekali dalam hidup mereka atau kurang lebih 9,7 persen dari golongan usia ini.1Di Indonesia, LSD mulai masuk sekitar tahun 1990. Namun hingga kini penggunanya tidak sebanyak jenis narkotika lainnya. LSD yang umumnya beredar di Indonesia berbentuk kertas dengan lebar kurang lebih 0,5x 0,5 cm sampai dengan 1 x 1 cm dengan harga jual sekitar Rp 200.000-Rp. 300.000 per lembar kotak kecil tersebut.12.5Bahaya Pengaruh LSD

Penggunan LSD efeknya dapat berupa:

Efek psikologik

Menimbulkan persaan euforia dimana penderita akan mengalami perasaan nyaman terbebas dari rasa cemas. Hilangnya kendali emosi, gangguan persepsi seperti halusinasi penglihatan, distorsi waktu, distorsi ruang, waham, kecurigaan, panik, timbul pikiran bunuh diri, flashback berupa kembalinya bayangan dan perasaan di masa lalu berupa pengalaman menyenangkan (good trip) dan pengalaman yang tidak menyenangkan (bad trip).

Efek fisik

Penggunaan LSD dapat menyebabkan pelebaran pupil, nafsu makan berkurang, otot terasa melilit, kenaikan kadar gula darah, lemah, mati rasa, gemetar, mual, muntah dan terasa tergoncang-goncang, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, hipertermia, pernafasan cepat dan dalam serta mengalami gangguan koordinasi.12,13

Penggunaan jangka panjang dapat mengakibatkan efek halusinogenik, yang dapat terjadi sehari-hari, berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah memakai LSD. Tidak ada bukti atau adanya ketergantungan fisik dan tidak ada gejala putus zat yang telah diamati bahkan setelah dipakai secara berkesinambungan. Namun ketergantungan kejiwaan dapat terjadi, efek LSD normalnya 6-12 jam setelah menggunakan tergantung pada dosis, toleransi, berat badan dan umur. LSD memiliki waktu paruh eliminasi hanya 175 menit. Keberadaan LSD tidak lebih lama keberadaannya daripada obat-obat dengan level signifikan di dalam darah.142.6 Identifikasi LSD (Metode pemeriksaan napza dan LSD)

Cara menegakan diagnosa cukup sulit, sehingga diperlukan:

a.Sikap mental petugas

- Bersikap positif

- Penuh perhatian

- Menerima dan bersikap empati

- Tidak menghina, mengkritik, menejek dan menyalahkan

b.Teknik wawancara

Alloanamnesis sebelum autoanamnesis

Alloanamnesis setelah autoanamnesis

Alloanamnesis dan autoanamnesis secara bersamaan

c.Pemeriksaan

Fisik

Psikiatri

Penunjang

Penegakan diagnosis

Anamnesis

Tujuannya untuk membentuk rasa percaya pasien terhadap terapis sehingga pasien merasa yakin bahwa data tentang dirinya akan terjamin kerahasiaannya di tangan terapis. Data pribadi dan data demografi pengguna zat psikoaktif yang perlu diketahui meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat tempat tinggal, tingkat pendidikan, agama yang dianut, etnik, status perkawinan, maupun cara penggunaan napza.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan cermat dan menyeluruh. Pada tabel 1.1 diuraikan beberapa gejala klinis yang sering ditemukan berkaitan dengan penggunaan zat psikoaktif.

Tabel 2 pemeriksaan fisik napza

PemeriksaanHasilKeterangan

Kesadaran Somnolen

Sopor koma

Berkabut

Pada intoksikasi opioid, sedatif hipnotik, alkohol dan inhalan atau pada putus zat amfetamin dan kokain.

Pada keadaan kelebihan dosis yang berat zat apapun

Pada putus zat sedatif-hipnotik atau alkohol, pada intoksikasi amfetamin atau PCP

Denyut nadiBertambah cepat

LambatPada intoksikasi amfetamin atau LSD, pada putus zat opioid.

Pada intoksikasi opioid, sedatif-hipnotik, alkohol atau inhalan

Suhu badanNaik

TurunPada pengguna LSD, amfetamin, putus alkohol, sedatif-hipnotik atau opioid, adanya penyakit infeksi.

Pada intoksikasi opioid

PernafasanLambat

Cepat dan dangkalPada pemakaian sedatif-hipnotik, alkohol atau opioid.

Pada intoksikasi sedatif-hipnotik, dosis tinggi

Tekanan darahNaik

TurunPada pemakaian amfetamin, kokain, LSD, ganja

Pada putus alcohol

HidungRinore

Ulkus atau perforasiPutus zat opioid

Pada pengguna kokain secara inhalan.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa manifestasi klinis yang terjadi pada kasus intoksikasi LSD adalah peningkatan denyut nadi, tekanan darah, dan peningkatan suhu tubuh. Identifikasi LSD yang terdapat dalam tubuh manusia dapat melalui sampel urin, rambut dan darah. Namun untuk melakukan identifikasi pada sampel-sampel tersebut membutuhkan waktu untuk dapat mendeteksinya.15 Analisis air seni diperlukan untuk mengetahui zat psikoaktif apa saja yang dikonsumsi pasien. 2.6.1 Toksikologi forensik korban hidup dan korban matiPada korban hidup perlu dilakukan pengambilan darah dan urin untuk pemeriksaan laboratorium. Apabila hasil pemeriksaan laboratorium meenunjukan adanya narkotika, maka kita wajib melaporkan kepada pihak yang berwenang (pasal 48 UU Narkotika, 1976). Dilakukan dengan menganalisis air seni untuk mengetahui zat psikoaktif yang dikonsumsi penderita. Air seni diambil sebaiknya diambil kurang dari 48 jam sejak penggunaan zat psikoaktif terakhir.16,17Analisis air seni diperlukan untuk mengetahui zat psikoaktif apa saja yang dikonsumsi pasien. Air seni sebaiknya diambil kurang dari 48 jam sejak penggunaan zat psikoaktif terakhir karena setalah 48 jam, banyak zat yang tidak terdeteksi lagi dalam air seni. Harus dijaga agar yang diperiksa adalah benar air seni pasien dan bukannya air seni orang lain.18Ada beberapa tekhnik pemeriksaan analisis air seni yaitu paper chromatography, thin layer chromatography, gas chromatography, atau high power TLC. Selain tes analisis urin dapat pula dilakukan pemeriksaan darah rutin, kimia darah, tes fungsi hati dan tes fungsi ginjal apabila ada indikasi untuk diperiksa.18 Metode PemeriksaanA. Uji penapisan screening test

Uji penapisan untuk menapis dan mengenali golongan senyawa (analit) dalam sampel. Analit digolongkan berdasarkan sifat fisika, kimia, sifat kimia maupun efek farmakologi yang ditimbulkan. Obat narkotika dan psikotropika secara umum dalam uji penapisan dikelompokkan menjadi golongan opiat, kokain, kanabinoid, turunan amfetamin, turunan benzodiazepin, golongan senyawa anti dipresan tri-siklik, turunan asam barbiturat, turunan metadon. Pengelompokan ini berdasarkan struktur inti molekulnya. Uji penapisan seharusnya dapat mengidentifikasi golongan analit dengan derajat reabilitas dan sensitifitas yang tinggi, relatif murah dan pelaksanaannya relatifcepat. Terdapat teknik uji penapisan yaitu:

a) Teknik immunoassay

Teknikimmunoassay adalah teknik yang sangat umum digunakan dalam analisis obat terlarang dalam materi biologi. Teknik ini menggunakan anti-drugantibody untuk mengidentifikasi obat dan metabolitnya di dalam sampel (materibiologik). Jika di dalam matrik terdapat obat dan metabolitnya (antigen target) maka dia akan berikatan dengan antidrug antibody, namun jika tidak ada antigen target maka anti-drug antibody akan berikatan dengan antigen-penanda. Terdapatberbagai metode / teknik untuk mendeteksi beberapa ikatan antigen-antibodi ini, seperti enzyme linked immunoassay (ELISA), enzymemultiplied immunoassay technique (EMIT), fluorescence polarization immunoassay (FPIA), cloned enzyme-donor immunoassay (CEDIA), dan radio immunoassay (RIA). Pemilihan teknik ini sangat tergantung pada beban kerja (jumlah sampel per-hari) yang ditangani oleh laboratorium toksikologi. Misal dipasaran teknik ELISA atau EMIT terdapat dalam bentuksingle testmaupun multi test. Untuk laboratorium toksikologi dengan beban kerja yang kecil pemilihan tekniksingle test immunoassay akan lebih tepat ketimbang teknik multi test, namun biaya analisa akan menjadi lebih mahal. Hasil dari immunoassay test ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan,bukan untuk menarik kesimpulan, karena kemungkinan antibodi yang digunakan dapat bereaksi dengan berbagai senyawa yang memiliki bentuk struktur molekul yang hampir sama.16-18Tabel 3 Cut off pada berbagai immunoassayPerbedaanEMITCEDIARIAELISA

Positive cutoff

( ng/ml ) 0,50,505,0,5

Insiden positif palsu tinggirendahrendahrendah

b) Thin Layer Chromatography (TLC)/ Kromatografi Lapis Tipis (KLT) KLT adalah metode analitik yang relatif murah dan mudah pengerjaannya, namun KLT kurang sensitif.Untuk meningkatkan sensitifitas KLT sangat disarankan dalam analisis toksikologi forensik, uji penapisan dengan KLT dilakukan paling sedikit lebih dari satu sistem pengembang dengan penampak noda yang berbeda. Dengan menggunakan spektrofotodensitometri analit yang telah terpisah dengan KLT dapat dideteksi spektrumnya (ultraviolet atau fluoresensi). Kombinasi ini tentunya akan meningkatkan derajat sensitifitas dan spesifisitas dari uji penapisan dengan metode KLT. Secara simultan kombinasi ini dapat digunakan untuk uji pemastian.16-18B. Uji pemastian confirmatory test

Uji ini bertujuan untuk memastikan identitas analit dan menetapkan kadarnya. Konfirmatori test paling sedikit sensitif dengan uji penapisan, namun harus lebih spesifik. Umumnya uji pemastian menggunakan teknik kromatografi yang dikombinasi dengan teknik detektor lainnya, seperti: kromatografi gas-spektrofotometri massa (GC-MS), kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) dengan diode-array detektor, kromatografi cair spektrofotometri massa (LC-MS), KLT-Spektrofoto densitometri, metode KIT dan teknik lainnya. Meningkatnya derajat spesifisitas pada uji ini akan sangat memungkinkan mengenali identitas analit, sehingga dapat menentukan secara spesifik toksikan yang ada.18 Tes HPLC

Identifikasi LSD dengan metode instrumen HPLC ini diikuti oleh serapan UV. Untuk ini sampel dilarutkan dalam pelarut (seperti air atau metanol) dan kemudian disuntikan ke dalam tabung, panjang dan tipis disebut kolom. Kolom memiliki lapisan khusus disiapkan di bagian dalam yang menyebabkan bahan kimia yang berbeda untuk melakukan perjalanan dengan kecepatan yang sedikit berbeda ketika mereka bergerak melalui selang. Pada akhir kolom adalah detektor yang ketika bahan kimia muncul dari tabung output dari kolom dari kolom terkena sinar ultraviolet pada panjang gelombang yang dipilih. Untuk tes ini cahaya 254 nanometer digunakan, deteksi frekuensi umum.

Waktu sampel yang diperlukan untuk bergerak melalui kolom disebut waktu retensi dan ditandai sepanjang sumbu x (sisi bawah) angka 1, 2 dan 4. Pada sumbu Y-axis (sebelah kiri) dari grafik menunjukan berapa banyak sinar UV diserap oleh material yang berasal dari kolom titik tertentu dalam waktu. Setiap puncak dalam tabel merupakan saat masing-masing komponen kimia dari sampel mencapai ujung kolom. Gundukan kecil terdekat sisi kiri grafik masing-masing disebut front pelarut, biasanya diabaikan karena mereka merupakan bahan kimia residu dilakukan melalui sistem dengan gelombang awal disuntikan pelarut. HPLC dan UV output untuk standar acuan baru dari d-LSD sederhana. Di tengah angka ini ada satu puncak sangat bersih jelas dengan waktu retensi 9,047 menit. Dengan menggunakan spektrometer massa-semprot elektro, lab memverifikasi bahwa refernsi standar ini memilik bobot molekul yang benar untuk d-LSD. Bahan ini kemudian diverifikasi dengan memeriksa bahwa perusahaan profil serapan UV memiliki puncak serapan yang tepat pada sekitar 320 nanometer. Ini semua diverifikasi bahwa standar referensi baru tampaknya sangat murni d-LSD.18 Metode KIT

Identifikasi LSD dengan menggunakan KIT adalah dengan alat berupa testpack yang bentuknya bermacam-macam. Dengan adanya KIT ini identifikasi LSD jadi lebih mudah karena dapat digunakan dengan cara aman.

Salah satu macam KIT yaitu KIT dalam bentuk liquid, caranya adalah dengan memasukan sampel ke dalam cairan tertentu yang dapat mengidentifikasi LSD, kemudian sumbu yang ada dalam vial dimasukan dalam cairan yang berisi sampel. Sumbu akan berubah warna menjadi ungu jika sampel tersebut mengandung LSD.23

Pada pemeriksaan luar jenazah, dapat ditemukan tanda-tanda sisa konsumsi dari LSD, pada daerah mulut maupun daerah lidah. Pada pemeriksaan otopsi tidak didapatkan tanda-tanda khas yang mengarah pada kasus penggunaan LSD, kecuali jika korban meninggal akibat trauma atau kecelakaan yang mengakibatkan kerusakaan organ dalam (misalkan pengaruh LSD yang mengakibatkan pengguna merasa bisa terbang sehingga pengguna melompat dari atas gedung ).182.6.2 Hasil Positif Palsu

Tes dapat memberikan hasil positif keliru dalam dua cara. Pertama, hasil tes positif palsu, dimana tes menunjukkan kehadiran zat yang tidak ada, dapat timbul dari tes yang tidak memuaskan atau non-spesifik. Tes positif palsu diperoleh jika obat atau substansi yang mengganggu hadir dalam cairan biologis dan terjadi reaksi silang dengan reagen. Sebagaimana dibahas dalam bagian sebelumnya di immunoassays, tes awalnya positif berdasarkan teknik immunoassay harus selalu dikonfirmasi dengan metode non-immunoassay. Temuan positif yang sudah terkonfirmasi hanya menunjukkan bahwa sampel urin mengandung obat yang terdeteksi dan tidak lebih.

Kadang-kadang positif palsu disebabkan substansi yang tertelan seperti asma atau alergi obat. Beberapa penulis menyatakan bahwa karyawan dengan skrining obat harus menahan diri untuk tidak menggunakan obat merek tertentu yang dijual bebas karena mereka telah menyebabkan positif palsu. Beberapa bahan alami seperti teh herbal dan biji poppy juga dapat memberikan respon positif, ini mungkin positif secara analisis, tetapi mereka harus dibedakan dari orang-orang penggunaan narkoba ilegal. Dibeberapa kasus, positif palsu telah menjadi hasil dari kesalahan atau sabotase dalam rantai pengambilan sampel urin.

Kedua, hasil yang benar-benar dapat menunjukkan adanya suatu substansi dalam sampel yang diambil dari mayat bahkan meskipun substansi tidak terdapat di dalam tubuh mayat sebelum kematian. Hal ini dapat terjadi dari generasi zat beracun setelah kematian, atau dari kontaminasi. Kehadiran zat yang dihasilkan setelah kematian adalah kesulitan khusus dalam penilaian konsentrasi etanol, misalnya di korban kecelakaan lalu lintas jalan dan pesawat. Gamma-hidroksibutirat, anestesi yang bereaksi cepat pada penyalahgunaan obat, juga dapat dihasilkan setelah kematian.192.6.3 Hasil Negatif Palsu

Hasil negatif palsu jarang terjadi, tetapi bisa terjadi sebagai akibat rendahnya konsentrasi pada urin dan situasi lainnya. Alasan yang paling memungkinkan terjadinya hasil negatif palsu adalah :

Waktu penggunaan terakhir sudah terlalu lama

Tekhnik pengambilan sampel dari dalam tubuh

Faktor metabolik

Penggunaan tes yang tidak tepat

Peningkatan laktat urin

Hasil dari immunoassay atau GC-MS bisa mengecoh, karena tes ini tidak bisa mendeteksi setiap obat di masing-masing kelas obat. Contohnya, tes untuk opiat akan mendeteksi morfin dan obat-obat lainnya yang di metabolit menjadi morfin seperti kodein dan heroin. Heroin hanya dapat dideteksi sampai 8 jam setelah penggunaan. Setelah 8 jam, hanya metabolit morfin yang terdeteksi di urin oleh immunoassay atau GC-MS.

Penyebab lain yang penting dari tes pasca kematian yang menunjukkan hasil negatif palsu adalah hilangnya obat sebelum dilakukan analisis. Hal ini juga dapat saat sebelum kematian, dan dalam beberapa keadaan juga mungkin terjadi atau tak terelakkan.

Oleh karena itu, kesulitan yang serius dalam menafsirkan tes kualitatif pada sampel post-mortem adalah hasil positif palsu dan negative palsu yang sewaktu-waktu dapat terjadi.1

2.7Aspek Farmakologi LSD

Dietilamid asam lisergat (N,N-dietil lisergamida atau LSD-25) mempunyai rumus yang menyerupai ergonovin. Dosis 20-100 g yang diberikan pada orang normal menimbulkan gejala rasa takut, halusinasi visual, tremor, hiperrefleksia, peningkatan aktivitas simpatik, euforia, depersonalisasi, perasaan curiga dan sifat agresif. LSD-25 mungkin menyebabkan perangsangan simpatis didaerah hipotalamus. Bagaimana terjadinya halusinasi dan gejala lain belum dapat diterangkan, demikian juga hubungannya dengan perubahan biokimia dan farmakologik yang ditimbulkan oleh LSD-25. LSD tidak digunakan dalam terapi atau diagnostik. Zat ini hanya digunakan dalam penlitian untuk menimbulkan keadaan mirip psikosis.Onset kerja LSD terjadi dalam satu jam. Salah satu cara menggunakan LSD adalah dengan meletakkannya pada permukaan lidah dan bereaksi setelah 30-60 menit sejak pemakaian, memuncak dalam dua sampai empat jam, dan berlangsung selama 8-12 jam. Efek rasa ini biasa disebut tripping.20Efek farmakodinamik LSD masih kontroversial meskipun disepakati secara umum bahwa obat tersebut bekerja pada sistem serotonergik, baik sebagai antagonis maupun agonis. Data saat ini menunjukkan bahwa LSD bekerja sebagai agonis parsial pada reseptor serotonin pascasinaps. Toleransi untuk LSD terbentuk dengan cepat dan hampir komplit setelah 3 sampai 4 hari penggunaan berkelanjutan. Toleransi juga berbalik dengan cepat, biasanya dalam 4 sampai 7 hari. Baik ketergantungan fisik maupun gejala putus zat tidak terjadi pada pemberian LSD, tapi pengguna dapat mengalami ketergantungan psikologis pada pengalaman yang menginduksi tilikan dari episode penggunaan halusinogen.

Asam lisergik dhyetilamide merupakan konstituen dari alkaloid ergot, dan LSD adalah derivat hidrolitik yang semisintetik.21Asam lisergik diperoleh dengan mencampurkan alkaloid ergot dengan alkali kuat dan kemudian menetralkan campuran dasar tersebut dengan asam. Setelah pemurnian asam lisergik itu baru ditambah dengan dietilamina, mengakibatkan pembentukan LSD (Nichols 2001). Secara teori,terdapat 4 isomer optik yang mungkin dari 2 atom karbon asimetrik dalam molekul LSD.22Akan Tetapi, banyak derivat dari alkaloid ergot hanya dapat ditemukan isomer di Carbon 8, tetapi tidak di Carbon 5. Pada LSD, C-5 atom hidrogen dan C-8 karboksilat amida berada dalam konfigurasi cis, dan pada iso-LSD, berada dalam konfigurasi trans. Iso-LSD juga dapat terbentuk dari LSD bila terkena basic aqueous solutions dan mengalami 4x peningkatan suhu.22LSD dikenal sebagai halusinogen yang paling ampuh, dengan dosis 50 sampai 200 mg dapat menyebabkan efek halusinogen yang berlangsung selama 6 sampai 12 jam (Nichols 2004). Dosis 0,2 mg / kg dianggap dosis yang fatal (Ellenhorn 1997), dengan lethal dosis (LD50) dari 14mg .22 Ada satu kasus yang didokumentasikan dari seorang pria berusia 25 tahun yang meninggal 16 jam setelah dirawat di rumah sakit, penyebab kematian adalah keracunan LSD. Dalam kasus ini, plasma antemortem dan isi perut dianalisis dengan High performance liquid chromatography (HPLC) mengandung masing masing 8 dan 60 ng / mL LSD. Namun, tidak ada bukti bahwa LSD dapat menyebabkan kerusakan 5 organ tubuh manusia (Nichols 2004). Sebaliknya, tewas akibat penggunaan LSD biasanya dikarenakan cedera yang didapat saat di bawah pengaruh obat (Fysh et al. 1985). Efek akut LSD terakhir adalah dari 0,7-8 jam, sedangkan efek psikotropika dapat berlangsung selama berhari-hari (Ellenhorn 1997). Waktu paruh eliminasi pada urin dan pada plasma pada LSD adalah 3,5 jam (Lim et al. 1988) dan 5 jam (Papac dan Foltz 1990), masing-masing, dengan laju eliminasi 0,2 / jam (Lim et al. 1988). Setelah penggunaan LSD dosis 50 ug, pada Konsentrasi LSD dalam kemih yang normal, biasanya turun menjadi