Upload
nadia-alwainy
View
232
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Nadia Alwainy
NIM : 030.08.171
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Trisakti
Tingkat : Studi Profesi Dokter
Bidang Pendidikan : S1
Periode Kepaniteraan Klinik : 4 November 2013 – 11 Januari 2014
Judul Referat : Ca Mammae
Diajukan : 7 Januari 2013
Pembimbing : Dr. Harinto Sp.B
Telah Diperiksa dan Disahkan Tanggal :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini tepat pada waktunya.
referat ini disusun guna memenuhi tugas kepanitraan klinik ilmu bedah di RSUD
Budhi Asih Jakarta.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dr.
Harinto, Sp.B yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan referat ini,
serta kepada seluruh dokter yang telah membimbing penulis selama di kepanitraan
klinik Ilmu Bedah di RSUD Budhi Asih Jakarta. Tak lupa juga ucapan
terimakasih penulis hanturkan kepada teman-teman seperjuangan di kepanitraan
ini, serta semua pihak yang telah member dukungan dan bantuan kepada penulis.
Dengan penuh kesadaran dari penulis, meskipun telah berupaya
semaksimal mungkin untuk menyelesaikan referat ini, namun masih terdapat
banyak kelemahan dan kekurangan. Oleh karaena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga
referat ini berguna dan memberikan manfaat bagi kita semua.
Jakarta, Januari 2014
Nadia Alwainy
2
PENDAHULUAN
Karsinoma mammae merupakan salah satu tumor ganas paling sering
ditemukan pada wanita. Kebanyakan pada usia setengah baya dan lansia. Jarang
terjadi pada usia kurang dari 30 tahun, sedangkan yang kurang dari 20 tahun
sangat jarang. Belakangan ini insiden karsinoma mammae cenderung meningkat,
sedangkan mortalitas cenderung menurun.
Penyebab pasti meningkatnya insiden belum jelas, ada yang berpendapat
berkaitan dengan meningkatnya taraf hidup dan perubahan pola hidup. Penyebab
utama menurunnya mortalitas karsinoma mammae mencakup intervensi terhadap
faktor risiko karsinoma mammae, meluasnya penapisan masal dengan foto
mammae serta kemajuan terapi karsinoma mammae.1
3
TINJAUAN PUSTAKA
PAYUDARA
EMBRIOLOGI
Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu ke enam masa
embrio, yaitu berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang disebut garis
susu yang terbentang dari aksila sampai ke regio inguinal.
ANATOMI
4
Untuk dapat mengenal perjalanan penyakit kanker payudara dengan baik
dan memahami dasar-dasar tindakan operasi pada kanker payudara maka
sangatlah penting mengetahui anatomi itu sendiri.
Payudara terletak pada hemithoraks kanan dan kiri dengan batas-batas sebagai
berikut:
1. Batas-batas yang tampak luar:
Superior : Iga II atau III
Inferior : iga VI atau VII
Medial : pinggir sternum
Lateral : garis aksilaris anterior
2. Batas-batas payudara yang sesungguhnya:
Superior : hampir sampai ke klavikula
Medial : garis tengah
Lateral : m.latissimus dorsi
Payudara terdiri dari berbagai struktur:
Parenkim epitalial
Lemak, pembuluh darah, saraf, dan saluran getah bening
Otot dan fascia
5
Parenkim epitalial dibentuk oleh kurang lebih 15-20 lobus yang masing-masing
mempunyai saluran tersendiri untuk mengalirkan produknya, dan bermuara pada
puting susu. Tiap lobus dibentuk oleh lobulus-lobulus yang masing-masing terdiri
dari 10-100 kelompok asini. Lobulus-lobulus ini merupakan struktur dasar dari
glandula mammae.
Payudara dibungkus oleh fascia pektoralis superfisialis dimana permukaan
anterior dan posterior dihubungkan oleh ligamentum cooper yang berfungsi
sebagai penyangga.
Vaskularisasi payudara
1. Arteri
Payudara mendapat perdarahan dari
a. Cabang-cabang perforantes a. Mammaria interna. Cabang-cabang I, II, III,
dan IV dari a. Mammaria interna menembus dinding dada dekat pinggir
sternum pada interkostal yang sesuai, menembus m. pektoralis mayor dan
memberi perdarahan tepi medial glandula mamma
b. Rami pektoralis a. Torako-akromialis.
Arteri ini berjalan turun diantara m. pektoralis minor dan m. pektoralis
mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh utama m. pektoralis mayor.
Setelah menembus m. pektoralis mayor, arteri ini akan mendarahi glandula
mamma bagian dalam.
c. A. Torakalis lateralis (a. Mammaria eksterna).
Pembuluh ini berjalan turun menyusuri tepi lateral m. pektoralis mayor
untuk mendarahi bagian lateral payudara.
6
d. A. Torako-dorsalis.
Pembuluh darah ini merupakan cabang dari a. Subskapularis. Arteri ini
memperdarahi m. latissimus dorsi dan m. serratus magnus. Walaupun
arteri ini tidak memperdarahi galndula mammae, tetapi sangat penting
artinya. Karena pada tindakan radikal mastektomi, perdarahan yang terjadi
akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol, sehingga daerah ini dinamakan
“the bloody angle”.
2. Vena
Pada daerah payudara, terdapat tiga group vena:
a. Cabang- cabang perforantes v. Mammaria interna.
Vena ini merupakan vena terbesar yang mengalirkan darah dari payudara.
Vena ini bermuara pada v. Mammaria interna yang kemudian bermuara
pada n. Innominata.
b. Cabang-cabang v. Aksilaris yang terdiri dari v. Torako-akromialis, v.
Torakalis lateralis, dan v.torako-dorsalis.
c. Vena-vena kecil yang bermuara pada v. Interkostalis.
Vena interkostalis bermuara pada v. Vertebralis, kemudian bermuara pada
v. Azygos (melalui vena-vena ini metastasis dapat langsung terjadi di
paru).
7
Persarafan
Persarafan kulit payudara bersifat segmental dan berasal dari segmen
dermatom T2 sampai T6. Sela iga pertama terutama dipersarafi oleh saraf ke
musculus subclavius. Segmen dermatom area ini bisa didenervasi total atau
sebagian setelah elevasi flap kulit untuk mastektomi radikal atau modifikasi.
Dengan pemotongan flap kulit dalam axilla, maka suatu cabang utama nervus
intercostobrachiales bisa dikenali dan dikorbankan. Saraf ini terutama terdiri dari
serabut dari cabang cutaneus lateralis nervi intercostales kedua dan ketiga serta
berjalan tegak lurus dan anterior terhadap musculus latissimus dorsi.
Nervus thoracodorsalis
Nervus thoracodorsalis terdapat pada m. subscapularis, mempersarafi m.
latissimus dorsi dan muncul dari fasciculus posterior plexus branchialis (C5, C6,
dan C7). Ia lewat di belakang fasciculus medialis dan pembuluh axillaries untuk
berjalan lateral terhadap nervus thoracicus longus dan memasuki batas anterior
musculus latissimus dorsi.
Bila terpotong, rotasi interna dan abduksi akan melemah, walaupun tidak
mengakibatkan deformitas. Gangguan fungsionalnya adalah oposisi kuat lengan
atas ke dinding dada lateral, terutama bila penderita perlu membawa sesuatu yang
dijepit diantara lengan atas dan dinding dadanya.
Nervus thoracalis longus
Nervus thoracalis longus terdapat pada m. serratus anterior
mempersarafinya. Cedera pada nervus ini menyebabkan morbiditas fungsional
8
yang jauh lebih besar akibat kelemahan bahu dan menimbulkan deformitas
‘winged scapula’
Nervus pectoralis lateralis
Nervus pectoralis lateralis berasal dari fasciculus lateral plexus branchialis
untuk mempersarafi m. pectoralis mayor dan minor. Saraf ini berjalan medial
terhadap m. pectoralis minor dan harus dilindungi sewaktu melakukan modifikasi
mastektomi radikal untuk mencegah atrofi musculus pectoralis mayor.
Nervus pectoralis medialis
Dalam pembedahan, nervus pectoralis medialis yang berasal dari fasciculus
medialis plexus brachialis, berjalan lateral terhadap musculus pectoralis minor dan
mensarafi musculus pectoralis mayor dan minor. Saraf ini biasanya dikorbankan
sewaktu membuang musculus pectoralis minor sebagai bagian modifikasi
mastektomi radikal. Jika nervus pestoralis lateralis dilindungi, maka musculus
pectoralis major tidak akan atrofi dan setelah operasi bentuk dinding dada akan
sesuai dengan m. pectoralis mayor dan tidak dengan sangkar iga
Sistem Limfatik Payudara
a. Pembuluh getah bening
1.Pembuluh getah bening aksila
Pembuluh getah bening aksila ini mengalirkan getah bening dari daerah-
daerah sekitar areola mamma, kuadran lateral bawah dan kuadran lateral
atas payudara.
9
2. Pembuluh getah bening mammaria interna
Saluran limfe ini mengalirkan getah bening dari bagian dalam dan medial
payudara. Pembuluh ini berjalan di atas fasia pektiralis lalu menembus
fasia tersebut dan masuk ke dalam m. pektoralis mayos. Lalu jalan ke
medial bersama-sama dengan sistem perforantes menembus m.
interkostalis dan bermuara ke dalam kelenjar getah bening mammaria
interna. Dari kelenjar getah bening mammaria interna, getah bening
mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna. Sebagian akan
bermuara pada vena kava, sebagian akan bermuara ke duktus torasikus
(untuk sisi kiri) dan duktus limfatikus dekstra (untuk sisi kanan).
3. Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial bawah
payudara.
Pembuluh ini berjalan bersama-sama vasa epigastrika superior, menembus
fasia rektus dan masuk ke dalam m. rektus abdominis. Saluran ini
bermuara ke dalam kelenjar getah bening preperikardial anterior yang
terletak di tepi atas diafragma di atas ligamentum falsiforme. Kelenjar
getah bening ini juga menampung getah bening dari diafragma,
ligamentum falsiforme dan bagian anterosuperior hepar. Dari kelenjar ini,
limfe mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna.
b. Kelenjar getah bening
a. Kelenjar getah bening aksila
Terdapat enam grup kelenjar getah bening aksila:
10
1. Kelenjar getah bening mammaria eksterna.
Untaian kelenjar ini terletak di bawah tepi lateral m. pektoralis mayor,
sepanjang tepi medial aksila. Grup ini dibagi dalam dua kelompok:
a. Kelompok superior.
Kelompok ini terletak setinggi interkostal II, III
b. Kelompok inferior.
Kelompok ini terletak setinggi interkostal IV, V, VI
2. Kelenjar getah bening scapula
Kelenjar getah bening terletak sepanjang vasa subskapularis dan
torakodorsalis, mulai dari percabangan v. Aksilaris menjadi v.
Subskapularis, sampai ke tempat masuknya v. Torakodorsalis ke dalam
m. latissimus dorsi.
3. Kelenjar getah bening sentral (central nodes)
Kelenjar getah bening ini terletak di dalam jaringan lemak di pusat
ketiak. Kadang-kadang beberapa diantaranya terletak sangat superfisial,
di bawah kulit dan fasia pada pusat ketiak, kira-kira pada pertengahan
lipat ketiak depan dan belakang. Kelenjar getah bening ini adalah
kelenjar yang relatif paling mudah diraba. Dan merupakan kelenjar aksila
yang terbesar dan terbanyak jumlahnya.
4. Kelenjar getah bening interpektoral (Rotter’s nodes)
Kelenjar getah bening ini terletak di antara m. pektoralis mayor dan
minor, sepanjang rami pektoralis v. Torako-akromialis. Jumlah satu
sampai empat.
11
5. Kelenjar getah bening v. Aksilaris
Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v. Aksilaris bagian lateral, mulai
dari white tendon m. latissimus dorsi sampai ke sedikit medial dari
percabangan v. Aksilaris – v. Torako-akromialis.
6. Kelenjar getah bening subklavikula
Kelenjar ini terletak sepanjang v. Aksilaris, mulai dari sedikit medial
percabangan v. Aksilaris – v. Torako-akromialis sampai dimana v.
Aksilaris menghilang di bawah tendo m. subklavius. Kelenjar ini
merupakan kelenjar aksila tertinggi dan termedial letaknya. Semua getah
bening yang berasal dari kelenjar-kelenjar getah bening aksila masuk ke
dalam kelenjar ini. Seluruh kelenjar getah bening aksila ini terletak di
bawah fasia kostokorakoid.
b. Kelenjar getah bening prepektoral
Kelenjar getah bening ini merupakan kelenjar tunggal yang kadang-kadang
terletak di bawah kulit atau di dalam jaringan payudara kuadran lateral atas
atau disebut prepektoralis karena terletak diatas fasia pektoralis.
c. Kelenjar getah bening mammaria interna
Kelenjar ini tersebar sepanjang trunkus limfatikus mammaria interna, kira-
kira 3 cm dari pinggir sternum. Terletak di dalam lemak di atas fasia
endotorasika, pada sela iga. Diperkirakan jumlah kelenjar ini ada 6-8 buah.
12
FISIOLOGI
Ada beberapa perubahan fisiologi yang terjadi pada payudara, yang
diakibatkan dari beberapa faktor yaitu: pertumbuhan dan proses penuaan, daur
haid, dan kehamilan.
Macam-macam perubahan yang dipengaruhi hormon:
1. Pubertas
Pengaruh estrogen dan progesterone dan growth hormone yang
diproduksi ovarium dan juga hormone hipofise, telah menyebabkan
duktus berkembang dan bercabang-cabang membentuk asinus.
2. Masa menstruasi
Pada waktu menstruasi, duktus akan menciut dan sebagian epital akan
berdesquamasi.
13
Serelah ‘bersih’ (± 8 hari post menstruasi ), ductus berproliferasi, sel
epitel membesar atau bertambah, jaringan periduktal diinflitasi oleh
limfosit dan kemudian terjadi intersisial oedeme, sehingga bengkak.
Hingga beberapa hari sebelum menstruasiberikutnya, terjadi
pembesaran maksimal payudara, dan payudara menjadi tegang dan
nyeri, sehingga kadang pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak
mungkin dilakukan.
Pada waktu ini, mammografi juga tidak terlalu berguna karena kontras
kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.
Ada kalanya, dimana siklus menstruasi berubah, dapat timbul kelainan
benigna. Keadaan mammae yang paling bagus adalah saat ovulasi.
3. Masa hamil dan menyusui
Prolactin hormone memicu epitel duktus berpoliferasi dan tumbuh
duktus baru, seolah-olah jaringan lemak bergeser oleh karena HCG
4. Partus
Hormon placenta menutun dan merangsang peningkatan kadar
hormone prolactin (dari hipofise anterior), sehingga mentrigger laktasi.
Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian
dikeluarkan melalui duktus ke putting susu.
5. Post lactasi
Sebagian mengalami involusi / penyusutan duktus dan alveolin, dan
sebagian lagi menetap hingga masa menopause.
14
6. Menopause
Jaringan kelenjar mulai diganti oleh jaringan ikat. Banyak tetapi tidak
padat. Jaringan periduktal tebal, sehingga seakan-akan ada obstruksi.
Batas lobulus kabur, dapat terjadi dilatasi duktus dan Krista kecil-
kecil.
KANKER PAYUDARA
DEFINISI
Kanker payudara merupakan neoplasma ganas dimana terjadi pertumbuhan
jaringan payudara abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya tumbuh
infiltratif dan destruktif serta dapat bermetastase.
EPIDEMIOLOGI
Insiden kanker payudara pada dekade terakhir ini memperlihatkan kecenderungan
meningkat. Hal ini diperkirakan disebabkan semakin baiknya edukasi dan
teknologi yang mempunyai dampak luas dalam penemuan penyakit, semakin
tingginya keadaan status sosial ekonomi yang mempunyai dampak pula terhadap
perubahan pola hidup.
15
Di AS insiden kanker payudara 92 kasus baru/100.000 penduduk wanita dengan
mortalitasnya 27/100.000 yaitu 18% dari angka kematian pada wanita. Di
Indonesia insiden kanker payudara belum ada datanya, namun suatu data
pathological base registration mencatat bahwa kanker payudara ini menduduki
tempat kedua (15,8%) dari sepuluh kanker terbanyak setelah kanker mulut rahim.
Distribusi menurut lokasi tumor
Berdasar penelitian (Haagensen) kanker payudara lebih sering terjadi di kuadran
lateral atas, kemudian sentral (subareolar). Payudara sebelah kiri sering terkena
dibandingkan dengan sebelah kanan.
Distribusi menurut umur
Berdasarkan umur, kanker payudara lebih sering ditemukan pada umur 40-49
tahun (dekade V) sekitar 30% untuk kasus-kasus di Indonesia; di Jepang pun
demikian yaitu 40,6% kanker payudara ditemukan pada usia 40-49 tahun (Goi
Sakamoto).
ETIOLOGI
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun terdapat beberapa
faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara,
yaitu:
Usia > 30 tahun
16
Tidak kawin dan nulipara
Melahirkan anak pertama usia > 35 tahun
Usia menarche < 12 tahun
Usia menopause > 50 tahun
Pernah mengalami infeksi, trauma, atau operasi tumor jinak pada payudara
Terapi hormonal lama
Pernah mengalami operasi ginekologis, seperti tumor ovarium
Pernah radiasi di daerah dada
Riwayat keluarga dengan kanker payudara pada ibu, saudara perempuan
ibu, saudara perempuan, adik atau kakak
Diet tinggi lemak, alkohol
TINGKAT PENYEBARAN
Kanker payudara sebagian besar mulai berkembang di duktus, setelah itu
baru menembus ke parenkim. Lima belas sampai empat puluh persen kanker
payudara bersifat multisentris.
Prognosis pasien ditentukan oleh tingkat penyebaran dan potensi
metastasis.
Bila tidak diobati, ketahanan hidup lima tahun adalah 16-22%, sedangkan
ketahanan hidup sepuluh tahun adalah 1-5%. Ketahanan hidup bergantung pada
tingkat penyakit, saat mulai pengobatan, gambaran histopatologik, dan uji reseptor
estrogen yang bila positif lebih baik.
17
DIAGNOSIS
A. Pemeriksaan Klinis
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Anamnesis dan pemeriksaan fisik ditunjukan terutama untuk
mengidentifikasi identitas penderita, faktor resiko, perjalanan penyakit
tanda dan gejala kanker payudara, riwayat pengobatan dan riwayat
penyakit yang pernah diderita. Setelah faktor resiko untuk kanker
payudara ditemukan, pasien kemudian diperiksa untuk simptom yang
spesifik. Nyeri payudara dan nipple discharge adalah keluhan yang
paling sering, tapi tidak selalu petanda kanker, kelainan jinak seperti
fibrocystic disease dan papiloma intraduktal juga bisa bergejala seperti
ini. Malaise, nyeri tulang dan kehilangan berat badan adalah keluhan
yang jarang, tetapi merupakan adanya indikasi metastasis jauh.
Karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal, antara
lain estrogen dan progesteron maka sebaiknya pemeriksaan payudara
dilakukan disaat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin, yaitu
setelah menstruasi lebih kurang satu minggu dari hari pertama
menstruasi. Dengan pemeriksaan fisik yang baik dan teliti, ketepatan
pemeriksaan untuk kanker payudara secara klinis cukup tinggi.
Teknik pemeriksaan
1. Posisi duduk
18
Penderita duduk dengan tangan jatuh bebas samping, pemeriksa
berdiri di depan dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi. Pada
inspeksi dilihat: simetris payudara kiri-kanan; keadaan papila; letak
dan bentuknya; adakah retraksi puting susu; kelainan kulit, tanda-
tanda radang; peau d’ orange, dimpling; ulserasi dan lain-lain.
2. Posisi berbaring
Penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh tersebar
merata diatas lapang dada, sebaiknya punggung diganjal dengan
bantal kecil, lakukan palpasi dengan menggunakan falang distal
dan falang medial jari II, III, IV dan dikerjakan secara sistimatis
mulai dari kranial setinggi iga ke-2 sampai distal setinggi iga ke-6,
serta daerah subareolar dan papila atau dilakukan secara
sentrifugal, terakhir dilakukan penekanan daerah papila untuk
melihat apakah ada cairan yang keluar. Dengan pemeriksaan
rabaan halus akan lebih teliti daripada dengan rabaan tekanan
keras, rabaan halus akan dapat membedakan kepadatan massa
payudara.
3. Menetapkan keadaan tumornya
a. lokasi tumor berdasarkan kuadran di payudara atau terletak di
daerah sentral (subareola dan di bawah papil). Payudara dibagi
atas empat kuadran yaitu kuadran lateral atas, lateral bawah,
medial atas, dan medial bawah serta ditambah satu daerah
sentral.
19
b. Ukuran tumor, konsistensi, batas tegas/tidak
c. mobilitas tumor terhadap kulit, otot pektoralis, atau dinding
dada.
4. Memeriksa kelenjar getah bening regional
a. Aksila, yang ditentukan kelompok kelenjar :
Sebaiknya dalam posisi duduk, karena dalam posisi ini fossa
aksila jatuh ke bawah sehingga mudah untuk diperiksa dan lebih
banyak dapat dicapai. Pemeriksaan aksila kanan, tangan kanan
20
pasien diletakkan atau dijatuhkan lemas di tangan kanan atau
bahu kanan pemeriksa dan aksila diperiksa dengan tangan kiri
pemeriksa. Yang diraba kelompok kelenja getah bening:
mamaria eksterna di anterior; di bagian anterior dan di bawah
tepi otot pektoralis aksila
subskapularis di posterior aksila
sentral di pusat aksila
apikal di ujung atas fasia aksilaris
b. Supra dan infraklavikular, serta KGB leher utama, bagian bawah
dipalpasi dengan cermat dan teliti.
21
5. Organ lain yang diperiksa untuk melihat adanya metastasis, yaitu
hepar, lien, tulang belakang, dan tulang-tulang utama.
Adapun tanda dan gejala kanker payudara adalah :
Ada benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa rasa sakit
Bentuk puting berubah (retraksi nipple atau terasa sakit terus menerus)
atau puting mengelurkan cairan/darah (nipple discharge)
Ada perubahan pada kulit payudara diantaranya berkerut seperti kulit jeruk
(peau d’orange), melekuk kedalam (dimpling) dan borok (ulcus)
Adanya benjolan-benjolan kecil di dalam atau kulit payudara (nodul
satelit)
Ada luka puting dipayudara yang sulit sembuh (paget disease)
Payudara terasa panas, memerah dan bengkak
Terasa sakit/nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker)
Benjolan keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada awal-
awaknya tidak terasa sakit
Apabila benjoln itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu payudara
Adanya benjolan di axila dengan atau tanpa massa di payudara
22
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria
inoperabilitas Haagensen sebagai berikut:
Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih dari 1/3 luas kulit
payudara)
Adanya nodul satelit pada kulit payudara
Kanker payudara jenid mastitis karsinomatosa
Terdapat nodul parasternal
Terdapat nodul supraklavikula
Adanya edema lengan
Adanya metastasis jauh
Terdapat dua atau lebih tanda-tanda locally advanced:
- Ulserasi kulit
- Kulit terfiksir pada dinding toraks
- Kelenjar getah bening aksila diameternya lebih dari 2,5 cm
- Kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain
CINICAL STAGING (TNM)
T- Tumor
Tx : Tumor primer tidak dapat ditetapkan
To : Tumor primer tidak dapat ditemukan
Tis : Carcinoma insitu [ Intraduktal Ca (DCIS), lobuler Ca in situ (LCIS),
penyakit
23
Paget pada papilla ]
T1 : Tumor berdiameter < 2cm
a. Tumor diameter < 0,5 cm
b. Tumor diameter 0,5 - 1 cm
c. Tumor diameter 1 - 2 cm
T2 : Tumor diameter 2-5cm
T3 : Tumor diameter > 5cm
T4 : Tumor segala ukuran dengan ekstensi langsung ke dinding dan atau kulit
4a. Infiltrasi pada dinding dada ( fascia pectoralis )
4b. Infiltrasi pada kulit ( edem, ulserasi, lesi satelit )
4c. Infiltrasi pada dinding dada dan kulit
4d. Carsinoma inflamatory
N-kelenjar getah bening regional
Nx : Metastasis Inn tidak dapat ditetapkan
No : Metastasis Inn tidak dapat ditemukan
N1 : Metastasis Inn. axilla ipsilateral
N2a : Metastasis Inn. axilla ipsilateral terfiksir satu sama lain atau perlekatan
dengan struktur sekitarnya
N2b : Metastasis Inn. mamaria interna tanpa metastasis ke Inn.axilla
N3a : Metastasis Inn. infraklavikula dengan atau tanpa metastasis ke Inn.axilla
N3b : Metastasis Inn. mamaria interna dengan metastasis ke Inn.axilla
N3c : Metastasis Inn. Supraklavikula dengan atau tanpa metastasis ke Inn.axilla
24
M- metastase
Mx : Metastasis jauh tidak dapat ditetapkan
Mo : Metastasis jauh tidak dapat ditemukan
M1 : Terdapat metastasis jauh.
STADIUM KLINIS
Adalah mutlak untuk menentukan stadium pada setiap proses keganasan,
termasuk pada kanker payudara. Berdasarkan stadium ini baru ditetapkan
kebijakan pengobatan yang akan diambil. Penentuan stadium pada kanker
payudara berdasarkan klasifikasi sistem TNM.
Stadium I : T1a N0N1a M0
Stadium II : T0T1aT1b N1b M0
T2aT2b N0N1a M0
T2aT2b N1b M0
Stadium IIIa : T3aT3b N0N1 M0
T1a,b T2a,b N2 M0
T3a,b
Stadium IIIb : T1a,b T2a,b N3 M0
T3a,b
T4a,b N apa saja M0
Stadium IV : T apa saja N apa saja M1
25
B. Pemeriksaan Radiodiagnostik/Imaging
1. Diharuskan (Recommended)
USG payudara
Mulai dikembangkan oleh Wild dan Reid pada tahun
1952,pemeriksaan dengan USG mempunyai beberapa
keuntungan ,antara lain tidak menggunakan sinar pengion,jadi
tidak ada bahaya radissi,dan pemeriksaan bersifat non-
invasif,relative ,mudah dikerjakan,cepat dan dapat dipakai
berulang-ulang serta biayanya relative rendah.
Keuntungan menggunakan USG payudara sebagai pemeriksaan
penunjung yaitu ; berperan pada payudara yang padat sangta
bermanfaat untuk membedakan apakah tumor itu
solid/kistik :dapat mengenai pembesaran kelenjer aksiler yang
dapat merubah pengobatan dan prognosis penderita,serta
bermamfaat dalam penatalaksanaan pengobatan tumor payudara
dan sekaligus dapat membantu menilai prognosis penderita.
Tanda tomur ganas secara USG:
Lesi dengan batas tegas dan tidak teratur
Sktruktur echo lemah dan heterogen
Batas echo anterior lesi kuat,posterior lesi lemah sempai
tidak ada
26
Adanya perbedaan besar tumor secara klinis dan secara
USG
Tanda tumor jinak:
Lesi dengan batas tegas,licin dan teratur
Struktur echo biasa :
1. tidak ada sonulen,misalnya kista
2. lemah sampai menengah tetapi homogen misalnya
pada fibroadenoma
batas echo abterior lesi dan posterior :lesi bervarasi dari
kuat atau menengah
lateral acoustic shadow dari lesi dapat bilateral atau
unilateral
Mammografi
Teknik pemeriksaan foto rontgen untuk jaringan lunak,
memberikan petunjuk adanya kelainan keganasan memeberikan
tanda-tanda dan sekunder.
Tanda primer = fibrosis reaktif,comet sign,perbedaan antara
ukuran klinis dan radiologist,adanya mikrokalsifikasi,spikuler
dan distorsi pada struktur payudara
27
Tanda sekunder = retraksi,penebalan kulit perubahan posisi
papilla dan areola,bertambahnya vaskularisasi,adanya metastasis
ke kelenjar.
Foto toraks
Pada foto thoraks,kita dapat mengetahui adanya atau tidaknya
metastasis ke organ paru baik secara homatogen dan limfogen
1) Metastasis hematogen
Gambaran radiologik
Dapat bersifat tunggal ( soliter ) atau ganda ( multiple )
Bayangan bulat berukuran beberapa millimeter sampai
beberapa sentimeter
Batas tegas
Dapat mengandung bercak kalsifikasi
2) Metastasis limfogen
Anak sebar melalui saluran limfogen sering menyebabkan
pembesaran kelenjar mediastinum yang dapat mengakibatkan
penekanan pada trakhea, esophagus, vena kava superior,
dengan keluhan-keluhannya. Anak sebar juga biasanya
28
menetap di saluran limfepribronkial atau perivaskular yang
secara radiologik memberi gambaran.
USG abdomen (hepar)
Hal ini dilakukan untuk mencari jauhnya ekstensi tumor atau
mencari metastasis jauh. Pemeriksaan ini umumnya hanya
dilakukan apabila diperlukan. Pemeriksaan laboratorium untuk
melihat toleransi operasi penderita, juga dapat melihat
kemungkinan adanya metastasis, misalnya alkali fosfatase.
2. Optional (atas indikasi)
Bone scanning dan atau bone survey (bila sitologi dan atau
klinis mencurigai pada lesi > 5 cm)
Indikasi : scanning tulang jauh lebih sensitive dari pada
pemeriksaan X-ray konvesional dalam mendeteksi destruksi
tulang. Pemeriksaan ini berguna mendeteksi metastasis
keganasan primer sebelum perubahan terlihat dengan
pemeriksaan radiologik, serta dapat menetapkan lebih tepat
luasnya penjalaran lesi. Dengan demikian akan sangat berguna
untuk membuat rencana radioterapi. Dapat pula untuk
menetapkan daerah biopsy serta menciptakan luasnya lesi
nonmaligna seperti osteomielitis. Sering pula dimanfaatkan
untuk membuat uji screening terhadap penderita keganasan di
payudara, paru dan pelvis, sebelum dilakukan tindakan operasi.
29
Untuk tulang yang sukar diperiksa diperiksa secara radiologist,
misalnya scapula,iga, dab stemum, pemeriksaan ini akan
sangat berguna. Pada osteogenik sarcoma, selain untuk
mendeteksi tumor primer, juga mendeteksi metastasisnya di
paru.
Interoretasi: scanning positif bila aktivitas di tulang panjang
dan tulang belakang tidak simetris, atau tidak uniform.
Kenaikan aktivitas selalu berhubungan dengan luasnya lesi.
Bila dikombinasikan dengan pemeriksaan radiologist akan
lebih bermanfaat.
CT scan
Biasanya tumor ganas menyebabkan peningkatan densitas
setelah penyuntikan kontras dibandingkan tunor jinak pada
tumor ganas,CT dapat membantu :
perencanaan radioterapi dalam menentukan tebal dinding
dada
mengenai adanya metastasis pada kelenjar mammaria
internal
mengenai pembesaran atau metastasis kelenjar aksiler atau
adanya perluasan tumor ganas berupa destruksi dinding dada
30
C. Pemeriksaan Sitologi – FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy)
Dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologik curiga ganas.
FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) merupakan salah satu diagnosis
awal, untuk evaluasi masa di payudara. Pemeriksaan ini sangat berguna
terutama lesi kistik. Masa presisten atau rekuren setelah aspirasi berulang
adalah indikasi untuk biopsi terbuka(insisi atau eksisi).Belum merupakan
Gold Standard. Bila mampu, dianjurkan untuk diperiksa TRIPLE
DIAGNOSTIC (klinis, mammografi, dan FNAB)
D. Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard Diagnostic)
Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan potong beku dan atau
parafin. Bahan pemeriksaan diambil melalui:
Core biopsy
Biopsi eksisi, dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta
sedikit jaringan sehat disekitarnya bila tumor < 5 cm
Biopsi insisi, dengan mengangkat sebagian jaringan tumor dan
sedikit jaringan sehat, dilakukan untuk tumor:
- Operabel ukuran > 5 cm
- inoperabel
E. Laboratorium
31
Pemeriksaan laboratorium rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai
dengan perkiraan metastasis.
PENGOBATAN
Dalam hal pengobatan yang perlu diketahui:
1. Pengobatan pada stadium dini akan memberi harapan kesembuhan dan harapan
hidup yang baik. Baker (J.Hopkin), 1977; mengatakan harapan hidup 5 dan 10
tahun untuk stadium I adalah 90% dan 80%, stadium II adalah 70% dan 50%
2. Jenis-jenis pengobatan:
Pada stadium I, II, III awal (stadium operabel), sifat pengobatan adalah kuratif.
Semakin dini semakin tinggi kurasinya. Pengobatan pada stadium ini adalah
operasi yang primer, terapi lainnya hanya bersifat ajuvant. Untuk stadium I, II
pengobatan adalah radikal mastektomi atau modified radikal mastektomi,
dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika ajuvant. Terapi radiasi pasca operasi
radikal mastektomi atau modified radikal mastektomi, tergantung dari kondisi
kelenjar getah bening aksila. Jika kelenjar getah bening aksila mengandung
metastase maka diberikan terapi radiasi ajuvant dan sitostatika ajuvant. Jika
kelenjar getah bening aksila tidak mengandung metastase, maka terapi radiasi
dan sitostatika ajuvant tidak diberikan. Stadium IIIa adalah simpel mastektomi
dengan radiasi dan sitostatika ajuvant.
Untuk stadium IIIb dan Iv, sifat pengobatannya adalah paliasi, yaitu terutama
untuk mengurangi penderitaan penderita dan memperbaiki kualitas hidup.
32
Untuk stadium IIIb atau yang dinamakan locally advanced pengobatan
terutama adalah radiasi dan dapat diikuti oleh modalitas lain yaitu hormonal
terapi dan sitostatika (kemoterapi). Stadium IV pengobatan yang primer adalah
yang bersifat yang bersifat sistemik yaitu hormonal dan kemoterapi. Radiasi
terkadang diperlukan untuk paliasi pada daerah-daerah tulang weigth bearing
yang mengandung metastase atau pada tumor yang berdarah difuse dan berbau
yang menganggu sekitarnya.
Operasi (Pembedahan)
Operasi merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan kanker payudara.
Modalitas ini memberikann kontrol lokoregional yang dapat dibuktikan dengan
pemeriksaan histopatologi dan dari spesimen operasi dapat ditentukan tipe dan
grading tumor, status kelenjar getah bening aksila, faktor prediktif dan faktor
prognosis tumor(sesuai faktor diatas tidak bisa diperoleh dari modalitas lain)
Berbagai jenis operasi pada kanker payudara adalah Classic Radical
Mastectomy (CRM), Modified Radical Mastectomy (MRM), Skin Sparing
Mastectomy (SPM), Nipple Sparing Mastectomy (NSP) dan Breast Conserving
Tretment (BCT).
CRM adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor,
nipple areola komplek, kulit diatas tumor, otot pektoralis mayor dan minor
serta diseksi aksila level I-III. Operasi ini dilakukan bila ada infiltrasi tumor ke
fascia atau otot pektoral tanpa ada metastasis jauh. Jenis operasi ini mulai
33
ditinggalkan karena morbiditas tinggi sementara nilai kuratifitas sebanding
MRM.
MRM adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor,
nipple areola kompleks, kulit di atas tumor dan fascia pektoral serta diseksi
aksila level I-II. Operasi ini dilakukan pada kanker payudara stadium dini dan
lokal lanjut. Merupakan jenis operasi yang banyak dilakukan. Kuratifitas
sebanding CRM.
SSM adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor
dan nipple areola kompleks dengan mempertahankan kulit sebanyak mungkin
sera diseksi aksila level I-II. Operasi harus disertai rekonstruksipayudara secara
langsung yang umumnya adalah TRAM flap (Transverese rektus abdominis
musculotaneus flap), LD flap (latissimus dorsi flap) atau implant (silicon).
Lakukan pada tumor stadium dini dengan jarak tumor ke kulit jauh (.2cm) atau
stadium dini yang tidak memenuhi syarat untuk BCT.
NSP adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor
dengan mempertahankan nipple areola kompleks dan kulit serta diseksi aksila
level I-II. Operasi ini , juga harus disertai rekonstruksi payudara secara
langsung yang umumnya adalah TRAM flap (Transverese rektus abdominis
musculotaneus flap), LD flap (latissimus dorsi flap) atau implant (silicon).
Dilakukan tumor stadium dini dengan ukuran 2cm atau kurang, lokasi perifer,
secara klinis NAC tidak terlibat, kelenjar getah bening N0, histopatologi baik,
dan potong beku sub areola: bebas tumor (Devita 2008, hal 1638).
34
BCT adalah terapi yang komponennya terdiri dari lumpektomi atau
segmentektomi atau kuadranektomi dan diseksi aksila serta radioterapi. Jika
terdapat fasilitas, lymphatic mapping dengan Sentinel Lymph Node Biosy
(SLNB) dapat dilakukan untuk menggantikan diseksi aksila. Terapi ini
memberikan survival yang sama dengan MRM. Syarat dapat dilakukan yakni
tepi sayatan bekas tumor (dipotong dengan potong beku), radioterapi dapat
dilakukan dan kosmetik dapat diterima. Kontra indikasi yang tidak memenuhi
ke 3 syarat tersebut adalah:
a. Tumor yang multisentris , sehingga margin tidak bebas tumor
b. Mikrokalsifikasi yang luas/difus
c. Riwayat radiasi sebelumnya
d. Penyakit kolagen (SLE, Scleroderma) terutama yang ketergantungan
terhadap steroid
e. Ukuran tumor yang besar sedangkan payudara kecil
f. Letak sentral atau dibawah
g. Pada wanita hamil trisemester kedua atau ketiga tidak merupakan kontra
indikaskarena radioterapi dapat ditunda hingga melahirkan
h. Pada riwayat keluarga (+)
Radiotherapy
35
Radiotherapy biasanya digunakan pada terapi kuratif Breast Conserving
Treatment (BCT). Dan sebagai terapi tambahan atau sebagai paliatif.
Radiotherapy kuratif sebagai therapy tunggal lokoregional ( kawasan payudara
dan ketiak) tidak begitu efektif. Tetapi sebagai therapy tambahan pada tumor
yang relative besar (T4) mungkin berguna.
Biasanya seluruh payudara dan kelenjar supraclavicle diradiasi. Penyulitnya
adalah pembengkakan lengan karena limfudem akibat rusaknya kel axilla supra
clavicular.
Kesimpulan : Radiasi harus dipertimbangkan pada Ca mammae yang
inoperable atau jika ada metastasis. Kadang masih dapat dipikirkan amputasi
mammae setelah tumor mengecil oleh radiasi.
Hormonal terapi
Dari pemberian terapi hormonal ini adalah kenyataan bahwa 30-40% kanker
payudara adalah hormon dependen. Terapi ini semakin berkembang dengan
ditemukannya estrogen dan progesteron reseptor. Pada kanker payudara
dengan estrogen reseptor dan preogerteron reseptor yang positif respon terapi
hormonal sampai 77%.
Hormonal terapi merupakan terapi utama pada stadium IV disamping
kemoterapi, karena kedua-duanya merupakan terapi sistemik. Dibedakan tiga
golongan penderita menurut status menstruasi, yaitu premenopause, 1-5 tahun
36
menopause, dan post menopause. Untuk premenopause terapi hormonal berupa
terapi ablasi, yaitu bilateral oopharektomi. Untuk postmenopause terapi
hormonal berupa pemberian obat anti estrogen. Untuk 1-5 tahun menopause,
jenis terapi hormonal tergantung dari aktivitas efek estrogen. Efek estrogen
positif dilakukan terapi ablasi, efek estrogen negatif dilakukan pemberian obat
anti estrogen.
Kemoterapi
Terapi ini bersifat sistemik, bekerja pada tingkat sel. Terutama diberikan pada
kanker payudara yang sudah lanjut, bersifat paliatif; tetapi dapat pula diberikan
pada kanker payudara yang sudah dilakukan operasi mastektomi, bersifat terapi
ajuvant. Biasanya diberikan terapi kombinasi CMF.
(C.Cyclophosphamide=endoxan; M=Methotrexate; F: 5 Fluorouracil).
PROGNOSIS
Prognosis kanker payudara ditentukan oleh:
1. Staging (TNM)
Semakin dini semakin baik prognosisnya
Stadium I : 5-10 tahun 90-80%
Stadium II : 5-10 tahun 70-50%
Stadium III : 5-10 tahun 20-11%
Stadium IV : 5-10 tahun 0%
Untuk stadium 0 (in situ) 96,2%
37
2. Jenis histopatologi keganasan
Karsinoma in situ mempunyai prognosis yang baik dibandingkan dengan
karsinoma yang sudah invasif.
SCREENING
Metoda:
1. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
Dilakukan pada wanita mulai usia subur, setiap 1 minggu setelah hari
pertama haid terakhir.
2. Pemeriksaaan fisik
Dilakukan oleh dokter.
3. Mammografi
Pada wanita usia 35-50 tahun : setiap 2 tahun
Pada wanita usia > 50 tahun : setiap 1 tahun
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Albar ZA, Tjindarbumi D, Ramli M. Protokol Peraboi 2003. Bandung.
2004; hal. 2-15.
2. Anderson Silvia, McCarty Lorraine, et al. Patofisiologi-Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit . Edisi VI. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC.
2006; hal. 1140-1144.
3. De Jong Wim, Sjamsuhidajat R, Editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II.
Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC. 2005;hal. 392.
4. Reksoprodjo, Soelarto. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta. Binarupa
Aksara. hal.322-341.
5. Suyatno,dr, dkk.Bedah Onkologi Diagnostik Dan Terapi.Jakarta.2009.Hal
35-79
39
40