51
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerebrum merupakan bagian terbesar otak, terletak di fossa cranii anterior dan fossa cranii medius, serta menempati seluruh cekungan tempurung tengkorak. Cerebrum terbagi menjadi dua bagian : a. Diencephalon (yang membentuk bagian sentral) dan b. Telencephalon (yang membentuk hemispherium cerebri). Otak dan medula spinalis diselubungi oleh tiga lapisan (meningens) yang berasal dari mesodermal; dura mater yang kuat terletak paling luar, diikuti oleh arakhnoid, dan terakhir, pia mater. Pia mater terletak tepat pada permukaan otak dan medula spinalis. Di antara dura mater dan arakhnoid terdapat ruang subdural (normlanya hanya virtual); antara arakhnoid dan pia mater terdapat ruang subarakhnoid. Ruang subarakhnoid berisi cairan seberospinalis (LCS). Cairan serebrospinalis dibentuk di pleksus khoroideus keempat ventrikel serebri (ventrikel lateral kanan dan kiri, ventrikel ketiga dan keempat). Cairan ini mengalir melalui sistem ventrikel (ruang LCS internal) dan kemudian masuk ke ruang subarakhnoid yang mengelilingi otak dan medula spinalis (ruang LCS eksternal). Cairan ini diresorpsi di granulasiones arakhnoideae sinus sagitalis superior dan di selubung perineural medula spinalis. Peningkatan volume cairan serebrospinalis ( baik akibat pernurunan resorpsi atau—yang lebih jarang—peningkatan produksi) bermanifestasi dengan

referat cerebrum dan medula spinalis.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cerebrum merupakan bagian terbesar otak, terletak di fossa cranii anterior dan fossa

cranii medius, serta menempati seluruh cekungan tempurung tengkorak. Cerebrum terbagi

menjadi dua bagian : a. Diencephalon (yang membentuk bagian sentral) dan b. Telencephalon

(yang membentuk hemispherium cerebri).

Otak dan medula spinalis diselubungi oleh tiga lapisan (meningens) yang berasal

dari mesodermal; dura mater yang kuat terletak paling luar, diikuti oleh arakhnoid, dan

terakhir, pia mater. Pia mater terletak tepat pada permukaan otak dan medula spinalis. Di

antara dura mater dan arakhnoid terdapat ruang subdural (normlanya hanya virtual); antara

arakhnoid dan pia mater terdapat ruang subarakhnoid. Ruang subarakhnoid berisi cairan

seberospinalis (LCS).

Cairan serebrospinalis dibentuk di pleksus khoroideus keempat ventrikel serebri

(ventrikel lateral kanan dan kiri, ventrikel ketiga dan keempat). Cairan ini mengalir melalui

sistem ventrikel (ruang LCS internal) dan kemudian masuk ke ruang subarakhnoid yang

mengelilingi otak dan medula spinalis (ruang LCS eksternal). Cairan ini diresorpsi di

granulasiones arakhnoideae sinus sagitalis superior dan di selubung perineural medula

spinalis. Peningkatan volume cairan serebrospinalis ( baik akibat pernurunan resorpsi atau—

yang lebih jarang—peningkatan produksi) bermanifestasi dengan peningkatan tekanan LCS

dan pembesaran ventrikel (hidrosefalus).

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan referat ini untuk mengetahui struktur anatomi, fisiologi dan

kelainan dari Cerebrum dan Selubung Otak, Medula spinalis, Cairan Serebrospinalis.

1

Page 2: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Umum dan Subdivisi Serebrum

Fisura longitudinalis serebri ( fisura interhemisferika) memisahkan kedua

hemisfer serebri hingga korpus kalosum. Masing – masing hemisfer memiliki

permukaan lateral., medial, dan basal. Antara area transisional antyara permukaan

(dorso-) lateral dan medial disebut regio parasagitalis. Setiap hemisfer juga

terbagi menjadi empat lobus, yaitu :

Lobus frontalis

Lobus parietalis

Lobus oksipitalis

Lobus temporalis

Insula kadang – kadang dianggap sebagai lobus kelima.

Gambar 2.1 Serebrum

Girus dan Sulkus

Pembesaran masif neokorteks menyebabkan pelipatan permukaan otak menjadi

konvulsi (girus) yang dipisahkan oleh alur (sulkus, fisura). Hanya sekitar

sepertiga korteks serebri terlihat pada permukaan eksternal, sedangkan dua

pertiganya tersembunyi di dalam sulkus.

2

Page 3: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

3

Gambar 2.1 girus dan sulkus kortikal

Hanya sedikit sulkus yang relatif tidak mengalami perubahan anatomis.

Sulkus lateralis (fisura Sylvii) memisahkan lobus temporalis dari lobus

frontalis dan lobus parietalis. Tidak seperti sulkus dengan nama lain, sulkus

lateralis tidak serta-merta membuat batas antara dua girus yang berdekatan.

Struktur ini meluas hingga di bawah permukaan otak yang dalam, melebar

menjadi ruangan yang luas dan datar yang mengandung cairan serebrospinal,

sisterna Sylvii, yang tidak terlihat dari luar. Sisterna Sylvii biasanya sangat

sempit, hampir menjadi ruang semu, kecuali pada otak yang atrofi. Dinding

medialnya adalah insula.

Kadang – kadang disebut lobus otak yang terkubur atau lobus sentralis. Dinding

lateral Sylvii disebut operkulum, karena menutupi sisterna seperti kelopak.

Struktur ini terdiri dari bagian tiga lobus otak di sekitarnya yang tersembunyi,

yaitu:

operkulum temporale

operkulum frontale

operkulum parietale

Bagian girus temporalis superior yang tersembunyi mengandung girus

transversus Hescl ( korteks auditorik primer)

Di antara sulkus yang lain yang relatif tidak bervariasi, sulkus sentrali

(fisura Rolandi) membuat batas antara lobus frontalis dan lobus parietalis. Girus

presentralis, yang terletak di depan sulkus sentralis dan dengan demikian

terletak di lobus frontalis, mengandung korteks motorik primer. Girus

postsentralis, yang terletak di belakangnya dan dengan demikian terletak di

Page 4: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

4

lobus parietalis, mengandung korteks somatosensorik primer. Pada permukaan

medial hemisfer, sulkus parieto – oksipitalis membentuk batas antara lobus

perietalis dan oksipitalis. Ujung inferiornya bergabung dengan ujung anterior

sulkus kalkarinus, yang seluruhnya terletak di lobus oksipitalis dan berjalan ke

belakang menuju lobus oksipitalis. Mayoritas korteks visual primer terletak di

dalam sulkus ini, dan sisanya terdapat pada giri sisi lainnya. Akhirnya, sulkus

cinguli memisahkan neokorteks dari mesokorteks girus cinguli.

Lobus oksipital di batasi secara tidak sempurna oleh sulkus parieto –

oksipitalis dan insisura preoksipitalis.

Bagian permukaan lateral lobus frontalis yang terletak di anterior girus

presentralis terbagi menjadi girus frontalis superior, medius dan inferior.

2.1.1 Organisasi Histologis Korteks Serebri

Permukaan otak yang berlipat – lipat terbentuk dari substantia grisea korteks

cerebri, yang berwarna abu – abu karena densitas neuron yang sangat tinggi di

dalamnya. Tebal korteks bervariasi dari sekitar 1,5 mm (kortkes visual) hingga

4,5-5 mm (girus presentralis). Umumnya lebih tebal pada mahkota girus

daripada di lembah sulkus yang berdekatan.

A. Arsitektur Laminar

Struktur laminar korteks serebri yang dapat terlihat dengan mata telanjang

hanya terdapat pada beberapa area kortikal, paling jelas di korteks visualis,

tempat potongan anatomis yang tegak lurus dengan perukaan otak

menunjukkan stria oksipitalis gennari ( Vicq d’Azyr) di dalam substantia

grisea kortikalis. Pemeriksaan mikroskopis sebagian besar area kortikal

menunjukkan struktur dasar berlapis enam yang merupakan karakteristik

korteks serebri (neolorteks), seperti yang di paparkan oleh Brodmann. Area

kortikal yang memiliki struktur ini disebut isokorteks sebagai lawan

alokorteks yang secara filogenetiklebih tua, yang kemudia yang kemudian

terbagi menjadi paleokorteks dan arkhikorteks. Paleokorteks meliputi meliputi

area olfaktoria, sedangkam arkhikorteks meliputi grius fasiolaris, hipokampus,

girus dentatus, dan girus parahipokampus.

Page 5: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

5

Pada potongna anatomis yang tegak lurus dengan permukaan otak,

dapat dikenali berbagai lapisan berikut ini, dari luar kedalam (yaitu dari

permukaan pia hingga substantiia alba sunkortikalis).

1. Lapisan molekularis (lapisan zonalis)

Lapisan ini memiliki sel yang relatif sedikit. Selain cabang dendrit distal

(apical tuft) sel piramidalis letak-rendah dan akson yang membuat kontak

sinaptik dengannya, lapisan ini sebagian besar terdiri dari neuron kecil (sel

Cazal-Retzius), yang dendritnya berjalan secara tangensial di dalam

lapisan ini. Sel Cajal-Retzius berperan penting pada perkembangan pola

laminar kortikal. Beberapa di antaranya berdegenarasi segera setelah

perkembangan selesai.

2. Lapisan granularis eksterna

Lapisan ini banyak mengandung sel – sel granular (“sel nonpiramidalis”)

dan sedikit sel piramidalis yang dendritnya membentuk cabang di dalam

lapisan granularis ekstrerna dan berjalan naik ke lapisan molekularis. Sel

nonpiramidalis sebagian besar merupakan neuron inhibitorik GABAergik.,

sedangkan sel piramidalis bersifat eksitatoris dan menggunakan glutamat

sebagai neurotransmiternya.

3. Lapisan piramidalis eksterna

Lapisan ini mengandung banyak sel piramidalis, tetapi berukuran lebih

kecil dibandingkan dengan yang terdapat di lpaisan kortikal yang lebih

dalam. Sel – sel tersebut berorientasi dengan dasarnya ke arah substansia

alba subkortikalis. Akson setiap sel piramidalis berasal dari basal sel dan

berjalan turun ke substansia alba. Akson telah mendapatkan selubung

mielin di dalam lamina piramidalis eksterna. Struktur ini dapat berfungsi

sebagai serabut proyeksi, atau yang lebih umuj, sebagai serabut komisura

atau serabut asosiasi. Dendrit yang muncul dari apeks sel piramidalis

berjalan ke atas menuju lapisan granularis eksterna dan lapisan

molekularis, tempatnya terbagi menjadi cabang-cabang terminal (apical

tuft).

Page 6: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

6

4. Lapisan granularis eksterna

Lapisan ini mengandung banyak sel nonpiramidalis, sel granular ini

terutama menerima input aferennya dari neuron talamik melalui proyeksi

talamokortikal. Serabut yang terletak di lapisan piramidalis eksterna

sebagian besar berorientasi radial, tetapi yang terletak di lapisan granularis

secara keseluruhan berjalan secara tangensial, membentuk external band

of baillarger.

5. Lapisan piramidalis interna

Lapisan ini mengandung sel piramidalis berukuran sedang dan besar. Set

tersebar pada lapisan ini ( sel Betz ) hanya di temukan pada regio girus

presentralis. Neurit yang bermielin sangat tebal pada sel ini membentuk

traktrus kortikonuklearis dan traktus kortikospinal. Lapisan ini juga

mengandung serabut yang berorientasi tangensial (internal band of

baillarger).

6. Lapisan multiformis

Lapisan sel polimorf ini terbagi menjadi lapisan dalam yang jarang dan

mengandung sel – sel kecil, dan lapisan luar yang mengandung sel – sel

besar.

Tipe – Tipe Neuron di Korteks Serebri

Korteks serebri mengandung dua tipe neuron utama yaitu neuron proyeksi

eksitatoris (sel piramidalis) dan yang lainnya sel nonpiramidalis (sel

granular atau interneuron), yang umumnya inhibitoris dan cenderung membuat

hubungan lokal daripada hubungan jarak-jauh. Akan tetapi, dikotomi ini

snagat dipermudah. Interneuron, misalnya terbagi menjadi beberapa subtipe,

seperti sel basket, sel chandilier (sel aksosonal), dan double bouquet cells.

Selain itu sel piramidalis juga berpartisipasi pada sirkuit regulasi lokal

(inhibisi rekuren: kolateral lokal sel piramidalis yang berjalan mundur

mengaktivasi interneuron inhibitoris GABergik, yang kemudian menginhibisi

sel piramidalis).

Sel piramidalis kortikal kelima membentuk jaras proyeksi, yang berjalan

melalui sebstansia alba subkortikalis, dan kapsula interna ke talamus, striatum,

nuklei batang otak, dan medula spinalis. Serabut asosiasi dan komisural

Page 7: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

7

masing – masing berjalan ke area kortikal ipsilateral dan kontrralateral lain.

Sel granular pada lapisan kedua dan keempat serta sel piramidalis, menerima

serabut proyeksi dari talamus (1), seperti juga serabut asosiasi dan komisural

dari area kortikal lainnya (2).

a. Variasi Pola Laminar

Pola laminar berlapis-enam yang baru saja dibahas di sebut

homotopikal. Namun, pada beberapa area kortikal pola lengkap keenam

lapisan tersebut hampir tidak dapat dikenali, area tersebut disebut

heterotopikal.

Pada area kortikal penerima, seperti korteks visual, auditorik, dan

somatosensorik, densitas sel granular meningkat. Sedangkan sel – sel

piramidalis menurun ( “granularisasi”: “korteks granular”). Sebaliknya, di

area motorik primer relatif kebihbbnayak sel piramidalis (“piramidalisasi”;

“korteks agranular”).

Sitoarsitektural area kortikal

Area kortikal tidak hanya bervariasi pada ketebalannya tetapi juga struktur

histologisnya. Distribusi heterogen berbagai jenis neuron pada area kortikal,

dan variasi yang ditimbulkan paa pola laminar kortikal, menyebabkan ahli

neuroanatomis Brodmann, O.Vogt, dan von Economo membagi korteks

serebri menjadi berbagai area sitoarsitektular. Peta sitoarsitektular korteks

serebri Brodmann, yang lebih sederhana dibandingkan dengan peta

aarsitektural von economi, saat ini sering digunakan sebagai sistem

penanaman area kortikal. Kortkes agranular ditemukan di area Brodmann 4

dan 6 (area motorik kortikal primer dan sekunder). Lapisan granularis internal

area tersebut kaya akan komponen sel piramidalis. Sebaliknya, korteks

granularis (koniokorteks) ditemukan di area Brodmann 3,1,2,41, dan terutama

17, korteks striata (area kortikal reseptif primer). Area sitoarsitektular tidak

bersesuaian dengan pola girus permukaan otak. Sebagaian ada yang tumpang

tindih dengan satu sama lain dan bentuk serta luasnya bervariasi pada setiap

individu.

Pembagian korteks serebri secara histologis dapat dilakukan, tidak hanya

berdasarkan kriteria sitoarsitektular, tetapi juga berdasarkan variasi lokal

Page 8: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

8

serabut bermielin, sel glia, atau pembuluh darah (yaitu, sesuai dengan

meiloarsitektur, glioarsitektur, atau angioarsitektur). Pemetaan otak terkini

juga mengeksploitasi variasi neurotransmiter. Enzim taerkait neurotransmiter,

neuropeptida, dan protein pengikat kalsium, seperti yang ditunjukan pada

pemeriksaan imunohistokimia dengan menggunakan antibodi spesifik terhadap

zat – zat tersebut.

b. Plastisitas arsitektur kortikal

Struktur mikroskopik serebri tidak semata – mata ditentukan oleh genetik,

ataupun tidak dapat berubah – ubah. Banyak penelitian terkini memperhatikan

mengenai bagaimana pengaruh lingkungan. Dengan mengaktivasi kelompok

neuron tertentu, dapat memengaruhi diferensiasi struktural area kortikal secara

efektif pada perkembangan ontogenik. Pertanyaan lebih selanjutnya adalah,

apakah, dan dengan mekanisme apa, perubahan jabgka panjang pada aktivitas

neuronal pada otak yang matur (misalnya, melalui gangguan lingkungan

eksternal atau hilangnya organ sensorik) dapat menimbulkan perubahan pada

mikro arsitektur korteks, termasuk perubhan anatomi sinaptik.

Banyak penelitian seperti ini dilakukan pada sistem visual, karena kondisi

lingkungan yang memengaruhinya (stimuli visual) relatif mudah dimanipulasi.

Telah diketahui bahwa “komponen elementer” stimulus visual tertentu,

termasuk warna, orientasi, dan lokalisasi pada retina, diolah secara terpisah

oleh kelompok – kelompok neuron yang berbeda, yang terdapat diseluruh

korteks visual pada area kecil yang tersebar. Area kortikal khusus ini memiliki

karakteristik bentuk yang berbeda, tergantung pada aspek visual tambahan

yang diolah. Warna diolah di struktur yang disebut “blobs”, sedangkan

lokalisasi dan orientasi spasial stimulus dipengaruhi oleh dominansi okular dan

kolom orientasi. Manipulasi eksperimental berbagai jenis stimulus elementer,

yang berlalngsung dalam jangka panjang, diketahui dapat menyebabkan

perubahan morfologis pada unit pengolahan yang sesuai.

Diferensiasi mikrostruktur kortikal yang spesifik-input juga dapat terlihat pada

area lain. Cortical barrels korteks somatosensorik hewannpengerat, yang

terdiri dari kumpulan sel anular, adalah contoh yang telah banyak diketahui.

Masing – masing barrels mewakili satu helai misal hewan tersebut.

Page 9: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

9

Dengan demikian, banyak penelitian terkini memberikan kesimpulan umum

sebagai berikut :

1. Area kortikal tertentu mengandung representasi topikal stimulus

sensorik yang diolahnya

2. Representasi ini dapat mengalami perunahan plastik

Perbedaan struktur histologis antara area kortikal secara langsung

menunjukkan bahwa struktur tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda.

Selama ratusan tahun, banyak penelitian yang terfokus pada penelitian fungsi

berbagai area kortikal yang berbeda.

2.1.2 Substabsia Alba Serebri

Masing – masing hemisfer memiliki banyak substantia alba subkortikalis,

yang terdiri dari serabut saraf bermielin dengan ketebalan yang

bervariasi dan neuroglia (terutama oligodendrosit, sel – sel yang

membentuk selubung mielin).

Substansia alba subkortikalis berkaitan dengan korteks serebri,

ventrikel lateral, dan striatum. Serabut sarafnya terdiri dari tiga tipe :

1. Serabut proyeksi

2. Serabut asosiasi

3. Serabut komisural

A. Serabut Proyeksi

Serabut proyeksi menghubungkan berbagai jenis sistem saraf pusat yang

berbeda satu dengan lainnya meskipun jaraknya berjauhan.

Serabut eferen dari korteks serebri melewati substansia alba subkortikalis

dan kemudian bergabung untuk membentuk kapsula interna. Serabut ini

adalah jaras kortikonuklearis, jaras kortikospinal, dan jaras kontikospinus,

serta serabut – serabut yang menghubungkan korteks serebri dengan talamus,

striatum, formasio retikularis, substansia nigra, nukleus subtalamikus, tektum

mesensefali, striatum, formasio retikularis, substansia nigra, nukleus

subtalamikus, tektum mesensefali, dan nukleus ruber. Serabut eferen jaras

kortikospinalis yang panjang terutama berasal dari area 4,3,1, dan 2, dan juga

Page 10: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

10

dari area 6, sedangkan serabut yang berjalan kearah lai, seperti fibrae

kortikopontinae dan jaras kortikotalamikus, berasal dari area korteks asosiasi

yang lebih besar.

Serabut aferen berjalan dari talamus ke area kortkes serebri yang luas.

Serabut – serabut ini meliputi serabut dari semua modalitas somatosensorik,

yang berjalan ke area 3, 1, 2, dan 4, serta srabut lain yang membawa impuls

dari serebelum, globus palidus, dan korpus mamilare melalui talamus ke

korteks serebri. Talamus merupakan stasiun relay utama terakhir yang harus

dilalui oleh impuls sensorik sebelum mencapai area korteks primer spesifik

sehingga kadang – kadang disebut “gerbang menuju kesadaran”. Fibrae

olfaktoriae adalah satu – satunya pengecualian ketentuan ini : serabut ini

mencapai korteks secara langsung, tanpa di – relay oleh talamus.

Timbal – balik talamokortikalis sebagian besar proyeksi talamokortikalis

memiliki hubungan timbal – balik (yaitu, ada serabut yang berjalan ke kedua

arah). Korteks serebri dengan demikian dianggap memodulasi inputnya

sendiri melalui lengkung umpan-balik antara korteks dan talamus. Proyeksi

masif talamokortikalis dan kortikotalamikus ini membuat traktus substansia

alba yang besar yang dikenal sebagai pedinkulus talamikus anterior, superior,

posterior, dan inferior, yang biasanya secara bersama – sama disebut korona

radiata. Organisasi topikal proyeksi talamus merupakan gambaran yang

paling panjang.

B. Serabut Asosiasi

Serabut asosiasi membentuk sebagian besar substansia alba sukortikalis.

Serabut – serabut ini menghubungkan area kortikal di sekitarnya yang

jaraknya berjauhan dengan satu dan lainnya di hemisfer yang sama. Korteks

serebri dapat melaksanakan funsi integratif dan asosiatif yang luas hanya

karena semua area yang memiliki fungsi penting saling berhubungan erat dan

impuls neural dapat berjalan dengan mudah dari satu area koertikal ke area

kortikal lainnya. Hubungan serabut yang ekstensif antara area kortikal dapat

menjadi substrat anatomis yang penting untuk pemulihan fungsi parsial yang

terlihat setelah cedera kortikal (misalnya, pasca – stroke atau pasca –

trauma). Seiring perjalanan waktu, ketika individu melatih aktivitas yang

Page 11: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

11

terganggu, performa gerakan tersebut dapat membaik karena impuls neural

yang bersesuaian dialihkan ke jaras lain yang masih intak.

Fasikulus longitudinalis superior berjalan ke arah dorsal menuju

insula dan menghubungkan lobus frontalis dengan sebagian besar lobus

parietalis, oksipitalis, dan temporalis. Perluasan dari struktur ini, fasikulus

arkuatus , berjalan mengitari ujung posterior sulkus lateralis (fisura Sylvii) di

bagian dalam substansia alba subkortikalis. Gelendong serabut ini

menghubungkan area bahasa frontal dan temporal (Broca dan Wernicke,)

satu dengan lainnya. Lesi fasikulus arkuatus menimbulkan afasia konduksi.

Fasikulus longitudinalis inferior menghubungkan lobus temporalis dengan

lobus oksipitalis. Fasikulus unsinatus berjalan mengelilingi ujung anterior

sulkus lateralis seperti kait, menghubungkan giri frontalis orbitalis dengan

bagian anterior lobus temporalis.

Gelendong serabut asosiasi penting lainnya adalah fasikulus

oksipitofrontalis superior dan inferior dan fasikulus oksipitalis vertikalis.

Fibra arkuata serebri yang disebut juga sebagai serabut U, menghubungkan

girus yang berdekatan maupun berjauhan. Serabut saraf yang berjalan secara

khusus di dalam kortkes serebri disebut serabut intrakortikal, berkebalikan

dengan serabut subkortikal yang membentuk substansia alba serebri.

Cingulum merupakan gelendong asosiasi sistem limbik. Serabut ini

berjalan dari area subkalosal ke girus parahipokampalis (area entohirnal).

C. Serabut Komisural

Serabut yang menghubungkan regio kortikal dengan struktur yang sama di

sisi hemisfer serebri yang berlawanan disebut serabut komisural, dan di

temukan di korpus kalosum dan komisura anterior. Serabut korpus

kalosum berasal dari area kortkes serebri yang sangat luas. Potongan otak di

garis tengah menunjukkan bahwa serabut – serabut ini bersilangan erat di

korpus kalosum. Begitu serbaut ini menyilang ke hemisfer kontralateral,

serbaut kalosal menyebar keluar lagi yang disebut radiaso kalosa, untuk

mencapai lokasi kortikal yang sesuai, dengan cara seperti bayangan cermin,

ke lokasi asalnya. Hubungan simetris area kortikal homotopik oleh serabut

komisural hanya tidak terdapat di korteks visual primer (area 17) dan di area

tangan dan kaki kortkes somatosensorik.

Page 12: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

12

Serabut komisural slaing berhubungan di subtansia alba subkortikal

dengan serabut korona radiata dan serabut asosiasi. Karena korpus kalosum

lebih pendek daripada hemisfer, serabut pada ujung anterior (rostrum, genu)

atau ujung posterior (splenium) memiliki perjalanan seperti huruf – U untuk

menghubungkan area kortikal yang merupakan bayangan cermin simetris

pada polus frontalis atau polus oksipitalis. Serabut yang berlekuk – lekuk ini

membentuk forceps minor (untuk polus frontalis) dan forceps major (untuk

polus oksipitalis).

2.1.3 Lokalisasi Fungsional Korteks Serebri

A. Area Korteks Primer

Dari titik pandang fungsional, korteks dapat dibagi menjadi area – area

kortikal primer dan area asosiasi unimodal dan multimodal.

Sebagian area kortikal primer memiliki fungsi reseptif, area ini

merupakan target akhir jaras somatosensorik dan jaras sensorik khusus

( visual, auditorik, dan lain – lain ) di SSP dan mereka mendapakan input

aferennya melalui relay talamik. Area korteks primer berperan untuk

membawa kualitas resptif sensorik kedalam kesadaran dalam bentuk kasar.

Yaitu tanpa interpretasi, masng – masing tidak berkaitan secara tepat dengan

pola konvolusi permukaan otak. Sebaliknya, luas area korteks primer di

definisikan sebagai area korteks yang sesuai dengan akhir proyeksi talamik.

Selain berbagai area penerima primer, adapula area motorik primer,

yang mengirimkan impuls motorik melalui traktus piramidalis ke medula

spinalis dan akhirnya ke otot.

B. Area Kortikal Somatosensorik dan Motorik Primer

Lokalisasi dan fungsi. Korteks somatosensorik primer (area 3,2, dan 1)

secara kasar bersesuaian dengan girus postsentralis lobus parietalis dan

biagian girus presentralis. Area ini meluas ke arah atas ke permukaan medial

hemisfer, dan menempati bagian posterior lobulus parasentralis. Korteks

somatosensorik primer ini berfungsi untuk persepsi nyeri dan suhu serta

sensasi somatik dan proprioseptif secara sadar, terutama dari separuh

bagian tubuh dan wajah kontra lateral. Input aferennya berasal dari nukleus

ventralis posterolateralis talami dan nukleus ventralis posteromedialis talami.

Page 13: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

13

Meskipun beberapa stimuli sensorik, terutama stimulus nyeri, secara kasar

telah dipersepsikan pada tingkat talamus, diferensiasi yang lebih tepat

mengenai lokalisasi, intensitas, dan jenis stimulus tidak dapat terjadi hingga

impuls mencapai korrteks somatosensorik. Persepsi vibrasi dan posisi yang

disadari tidak mungkin taerjadi tanpa peran-serta korteks.

Area motorik primer (area 4) secara kasar berkaitan dengan girus

presentralis lobus frontalis, termasuk dinding anterior sulkus sentralis, dan

membentang ke atas hingga mencapai bagian anterior lobus parasentralis

pada permukaan medial hemisfer. Lapisan kortikal ke lima pada area 4

mengandung sel piramidalis Betz yang khas. Dengan demikian, area 4

dianggap sebagai tempat berasalnya gerakan volunter, mengirimkan impuls

ke otot melalui traktus piramidalis dan sel –sel kornu anterius medula

spinalis. Area ini menerima input aferen dari area otak lain yang

berpartisipasi pada perencanaan dan insiasi gerakan volunter, terutama

nukleus ventro-oralis posterior talami., area premotor 6 dan 8, serta area

somatosensorik.

Somatotropik dan plastisitas. Area somatosensorik dan motorik primer

neokorteks memiliki representasi somatotopik, yaitu titik ke titik, tubuh

bagian perifer, membentuk homunkulus (seperti “orang kecil”), yang

digambarkan dipermukaan otak , istilah latin turunana dari homo, orang,

maksudnya adalah manusia.

Pemetaan kortikal ini tidak menunjukkan representasi ukuran tubuh

yang proporsional secara metrik. Pada representasi kortikal sensasi

superfisial, misalnya bagia tubuh yang memiliki persarafan yang padat oleh

serabut sensorik (seperti lidah, mulut, dan wajah) dipetakan pada area korteks

yang besar dan tidak proporsional, dan bagian yang memiliki persarafan yang

jarang (lengan, punggung, paha) dipetakan pada area yang lebih kecil.

Lebih lanjut, dan berdasarkan asumsi sebelumnya, pemetaan ini tidak

statik.tetapi, representasi kortikal pada bagian tubuh tertentu dapat membesar

atau mengecil., tergantung pada tingkat penggunaan bagian tubuh tersebut.

Dengan demikian, jika aktivitas diskriminasi taktil yang melibatkan ibu jari

dan jari telunjuk (seperti palpasi dadu untuk mengetahui permukaannya)

dilakukan secara berulang dalam jangka panjang, representasi kedua jari ini

di korteks somatosensorik primer akan membesar. Begitupula, atau bahkan

Page 14: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

14

lebih luas, perubahan representasi kortikal dii temukan setelah cedera atau

amputasi ekstremitas. Pada kasus tersebut, pemetaan somatotopik tubuh di

korteks serebri dapat bergeser hingga beberapa sentimeter. Ketika tangan

diamputasi, misalnya area kortikal yang sebelumnya berperann untuk impuls

sensorik dari tangan (yang sekarang sudah diamputasi) dapat berubah fungsi

menjadi pengolah impuls sensorik dari wajah. Perubahan ini terjadi akibat

reorganisasi neuronal di otak.

Banyak peneltian mutakhir mengamati hubungan potensial antara pergeseran

representasi kortikal dan pembentukan kondisi nyeri seperti nyeri phantom.

Jika terdapat hubungan, maka beberapa jenis pengubahan atau supresi

terapeutik “plastisitas” kortikal bentuk ini dapat digunakan untuk mengobati,

atau bahkan mencegah kondisi tersebut.

Kolom kortikal selain representasi kortikal somatotopik dari sensasi

superfisial (raba dan tekan), yang melibatkan impuls yang ditimbulkan di

mekanoreseptor kutan dan kemudian di transmisikan ke korteks sepanjang

jaras yang telah diuraikan. Ada juga pemetaan kortikal lain untuk modalitas

somatosensorik lain (propriosepsi, suhu, nyeri), yang terletak dibagian

korteks yang lebih dalam., tetapi secara umum memiliki konfigurasi yang

sama. Dengan demikian, sensasi somayik secara keseluruhan

direpresentasikan oleh kortikal kolom. Masing – masing kolom berkaitan

dengan regio kecil spesifik dipermukaan tubuh, dan sel – sel dengan

kedalaman yang berbeda di dalam kolom berhubungan dengan modalitas

somatosensorik yang berbeda. Sifat struktural ini memungkinkan otak untuk

mengolah impuls dari semua modalitas somatosensorik secara simultan dan

secara paralel, meskipun impuls tersebut telah mencapai korteks

melaluimjaras neuroanatomis yang khusus.

Lesi kortkes somatosensorik primer merusak atau meniadakan sensasi

raba, tekan, nyeri, dan suhu, serta diskriminasi dua-titik dan sensasi posisi,

pada area tertentu di sisi kontralateral tubuh (hemihipestesia atau

hemianestesia kontralateral).

lesi pada area 4 menimbulkan hemiparesis flasid kontralateral.

Kerusakan lain di area premotorik yang berdekatan dan serabut traktus yang

Page 15: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

15

mendasarinya juga dapat menimbulkan hemiparesis spastik. Yang

menunjukkan gangguan pada traktus piramidalis dan traktus non paramidalis.

Kejang epileptik fokal yang terbatas pada korteks somatosensorik yang

ditandai oleh fenomena motorik berulang, deperti kedutan, atau oleh

parestesia/disestesia pada sisi tubuh atau wajah kontralateral (kejang

jacksonian motorik atau sensorik).

C. Korteks Visual Primer

Lokalisasi dan retinopati. Korteks visual primer sesuai dengan area 17

lobus oksipitalis. Area ini terletak di dalam sulkus kalkarinus di dalam girus

tepat di atas dan dibawah sulkus ini pada permukaan medial hemisfer, dan

hanya membentang sedikit dibelakang polus oksipitalis. Korteks ini juga

disebut korteks striata (“bergaris”) karena garis putih gennari, yang secara

kasar terlihat di dalam potongan anatomis tegak-lurus. Korteks visual

menerima input melalui radiasio potika dari korpus genikulatum laterale,

secara retinotopik dan berurutan. Korteks visual satu sisi menerima informasi

visual dari setengah bagian temporal retina ipsilateral dan setengah bagian

nasal retina kontralateral. Dengan demikian, korteks visual kanan menangani

setengah lapang pandang kiri, dan begitu pula sebaliknya. Informasi visual

dari makula lutea dihantarkan ke bagian posterior area 17, yaitu area di

sekitar polus oksipitalis.

Struktur kolom. Neuron korteks visual primer memberikan respons

terhadap stimulus yang memiliki posisi dan orientasi tertentu di lapang

pandang kontralateral. Neuron yang berespon terhadap stimulus yang

berorientasi sama tersusun dalam kolom vertikal. Lebar masing – masing

kolom sekitar 30-100 mikron. Kolom yang berdekatan tersusun seperti

“roda”, masing-masing arah kompas direpresentasikan sekali. Orientasi

kolom dienterupsi pada jarak tertentu oleh “blobs” yang mengandung neuron

yang terutama merespon warna. Akhirnya, kolon dominansi okular

merupakan komponen struktural utama ketiga pada korteks visual primer.

Masing – masing kolom dominansi okular memberikan respons terhadap

stimulasi visual pada satu mata. Kolom lain di dekatnya memberikan respons

terhadap stimulus visual pada mata lainnya.

Page 16: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

16

ketiga komponen utama korteks visual primer ini secara bersama-sama

membentuk hiperkolom yang menempati suatu area yang berukuran sekitar

1mm2. Hiperkolom akibatnya, membuat pola berulang secara regular pada

permukaan korteks visual primer. Struktur ini saling berhubungan melalui

sel-sel horizontal. Organisasi struktural dan fungsional korteks visual

memungkinkannya untuk melakukan analisis tambahan stimulus visual

terhadap bentuk dan warnanya. Stimulus listrik langsung pada korteks visual

primer (misalnya, pada pasien yang sadar saat dilakukan pembedahan otak)

mencetuskan persepsi kilatan cahaya, garis-garis cahaya, dan warna.

Lesi unilateral pada area 17 menimbulkan hemianopsia kontralateral. Lesi

parsial menyebabkan kuadrantanopsia di bagian lapang oandang yang

sesuai dengan lokasi lesi. Penglihatan sentral tetap tidak terganggu sepanjang

lesi tidak mengenai ujung posterior fisura kalkarina di polus oksipitalis.

D. Korteks Auditorik Primer

Lokalisasi. Korteks auditorik primer terletak di girus transversus

Heschl (area 41), yang membentuk permukaan atas girus temporalis superior.

Struktur ini menerima input aferen dari korpus genikulatum medaile, yang

menerima impuls auditorik dari kedua organ corti melalui lemnikus lateralis.

Dengan demikian, korteks auditorik primer masing – masing sisi mengolah

impuls yang berasal dari kedua telinga (proyeksi bilateral).

Tonotopi. Struktur korteks auditorik primer menyerupai korteks visual

primer pada banyak hal. Neuronnya terspesialisasi dengan baik untuk

mendeteksi dan mengolah nada pada frekuensi tertentu. Seluruh spektrum

suara yang dapat di dengar direpresentasikan secara tonotopik. Sel untuk

frekuensi rendah terdapat dibagian rostrolateral, dan sel – sel untuk frekuensi

yang lebih tinggi terletak di kaudomedial, di sepanjang fisura Sylvii. Korteks

auditorik primer dengan demikian mengandung pita isofrekuensi yang

berjalan dengan arah medial ke lateral. Neuron area 41 tidak hanya berespon

terhadap frekuensi tertentu tetapi juga intensitas suara tertentu.

Struktur kolom. Korteks auditorik primer juga terlihat memiliki organisasi

berbentuk kolom untuk mengolah stimulasi dari kedua telinga. Dua jenis

neuron berespon dengan cara yang berbeda terhadap stimulus binaural. Satu

Page 17: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

17

berespon lebih kuat terhadap stimulus yang dihantarkan ke kedua telinga

dibandingkan dengan stimulus pada sebuah telinga (neuron EE ) sedangkan

neuron lain di inhibisi oleh stimulasi binaural (neuron E1). Kolom auditorik

primer, seperti kolom dominansi okular korteks vissual primer. Kolom –

kolom ini terletak tangensial terhadap pita isofrekuensi. Sifat khusus lain

pada neuron korteks auditorik primer adalah bahwa neuron yang berbeda

terkesitasi oleh stimulus auditorik pada frekuensi yang sama tetapi dengan

durasi yang berbeda.

Stimulasi elektrik langsung pada korteks auditorik primer mencetuskan

suara persepsi sederhana dengan frekuensi yang lebih tinggi atau lebih

rendah dan volume yang lebih besar atau lebih kecil, tetapi bukan kata-kata.

Lesi unilateral korteks auditorik primer hanya menyebabkan gangguan

pendengaran ringan karena proyeksi bilateral pada jaras auditorik. Gangguan

terutama mengenai pendengaran yang terarah, dan kemampuan untuk

membedakan suara sederhana dan kompleks dengan frekuensi dan intensitas

yang sama.

E. Korteks Gustatorik Primer

Impuls yang berkaitan dengan pengecapan pertama-tama di olah di

nukleus rostralis traktus solitarii batang otak dan kemudian dihantarkan,

melalui traktus tegmentalis sentralis, ke stasiun relay di nukleus ventralis

posteromedialis talami (pars parvoselularis). Kemudian impuls ini

melanjutkan perjalanan melalui genu posterius kapsulae internae ke kortkes

gustatorik primer, yang terletak di pars operkularis girus frontalis inferior, di

bagian ventral korteks somatosensorik dan diatas sulkus lateralis (area 43).

F. Korteks Vestibularis Primer

Neuron nuklei vestibularis di batang otak berproyeksi bilateral ke

nukleus ventralis posterolateralis talami dan nukleus ventralis posteroinferior

talami, serta ke kelompok nuklei posteriores di dekat korpus genikulatum

laterale. Impuls vestibularis dihantarkan dari lokasi – lokasi teersebut ke area

2v di lobus parietalis, yang terletak di dasar sulkus intraparietalis, tepat

dibagian posterior area tangan dan mulut girus postsentralis. Stimulasi

Page 18: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

18

elektrik area 2v terkesitasi oleh gerakan kepala. Struktur ini menerima input

visual dan proprioseptif serta vestibular. Area kortikal lain yang menerima

input vestibularis adalah area 3a, di dasar sulkus sentralis berdekatan dengan

korteks motorik. Fungsi neuron area 3a kemungkinan adalah untuk

menintegrasikan informasi somatosensorik, sensorik khusus, dan motorik

untuk mengontrol posisi kepala dan tubuh.

Lesi area 2v yang besar pada manusia dapat merusak orientasi spasial.

G. Area Asosiasi

1. Area Asosiasi Unimodal

Area asosiasi uniodal korteks terletak di dekat area kortikal primer.

Fungsinya, menurut istilah yang sangat umum, adalah untuk

memberikan interpretasi awal impuls sensorik yang diproses dalam

bentuk yang relatif kasar di area kotikal primer. Informasi sensorik

yang di hantarkan ke area asosiasi dibandingkan dengan informasi

yang telah disimpan sebelumnya sehingga dapat ditarik makna dari

informasi tersebut. Area asosiasi visual primer (area 17). Area tersebut

menerima informasi visual relatif dasar dari area 17 untuk

menganalisis bidang visual secara lebih baik. Korteks asosiasi

somatosensorik terletak tepat di belakang korteks somatosensorik

primer di area 5, dan korteks asosiasi auditorik merupakan bagian girus

temporalis superior (area 22). Area asosiasi unimodal menerima input

neural melalui serabut asosiasi dari area korteks primer yang

bersesuaian. Area ini tidak menerima input langsung dari talamus.

2. Area Asosiasi Multimodal

Area asosiasi multimodal tidak berhubungan erat dengan sebuah

area kortikal primer tertentu. Area ini membuat koneksi aferen dan

eferen dengan berbagai area otak dan mengolah informasi dari

berbagai modalitas somatosensorik dan sensorik khusus. Area ini

merupakan daerah tempat konsep motorik dan bahasa dibuat pertama

kali, dan tempat representasi neural dibentuk dan tidak bergabung

langsung pada input sensorik. Area sosiasi multimodal terbesar adalah

bagian multimodal lobus frontalis , sekitar 20% dari neokorteks. Area

Page 19: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

19

asosiasi multimodal penting lainnya terdapat dibagian posterior lobus

parietalis. Bagian anterior lobus parietalis mengolah informasi

somatosensorik (area 1,2,3, dan 5), sedangkan bagian posteriornya

mengintegrasikan informasi visual dengan informasi somatosensorik

untuk memungkinkan dilakukannya gerakan yang kompleks.

3. Lobus Frontalis

Lobus frontalis dapat dibagi menjadi tiga komponen utama, yaitu

korteks primer (area 4), korteks premotorik (area 6) dan regio

prefrontalis, suatu area korteks yang luas yang terdiri dari area asosiasi

multimodal.

Korteks motorik primer dan korteks premotorik membentuk sistem

fungsional untuk merencanakan dan mengontrol gerakan. Korteks

prefrontalis terutama berperan untuk aktivitas kognisi dan pengendalian

prilaku.

Korteks premotorik. Korteks premotorik (area 6) merupakan pusat

yang lebih tinggi untuk perencanaan dan seleksi program motorik, yang

kemudian dilaksanakan oleh korteks motorik primer. Seperti halnya

area asosiasi unimodal yang berdekatan dengan korteks

somatosensorik, korteks visual dan auditorik di duga menyimpan

proses motorik yang telah dipelajari, bekerja bersama dengan

serebelum danganglia basalia. “motor engrams” yang tersimpan dapat

dipanggil kembali dan digunakan sesuai kebutuhan. Bahkan aktivitas

yang dilakukan dengan satu tangan mengaktivasi korteks premotorik

kedua hemisfer. Fungsi penting korteks premotorik lainnya adalah

merencanakan dan mengawali gerakan mata frontalis (area 8, 9, 18, dan

9, 21). Stimulasi unilateral area 8 menyebabkan gerakan konjugat

kedua mata ke sisi kontralateral.

Lesi pada area 8 yang menurunkan aktivitasnya menyebabkan deviasi

gaze konjugat ke sisi lesi akibat aktivitas area 8 kontralateral yang lebih

kuat (deviasi konjuguee, misalnya pada stroke –pasien melihat ke sisi

lesi).

Page 20: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

20

4. Fungsi Kortikal Yang Lebih Tinggi dan Gangguannya Akibat

Lesi Kortikal

Kita akan membahas bahasa, aspek persepsi, perencanaan pola

gerakan dan aktivitas motorik yang kompleks, dan pengendalian

perilaku sosial. Fungsi – fungsi ini sebagian besar dilakukan oleh

korteks asosiasi multimodal, yang membentuk lebih dari separuh

permukaan otak dan yang menerima input aferen dari korteks

somatosensorik primer, korteks sensorik khusus, dan korteks motorik,

bagian pulvinar mediodorsal dan lateroposterior talamus, dan area

asosiasi lainnya kedua hemisfer.

a. Bahasa dan Lateralisasi – Afasia

Bahasa adalah salah satu aktivitas otak manusia yang kompleks

dan sangat penting. Pada sebagian besar individu (sekitar 95%),

area terkait – bahasa terletak di korteks asosiasi frontalis dan

temporoparietalis hemisfer kiri, yang biasanya kontralateral

terhadap tangan yang dominan (kanan). Namun, beberapa aspek

penting bahasa, termasuk komponen emosionalnya (afektif), diatur

oleh hemisfer kanan. Pusat bicara utama terdapat di regio basalis

lobus frontalis kiri (area broca, area 44) dan bagian posterior lobus

temporalis pada pertautannya dengan lobus parietalis (area

Wernicke, area 22).

Area – area tersebut secara spasial berbeda dari area korteks

sensorik dan motorik primer yang berperan untuk persepsi

auditorik murni (korteks auditorik, girus transversus Heschl),

persepsi visual murni (korteks visual), dan performa motorik

kegiatan berbicara (korteks motorik primer). Penelitian

ekspremental yang mengakibatkan pengukuran aliran darah

serebral regional (rCBF) dengan PET dan MRI menunjukkan

bahwa rangkaian huruf yang tidak membentuk kata – kata yang

bermakna terutama mengaktivasi korteks visual, dan nada murni

terutama, mengakitvasi korteks auditorik primer, sedangkan kata –

kata atau kalimat yang bermakna yang di presentasikan ke mata

atau telinga mengaktivasi area Wernicke. Dengan demikian, otak

dapat membedakan suatu kata dari suatu yang bukan kata baik

Page 21: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

21

setelah presentasi visual maupun auditorik, dan mengolah kedua

kategori stimulus tersebut di area kortikal yang berbeda.

Area Broca teraktivasi ketika seseorang berbicara, dan bahkan

pada saat “bicara di dalam hati”, yaiatu ketika kata – kata dan

kalimat di formulasikan tanpa diucapkan. Pengulangan kata – kata

murni, seblaiknya berkaitan dengan aktivasi di insula. Hal ini

menunjukkan bahwa kedua jaras tersebut untuk membentuk

bahasa. Pada “bahasa otomatis” , stimulus yang dtang diikuti oleh

aktivasi korteks visual atau auditorik primer, lalu korteks insularis,

dan akhirnya korteks motorik primer. Pada :bahasa non-otomatis”,

aktivasi korteks primer segera di ikuti oleh aktivasi area Broca.

Area Wernicke terutama berkaitan dengan analisis suara yang di

dengar dan berupa kata – kata.

1. Afasia

Gangguan fungsi bahsa disebut afasia (berbagai subtipe afasia

yang berbeda kadang – kadang secara bersama-sama disebut “the

aphasiasis”). Beberapa tipe afasia secara eksklusif memengaruhi

bicara, tulisan (disgrafia atau agrafia), atau membaca (disleksia

atau aleksia). Afasia berbeda dengan gangguan aktivitas bicara

secara fisik, yang disebut disatria atau anartria (misalnya yang

disebabkan oleh lesi traktus piramidalis, serabut jaras serebral,

neuron motorik batang otak yang mempersarafi otot-otot untuk

bicara, misalnya pada paralisis bulbar, atau otot itu sendiri).

Disatria dan anartria memengaruhi artikulasi dan fonaasi, yaitu

“bicara” dan bukan pembentukan bahasa itu sendiri (kosa – kata,

morfologi, sintaks, dan lain-lain). Afasia dibedakan menjadi fluent

atau nonfluent, tergantung pada apakah pasien berbicara dengan

lancar dan cepat, atau hanya sedikit-sedikit dengan usaha yang

abnormal.

a. Afasia Broca

Adalah penurunan nyata atau hilangnya pembentukan

bahasa.pasien masih dapat mengerti kata – kata dan nama objek

(sederhana), tetapi membentuk kalimat-kalimat yang aneh

(paragramatisme atau agramatisme) dan membuat kesalahan

Page 22: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

22

parafasik fonemik (subtitusi atau perubahan suara di dalam suatu

kata, seperti “ackle” untuk “apel”, “parket” untuk “karpet”

b. Afasia Werniske

Pada afsia wernicke klasik , pemahaman bahasa mengalami

gangguan berat. Pasien berbicara secara lancar dan memiliki

prosodi (melodi dan irama) yang normal, tetapi disertai oleh

kesalahan parafasik semantik (substitusi atau perubahan kata –

kata di dalam klausa atau kalimat) dan dengan penggunaan

neologisme (yang bukan kata-kata) dibandingkan dengan kata –

kata. Bicara pasien dapat sangat terganggu sehingga seluruhnya

berupa kata – kata yang tidak bermakna (afasia jargon atau world

salad).

2. Sindrom Diskoneksi

Sindrom diskoneksi terjadi akibat gangguan serabut jaras yang

menghubungkan berbagai area kortikal yang berbeda, sedangkan area

kortikalnya ssensiri tetap intak. Lesi yang menyebabkan dapat

mengenai serabut asosiasi, serabut proyeksi, dan /atau serabut

komisural.

Penilikan utama mengenai fungsi serabut komissural,

khususnya, didapatkan dari penelitian yang disebut pasie “split-brain”

pasca pembedahan transeksi korpus kalosum (kalostomy) untuk terapi

epilepsi yang sulit diatasi secara medis, serta pada seseorang yang

korpus kalosumnya tidak berkembang secraa normal (agenesis korpus

kalosum).

a. Diskoneksi pada sistem olfaktori

Jaras olfaktoris adalah jaras sensorikyang unik bila

dibandingkan jaras sensorik lain karena tidak menyilang. Nervus

olfaktorius kanan dan kiri mengirimkan impulsnya masing – masing

ke korteks olfaktoris hemisfer kanan dan kiri. Kedua pusat olfaktoria

primer di hubungkan oleh komisura anterior. Sebuah lesi yang

menganggu serabut traktus ini menyebabkan pasien tidak dapat

mengidentifikasi bau yang dipresentasikan melalui lubang hidung

Page 23: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

23

kanan, karean tidak ada jaras untuk menghantarkan informasi

olfaktoris ke pusat bicara di hemisfer kiri. Pasien tidak dapat

menyebutkan sumber bau (mislanya, “kayu manis”) secara spontan

atau memilih nama yang sesuai dari daftar. Namun, bau yang di

presentasikan melalui lubang hidung kiri dapat segera teridentifikasi.

b. Diskoneksia pada sistem vaskular

Penyilangan serabut dari setengah bagian nasal masing –

masing retina di khiasma optikum menyebabkan setengah lapang

pandang kanan dan kiri masing – masing di presentasikan secara

terpisah di korteks visual kiri dan kanan. Dengan demikian, jika

hubungan antara kedua hemisfer terganggu, stimulus visual yang di

presentasikan di setengah lapang pandang kiri tidak dapat disebutkan,

begitu pula dengan kata – kata (afasia dan alekesia selektif). Namun,

penamaan benda dan pembacaan kata pada setengah lapang pandang

kanan tidak terganggu. Sebaliknya, konstruksi spasial kompleks yang

di presentasikan pada setengah lapang pandang kanan tidak dapat

diolah di hemisfer kanan sehingga tidak dapat dianalisis secara tepat.

Gambaran geometri kompleks misalnya, tidak dapat ditiru (akopia).

A. Gerakan Kompleks - Apraksia

Istilah “apraksia” dicetuskan pertama kali pada tahun 1870an

oleh Hunglings Jackson untuk menunjukkan ketidakmampuan total

beberapa pasien afasia-nya untuk melakukan beberapa gerakan

volunter (misalnya, protrusi lidah), meskipun tidak terdapat kelemahan

yang bermakna dan masih memiliki kemampuan untuk menggerakan

bagian tubuh yang sama secara otomatis atau secara involunter

(misalnya, ketika menjilat bibir). Kemudian, pada abad ke-delapan

puluh, Liepmann mengelompokkan berbagai jenis apraksia (“the

apraxias”) secara sistematis. Pada klasifikasinya yang tetap digunakan

saat ini, apraksia ideasional dan apraksia ideomotor yang terutama

mengenai sistem motorik dibedakan dari apaksia konstruksional yang

terutama mengenai sistem visuospasial. Secara umum, apraksia adalah

sekumpulan gangguan gerakan volunter yang tidak disebabkan oleh

kelemahan atau disfungsi area motorik primer lainnya, dan tidak

disebabkan oleh kurangnya motivasi pasien atau tidak dapat

Page 24: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

24

memahami instruksi yang diberikan. Gangguan ini bermanifestasi

sebagai ketidakmampuan untuk mengombinasikan masing – masing

gerakan dasar menjadi rangkaian gerakan yang kompleks, atau untuk

menyusun rangkaian ini hingga menjadi prilaku motorik yang

diperintahkan oleh pusat yang lebih tinggi. Namun, masing – masing

gerakan masih dapat dilakukan.

a. Apraksia motorik

Seorang pasien dengan apraksia motorik berat tidak dapat

melakukan gerakan dasar, seperti menggapai dan mengenggam objek,

meskipun pemeriksaan pada masing – masing kelompok otot tidak

menunjukkan kelemahan pada lengan atau tangan.

a. Apraksia ideomotor

Terjadi akibat lesi hemisfer dominan – bahasa (kiri), baik di

area asosiasi motorik atau pada serabut asosiasi dan komisural yang

mempersarafi atau menghubungkannya. Temuan klinis yang khas

adalah pengabaian, atau terminasi prematur komponen individual

rangkaian gerakan. Masing – masing komponen juga dapat diulang –

ulang (perseerevasi motorik) sehingga gerkaan tersebut dimulai pada

waktu yang tidak sesuai dan dengan demikian menghambat atau

mengganggu rangkaian gerakan lainnya.

Pasien dengan apraksia motorik yang memiliki lesi di lobus parietalis

tidak dapat menirukan gerakan pemeriksa secara tepat (misalnya,

gerakan hormat), pasien – pasien tersebut umumnya masih dapat

menirukan ekspresi wajah, sedangkan pasien dengan lesi lobus frontalis

kiri dapat menirukan gerakan lengan tyang kompleks, tetapi tidak

ekspresi wajah.

b. Apraksia ideasional

Pada jenis apraksia yang lebih jarang ini, lesi temporoparietalis di

hemisfer dominan – bahasa (kiri) merusak perencanaan dan inisiasi

aktivitas motorik yang kompleks. Pada prinsipnya, pasien tetap dapat

melakukan rangkaian gerakan yang kompleks, tetapi tidak dapat

Page 25: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

25

memahami makna atau tujuan gerakan tersebut. Pasien tidak dapat

memulai gerakan atau mengakhiri gerakan tersebut secara prematur.

c. Apraksia konstruksional

Pasien dengan apraksia konstruksi mengalami kesulitan

menggambar konstruksi spasial seperti gambar atau objek geometris.

Gangguan ini biasanya terjadi akibat lesi di lobus parietalis pada

hemisfer bukan – dominan – bahasa (kanan).

Sebagian besar pasien apraksia juga mengalami afasia. Pasien dapat

menderita apraksia ideomotor, ideasional, dan konstruktif secara

bersamaan, bergantung pada lokasi dan luas lesi.

b. Integrasi Perseptual – Agnosa dan Neglect

Bagian anaterior lobus parietalis, mengolah somatosensorik,

sedangkan bagian posterior dan kortkteks asosiasi visual berkaitan

dengan integrasi informasi somatosensorik, visual, dan motorik.

Aktivitas yang kompleks, seperti menuangkan minuman saat

mealakukan percakapan, memerlukan integrasi stimultan berbagai

proses perseptual dan motorik yang berbeda. Onjek yang idpegang

(gelas,botol) harus dikenali, yaang memerlukan gerakan mata konjugat

dan pemrosesan visual: gerakan menggapai, memegang, dan menuang

harus dilakukan secara halus:dan, pada waktu yang ssama, bahasa

harus didengar, dipahami, diformulasikan, dan diucapkan.

Untuk melalukakan kegiatan ini, otak memerlukan representasi internal

tubuh, informasi mengenai posisis ektremitas, dan konsep mengenai

dunia luar. Representasi ini selanjutnya harus dikaitkan dengan sinyal

auditorik dan visual yang diterima, dan perencanaan otak untuk

melakukan gerkaan yang diinginkan. Korteks asosiasi bagian posterior

lobuas parietalis berperan penting pada proses integratif yang kompleks

ini. Sebgaian ilustrasi peran ini, bagian posterior lobus parietalis tidak

hanya teraktivasi oleh gerakan menggengam yang idinduksi oleh

stimulus visual, tetapi juga oleh palpasi benda yang tidak terlihat.

Lesi korteks asosiasi visual dan lobus parietalis dapat menimbulkan

berbagai tipe agnosia yang berbeda, yaitu gangguan persepsi yang

kompleks. Seorang pasien dengan agnosia tidak dapat mengenali objek

atau konteks spasiotemporal meskipun memiliki persepsi primer yang

Page 26: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

26

intak (penglihatan, pendengaran, dan sensasi somatik normal) dan

fungsi motorik yang intak (tidak ada kelemahan). Agnosia dapat berupa

visual, auditorik,somatosensorik, atau spasial.

2.2 Selubung Otak dan Medula Spinalis ; Cairan Serebrospinal dan Sistem

Ventrikular

Otak dan medula spinalis diselubungi oleh tiga lapisan (meningens)

yang berasal dari mesodermal; dura mater yang kuat terletak paling luar,

diikuti oleh arakhnoid, dan terakhir, pia mater. Pia mater terletak tepat pada

permukaan otak dan medula spinalis. Di antara dura mater dan arakhnoid

terdapat ruang subdural (normlanya hanya virtual); antara arakhnoid dan pia

mater terdapat ruang subarakhnoid. Ruang subarakhnoid berisi cairan

seberospinalis (LCS).

Gambar Lapisan Meningens

Cairan serebrospinalis dibentuk di pleksus khoroideus keempat ventrikel

serebri (ventrikel lateral kanan dan kiri, ventrikel ketiga dan keempat).

Cairan ini mengalir melalui sistem ventrikel (ruang LCS internal) dan

kemudian masuk ke ruang subarakhnoid yang mengelilingi otak dan medula

spinalis (ruang LCS eksternal). Cairan ini diresorpsi di granulasiones

arakhnoideae sinus sagitalis superior dan di selubung perineural medula

spinalis. Peningkatan volume cairan serebrospinalis ( baik akibat pernurunan

resorpsi atau—yang lebih jarang—peningkatan produksi) bermanifestasi

dengan peningkatan tekanan LCS dan pembesaran ventrikel (hidrosefalus).

Page 27: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

27

2.2.1 Selubung Otak dan Medula Spinalis

Dura mater disebut juga pachymeninx (“membran yang kuat”)

sedangkan arakhnoid dan pia mater secara bersama-sama disebut

leptomeninges (“membran yang tipis, rapuh”).

a) Dura Mater

Dura mater terdiri dari dua lapisan jaringan penyambung fibrosa yang

kuat. Membrana eksterna dan interna. Lapisan luar dura mater kranialis

adalah periosteum di dalam tengkorak. Lapisan dalam adalah lapisan

meningeal yang sesungguhnya; membentuk batas terluar ruang subdural yang

sangat sempit. Kedua lapisan dura terpisah satu sama lain di sinus durae. Di

antara sinus sagitalis superior dan sinus sagitalis inferior, lipatan ganda

lapisan dura yang dalam membentuk falks serebri, yang terletak di bidang

midsagital di antara keduahemisfer serebri; falks serebri bersambungan

dengan tentorium, yang memisahkan serebelum dengan serebrum. Struktur

lain yang dibentuk oleh lipatan ganda dura mater bagian dalam adalah falks

serebeli yang memisahkan kedua hemisfer serebeli, diaphragma sellae dan

dinding cavum trigeminale Meckel, yang mengandung ganglion gasserri

(trigeminale).

Suplai darah dura mater

Pembuluh darah terbesar adalah arteri meningea media, arteri ini

adalah cabang dari arteri maksilaris, yang berasal dari arteri karotis eksterna,

dan masuk ke tengkorak melalui foramen spinosum. Arteria meningea

anterior mendarahi bagian tengah dura mater frontalis dan bagian anterior

falks serebri, masuk ke dalam tengkorak melalui bagian anterior lamina

kribrosa, merupakan cabang dari arteri ethmoidalis anterior, yang merupakan

cabang dari arteri oftalmika; pembuluh darah ini membawa darah dari arteri

karotis interna. Arteri meningea postreior memasuki rongga tengkorak

melalui foramen jugulare untuk mendarahi dura mater di fosa kranii

posterior.

a) Arakhnoid

Arakhnoid otak dan medula spinalis merupakan membran avaskular

yang tipis dan rapuh yang berhubungan erat dengan permukaan dalam

duramater. Ruang antara arakhnoid dan pia mater (ruang subarakhnoid) berisi

Page 28: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

28

cairan serebrospinalis. Ruang subarakhnoid kranial dan spinal berhubungan

langsung satu sama lain melalui foramen magnum.

b) Pia mater

Pia mater terdiri dari lapisan tipis sel-sel mesodermal yang

menyerupai endotelium. Struktur ini tidak hanya meliputi seluruh permukaan

eksternal otak dan medula spinalis yang terlihat tetapi juga permukaan yang

tidak terlihat di sulkus yang dalam. Pembuluh darah yang memasuki atau

meninggalkan otak dan medula spinalis melalui ruang subarakhnoid

dikelilingi oleh selubung seperti-terowongan pia mater. Saraf sensorik pada

pia mater tidak berespon terhadap stimulus mekanis atau termal, tetapi saraf

ini diduga berespons terhadap regangan vaskular dan perubahan pada tonus

dinding pembuluh darah.

2.3 Cairan Serebrospinalis dan Sistem Ventrikular

Gambar sirkulasi cairan serebrospinal

A. Struktur Sistem Ventrikular

Terdiri dari :

Page 29: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

29

Dua ventikel lateral ( masing-masing memiliki kornu frontale, bagian

tengah = cella media, kornu posterius, dan kornu inferius).

Ventrikel ketiga yang sempit, terletak di antara kedua bagian diensefalon.

Ventrikel keempat, yang membentang dari pons ke level medularis.

Sirkulasi dan Resorpsi Cairan Serebrospinalis

Sifat cairan serebrospinalis normal

- Jernih dan tidak berwarna

- Mengandung hanya beberapa sel (hingga 4/µl)

- Relatif mengandung sedikit protein

Volume LCS yang bersirkulasi antara 130-150 mL, setiap 24 jam

dihasilkan 400-500mL LCS. Cairan serebrospinal diproduksi oleh pleksus

khoroideus ventrikel lateral, ventrikel III, dan ventrikel IV, cairan ini mengalir

melalui foramina Luschka dan foramen Magendie ke dalam ruang

subarakhnoid, beredar ke seluruh otak, dan mengalir turun ke dalam ruang

subarakhnoid spinal di sekeliling medula spinalis. Ketika mengalir melalui

sistem ventrikel, LCS harus melalui beberapa jalan yang menyempit :

Foramina interventrikularia

Ventrikel ketiga yang berbentuk seperti tabung

Akuaduktus serebri ( titik tersempit)

Pintu keluar foramina ventrikel keempat

Apertura tentorial

I. Suplai Darah dan Gangguan Vaskular Sistem Saraf Pusat

Suplai darah serebral berasal dari arteri karotis interna dan arteri

vertebralis. Arteri karotis interna pada kedua sisi menghantarkan darah ke otak

melalui pervabangan utamanya, arteri serebri media dan arteri serebri anterior

serta arteri khoroidalis anterior (sirkulasi anterior). Kedua arteri vertebralis

bergabung di garis tengah pada batas kaudal pons untuk membentuk arteri

basilaris, yang menghantarkan darah ke batang otak dan serebelum, serta

sebagian hemisfer serebri melalui cabang terminalnya, arteri serebri posterior

(sirkulasi posterior). Sirkulasi anterior dan posterior berhubungan satu dengan

lainnya melalui sirkulus arteriosus Willisi. Terdapat pula banyak hubungan

Page 30: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

30

anastomosis lain di antara arteri-arteri yang mendarahi otak, dan antara sirkulasi

intrakranial dan ekstrakranial; sehingga oklusi pada sebuah pembuluh darah

besar tidak selalu menimbulkan stroke karena jaringan otak di bagian distal

oklusi mungkin mendapatkan perfusi yang adekuat dari pembuluh darah

kolateral.

Darah vena otak mengalir dari vena profunda serebri dan vena

superfisialis serebri menuju sinus venosus dura mater, dan dari sini menuju ke

vena jugularis interna kedua sisi.

Gangguan jangka panjang pada aliran darah ke salah satu bagian otak

menyebabkan hilangnya fungsi dan akhirnya terjadi nekrosis iskemik jaringan

otak ( infark serebri ). Iskemia serebri umumnya bermanifestasi sebagai defisit

neurologis dengan onset tiba-tiba (oleh sebab itu disebut dengan “stroke”),

akibat hiangnya fungsi bagian otak yang terkena. Namun, kadang-kadang defisit

muncul secara bertahap dan bukan tiba-tiba. Penyebab iskemia tersering pada

sisi arteri sirkulasi serebral adalah emboli (biasanya berasal dari jantung atau

dari plak ateromatosa,mis., di aorta atau bifukarsio karotidis) dan oklusi

langsung pembuluh darah yang berukuran kecil atau menengah oleh

arteriosklerosis (mikroangiopati serebral, biasanya akibat hipertensi). Iskemia

serebrial juga dapat terjadi akibat gangguan drainase vena (trombosis vena

serebral atau trombosis sinus venosus).

Penyebab lain sindrom stroke adalah perdarahan intrakranial, yang

dapat terjadike parenkim otak itu sendiri (perdarahan dan hematoma

subarakhnoid, subdural, dan epidural).

Suplai darah medula spinalis terutama diperoleh dari arteri spinalis

anterior yang tidak berpasangan dan sepasang arteri spinalis posterolateralis.

Arteri spinalis anterior menerima kontribusi dari berbagai arteri segmentalis.

Seperti pada otak, medula spinalis dapat mengalami kerusakan akibat

perdarahan atau iskemia yang berasal dari arteri atau vena.

Page 31: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

31

BAB III

KESIMPULAN

Otak dan medula spinalis diselubungi oleh tiga lapisan (meningens) yang berasal

dari mesodermal, dura mater yang kuat terletak paling luar, diikuti oleh arakhnoid, dan

terakhir, pia mater. Pia mater terletak tepat pada permukaan otak dan medula spinalis. Di

antara dura mater dan arakhnoid terdapat ruang subdural (normlanya hanya virtual), antara

arakhnoid dan pia mater terdapat ruang subarakhnoid. Ruang subarakhnoid berisi cairan

seberospinalis (LCS). Cairan serebrospinal mengalir melalui sistem ventrikel (ruang LCS

internal) dan kemudian masuk ke ruang subarakhnoid yang mengelilingi otak dan medula

spinalis (ruang LCS eksternal).

Cerebrum merupakan bagian terbesar otak, terletak di fossa cranii anterior dan fossa

cranii medius, serta menempati seluruh cekungan tempurung tengkorak. Cerebrum terbagi

menjadi dua bagian : a. Diencephalon (yang membentuk bagian sentral) dan b. Telencephalon

(yang membentuk hemispherium cerebri).

Page 32: referat cerebrum dan medula spinalis.docx

32

DAFTAR PUSTAKA

1. Baehr M, and frotscher M. Diagnosis Topik Neurologi DUUS. Ed.

4;Jakarta:EGC,2010; 310-356.

2. Baehr M. Diagnosis Topik Neurologi DUUS : anatomi, fisiologi, tanda gejala. Ed. 4.

Jakarta: EGC, 2010; 358-370.