35
REFERAT SABTU, 23 MARET 2012 TEAR FILM Oleh Titia Rahmania, S. Ked G1A107066 KEPANITERAAN KLINIK SENIOR SMF BAGIAN MATA RSUD RADEN MATTAHER

Referat dry eyes

  • Upload
    onyotz

  • View
    152

  • Download
    8

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat dry eyes stase mata

Citation preview

Page 1: Referat dry eyes

REFERAT

SABTU, 23 MARET 2012

TEAR FILM

Oleh

Titia Rahmania, S. Ked

G1A107066

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

SMF BAGIAN MATA RSUD RADEN MATTAHER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSTAS JAMBI

2013

Page 2: Referat dry eyes

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan syukur penulis panjatukan kepada Allah SWT atas berkat

rahmatNya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Tear Film

Kornea” ini

Penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang dalam kepada

pembimbing dr. H.Kuswaya W, Sp.M , dr. Djarizal,Sp.M,MPH serta dr.

M.Ikhsan,Sp.M atas bimbingan yang diberikan sehingga penulis dapat

menyelesaikan referat ini, serta kepada berbagai pihak yang telah membantu

Penulis sangat menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna,

penulis mengharapkan adanya kritik dan saran membangun dari pembaca. Atas

perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jambi, Maret 2013

Penulis

2

Page 3: Referat dry eyes

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................. i

DAFTAR ISI .................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 2

2.1 ANATOMI MATA .................................................................. 2

2.2 FISIOLOGI SISTIM LAKRIMAL.......................................... 8

2.3 DISFUNGSI TEAR FILM........................................................` 10

BAB III KESIMPULAN .................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 19

3

Page 4: Referat dry eyes

BAB I

PENDAHULUAN

Tear film normal diperlukan untuk mempertahankan fungsi permukaan okuler.

Perubahan patologis yang terlihat pada sindrom mata kering (dry eye disease)

mempengaruhi semua komponen tear film. Sindrom mata kering adalah suatu

gangguan pada permukaan mata yang ditandai dengan ketidakstabilan produksi

dan fungsi dari lapisan air mata.

Angka kejadian Sindroma Mata Kering ini lebih banyak pada wanita dan

cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Banyak diantara penyebab

sindrom mata kering mempengaruhi lebih dari satu komponen film air mata atau

berakibat perubahan permukaan mata yang secara sekunder menyebabkan film air

mata menjadi tidak stabil.

Ciri histopatologik termasuk timbulnya bintik-bintik kering pada kornea dan

epitel konjungtiva, pembentukan filamen, hiangnya sel goblet konjungtiva,

pembesaran abnormal sel epitel non-goblet, peningkatan stratifikasi sel, dan

penambahan keratinasi.1

Pasien dengan mata kering paling sering mengeluh tentang sensasi gatal

atau berpasir. Gejala umum lainnya adalah gatal, sekresi mukus berlebihan, tidak

mampu menghasilkan air mata, sensasi terbakar, fotosensitivitas, merah, sakit, dan

sulit menggerakkan palpebra.2 Pada kebanyakan pasien, ciri paling luar biasa pada

pemeriksaan mata adalah tampilan yang nyata-nyata normal. Ciri yang paling

khas pada pemeriksaan slitlamp adalah terputus atau tiadanya meniskus air mata

di tepian palpebra inferior. Benang-benang mukus kental kekuning-kuningan

kadang-kadang terlihat dalam fornix conjungtivae inferior. Pada konjungtiva bulbi

tidak tampak kilauan yang normal dan mungkin menebal, edema dan hiperemik.3

4

Page 5: Referat dry eyes

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Kompleks lakrimalis terdiri atas glandula lakrimalis, glandulae lakrimalis

aksesori, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis.1

Glandula lakrimalis terdiri atas struktur dibawah ini:

1. Bagian orbita

Berbentuk kenari yang teretak didalam foss lakrimalis di segmen

temporal atas anterior dari orbita, dipisahkan dari bagian palpebra oleh

kornu lateralis dari muskulus levator palpebrae. Untuk mencapai

bagian ini dari kelenjar secara bedah, harus diiris kulit, muskulus

orbikuaris okuli, dan septum orbitale.1,6

2. Bagian Palpebrae

Bagian palpebrae yang lebih kecil terletak tepat di atas segmen

temporal dari forniks konjungtivae superior. Duktus sekretorius

lakrimalis, yang bermuara kira-kira sepuluh lubang kecil,

menghubungkan bagian orbital dan palpebrae glandula lakrimalis

dengan forniks konjungtivae superior. Pembuangan bagian palpebrae

dari kelenjar memutuskan semua saluran penghubung dan dengan

demikian mencegah kelenjar itu bersekresi.1,6

Glandula lakrimalis aksesori (glandula Krause dan Wolfring)

terletk di dalam substansia propia di konjungtiva palpebrae.

Air mata mengalir dari lakuna lakrimalis melalui punktum

superior dan inferior dan kanalikuli ke sakus lakrimalis, yang terletak

di dalam fossa lakrimalis. Duktus nasolakrimalis berlanjut kebawah

dari sakus dan bermuara ke dalam meatus inferior dari rongga nasal,

lateral terhadap turbinatum inferior. Air mata diarahkan kedalam

5

Page 6: Referat dry eyes

punktum oleh isapan kapiler dan gaya berat dan berkedip. Kekuatan

gabungan dari isapan kapiler dan gaya berat berkedip. Kekuatan

gabungan dari isapan kapiler dalam kanalikuli, gaya berat dan dan

kerja memompa dari otot Horner, yang merupan perluasan muskulus

orbikularis okuli ke titik di belakang sakus lakrimalis, semua

cenderung meneruskan aliran air mata ke bawah melalui duktus

nasolakrimalis ke dalam hidung. 1,6

3. Pembuluh Darah dan Limfe

Pasokan darah dari glandula lakrimalis bersal dari arteria

lakrimalis. Vena yang mengalir pergi dari kelenjar bergabung dengan

vena oftalmika. Drenase lime menyatu dengan pembuluh limfe

konjungtiva untuk mengalir ke dalam limfonodus pra-aurikula.1,6

4. Persarafan

Pasokan saraf ke glandula lakrimalis adalah melalui:

a) Nervus lakrimalis (sensoris), sebuah cabang dari divisi trigeminus.

b) Nervus petrosus superfisialis magna (sekretoris), yang datang dari

nukleus salivarius superior.

c) Nervus simpatis yang menyertai arteria lakrimalis dan nervus

lakrimalis.1,6

6

Page 7: Referat dry eyes

2.2 Fisiologi

Sistem Sekresi Air Mata

Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimalis yang terletak

di fossa glandulae lacrimalis yang terletak di kuadran temporal atas orbita.

Kelenjar yang berbentuk kenari ini dibagi oleh kornu lateral aponeurosis levator

menjadi lobus orbita yang lebih besar dan lobus palpebra yang lebih kecil,

masing-masing dengan sistem duktulus yang bermuara ke forniks temporal

superior. Persarafan kelenjar utama datang dari nucleus lacrimalis di pons melalui

nervus intermedius dan menempuh suatu jaras rumit cabang maxillaris nervus

trigeminus.

Kelenjar lakrimal assesorius, walaupun hanya sepersepuluh dari massa

kelenjar utama, mempunyai peranan penting. Struktur kelenjar Krause dan

Wolfring identik dengan kelenjar utama, namun tidak memiliki ductulus.

Kelenjar-kelenjar ini terletak di dalam konjungtiva, terutama di forniks superior.

Sel-sel goblet uniseluler, yang juga tersebar di konjungtiva, mensekresi

glikoprotein dalam bentuk musin. Modifikasi kelenjar sebasea meibom dan zeis di

tepian palpebra memberi lipid pada air mata. Kelenjar Moll adalah modifikasi

kelenjar keringat yang ikut membentuk tear film.

Sekresi kelenjar lakrimal dipicu oleh emosi atau iritasi fisik dan

menyebabkan air mata mengalir melimpah melewati tepian palpebra (epifora).

Kelenjar lakrimal assesorius dikenal sebagai ”pensekresi dasar”. Sekret yang

dihasilkan normalnya cukup untuk memelihara kesehatan kornea. Hilangnya sel

goblet, berakibat mengeringnya korena meskipun banyak air mata dari kelenjar

lakrimal.

Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7-10 µm yang menutup epitel

kornea dan konjungtiva. Fungsi lapisan ultra tipis ini adalah

1. Membuat kornea menjadi permukaan optik yang licin dengan meniadakan

ketidakteraturan minimal di permukaan epitel.

7

Page 8: Referat dry eyes

Tear film adalah komponen penting dari “the eye’s optical system”. Tear

film dan permukaan anterior kornea memiliki mekanisme untuk

memfokuskan refraksi sekitar 80%. Bahkan sebuah perubahan kecil pada

kestabilan dan volume tear film akan sangat mempengaruhi kualitas

penglihatan (khususnya pada sensitivitas pada kontras). “Tear break up”

menyebabkan aberasi optik yang akan menurunkan kualitas fokus

gambaran yang didapatkan retina. Oleh karena itu, ketidakteraturan pada

tear film preocular merupakan penyebab munculnya gejala visual fatigue

dan fotofobia.

2. Membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan konjungtiva

yang lembut.

Pergerakan kelopak mata dapat menimbulkan gaya ± 150

dyne/cm yang mempengaruhi tear film. Lapisan musin

pada tear film dapat mengurangi efek yang dapat

mempengaruhi epitel permukaan. Pada

keratokonjungtivitis, perubahan lapisan musin

menyebabkan epitel permukaan semakin mudah rusak

akibat gaya tersebut yang menyebabkan deskuamasi

epithelial dan menginduksi apoptosis.

3. Menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan pembilasan mekanik

dan efek antimikroba.

Permukaan okuler adalah permukaan mukosa yang paling sering terpapar

lingkungan. Bagian ini selalu terpapar suhu yang ekstrim, angin, sinar UV,

alergen dan iritan. Tear film harus memiliki stabilitas untuk menghadapi

paparan lingkungan tersebut. Komponen tear film yang berfungsi untuk

perlindungan adalah IgA, laktoferin, lisozim dan enzim peroksidase yang

dapat melawan infeksi bakteri maupun virus. Lapisan lipid mengurangi

penguapan komponen akuos akibat perubahan lingkungan. Selanjutnya,

tear flim dapat membersihkan partikel, iritan dan alergen akibat paparan

lingkungan.

4. Menyediakan substansi nutrien yang dibutuhkan kornea.

8

Page 9: Referat dry eyes

Karena kornea merupakan struktur yang avaskuler, epitel kornea

bergantung pada growth factors yang terdapat pada tear film dan mendapat

nutrisi dari tear film. Tear film menyediakan elektolit dan oksigen untuk

epitel kornea sedangkan glukosa yang dibutuhkan kornea berasal dari

difusi dari aqueous humor. Tear film terdiri dari ± 25 g/mL glukosa, kira-

kira 4% dari konsentrasi glukosa pada darah, yaitu konsentrasi yang

dibutuhkan oleh jaringan non-muskular. Antioksidan yang terdapat pada

tear film juga mengurangi radikal bebas akibat pengaruh lingkungan. Tear

film juga mengandung growth factor yang penting untuk regenerasi dan

penyembuhan epitel kornea.

Gambar.1. Lapisan tear film

(Sumber: http://tearscience.com /image )

Lapisan-Lapisan Tear Film

1. Lapisan Superfisial

Merupakan film lipid monomokuler yang berasal dari kelenjar

meibom. Diduga lapisan ini menghambat penguapan dan membentuk

sawar kedap air saat palpebra ditutup. Lapisan ini terdiri dari lipid

polar dan non polar yang menyebar ke seluruh permukaan mata saat

mata berkedip. Penyebaran lipid ini penting karena penumpukan lipid,

9

Page 10: Referat dry eyes

khususnya lipid nonpolar, dapat mengkontaminasi lapisan musin yang

dapat mengakibatkan lapisan ini tidak bisa dibasahi.

2. Lapisan akueosa tengah

Lapisan yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimal mayor dan minor,

mengandung substansi larut air (garam dan protein). Lapisan ini

mengandung oksigen, elektrolit dan banyak protein seperti growth

factors, yang berfungsi sebagai sumber nutrisi dan menyediakan

lingkungan yang cocok untuk epitel permukaan. Keadaan epitel

permukaan bergantung pada growth factors seperti EGF, HGF dan

KGF. Immunoglobulin dan protein lainnya seperti laktoferin, lisozim,

defensin dan IgA, menjaga pemukaan mata dari infeksi bakteri dan

virus. Protein lain seperti interleukin, meminimalkan inflamasi pada

permukaan mata.

Kandungan elektrolit pada tear film, memiliki konsentrasi yang

sama dengan elektrolit serum dengan osmolaritas 300mOsm/L yang

mempertahankan volume volume sel epitel. Ion juga membantu proses

enzimatik dengan melarutkan protein. Osmolaritas yang tepat

dibutuhkan untuk mempertahankan potensial membran saraf,

homeostasis seluler, dan fungsi sekresi

Gambar 2. Tear film layer

(Sumber: http://lasik1.com /322208 )

10

Page 11: Referat dry eyes

3. Lapisan musinosa

Terdiri atas glikoprotein dan melapisi sel-sel epitel kornea dan

konjungtiva. Membran sel epitel terdiri atas lipoprotein dan karenanya

relatif hidrofobik. Permukaan yang demikian tidak dapat dibasahi

dengan larutan berair saja. Musin diadsorpsi sebagian pada membran

epitel kornea dan oleh mikrovili ditambatkan pada sel-sel permukaan.

Ini menghasilkan permukaan hidrofilik baru bagi lapisan akueosa

untuk menyebar secara merata ke bagian yang dibasahinya dengan cara

menurunkan tegangan permukaan.

Fungsi lapisan ini sebagai surfaktan yang membantu air mata

membasahi epitel kornea yang bersifat hidrofobik. Lapisan ini juga

berfungsi dalam mempertahankan kejernihan penglihatan dan kekuatan

refraksi.Lapisan musin yang intak melindungi epitel dari ancaman

lingkungan dan meminimalkan pengaruh gaya yang muncul akibat

mata yang berkedip.

Gambar 3. Normal tear film structure and components

(sumber: Steven C. et al, 2004 )

11

Page 12: Referat dry eyes

Volume air mata normal diperkirakan 7 ± 2 µL di setiap mata. Albumin

mencakup 60% dari protein total air mata; sisanya globulin dan lisozim yang

berjumlah sama banyak. Terdapat IgA, IgG, dan IgE. Yang paling banyak adalah

IgA, yang berbeda dari IgA serum karena bukan berasal dari transudat serum saja;

IgA juga diproduksi oleh sel-sel plasma dalam kelenjar lakrimal. Pada keadaan

alergi tertentu, seperti konjungtivitis vernal, konsentrasi IgE dalam cairan mata

meningkat.

Lisozim air mata menyusun 21-25% protein total, bekerja secara sinergis

dengan gammaglobulin dan faktor antibakteri non-lisozim lain, membentuk

mekanisme pertahanan penting terhadap infeksi. Enzim air mata lain juga bisa

berperan dalam diagnosis berbagai kondisi klinis tertentu, mis., hexoseaminidase

untuk mendiagnosis penyakit Tay-Sachs.(vaughan)

2.3 Disfungsi Tear Film

Abnormalitas kuantitas maupun kualitas tear film terjadi akibat

1. Perubahan jumlah tear film.

2. Perubahan komposisi tear film.

3. Penyebaran tear film yang tidak merata akibat permukaan kornea yang

irregular.

Perubahan jumlah dan komposisi tear film dapat terjadi karena defisiensi

aqueous, difisiensi musin atau sebaliknya kelebihan aqueous dan musin dan /atau

abnormalitas lipid (disfungsi kelenjar meibom). Contohnya, peningkatan

osmolaritas tear film terlhat pada pasien dengan keratoconjunctivitis sicca atau

pada blefaritis dan pada orang yang menggunakan lensa kontak. Penyebaran air

mata yang tidak merata dapat terjadi bersamaan dengan permukaan kornea atau

limbus yang tidak rata (inflamasi, jaringan parut, perubahan distropi) atau

penggunaan lensa kontak yang tidak benar. Dapat juga terjadi akibat gangguan

12

Page 13: Referat dry eyes

pada kelopak mata akibat kelainan kongenital, disfungsi kelopak mata neurogenik,

atau disfungsi mekanisme berkedip.

Keratokonjungtivitis Sicca

1. Definisi

Sindrom mata kering, atau keratoconjunctivitis sicca (KCS) adalah

penyakit mata dimana jumlah atau kualitas produksi air mata berkurang atau

penguapan air mata film meningkat.1 Terjemahan dari "keratoconjunctivitis sicca"

dari bahasa Latin adalah "kekeringan kornea dan konjungtiva".6

2. Etiologi

Banyak diantara penyebab sindrom mata kering mempengaruhi lebih dari

satu komponen film air mata atau berakibat perubahan permukaan mata yang

secara sekunder menyebabkan film air mata menjadi tidak stabil. Ciri

histopatologik termasuk timbulnya bintik-bintik kering pada kornea dan epitel

konjungtiva, pembentukan filamen, hilangnya sel goblet konjungtiva, pembesaran

abnormal sel epitel non-goblet, peningkatan stratifikasi sel, dan penambahan

keratinasi.1,2,6

A. Kondisi ditandai hipofungsi kelenjar lakrimal

1. Kongenital

a. Dysautonomia familier (sindrom Riley-Day)

b. Aplasia kelenjar lakrimal (alakrima kongenital)

c. Aplasia nervus trigeminus

d. Dysplasia ektodermal

2. Didapat

a. Penyakit sistemik

1) Sindrom sjorgen

2) Sklerosis sistemik progresif

3) Sarkoidosis

13

Page 14: Referat dry eyes

4) Leukimia, limfoma

5) Amiloidosis

6) Hemokromatosis

b. Infeksi

1) Trachoma

2) Parotitis epidemica

c. Cedera

1) Pengangkatan kelenjar lakrimal

2) Iradiasi

3) Luka bakar kimiawi

d. Medikasi

1) Antihistamin

2) Antimuskarinik: atropin, skopolamin

3) Anestetika umum: halothane, nitrous oxide

4) Beta-adregenik blocker: timolol, practolol

e. Neurogenik-neuroparalitik (fasial nerve palsy)

B. Kondisi ditandai defisiensi musin

1. Avitaminosis A

2. Sindrom steven-johnson

3. Pemfigoid okuler

4. Konjungtivitis menahun

5. Luka bakar kimiawi

6. Medikasi-antihistamin, agen muskarin, agen Beta-adregenic blocker

C. Kondisi ditandai defisiensi lipid:

1. Parut tepian palpebra

2. Blepharitis

D. Penyebaran defektif film air mata disebabkan:

1. Kelainan palpebra

a. Defek, coloboma

b. Ektropion atau entropion

14

Page 15: Referat dry eyes

c. Keratinasi tepian palpebra

d. Berkedip berkurang atau tidak ada

1) Gangguan neurologik

2) Hipertiroid

3) Lensa kontak

4) Obat

5) Keratitis herpes simpleks

6) Lepra

e. Lagophthalmus

1) Lagophthalmus nocturna

2) Hipertiroidi

3) Lepra

2. Kelainan konjungtiva

a. Pterygium

b. Symblepharon

3. Proptosis1,2,6

3. Epidemiologi

Mata kering merupakan salah satu gangguan yang sering pada mata,

persentase insidenisanya sekitar 10-30% dari populasi, terutama pada orang yang

usianya lebih dari 40 tahun dan 90% terjadi pada wanita. Frekuensi insidensia

sindrom mata kering lebih banyak terjadi pada ras Hispanic dan Asia

dibandingkan dengan ras kaukasius.4

4. Manifestasi Klinis

Pasien dengan mata kering paling sering mengeluh tentang sensasi gatal

atau berpasir (benda asing). Gejala umum lainnya adalah gatal, sekresi mukus

berlebihan, tidak mampu menghasilkan air mata, sensasi terbakar, fotosensitivitas,

merah, sakit, dan sulit menggerakkan palpebra.2 Pada kebanyakan pasien, ciri

paling luar biasa pada pemeriksaan mata adaah tampilan yang nyata-nyata normal.

Ciri yang paling khas pada pemeriksaan slitlamp adalah terputus atau tiadanya

15

Page 16: Referat dry eyes

meniskus air mata di tepian palpebra inferior. Benang-benang mukuskental

kekuning-kuningan kadang-kadang terlihat dalam fornix conjungtivae inferior.

Pada konjungtiva bulbi tidak tampak kilauan yang normal dan mungkin menebal,

beredema dan hiperemik.1

Epitel kornea terlihat bertitik halus pada fissura interpalpebra. Sel-sel

epitel konjungtiva dan kornea yang rusak terpulas dengan bengal rose 1% dan

defek pada epitel kornea terpulas dengan fluorescein. Pada tahap lnjut

keratokonjungtivitis sicca tampak filamen-filamen dimana satu ujung setiap

filamen melekat pada epitel kornea dan ujung lain bergerak bebas. Pada pasien

dengan sindrom sjorgen, kerokan dari konjungtiva menunjukkan peningkatan

jumlah sel goblet. Pembesaran kelenjar lakrimal kadang-kadang terjadi pada

sindrom sjorgen. Diagnosis dan penderajatan keadaan mata kering dapat diperoleh

dengan teliti memakai cara diagnostik berikut:

A. Tes Schirmer

Tes ini dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan

memasukkan strip Schirmer (kertas saring Whatman No. 41) kedalam

cul de sac konjungtiva inferior pada batas sepertiga tengah dan

temporal dari palpebra inferior. Bagian basah yang terpapar diukur 5

menit setelah dimasukkan. Panjang bagian basah kurang dari 10 mm

tanpa anestesi dianggap abnormal.

Bila dilakukan tanpa anestesi, tes ini mengukur fungsi kelenjar

lakrimal utama, yang aktivitas sekresinya dirangsang oleh iritasi kertas

saring itu. Tes Schirmer yang dilakukan setelah anestesi topikal

(tetracaine 0.5%) mengukur fungsi kelenjar lakrimal tambahan

(pensekresi basa). Kurang dari 5 mm dalam 5 menit adalah abnormal.

Tes Schirmer adalah tes saringan bagi penilaian produksi air mata.

Dijumpai hasil false positive dan false negative. Hasil rendah kadang-

kadang dijumpai pada orang normal, dan tes normal dijumpai pada

mata kering terutama yang sekunder terhadap defisiensi musin.1,5

16

Page 17: Referat dry eyes

Gambar 4. Test Fluoresin

(Sumber : http://webeye.ophth.uiowa.edu /233120#/fluoresin-test )

B. Tear film break-up time

pengukuran tear film break-up time kadang-kadang berguna untuk

memperkirakan kandungan musin dalam cairan air mata. Kekurangan

musin mungkin tidak mempengaruhi tes Schirmer namun dapat

berakibat tidak stabilnya film air mata. Ini yang menyebabkan lapisan

itu mudah pecah. Bintik-bitik kering terbentuk dalam film air mata,

sehingga memaparkan epitel kornea atau konjungtiva. Proses ini pada

akhirnya merusak sel-sel epitel, yang dapat dipulas dengan bengal

rose. Sel-sel epitel yang rusak dilepaskan kornea, meninggalkan

daerah-daerah kecil yang dapat dipulas, bila permukaan kornea

dibasahi flourescein.

Tear film break-up time dapat diukur dengan meletakkan secarik

keras berflourescein pada konjungtiva bulbi dan meminta pasien

berkedip. Film air mata kemudian diperiksa dengan bantuan saringan

cobalt pada slitlamp, sementara pasien diminta agartidak berkedip.

Waktu sampai munculnya titik-titik kering yang pertama dalam lapisan

flourescein kornea adalah tear film break-up time. Biasanya waktu ini

lebih dari 15 detik, namun akan berkurang nyata oleh anestetika lokal,

memanipulasi mata, atau dengan menahan palpebra agar tetap terbuka.

17

Page 18: Referat dry eyes

Waktu ini lebih pendek pada mata dengan defisiensi air pada air mata

dan selalu lebih pendek dari normalnya pada mata dengan defisiensi

musin.1,5

Gambar 5. Indeks Perlindungan Okular

( Sumber : http://www.systane.ca )

C. Tes Ferning Mata

Sebuah tes sederhana dan murah untuk meneliti mukus konjungtiva

dilakukan dengan mengeringkan kerokan konjungtiva di atas kaca

obyek bersih. Arborisasi (ferning) mikroskopik terlihat pada mata

normal. Pada pasien konjungtivitis yang meninggakan parut

(pemphigoid mata, sindrom stevens johnson, parut konjungtiva difus),

arborisasi berkurang atau hilang.1,5

D. Sitologi Impresi

Sitologi impresi adalah cara menghitung densitas sel goblet pada

permukaan konjungtiva. Pada orang normal, populasi sel goblet paling

tinggi di kuadran infra-nasal. Hilangnya sel goblet ditemukan pada

ksus keratokonjungtivitis sicc, trachoma, pemphigoid mata cicatrix,

sindrom stevens johnson, dan avitaminosis A.1,5,6

E. Pemulasan Flourescein

18

Page 19: Referat dry eyes

Menyentuh konjungtiva dengan secarik kertas kering

berflourescein adalah indikator baik untuk derajat basahnya mata, dan

meniskus air mata mudah terlihat. Flourescein akan memulas daerah-

daerah tererosi dan terluka selain defek mikroskopik pada epitel

kornea.1,5,6

F. Pemulasan Bengal Rose

Bengal rose lebih sensitif dari flourescein. Pewarna ini akan

memulas semua sel epitel non-vital yang mengering dari kornea

konjungtiva.1,5

Gambar 6. Pewarnaan Bengal rose

Sumber : ( http://www.uptodate.com /bengalrosetest )

G. Penguji Kadar Lisozim Air Mata

Penurunan konsentrasi lisozim air mata umumnya terjadi pad awal

perjalanan sindrom Sjorgen dan berguna untuk mendiagnosis penyakit

ini. Air mata ditampung pada kertas Schirmer dan diuji kadarnya. Cara

paling umum adalah pengujian secara spektrofotometri.1,5

H. Osmolalitas Air Mata

Hiperosmollitas air mata telah dilaporkan pada keratokonjungtivitis

sicca dan pemakaian kontak lens dan diduga sebagai akibat

berkurangnya sensitivitas kornea. Laporan-laporan menyebutkan

19

Page 20: Referat dry eyes

bahwa hiperosmolalitas adalah tes paling spesifik bagi

keratokonjungtivitis sicca. Keadaan ini bahkan dapat ditemukan pada

pasien dengan Schirmer normal dan pemulasan bengal rose normal.1,5

I. Lactoferrin

Lactoferrin dalam cairan air mata akan rendah pada pasien dengan

hiposekresi kelenjar lakrimal. Kotak penguji dapat dibeli dipasaran.1,5

5. Terapi

Pasien harus mengerti bahwa mata kering adalah keadaan menahun dan

pemulihan pemulihan total sukar terjadi, kecuali pada kasus ringan, saat

perubahan epitel pada kornea dan konjungtiva masih reversibel.1 Air mata buatan

adalah terapi yang kini dsering digunakan. Salep berguna sebagai pelumas jangka

panjang, terutama saat tidur. 2,10

Fungsi utama pengobatan ini adalah penggantian cairan. Pemulian musin

adalah tugas yang lebih berat. Tahun-tahun belakangan ini, ditambahkan polimer

larut air dengan berat molekul tinggi pada air mata buatan, sebagai usaha

memperbaiki dan memperpanjang lama pelembaban permukaan.agen

mukomimetik lain termasuk Na-hialuronat dan larutan dari serum pasien sendiri

sebagai tetesan mata. Jika mukus itu kental, seperti pada sindrom Sjorgen, agen

mukolitik (mis, acetylcystein 10%) dapat menolong.6,9

Topikal cyclosporine A

Topikal corticosteroids

Topikal/sistemik omega-3 fatty acids: Omega-3 fatty acids menghambat

sintesis dari mediator lemak dan memblok produksi dari IL-1 and TNF-

alpha. Pasien dengan kelebihan lipid dalam air mata memerlukan instruksi

spesifik untuk menghilangkan lipid dari tepian palpebrae. Mungkin

diperlukan antibiotika topikal atau sistemik. Vitamin A topikal mungkin

berguna untuk memulihkan metaplasia permukaan mata.

20

Page 21: Referat dry eyes

Semua pengawet kimiawi dalam air mata buatan akan menginduksi

sejumlah toksisitas kornea. Benzalkonium chlorida adalah peparat umum yang

paling merusak. Pasien yang memerlukan beberapa kali penetesan sebaiknya

memakai larutan tanpa bahan pengawet. Bahan pengawet dapat pula

menimbulkan reaksi idiosinkrasi. Ini paling serius dengan timerosal.1

Pasien dengan mata kering oleh sembarang penyebab lebih besar

kemungkinan terkena infeksi. Blepharitis menahun sering terdapat dan harus

diobati dengan memperhatikan higiene dan memakai antibiotika topikal. Acne

rosacea sering terdapat bersamaan dengan keratokonjungtivitis sicca, dan

pemgobatan dengan tetrasklin sistemik ada manfaatnya.1,2

Tindakan bedah pada mata kering adalah pemasangan sumbatan pada

punktum yang bersifat temporer (kolagen) atau untuk waktu lebih lama (silikon),

untuk menahan sekret air mata. Penutupan puncta dan kanalikuli secara permanen

dapat dilakukan dengn terapi themal (panas), kauter listrik atau dengan laser.1,2,6

6. Prognosis

Secara umum, prognosis untuk ketajaman visual pada pasien dengan

sindrom mata kering baik.1

7. Komplikasi

Pada awal perjalanan keratokonjungtivitis sicca, penglihata sedikit

terganggu. Dengan memburuknya keadaan, ketidaknyamanan sangat menggangu.

Pada kasus lanjut, dapat timbul ulkus kornea, penipisan kornea, dan perforasi.

Kadang-kadang terjadi infeksi bakteri sekunder, dan berakibat parut dan

vaskularisasi pada kornea, yang sangat menurunkan penglihatan. Terapi dini dapat

mencegah komplikasi-komplikasi ini.1,2,3,7,10

21

Page 22: Referat dry eyes

BAB III

KESIMPULAN

Sindrom mata kering adalah suatu gangguan pada permukaan mata yang

ditandai dengan ketidakstabilan produksi dan fungsi dari lapisan air mata. Angka

kejadian Sindroma Mata Kering ini lebih banyak pada wanita dan cenderung

meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Pasien dengan mata kering paling

sering mengeluh tentang sensasi gatal atau berpasir (benda asing). Gejala umum

lainnya adalah gatal, sekresi mukus berlebihan, tidak mampu menghasilkan air

mata, sensasi terbakar, fotosensitivitas, merah, sakit, dan sulit menggerakkan

palpebra. Pada kebanyakan pasien, ciri paling luar biasa pada pemeriksaan mata

adaah tampilan yang nyata-nyata normal. Ciri yang paling khas pada pemeriksaan

slitlamp adalah terputus atau tiadanya meniskus air mata di tepian palpebra

inferior.

Kompleks lakrimalis terdiri atas glandula lakrimalis, glandulae lakrimalis

aksesori, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis. Air mata

dihasilkan juga oleh kelenjar air (kelenjar lakrimal). Lapisan ini berfungsi untuk

membersihkan mata dan mengeluarkan benda-benda asing atau iritan.

Banyak diantara penyebab sindrom mata kering mempengaruhi lebih dari

satu komponen film air mata atau berakibat perubahan permukaan mata yang

secara sekunder menyebabkan film air mata menjadi tidak stabil. Pasien dengan

mata kering paling sering mengeluh tentang sensasi gatal atau berpasir (benda

asing). Gejala umum lainnya adalah gatal, sekresi mukus berlebihan, tidak mampu

menghasilkan air mata, sensasi terbakar, fotosensitivitas, merah, sakit, dan sulit

menggerakkan palpebra. Air mata buatan adalah terapi yang kini dianut. Salep

berguna sebagai pelumas jangka panjang, terutama saat tidur. Bantuan tambahan

diperoleh dengan memakai pelembab, kacamata pelembab bilik, atau kacamata

berenang. Secara umum, prognosis untuk ketajaman visual pada pasien dengan

sindrom mata kering baik. Pada kasus lanjut, dapat timbul ulkus kornea, penipisan

22

Page 23: Referat dry eyes

kornea, dan perforasi. Kadang-kadang terjadi infeksi bakteri sekunder, dan

berakibat parut dan vaskularisasi pada kornea, yang sangat menurunkan

penglihatan. Terapi dini dapat mencegah komplikasi-komplikasi ini.

23

Page 24: Referat dry eyes

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaugan, Daniel, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva; alih bahasa : Jan

Tamboyang, Braham U. Pendit; editor Y. Joko Suyono. Palpebra dan

Apparatus lakrimalis dalam Oftalmologi Umum, edisi 14. Jakarta: 2000.

Hal 94. Widya Medika

2. Skuta, Gregory L et al. American Academy of Ophtalmology : Orbit

Eyelids and Lacrimal System . San Fransisco: 2011 . American Academi

of Ophtalmology

3. Vaugan, Daniel, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva; alih bahasa : Jan

Tamboyang, Braham U. Pendit; editor Y. Joko Suyono. Oftalmologi

Umum, edisi 14. Jakarta: 2000. Hal 95. Widya Medika

4. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi ketiga. Jakarta: 2008. Balai

Penerbit FKUI.

5. Plugfelder, Stephen C et al. Dry Eye and Ocular Surface Disorders. New

york : 2004. Marcell Decker.

6. Mc Fadden, murray. Dry eye Syndrome. Diakses dari http://lasik1.com

pada tanggal 16maret 2013.

7. Anonim. The Definitive Source for Dry Eye Information on Internet.

2008. Diakses dari http://dryeye.org pada tanggal 16maret 2013

8. Anonim. The Anatomy of Evaporative Dry Eye. Diakses dari:

http://tearscience.com pada tanggal 16 maret 2013

9. Sastrawan D, dkk. Standar Pelayanan Medis Mata. Departemen Ilmu

Kesehatan Mata RSUP M. Hoesin. Palembang , 2007 dkk

10. http://emedicine.medscape.com/article/1210417-overview diakses tanggal

17maret 2013

24