Upload
eka-henny-suryani
View
52
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ghgu
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Infeksi susunan saraf pusat sampai sekarang masih merupakan keadaan yang
membahayakan kehidupan anak, dengan berpotensial menyebabkan kerusakan
permanen pada pasien yang hidup. Infeksi ini juga merupakan penyebab tersering
demam disertai tanda dan gejala kelainan susunan saraf pusat pada anak. Infeksi pada
sistem saraf pusat (SSP) dapat dibagi menjadi dua kategori besar: yang utamanya
melibatkan meninges (meningitis) dan terbatas pada parenkim (ensefalitis).24
Kasus meningitis pertana ditemukan oleh Gaspard Vieusseux pada tahun
1805 dengan nama epidemic cerebrospinal fever. Definisi dari meningitis adalah
adanya suatu inflamasi pada leptomeningen, sebagai respons dari adanya infeksi oleh
patogen, hingga dapat mengenai liquor cerebrospinal (LCS). 23 Ditemukan di beberapa
kasus yang cukup parah, peradangan dapat terus berlanjut, hingga mengenai pia mater
atauapun araknoid mater. Sampai saat ini, meningitis tetap dianggap sebagai suatu
kegawat-daruratan pada anak, terutama akibat sekuele neurologis yang dapat bersifat
permanen.8
Insidens tingkat kematian mulai 2% pada infan dan anak-anak dan 30% pada
neonatus. Ketulian atau gejala sisa neurologis jangka panjang dapat di jumpai pada
1/3 kasus dari anak yang bertahan.2 Penyakit meningitis dapat membunuh dalam
hitungan jam dan memakan lebih dari seratus nyawa di UK setiap tahunnya. Hal ini
tidak hanya terkait dengan risiko yang signifikan dari mortalitas, tetapi juga dengan
morbiditas jangka panjang. Mereka yang sembuh dapat mengalami kecacatan yang
secara dramatis mengubah kehidupan mereka, termasuk amputasi, jaringan parut,
defisit sensorik, gangguan intelektual, epilepsi, dan berbagai kurang spesifik kognitif
dan gangguan psikologis.7
Hal-hal penting dalam penanganan meningitis adalah mengidentifikasi dengan
cepat adanya faktor risiko meningitis pada seorang anak. Setelah itu, segera diberikan
penanganan yang tepat, terutama untuk meningitis bakterial. Selain itu, perlu juga
diperiksa status neurologis secara keseluruhan, guna menilai tingkat keparahan
sekuele neurologis.
Referat Meningitis Page 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi
Meningitis adalah peradangan atau inflamasi pada selaput otak (meninges)
termasuk dura, arachnoid dan pia mater yang melapisi otak dan medulla spinalis
yang dapat disebabkan oleh beberapa etiologi (infeksi dan non infeksi) dan dapat
diidentifikasi oleh peningkatan kadar leukosit dalam likuor cerebrospinal (LCS).29
Gambar 1. Meningitis
II.2. Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme , dapat dibagi menjadi
bakteri, virus, dan jamur. Meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur
tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang.10
Referat Meningitis Page 2
II. 3. Insiden dan Epidemiologi
Data WHO menunjukkan bahwa sekitar 1,8 juta kematian anak balita di seluruh
dunia setiap tahun. Lebih dari 700.000 kematian anak terjadi di negara kawasan Asia
tenggara da Pasifik barat. Pada satu penelitian di Amerika, tercatat 55% dari kasus
meningitis terjadi pada anak laki-laki. Meningococcal meningitis umumnya terjadi
antara umur 3 tahun sampai masa pubertas.6
Faktor resiko utama untuk meningitis adalah respons imunologi terhadap
patogen spesifik yang lemah terkait dengan umur muda. Resiko terbesar pada bayi (1
– 12 bulan); 95 % terjadi antara 1 bulan dan 5 tahun, tetapi meningitis dapat terjadi
pada setiap umur. Resiko tambahan adalah kolonisasi baru dengan bakteri patogen,
kontak erat dengan individu yang menderita penyakit invasif, perumahan padat
penduduk, kemiskinan, ras kulit hitam, jenis kelamin laki-laki dan pada bayi yang
tidak diberikan ASI pada umur 2 – 5 bulan. Cara penyebaran mungkin dari kontak
orang ke orang melalui sekret atau tetesan saluran pernafasan.21
I. Anatomi dan Fisiologi Lapisan Otak (Meningens)26
Merupakan selaput atau membrane yang membungkus SSP.
Ada 3 lapisan yang melapisinya :
1. Duramater Encephali
Terdapat 2 lapisan :
Lapisan endosteal : hamper mirip dengan periosteum yang berfungsi
untuk membungkus organ atau tulang
Lapisan meningeal : merupakan durameter yang sebanarnya dan terdiri
atas fibrosa padat dan kuat yang berfungsi untuk melindungi otak dan
medulla spinalis serta menghambat pergeseran otak.
2. Arachnoideamater Encephali
Merupakan membrane impermeabel halus yang meliputi otak, terletak
diantara piamater denagn duramater dan menyerupai sarang laba-laba.
Referat Meningitis Page 3
3. Piamater :
Merupakan lapisan terdalam yang halus dan mengandung banyak
pembuluh darah
Gambar 2 Anatomi Meningen
Likuor Serebro Spinal
LCS memberikan dukungan mekanik pada otak dan bekerja seperti jaket
pelindung dari air. Cairan ini mengontrol eksitabilitas otak dengan mengatur
komposisi ion, membawa keluar metabolit-metabolit (otak tidak mempunyai
pumbuluh limfe), dan memberikan beberapa perlindungan terhadap perubahan-
perubahan tekanan (volume venosus volume cairan cerebrospinal).26
Ciri-cirinya :
Cairannya jernih dan tidak berwarna
Tidak berbau
Mengisi ruang Subarachnoid dan system ventrikel
Fungsi :
Bantalan penahan trauma mekanik
Fungsi nutrisi bagi neuron
Pengangkut sampah metabolisme dari SSP
Komposisi normal :
Volume cairan pada dewasa :
- 70-190 cc ; rata-rata 140 cc
Referat Meningitis Page 4
- 55 cc pad ruang subarachnoid
- 85 cc pada sitem ventrikel
Berat jenis : 1003 - 1008
Ph 7,35
Sel 0-5 /mm3
Glukosa 65 mg/l
Tabel 1. Nilai Normal Cairan Cerebrospinal ano
Macam-macam ventrikel :26
2 ventriculus lateralis ( I & II ) di dalam hemispherri telencephalon
Vebtriculus tertius pd diencephalons
Ventrikulus quartus pada rhombencephalus
LSS dibentuk oleh pleksus choroideus di ventrikel lateral, ventrikel III dan IV (70%)
yang 30% merupakan hasil ekskresi air di kapiler serebral dan proses metabolisme.
Regulasi tekanan LSS terutama diatur dengan absorbsi di villi arachnoid. Dalam
jumlah kecil LSS juga diabsorbsi secara langsung melalui vena pada permukaan otak.
Aliran LLS
Ventrikel lateralis ventrikel tertius ventrikel quartus ventrikel III ventrikel
IV subarachnoid aliran darah.
II. 4. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi bebrapa golongan yaitu :12
1. Meningitis serosa
Referat Meningitis Page 5
Radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang
jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab
lainnya lues, Virus,Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2. Meningitis purulenta
Radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan
medula spinalis.Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis(meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenzae,Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
3. Meningitis Tuberkulosis Generalisata
Gejala : demam, mudah kesal, obstipasi, muntah- muntah, ditemukan
tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk, suhu badan naik turun,
nadi sangat labil/lambat,hipertensi umum, abdomen tampak mencekung,
gangguan saraf otak. Penyebab : kuman mikobakterium tuberkulosa varian
hominis.
4. Meningitis Kriptikokus
Meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus. Jamur ini bisa masuk
ke tubuh kita saat kita menghirup debu atau kotoran burung yang kering.
Kriptokokus ini dapat menginfeksikan kulit, paru, dan bagian tubuh lain.
Meningitis Kriptokokus ini paling sering t e r j ad i pada o r ang
dengan CD4 d i bawah 100 . D iagnos i s : Da rah a t au ca i r an
sumsum tu l ang belakang dapat dites untuk kriptokokus dengan dua
cara. Tes yang disebut ‘CRAG’ mencari antigen (protein) yang dibuat
oleh kriptokokus. Tes ‘biakan’ mencoba menumbuhkan jamur
kriptokokus dari contoh cairan. Tes CRAG cepat dilakukan dan dapat memberi
hasi l pada hari yang sama. Tes biakan membutuhkan waktu satu
minggu atau lebih untuk menunjukkan hasil positif
5. Viral meningitis
Termasuk penyakit ringan. Gejalanya mirip dengan sakit flu biasa, dan
umumnya penderita dapat sembuh sendiri. Frekuensi viral meningitis biasanya
meningkat di musim panaskarena pada saat itu orang lebih sering terpapar agen
pengantar virus. Banyak virus yang bisamenyebabkan viral meningitis. Antara
lain virus herpes dan virus penyebab flu perut.12
6. Bacterial meningitis
Referat Meningitis Page 6
Disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan penyakit yang serius.
Salah satu bakterinya adalah meningococcal bacteria Gejalanya seperti timbul
bercak kemerahan atau kecoklatanpada kulit. Bercak ini akan berkembang
menjadi memar yang mengurangi suplai darah ke organ-organ lain dalam tubuh
dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian.12
II.5. Patofisiologi
Mekanisme invasi bakteri ke selaput otak dan ruang arakhnoid belum diketahui
secara pasti, namun banyak kasus meningitis diawali oleh infeksi primer seperti
nasofaringitis, otitis media dan miokarditis yang menunjukakn bahwa meningitis
adalah infeksi sekunder yang terjadi secara hematogen ataupun perkontinuitatum.10
Invasi kuman-kuman (meningokokus, pneumokokus, hemofilus influenza,
streptokokus) ke dalam ruang subarakhnoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan
arakhnoid, CSS dan sistem ventrikulus.10
Jika bakteri patogen dapat memasuki ruang subarakhnoid, berarti mekanisme
pertahanan tubuh yang menurun. Pada umumnya didalam cairan serebrospinal yang
normal tidak ditemukan bakteri dan komplemen lainnya. Namun paba meningitis atau
peradangan pada selaput otak ditemukan bakteri dan peningkatan komplemen dalam
cairan serebrospinal. Konsenterasi komplemen ini memegang peranan penting dalam
opsoniasi dari Encapsuled Meningeal Patogen, suatu proses yang penting untuk
terjadinya fagositosis.2
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan seang mengalami
hiperemi akibat inflaasi yang disebabkan oleh bakterimia, dan dalam waktu yang
sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit polimormonuklear ke dalam ruang
subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi pembentukan
limfosit dalam minggu kedua sel-sel plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua
lapisan, bagian luar mengandung leukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di
lapisan dalam terdapat makrofag.10
Infeksi di tempat lain; peradangan organ/jaringan di dekat
-nasofaring selaput otak;
Referat Meningitis Page 7
-paru-parupneumonia,bronkopneumonia - abses otak,otitis media,mastoiditis
-jantungendokarditis -trombosis sinus kavernosus
Menyebar secara hematogen menyebar secara perkontinuitatum
Invasi kuman
Ke ruang subaraknoid
Reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS dan system ventrikulus
manifestasi
Pembuluh darah meningeal yang kecil hiperemi
Penyebaran sel-sel leukosit pmn ke ruang subaraknoid
Bentuk eksudat
komplikasi
Kelainan nervi kraniales (N.III, N.IV, N.VI, N.VII, VIII)
Hambatan aliran dan absorpsi CSS hidrosefalus komunikans
II. 6. Manifestasi Klinis
Meningitis mempunyai karakteristik yakni onset yang mendadak dari demam,
sakit kepala dan kaku leher (stiff neck). Biasanya juga disertai beberapa gejala
lain, seperti :12
Mual
Muntah
Fotofobia (sensitif terhadap cahaya)
Perubahan atau penurunan kesadaran
a. Meningitis Bakterial
Meningitis pada bayi baru lahir dan prematur sangat sulit didiagnosis,
gambaran klinis sangat kabur dan tidak khas. Demam pada meningitis bayi baru
lahir hanya terjadi pada ½ dari jumlah kasus. Biasanya pasien tampak lemas dan
malas, tidak mau makan, muntah-muntah, kesadaran menurun, ubun-ubun besar
Referat Meningitis Page 8
tegang dan membonjol, leher lemas, respirasi tidak teratur, kadang-kadang disertai
ikterus kalau sepsis. Secara umum apabila didapatkan sepsis pada bayi baru lahir
kita harus mencurigai adanya meningitis.10
Bayi berumur 3 bulan – 2 tahun jarang memberi gambaran klasik meningitis.
Biasanya manifestasi yang timbul hanya berupa demam, muntah, gelisah, kejang
berulang, kadang-kadang didapatkan pula high pitch cry (pada bayi). Tanda fisik
yang tampak jelas adalah ubun-ubun tegang dan membonjol, sedangkan tanda
Kernig dan Brudzinsky sulit di evaluasi. Oleh karena insidens meningitis pada
umur ini sangat tinggi, maka adanya infeksi susuan saraf pusat perlu dicurigai pada
anak dengan demam terus menerus yang tidak dapat diterangkan penyebabnya.
Pada anak besar dan dewasa meningitis kadang-kadang memberikan
gambaran klasik. Gejala biasanya dimulai dengan demam, menggigil, muntah dan
nyeri kepala. Kadang-kadang gejala pertama adalah kejang, gelisah, gangguan
tingkah laku. Penurunan kesadaran seperti delirium, stupor, koma dapat juga
terjadi. Tanda klinis yang biasa didapatkan adalah kaku kuduk, tanda Brudzinski
dan Kernig. Nyeri kepala timbul akibat inflamasi pembuluh darah meningen,
sering disertai fotofobia dan hiperestesi, kaku kuduk disertai rigiditas spinal
disebabkan karena iritasi meningen serta radiks spinalis.4
Kelainan saraf otak disebabkan oleh inflamasi lokal pada perineurium, juga
karena terganggunya suplai vaskular ke saraf. Saraf – saraf kranial VI, VII, dan IV
adalah yang paling sering terkena. Tanda serebri fokal biasanya sekunder karena
nekrosis kortikal atau vaskulitis oklusif, paling sering karena trombosis vena kortikal.
Vaskulitis serebral menyebabkan kejang dan hemiparesis.24
Manifestasi Klinis yang dapat timbul adalah:4
1. Gejala infeksi akut.
a. Lethargy.
b. Irritabilitas.
c. Demam ringan.
d. Muntah.
e. Anoreksia.
f. Sakit kepala (pada anak yang lebih besar).
g. Petechia dan Herpes Labialis (untuk infeksi Pneumococcus).
2. Gejala tekanan intrakranial yang meninggi.
a. Muntah.
Referat Meningitis Page 9
b. Nyeri kepala (pada anak yang lebih besar).
c. Moaning cry /Tangisan merintih (pada neonatus)
d. Penurunan kesadaran, dari apatis sampai koma.
e. Kejang, dapat terjadi secara umum, fokal atau twitching.
f. Bulging fontanel /ubun-ubun besar yang menonjol dan tegang.
g. Gejala kelainan serebral yang lain, mis. Hemiparesis, Paralisis,
Strabismus.
h. Crack pot sign.
i. Pernafasan Cheyne Stokes.
j. Hipertensi dan Choked disc papila N. optikus (pada anak yang lebih
besar).
3. Gejala ransangan meningeal.
a. Kaku kuduk positif.
b. Kernig, Brudzinsky I dan II positif. Pada anak besar sebelum gejala di
atas terjadi, sering terdapat keluhan sakit di daerah leher dan
punggung.
Pada anak dengan usia kurang dari 1 tahun, gejala meningeal tidak dapat
diandalkan sebagai diagnosis. Bila terdapat gejala-gejala tersebut diatas, perlu
dilakukan pungsi lumbal untuk mendapatkan cairan serebrospinal (CSS).
Gambar 3. Tanda Brudzinski Gambar 4. Tanda Kernig
Referat Meningitis Page 10
Gambar 5. Manifestasi klinis pada bayi / neonatus
Gambar 6. Manifestasi klinis pada anak dan dewasa
b. Meningitis Tuberkulosis
Secara klinis kadang-kadang belum terdapat gejala meningitis nyata walaupun
selaput otak sudah terkena. Hal demikian terdapat apda tuberlukosis miliaris sehingga
pada penyebaran miliar sebaiknya dilakukan pungsi lumbal walaupun gejala
meningitis belum tampak. 22
1. Stadium prodromal
Gejala biasanya didahului oleh stadium prodromal berupa iritasi selaput
otal. Meningitis biasanya mulai perlahan-lahan tanpa panas atau hanya
terdapat kenaikan suhu ringan, jarang terjadi akut dengan panas tinggi. Sering
di jumpai anak mudah terangsang (iritabel) atau anak menjadi apatis dan
Referat Meningitis Page 11
tidurnya sering terganggu. Anak besar dapat mengeluh nyeri kepala. Malaise,
snoreksia, obstipasi, mual dan muntah juga sering ditemukan. Belum tampak
manifestasi kelainan neurologis.22
2. Stadium transisi
Stadium prodromal disusul dengan stadium transisi dengan adanya
kejang. Gejala diatas menjadi lebih berat dan muncul gejala meningeal, kaku
kuduk dimana seluruh tubuh mulai menjadi kaku dan opistotonus. Refleks
tendon menjadi lebih tinggi, ubun-ubun menonjol dan umumnya juga terdapat
kelumpuhan urat saraf mata sehingga timbul gejala strabismus dan nistagmus.
Sering tuberkel terdapat di koroid. Suhu tubuh menjadi lebih tinggi dan
kesadaran lebih menurun hingga timbul stupor. Kejang, defisit neurologis
fokal, paresis nervus kranial dan gerakan involunter (tremor, koreoatetosis,
hemibalismus).22
3. Stadium terminal
Stadium terminal berupa kelumpuhan kelumpuhan, koma menjadi lebih
dalam, pupil melebar dan tidak bereaksi sama sekali. Nadi dan pernafasan menjadi
tidak teratur, kadang-kadang menjadi pernafasan Cheyne-Stokes (cepat dan
dalam). Hiperpireksia timbul dan anak meninggal tanpa kesadarannya pulih
kembali.22
c. Meningitis Viral
Biasanya gejala dari meningitis viral tidak seberat meningitis dan dapat
sembuh alami tanpa pengobatan yang spesifik. Umumnya permulaan penyakit
berlangsung mendadak, walaupun kadang-kadang didahului dengan panas selama
beberapa hari. Gejala yang ditemukan pada anak besar ialah panas dan nyeri kepala
mendadak yang disertai dengan kaku kuduk. Gejala lain yang dapat timbul ialah nyeri
tenggorok, nausea, muntah, penurunan kesadaran, nyeri pada kuduk dan punggung,
fotophobia, parestesia, myalgia. Gejala pada bayi tidak khas. Bayi mudah terangsang
dan menjadi gelisah. Mual dan muntah sering dijumpai tetapi gejala kejang jarang
didapati. Bila penyebabnya Echovirus atau Coxsackie, maka dapat disertai ruam
dengan panas yang akan menghilang setelah 4-5 hari. Pada pemeriksaan ditemukan
kaku kuduk, tanda Kernig dan Brudzinski kadang-kadang positif.28
Variasi lain dari infeksi viral dapat membantu diagnosis, seperti :
Gastroenteritis, rash, faringitis dan pleurodynia pada infeksi enterovirus
Referat Meningitis Page 12
Manifestasi kulit, seperti erupsi zoster, makulopapular rash dari campak dan
enterovirus, erupsi vesikular dari herpes simpleks dan herpangina dari infeksi
coxsackie virus A
Faringitis, limfadenopati dan splenomegali mengarah ke infeksi EBV
Immunodefisiensi dan pneumonia, mengarah ke infeksi adenovirus, CMV atau
HIV
Parotitis dan orchitis ke arah virus Mumps
d. Meningitis Jamur
Gejala klinis dari meningitis jamur sama seperti meningitis jenis lainnya;
namun, gejalanya sering timbul bertahap. Sebagai tambahan dari gejala klasik
meningitis seperti sakit kepala, demam, mual dan kekakuan leher, orang dengan
meningitis jamur juga mengalami fotofobia, perubahan status mental, halusinasi dan
perubahan personaliti.2
II. 7. Diagnosis
Adanya gejala-gejala seperti panas yang mendadak yang tidak diketahui
etiologinya , letargi, muntah, kejang dan gejala lainnya harus dipikirkan
kemungkinan meningitis. Diagnosis pasti untuk meningitis mutlak harus dengan
pemeriksaan cairan serebrospinal dengan pungsi lumbal. Namun jika terdapat
tanda peningkatan intra kranial berupa kesadaran menurun, sakit kepala, papil
edem dan muntah maka harus penggunaan pungsi lumbal harus dengan hati-hati
atau tidak sama sekali, karena akan menyebabkan herniasi serebelum dan batang
otak akibat dekompresi dibawa foramen magnum.9
Untuk menentukan diagnosis meningitis dilakukan tes laboratorium.Tes ini
memakai darah atau cairan sumsum tulang belakang. Cairan sumsum tulang
belakang diambil dengan proses yang disebut pungsi lumbal (lumbar puncture
atau spinal tap). Hasil lumbal pungsi, ditemukan hitung leukosit > 1.000/mm3.
Kekeruhan CSS terlihat leukosit pada CSS melampaui 200 – 400/mm3. Normal
pada neonatus hanya 30 leukosit/mm3. Sedangkan pada anak-anak < 5
leukosit/mm. Pada CSS dilakukan pemeriksaan terhadap adanya bakteri, jumlah
sel, protein dan glukosa level. Pada pemeriksaan bakteri dapat ditemukan cairan
jernih dengan beberapa sel mengandung banyak bakteri, yaitu sekitar 80% pada
bayi dengan diagnosa meningitis. Jumlah sel dalam CSS > 60/µl dan yang
Referat Meningitis Page 13
terbanyak adalah sel neutrofil. Konsentrasi protein yang meningkat dan
penurunan glukosa juga dapat ditemukan. Kadar protein normal pada neonatus
dapat mencapai 150 mg/dl, terutama pada bayi prematur. Pada meningitis kadar
proteinnya dapat mencapai beberapa ratus sampai beberapa ribu mg/dl. Kadar
glukosanya kurang dari 40 mg/dl dan 50% lebih rendah dari glukosa darah yang
waktu pengambilan darahnya bersamaan dengan pengambilan likuor.9
Skema Meningitis2
Pemeriksaan sediaan apus likuor dengan pewarnaan gram dapat menduga
penyebab meningitis serta diagnosis meningitis dapat segera ditegakkan.
Biakan dari bagian tubuh lainnya seperti aspirasi cairan selulitis atau abses,
usapan dari kotoran mata yang purulen, sekret di umbilikus, dan luka
sebaiknya dilakukan pula, mengingat mikroorganisme pada bahan tersebut
mungkin sesuai dengan penyebab meningitis. Pada bayi usia 1 bulan jumlah
leukosit berkisar antara 0-5 sel/mL, banyak kasus pada neonatus ditemukan
peningkatan jumlah leukosit dengan polymorphonuclear (PMN) leukosit lebih
dominan. Kultur darah pada meningitis bakterial mempunyai nilai positif pada
85% kasus neonatus.9
II.8. Diagnosis Banding 24
a. Abses otak
b. Encephalitis
c. Herpes Simplex
Referat Meningitis Page 14
WarnaTekanan
Eritrosit LekositProtein Glukosa
d. Herpes Simplex Encephalitis
e. Neoplasma
f. Kejang demam
g. Subarachnoid Hemorrhage
II. 9. Penatalaksanaan
a. Meningitis bakterial :
Meningitis pada bayi dan anak dengan sistem imun yang baik, untuk
S.pneumonia, M.meningitidis dan H.influenza. 19
– Cephalosporin generasi III: Cefotaksim 200mg/kgBB/24jam dibagi 4
dosis atau
– Ceftriakson 100mg/kgBB/24jam dosis tunggal atau
– Ceftriakson 50mg/kgBB/12 jam
– Kombinasi dengan Vankomycin 60mg/kgBB/hari dalam 4 dosis.
Lama terapi antibiotik
– S.pneumonia sensitif penisilin: dengan cephalosporin generasi III atau
penicillin IV dosis 300.000 U/kg/24jam dalam 4-6 dosis selama 10-14
hari,
– Jika resisten: Vankomycin
– N.meningitidis: Penicillin IV u/ 5-7 hari
– H.influenza type B tanpa komplikasi:7-10 hari
Terapi Deksametason
Studi eksperimen mendapatkan bahwa pada hewan dengan meningitis bakterial yang
menggunakan deksametason menunjukkan perbaikan proses inflamasi, penurunan
edema serebral dan tekanan intrakranial dan lebih sedikit didapatkan kerusakan otak.19
Begitu juga pada penelitian bayi dan anak dengan meningitis H.infulenzae tipe
B yang mendapat terapi deksametason menunjukkan penurunan signifikan insidens
gejala sisa neurologis dan audiologis, dan juga terbukti memperbaiki gangguan
pendengaran. Oleh karena itu IDSA merekomendasikan penggunaan deksametason
pada kasus meningits oleh H.influenza tipe B 10 – 20 menit sebelum atau saat
pemberian antibiotik dengan dosis 0,15 – 0,6 mg/kg setiap 6 jam selama 2-4 hari.19
Referat Meningitis Page 15
b. Meningitis tuberkulosa :
OAT PO atau parenteral6
– Multi drug treatment dengan OAT (INH, Rifampisin, Pirazinamid)
– Bila berat dapat + Etambutol/ Streptomycin
– Pengobatan minimal 9 bulan
INH
– Bakteriosid & bakteriostatik
– Dosis 10-20mg/kgBB/hari max. 300mg/hari PO
– Komplikasi : Neuropati perifer, dpt dicegah dg Piridoksin 25-
50mg/hari
– INH + Rifampisin : Hepatotoksik
Rifampisin
– Bakteriostatik
– Dosis 10-20mg/kgBB/hari PO AC
– Menyebabkan urin merah
– Efek samping : Hepatitis, kelainan GIT, trombositopenia
Pirazinamid
– Bakteriostatik
– Dosis 20-40mg/kgBB/hari PO atau
– 50-70 mg/kgBB/minggu dibagi dalam 2-3 dosis PO selama 2 bulan
Etambutol
– Bakteriostatik
– Dosis 15-25mg/kgBB/hari PO atau
– 50mg/kgBB/minggu dibagi dalam 2 dosis PO
– Efek samping : Neuritis optika, atrofi optik
Referat Meningitis Page 16
Rehabilitasi: Fisioterapi & penanganan lanjut bila ada komplikasi6
Diet : Tinggi Kalori Tinggi Protein
Konsultasi dokter spesialis saraf
Konsultasi bedah saraf (bila ada hidrosefalus)
c. Meningitis Virus
Istirahat dan pengobatan simptomatis. Likuor serebrospinalis yang
dikeluarkan untuk keperluan diagnosis dapat mengurangi gejala nyeri kepala.15
Pengobatan simptomatis
· Menghentikan kejang :
Diazepam 0,2-0,5 mg/KgBB/dosis IV atau 0,4-0,6 mg/KgBB/dosis rektal
suppositoria, kemudian dilanjutkan dengan :
Phenytoin 5 mg/KgBB/hari IV/PO dibagi dalam 3 dosis atau
Phenobarbital 5-7 mg/Kg/hari IM/PO dibagi dalam 3 dosis
Menurunkan panas :
Antipiretika : Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 5-10
mg/KgBB/dosis PO diberikan 3-4 kali sehari
Kompres air hangat/biasa
Pengobatan suportif
Cairan intravena
Oksigen. Usahakan agar konsentrasi O2 berkisar antara 30-50%.16
Referat Meningitis Page 17
II.10. Komplikasi
a. Kejang
Kejang merupakan komplikasi yang penting, sangat ditakutkan oleh
keluarga pasien, dan insidensinya cukup tinggi (hampir 1 dari 5 pasien).
Kemungkinan kejang lebih tinggi pada anak berusia kurang dari 1 tahun,
mencapai 40$. Pada pasien yang sampai di fase kejang ini, biasanya aka nada
komplikasi neurologis yang sifatnya dapat menjadi permanen.8
b. Edema serebral
Komplikasi ini paling sering terjadi pada kasus-kasus meningitis bakterial.
Serta merupakan penyebab kematian yang penting.11
c. Kelumpuhan saraf kranial dan infark serebri
Kelumpuhan saraf kranial serta terganggunya aliran darah, merupakan
sekunder dari adanya peningkatan tekanan intrakranial. Pada beberapa kasus
yang cuku parahm pungsi lumbal mungkin diperlukan untuk mengurangi
tekanan intrakranial. 11
Pada infark serebri, terjadi pembengkakan sel endotel dan proliferasi ke
dalam lumen pembuluh darah, serta infiltrasi dinding pembuluh darah oleh sel-
sel inflamasi. Secara umum, infark diakibatkan oleh thrombosis pembuluh
darah, dengan vena lebih sering terkena dibandingkan arteri.
d. Efusi Subdural
Pada setiap kasus meningitis, harus dipikirkan akan adanya kemungkinan
efusi subdural, terutama pada kasus dengan demam terus menerus selama 72
jam, walaupun telah diberikan pengobatan yang adekuat. Selain itu, pasien yang
berpredileksi mengalami komplikasi efusi subdural, biasanya mengeluhkan
ubun-ubun yang besar dan membenjol, timbul kelainan neurologis fokal, serta
muntah proyektil. Selanjutnya efusi subdural memiliki 3 kemungkinan, yaitu
kering sendiri (bila jumlahnya sedikit), menetap ataupun bertambah banyak, dan
menjadi empyema.15
Pengobatan efusi subdural, masih kontroversial, tetapi biasanya dilakukan
tap subdural apabila terjadi penekanan jaringan otak, demam yang menetap, dan
penurunan kesadaran tanpa perbaikan. Jika setelah 2 minggu, tetap tidak kering,
pasien perlu dikonsulkan ke bedah saraf, untuk mendapatkan penanganan lebih
lanjut.15
Referat Meningitis Page 18
e. Gangguan cairan dan elektrolit
Komplikasi ini paling sering ditemukan pada meningitis bakterial, kadang
disertai dengan hypervolemia, oliguria, gelisah, iritabel, dan kejang. Hal ini
diakibatkan oleh sekresi anti-diuretic hormone yang berlebihan. Oleh karena
itu, harus dipastikan bahwa dilakukan cek elektrolit yang rutin pada pasien
meningitis.15
II.11. Prognosis
Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme spesifik yang
menimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam selaput otak, jenis meningitis
dan lama penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia neonatus, anak-anak
dan dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin jelek, yaitu dapat menimbulkan
cacat berat dan kematian. Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan
mortalitas meningitis purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat akan
mengalami sequelle (akibat sisa). Lima puluh persen meningitis purulenta
mengakibatkan kecacatan seperti ketulian, keterlambatan berbicara dan gangguan
perkembangan mental, dan 5 – 10% penderita mengalami kematian.11
II.12. Pencegahan
a. Imunisasi
Vaksin meningokokus sangat penting untuk epidemis controling di negara yang
selalu terdapat infeksi meningokokus grup A, dengan epidemic setiap beberapa tahun.
Imunitas yang didapat tidak bertahan selamanya dan akan berkurang dalam 3-5 tahun
setelah vaksinasi. Polisakarida grup C menghasilkan respon imun yang lebih rendah
pada anak dibawah usia 2 tahun. Imunoprofilaksis terhadap infeksi meningokokus
menggunakan vaksin polisakarida kuadrivalent (serogrup A, C, Y dan W 135). Pada
bayi, hanya komponen vaksin meningokokus grup A yang menghasilkan pritektif
antibodi. Vaksinasi hanya direkomendasikan untuk individu dengan resiko tinggi,
termasuk pengunjung negara dengan penyakit endemik atau epidemik.18
Pada negara berkembang, penyebab infeksi meningokokus adalah grup B.
Kapsul polisakarida dari organisme ini mempunyai imunogenisitas yang sangat
rendah, sebab antibodi anti-B polisakarida tidak bersifat bakterisidal didalam
komplemen manusia. Untuk meningkatkan imunogenisitas dari polisakarida serogrup
Referat Meningitis Page 19
B, telah dikembangkan suatu polisakarida protein konyugat vaksin yang serupa
dengan protein konyugat vaksin H. Influenza tipe B.5
b. Kemoprofilaksis
Resiko dari meningitis pada kontak keluarga sekitar 4 : 100, kurang lebih 500-
1000 kali lipat dibandingkan dengan populasi secara umum dan resiko akan
meningkat pada anak-anak. Resiko untuk terkena meningitis menjadi tinggi segera
setelah kontak dengan penderita, diman kebanyakan kasus timbul pada minggu
pertama setelah kontak, paling lambat dua bulan. Pada kasus degan penderita,
secepatnya harus diberikan kemoprofilaksis. Kontak didefinisikan sebagai keluarga,
perawat yang kontak dengan sekret oral dari pasien dan petugas kesehatan yang
melakukan tindakan resusitasi mouth to mouth secara langsung.13
Kemoprofilaksis meningitis meningokokus
ANTIBIOTIK DOSIS
Rifampin (oral) Dewasa: 600 mg setiap 12 jam selama 2 hari
Anak > 1 tahun : 10 mg/kgBB setiap 12 jam selama 2
hari
Anak < 1 tahun : 5 mg/kgBB setiap 12 jam selama 2
hari
Ceftriaxone (IM) Dewasa : 250 mg
Anak : 125 mg
Ciprofloxasin (oral) 750 mg
Sulfisoxazole (oral) Dewasa : 1 g setiap 12 jam selama 2 hari
Anak 1-12 tahun : 500 mg setiap 12 jam selama 2 hari
Anak < 1 tahun : 500 mg selama 2 hari
Referat Meningitis Page 20
BAB III
KESIMPULAN
Meningitis merupakan infeksi pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh
bakteri, virus, dan jamur. Hal ini dapat membahayakan kehidupan anak, karena
menyebabkan kerusakan permanen pada penderita yang hidup. Insidens meningitis
sangat bervariasi. Amat bergantung kepada tingkat sosio ekonomi dan kesehatan
masyarakat, umum, status gizi serta faktor genetik yang menentukan respon imun
seseorang.
Infeksi ini disertai dengan frekuensi komplikasi akut dan resiko morbiditas
kronis yang tinggi. Klinis meningitis dan pola pengobatannya selama masa neonatus
(0 – 28 hari) biasanya berbeda dengan polanya pada bayi yang lebih tua dan anak –
anak. Meningitis dapat terjadi karena infeksi virus, bakteri, jamur maupun parasit.
Meskipun demikian, pola klinis meningitis pada masa neonatus dan pasca – neonatus
dapat tumpang tindih, terutama pada penderita usia 1 – 2 bulan dimana Streptococcus
group B, H. influenzae tipe B, meningococcus, dan pneumococcus semuanya dapat
menimbulkan meningitis.
Gejala – gejala pada meningitis adalah : nyeri kepala, nausea, muntah,
anoreksia, gelisah dan iritabilitas. Sayangnya, kebanyakan dari gejala – gejala ini
sangat tidak spesifik. Tanda – tanda infeksi sistem saraf pusat yang lazim, disamping
demam adalah : fotofobia, nyeri dan kekakuan leher, kesadaran kurang, stupor, koma,
kejang – kejang dan defisit neurologis setempat. Keparahan dan tanda – tanda
ditentukan oleh patogen spesifik, hospes dan penyebaran infeksi secara anatomis
Diagnosis meningitis pada pasien dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan fisik serta penunjang yang dilakukan pada pasien. Pada pasien
didapatkan keluhan demam yang berlangsung selama 5 hari, merupakan salah satu
keluhan atau gejala pada meningitis, selain demam juga didapatkan adanya keluhan
mual tapi tidak sampai muntah ini menunjukkan adanya peningkatan tekanan
intrakranial pada pasien: Agen penyebab → reaksi local pada meninges → inflamasi
Referat Meningitis Page 21
meninges → pe ↑ permiabilitas kapiler → kebocoran cairan dari intravaskuler ke
interstisial → pe ↑ volume cairan interstisial → edema → Postulat Kellie Monroe,
kompensasi tidak adekuat → pe ↑ TIK.
Penyakit ini menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang cukup
signifikan, di seluruh dunia. Oleh karena ini, keadaan ini harus ditangani sebagai
suatu emergensi. Penatalaksanaan pada penderita meningitis harus tepat dan adekuat
tergantung penyebab terjadinya meningitis. Selain itu, penting juga untuk memantau
ketat tumbuh kembang pasien yang sembuh dari meningitis. Prognosisnya tergantung
pada faktor stadium penyakit saat pengobatan dan umur pasien, Kurang lebih 18%
dari yang bertahan hidup mempunyai neurologis normal.
Referat Meningitis Page 22
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Pediatrics. Meningococcal infections. In: Pickering LK,
Baker CJ, Long SS, McMillan JA, eds. Red Book: 2006Report of the
Committee on Infectious Diseases. 27th ed. Elk Grove Village, Ill: American
Academy of Pediatrics; 2006: p.452–560
2. Anonim, meningitis bakterialis (online) 2010. Available from URL
http://www.medicastore.com diakses tanggal 27 agustus 2015.
3. Anonim, meningitis kronis (online) 2010. Available from URL
http//www.medicastore.com diakses tanggal 27 agustus 2015.
4. Anonymous. Meningitis. Centers for Disease Control and Prevention.
Updated: August 6th, 2009 Available from :
http://www.cdc.gov/meningitis/about/causes.html. Accessed August 29th, 2015.
5. Anonymous. Meningitis. Centers for Disease Control and Prevention.
Updated: August 6th, 2009 Available from :
http://www.cdc.gov/meningitis/about/ prevention.html. Accessed August 1st,
2015.
6. Assis Aquino Gondim de F, Meningoccocal Meningitis (agustus 2009).
Available from URL http//www.madscape.com diakses tanggal 29 Agustus
2015.
7. Backgroud to desease. Last updated 2006. Available from
http://www.ocbmedia.com/meningitis/background.php
8. Fenichel GM. Clinical Pediatric Neurology. 5th edition. Philadelphia: Elsevier
saunders; 2005
9. Gilroy, John Basic Neurology, Mc Graw Hill. USA, 1997 Hauser,Stephen,L
(ed). Harrison’s , Neurology in Clinical Medicine . Mc Graw Hill, Philadelphia,
2005
10. Harsono. Buku Ajae Neurologi Klinis cetakan ke-4. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press. 2008. Hal 161-168, 181-187
Referat Meningitis Page 23
11. http://www.emedicine.com/EMERG/topic
12. Israr,Y.A.Meningitis. 2008. http://yayanakhyar.files.wordpress.com meningitis.pdf
13. Japardi j, Meningitis Meningoccocal. Medan : Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara : 2002. Available from URL http//ww w.
Bedahiskandarjapari23.com diakses tanggal 27 Agustus 2015.
14. Latief A, Napitupulu PM, Pudjiadi A, Ghazali MV, Putra ST. Dalam: Hassan
R, AlatasH, editor. Infeksi. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid kedua.
Cetakan Kesebelas. Jakarta: Percetakan Info Medika. 1985: h.549-659.
15. Mann K, Jackson MA. Meningitis. Pediatr. Rev. 2008; 29: p.417-430.
16. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta : Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran UI. 2000. Hal 11- 16
17. Markum A. H, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Jakarta : Balai penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2002. Hal 327-3
18. Meningitis Bakterial. Medical journal, 29 juni 2000
19. Muller ML, dkk. Pediatric Bacterial Meningitis. May 11th, 2011. Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/961497-overview. Accessed
August 29th, 2015.
20. Nelson W. Ilmu Kesehatan Anak Vol. 2 Jakarta : ECG. 2009. Hal 655
21. Prober CG. Central Nervous System Infection. Dalam : Behrman, Kliegman,
Jenson, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia:
Saunders; 2004. h. 2038-47
22. Pudjiadi AH,dkk. Ed. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jilid 1. Jakarta : Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia;
2010. h. 189-96.
23. Razonable RR, dkk. Meningitis. Updated: Mar 29th, 2011. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/ 232915-overview. Accessed August
29th,2015.
24. Saharso D, dkk. Infeksi Susunan Saraf Pusat. Dalam : Soetomenggolo TS,
Ismael S, penyunting. Buku Ajar Neurologi Anak. Jakarta: BP IDAI; 1999. h.
40-6, 339-71
Referat Meningitis Page 24
25. Saharso D, dkk. Infeksi Susunan Saraf Pusat. Dalam : Soetomenggolo TS,
Ismael S, penyunting. Buku Ajar Neurologi Anak. Jakarta: BP IDAI; 1999. h.
40-6, 339-71
26. Snell, Richard S. Neuroanatomi Klinik edisi 5.EGC. jakarta:2007
27. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2.
Jakarta: Bagian Kesehatan Anak FKUI; 1985. h.558-65, 628-9.
28. Staf pengajat Ilmu Kesahatan Anak FK-UI, Meningitis Purulenta. Buku Kuliah
Ilmu Kesehatan Anak Vol. 2 editor : Rusepno Hasan, et al. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta. Hal 558-9.
29. Tan TQ. Meningitis. In : Perkin RM, Swift JD, Newton DA, penyunting.
Pediatric Hospital Medicine, textbook of inpatient management. Philadelphia :
Lippincott Williams & Wilkins; 2003. h. 443-6.
Referat Meningitis Page 25