55
REFERAT TRAUMA MATA Oleh M. Ferry Nu Abadi, S.Ked 102011101021 Endivia Rizki M, S.Ked 102011101046 Pembimbing: dr. Bagas Kumoro, Sp. M SMF/ LAB ILMU KESEHATAN MATA RSD DR. SOEBANDI/FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

Referat Evi Dan Ferry

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat

Citation preview

Page 1: Referat Evi Dan Ferry

REFERAT

TRAUMA MATA

Oleh

M. Ferry Nu Abadi, S.Ked 102011101021

Endivia Rizki M, S.Ked 102011101046

Pembimbing:

dr. Bagas Kumoro, Sp. M

SMF/ LAB ILMU KESEHATAN MATA

RSD DR. SOEBANDI/FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014

Page 2: Referat Evi Dan Ferry

REFERAT

TRAUMA MATA

Oleh

M. Ferry Nu Abadi, S.Ked 102011101021

Endivia Rizki M, S.Ked 102011101046

Pembimbing:

dr. Bagas Kumoro, Sp. M

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Dokter Muda

di SMF/LAB Ilmu Kesehatan Mata RSD dr. Soebandi Jember

SMF/ LAB ILMU KESEHATAN MATA

RSD DR. SOEBANDI/FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014

Page 3: Referat Evi Dan Ferry

3

BAB 1

PENDAHULUAN

Walaupun mata mempunnyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga

orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar,selain terdapatnya refleks memejam

atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat

mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata serta rongga orbita.

Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga

mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata memerlukan perawatan yang

tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan

kebutaan.

Trauma pada mata dapat mengenai jaringan di bawah ini secara terpisah atau

menjadi gabungan trauma jaringan mata. Trauma dapat mengenai jaringan mata:

palpebrae, konjungtiva, cornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik, dan orbita.

Trauma mata merupakan keadaan gawat darurat pada mata.

Trauma mata sering merupakan penyebab kebutaan unilateral pada anak dan

dewasa muda; kelompok usia ini mengalami sebagian besar cedera mata yang parah.

Segala umur dapat terkena rudapaksa mata walaupun beberapa kelompok umur

tersering terkena (50 %) yaitu umur kurang dari 18 tahun (di USA). Dewasa muda-

terutama pria-merupakan kelompok yang kemungkinan besar mengalami cedera

tembus mata. Kecelakaan dirumah, kekerasan, ledakan aki, cedera akibat olahraga

dan kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan-keadaan yang paling sering

menyebabkan trauma mata.

Trauma pada mata sering mengalami kesukaran dalam menilai kerusakan yang

diakibatkannya. Kadang-kadang pukulan mempunyai kesan tidak keras dan

kerusakan matapun sepintas lalu tidak nampak. Tetapi ternyata membawa akibat berat

bahkan sampai timbul kebutaan. Memang keadaan ini sering mengherankan terutama

3

Page 4: Referat Evi Dan Ferry

4

bagi para sejawat bukan dokter mata, oleh karena memang tidak mempunyai

perlengkapan atau perhatian yang cukup untuk menemukan kerusakan yang

diakibatkannya. Bahkan bagi dokter mata sendiri kadang-kadang mengalami

kesulitan atau tidak menduga adanya kelainan yang dapat membawa kebutaan.

Untunglah bola mata , mendapat perlindungan yang cukup baik oleh kelopak

mata, tulang mata, rima orbita, jaringan orbita, kedipan kelopak mata, gerakan

menghindari dari kepala, alis mata, gerakan dari bola mata ke atas.

Sebaiknya bila ada trauma mata segera dilakukan pemeriksaan dan pertolongan

karena kemungkinan fungsi penglihatan masih dapat dipertahankan.

4

Page 5: Referat Evi Dan Ferry

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi

Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata

menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang

dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera

dihantarkan ke otak. Di sini akan di bahas struktur dan fungsi mata. Mata kita terdiri

dari bermacam-macam struktur sekaligus dengan fungsinya. Struktur dari mata itu

sendiri atau bisa di sebut dengan anatomi mata meliputi sklera, konjungtiva, kornea,

5

Page 6: Referat Evi Dan Ferry

6

pupil, iris, lensa, retina, saraf optikus, humor aqueus, serta humor vitreus yang

masing-masingnya memiliki fungsi atau kerjanya sendiri.

· Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang

berwarna putih dan relatif kuat.

· Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata

dan bagian luar sklera.

· Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan

pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan

cahaya.

· Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.

· Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang

kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke

mata dengan cara merubah ukuran pupil.

· Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor

aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.

· Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang

bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.6

Page 7: Referat Evi Dan Ferry

7

· Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan

visuil dari retina ke otak.

· Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa

dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber

makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.

· Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di

depan retina (mengisi segmen posterior mata).

Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:

1. Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor aqueus yang

merupakan sumber energi bagi struktur mata di dalamnya. Segmen anterior

sendiri terbagi menjadi 2 bagian (bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris,

dan bilik posterior : mulai dari iris sampai lensa). Dalam keadaan normal,

humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik

anterior kemudian keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak ujung

iris.

2. Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina,

berisi humor vitreus yang membantu menjaga bentuk bola mata.

Otot Mata, Saraf Mata, dan Pembuluh Darah

Mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja

sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu. Tulang

orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya, yaitu :

· Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam

retina ke otak

· Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air

mata

7

Page 8: Referat Evi Dan Ferry

8

· Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan

merangsang otot pada tulang orbita.

Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan,

sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh

darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.

Fotoreseptor Mata

Sel-sel fotoreseptor di dalam mata terdiri atas dua jenis, yaitu sel-sel batang

dan sel-sel kerucut. Pada manusia, terdapat sekitar 7 juta sel kerucut dan kurang lebih

125 juta sel batang untuk setiap mata. Sel-sel batang merupakan sel-sel yang sangat

peka terhadap cahaya dengan intensitas rendah. Sel-sel batang berperan dalam proses

penglihatan di malam hari atau tempat-tempat gelap untuk menghasilkan ketajaman

pengelihatan yang rendah. Sayangnya, sel-sel batang tidak mampu mendeteksi warna.

Sel-sel ini tersebar di seluruh retina, kecuali di fovea. Di dalam sel-sel batang terdapat

pigmen fotosensitif rodopsin (warna merah muda atau ungu). Rodopsin hanya 1 jenis,

sehingga hanya ada 1 jenis sel batang. Jika rodopsin terpapar atau menyerap cahaya,

rodopsin akan terurai menjadi opsin dan retinal. Sebaliknya, jika tidak ada cahaya

atau gelap, rodopsin akan terbentuk kembali.

8

Page 9: Referat Evi Dan Ferry

9

Perlu diketahui bahwa penguraian rodopsin menjadi opsin dan retinal jauh

lebih cepat ketimbang pembentukannya kembali. Pada saat rodopsin “menghilang”,

sel-sel kerucutlah yang digunakan untuk proses melihat. Dalam keadaan gelap total,

butuh sekitar 30 menit untuk membentuk kembali rodopsin sehingga kita dapat

melihat. Itulah sebabnya kita tidak dapat langsung melihat dengan jelas ketika beralih

dari tempat terang ke tempat yang sangat gelap. Berbeda dengan sel-sel batang, sel-

sel kerucut peka terhadap intensitas cahaya yang tinggi dan perbedaan panjang

gelombang sehingga berperan dalam proses penglihatan di siang hari atau di tempat-

tempat terang.

Sel-sel kerucut menghasilka  penglihatan dengan ketajaman yang tinggi. Sel

kerucut hanya terdapat di fovea. Di dalam sel-sel kerucut terdapat pigmen fotosensitif

iodopsin. Berdasarkan bentuknya, iodopsin dibagi 3. Masing-masing peka terhadap

panjang gelombang cahaya yang berbeda. Ketiga jenis iodopsin tersebut peka

terhadap warna merah, miru dan hijau. Karena itu maka sel-sel kerucut mampu

mendeteksi warna. Berdasarkan iodopsin yang dikandungnya, sel-sel kerucut terbagi

atas tiga jenis, yaitu sel kerucut biru, sel kerucut hijau, dan sel kerucut merah. Nama-

nama tersebut berdasarkan warna cahaya yang diserap oleh sel-sel kerucut. Jika

ketiga sel kerucut tersebut mendapatkan stimulasi yang sama, maka kita akan melihat

warna putih.

2.2 Definisi dan Klasifikasi Trauma Mata

Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan

perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata, dan dapat juga

sebagai kasus polisi. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau

menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Alat rumah tangga sering

menimbulkan perlukaan atau trauma mata. Trauma mata dapat menyebabkan

kebutaan unilateral. Trauma mata dapat mempengaruhi aspek sosial dan psikologi

pada pasien dikemudian hari.

9

Page 10: Referat Evi Dan Ferry

10

Trauma mata dibagi menjadi beberapa macam, yaitu :

A.    Fisik atau Mekanik

a) Trauma Tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock,

membuka tutup botol tidak dengan alat, ketapel.

b) Trauma Tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, bahkan peralatan

pertukangan.

c) Trauma Peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dan trauma

tajam, terkadang peluru masih tertinggal didalam bola mata. Misalnya peluru

senapan angin, dan peluru karet.

American Ocular Trauma Society mengklasifikasikan trauma mekanik ini

berdasarkan diagram dibawah ini :

10

Trauma Mata Mekanik

Trauma Tertutup Trauma Terbuka

Kontusio Superficial Foreign Body

Lamelar Laserasi

Laserasi Ruptur

Penetrasi

Perforasi

IOFB

Page 11: Referat Evi Dan Ferry

11

Bagan 1. Klasifikasi Trauma Mekanik AOTS

1) Trauma tertutup bola mata adalh luka pada salah satu dinding bola mata

(kornea atau sklera) dan luka ini tidak merusak bagian dari intraokuler.

Kontusio adalah trauma tertutup bola mata yang disebabkan oleh

benda tumpul. Trauma ini dapat nenpengaruhi bagian lain pada mata

yang tidak terkena secara langsung.

Lamellar adalah trauma tertutup pada bola mata yang ditandai oleh

luka yang mengenai sebagian ketebalan dinding bola mata. Trauma ini

biasanya disebabkan oleh benda tajam maupun tumpul.

2) Trauma terbuka bola mata adalah trauma yang menyebabkan luka dan

mengenai keseluruhan dinding bola mata (sklera dan kornea).

Ruptur : adanya luka yanng mengenai dari seluruh

ketebalan dinding bolamata, yang disebabkan oleh trauma tumpul dan

mekanisme ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan

intraokuli.

Laserasi : adalah luka yang mengenai seluruh ketebalan dinding

bola mata yang disebabkan oleh benda tajam. Keadaan ini

menimpulkan adanya trauma penetrasi atau perforasi.

Trauma penetrasi : laserasi tunggal ppada dinding bola

mata oleh benda tajam.

Trauma penetrasi : laserasi pada seluruh ketebalan dinding

bola mata yang mempunyai jalan masuk atau jalan keluar

yang biasanya disebabkan benda tajam atau peluru.

Intra ocular Foreign Body (IOFB) : adanya benda asing

pada intraocular yang keadaan ini sangat berhubungan

dengan adanya trauma penetrasi.

11

Page 12: Referat Evi Dan Ferry

12

B.     Khemis

a) Trauma Khemis basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai,

kapur, lem (perekat).

b) cuka, bahan asam-asam dilaboratorium, gas airmata.

C.     Fisis

a) Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.

b) Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi

2.3     Epidemologi

Trauma okular, terutama yang berat dan mengakibatkan penurunan

penglihatan bahkan kehilangan penglihatan. Trauma okular adalah penyebab

kebutaan yang cukup signifikan, terutama pada golongan sosioekonomi rendah dan di

negara-negara berkembang. Kejadian trauma okular dialami oleh pria 3 sampai 5 kali

lebih banyak daripada wanita. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat

kebutaan unilateral sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus

bilateral, dan 1,6 juta mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata. Menurut

United States Eye Injury Registry (USEIR), frekuensi di Amerika Serikat mencapai

16 % dan meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak

pada laki-laki (93 %) dengan umur rata-rata 31 tahun.

2.4      Etiologi

Gejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan ringannya

trauma :

I. Trauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertai

tertinggalnya benda asing didalam mata. Benda asing yang tertinggal dapat

bersifat tidak beracun dan beracun. Benda beracun contohnya logam besi,

tembaga serta bahan dari tumbuhan misalnya potongan kayu. Bahan tidak

12

Page 13: Referat Evi Dan Ferry

13

beracun seperti pasir, kaca. Bahan tidak beracun dapat pula menimbulkan

infeksi jika tercemar oleh kuman.

II. Trauma tumpul dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunan

penglihatan sementara sampai berat, yaitu perdarahan didalam bola mata,

terlepasnya selaput jala (retina) atau sampai terputusnya saraf penglihatan

sehingga menimbulkan kebutaan menetap.

III. Trauma Khemis asam umumnya memperlihatkan gejala lebih berat daripada

trauma khemis basa. Mata nampak merah, bengkak, keluar airmata

berlebihan dan penderita nampak sangat kesakitan, tetapi trauma basa akan

berakibat fatal karena dapat menghancurkan jaringan mata/ kornea secara

perlahan-lahan.

IV. Trauma Mekanik

a. Gangguan molekuler. Dengan adanya perubahan patologi akan

menyebabkan kromatolisis sel.

b. Reaksi Pembuluh darah. Reaksi pembuluh darah ini berupa vasoparalisa

sehingga aliran darah menjadi lambat, sel endotel rusak, cairan keluar dari

pembuluh darah maka terjadi edema.

c. Reaksi Jaringan. Reaksi Jaringan ini biasanya berupa robekan pada

cornea, sclera dan sebagainya.

2.5    Patofisiologi

Trauma tumpul yang mengenai mata dapat menyebabkan robekan pada

pembuluh darah iris, akar iris dan badan silier sehingga mengakibatkan perdarahan

dalam bilik mata depan. Iris bagian perifer merupakan bagian paling lemah. Suatu

trauma yang mengenai mata akan menimbulkan kekuatan hidraulis yang dapat

menyebabkan hifema dan iridodialisis, serta merobek lapisan otot spingter sehingga

pupil menjadi ovoid dan non reaktif. Tenaga yang timbul dari suatu trauma

diperkirakan akan terus ke dalam isi bola mata melalui sumbu anterior posterior

13

Page 14: Referat Evi Dan Ferry

14

sehingga menyebabkan kompresi ke posterior serta menegangkan bola mata ke lateral

sesuai dengan garis ekuator. Hifema yang terjadi dalam beberapa hari akan berhenti,

oleh karena adanya proses homeostatis. Darah dalam bilik mata depan akan diserap

sehingga akan menjadi jernih kembali.

Gambar 1: Mekanisme trauma tumpul pada bola mata, A benturan langsung, B

tekanan gelombang gaya, C pantulan tekanan gelombang gaya, D pantulan

balik tekanan gelombang gaya.

Trauma pada mata dapat mengenai organ mata dari yang terdepan sampai yang

terdalam. Trauma tembus bola mata bisa mengenai :

a.       Palpebra

Mengenai sebagian atau seluruhnya jika mengenai levator apaneurosis dapat

menyebabkan suatu ptosis yang permanent

b.      Saluran Lakrimalis

Dapat merusak sistem pengaliran air mata dai pungtum lakrimalis sampai ke

rongga hidung. Hal ini dapat menyeabkan kekurangan air mata.

c.       Congjungtiva

14

Page 15: Referat Evi Dan Ferry

15

Dapat merusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan perdarahan sub

konjungtiva

d.      Sklera

Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekana bola

mata dan kamera okuli jadi dangkal (obliteni), luka sklera yang lebar dapat

disertai prolap jaringan bola mata, bola mata menjadi injury.

e.       Kornea

Bila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan karena fungsi

kornea sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus kornea menyebabkan

iris prolaps, korpusvitreum dan korpus ciliaris prolaps, hal ini dapat

menurunkan visus

f.       Lensa

Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga

menurunkan daya refraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena daya

akomodasi tisak adekuat.

g.      Iris

Bila ada trauma akan robekan pada akar iris (iridodialisis), sehingga pupil agak

kepinggir letaknya, pada pemeriksaan biasa teerdapat warna gelap selain pada

pupil, tetapi juga pada dasar iris tempat iridodialisis.

h.      Pupil

Bila ada trauma akan menyebabkan melemahnya otot-otot sfinter pupil

sehingga pupil menjadi midriasis

i.        Retina

Dapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada rongga

badan kaca, hal ini dapat muncul fotopsia dan ada benda melayang dalam badan

kaca bisa juga teri oblaina retina. Perdarahan vitreus dapat terjadi karena

15

Page 16: Referat Evi Dan Ferry

16

kerusakan pada pembuluh darah pada iris, badan silier, retina, choroid, juga

dapat disebabkan oleh karena robekan pada retina. Sebab dari perdarahan retina

biasanya selalu dapat dilihat. Kadang perdarahan yang sedikit bisa berkembang

menjadi perdarahan yang luas, karena itu pemeriksaan mata yang hati hati

menggunakan indirect oftalmoskop harus dilakukan sesegera mungkin. Jika

segmen posterior tak dapat dilihat karena perdarahan vitreus, maka hal ini

merupakan indikasi pemeriksaan USG. Hampir semua robekan retina, koroid

dapat dideteksi dengan USG. (AAO, 2008)

Ruptur koroid dapat single atau multiple, biasanya di bagian tepi, bisa juga

mengelilingi diskus optikus. Ruptur yang meluas hingga macula sentral bisa

menyebabkan hilangnya penglihatan yang permanen. Neovaskularisasi koroid sering

merupakan komplikasi susulan sebagai respon dari kerusakan membrane Bruch.

(AAO, 2008)

Trauma Asam :

Pada minggu pertama:

Terjadi koagulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada

kornea, demikian pula terjadi koagulasi protein konjungtiva bulbi. Koagulasi

protein ini terbatas pada daerah kontak bahan asam dengan jaringan.

Akibat koagulasi protein ini kadang-kadang seluruh kornea terkelupas.

Koagulasi protein ini dapat mengenai jaringan yang lebih dalam seperti

stroma kornea, keratosit dan endotel kornea.

Bila terjadi penetrasi jaringan yang lebih dalam akan terjadi edema kornea,

iritis dan katarak.

Bila trauma disebabkan karena asam lemah maka regenerasi epitel akan

terjadi dalam beberapa hari dan kemudian sembuh.

16

Page 17: Referat Evi Dan Ferry

17

Bila trauma disebabkan asam kuat maka stroma kornea akan berwarna kelabu

infiltrasi sel radang kedalamnya. Infiltrasi sel kedalam stroma oleh bahan

asam terjadi dalam waktu 24 jam.

Beberapa menit atau beberapa jam sesudah trauma asam konjungtiva bulbi

menjadi hiperemi dan kemotik. Kadang-kadang terdapat perdarahan pada

konjungtiva bulbi.

Tekanan bola mata akan meninggi pada hari pertama, yang kemudian akan

menjadi normal atau merendah.

Trauma Asam pada minggu 1-3:

Umumnya trauma asam mulai sembuh pada minggu ke 1-3 ini.

Pada trauma asam yang berat akan terbentuk tukak kornea dengan

vaskularisasi yang bersifat progresif.

Keadaan terburuk pada trauma asam pada saat ini ialah berupa vaskularisasi

berat pada kornea.

Trauma Asam sesudah 3 minggu:

Trauma asam yang tidak sangat berat akan sembuh sesudah 3 minggu

Pada endotel dapat terbentuk membran fibrosa yang merupakan bentuk

penyembuhan kerusakan endotel.

Akibat trauma asam diketahui bahwa perubahan reaksi biokimia ditentukan oleh

jenis anion asam yang menyebabkan trauma. Asam merusak dan memutus ikatan

intramolekul protein, dan protein yang berkoagulasi merupakan barier terhadap

penetrasi lanjut daripada asam kedalam jaringan. Diketahui asam sulfur

mengakibatkan kadar mukopolisakarida jaringan menurun. Bila trauma disebabkan

oleh HCl, maka pH cairan mata turun sesudah trauma berlangsung 30 menit. Pada

trauma asam tidak terdapat gangguan pembentukan jaringan kolagen. Padda trauma

17

Page 18: Referat Evi Dan Ferry

18

asam berat yang merusak badan silier akan terjadi penurunan kadar askorbat dalam

cairan mata dan kornea.

 Trauma Basa :

Keadaan akut yang terjadi pada minggu pertama :

Sel membran rusak.

Bergantung pada kuatnya alkali dapat mengakibatkan hilangnya epitel,

keratosit, saraf kornea dan pembuluh darah.

Terajdi kerusakan komponen vaskuler iris, badan silier dan epitel lensa.

Trauma berat akan merusak sel goblet konjungtiva bulbi

TIO akan meninggi.

Hipotoni akan terjadi, bila terjadi kerusakan pada badan silier.

Kornea keruh dalam beberapa menit.

Terjadi infiltrasi segera sel polimorfonuklear, monosit dan fibroblas.

Keadaaan pada minggu kedua dan ketiga :

Mulai terjadi regenerasi epitel konjungtiva dan kornea.

Masuknya neovaskularisasi ke dalam kornea disertai dengan sel radang.

Kekeruhan pada kornea akan mulai menjernih kembali

Sel penyembuhan berbentuk invasi fibroblas memasuki kornea dengan

terbentuknya kolagen

Trauma alkali berat akan membentuk jaringan granulasi pada iris dan

badan siliar sehingga terjadi fibrosis.

Keadaan pada minggu ke-3 dan selanjutnya:

Terjadi vaskularisasi aktif sehingga seluruh kornea tertutup oleh pembuluh

darah.

Jaringan pembuluh darah membawa bahan nutrisi dan bahan penyembuhan

jaringan seperti protein dan fibroblas

18

Page 19: Referat Evi Dan Ferry

19

Akibat daripada terdapatnya jaringan dengan vaskularisasi ini, tidak akan

terjadi perforasi kornea.

Mulai terjadi pembentukan pannus pada kornea.

Endotel yang tetap sakit akan mengakibatkan edema kornea.

Terdapat membran retrokornea, iritis dan membran siklitik

Dapat terjadi kerusakan permanen saraf kornea dengan gejala-gejalanya.

Tekanan bola mata dapat rendah atau tinggi.

Trauma kimia pada mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan berat jangka

panjang dan rasa tidak enak pada mata. Prognosisnya ditentukan oleh bahan alkali

penyebab trauma tersebut. Terdapat 2 klasifikasi trauma basa pada mata untuk

menganalisis kerusakan dan beratnya kerusakan.

Klasifikasi Huges

Ringan Sedang Berat

Prognosis baik.

Terdapat erosi epitel

kornea.

Pada kornea terdapat

kekeruhan yang ringan.

Tidak terdapat iskemia

dan nekrosis kornea

ataupun konjungtiva.

Prognosis baik

Terdapat kekeruhan kornea

sehingga sulit melihat iris dan

pupil secara terperinci

Terdapat iskemia dan nekrosis

enteng pada kornea dan

konjungtiva

Prognosis buruk

Akibat kekeruhan

kornea upil tidak

dapat dilihat

 Konjungtiva dan

sklera pucat

19

Page 20: Referat Evi Dan Ferry

20

Klasifikasi Thoft

Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4

·         terjadi

hiperemi

konjungtiva disertai

dengan keratitis

pungtata

·             terjadi

hiperemi

konjungtiva disertai

hilangnya epitel

kornea

·         terjadi hiperemi

disertai dengan nekrosis

konjungtiva dan

lepasnya epitel kornea

·            konjungtiva

perilimal nekrosis

sebanyak 50%

Luka bakar alkali derajat 1 dan 2 akan sembuh dengan jaringan arut tanpa

terdapatnya neovaskularisasi kedalam kornea. Luka bakar alkali derajat 3 dan 4

membutuhkan waktu sembuh berbulan bulan bahkan bertahun-tahun.

Pada pasien trauma mata dapat menyebabkan kebutaan. Prognosis adanya

kebutaan diopengaruhi oleh (Aldy,2010) :

a. Tipe trauma

b. Tingkatan trauma yang berhubungan dengan hasil dengan penglihatan

c. Ada tidaknya afferent pupillary defect

d. Daerah / zona dari trauma

2.6     Manifestasi Klinis

A.   Hematoma palpebra

Adanya hematoma pada satu mata merupakan keadaan yang ringan, tetapi bila

terjadi pada kedua mata , hati-hati kemungkinan adanya fraktur basis kranii.

Penanganan: Kompres dingin 3 kali sehari.

B.   Ruptura kornea

Kornea pecah, bila daerah yang pecah besar dapat terjadi prolapsus iris,

merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan operasi segera.

20

Page 21: Referat Evi Dan Ferry

21

C.   Ruptura membran descement

Di tandai dengan adanya garis kekeruhan yang berkelok-kelok pada kornea, yang

sebenarnya adalah lipatan membran descement, visus sangat menurun dan kornea

sulit menjadi jernih kembali.

Penanganan: Pemberian obat-obatan yang membantu menghentikan perdarahan

dan tetes mata kortisol

D.   Hifema

Perdarahan dalam kamera okuli anterior, yang berasal dari pembuluh darah iris

atau korpus siliaris, biasanya di sertai odema kornea dan endapan di bawah

kornea, hal ini merupakan suatu keadaan yang serius.

Pembagian hifema:

a.       Hifema primer, timbul segera oleh karena adanya trauma.

b.      Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi trauma.

c.      Hifema ringan tidak mengganggu visus, tetapi apabila sangat hebat akan

mempengaruhi visus karena adanya peningkatan tekanan intra okuler.

Penanganan: Istirahat, dan apabila karena peningkatan tekanan intra okuli yang

di sertai dengan glaukoma maka perlu adanya operasi segera dengan di

lakukannya parasintesis yaitu membuat insisi pada kornea dekat limbus,

kemudian di beri salep mata antibiotik dan di tutup dengan verband.

E.    Iridoparese-iridoplegia

Adalah adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga terjadi midriasis.

Penanganan: Berikan pilokarpin, apabila dengan pemberian yang sampai

berbulan-bulan tetap midriasis maka telah terjadi iridoplegia yang iriversibel.

F.    Iridodialisis

Ialah iris yang pada suatu tempat lepas dari pangkalnya, pupil menjadi tdak bula

dan  di sebut dengan pseudopupil.

21

Page 22: Referat Evi Dan Ferry

22

Penanganan: Bila tidak ada keluhan tidak perlu di lakukan apa-apa, tetapi jika

ada maka perlu adanya operasi untuk memfixasi iris yang lepas.

G.    Irideremia

Ialah keadaan di mana iris lepas secara keseluruhan.

Penanganan secara konservatif adalah dengan memberikan kacamata untuk

mengurangi silau.

H.    Subluksasio lentis- luksasio lentis

Luksasio lentis yang terjadi bisa ke depan atau ke belakang. Jika ke depan akan

menimbulkan glaukoma dan jika ke belakang akan menimbulkan afakia. Bila

terjadi gaukoma maka perlu operasi untuk ekstraksi lensa dan jika terjadi afakia

pengobatan di lakukan secara konservatif.

I.    Hemoragia pada korpus vitreum

Perdarahan yang terjadi berasal dari korpus siliare, kare na bnayak terdapat

eritrosit pada korpus siliare, visus akan sangat menurun.

J.    Glaukoma

Di sebabkan oleh kare na robekan trabekulum pada sudut kamera okuli anterior,

yang di sebut “traumatic angle” yang menyebabkan gangguan aliran akquos

humour.

Penanganan di lakukan secara operatif.

K.   Ruptura sclera

Menimbulkan penurunan teknan intra okuler. Perlu adanya tindakan operatif

segera.

L.   Ruptura retina

Menyebabkan timbulnya ablasio retina sehingga menyebabkan kebutaan, harus

di lakukan operasi.

Adapun manifestasi klinisnya pada klasifikasi trauma adalah sebagai berikut:

A.   Trauma Tumpul

22

Page 23: Referat Evi Dan Ferry

23

a.       Rongga Orbita : suatu rongga yang terdiri dari bola mata dan 7 ruas tulang

yang membentuk dinding orbita (lakrimal, ethmoid, sfenoid, frontal,

maksila, platinum dan zigomatikus.

Jika pada trauma mengenai rongga orbita maka akan terjadi fraktur orbita,

kebutaan (jika mengenai saraf), perdarahan didalam rongga orbita,

gangguan gerakan bola mata.

b.      Palpebra : Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata,

sertamengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di

depan komea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk

melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola

mata. Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang

di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva

tarsal. Gangguan penutupan kelopak(lagoftalmos) akan mengakibatkan

keringnya permukaan mata sehingga terjadi keratitis.

Jika pada palpebra terjadi trauma tumpul maka akan terjadi hematom,

edema palpebra yang dapat menyebabkan kelopak mata tidak dapat

membuka dengan sempurna (ptosis), kelumpuhan kelopak mata

(lagoftalmos/tidak dapat menutup secara sempurna).

c.       Konjungtiva : Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan

kelopak bagian belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang

dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama

kornea. Edema, robekan pembuluh darah konjungtiva (perdarahan

subkonjungtiva) adalah tanda dan gejala yang dapat terjadi jika konjungtiva

terkena trauma.

d.      Kornea : Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening

mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan

yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri dari beberapa lapisan.

Dipersarafi oleh banyak saraf.

23

Page 24: Referat Evi Dan Ferry

24

Edema kornea, penglihatan kabur, kornea keruh, erosi/abrasi, laserasi

kornea tanpa disertai tembusnya kornea dengan keluhan nyeri yang sangat,

mata berair, fotofobi adalah tanda dan gejala yang dapat muncul akibat

trauma pada kornea.

e.       Iris atau badan silier : merupakan bagian dari uvea. Pendarahan uvea

dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar

posterior longus yang masuk menembus sklera di temporal dan nasal dekat

tempat masuk saraf optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang terdapat 2

pada setiap otot superior, medial inferior, satu pada otot rektus lateral.

Arteri siliar anterior dan posterior ini ber gabung menjadi satu membentuk

arteri sirkularis mayor pada badan siliar. Uvae posterior mendapat

perdarahan dari 15 – 20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus

sklera di sekitar tempat masuk saraf optik.

hifema (perdarahan bilik mata depan), iridodialisis (iris terlepas dari

insersinya) merupakan tanda patologik jika trauma mengenai iris.

f.       Lensa : Lensa merupakan badan yang bening. Secara fisiologik lensa

mempunyai sifat tertentu, yaitu : Kenyal atau lentur karena memegang

peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung, jernih atau

transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan, terletak di

tempatnya.

Secara patologik jika lensa terkena trauma akan terjadi subluksasi lensa

mata (perpindahan tempat).

g.      Korpus vitreus : perdarahan korpus vitreus.

h.      Retina : Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas

penyebaran daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan

kaca dan koroid.Letaknya antara badan kaca dan koroid.1,2 Bagian anterior

berakhir pada ora serata. Dibagian retina yang letaknya sesuai dengan

sumbu penglihatan terdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira ber

24

Page 25: Referat Evi Dan Ferry

25

diameter 1 – 2 mm yang berperan penting untuk tajam penglihatan.

Ditengah makula lutea terdapat bercak mengkilat yang merupakan reflek

fovea.

Secara patologik jika retina terkena trauma akan terjadi edema makula

retina, ablasio retina, fotopsia, lapang pandang terganggu dan penurunan

tekanan bola mata.

i.        Nervus optikus : N.II terlepas atau putus (avulsio) sehingga menimbulkan

kebutaan

B.     Trauma Tajam

a.       Orbita : kebutaan, proptosis (akibat perdarahan intraorbital), perubahan

posisi bola mata.

b.      Palpebra : ptosis yang permanen (jika mengenai levator apoeurosis)

c.       Saluran lakrimal : gangguan sistem eksresi air mata.

d.      Konjungtiva : robekan konjungtiva, perdarahan subkonjungtiva.

e.       Sklera : pada luka yang agak besar akan terlihat jaringan uvea (iris, badan

silier dan koroid yang berwarna gelap).

f.       Kornea, iris, badan silier, lensa, korpus vitreus : laserasi kornea yan g

disertai penetrasi kornea, prolaps jaringan iris, penurunan TIO, adanya luka

pada kornea, edema.

g.      Koroid dan kornea : luka perforasi cukup luas pada sklera, perdarahan

korpus vitreus dan ablasi retina.

C.     Trauma Kimia

Asam

·         Kekeruhan pada kornea akibat terjadi koagulasi protein epitel kornea

Basa/Alkali

Kebutaan

25

Page 26: Referat Evi Dan Ferry

26

Penggumpalan sel kornea atau keratosis

Edema kornea

Ulkus kornea

Tekanan intra ocular akan meninggi

Hipotoni akan terjadi bila terjadi kerusakan pada badan siliar

Membentuk jaringan parut pada kelopak

Mata menjadi kering karena terjadinya pembentukan jaringan parut pada

kelenjar asesoris air mata

Pergerakan mata menjadi terbatas akibat terjadi simblefaron pada konjungtiva

bulbi yang akan menarik bola mata

Lensa keruh diakibatkan kerusakan kapsul lensa

2.7    Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Fisik : dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman

penglihatan.

2) Slit lamp : untuk melihat kedalaman cedera di segmen anterior bola mata.

3) Tes fluoresin : digunakan untuk mewarnai kornea, sehingga cedera kelihatan

jelas.

4) Tonometri : untuk mengetahui tekakan bola mata. nilai normal tekanan bola

mata (normal 12-25 mmHg).

5) Pemeriksaan fundus yang di dilatasikan dengan oftalmoskop indirek : untuk

mengetahui adanya benda asing intraokuler.

6) Tes Seidel : untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. Tes ini

dilakukan dengan cara memberi anastesi pada mata yaang akan diperiksa,

kemudian diuji pada strip fluorescein steril. Penguji menggunakan slit lamp

26

Page 27: Referat Evi Dan Ferry

27

dengan filter kobalt biru, sehingga akan terlihat perubahan warna strip akibat

perubahan pH bila ada pengeluaran cairan mata.

7) Pemeriksaan ct-scan dan USG B-scan : digunakan untuk mengetahui posisi

benda asing.

8) Electroretinography (ERG) : untuk mengetahui ada tidaknya degenerasi pada

retina.

9) Kartu snellen: pemeriksaan penglihatan dan penglihatan sentral mungkin

mengalami penurunan akibat dari kerusakan kornea, vitreous atau kerusakan

pada sistem suplai untuk retina.

10) Kalau perlu pemeriksaan tonometri Schiotz, perimetri, gonioskopi, dan

tonografi, maupun funduskopi

11) Pemeriksaan dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal

dari okuler, papiledema, retina hemoragi.

12) Pemeriksaan Radiologi : Pemeriksaan radiology pada trauma mata sangat

membantu dalam menegakkan diagnosa, terutama bila ada benda

asing .Pemeriksaan ultra sonographi untuk menentukan letaknya, dengan

pemeriksaan ini dapat diketahui benda tersebut pada bilik mata depan, lensa,

retina.pemeriksaan radiologi pada trauma mata sangat membantu dalam

menegakkan diagnosa, terutama bila ada benda asing.

13) Kertas Lakmus : pada pemeriksaan ini sangat membantu dalam menegakkan

diagnosa trauma asam atau basa.

14) Pemeriksaan Laboratorium, seperti :. SDP, leukosit, kultur, kemungkinan

adanya infeksi sekunder.

2.8 TERAPI

1.      Trauma tumpul

a.    Tirah baring sempurna dalam posisi fowler untuk menimbulkan gravitasi guna

membantu keluarnya hifema dari mata.

27

Page 28: Referat Evi Dan Ferry

28

b.    Berikan kompres es.

c.    Pemnatauan tajam penglihatan.

d.   Batasi pergerakan mata selama 3-5 hari untuk menurunkan kemungkinan

perdarahan ulang.

e.    Batasi membaca dan melihat TV.

f.     Pantau ketaatan pembatasan aktivitas, imobilisasi sempurna.

g.    Berikan stimulasi sensori bentuk lain seperti musik, perbincangan.

h.    Berikan diet lunak dan semua keperluan klien dibantu.

i.      Tetes mata siklopegik seperti atropin untuk mengistirahatkan mata.

j.      Mata dilindungi dengan kasa jika terdapat luka.

k.    Laporkan peningkatan nyeri mata secara mendadak, ini mungkin indikasi

perdarahan ulang.

l.      Persiapan parasentesis (pengeluaran hifema).

Indikasi Parasentesis

o    Hifema penuh (sampai pupil) dan berwarna hitam

o    Hifema yang tidak bisa sembuh/berkurang dengan perawatan

konvensional selama 5 hari.

o    Hifema dengan peningkatan TIO (glaukoma sekunder) yang tidak dapat

diatasi/diturunkan dengan obat-obatan glaukoma

o    Terlihat tanda-tanda imbibisi kornea.

2.      Trauma tajam

Penatalaksanaan sebelum tiba di RS

a.    Mata tidak boleh dibebat dan diberikan perlindungan tanpa kontak.

b.    Tidak boleh dilakukan manipulasi yang berlebihan dan penekanan bola mata.

c.    Benda asing tidak boleh dikeluarkan tanpa pemeriksaan lanjutan.

d.   Sebaiknya pasien dipuasakan untuk mengantisipasi tindakan operasi.

Penatalaksanaan setelah tiba di RS

a.    Pemberian antibiotik spektrum luas.

28

Page 29: Referat Evi Dan Ferry

29

b.    Pemberian obat sedasi, antimimetik dan analgetik sesuai indikasi.

c.    Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi.

d.   Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler (bila mata

intak).

e.    Tindakan pembedahan/penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis cedera.

3.      Trauma kimia

a.         Irigasi (30 menit) dan periksa pH dengan kertas lakmus.

b.         Diberi pembilas : idealnya dengan larutan steril dengn osmolaritas tinggi

seperti larutan amphoter (Diphoterine) atau larutan buffer (BSS atau Ringer

Laktat). Larutan garam isotonis.

c.         Irigasi sampai 30 menit atau pH normal. Bila bahan mengandung CaOH

berikan EDTA.

d.        Pemeriksaan oftalmologi menyeluruh.

e.         Cedera ringan : Pasien dapat dipulangkan dengan diberikan antibiotik tetes

mata, analgesic oral dan perban mata.

f.          Luka sedang diberi siklopegi.

g.         Steroid topikal untuk mencegah infiltrasi sel radang.

h.         Vitamin C oral : untuk membentuk jaringan kolagen.

Catatan :

6 tahapan penatalaksanaan trauma mata :

a.         Irigasi

b.        Reepitalisasi kornea

c.         Mengendalikan proses peradangan

d.        Mencegah terjadinya infeksi

e.         Mengendalikan TIO

29

Page 30: Referat Evi Dan Ferry

30

f.         Menurunkan nyeri : sikloplegik

Bila mata kemasukan benda kecil (pasir, debu, serpihan)

Cuci tangan terlebih dahulu sebelum memeriksa mata

Jangan menyentuh, menekan, apalagi membiarkan anak terus menggosok-

gosok matanya

Jangan berusaha mengambil benda di mata kecuali dengan cara membilas

karena risiko merusak jaringan mata terutama kornea.

Letakkan baskom di depan anak dan mintalah ia menekuk kepalanya

sedemikian rupa agar mata yang terkena berada di sebelah bawah.

Dengan perlahan, tariklah kelopak mata bagian bawah dan minta si kecil

membuka matanya selebar mungkin. Untuk bayi dan batita, mungkin

membutuhkan bantuan orang lain.

Sedikit demi sedikit, alirkan air matang suam-suam kuku dari gelas ke mata

yang terkena. Jika ada, cairan bisa diganti dengan cairan garam steril

(Nacl) 0,9% Usahakan aliran tak terlalu deras atau tidak terlalu sedikit-

sedikit.

Lakukan sekitar 15 menit, periksa setiap 5 menit untuk melihat apakah benda

asing sudah dikeluarkan

Bila masih ada rasa tidak enak di mata meski sudah dibilas atau benda asing

tak juga keluar, periksakan ke dokter. Apalagi bila merah di mata tidak

hilang, mungkin terjadi sedikit kerusakan jaringan atau infeksi yang perlu

diobati.

Bila mata kemasukan benda asing yang cukup besar

Bisa terjadi saat anak bermain pensil dan ujung pensil masuk ke mata, atau tak

sengaja ia menjatuhkan gelas dan pecahannya terpental ke mata, atau pada

kecelakaan.

30

Page 31: Referat Evi Dan Ferry

31

Yang pertama, jangan panik

Bawa segera anak ke unit gawat darurat, kita tidak tahu sedalam apa benda itu

masuk ke bola mata.

Selama membawa anak ke rumah sakit, tutuplah mata yang terkena. Bila

bendanya kecil, gunakan tutup mata atau kasa steril. Jika benda besar, tutup

mata yang terkena dengan cangkir kecil yang difiksasi. Tujuannya untuk

mengurangi tekanan di mata.

Tenangkan dan buat ia senyaman mungkin sampai bantuan datang

Bila mata terkena zat kimia

Banyak zat kimia di sekitar rumah yang berbahaya bila terkena mata karena

dapat bereaksi menyebabkan kerusakan mata. Yang paling utama adalah mencegah

agar si kecil tidak bersentuhan dengan zat kimia tersebut.

Bila hal itu terjadi, segera alirkan air matang suam kuku ke mata yang terkena selama

15-30 menit. Bila anak tampak terus kesakitan atau penglihatannya mengabur, bawa

ke unit gawat darurat.

Memar mata

Memar pada mata bisa saja terjadi saat anak bermain. Mungkin tak ada benda

asing di matanya, tetapi lebam di sekitar mata atau bahkan di bola matanya bisa jadi

membuat Anda khawatir. Bila Anda tidak yakin dengan kondisi matanya, periksakan

ke dokter untuk memastikan tak ada hal yang serius.

Ini yang bisa dilakukan bila terjadi memar di sekitar mata

Kompres dingin: dilakukan setiap 5-10 menit, lalu diistirahatkan 5-10 menit

berikutnya. Kompres dingin bisa dibuat dari es yang dibungkus handuk atau

kaus kaki. Bila tidak ada es, gunakan kompres air dingin untuk sementara.

Kompres hangat: dilakukan 1-2 hari setelah kompres dingin. Kompres hangat

juga dapat membantu

31

Page 32: Referat Evi Dan Ferry

32

Berikan obat antinyeri seperti parasetamol. Hindari penggunaan ibuprofen

atau aspirin karena ditakutkan akan menambah perdarahan.

Tinggikan posisi kepala dan buatlah ia tidur dengan mata yang sehat di bagian

bawah

Jika mata bertambah merah, ada cairan keluar dari mata, rasa nyeri terus

menerus, penglihatan berkurang, atau mengenai kedua mata membentuk kaca

mata hitam, segera laporkan ke dokter. Juga bila Anda melihat ada perdarahan

di bagian putih bola mata terutama di sekitar kornea.

32

Page 33: Referat Evi Dan Ferry

33

BAB III

PENUTUP

Trauma pada mata dapat terjadi dalam bentuk-bentuk antara lain trauma

mekanik (tumpul dan tajam), trauma kimia (asam dan basa), dan trauma fisik.

Pemeriksaan awal pada trauma mata antara lain meliputi anamnesis dan pemeriksaan

fisik.

Anamnesis harus mencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan

segera sesudah cedera. Harus dicatat apakah gangguan penglihatan bersifat progesif

lambat atau berawitan mendadak. Harus dicurigai adanya benda asing intraocular

apabila terdapat riwayat memalu, mengasah atau ledakan.

Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman

penglihatan. Apabila gangguan penglihatannya parah, maka periksa proyeksi cahaya,

diskriminasi dua-titik dan adanya defek pupil aferen. Periksa motilitas mata dan

sensasi kulit periorbita dan lakukan palpasi untuk mencari defek pada bagian tepi

tulang orbita. Pada pemeriksaan bedside, adanya enoftalmus dapat ditentukan dengan

melihat profil kornea dari atas alis. Apabila tidak tersedia slit-lamp di ruang darurat,

maka senter, kaca pembesar atau oftalmoskop langsung pada + 10 ( nomor gelap )

dapat digunakan untuk memeriksa adanya cedera dipermukaan tarsal kelopak mata

dan segmen anterior.

Permukaan kornea diperiksa untuk mencari adanya benda asing, luka dan

abrasi. Dilakukan inspeksi konjungtiva bulbaris untuk mencari adanya perdarahan,

benda asing atau laserasi. Kedalaman dan kejernihan kamera anterior dicatat. Ukuran,

bentuk dan reaksi terhadap cahaya dari pupil harus dibandingkan dengan mata yang

33

Page 34: Referat Evi Dan Ferry

34

lain untuk memastikan apakah terdapat defek pupil aferen di mata yang cedera.

Apabila bola mata tidak rusak, maka kelopak, konjungtiva palpebra dan forniks dapat

diperiksa secara lebih teliti, termasuk inspeksi setelah eversi kelopak mata atas.

Oftalmoskop langsung dan tidak langsung digunakan untuk mengamati lensa, korpus

vitreosus, diskus optikus, dan retina. Dokumentasi foto bermanfaat untuk tujuan-

tujuan medikolegal pada semua kasus trauma eksternal. Pada semua kasus trauma

mata, mata yang tampak tidak cedera juga harus diperiksa dengan teliti.

34

Page 35: Referat Evi Dan Ferry

35

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Ophthalmology (2008). Fundamental and Principles of

Ophthalmology. Basic and Clinical Science Course, Section 2. San Francisco,

p. 5 – 89

American Academy of Ophthalmology (2008). Retina and Vitreus. Basic and Clinical

Science Course, Section 12. San Francisco, p. 315 – 333

American College of Emergency Phycisians. Management of Ocular Complaints.

Diakses 19 November 2014 dari http://www.acep.org/content.aspx?id=26712

Havens, Kosoko-Lasaki and Palmer. 2009. Penetrating Eye Injury: A Case Study.

American Journal of Clinical Medicine

Apuranto, H. (2010) Luka Akibat Benda Tumpul, dalam Buku Ajar Ilmu Kedokteran

Forensik dan Medikolegal. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan

Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, p. 36 - 45

Augsburger, J. Taylor Asbury (2008). Trauma Mata & Orbita, dalam Vaughan &

Asbury Oftalmologi Umum, edisi 17, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

p. 372 – 381

Dua, H. S., King, A.J., Joseph, A. 2001 New classification for ocular surface burns,

85: 1379-1383, British Journal of Ophthalmology. Diakses 19 November 2014,

dari http://bjo.bmj.com/content/85/11/1379.full.pdf new classification.

Ilyas,Sidharta. 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. 3rd edisi. Jakarta : Balai Penerbit

FKUI

James, B. et al. (2003). Lecture Note Oftalmologi, edisi kesembilan, Penerbit

Erlangga, Jakarta. p. 1 – 17

Kanski, JJ (2007). Clinical Ophthalmology, 6th ed. Elsevier Limited Publisher,

Philadelphia USA, p. 847 – 86835

Page 36: Referat Evi Dan Ferry

36

Khurana, AK (2007). Comprehensive Ophthalmology, 4th ed. New Age International

(P) Limited Publishers, New Delhi, p. 3 – 11, 401 – 416

Lecuona, Karin. 2005. Assesing and Managing Eye Injuries. Community Eye Health

Jounal. Vol. 18, No. 55

Lincol, et. al. 2007. Head, Face and Eye Injuries in Scholastic and Collegiate

Lacrosse: A 4-Years Prospective Study. American Journal of Sports Medicine.

Mishra and Verma. 2012. Sports Related Occular Injuries. Medical Journal Armed

Forces India: 260-266

Murithi and Njuguna. 2008. Occular Injuries in Children. East African Medical

Journal. Vol. 85, No. 2: Kenya.

Nadeem, Ayub and Fawad. 2013. Visual Outcome of Occular Trauma. Pakistan

Journal of Opthalmology: Vol. 29, No. 1

Okoye, I. 2006. Eye Injury Requiring Hospitalisation in Enugu Nigeria: A One-Year

Survey. Nigerian Journal of Surgical Research. Vol. 8, No. 1-2.

Olsen, WT (2002). Trauma dalam Clinical Retina, ed. David A Quillen, Barbara A

Blodi. American Medical Assosiation, USA, p. 285 – 300

Radjamin R.K.et all 1998. Ilmu Penyakit mata. 3rd edisi. Surabaya : Airlangga

University Press.

Randleman, J.B. Bansal, A. S. Burns Chemical. eMedicine Journal. 2009.

Shahid, et. al. 2014. Photo Documentation in Occular Trauma. International Journal

of Opthalmology and Eye Science.

Singman, Eric. 2013. Automating The Assessment of Visual Dysfunction After

Traumatic Brain Injury. Herbert Open Access Jounals: Baltimore, USA.

Tjokronegoro, Arjatmo. 2003. Ilmu Penyakit Mata,3 rd edisi. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI

Vaughan DG, Taylor A, and Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika.

Jakarta. 2000.

36

Page 37: Referat Evi Dan Ferry

37

Whitcher, Srinivasan and Upadhyay. 2001. Corneal Blindness: A Global Perspective.

Bulletin of World Health Organization: 79: 214-221

37