33
REFERAT PENGELOLAAN & KOMPLIKASI AKUT HEMODIALISA Pembimbing : Dr. Mudzakkir Djalal Sp.PD Disusun Oleh : Julianthy Suento (406138141) Daisy Ratnasari (406138143) Rudolf Fernando Wibowo (406138124)

Referat Hemodialisa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat hemodialisis

Citation preview

Page 1: Referat Hemodialisa

REFERAT

PENGELOLAAN & KOMPLIKASI AKUT HEMODIALISA

Pembimbing :

Dr. Mudzakkir Djalal Sp.PD

Disusun Oleh :

Julianthy Suento (406138141)Daisy Ratnasari (406138143)

Rudolf Fernando Wibowo (406138124)

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAMRSUD KUDUS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA2014

Page 2: Referat Hemodialisa

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar isi……………………………………………………

I. Pendahuluan……………………………………..................... 3

II. Definisi Hemodialisa……………………………………… 4

III. Indikasi………………………………………………………. 5

IV. Kontraindikasi……………………………………………….. 7

V. Proses hemodialisa…………………………………………… 7

VI. Penatalaksanaan hemodialisa………………………………… 13

VII. Komplikasi……………………………………………............ 14

Hipotensi………………………………………………. 15

Kram otot……………………………………………..... 17

Angina…………………………………………………. 18

Hemolysis…………………………………………….... 18

Emboli udara…………………………………………… 19

VIII. Saran dan Kesimpulan………………………………………... 19

Daftar pustaka………………………………………………… 21

Page 3: Referat Hemodialisa

BAB I

PENDAHULUAN

Sejak pada tahun 1960 hemodialisa diterapkan sebagai suatu terapi pengganti

ginjal pada pasien gagal ginjal akut dan gagal ginjal terminal. Hemodialisa

merupakan terapi pengganti yang bertindak sebagai ginjal buatan (artificial kidney

atau dialyzer). Biasanya di Indonesia hemodialisa dilakukan 2 kali seminggu. Setiap

kali hemodialisa dibutuhkan waktu selama kurang lebih 5 jam. Di beberapa pusat

dialysis lainnya ada yang dilakukan hemodialisa 3 kali seminggu dengan lama

dialysis 4 jam.

Hemodialisa merupakan salah satu terapi faal ginjal dengan tujuan untuk

mengeluarkan zat – zat metabolisme protein dan koreksi gangguan keseimbangan air

dan elektrolit antara kompartemen darah pasien dengan kompartemen larutan diasilat

melalui membrane semipermeabel yang bersifat sebagai pengganti ginjal.

Hemodialisis sering disebut pada orang awan sebagai terapi cuci darah. Hemodialisa

terbukti dapat bermanfaat dalam memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas

hidup penderita gagal ginjal terminal. Dalam suatu proses hemodialisis, darah

penderita dipompa oleh mesin kedalam kompartemen darah pada dialyzer. Dialyzer

mengandung ribuan serat atau fiber sintetis yang berlubang kecil ditengahnya. Darah

mengalir di dalam lubang serat sedangkan cairan dialisis yaitu dialisat mengalir diluar

serat. Dinding serat bertindak sebagai membran semipermeabel tempat terjadinya

proses ultrafiltrasi. Ultrafiltrasi terjadi dengan cara meningkatkan tekanan hidrostatik

melintasi membran dialyzer dengan cara menerapkan tekanan negatif ke dalam

kompartemen dialisat yang menyebabkan air dan zat-zat terlarut berpindah dari darah

ke dalam cairan dialisat. Hal ini dapat bermanfaat untuk menyedot kelebihan cairan

tubuh dan sampah-sampah sisa hasil metabolik.

Hemodialisis di Indonesia dimulai pada tahun 1970 dan sampai sekarang ini

telah dilaksanakan pada banyak rumah sakit rujukan. Kualitas hidup yang diperoleh

cukup baik dan panjang umur tertinggi sampai sekarang adalah 14 tahun.

Page 4: Referat Hemodialisa

BAB II

DEFINISI

Hemodialisa berasal dari kata hemo dan dialisa. Hemo adalah darah

sedangkan dialisa adalah pemisahan atau filtrasi. Pada prinsipnya hemodialisa

menempatkan darah berdampingan dengan cairan dialisat atau pencuci yang

dipisahkan oleh suatu membran atau selaput semi permeabel. Membran ini dapat

dilalui oleh air dan zat tertentu atau zat sampah. Proses ini disebut dialysis yaitu

proses berpindahnya air atau zat, bahan melalui membran semi permeable.

Menurut Price dan Wilson, dialisa merupakan suatu proses solute dan air

mengalami difusi secara pasif melalui suatu membran berpori dari kompartemen cair

menuju kompartemen lainnya. Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan dua

tehnik utama yang digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar kedua teknik tersebut

sama yaitu difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon

terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu.(15)

Sedangkan menurut Tisher dan Wilcox, hemodialisa didefinisikan sebagai

pergerakan larutan dan air dari darah pasien melewati membran semipermeabel

(dializer) ke dalam dialisat. Dializer juga dapat dipergunakan untuk memindahkan

sebagian besar volume cairan. Pemindahan ini dilakukan melalui ultrafiltrasi dimana

tekanan hidrostatik menyebabkan aliran yang besar dari air plasma (dengan

perbandingan sedikit larutan) melalui membran. Dengan memperbesar jalan masuk

pada vaskuler, antikoagulansi dan produksi dializer yang dapat dipercaya dan

efisien, hemodialisa telah menjadi metode yang dominan dalam pengobatan gagal

ginjal akut dan kronik di Amerika Serikat.(17)

Hemodialisa memerlukan sebuah mesin dialisa dan sebuah filter khusus yang

dinamakan dializer (suatu membran semipermeabel) yang digunakan untuk

membersihkan darah, darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam

sebuah mesin diluar tubuh. Hemodialisa memerlukan jalan masuk ke aliran darah,

maka dibuat suatu hubungan buatan antara arteri dan vena (fistula arteriovenosa)

melalui pembedahan.(13)

Page 5: Referat Hemodialisa

BAB III

INDIKASI

Hemodialisa sebagai terapi penyakit ginjal end-stage digunakan lebih dari

300.000 orang di Amerika Serikat. Standarisasi terapi ini dimulai pada tahun 1973

oleh beberapa ahli seperti Kolff, Merrill, Sribner dan Schreiner. Terapi ini juga

mempertimbangkan segi pendidikan, pekerjaan, dan kondisi kesehatan pasien.

Kebanyakan ahli ginjal mengambil keputusan terapi berdasarkan kesehatan

penderita yang terus diikuti dengan cermat sebagai penderita rawat jalan.

Pengobatan biasanya dimulai apabila penderita sudah tidak sanggup lagi bekerja

purna waktu, menderita neuropati perifer atau memperlihatkan gejala klinis lainnya.

Pengobatan biasanya juga dapat dimulai jika kadar kreatinin serum diatas 6 mg/100

ml pada pria sedangkan pada wanita diatas 4 mg/100 ml. Penderita tidak boleh

dibiarkan terus menerus berbaring ditempat tidur atau sakit berat sampai kegiatan

sehari-hari tidak dilakukan lagi.(1)

Klasifikasi Penyakit Ginjal KronikStadium Fungsi Ginjal Laju Filtrasi Glomerulus

(mL/menit/1,73m2)Risiko meningkat Normal > 90, terdapat faktor risikoStadium 1 Normal atau meningkat > 90, terdapat kerusakan ginjal,

proteinuria menetap, kelainan sedimen urin, kelainan kimia darah dan urin, kelainan pada pemeriksaan radiologi.

Stadium 2 Penurunan ringan 60-89Stadium 3 Penurununan sedang 30-59Stadium 4 Penurunan berat 15-29Stadium 5 Gagal Ginjal <15

Tabel 1. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik

Menurut konsensus Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) (2003)

secara ideal semua pasien dengan Laju Filtrasi Glomerolus (LFG) kurang dari 15

mL/menit dengan gejala uremia atau malnutrisi dan walaupun tanpa gejala dapat

menjalani dialisis. Selain indikasi tersebut juga disebutkan adanya indikasi khusus

Page 6: Referat Hemodialisa

yaitu apabila terdapat komplikasi akut seperti oedem paru, hiperkalemia, asidosis

metabolik berulang, dan nefropatik diabetik.(4,5,14)

Thiser dan Wilcox menyebutkan bahwa hemodialisa biasanya dimulai ketika

bersihan kreatinin menurun dibawah 10 mL/menit, ini sebanding dengan kadar

kreatinin serum 8–10 mg/dL. Pasien yang terdapat gejala-gejala uremia dan secara

mental dapat membahayakan dirinya juga dianjurkan dilakukan hemodialisa. (17)

Perbandingan Nilai Kreatinin, Laju Filtrasi Glomerulus dan Clearance Creatinin Rate untuk menilai Fungsi Ginjal

Nilai GFR (mg/dl)

Kreatinin (ml/menit/1,73 m2)

Clearance Rate (ml/menit)

Normal >90 Pria : <1,3Wanita : <1,0

Pria : 90-145Wanita : 75-115

Gangguan Ginjal Ringan

60-89 Pria : 1,3-1,9Wanita : 1,0-1,9

56-100

Gangguan Ginjal Sedang

30-59 2-4 35-55

Gangguan Ginjal Berat

15-29 >4 <35

Tabel 2. Perbandingan Nilai Kreatinin, Laju Filtrasi Glomerulus dan Clearance

Creatinin Rate untuk menilai Fungsi Ginjal

Indikasi dari terapi hemodialisa pada gagal ginjal kronis adalah bila

dijumpai pemeriksaan tanda dan gejala serta pemeriksaan laboratorium, sebagai

berikut:

a. Keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata

Penderita dapat mengalami gangguan kesadaran. Adanya gangguan asidosis

metabolik dan atau gejala sindrom uremia seperti mual, muntah dan

anoreksia. Tanda – tanda overload cairan seperti edem, sesak napas akibat

edema paru, serta adanya gangguan jantung. Penderita juga dapat

mengeluhkan sulit kencing (anuria) lebih dari 5 hari.

b. Pemeriksaan Laboratorium ditemukan :

Kreatinin serum > 8 mg/dL

Ureum darah > 200 µ/dL

Hiperkalemi

Page 7: Referat Hemodialisa

pH darah < 7,1

BAB IV

KONTRAINDIKASI

Menurut Thiser dan Wilcox, kontra indikasi dari hemodialisa

adalah hipotensi yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium

terminal, dan sindrom otak organik. Sedangkan menurut PERNEFRI kontra

indikasi dari hemodialisa adalah tidak didapatkan akses vaskuler pada

hemodialisa, akses vaskuler sulit, instabilitas hemodinamik dan koagulasi.

Kontra indikasi hemodialisa yang lain diantaranya adalah penyakit alzheimer,

demensia multi infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan

ensefalopati dan keganasan lanjut.(14)

BAB V

PROSES HEMODIALISA

Ada tiga prinsip yang mendasari kerja dari hemodialisa yaitu difusi,

osmosis dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah didalam darah dikeluarkan melaui

proses difusi dengan cara bergerak dari darah, yang memiliki konsentrasi tinggi,

kecairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah.

Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses

osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradient tekanan,

gradien ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal

sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Karena pasien tidak dapat mengekskresikan

air, kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai isovelemia

(keseimbangan cairan).

Page 8: Referat Hemodialisa

Sistem tubuh dipertahankan dengan penambahan asetat yang akan

berdifusi dari cairan dialisat ke dalam darah pasien dan mengalami metabolisme

untuk membentuk bikarbonat. Darah yang sudah dibersihkan kemudian

dikembalikan ke dalam tubuh melalui pembuluh darah vena.

Dalam proses hemodialisa diperlukan suatu mesin hemodialisa dan suatu

saringan sebagai ginjal tiruan yang disebut dializer, yang digunakan untuk

menyaring dan membersihkan darah dari ureum, kreatinin dan zat-zat sisa

metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh. Untuk melaksanakan hemodialisa

diperlukan akses vaskuler sebagai tempat suplai dari darah yang akan masuk ke

dalam mesin hemodialisa. Hemodialisa dilakukan pada penyakit gagal ginjal

terminal yaitu dengan mengalirkan darah ke dalam suatu tabung ginjal buatan

(dialiser) yang terdiri dari dua kompartemen yang terpisah. Darah pasien dialirkan

dan dipompa ke kompartemen darah yang dibatasi oleh selaput permiabel buatan

(artificial) dengan kompartemen dialisat. Kompartemen dialisat dialairi cairan

dialysis yang bebas pirogen, berisi larutan dengan komposisi elektrolit yang sama

dengan serum normal dan tidak mengandung sisa metabolisme nitrogen. Cairan

dialysis dan darah yang terpisah akan mengalami perubahan konsentrasi karena zar

terlarut berpindah dari konsentrasi yang tinggi kearah konsentrasi yang rendah

sampai konsentrasi zat terlarut sama di kedua kompartemen (difusi). Pada proses

dialysis, air juga berpindah dari kompartemen darah ke kompartemen cairan dialisat

dengan cara menaikkan tekanan hidrostatik negative pada kompartemen cairan

dialisat. Perpindahan air disebut dengan ultrafiltrasi.(1,2,3,4)

Cairan dialysis adalah cairan yang digunakan pada proses hemodialisa, terdiri

dari campuran air dan elektrolit yang mempunyai konsentrasi hampir sama dengan

serum normal dan mempunyai tekanan osmotic yang sama dengan darah. Fungsi

cairan dialysis adalah mengeluarkan dan menampung cairan serta sisa-sisa

metabolisme dari tubuh, serta mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama

dialisa. Cairan dialysis mengandung macam-macam garam, elektrolit dan atau zat

antara lain :

1. NaCl / Sodium Chloride.

Page 9: Referat Hemodialisa

2. CaCl2 / Calium Chloride.

3. Mgcl2 / Magnesium Chloride.

4. NaC2H3O2 3H2O / acetat atau NaHCO3 / Bilkarbonat.

5. KCl / potassium chloride, tidak selalu terdapat pada dialisat.

6. Dextrose.

Gambar 1. Cairan Dializer

Suatu mesin hemodialisa yang digunakan untuk tindakan hemodialisa

berfungsi mempersiapkan cairan dialisa (dialisat), mengalirkan dialisat dan aliran

darah melewati suatu membran semipermeabel, dan memantau fungsinya termasuk

dialisat dan sirkuit darah korporeal. Pemberian heparin melengkapi antikoagulasi

sistemik. Darah dan dialisat dialirkan pada sisi yang berlawanan untuk memperoleh

efisiensi maksimal dari pemindahan larutan. Komposisi dialisat, karakteristik dan

ukuran membran dalam alat dialisa, dan kecepatan aliran darah dan larutan

mempengaruhi pemindahan larutan.(14)

Page 10: Referat Hemodialisa

Gambar 2. Mesin Hemodialisa

Suatu mesin ginjal buatan atau hemodializer terdiri dari membran

semipermeabel yang terdiri dari dua bagian, bagian untuk darah dan bagian lain

untuk dialisat. Darah mengalir dari arah yang berlawanan dengan arah dialisat

ataupun dalam arah yang sama dengan arah aliran darah. Dializer merupakan sebuah

hollow fiber atau capillary dializer yang terdiri dari ribuan serabut kapiler halus

yang tersusun pararel.(7,8,9,15)

Gambar 3. Aliran Darah

Page 11: Referat Hemodialisa

Selama hemodialisa darah dikeluarkan dari tubuh melalui sebuah kateter

kemudia masuk ke dalam sebuah mesin yang dihubungkan dengan sebuah membran

semipermeabel (dializer) yang terdiri dari dua ruangan. Satu ruangan dialirkan darah

dan ruangan yang lain dialirkan dialisat, sehingga keduanya terjadi difusi. Setelah

darah selesai dilakukan pembersihan oleh dialyzer, darah dikembalikan ke dalam

tubuh melalui arterio venosa shunt (AV-shunt).(9,10)

Gambar 4. Sirkuit

Suatu sistem dialisa terdiri dari dua sirkuit, satu untuk darah dan satu lagi

untuk dialisat. Darah mengalir dari pasien melalui tabung plastik (jalur arteri/blood

line), melalui dializer hollow fiber dan kembali ke pasien melalui jalur vena. Dialisat

membentuk saluran kedua. Air kran difiltrasi dan dihangatkan sampai sesuai dengan

suhu tubuh, kemudian dicampur dengan konsentrat dengan perantaraan pompa

pengatur, sehingga terbentuk dialisat atau bak cairan dialisa. Dialisat kemudian

dimasukan ke dalam dializer, dimana cairan akan mengalir di luar serabut berongga

sebelum keluar melalui drainase. Keseimbangan antara darah dan dialisat terjadi

sepanjang membran semipermeabel dari hemodializer melalui proses difusi,

osmosis, dan ultrafiltrasi.(11,15)

Komposisi dialisat diatur sedemikian rupa sehingga mendekati komposisi ion

darah normal, dan sedikit dimodifikasi agar dapat memperbaiki gangguan cairan dan

Page 12: Referat Hemodialisa

elektrolit yang sering menyertai gagal ginjal. Unsur-unsur yang umum terdiri dari

Na+, K+, Ca++, Mg++, Cl- , asetat dan glukosa. Urea, kreatinin, asam urat dan fosfat

dapat berdifusi dengan mudah dari darah ke dalam dialisat karena unsur-unsur ini

tidak terdapat dalam dialisat. Natrium asetat yang lebih tinggi konsentrasinya dalam

dialisat, akan berdifusi ke dalam darah. Tujuan menambahkan asetat adalah untuk

mengoreksi asidosis penderita uremia. Glukosa dalam konsentrasi rendah

ditambahkan ke dalam dialisat untuk mencegah difusi glukosa ke dalam dialisat

yang dapat menyebabkan kehilangan kalori dan hipoglikemia. Pada hemodialisa

tidak dibutuhkan glukosa dalam konsentrasi yang tinggi, karena pembuangan cairan

dapat tercapai dengan membuat perbedaan tekanan hidrostatik antara darah dengan

dialisat.(15)

Ultrafiltrasi terutama dicapai dengan membuat perbedaan tekanan

hidrostatik antara darah dengan dialisat. Perbedaaan tekanan hidrostatik dapat

dicapai dengan meningkatkan tekanan positif di dalam kompartemen darah dializer

yaitu dengan meningkatkan resistensi terhadap aliran vena, atau dengan

menimbulkan efek vakum dalam ruang dialisat dengan memainkan pengatur tekanan

negatif. Perbedaaan tekanan hidrostatik diantara membran dialisa juga meningkatkan

kecepatan difusi solut. Sirkuit darah pada sistem dialisa dilengkapi dengan larutan

garam atau NaCl 0,9 %, sebelum dihubungkan dengan sirkulasi penderita. Tekanan

darah pasien mungkin cukup untuk mengalirkan darah melalui sirkuit

ekstrakorporeal (di luar tubuh), atau mungkin juga memerlukan pompa darah untuk

membantu aliran dengan quick blood (QB) (sekitar 200 sampai 400 ml/menit)

merupakan aliran kecepatan yang baik. Heparin secara terus-menerus dimasukkan

pada jalur arteri melalui infus lambat untuk mencegah pembekuan darah. Perangkap

bekuan darah atau gelembung udara dalam jalur vena akan menghalangi udara atau

bekuan darah kembali ke dalam aliran darah pasien. Untuk menjamin keamanan

pasien, maka hemodializer modern dilengkapi dengan monitor-monitor yang

memiliki alarm untuk berbagai parameter.(12,13,15)

Menurut PERNEFRI waktu atau lamanya hemodialisa disesuaikan dengan

kebutuhan individu. Tiap hemodialisa dilakukan 4–5 jam dengan frekuensi 2 kali

Page 13: Referat Hemodialisa

seminggu. Hemodialisa idealnya dilakukan 10–15 jam/minggu dengan QB 200–300

mL/menit. Pada akhir interval 2–3 hari diantara hemodialisa, keseimbangan garam,

air, dan pH sudah tidak normal lagi. Hemodialisa ikut berperan menyebabkan

anemia karena sebagian sel darah merah rusak dalam proses hemodialisa.

Price dan Wilson menjelaskan bahwa dialisat pada suhu tubuh akan

meningkatkan kecepatan difusi, tetapi suhu yang terlalu tinggi menyebabkan

hemolisis sel-sel darah merah sehingga dapat menyebabkan pasien meninggal.

Robekan pada membran dializer yang mengakibatkan kebocoran kecil atau masif

dapat dideteksi oleh fotosel pada aliran keluar dialisat. Hemodialisa rumatan

biasanya dilakukan tiga kali seminggu, dan lama pengobatan berkisar dari 4 sampai

6 jam, tergantung dari jenis sistem dialisa yang digunakan dan keadaan pasien.(15)

BAB VI

PENATALAKSANAAN HEMODIALISA

Jika kondisi ginjal sudah tidak berfungsi diatas 75 % (gagal ginjal terminal

atau tahap akhir), proses cuci darah atau hemodialisa merupakan hal yang sangat

membantu penderita. Proses tersebut merupakan tindakan yang dapat dilakukan

sebagai upaya memperpanjang usia penderita. Hemodialisa tidak dapat

menyembuhkan penyakit gagal ginjal yang diderita pasien tetapi hemodialisa dapat

meningkatkan kesejahteraan kehidupan pasien yang gagal ginjal.(1,8)

Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisa

mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu

mengekskresikan produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan

menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun dan toksin. Gejala yang

terjadi akibat penumpukan tersebut secara kolektif dikenal sebagai gejala uremia dan

akan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Diet rendah protein akan mengurangi

penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian meminimalkan gejala.(8)

Page 14: Referat Hemodialisa

Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal

jantung kongestif serta edema paru. Dengan demikian pembatasan cairan juga

merupakan bagian dari terapi diet untuk pasien. Dengan penggunaan hemodialisis

yang efektif, asupan makanan pasien dapat diperbaiki meskipun biasanya

memerlukan beberapa penyesuaian dan pembatasan pada asupan protein, natrium,

kalium dan cairan. (8)

BAB VII

KOMPLIKASI

Hemodialisa sangat penting untuk menggantikan fungsi ginjal yang rusak tetapi

hemodialisa juga dapat menyebabkan komplikasi umum berupa hipertensi (20-30% dari

dialisis), kram otot (5-20% dari dialisis), mual dan muntah (5-15% dari dialisis), sakit

kepala (5% dari dialisis), nyeri dada (2-5% dialisis), sakit tulang belakang (2- 5% dari

dialisis), rasa gatal (5% dari dialisis) dan demam pada anak-anak (<1% dari dialisis).

Sedangkan komplikasi serius yang paling sering terjadi adalah sindrom disequilibrium,

arrhythmia, tamponade jantung, perdarahan intrakaranial, hemolisis dan emboli paru.

Komplikasi akut hemodialisis adalah komplikasi yang terjadi selama

hemodialisis berlangsung. Komplikasi yang sering terjadi diantaranya adalah

hipotensi, kram otot, mual dan muntah, sakit kepala, sakit dada, sakit punggung,

gatal, demam dan menggigil.(16)

Komplikasi dari renal replacement theraphycomplication Hemodialisis Peritonel dialysiscardiovascular Air embolism

Angina Arrytmia Cardiac tamponade Hypotension*

Arrytmia Hipotension Pulmonary edema

Infection Bacterimia Colonization of temporary

central venous cateters Endocarditis Meningitis Osteomyelitis Sepsis

Catheter exit sitre infection

peritonitis

Page 15: Referat Hemodialisa

Vascular access celulitis or absess

Mecahnical Obstruksi pada arterivena, terbentuk fistul trombosis atau infeksi

Stenosis atau trombosis pada vena subklavia atau superior vena cava dan intern vena jugular

Catheter obstruction by clots, fibrin, omentum, or fibrous encasement

Dialysate leakage around the catheter

Dissection of fluid into the abdominal wall

Hematoma in the pericatheter tract

Perforation of a viscus by the catheter

Metabolic Hipoglikemi pada orang diabetik yang memakai insulin

Hipokalemi Hiponatremi dan

hipernatremi

Hipoalbumin Hiperglikemi Hipertrigliserid Obesitas

Pulmonary Dispnea sampai reaksi anafilasis oleh membran hemodialisa

Hipoksia

Atelectasis Efusi pleura Pneumonia

Miscellaneous Deposit amiloid Hemorragic cateter Demam yang disebabkan

oleh bakterimia, pirogen, atau panas dialysate

Perdarahan (GI, Intracranial, retroperitonel, intraocular)

Insomnia Pruritus Keram otot Restlessness Kejang

Abdominal and inguinal hernias

Catheter-related intra-abdominal bleeding

Hypothermia Peritoneal sclerosis Seizures

*most common complication overall

Penatalaksanaan pada komplikasi akut hemodialisa:

1. Hipotensi

Hipotensi merupakan manifestasi ketidakstabilan hemodinamik selama

ultrafiltrasi hemodialisis. Terdapat 2 macam hipotensi terkait dialisis:

a. Episodic hypotension

Page 16: Referat Hemodialisa

Dimana terjadi pada stadium lanjut dialisis; hipotensi ini terjadi

bersamaan dengan muntah, kram otot, dan vagal symptom (seperti

menguap).

b. Chronic persistent hypotension

Terjadi pada pasien dengan terapi jangka panjang dengan predialisis

tekanan darah sistolik kurang dari 100mmHg.

Etiologi :

- Penurunan cepat osmolalitas plasma, dimana menyebabkan cairan

ekstraselular berpindah kedalam sel.

- Pembuangan cairan secara cepat dalam upaya untuk mencapai

- Autonom neuropathy, peran baroreseptor dan peningkatan aktifitas

simpatetik eferen.

- Penggunaan asetat sebagai buffer dialysate (akumulasi asetat dalam darah

mempunyai aktivitas vasodilator)

- Penggunaan konsentrasi sodium yang rendah dalam dialysate

- Arrhythmias / efusi pericardial dengan tamponade

- Peningkatan sintesis vasodilator endogen seperti nitrit oxide

- Pelepasan tiba tiba adenosine selama iskemik organ.

- Tingginya konsentrasi magnesium pada dialysate

- Kegagalan untuk meningkatkan level plasma vasopressin.

Penatalaksanaan :

- Menghentikan ultrafiltrasi / menurunkan tingkat ultrafiltrasi.

- Pasien harus diposisikan Tredelenburg

- Aliran darah harus dikurangi

- Volume intravascular dapat menggantikan mannitol / saline. Penggunaan

bolus saline intravea sebagai terapi awal hipotensi.

Pencegahan :

- Meningkatkan konsentrasi dialysate sodium

Page 17: Referat Hemodialisa

- Bikarbonat dialysate buffer

- Mengontrol suhu

- Peningkatan kinerja cardiovascular pada pasien penyakit jantung

- Pemberian Midodrine (alpha-1 adrenergik agonist selektif) pada pasien

dengan autonom neuropathy

- Carnitine

- Adenosine Receptor antagonist

- Infus vasopressin

2. Kram otot

Kram otot adalah pemanjangan kontraksi otot involunter. Biasanya

melibatkan ekstremitas bawah. Biasanya terjadi di akhir pengobatan

hemodialisa. Sering ditemukan penurunan PTH dan tingginya serum creatin

fosfokinase.

Etiologi :

- Kontraksi volume plasma

- Hipoksia jaringan

- Hiponatremia

- Hipomagnesemia

- Defisiensi carnitine

Penatalaksanaan :

Target tatalaksana adalah menurunkan frekuensi kram & mengurangi gejala

bila terjadi kram

- Pemberian benzodiazepine jangka pendek (oxazepam), nifedipine,

phenytoin, creatine monohidrat, carbamazepine, amitriplatin, gabapentin.

Pencegahan :

- Mencegah dialisis terkait hipotensi

- Penggunaan sodium konsentrasi tinggi pada dialisat

- Suplementasi carnitine

Page 18: Referat Hemodialisa

- Penggunaan quinine untuk menurunkan eksitabilitas motor end plate

untuk stimulasi saraf & meningkatkan periode refrakter otot, sehingga

mencegah perpanjangan kontraksi involunter otot.

3. Angina

Angina harus dipertimbangkan pada pasien peningkatan risiko penyakit

koroner. Evaluasi riwayat, pemeriksaan fisik, dan elektrokardiogram serta

cardiac enzim yang tepat harus dievaluasi sebelum hemodialisa dilakukan.

Angina saat hemodialisis dapat dicegah dengan pemberian pemberian nitrate /

beta-blocker.

4. Hemolisis

Dapat muncul sebagai nyeri dada dan terjadi hiperkalemia berat yang dapat

mengarah ke kematian. Tanda gejala hemolisis:

- Warna keunguan pada jalur intravena

- Keluhan nyeri dada, nafas pendek, nyeri punggung

- Penurunan Hematokrit

- Warna merah muda pada spesimen plasma yang di sentrifuse.

Etiologi:

- Overheating

- Hipotonik karena insufisiensi rasio konsentrasi air

Penatalaksanaan:

- Hentikan dialysis segera

- Klem jalur darah (jangan mengembalikan darah untuk mencegah

hyperkalemia)

- Persiapkan hyperkalemia dan kemungkinan anemia berat

- Mencari penyebab

- Rawat inap untuk pemantauan karena hyperkalemia yang mengancam

jiwa mungkin berkembang setelah dialysis diakhiri.

Page 19: Referat Hemodialisa

5. Emboli udara

Jarang tetapi sangat fatal (adanya gelembung pada jalur vena dicurigai udara

masuk ke system dialysis). Pemutusan sambungan ke jalur pembuluh darah

secara langsung dapat juga menyebabkan emboli udara pada pasien yang

didialisis dengan kateter vena sentral (CVC).

Gejala bergantung dari posisi pasien pada waktu kejadian. Pada pasien yang

duduk, udara cenderung migrasi kedalam system vena serebral tanpa masuk

ke jantung menyebabkan hilangnya kesadaran dan kejang, sementara pasien

yang berbaring, udara cenderung masuk ke jantung dan kemudian paru

menyebabkan dipsnea, batuk, dan mungkin sesak napas.

Penatalaksanaan:

- Klem jalur vena dan memberhentikan pompa darah.

- Posisikan pasien pada sisi kiri dengan posisi supinasi dengan dada dan

kepala tilted downward

- Cardiorespiratory support

- Berikan oksigen 100% dengan masker atau endotracheal tube.

BAB VIII

SARAN DAN KESIMPULAN

Hemodialisa merupakan pengganti terapi faal ginjal dengan tujuan untuk

mengeluarkan sisa-sisa metabolisme protein dan koreksi gangguan keseimbangan air

dan elektrolit antara kompartemen darah pasien dengan kompartemen larutan dialisat

melalui selaput semipermeabel yang bertindak sebaagai ginjal buatan. Tujuan dari

hemodialisa adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah

pasien ke dializer tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan

ketubuh pasien. Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisa yaitu difusi,

osmosis dan ultrafiltrasi. Bagi penderita gagal ginjal kronis, hemodialisa akan

mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa tidak menyebabkan

Page 20: Referat Hemodialisa

penyembuhan atau pemulihan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi

hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan tampak

dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien.

Page 21: Referat Hemodialisa

BAB IX

DAFTAR PUSTAKA

1. Wijaya, Awi Mulyadi;dr. Rabu, 27 Januari 2010.

http://www.infodokterku.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=68:terapi-pengganti-ginjal-atau-

renal-replacement-therapy-rrt&catid=29:penyakit-tidak-

menular&Itemid=18. Terapi Pengganti Ginjal atau Renal Replacement

Therapy (RRT).

2. Daugridas, JT. Cronic Hemodyalisis Prescription : A Urea Kinetic

Approach. Daugirdas JT, Ing TS (Eds) Handbook of Dialysis 3dh edition by

Lippincott Williams and Willkins Publisers 2000 : 12-47.

3. Rahardjo P., Susalit E., Suhardjono. Hemodialisis. Dalam Buku AJar Ilmu

Penyakit Dalam, Edisi IV,

4. Xue JL, Ma JZ, Louis TA, Collins AJ: Forecast of the number of patients

with end-stage renal disease in the United States to the year 2010. J Am Soc

Nephrol 12:2753-2758, 2001.

5. Albert Lasker : Award for Clinical Medical Research. J Am Soc Nephrol

13:3027-3030, 2002.

6. Kinchen KS, Sadler J, Fink N, et al: The timing of specialist evaluation in

chronic kidney disease and mortality. Ann Intern Med 137:479-486, 2002

7. Vanholder R, De Smet SR: Pathophysiologic effects of uremic retention

solutes. J Am Soc Nephrol 10:1815-1823, 1999.

8. Jonathan Himmelfarb, MD. Hemodialysis Complications. American Journal

of Kidney Disease, vol 45, No.6 (June); 2005: pp 1125-1131.

9. Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan

Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien,

Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta.

10. Ganong, W. F., 1998, Buku ajar: Fisiologi kedokteran. Edisi 17. EGC,

Jakarta.

Page 22: Referat Hemodialisa

11. Guyton, A. C. & Hall, J. E., 1997, Buku ajar: Fisiologi kedokteran. Edisi 9.

EGC, Jakarta.

12. Havens, L. & Terra, R. P, 2005, Hemodialysis. Terdapat pada:

http://www.kidneyatlas.org.

13. NKF, 2006, Hemodialysis. Terdapat pada: http://www.kidneyatlas.org.

14. PERNEFRI, 2003, Konsensus dialisis. Sub Bagian Ginjal dan Hipertensi–

Bagian Ilmu Penyakit dalam. FKUI-RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

Jakarta.

15. Price, S. A. & Wilson, L. M., 1995, Patofisiologi: Konsep klinis proses-

proses penyakit, Edisi 4, EGC, Jakarta.

16. Rose, B. D. & Post, T. W, 2006, Hemodialysis: Patient information,

Terdapat pada: http://www.patients.uptodate.com.