17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Haemophilus influenzae adalah bakteri gram negatif yang menggunakan factor X (hematin dan factor V (nicotinamide adenine dinucleotide [NAD]) dalam darah untuk pertumbuhan. Haemophilus influenzae terdiri dari yang berkapsul dan yang tidak berkapsul. Tipe yang tidak berkapsul membentuk koloni rough (R) yang umumnya tidak ganas dan hanya menyebabkan infeksi ringan. Tipe ini sering diasosiasikan dengan penyakit saluran nafas kronik terutama pada orang dewasa. Sementara tipe yang berkapsul membentuk koloni S, dibagi dalam 6 subtipe dari a sampai f. Haemophilus influenzae tipe B (HiB) adalah tipe yang paling ganas. Sebelum ditemukannya vaksin Hib, penyakit Hib merupakan penyebab utama radang selaput otak (meningitis) pada anak di bawah 5 tahun. Meningitis menyebabkan kerusakan otak dan medulla spinalis. Hib juga menyebabkan pneumonia, infeksi berat di tenggorokan, infeksi pada persendian, tulang dan selaput jantung, bahkan kematian. Kira-kira seratus tahun setelah Haemophilus influenzae ditemukan sebagai penyebab beberapa sindrom pada anak, vaksin telah mulai diperkenalkan di Amerika Serikat. Vaksinasi berjaya menurunkan prevalensi infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini. Namun, mortalitas dan morbiditas H. Influenzae tipe B masih menjadi masalah pada populasi yang tidak mendapat imunisasi. 1

Referat HiB (Autosaved)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hib

Citation preview

Page 1: Referat HiB (Autosaved)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Haemophilus influenzae adalah bakteri gram negatif yang menggunakan factor X (hematin

dan factor V (nicotinamide adenine dinucleotide [NAD]) dalam darah untuk pertumbuhan.

Haemophilus influenzae terdiri dari yang berkapsul dan yang tidak berkapsul. Tipe yang tidak

berkapsul membentuk koloni rough (R) yang umumnya tidak ganas dan hanya menyebabkan

infeksi ringan. Tipe ini sering diasosiasikan dengan penyakit saluran nafas kronik terutama

pada orang dewasa. Sementara tipe yang berkapsul membentuk koloni S, dibagi dalam 6

subtipe dari a sampai f. Haemophilus influenzae tipe B (HiB) adalah tipe yang paling ganas.

Sebelum ditemukannya vaksin Hib, penyakit Hib merupakan penyebab utama radang

selaput otak (meningitis) pada anak di bawah 5 tahun. Meningitis menyebabkan kerusakan

otak dan medulla spinalis. Hib juga menyebabkan pneumonia, infeksi berat di tenggorokan,

infeksi pada persendian, tulang dan selaput jantung, bahkan kematian. Kira-kira seratus tahun

setelah Haemophilus influenzae ditemukan sebagai penyebab beberapa sindrom pada anak,

vaksin telah mulai diperkenalkan di Amerika Serikat. Vaksinasi berjaya menurunkan

prevalensi infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini. Namun, mortalitas dan morbiditas H.

Influenzae tipe B masih menjadi masalah pada populasi yang tidak mendapat imunisasi.

1

Page 2: Referat HiB (Autosaved)

BAB II

Haemophilus Influenzae tipe B

2.1 Sejarah

Haemophilus influenzae tipe B (HiB) adalah bakteri yang hanya menyerang manusia. HiB

dahulunya adalah bakteri patogen tersering yang menyebabkan meningitis. Pada tahun 1978,

HiB dianggarkan menyebabkan 46% meningitis bakterialis (10.000 kasus) di Amerika

Serikat. Selain itu, HiB juga menyebabkan penyakit invasif lain seperti selulitis buccal dan

periorbital, pneumonia, artritis, epiglottitis dan pericarditis.1

Bakteri ini teridentifikasi secara tidak sengaja oleh Pfeiffer pada tahun 1892. Pfeiffer

menemukan HiB sebagai agen penyebab kematian pasien ketika pandemi (wabah) influenza

yang teridentifikasi dari sputum pasien yang meninggal. Pada tahun 1930, Margaret Pittman

menggambarkan bahwa terdapat 6 serotipe (a sampai f) HiB berkapsul berdasarkan

perbedaan antigenik kapsular polisakaridanya. Pada tahun 1950, kloramfenikol menunjukkan

adanya penurunan mortalitas akibat infeksi dari HiB.1

Pada tahun 1970, Schneerson menemukan komponen polyribosyl-ribotyl phosphate

(PRP) sebagai kapsul HiB dan digunakan sebagai imunogen vaksin. Pada tahun 1980an, PRP

yang dikonjugasi diperkenalkan untuk digunakan sebagai vaksin. Pada tahun 1987, vaksin

HiB diperkenalkan dan vaksinasi ini berjaya menurunkan insidens penyakit yang disebabkan

HiB pada anak-anak di bawah 5 tahun sebanyak 97% di Amerika Serikat. Namun, insidens

penyakit pada seorang yang berusia 5 tahun dan ke atas masih belum berubah (menetap 0.4

per 100.000).1

2.2 Etiologi

HiB termasuk bakteri gram negatif berbentuk coccabacillus, tidak dapat bergerak yang

memerlukan faktor X (hematin – suatu derivat hemoglobin yang termostabil) dan faktor V

(nicotinamide adenine dinucleotide[NAD]) untuk pertumbuhan. Faktor X dapat diperoleh

dari darah sedangkan faktor V dapat diperoleh dari ekstrak ragi dan juga dihasilkan oleh

beberapa kuman tertentu seperti S.aureus. Spesies Haemophilus pada umumnya peka

2

Page 3: Referat HiB (Autosaved)

terhadap pendinginan, pengeringan dan beberapa disinfektan. Pada suhu 55oC, bakteri akan

mati dalam 30 menit. HiB adalah salah satu bakteri berkapsul yang dianggap virulen dan

menyebabkan penyakit-penyakit invasif. HiB mempunyai kapsul polisakarida yang terdiri

daripada polimer 5 unit carbon sugar, ribose dan ribitol phosphate (Polyribosylribitol

phosphate – PRP). Terdapat juga fimbriae pada membrane luar yang dapat membantu HiB

melekat pada sel epitel.2,3

Gambar 1: Haemophillus influenzae tipe B

Sumber: http://www.ppdictionary.com/bacteria/gnbac/influenzae.htm

2.3 Epidemiologi

Sebelum ditemukan vaksin yang efektif untuk H.influenza, bakteri ini menyebabkan

penyakit-penyakit yang invasif pada anak-anak. Berdasarkan distribusi umur; 90% terjadi

pada anak-anak di bawah 5 tahun (balita) dan mayoritasnya adalah pada anak-anak berusia di

bawah 2 tahun. Rata-rata per tahun kasus penyakit invasif disebabkan HiB adalah 64-129

kasus per 100.000 anak balita. Sedangkan kasus penyakit invasif yang disebabkan

H.influenza berkapsul serotipe lain adalah 0.7 per 100.000 anak balita. Di negara

berkembang, H.influenza tidak berkapsul boleh menyebabkan banyak penyakit invasif pada

neonatus, anak-anak immunocompromised dan penderita sickle cell disease, asplenia.1

60-90% dapat ditemukan H.influenzae yang tidak berkapsul sebagai flora normal

respirasi anak-anak. Sebelum penemuan vaksin, HiB dapat diisolasikan dari faring 2-5%

anak-anak sekolah yang sehat. Insidens penyakit akibat HiB berkurang sebanyak 99% pada

3

Page 4: Referat HiB (Autosaved)

permulaan vaksin. Pada tahun 1989-1997 insidens penyakit invasif HiB pada anak balita

berkurang sebanyak 99% yaitu dari 34 ke 0.4 kasus per 100.000 anak. Pada infant yang tidak

mendapat vaksin, risiko rekuren juga meningkat. Sebelum mulainya terapi antimikroba,

biasanya terjadi kolonisasi di nasofaring pada kebanyakan anak dengan penyakit invasif HiB,

dan 25-40% mungkin tetap berkolonisasi pada 24 jam pertama terapi.1

2.4 Patogenesis

HiB hanya ditemukan pada manusia. Penyebarannya melalui udara pernafasan dan percikan

air ludah yang mengandung HiB. Bakteri ini dapat ditemukan pada saluran nafas (hidung dan

tenggorok) orang yang sehat ataupun pada seseorang yang pernah menderita infeksi HiB.

HiB dapat bertahan dalam saluran napas untuk waktu yang lama (asymptomatic carrier),

sehingga meningkatkan kesempatan untuk transmisi. Uji hewan menunjukkan bahwa,

minoritas terjadinya penyakit adalah bila, bakteri ini menginvasi melalui mukosa ke dalam

darah difasilitasi oleh kerusakan mukosa (infeksi virus, trauma, dan sebagainya) atau

peningkatan jumlah organisme di mukosa. Setelah penetrasi ke dalam aliran darah, HiB

dilindungi dari fagositosis oleh kapsul (antifagositosis dan serum resistance) dan berkembang

biak sementara menyebar ke meninges, epiglotis, atau permukaan sinovial. Pasien mungkin

menunjukkan gejala setelah terjadi bakteremia.1,2

2.5 Diagnosis

Pewarnaan Gram dan kultur merupakan tes pilihan untuk diagnosis. Pada pewarnaan

gram, akan terlihat bakteri gram negatif, berbentuk coccobacillus. Namun, pengobatan

antibiotik sebelumnya sering membuat kultur darah steril. Kultur CSF kurang terpengaruh

oleh penggunaan antibiotik oral. Selain itu, penyakit dengan infeksi lokal (arthritis dan

epiglotitis) memiliki tingkat bakteremia yang lebih rendah, dan kultur positif mungkin

terlewatkan jika volume darah tidak memadai diambil untuk kultur.1,4

4

Page 5: Referat HiB (Autosaved)

Gambar 2: Perwarnaan Gram Haemophillus influenzae tipe B

Sumber: http://www.ppdictionary.com/bacteria/gnbac/influenzae.htm

HiB tumbuh pada agar coklat yang membentuk koloni mengkilap dan mukoid karena

di agar coklat terdapat faktor X (hemin) dan V (nicotinamide adenine dinucleotide [NAD]).

Kultue HiB di agar darah akan membentuk fenomena satelit (satellite phenomenon) sekiranya

terdapat Staphylococcus aureus di agar darah. Staphylococcus aureus akan melisis sel darah

merah dan memberikan NAD untuk pertumbuhan Haemophillus. Tes yang lebih sensitif

untuk menguji kebutuhan faktor X adalah dengan menguji kemampuan H. influenzae untuk

mengkonversi delta aminolevulinic acid kepada porfirin. Tes lain seperti produksi indole dari

triptofan dan deteksi β-galaktosidase (uji ONPG) juga berguna dalam membedakan H.

influenzae dari spesies Haemophilus lainnya.1-4

Gambar 3: Kultur HiB di

agar coklat.

Sumber: Haemophillus

influenzae – Microbiology

in pictures

5

Page 6: Referat HiB (Autosaved)

Metode lain untuk membantu untuk mendiagnosis HiB adalah dengan mendeteksi

antigen terutamanya ketika organisme telah dibuat nonviable oleh antibiotik. Yang paling

populer dan sensitif adalah tes aglutinasi partikel lateks (Latex particle agglutination test),

yang menggunakan antibodi anti-PRP pada partikel latex yang mengaglutinasi sekiranya

antigen PRP ada di spesimen tersebut. Kadang-kadang false positive bagi HiB dapat terjadi

akibat reaktivitas silang dengan Escherichia coli, Streptococcus pneumoniae, S. aureus,

Neisseria meningitidis. Oleh itu, tes lateks positif disertai dengan adanya manisfestasi klinis

amatlah berguna untuk mendiagnosis penyakit akibat HiB.1,2

Meningitis

Isolasi HiB dari daerah tubuh yang steril adalah metode diagnosis pilihan dalam

semua penyakit. Bakteremia HiB selalu didiagnosis dengan isolasi HiB dari darah. Namun,

metode ini tidak selalu berhasil sekiranya seorang anak sudah diberikan antibiotik sebelum

klinis meningitis muncul. Kultur HiB dari cairan serebrospinal dapat dilakukan untuk

mendiagnosa penyakit akibat HiB. Jika riwayat klinis sesuai dengan meningitis dan ada

perubahan cairan serebrospinal (CSF) yaitu rendah gula, tinggi protein, dan peningkatan

jumlah neutrofil, disertai tes aglutinasi lateks CSF yang positif untuk HiB, kemungkinan

bahwa anak tersebut menderita meningitis HiB adalah besar. Jika hasil tes aglutinasi lateks

CSF negatif, pasien ini harus dianggap tidak menderita HiB meningitis walaupun hasil tes

antigen urin positif. 1,2

Gambar 4: Pengambilan cairan

serebrospinal melalui lumbal

punksi

Sumber: Haemophillus

influenzae diseases: CDC

6

Page 7: Referat HiB (Autosaved)

Selulitis

Diagnosis positif untuk HiB seringkali sulit pada pasien dengan selulitis karena dokter

sering enggan untuk aspirasi dari jaringan yang meradang. Jika kultur darah positif untuk HiB

atau jika gambaran klinis kompatibel dengan diagnosis ini dan uji lateks urine positif untuk

HiB, diagnosis dapat dianggap benar. Sekiranya tidak ada hasil yang positif, adalah lebih baik

untuk mengobati dengan antibiotik yang juga efektif untuk infeksi S. aureus. 1,2

Septic Arthritis

Jika aspirasi dilakukan pada penyakit septic arthritis, hal ini dapat digunakan

mengkonfirmasi bakteri penyebab infeksi, tetapi jika tidak dilakukan maka dokter harus

bergantung pada hasil kultur darah dan/atau tes urine lateks. Jika anak sudah menerima

antibiotik oral, kemungkinan terjadi jika kultur negatif juga harus dipertimbangkan.1,2

Perikarditis

Perikarditis selalu membutuhkan drainase, dan, jika drainase dilakukan pada awal

perjalanan penyakit, kultur akan positif untuk HiB dari cairan atau darah. Namun, jika anak

telah diberikan antibiotik dan kultur yang negatif, tes aglutinasi lateks yang positif untuk HIB

dari cairan perikardial atau urin akan berguna.1,2

Pneumonia

Pneumonia adalah yang paling sulit dari semua infeksi untuk dibuat diagnosis. Kultur

darah positif atau hasil positif dari tes aglutinasi lateks dari cairan pleura mungkin

konfirmasi, tetapi tes ini mungkin tidak memberikan hasil positif jika dilakukan.1,2

2.6 Manifestasi Klinis dan Penatalaksanaan

Manifestasi klinis dan pengobatan semua penyakit H.influenzae invasif adalah sama

walaupun berbeda serotipe. Terapi antibiotik awal infeksi invasif akibat HiB harus diberikan

secara parenteral dengan menggunakan antimicrobial agent yang efektif dalam mensterilisasi

semua fokus infeksi dan efektif terhadap strain yang resisten ampisilin. Sefalosporin broad

spektrum, seperti sefotaksim atau seftriakson boleh digunakan sebagai agen antimikroba awal

ketika HiB dianggap sebagai bakteri penyebab. Hal ini karena antibiotik ini mempunyai efek

samping yang kurang dan mudah untuk diadministrasi.4

7

Page 8: Referat HiB (Autosaved)

Selain itu, dapat digunakan kombinasi kloramfenikol dengan ampisilin. Ampisilin

adalah drug of choice untuk terapi infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini. Setelah uji

sensitivitas dilakukan, antimikroba yang tepat dapat dipilih untuk melengkapi terapi. Jika

hasil tes menunjukkan bakteri ini resisten terhadap ampisilin, sefalosporin broad spektrum

seperti sefotaksim atau seftriakson boleh digunakan; diberikan sekali sehari sekiranya pasien

dirawat jalan. Antimikroba oral juga kadang-kadang digunakan untuk melengkapi terapi

selain dari terapi parenteral. Jika organisme rentan terhadap ampisilin, amoksisilin

merupakan obat pilihan. Sebuah sefalosporin oral-generasi ketiga (misalnya, cefixime,

cefpodoxime) atau amoksisilin-klavulanat dapat digunakan sekiranya bakteri resisten

terhadap ampisilin. Jangka waktu terapi biasanya adalah sekitar 10 hari.2,4

Gambar 5: Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh HiB

Sumber:http://textbookofbacteriology.net/hi.jpeg

Meningitis

Gejala klinis meningitis adalah demam, kaku kuduk and fotofobia. Namun pada infant, gejala

ini mungkin susah untuk diperiksa, jadi gejala yang mungkin ada gejala tidak spesifik seperti

letargi, tidak mau minum dan iritabilitas. 2 – 5 % meningitis HiB boleh menjadi fatal

walaupun telah diberikan terapi yang tepat. Komplikasi jangka panjang meningitis HiB

adalah retardasi mental, cerebral palsy, hilang pendengaran dan kelainan kejang.2

Terapi antimikroba harus diberikan parenteral selama 7-14 hari untuk kasus-kasus

yang tidak rumit. Sefotaksim, seftriakson, ampisilin, kloramfenikol dan semua diperkirakan

melintasi blood-brain barrier selama peradangan akut pada konsentrasi yang cukup untuk

8

Page 9: Referat HiB (Autosaved)

membuat mereka efektif untuk meningitis H. influenzae. Kloramfenikol juga diberikan secara

oral untuk menyelesaikan rejimen terapi untuk meningitis.2

Selulitis

Selulitis adalah infeksi pada kulit yang dapat terjadi di muka, kepala atau leher.

Selulitis bukal terjadi terutama pada anak-anak kurang dari usia 18 bulan dan mungkin

berhubungan dengan pemberian susu botol. Hal ini dapat muncul dalam semalam pada anak

yang sehat. Ini sering memiliki violaceous hue atau dapat muncul erysipeloid. HiB sering

dapat dibiakkan dari darah atau aspirasi dari pipi. Harus dipertimbangkan juga apakah anak

mungkin memiliki fokus lain dari infeksi, terutama jika kultur darah positif. Penyebab bakteri

lain juga perlu dipertimbangkan, terutama pada anak yang lebih tua atau jika ada abrasi wajah

terkait. Terapi pada selulitis biasanya antimikroba parenteral yang diindikasikan sehingga

pasien afebris. Setelah itu, antimikroba oral yang sesuai bisa diberikan. Terapi biasanya

sekitar 7-10 hari.1

Gambar 6: Selulitis

Sumber: Haemophillus influenzae infection – AAP

Selain itu dapat terjadi selulitis orbita yang mungkin menjadi keadaan darurat medis.

Ini biasanya merupakan perpanjangan dari sinusitis etmoid, dan. Gejala pada selulitis orbita

adalah proptosis mata, keterbatasan gerakan mata, gangguan penglihatan, kemosis dan rasa

nyeri ketika mata digerakkan. Penyakit ini perlu dibedakan dari "preseptal," atau periorbital

selulitis yang merupakan selulitis dari kelopak mata. Preseptal selulitis sering disertai dengan

demam, edema dan panas di kelopak mata, dan integumen yang utuh. Perbedaan orbitan dan

preseptal selulitis lebih baik dilakukan dengan CT Scan.1,2

9

Page 10: Referat HiB (Autosaved)

Epiglottitis

Epiglottitis adalah infeksi dan inflamasi pada epiglottis yaitu jaringan di tenggorokan yang

melindungi dan memproteksi laring ketika menelan. Pasien dengan epiglottitis sering

menunjukkan gelaja-gejala seperti soft stridor, demam yang tinggi, disfagia dan drooling.

Pada penanganan yang tidak tepat tepat, epiglotis yang edema bisa menyebabkan risiko

terjadinya obstruksi jalan nafas. 95% kasus epiglottitis yang terjadi sebelum adanya vaksin

adalah disebabkan HiB. Epiglottitis sering terjadi pada anak berusia 2 hingga 7 tahun. Terapi

antimikroba terhadap HiB harus diberikan secara parenteral tetapi hanya setelah jalan napas

dijamin, dan terapi harus dilanjutkan sampai pasien dapat mengambil cairan per oral. Durasi

terapi antimikroba biasanya adalah 7 hari. 2,5

Pneumonia

Pneumonia juga adalah salah satu mansfestasi dari penyakit invasif HiB. Gejala klinis dari

pneumonia akibat HiB dan akibat mikroorganisme lain tidak dapat dibedakan (Demam +

Batuk + Sesak). Anak yang diduga menderita pneumonia HiB yang berusia kurang dari 12

bulan harus menerima terapi antimikroba parenteral pada awalnya karena peningkatan risiko

untuk bakteremia dan komplikasi pada mereka adalah tinggi. Anak yang lebih besar yang

kurang parah dapat ditangani dengan antimikroba oral. Terapi dilanjutkan selama 7-10 hari

dari gabungan terapi parenteral-oral.1,2

Septic Arthritis

Septic arthritis adalah infeksi yang sering terjadi pada sendi-sendi yang besar seperti lutut,

pinggul, pergelangan kaki, dan siku, yang terpengaruh paling umum. Biasnya saptic arthritis

hanya terjadi pada satu sendi, namum 6% kasus melibatkan beberapa sendi. Tanda-tanda dan

gejala dari septic arthritis karena H. influenzae tidak bisa dibedakan dari arthritis yang

disebabkan oleh bakteri lain. Septic arthritis harus diobati dengan antimikroba yang tepat

diberikan parenteral selama setidaknya 5-7 hari. Jika respon klinis memuaskan, sisa

pengobatan antimikroba dapat diberikan secara oral. Terapi biasanya diberikan selama 3

minggu untuk septic arthritis, tapi dapat dilanjutkan di luar 3 minggu yaitu sehingga protein

C-reaktif normal.2

10

Page 11: Referat HiB (Autosaved)

Perikarditis

Perikarditis adalah infeksi pada peradangan perikardium parietal, perikardium viseral, atau

kedua-duanya. H.influenzaeI jarang sekali menyebabkan bakterial perikarditis. Anak-anak

yang terinfeksi sering sekali menunjukkan gejala-gejala infeksi saluran pernafasan atas.

Selain itu, dapat ditemukan juga demam, distres pernafasan dan takikardia. Antimikroba

harus diberikan secara parenteral dengan mengikuti regimen pengobatan meningitis.

Pericardiektomi dapat dilakukan untuk drainase bahan purulen dan sekaligus mencegah

terjadinya tamponade dan constrictive perikarditis.2

Bakteremia

Bakteremia akibat HiB biasanya disertai gejala demam tanpa fokus infeksi yang jelas.

Demam biasnya tinggi dari 39oC dan adanya leukositosis ((≥15,000 cells/μL). 25% anak-anak

dengan bakteremia HiB dapat berkembang menjadi meningitis sekiranya tidak diobati. Kultur

darah harus dilakukan sekiranya si anak diduga menderita bakteremia HiB. Anak haruslah

dirawat inap dan diberikan antimikroba parenteral.2

2.7 Pencegahan

Imunisasi

Vaksin HiB merupakan vaksin yang tidak aktif, dibuat dari kapsul Haemophillus influenzae

tipe B yang disebut polyribosbitol phosphat (PRP). Awalnya vaksin ini dibuat secara murni

tanpa penambahan apa pun. Namun ternyata vaksin ini kurang efektif pada anak yang berusia

kurang dari 18 bulan. Respon terhadap vaksin hanyalah dari T-independent antigen dan tidak

ada penambahan antibodi walaupun diberikan booster. Hanya sedikit produksi IgM dan

produksi IgG juga minimal sehingga perlu diberikan penambahan komponen bakteri lain.4,5

11

Page 12: Referat HiB (Autosaved)

Komponen bakteri lain yang digunakan adalah protein bakteri penyebab tetanus

(PRP-T) dan protein dari Neisseria meningitidis (PRP-OMP) yang juga merupakan bakteri

penyebab meningitis. Penambahan komponen bakteri lain ini disebut proses konjugasi di

mana terjadinya proses ikatan kimia antara polisakarida (antigen tidak efektif) dengan protein

carrier yang lebih efektif. Jadi, polisakarida yang T-independent akan berubah menjadi T-

dependent antigen. Pemberian vaksin HiB yang dikonjugasi membuatkan respon booster

lebih baik dan produksi IgG lebih dominan. Vaksin Hib ini hanya melindungi terhadap

infeksi Haemophillus influenzae tipe B, tidak pada infeksi meningitis yang disebabkan oleh

organisme lainnya. 6,7

Vaksin HiB diberikan melalui suntikan ke dalam otot (pada anak biasanya di daerah

paha atas dan untuk orang dewasa diberikan di otot lengan). Dosis yang diberikan adalah 0,5

ml sebanyak 3 kali dengan jarak pemberian selama 2 bulan dan dilakukan pemberian ulangan

1 tahun setelah pemberian terakhir. Jadwal pemberian yang dianjurkan adalah usia 2-4-6

bulan dengan ulangan (booster) pada usia 15-18 bulan.4,6,7

Indikasi pemberian vaksin HiB adalah:5

a) Pada anak berusia 2, 4 dan 6 bulan dan ulangan (booster) pada usia 15 – 18 bulan

b) Anak berusia kurang 2 tahun yang mempunyai penyakit invasif HiB harus

diberikan vaksin setelah 1 bulan. Anak berusia di atas 2 tahun yang

immunocompetent dengan penyakit invasif HiB tidak perlu diimunisasi karena

respon imun akan terbentuk sendiri.

c) Individu yang mempunyai risiko tinggi terkena penyakit invasif HiB seperti

asplenia, hiposplenism, immunocompromised harus di imunisasi. Pada yang

berusia di atas 1 tahun akan diberikan 2 dosis vaksin HiB dengan jarak pemberian

2 bulan.

d) Anak dan dewasa yang akan menjalani operasi splenektomi boleh diberikan vaksin

2 minggu sebelumnya.

e) Anak yang berusia 1 – 10 tahun yang belum pernah diberikan vaksin HiB boleh

divaksin sebanyak 1 kali.

Perbedaan jumlah pemberian vaksin berdasakan jenis vaksin yang digunakan. Jika

vaksin yang digunakan adalah jenis PRP-OMP, maka vaksin ini cukup diberikan sebanyak 2

kali. Sementara, untuk vaksin PRP-T diberikan sebanyak 3 kali seperti jadwal imunisasi yang

dianjurkan. Kekebalan tubuh akan mulai terbentuk setelah pemberian suntuikan yang pertama

12

Page 13: Referat HiB (Autosaved)

dengan vaksin jenis PRP-OMP dan setelah 2 kali suntikan dengan vaksin jenis PRP-T.

Kekebalan yang terbentuk bertahan lebih lama untuk vaksin jenis PRP-T jika dibandingkan

dengan vaksin PRP-OMP. 7

Anak-anak berusia di atas 6 bulan yang belum mendapat vaksin diberikan 2 kali

suntikan, sedangkan bagi anak di atas usia 1 tahun cukup mendapat 1 kali suntikan saja tanpa

perlu pemberian ulangan. Vaksin HiB dapat diberikan bersamaan dengan vaksin lainnya,

namun lokasi penyuntikan harus berbeda. Dari segi kepraktisan pemberian vaksin, saat ini

telah tersedia vaksin campuran antara HiB dengan Hepatitis B dan DPT (Difteri, pertusis dan

tetanus). 7

Sekiranya anak kurang dari 1 tahun telah terinfeksi, anak tersebut masih belum

menjadi kebal. Tetapi jika anak berusia lebih 1 tahun, maka kekebalan tubuh akan terbentuk.

Walaupun demikian, vaksinasi sebaiknya tetap diberikan. Dengan pemberian vaksin ini

diharapkan 95% anak-anak terlindungi dari infeksi HiB setelah dosis kedua atau ketiga. Anak

usia di atas 12 tahun hingga orang dewasa perlu memperoleh vaksin HiB bila mereka

mengalami penurunan imunitas, misalnya pada keadaan berikut: spelenektomi, transplantasi

sumsum tulang, proses keganasan/kanker dan HIV.7

Vaksin HiB yang tersedia di Indonesia adalah Tetract-HiB dan ACT-HIB (Sanofi

Pasteur), Hiberix dan Infanrix-Hib (GlaxoSmithKline), Pedvax-Hib (Merck Sharp &

Dohme). Setelah pemberian vaksin HiB, 5-30% anak yang memperoleh vaksinasi bisa

mengalami demam, kemerahan dan nyeri pada tempat suntikan selama 1-3 hari. Vaksin HiB

tidak direkomendasikan bila seseorang sedang demam, mengalami infeksi akut dan orang

dengan riwayat alergi yang mengancam jiwa. Vaksin HiB haruslah disimpan di kulkas pada

suhu 2 oC -8oC. Mulai tahun 2013, Kemenkes RI menegaskan akan memulai kebijakan

perkenalan imunisasi baru, yang disebut juga pentavalen (DPT-HB-Hib). Vaksin kombinasi

antara DPT, Hepatitis B, dan Hib ini ditengarai lebih unggul jika dibandingkan program

imunisasi sebelumnya yang diberikan satu persatu pada anak. 5,6,7

Kemoprofilaksis

Anak-anak tidak divaksinasi yang berusia kurang dari 48 bulan yang dalam kontak

dekat akan meningkatkan risiko untuk terjadinya infeksi invasif. Risiko penyakit sekunder

berbanding terbalik dengan usia (untuk anak-anak berusia di atas 3 bulan). Oleh karena

13

Page 14: Referat HiB (Autosaved)

banyak anak-anak sekarang dilindungi terhadap H. influenzae tipe b dengan imunisasi

sebelumnya, kebutuhan untuk kemoprofilaksis telah sangat menurun.4,6,7

Tujuan dari kemoprofilaksis adalah untuk mencegah anak yang rentan dari

memperoleh HiB dari kontak dengan menghilangkan kolonisasi dalam kontak yang dekat.

Profilaksis rifampisin diindikasikan untuk semua anggota kelompok yang ada riwayat kontak,

termasuk pasien, jika satu atau lebih anak-anak yang berusia kurang 48 bulan tidak

diimunisasi lengkap.4,7

Untuk kemoprofilaksis, anak-anak harus diberikan rifampisin oral (Dosis: Usia 0-1

bulan adalah 10 mg/kg/dosis; Usia di atas 1 bulan, 20mg/kg/dosis, tidak melebihi

600mg/dosis), sekali setiap hari selama 4 hari berturut-turut. Dosis dewasa adalah 600 mg

sekali sehari. Hal ini tidak dianjurkan untuk wanita hamil, karena efek pada janin tidak

diketahui. Rifampin menyebabkan cairan tubuh (misalnya, urin, air liur, air mata) oranye

kemerahan.4,5

2.8 Komplikasi

H.influenzae dapat menyerang beberapa organ di luar saraf misalnya mata (endophtalmitis),

infeksi lidah (glossitis), infeksi kelenjar tiroid (tiroiditis), infeksi dan kerusakan fungsi

jantung, nanah di dalam paru-paru, nanah dan infeksi rongga perut dan pernanahan di otak.

Bila epiglottis terinfeksi, pasien dapat mengalami sumbatan jalan nafas yang berujung pada

kematian. Kerusakan otak yang permanen dapat menyisakan gejala kejang atau epilepsi atau

retardasi mental.7

14

Page 15: Referat HiB (Autosaved)

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulannya, Haemophillus influenzae tipe B atau HiB adalah salah satu bakteri

Haemophillus influenzae berkapsul serotipe B yang dapat menyebabkan penyakit pada

manusia. Penyebaran bakteri ini adalah melalui udara pernafasan dan percikan air ludah. HiB

dapat menyebabkan penyakit-penyakit invasif seperti meningitis, epiglottitis, pneumonia,

cellulitis, artritis dan sebagainya. Gold standar untuk mendiagnosis penyakit invasif akibat

HiB adalah kultur dari cairan tubuh yang terinfeksi (cairan serebrospinal, darah, hasil aspirasi

dari fokus infeksi dan lain-lain lagi). HiB tumbuh di agar coklat karena bakteri ini

membutuhkan faktor X (hemin) dan faktor V (nicotinamide adenine dinucleotide [NAD]).

Golongan sefalosporin generasi ketiga seperti Sefotaksim dan seftriakson atau kombinasi

kloramfenikol dan ampicillin boleh diberikan sebagai terapi. Untuk pencegahan, disarankan

untuk dilakukan imunisasi pada anak-anak usia 2-4-6 bulan dengan ulangan (booster) pada

usia 15-18 bulan.

15

Page 16: Referat HiB (Autosaved)

Daftar Pustaka

1. Clements DA. Chapter 14: Haemophilus influenzae type B in Krugman’s infection

diseases in children. 11th Ed. USA: Mosby Inc; 2004

2. Daum RS. Haemophilus influenzae in Nelson textbook of pediatrics. Elsevier;

2003.p.904-8

3. Karsinah [et al]. Haemophilus dalam Buku ajar mikrobiologi kedokteran. Jakarta:

Binarupa Aksara;1994.h.180-4

4. Haemophilus influenzae type B. Centers for Disease Control and Prevention.

February 2013. Available from:

http://www.cdc.gov/vaccines/vpd-vac/hib/downloads/dis-hib-color-office.pdf 6 May

2014

5. Haemophilus influenzae in Red Book: 2012 Report of the Committee on Infectious

Diseases. 29th ed. American Academy of Pediatrics (2012). Elk Grove Village, IL:

2012.

6. Chapter 4: Haemophilus influenzae type B in Imunisation. Health Service Executive

(HSE) National Immunisation Office.p.43-8. Available from:

www.immunisation.ie/en/Downloads/NIACGuidelines/PDFFile_17406_en.pd 6 May

2014

7. Cahyono JBSB. Vaksinasi, cara ampuh cegah penyakit infeksi. Yogyakarta. Penerbit

Kanisius; 2010. h.149-54

16