Referat Hipertermi Malignaaa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MH

Citation preview

EtiologiTerjadinya hipertermi maligna dipicu oleh obat yang digunakan dalam anestesi: agen volatil seperti isoflurane, enfluran (baru-baru ini dihentikan), desflurane, sevofluran, halotan (jarang digunakan dalam anestesi modern), atau obat-obatan untuk manajemen jalan nafas, seperti suxamethonium. Obat-obatan ini menyebabkan masuknya kalsium secara abnormal pada retikulum sarkoplasma dalam mitokondria sel otot rangka dan mungkin juga otot jantung. Kalsium memiliki peranan penting dalam memulai potensial aksi jantung dan kontraksi otot.I. Anastesi InhalasiSemua jenis dari anastesi inhalasi dapat memicu hipertermi maligna, keadaan tersebut tidak bergantung pada dosis dan lama pemberian. Dalam beberapa kasus dilaporkan ether dan kloroform memicu terjadinya seranga maligna hipertemi intra anastesi. Bagi penyandang maligna hipertensi dianggap pemberian obat anastesi intravena cenderung lebih aman demikian pula dengan obat obatan anastesi lokal.

II. SuksinilkolinSuksinilkolin termasuk golongan obat yang dapat memicu timbulnya hipertermi maligna. Suksinil akan memicu pelepasan Ca pada otot skeletal bahkan pada orang normal. Pada orang dengan penyandang hipertermi maligna keadaan tersebut menjadi lebih bermakna.

Pada orang dengan penyandang maligna hipertensi bukanlah kelemahan yang didapat melainkan justru rigiditas. Pelumpuh otot non depol lainya dinilai cenderung lebih aman pada penyandang maligna hipertermi, kecuali tubokurarin. Hal ini dikarenakan pada beberapa percobaan invitro tubokurarin mencetuskan depolarisasi pada serabut otot.

III. KafeinKafein dan inhibitor fosfodiesterase ( PDE ) menyebabkan kontraktur dari otot, namun hal tersebut pada dosis jauh diatas dosis klinis. Pada penelitian terhadap enoxamine ( PDE 3 ) menunjukan efek tersebut muncul setelah pemberian 100 kali dari dosis normal.Inhibitor fosfodiesterase menyebabkan tingginya kadar cAMP tinggi karena lambat untuk di degradasi, sehingga efek dari eksitasi sel dipertahankan lebih lama. Pada miosit jantung kerja dari cAMP ini akan meningkatkan kontraksi otot jantung. Sedangkan pada otot skeletal efek ini tidak terlalu nyata. Namun pada penyandang hipertermi maligna efek yang ditimbulkan cenderung menjadi lebih nyata.

IV. FenotiazinBeberapa laporan menunjukkan serangan hipertemi maligna pada pasien yang mendapatkan premedikasi fenotiazin untuk premedikasi anastesi inhalasi. Namun keadaan hipertermi maligna yang disebabkan fenotiazin tidak ada yang menunjukkan terbukti dengan tes kontraktur. Terdapat kerancuan pada keadaan ini antara disebabkan oleh hipertermi maligna atau oleh neuroleptic maligna syndrom.Fenotiazin merupaka suatu anti kolinergik yang menghambat keluarnya panas tubuh. Keadaan tersebut terutama pada pasien pasien pediatrik. Pada percobaan in vitro fenotiazin dapat menyebabkan kontraktur dari sel otot. Namun pada dosis jauh lebih tinggi daripada dosis klinis. Ada baiknya pada pasien penyandang maligna hipertermi obat ini dihindari.

V. Obat Anastesi IntravenaAda kekhawatiran terhadap kemampuan ketamin untuk menginduksi respon hipertermi maligna, namun takikardia dan hipertensi yang diamati pada babi dan manusia mungkin merupakan hasil dari respon simpatomimetik biasa. Memang, ada bukti bahwa ketamin justru akan mengurangi Ca2+ rilis pada otot rangka.Saat ini sudah ada pengalaman yang luas dari penggunaan secara aman dan lebih umum dengan obat anestesi intravena pada pasien yang diketahui rentan terhadap hipertermi maligna. Ini termasuk tiga agen yang paling umum digunakan dalam praktek klinis saat ini yaitu, thiopental, etomidate dan propofol.

VI. Obat Anastesi LokalAnestesi lokal golongan Ester khususnya prokain, membentuk bagian dari regimen pengobatan terbatas untuk reaksi hipertermi maligna sebelum pengenalan dantrolene. Anestesi lokal memiliki beberapa keberhasilan dalam maligna hipertermi yaitu kemampuan untuk mengurangi pelepasan kalsium dari retikulum sarkoplasma otot skelet. Hal ini memungkinkan juga bahwa injeksi langsung ester anestesi lokal ke dalam otot myotonic dapat meringankan myotonia. Di sisi lain percobaan awal dengan lidokain, obat anestesi lokal amida menunjukkan bahwa induksi secara in vitro akan menimbulkan kontraktur di otot skelet. Hal ini menyebabkan anestesi lokal amida menjadi kontraindikasi pada individu MH - rentan sebagai potensi obat pemicu.

Penatalaksanaan Beberapa langkah yang perlu diambil secara simultan : Hentikan zat anastesi inhalasi Naikkan ventilasi semenit untuk menurunkan ETCO2 Berikan dantrolen sodium, dengan dosis inisial 2,5 mg / Kg BB Mulai dinginkan pasien sampai 38,5 0C lalu stop Atasi aritmia dengan algoritma, jangan gunakan Ca chanel bloker Periksa gula darah, elektrolit, ureum, creatinin, darah, dan urin Hiperkalemia diatasi dengan hiperventilasi, insulin, dan glukosa Periksa koagulasi lengkap setiap 6 12 jam. DIC dapat terjadi jika suhu melampaui 410 CTerapi setelah krisis teratasi : Lanjutkan pemberian dantrolen 1 mg / KgBB setiap 4 8 jam. Pemberian diberikan selama 24 48 jam. Hal ini ditujukan untuk mencegah timbulnya serangan lagi. Usahakan produksi urin 2 ml / Kg / jam. Bila perlu dengan bantuan manitol atau furosemide dengan pemberian cairan yang apropiat Evaluasi diperlukannya pemantauan invasif dan ventilator mekanik Observasi di ICU hingga 36 jam Rekomendasikan pasien dan keluarga untuk menjalani tes kontraktur dan / atau dengan pemeriksaan kromosom

DantrolenDantrolen merupakan turunan dari hidantoin. Obat ini digolongkan sebagai muscle relaxant. Namun struktur dan farmakologinya sama sekali berbeda dengan muscle relaxant lainnya.

Mekanisme KerjaDantrolen menyebabkan relaksasi dari otot rangka dengan cara menghambat pelepasan ion Ca dari retikulum sarkoplasmik. Kekuatan kontraksi otot dapat diturunkan 75 80 %. Dalam pemberian dosis terapi maka obat ini tidak akan mempengaruhi saraf, otot jantung, maupun otot polos. Dantrolen juga tidak mempunya pengaruh terhadap GABA.Dosis PemberianDosis inisial ketika timbul hipertermi maligna adalah 2,5 mg / Kg. Pemberian secara bolus cepat intravena. Dosis berikutnya diberikan secara titrasi bergantung pada kadar CO2 darah. Dosis maksimal 10 mg / Kg, namun jika diperlukan dapat lebih dari ini. Setiap vial dantrolen mengandung 20 mg bubuk dantrolen berwarna orange. Encerkan bubuk obat dalam vial dengan paling sedikit 60 ml water for injection steril. Pemberian dengan dextrose 5 % karena NaCl tidak kompeten dengan bubuk dantrolen. Kocok selama 20 detik atau hingga bubuk obat benar benar larut semua. Beri 2,5 mg / Kg secara bolus cepat intravena.

FarmakokinetikAbsorpsi oral lebih dari 70 %, dan kadar puncak akan dicapai setelah 1 4 jam. Metabolit utamanya berupa 5 hidroksidantrolen. Aktif namun lemah disbanding dantrolen sendiri. Waktu paruh dantrolen 6 9 jam sedangkan waktu paruhnya 5 hidroksidantrolen 15,5 jam. Kadarnya meningkat dengan peningkatan dosis sampai 200 mg / hari. Tetapi tidak dengan 400 mg sehari. Tidak tampak adanya hubungan yang berarti antara banyaknya obat di dalam darah dengan perbaikan klinik.

Efek Samping dan KontraindikasiDantrolen potensial bersifat hepatotoksik. Gangguan fungsi hepar dilaporkan terjadi pada penggunaan yang lama atau dengan dosis lebih dari 400 mg / hari. Hepatotoksisitas juga akan meningkat pada pemberian dengan obat lain yang mempengaruhi funsi hepar.Setelah 45 hari penggunaan maka dantrolen harus dihentikan, diikuti dengan pemeriksaan hati. Hepatotoksisitas dilaporkan lebih tinggi pada wanita yang mendapatkan terapi estrogen.Pemberian dantrolen dawat melewati sawar darah plasenta. Pada wanita hamil yang akan melahirkan kelemahan otot bayi saat dilahirkan harus sudah dapat diantisipasi. Obat ini jangan diberikan pada wanita yang menyusui.Keamanan penggunaan dantrolen jangka panjang memang belum jelas benar. Pada hewan percobaan pemberian jangka panjang hingga 18 bulan meningkatkan insiden tumor payudara. Sedangkan pada dosis yang lebih besar terjadi insidensi limfangioma hepatik dan angiosarkoma hepatik.Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan kelemahan otot, hal ini karena dapat memperburuk keadaan tersebut. Efek samping lainya yang paling sering muncul berupa kelemahan otot, mengantuk, pusing, malaise, dan diare.

DAFTAR PUSTAKA1. Ancuta N. Malignant Hyperthermia. United Kingdom: Nursing Standard; 2006. 20.51-72. Kobayashi S, Yano M, Suetomi T, Ono M, Tateishi H, et al. Dantrolene, a Therapeutic Agent for Malignant Hyperthermia, Markedly Improves the Function of Failing Cardiomyocytes by Stabilizing Interdomain Interactions Within the Ryanodine Receptor. New York: Journal of the American College of Cardiology; 2009. 53.21