12
 1 HIPOKONDRIASIS 1. Pendahuluan Hipokondriasis (hypochondriasis) atau disebut juga hipokondria adalah gangguan dimana seseorang terus menerus merasa takut terkena atau merasa yakin  bahwa mereka sudah terkena penyakit serius. Penderita menjadi terobsesi dengan ide penyakit serius atau mengancam nyawanya yang belum terdiagnosa. Istilah ini didapatkan dari istilah medis yang lama “hipokondrium” yang berarti dibawah rusuk, dan mencerminkan seringnya keluhan abdomen yang dimiliki pasien dengan gangguan ini. (1)  Hal ini disebabkan dari interpretasi pasien yang tidak realistis dan tidak akurat terhadap gejala atau sensasi fisik tubuhnya yang menyebabkan preokupasi dan dan ketakutan bahwa mereka menderita penyakit yang serius, meskipun tidak ditemukan penyebab medis yang pasti. Dan preokupasi ini menyebabkan  penderitaan yang bermakna bagi pasien dan mengganggu kemampuan mereka dalam fungsi sosial, pekerjaan dan peranan personal. (1)  Menurut kamus kedokteran dorland disebut hypochondriasis karena dahulu diduga sebagai akibat gangguan fungsi organ abdomen bagian atas (regio hypochondrium). Adalah gangguan somatik ditandai dengan preokupasi fungsi tubuh dan interpretasi sensasi normal (misalnya, denyutan jantung, berkeringat, gerakan peristaltik) ataupun abnormalitas kecil (misalnya, pilek, nyeri dan sakit ringan, atau pembengkakan kelenjar getah bening) sebagai indikasi problem yang membutuhkan perhatian medis secara berlebihan. (2) 2. Epidemiologi Studi baru-baru ini melaporkan prevalensi hypochondriasis dalam 6 bulan mencapai 4 sampai 6 persen pada populasi klinik medis umum, dan pada keadaan meningkat terkadang mencapai 15 persen. Pria dan wanita sama-sama memiliki  potensi terkena hypochondriasis. Meskipun timbulnya gejala dapat terjadi pada semua usia, gangguan yang paling sering muncul pada orang 20 sampai 30 tahun. Beberapa bukti menunjukkan bahwa diagnosis yang lebih umum di antara orang kulit hitam dibandingkan orang kulit putih, tetapi posisi sosial, tingkat pendidikan, dan status perkawinan tidak turut mempengaruhi prevalensi diagnosis. Keluhan

Referat Hypochondriasis (F 45.2)Thia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bagian ilmu kesehatan jiwa

Citation preview

HIPOKONDRIASIS1. Pendahuluan Hipokondriasis (hypochondriasis) atau disebut juga hipokondria adalah gangguan dimana seseorang terus menerus merasa takut terkena atau merasa yakin bahwa mereka sudah terkena penyakit serius. Penderita menjadi terobsesi dengan ide penyakit serius atau mengancam nyawanya yang belum terdiagnosa. Istilah ini didapatkan dari istilah medis yang lama hipokondrium yang berarti dibawah rusuk, dan mencerminkan seringnya keluhan abdomen yang dimiliki pasien dengan gangguan ini. (1) Hal ini disebabkan dari interpretasi pasien yang tidak realistis dan tidak akurat terhadap gejala atau sensasi fisik tubuhnya yang menyebabkan preokupasi dan dan ketakutan bahwa mereka menderita penyakit yang serius, meskipun tidak ditemukan penyebab medis yang pasti. Dan preokupasi ini menyebabkan penderitaan yang bermakna bagi pasien dan mengganggu kemampuan mereka dalam fungsi sosial, pekerjaan dan peranan personal. (1) Menurut kamus kedokteran dorland disebut hypochondriasis karena dahulu diduga sebagai akibat gangguan fungsi organ abdomen bagian atas (regio hypochondrium). Adalah gangguan somatik ditandai dengan preokupasi fungsi tubuh dan interpretasi sensasi normal (misalnya, denyutan jantung, berkeringat, gerakan peristaltik) ataupun abnormalitas kecil (misalnya, pilek, nyeri dan sakit ringan, atau pembengkakan kelenjar getah bening) sebagai indikasi problem yang membutuhkan perhatian medis secara berlebihan. (2)

2. Epidemiologi Studi baru-baru ini melaporkan prevalensi hypochondriasis dalam 6 bulan mencapai 4 sampai 6 persen pada populasi klinik medis umum, dan pada keadaan meningkat terkadang mencapai 15 persen. Pria dan wanita sama-sama memiliki potensi terkena hypochondriasis. Meskipun timbulnya gejala dapat terjadi pada semua usia, gangguan yang paling sering muncul pada orang 20 sampai 30 tahun. Beberapa bukti menunjukkan bahwa diagnosis yang lebih umum di antara orang kulit hitam dibandingkan orang kulit putih, tetapi posisi sosial, tingkat pendidikan, dan status perkawinan tidak turut mempengaruhi prevalensi diagnosis. Keluhan hypochondriac dilaporkan terjadi pada sekitar 3 persen dari mahsiswa kedokteran, biasanya dalam 2 tahun pertama, tetapi mereka umumnya bersifat sementara. (1) Dalam referensi lainnya dijelaskan bahwa hipokondriasis lebih lazim pada pria dalam usia muda dan tua serta dalam kelas sosial bawah. (3)

3. Etiologi (1)a. Teori pertama, terjadi misinterpretasi gejala-gejala tubuh. Orang dengan hipokondriakal meningkatkan dan membesarkan sensasi somatiknya, mereka memiliki ambang dan toleransi yang lebih rendah dari umumnya terhadap gangguan fisik.b. Teori kedua, adalah bahwa hipokondriasis dapat dimengerti berdasarkan model belajar sosial. Gejala hipokondriasis dipandang sebagai keinginan untuk mendapatkan peranan sakit oleh seseorang yang menghadapi masalah yang nampaknya berat dan tidak dapat dipecahkan.c. Teori ketiga tentang penyebab hipokondriasis adalah bahwa gangguan ini adalah bentuk varian dari gangguan mental lain. Gangguan yang paling sering dihipotesiskan berhubungan dengan hipokondriasis adalah gangguan depresif dan gangguan kecemasan. d. Teori keempat, bahwa hipokondriasis berada dalam bidang psikodinamika. Yang menyatakan bahwa harapan agresif dan permusuhan terhadap orang lain dipindahkan (melalui represi dan pengalihan) kepada keluhan fisik. Kemarahan pasien hipokondriakal berasal dari kekecewaan, penolakan dan kehilangan dimasa lalu, tetapi pasien mengekspresikan kemarahannya pada saat ini dengan meminta pertolongan dan perhatian dari orang lain dan selanjutnya menolaknya karena tidak efektif. Hipokondriasis juga dianggap sebagai pertahanan terhadap rasa bersalah, rasa keburukan yang melekat, suatu ekspresi harga diri yang rendah dan tanda perhatian terhadap diri sendiri yang berlebihan. Penderitaan nyeri dan somatik menjadi alat penebus kesalahan dan sebagai hukuman terhadap dirinya.

4. Gambaran Klinis Pasien hipokondriakal percaya bahwa mereka menderita penyakit yang parah yang belum dapat dideteksi dan mereka tidak dapat diyakinkan akan kebalikannya. Pasien hipokondriakal dapat mempertahankan suatu keyakinan bahwa mereka memiliki penyakit tertentu meskipun hasil pemeriksaan negatif. Tetapi keyakinan tersebut tidak sampai kepada waham. (1)

Tabel 17-4 Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasisa. Preokupasi dengan ketakutan menderita atau ide bahwa ia menderita suatu penyakit serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejala-gejala tubuh.b. Preokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat dan penenangan.c. Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti pada gangguan delusional tipe somatik) dan tidak terbatas pada kekhawatiran yang terbatas tentang penampilan (seperti gangguan dismorfik tubuh).d. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain. e. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.f. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum, ganggua obsesif kompulsif, gangguan panik, gangguan depresi berat, cemas perpisahan atau gangguan somatoform lain.Sebutkan jika :Dengan tilikan buruk : jika untuk sebagian besar waktu selama episode terakhir pasien tidak menyadari bahwa kekhawatirannya tentang menderita penyakit serius adalah berlebihan atau tidak beralasan.(Tabel dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed. Hak cipta American Psychiatric Association, Washington 1994. Digunakan dengan izin.) Walaupun DSM-IV menyebutkan bahwa gejala harus ada sekurang-kurangnya 6 bulan, keadaan hipokondriakal sementara (transient) dapat terjadi setelah stress berat, paling sering kematian atau penyakit berat pada seseorang yang penting bagi pasien atau penyakit serius yang telah disembuhkan tetapi meninggalkan pasien hipokondriakal secara sementara dengan akibatnya. Keadaan yang kurang dari 6 bulan harus didiagnosis sebagai gangguan somatoform yang tidak ditentukan. Hipokondriakal sementara sebagai respons dari stres eksternal biasanya menyembuh jika stres dihilangkan tetapi dapat menjadi kronis jika diperkuat oleh orang-orang didalam sistem sosial pasien atau oleh kesehatan profesional. (1) Dan menurut rujukan ringkas diangnosis gangguan jiwa PPDGJ-III, gangguan hipokondrik untuk diagnosis pasti, kedua hal ini harus ada : (4)a. Keyakinan yang menetap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik yang serius yang melandasi keluhan-keluhannya. Meskipun pemeriksaan yang berulang-ulang tidak menunjang adanya alasan fisik yang memadai ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk penampakan fisiknya (tidak sampai waham);b. Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penejelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhan-keluhannya.

Pada referensi lainnya dijelaskan tentang gambaran pasien hypochondriasis secara umum. Tidak adanya temuan fisik, terutama setelah pemeriksaan berkelanjutan, mendukung diagnosis hypochondriasis. Namun, pasien harus menerima pemeriksaan fisik untuk membuat intervensi psikiatris. Pemeriksaan status mental akan melengkapi pemeriksaan fisik. (5)

a. Penampilan secara umum, perilaku, dan kemampuan berbahasa Terawat dan tidak terlalu acak-acakan Kooperatif dengan pemeriksa, namun tidak nyaman dan tidak mudah meyakinkan Kemungkinan adanya tanda kecemasan, termasuk tangan lembab, dahi berkeringat, tegang / suara gemetar, dan mata lebar serta kontak mata yang intens.b. Status psikomotor Gelisah Posisi tubuh yang sering berubah Agitasi ringan sampai sedang Melambat (jika tidur buruk) c. Mood dan afek Cemas, khawatir dan depresi Terbatas, dangkal, takut, atau afek kecemasan dengan fluktuasi yang terbatas dan kedalaman yang terbatasd. Arus atau proses pikir Berbicara spontan dengan perubahan mendadak sesekali dalam suatu topik Sirkumtansial, Merespon pertanyaan dan terkadang mengalihkan ke kekhawatiran berikutnya atau kembali ke kekhawatiran yang sudah diceritakan Tidak ada bloking dan assosiasi longgar Fokus pada pemikirannya, tetapi mampu mengungkapkan pemikiran abstrak jika diujie. Isi pikir Preokupasi terhadap penyakitnya Mencemaskan apa yang terjadi pada tubuhnya Mungkin memiliki perasaan putus asa dan / atau putus asa kecenderungan sebagai bencana (difokuskan pada konsekuensi berbagai gejala dan pada diagnostik yang berlebihan) Tidak tertarik dalam mengungkap aspek lain dari fungsi sehari-hari atau topik gaya hidup secara umum dan panjang lebar Kaku mengenai masalah tubuh, tetapi jarang sampai dan jika demikian, terbatas pada keluhan somatik Tidak ada gangguan persepsi (misalnya halusinasi) Tidak ada keinginan bunuh diri, kecuali bersamaan tertekan f. Fungsi kognitif Perhatian Orientasi baik pada waktu, tempat, dan orang Kesulitan dalam berkonsentrasi tapi masih memiliki fungsi yang sangat baik Memiliki perasaan cemas dan tertekan, yang dilebih-lebihkan jika direspon Menariknya, mungkin memiliki perhatian yang selektif (misalnya, pasien tertekan oleh keluhan tubuh yang sedang berlangsung tetapi tidak dengan pergelangan kakinya yang baru saja terkilir) g. Tilikan (insight) Mampu mengenali sensasi tubuhnya Kurang pemahaman terhadap kekhawatiran psikologinya yang mendasari keluhan-keluhan penyakitnyah. Penilaian (judgement) Mampu bersosialisasi dan melakukan fungsi lainnya Ketekunan dalam membahas dan mengevaluasi terus tentang penyakitnya Akan tertekan atau tergganggu jika disertai dengan depresi

Dalam buku Ilmu Kedokteran Jiwa Maramis, hipokondriasis mempunyai preokupasi bahwa ia menderita penyakit medis yang serius padahal tidak. Ini dapat dianggap sebagai suatu bentuk gangguan kecemasan ataupun gangguan obsesif kompulsif. (5) Menurut buku catatan kuliah psikiatri, pasien-pasien hipokondriasis sering mengunjungi dokter secara berulang-ulang dan berpindah-pindah tapi menghindari psikiater. (3) Hypochondriasis sebagai kategori diagnostik masih kontroversial. Meskipun ada bukti yang baik dari terjadinya keyakinan penyakit, gangguan yang terkait dan mencari bantuan medis, terjadinya tanda ini bisa dibilang lebih baik dipahami sebagai bentuk kecemasan yang terjadi untuk fokus pada masalah kesehatan dan terkait erat dengan bentuk-bentuk lain dari gangguan kecemasan. (7)

5. Diagnosis Banding(1) Hipokondriasis harus dibedakan dari kondisi medis nonpsikiatrik, khususnya gangguan yang tampak dengan gejala yang tidak mudah didiagnosis. Penyakit-penyakit tersebut adalah AIDS, endokrinopati, miastenia gravis, sklerosis multiple, penyakit degeneratif pada sistem saraf, lupus eritematosus sistemik dan gangguan neoplastik yang tidak jelas. Hipokondriasis dibedakan dari gangguan somatisasi oleh penekanan pada hipokondriasis tentang ketakutan menderita suatu penyakit dan penekanan pada gangguan somatisasi tentang banyak gejala. Perbedaan yang tidak jelas adalah bahwa pasien dengan hipokondriasis biasanya mengeluh dengan sedikit gejala dibandingkan pasien dengan gangguan somatisasi. Gangguan somatisasi biasanya memiliki onset sebelum usia 30 tahun, sedangkan hipokondriasis memiliki usia onset yang kurang spesifik. Pasien dengan gangguan somatisasi lebih sering adalah wanita dibandingkan dengan pasien hipokondriasis yang memiliki distribusi yang seimbang antara pria dan wanita. Hipokondriasis juga harus dibedakan dengan gangguan somatoform lainnya. Gangguan konversi adalah akut dan biasanya sementara dan melibatkan satu gejala bukan suatu penyakit tertentu. Ada atau tidak adanya la belle indifference adalah ciri yang tidak dapat dipercaya yang membedakan kedua kondisi tersebut. Gangguan nyerinya juga kronis seperti hipokondriasis tetapi gejalanya terbatas pada keluhan nyeri. Pasien dengan gangguan dismorfik tubuh berharap dapat tampil normal tetapi percaya bahwa orang lain memperhatikan mereka tidak normal, sedangkan pasien hipokondriakal mencari perhatian agar orang memberi tanggapan terhadap penyakitnya. Gejala hipokondriakal dapat juga terjadi pada gangguan depresi dan gangguan cemas. Jika pasien memenuhi kriteria diagnostik lengkap untuk hipokondriasis maupun gangguan mental berat lainnya, seperti gangguan depresif berat atau gangguan kecemasan umum, pasien harus mendapatkan kedua diagnosis tersebut, kecuali gejala hipokondriakal hanya terjadi selama episode gangguan mental lainnya. Pasien dengan gangguan panik mungkin pada awalnya mengeluh bahwa mereka menderita suatu penyakit (sebagai contoh, gangguan jantung) tetapi pertanyaan yang cermat tentang riwayat medis biasanya tidak menemukan gejala klasik serangan panik. Keyakinan hipokondriakal delusional terjadi pada skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya tetapi dapat dibedakan dari hipokondriasis dengan adanya gejala psikotik lain. Disamping itu, waham somatik pasien skizofrenia cenderung kacau, aneh dan diluar lingkungan kulturalnya. Hipokondriasis dibedakan dari gangguan buatan dengan gejala fisik dan berpura-pura dimana pasien hipokondriakal sesungguhnya mengalami dan tidak menstimuli gejala yang mereka laporkan.

6. Perawatan Medis (5)Prinsip-prinsip manajemen dasar : Membentuk suatu hubungan terapi antara dokter dan pasien Mengajarkan kepada pasien mengenai manifestasi dari hipokondriasis Mengoptimalkan kemampuan pasien untuk mengatasi gejalanya, daripada mencoba menghilangkan gejala Perhatian dokter dan timnya adalah terapi yang paling mujarab,Dengan mendengarkan keluhan pasien dengan perhatian dan minat tanpa sikap yang menghakimi yang berpotensi akan mematahkan siklus interaksi antar dokter-pasien. Dalam hal terapi untuk pasien hipokondriasis banyak dokter yang merasa marah dan putus asa karena tidak berdaya dalam meyakinkan pasien tentang kekhawatiran terhadap penyakitnya. Hal inilah yang harus dihindari para dokter terhadap pasien hipokondriasis, agar terapi terhadap pasien dapat berlangsung dengan baik.

Rawat inap- psikiatri (5) Seperti dengan gangguan somatoform lainnya, rawat inap psikiatri rawat inap untuk gangguan somatoform itu sendiri jarang diperlukan. Jika pasien ini beresiko memilki suasana hati yang bersamaan dengan kecemasan, dan gangguan kepribadian perawatan psikiatris mungkin diperlukan untuk mengelola dekompensasi episodik dari kondisi kejiwaan komorbid atau keinginan bunuh diri. Jika pasien mengalami keinginan bunuh diri berdasarkan komorbiditas depresi atau gangguan kepribadian atau mengembangkan kecemasan yang tak terkendali, maka rawat inap psikiatri dapat diindikasikan. Dalam kasus seperti itu, diagnosis hypochondriasis dapat dibentuk dalam konteks pengakuan rawat inap. Perawatan Umum(1) Pasien hipokondriasis biasanya tahan terhadap pengobatan psikiatrik. Beberapa pasien hipokondriasis menerima pengobatan psikiatrik jika dilakukan di lingkungan medis dan dipusatkan untuk menurunkan stress dan pendidikan tentang mengatasi penyakit kronis. Diantara pasien-pasien tersebut, psikoterapi kelompok adalah cara yang terpilih, sebagian karena cara ini memberikan dukungan sosial dan interaksi sosial yang tampaknya menurunkan kecemasan pasien. Jadwal pemeriksaan fisik yang sering dan teratur berguna untuk menenangkan pasien bahwa mereka tidak ditelantarkan oleh dokternya dan keluhan mereka ditanggapi dengan serius. Tetapi, prosedur diagnostik dan terapeutik yang invasif harus dilakukan hanya jika bukti-bukti objektif mengharuskannya. Jika mungkin, klinisi harus menahan diri supaya tidak mengobati temuan hasil pemeriksaan fisik yang tidak jelas atau hanya kebetulan. Farmakoterapi menghilangkan gejala hipokondriasis hanya jika pasien memiliki suatu kondisi dasar yang responsif terhadap obat, seperti gangguan kecemasan atau gangguan deprsi berat. Jika hipokondriasis adalah sekunder akibat gangguan mental primer lainnya, gangguan tersebut harus diobati. Jika hipokondriasis adalah gangguan situasional yang sementara, klinisi harus membantu pasien untuk mengatasi stres tanpa mendorong perilaku sakit mereka dan memakai peranan sakit sebagai suatu cara untuk memecahkan masalah. Pengaturan diet pasien tetap harus seimbang untuk menjaga agar pasien merasa sesehat mungkin. Mereka harus menghindari zat-zat yang dapat mempengaruhi mood, memperburuk gejala kecemasan atau yang mempengaruhi kualitas tidur (misalnya kafein, alkohol dan nikotin.) Aktivitas fisik juga dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis. Pasien hypochondriacal mungkin enggan untuk mengikuti saran ini, tetapi banyak pasien yang meningkatkan aktivitas fisik mereka sebagai pengobatan. Latihan fisik membantu untuk meningkatkan mood, mengurangi ketegangan, dan meningkatkan tidur pada pasien dengan depresi terkait kecemasan, atau keduanya. (8)

Farmakoterapi (9) Farmakoterapi digunakan sebagai tambahan untuk. Tujuan dari farmakoterapi adalah untuk mengurangi gejala dan gangguan penyerta (misalnya depresi), untuk mencegah komplikasi, dan, dalam beberapa situasi, untuk mengurangi gejala hypochondriacal. Obat-obatan yang dapat digunakan tergantung pada keluhan penyerta yang mengganggu. Misalnya dapat digunakan anti depresan, anti anxietas, anti insomnia dan anti psikotik.

Macam-macam obat tersebut adalah sebagai berikut :a. Anti depresan Trisiklik compound : Amitriptyline, Imipramine (Tofranil), Clomipramine (anafranil), Tianeptine (stablon), Omipramol (Insidon) Tetracyclic compound : Maprotiline (Ludiomil), Mianserin (Tolvon), Amoxapine (Asendin) Mono-Amine-Oxydase Inhibitor (MAOI) : Moclobemide (Aurorix) SSRI : Sertraline (Zoloft), Paroxetine (Seroxat), Fluvoxamine (Luvox), Fluoxetine (Prozac, Nopres), Citalopram (Cipram) Atypical Antidepresant : Trazodone (Trazone), Mirtrazapine (Remeron)b. Anti anxietas Benzodiazepine : Diazepam, Chlordiazepoxide, Bromazepam, Lorazepam, Prazepam, Oxazolam, Alprazolam, Clorazepate, Clobazam Non-Benzodiazepine : Buspirone, Sulpiride, Hydroxyzinec. Anti Insomnia Benzodiazepine : Nitrazepam (Mogadon, Dumolid), Triazolam (Halcion), Estazolam (Esilgan) Non-Benzodiazepine : Chloral Hydrate, Phenobarbital (Luminal, Combinal)d. Anti Psikosis Risperidone (Risperdal), Pimozide (Orap), Olanzapine (Zyprexa)

7. Komplikasi (5) Pasien hipkondriasis mungkin akan menjadi konsumen yang berlebihan terhadap perawatan medis, menjalani kunjungan dokter yang berulang, pemeriksaan fisik, uji laboratorium, dan prosedur mahal, invasif, dan berpotensi berbahaya lainnya. Kekhawatiran dokter tentang keluhan somatik juga dapat menghalangi diagnosis gangguan komorbid umumnya (misalnya, depresi) yang cukup diobati.

8. Perjalanan Penyakit dan Prognosis (1) Perjalanan hipokondriasis biasanya episodik, episode berlangsung dari beberapa bulan sampai beberapa tahun dan dipisahkan oleh periode tenang yang sama panjangnya. Mungkin terdapat hubungan jelas antara eksaserbasi gejala hipokondriakal dan stressor psikososial. Walaupun hasil penelitian besar yang dilakukan belum dilaporkan, diperkirakan sepertiga sampai setengah dari semua pasien hipokondriasis akhirnya membaik secara bermakna. Prognosis yang baik berhubungan dengan status sosioekonomi yang tinggi, onset gejala yang tiba-tiba, tidak adanya gangguan kepribadian dan tidak adanya kondisi medis nonpsikiatrik yang menyertai. Sebagian besar anak hipokondriakal menjadi sembuh pada masa remaja akhir atau pada masa dewasa awal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan & Sadock, Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2, ECG; Jakarta, 20102. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29, EGC.3. I.M Ingram, G.C Timbury, R.M Mowbray, Catatan Kuliah Psikiatri Edisi 6, EGC, Jakarta.4. Maslim, R, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringka dari PPDGJ-III, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta, 20015. Hypochondriasis, author Glen L. Xiong MD. (Diunduh pada 09 juli 2014) http://misc.medscape.com/pi/iphone/medscapeapp/html/A290955-business.html 6. Maramis, F Willy, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2, Airlangga University Press; Surabaya, 20097. Somatoform Disorders : Time for a New Approach in DSM-V. http://ajp.psychiatryonline.org 8. Hypochondriasis and Health Anxiety : Conceptual Challenges.http://bjp.rcpsych.org/site/subscriptions/ 9. Maslim, R, Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta, 2007

12