36
BAB I PENDAHULUAN Partus kasep adalah suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan berlangsung lama sehingga timbul komplikasi pada anak, ibu, atau keduanya. 1 menurut American College of Obstetricians and Gynecologists terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses persalinan yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power), yang meliputi his (kontraksi uterus) dan upaya ekspulsif ibu, faktor yang melibatkan janin (passanger), dan faktor jalan lahir (passage), serta faktor psikologis dan penolong. 2,3 Apabila semua faktor ini dalam keadaan baik, sehat dan seimbang, maka proses persalinan akan berlangsung dengan baik. Namun apabila salah satu dari faktor tersebut mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan his tidak adekuat, kelainan pada bayi, kelainan jalan lahir, kelainan penolong ataupun gangguan psikis maka persalinan tidak dapat berjalan secara baik. Persalinan yang mengalami kesulitan untuk berjalan spontan normal juga dipengaruhi berbagai faktor yang kompleks, misalnya ketidaktahuan akan bahaya persalinan, keterampilan yang kurang, sarana yang tidak memadai, masih tebalnya kepercayaan pada 1

Referat Isi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

isi

Citation preview

19

BAB IPENDAHULUANPartus kasep adalah suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan berlangsung lama sehingga timbul komplikasi pada anak, ibu, atau keduanya.1 menurut American College of Obstetricians and Gynecologists terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses persalinan yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power), yang meliputi his (kontraksi uterus) dan upaya ekspulsif ibu, faktor yang melibatkan janin (passanger), dan faktor jalan lahir (passage), serta faktor psikologis dan penolong.2,3 Apabila semua faktor ini dalam keadaan baik, sehat dan seimbang, maka proses persalinan akan berlangsung dengan baik. Namun apabila salah satu dari faktor tersebut mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan his tidak adekuat, kelainan pada bayi, kelainan jalan lahir, kelainan penolong ataupun gangguan psikis maka persalinan tidak dapat berjalan secara baik. Persalinan yang mengalami kesulitan untuk berjalan spontan normal juga dipengaruhi berbagai faktor yang kompleks, misalnya ketidaktahuan akan bahaya persalinan, keterampilan yang kurang, sarana yang tidak memadai, masih tebalnya kepercayaan pada dukun serta rendahnya pendidikan dan rendahnya keadaan sosial ekonomi rakyat.4Berdasarkan SKDI 2012 penyebab langsung dari kematian ibu adalah Perdarahan (42%), eklampsi/Preeklampsi (13%), abortus (11%), infeksi (10%), partus lama/persalinan macet (9%), penyebab lain 15%, penyebab lain (15%).3Partus kasep masih merupakan suatu masalah di Indonesia, karena seperti kita ketahui, bahwa 80% dari persalinan masih ditolong oleh dukun dan baru sedikit sekali dari dukun beranak ini yang telah ditatar dan diperikan pengetahuan tentang persalinan.1 Karenanya kasus-kasus partus kasep masih banyak dijumpai, dan keadaan ini memaksa kita untuk berusaha menurunkan angka kematian ibu maupun anak. Yang sangat ideal tentunya bagaimana mencegah terjadinya partus kasep. Bila persalinan berlangsung lama, dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi baik terhadap ibu maupun terhadap anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak.4BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1.Definisi Partus KasepPartus kasep adalah suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan berlangsung lama sehingga timbul komplikasi pada ibu maupun anak. Partus lama diartikan sebagai persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara, dan lebih dari 18 jam pada multipara.1Berdasarkan penelitian yang dikembangakan oleh Friedman pada tahun 1978 menghasilkan konsep terhadap tiga tahap fungsional pada persalinan untuk menjelaskan tujuan-tujuan fisiologis dari masing-masing bagian.1. Kala I (Kala Pembukaan)Kala I dimulai dari adanya kontraksi uterus yang menyebabkan pembukaan serviks. Kala I dibagi menjadi fase laten dan fase aktif. Pada fase laten terjadi kontraksi uterus yang diikuti penipisan dan pembukaan serviks yang berjalan lambat. Fase laten terjadi dalam 8 jam pertama dan menyebabkan pembukaan serviks hingga 3 cm. Pada fase aktif terjadi peningkatan pembukaan serviks hingga 10 cm dan penurunan janin dalam kurun waktu 6 jam setelah fase laten berlangsung. Pada fase aktif dapat diidentifikasikan tiga bagian komponen yaitu fase akselerasi, fase dilatasi maksimal / lereng linear maksimum, dan fase deselerasi.2,5 2. Kala II (Kala Persalinan)Tahap ini berawal saat pebukaan serviks telah lengkap dan berakhir dengan keluarnya janin. Median durasinya adalah 50 menit untuk nulipara dan 20 menit untuk multipara, tetapi angka ini juga sangat bervariasi. Terdapat aturan-aturan yang membatasi durasi kala II yaitu pada nulipara dibatasi 2 jam dan diperpanjang sampai 3 jam apabila digunakan analgesia regional. Untuk multipara, 1 jam adalah batasnya, diperpanjang menjadi 2 jam pada penggunaan analgesia regional.2,53. Kala III (Kala Uri)Kala III dimulai segera setelah kelahiran janin dan melibatkan pelepasan dan ekpulsi plasenta. Walaupun bayi telah lahir, kala uri tidak kalah pentingnya daripada Kala I dan II. Kematian ibu karena perdaraha pada kala uri tidak jarang terjadi apabila pimpinan kala III kurang cermat dikerjakan. Umumnya kala III berlangsung selama 6-15 menit.2,5 4. Kala IV Kala pengawasan selama 2 jam setelah plasenta lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama bahaya perdarahan postpartum.Grafik 1. Kurva FriedmanSumber: http://klinikobgumj.files.wordpress.com/2012/05/capture6.jpg Partus kasep terjadi akibat pemanjangan dari kala-kala persalinan diatas yang disertai komplikasi pada ibu, anak, dan atau keduanya. Kelainan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:Tabel 1. Pemanjangan Fase PersalinanSumber: http://istanareload.files.wordpress.com/2009/05/pola-kelainan-persalinan-diagnostik-kriteria-dan-metode-penanganannya3_resize.png

Komplikasi yang terjadi akibat persalinan lama pada partus kasep dapat berupa komplikasi pada anak, komplikasi pada ibu, atau didapatkan adanya infeksi intrauterin.6

Komplikasi pada ibu dapat berupa edema pada portio, vagina, ataupun vulva, ruptura uteri, febris, dan dehidrasi.6

Komplikasi pada anak dapat berupa kaput suksedaneum yang besar, gawat janin yang ditandai adanya air ketuban bercampur mekoneum, denyut jantung janin bradikardia, takikardia, atau irregular, dan gerak anak yang berkurang. IUFD (intra uterine fetal death) juga merupakan komplikasi partus lama pada anak.6

Sedangkan tanda-tanda infeksi intrauterin dapat dinilai berdasar kriteria Gibbs yang meliputi temperatur rektal lebih dari 37,6oC disertai dengan 2 atau lebih tanda-tanda berikut yaitu: takikardi maternal (denyut jantung >100x/mnt), takikardi fetal (denyut jantung >160x/mnt), uterine tenderness, cairan ketuban keruh dan berbau, atau leukositosis maternal yang ditandai dengan leukosit >15.000 /mm3.62.2Epidemiologi

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-2003 dilaporkan dari seluruh persalinan, 64% ibu tidak mengalami komplikasi selama persalinan, partus kasep sebesar 31%, perdarahan berlebihan sebesar 7%, infeksi sebesar 5%. Pada ibu yang melahirkan melalui bedah sesarea lebih cenderung melaporkan komplikasi 59%, yang sebagian besar merupakan partus kasep 42%. Untuk bayi yang meninggal dalam satu bulan setelah dilahirkan yaitu sebesar 39%, yang sebagian besar akibat komplikasi dari partus kasep 30%, perdarahan 12% dan infeksi 10%.42.3Etiologi dan Faktor ResikoSecara umum penyebab partus kasep disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, kekuatan mendorong janin keluar (power), yang meliputi his (kontraksi uterus) dan upaya ekspulsif ibu, faktor yang melibatkan janin (passanger), dan faktor jalan lahir (passage), serta faktor psikologis dan penolong.2,32.3.1Faktor Jalan LahirPada panggul ukuran kecil akan terjadi disproporsi dengan kepala janin sehingga kepala janin tidak dapat melewati panggul meskipun ukuran janin berada dalam batas normal. Kurangnya gizi saat masa kanak-kanak merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan ukuran pelvis yang kecil pada wanita. Ukuran panggul dapat sangat berbeda dari ukuran normal pada seorang wanita yang menderita riketsia atau osteomalasia di masa mudanya. Selain itu faktor keturunan juga berpengaruh terhadap ukuran dan bentuk panggul.5A. Kesempitan pada Pintu Atas PanggulPintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Pada panggul sempit kepala memiliki kemungkinan lebih besar tertahan oleh pintu atas panggul, sehingga serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala.2B. Kesempitan pada Pintu Tengah PanggulRata-rata ukuran diameter pintu tengah panggul adalah sebagai berikut: diameter transversal/interspinarum 10,5 cm; diameter anteroposterior (dari batas bawah simfisis pubis ke perbatasan antara vertebra keempat dan kelima) 11,5 cm; dan diameter sagitalis posterior (dari titik tengah garis interspinarum ke titik tengah di sacrum) 5 cm. Kita patut mencurigai adanya penyempitan panggul tengah apabila diameter interspinarum kurang dari 10 cm. Apabila lebih kecil daripada 8 cm, panggul tengah sudah pasti dikatakan sempit.2C. Kesempitan pintu bawah panggulBila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15cm, maka sudut arkus pubis juga mengecil (15.000/mm3, dapat menyebabkan septik syok.

g) Komplikasi obstetrik : air ketuban kental, keruh dan berbau,tympani uteri (gas dalam uterus),his hilang/ lemah/ terus-menerus,edema vulva/ vagina/ portio,retensio urin,terdapat tanda-tanda ruptura uteri iminen2.6.2. Keadaan janin:a) Gawat janin :

1. DJJ : Lebih dari 160x/ menit, kurang dari 100x/ menit, dan tidak teratur

2. Air ketuban : terdapat mekonium, berbau, kental kehijauanb) Kaput succedaneum yang besar

c) Moulage kepala yang hebat akibat tekanan his yang kuat, tulang tengkorak saling bertumpang tindih satu sama lain.d) Kematian Janin/IUFD (Intra Uterine Fetal Death)82.6.3. Pemeriksaan Dalam

a. Keluar air ketuban yang keruh dan berbau campuran mekonium.

b. Bagian terendah anak sukar digerakkan bila rahim belum robek, tetapi mudah didorong bila rahim sudah robek, disertai keluarnya darah.

c. Suhu rektal > 37,6C.112.7.Penatalaksanaan

Memperbaiki keadaan umum ibu bertujuan untuk:

1. Koreksi cairan (rehidrasi)

2. Koreksi keseimbangan asam basa

3. Koreksi keseimbangan elektrolit

4. Pemberian kalori

5. Pemberantasan infeksi

6. Penurun panasTindakan yang diberikan:

1. Pasang infus dan kateter urin menetap2. Pemberian oksigen3. Pemberian cairan, kalori dan elektrolit

a. Infus NS 500mlb. Infus dekstrosa 5% / 10% 250cc, tetesan cepat. Cairan dapat diberikan menurut kebutuhan.

4. Koreksi asam basa dengan pengukuran karbondioksida darah dan pH (bila perlu)a. berikan bikarbonas natrikus 50 ml 70%5. Pemberian antibiotika spektrum luas secara parenteral.

a. Inj. Ampicillin 1gr/6jam, Inj. Gentamycin 80mg/12jam, metronidazole selama 3 hari, dilanjutkan amoksisilin 3x500mg/hari selama 2 hari.

b. Inj. Cefotaxime 1gr/12jam, selama 3 hari, dilanjutkan amoksisilin 3x500mg/hari selama 3 hari.

6. Penurun panas

a. Kompres

b. Inj. Xylomidone 2cc IM7. Terminasi persalinan:

a. Bila syarat persalinan per vaginam memenuhi dilakukan ekstraksi vakum/ekstraksi forseps atau embriotomi

b. Bila syarat persalinan per vaginam tidak terpenuhi maka dilakukan SC.11,122.8.Komplikasi 2,5Persalinan lama dapat menimbulkan konsekuensi, baik bagi ibu maupun bagi anak yang dilahirkan. Adapun komplikasi yang dapat terjadi akibat persalinan lama antara lain adalah:

Infeksi Intrapartum

Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri dalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin. Pneumonia pada janin, akibat as[irasi cairan amnion yang terinfeksi adalah konsekuensi serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukkan bakteri vagina ke dalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila terjadi persalinan lama.

Ruptura Uteri

Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama partus lama, terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan pada mereka dengan riwayat seksio sesarea. Apabila disproporsi antara kepala janin dan panggul semakin besar sehingga kepala tidak engaged dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus dapat menjadi sangat teregang kemudian dapat menyebabkan ruptura. Pada kasus ini, mungkin terbentuk cincin retraksi patologis yang dapat diraba sebagai sebuah krista transversal atau oblik yang berjalan melintang di uterus antara simfisi dan umbilikus. Apabila dijumpai keadaan ini, diindikasikan persalinan perabdominam segera.

Tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl, yaitu pembentukan cincin retraksi normal yang berlebihan. Cincin ini sering timbul akibat persalinan yang terhambat disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus. Pada situasi semacam ini, cincin dapat terlihat jelas sebagai suatu identasi abdomen dan menandakan akan rupturnya seegmen bawah uterus. Pada keadaan ini, kadang-kadang dapat dilemaskan dengan anestesia umum yang sesuai dan janin dilahirkan secara normal, tetapi kadang-kadang seksio sesarea yang dilakukan dengan segera menghasilkan prognosis yang lebih baik.

Pembentukan Fistula

Apabila bagian terbawah janin menekan kuat pintu atas panggul, tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, jalan lahir yang terletak diantaranya dan dninding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan timbulnya fistula vesikovaginal, vesikorektal atau rektovaginal. Umumnya nekrosis akibat penekanan ini pada persalinan kala dua yang berkepanjangan. Dahulu pada saat tindakan operasi ditunda selama mungkin, penyulit ini sering dijumpai, tetapi saat ini jarang , kecuali di negara-negara yang belum berkembang.

Cedera Otot-otot Dasar Panggul

Suatu anggapan yang telah lama dipegang adalah bahwa cedera otot-otot dasar panggul atau persarafan atau fasi penghubungnya merupakan konsekuensi yang tidak terelakkan pada persalinan pervaginam, terutama apabila persalinannya sulit.saat kelahiran bayi, dasar panggul mendapatkan tekanan langsung dari kepala janin dan tekanan ke bawah akibat upaya mengejan ibu. Gaya-gaya ini meregangkan dan melebarkan dar panggul, sehingga terjadi perubahan anatomik dan fungsional otot, saraf dan jaringan ikat. Terdapat semakin besar kekhawatiran bahwa efek-efek pada otot dasar panggul selama melahirkan ini akan menyebabkan inkontinensia urin dan alvi serta prolaps organ panggul.

Kaput Suksedaneum

Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput suksedaneum yang besar di bagian terbawah kepala janin. Kaput ini dapat berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan diagnosis yang serius. Kaput dapat hempir mencapai dasar panggul sementara kepala belum engaged. Dokter yang kurang berpengalaman dapat melakukan upaya secara prematur dan tidak bijak untuk melakukan ekstraksi forceps.

Molase Kepala Janin

Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling bertumpang tindih satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu proses yang disebut molase (molding, moulage). Perubahan ini biasanya tidak menimbulkan kerugian yang nyata. Namun, apabila distorsi yang terjadi mencolok, molase dapat menyebabkan ribekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin dan perdarahan intrakranial pada janin.

2.9. PrognosisPrognosis pada partus kasep baik bila gejala terjadinya partus kasep diketahui dengan cepat dan juga ditangani dengan cepat sesuai dengan indikasi dan prosedur.

BAB IIIKESIMPULANPartus kasep adalah suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan berlangsung lama sehingga timbul komplikasi pada ibu maupun anak. Proses persalinan dipengaruhi oleh bekerjanya 3 faktor yang berperan yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power), yang meliputi his (kekuatan uterus), kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma dan ligamentum action, faktor lain adalah faktor janin (passanger), dan faktor jalan lahir (passage), serta faktor provider maupun psikis.Komplikasi pada ibu dapat berupa edema pada portio, vagina, ataupun vulva, ruptura uteri, febris, dan dehidrasi. Komplikasi pada anak dapat berupa kaput suksedaneum yang besar, gawat janin yang ditandai adanya air ketuban bercampur mekoneum, denyut jantung janin bradikardia, takikardia, atau irregular, dan gerak anak yang berkurang. IUFD (intra uterine fetal death) juga merupakan komplikasi partus lama pada anak.Penatalaksanaan yang diberikan yaitu memperbaiki keadaan umum ibu bertujuan untuk koreksi cairan (rehidrasi), koreksi keseimbangan asam basa, koreksi keseimbangan elektrolit, pemberian kalori, pemberantasan infeksi, penurun panas. Tindakan yang diberikan adalah : pasang infus dan kateter urin, pemberian cairan, kalori dan elektrolit, koreksi asam basa dengan pengukuran karbondioksida darah dan ph (bila perlu), pemberian antibiotika spektrum luas secara parenteral, penurun panas, terminasi persalinan.Prognosis pada partus kasep baik bila gejala terjadinya partus kasep diketahui dengan cepat dan juga ditangani dengan cepat sesuai dengan indikasi dan prosedur.

DAFTAR PUSTAKA1. Mochtar, Rustam, 2011. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi,Obstetri Patologi, Edisi 3. Jakarta: EGC. hal:263-642. Cunningham, F. Gary, Dkk. 2005. Obstetri Williams, Volume 1, Edisi 21. EGC. Jakarta. hal.: 282-81, 467-93, 495-5133. Nuraisyah, S. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37771/4/Chapter%20II.pdf, diakses tanggal 15 Agustus 2014)4. Kusumawati, Yuli. 2006. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Persalinan dengan Tindakan. (http://eprints.undip.ac.id/15334/1/TESIS__YULI_KUSUMAWATI.pdf, diakses tanggal 15 Agustus 2014) 5. Wiknjosastro, H, dkk. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi Keempat. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. hal.: 304-14, 562-79.6. Edwards , R. K. 2005. Chorioamnionitis and Labour. Obstet and gynecol clin N Am 32 (2005) p: 287-296. (http://www.utilis.net/Morning%20Topics/Obstetrics/Chorioamnionitis.pdf, diakses tanggal 16 Agustus 2014)7. Aflah, Nur. 2010. Ukuran Panggul Pada Pasien Pasca Seksio Sesarea Atas Indikasi Panggul Sempit. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6443/1/10E00183.pdf, diakses tanggal 17 Agustus 2014) 8. Pernoll, M. L. 2001. Benson & Pernolls handbook of obstetrics and gynecology. Tenth edition. New York: Mc Graw Hill9. Supriatmaja, I. P. G., Suwardewa, T. G. A. 2005. Persalinan Kala I dan Kala II. Cermin Dunia Kedokteran no. 146. www.Kalbe.co.id 10. Neilson, J.P., lavender, T., et al. Obstructed labour: reducing maternal death and disability during pregnancy.2003. british medical bulletin, vol 67. www.bmb.oxfordjournals.org 11. Anonim. Pedoman Diagnosis dan Terapi. 2011. Ilmu kebidanan dan ginekologi. Fakultas kedokteran Unair. hal. 9412. Kumboyo, Doddy. A., SpOG, dkk. 2001. Standar Pelayanan Medik Rumah Sakit Umum Daerah NTB. Mataram1