36
BAB I PENDAHULUAN Kehamilan disebabkan oleh beberapa rangkaian kejadian. Setiap bulan hormone dari kelenjar dibawah otak merangsang ovarium untuk melepaskan sel telur (ovulasi). Pada saat sel telur tersebut dikeluarkan dari ovarium, sel telur tersebut akan bergerak melalui tuba falopii. Apabila sel telur bertemu sperma, akan terjadi fertilisasi. Lalu sel telur yang dibuahi tersebut akan bergerak menuju rahim dan akan menempel di dinding rahim, sehingga sel telur yang dibuahi tersebut bisa tumbuh dan berkembang menjadi embrio. Ovulasi adalah lepasnya sel ovum dari ovarium atau dari folikel yang dihasilakn oleh ovarium. Ovulasi (pelepasan sel telur) merupakan bagian dari siklus menstruasi normal, yang terjadi sekitar 14 hari sebelum menstruasi. Sel telur yang dilepaskan bergerak ke ujung tuba falopii, yang merupakan tempat terjadinya pembuahan. Jika tidak terjadi pembuahan, sel telur akan mengalami degenerasi dan dibuang melalui vagina bersamaan dengan darah menstruasi. Jika terjadi pembuahan, maka sel telur yang telah dibuahi oleh sperma ini akan mengalami serangkaian proses dan tumbuh menjadi embrio. Fertilisasi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dengan ovum. Pada saat pria dan wanita melakukan 1

referat jhony

  • Upload
    frnssk

  • View
    252

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

refr

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan disebabkan oleh beberapa rangkaian kejadian. Setiap bulan

hormone dari kelenjar dibawah otak merangsang ovarium untuk melepaskan sel telur

(ovulasi). Pada saat sel telur tersebut dikeluarkan dari ovarium, sel telur tersebut akan

bergerak melalui tuba falopii. Apabila sel telur bertemu sperma, akan terjadi

fertilisasi. Lalu sel telur yang dibuahi tersebut akan bergerak menuju rahim dan akan

menempel di dinding rahim, sehingga sel telur yang dibuahi tersebut bisa tumbuh dan

berkembang menjadi embrio.

Ovulasi adalah lepasnya sel ovum dari ovarium atau dari folikel yang

dihasilakn oleh ovarium. Ovulasi (pelepasan sel telur) merupakan bagian dari siklus

menstruasi normal, yang terjadi sekitar 14 hari sebelum menstruasi. Sel telur yang

dilepaskan bergerak ke ujung tuba falopii, yang merupakan tempat terjadinya

pembuahan. Jika tidak terjadi pembuahan, sel telur akan mengalami degenerasi dan

dibuang melalui vagina bersamaan dengan darah menstruasi. Jika terjadi pembuahan,

maka sel telur yang telah dibuahi oleh sperma ini akan mengalami serangkaian proses

dan tumbuh menjadi embrio.

Fertilisasi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dengan ovum. Pada

saat pria dan wanita melakukan coitus, dengan ejakulasi sperma dari saluran

reproduksi pria di dalam vagina wanita, akan dilepaskan cairan yang berisi sel-sel

sperma ke dalam saluran reproduksi wanita. Jika coitus dilakukan pada masa ovulasi,

maka ada kemungkinan sel sperma dalam saluran reproduksi wanita akan bertemu

denan sel ovum.

Implantasi adalah peristiwa masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke

dalam endometrium.

Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses

ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau

fertilisasi.

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ovulasi

2.1.1. Definisi Ovulasi

Ovulasi merupakan proses pelepasan telur yang telah matang tersebut dari

dalam rahim untuk kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk dibuahi. Proses ini

biasanya terjadi 16 hari setelah hari pertama siklus menstruasi atau 14 hari sebelum

haid berikutnya

2.1.2. Proses Ovulasi

Pada pertumbuhan manusia kita kenal masa neonatus, batita, balita, anak-anak,

remaja, dewasa, dan menopouse. Pada wanita faktor ovarium sangat penting dalam

reproduksi. Begitu sel-sel benih primordial tiba di di ovarium, sel-sel tersebut

berdiferensiasi menjadi oogonia. Sel ini mengalami pembelahan mitosis menjadi oosit

primer dan sebagian besar diantaranya dikelilingi oleh selapis sel epitel gepeng yang

mengelilinginya yang dikenal sebagai folikel primordial. Saat lahir, oosit primer

dalam tahap profase I dan tidak menyelesaikan pembelahan meiosis pertamanya

sebelum mencapai masa pubertas, hal ini disebabkan oleh adanya Penghambat

Pematangan Oosit (PPO). Karena perkembangan terus berlanjut, folikel tumbuh dan

menjadi folikel primer (dilapisi sel granulosa dan sel teca, zona pelusida mulai ada

dan berbatas jelas), tetapi hanya satu yang matang dan yang lain atretik. Setelah

pembelahan pertama selesai dan sebelum oosit sekunder kembali dalam stadium

istirahatnya, sel memasuki pembelahan pematangan kedua tanpa replikasi DNA. Pada

saat oosit sekunder mengalami metafase II terjadilah ovulasi, yaitu oosit yang

dikeluarkan dari folikel karena folikel mengalami lisis yang disebabkan adanya

prostaglandin dan plasmin yang menjadi aktif karena terjadi LH Surge.

Siklus menstruasi dibagi menjadi 5 fase, yaitu fase awal folikuler, fase akhir

folikuler, fase praovulasi dan ovulasi, fase awal luteal dan fase akhir luteal. Kelima

fase ini sudah mencakup fase di ovarium dan di endometrium.

a. Fase awal folikel Pada Setiap kali menstruasi, seluruh lapisan

endometrium terlepas, kecuali suatu lapisan dalam dan tipis yang terdiri dari

sel-sel epitel dan kelenjar yang menjadi bakal regenerasi endometrium.

2

Prostaglandin uterus juga merangsang kontraksi ritmik ringan endometrium.

Prostaglandin uterus juga merangsang kontraksi ritmik ringan miometrium.

Kontraksi-kontraksi itu membantu mengeluarkan darah dan debris

endometrium dari rongga uterus melalui vagina Pada saat seorang anak

perempuan lahir, masing-masing ovum dikelilingi oleh selapis sel granulose

dan ovum dengan selubung sel granulosanya disebut folikel primordial.

Sesudah pubertas, hormon FSH dari kelenjar hipofisis anterior mulai

disekresikan, sehingga seluruh ovarium bersama folikelnya akan mulai

berkembang (Guyton,2006). Penanda yang jelas pada perkembangan folikel

adalah meningkatnya ukuran oosit dan sel granulosa menjadi kuboidal. Pada

saat yang sama, taut rekat yang kecil berkembang antara oosit dan sel

granulose. Taut rekat ini berfungsi sebagai pertukaran nutrisi, ion-ion, dan

molekul-molekul, disamping itu taut rekat ini membentuk saluran protein yang

dikenal sebagai connexin yang berguna untuk pertumbuhan dan multiplikasi

dari sel granulose. Multiplikasi sel granulose ini kira-kira 15 sel yang disebut

folikel primer (Speroff dan Friazt, 2005). Perkembangan menjadi folikel

primer dapat berlangsung tanpa keberadaan FSH, tetapi perkembangan

melebihi titik ini tidak mungkin terjadi tanpa kedua hormon ini

(Guyton,2006). Fase awal folikuler berlangsung 1 sampai 6 hari. Pada fase ini

terjadi dua peristiwa yakni pertama menstruasi dan permulaan perkembangan

folikel. Penurunan estrogen dan progesteron akibat degenerasi korpus luteum

sewaktu tidak terjadi pembuahan terhadap ovum secara simultan menyebabkan

terlepasnya endometrium (menstruasi) dan perkembangan folikel-folikel baru

diovarium dibawah pengaruh FSH (follicle stimulating hormon)yang kembali

meningkat (Sherwood, 1997).

b. Fase Akhir Folikel

Fase akhir folikuler berlangsung 7 sampai 14 hari. Pada fase ini terjadi

pertumbuhan folikel dari folikel primer menjadi tahap antral. Pertumbuhan

awal dari folikel primer menjadi tahap antral dirangsang oleh FSH. Efek

awalnya adalah proliferasi yang berlangsung cepat dari sel

granulose,menyebabkan lebih banyak sel-sel granulose. Selain itu, banyak sel-

sel berbentuk kumparan yang dihasilkan dari interstitium ovarium yang

berkumpul dalam beberapa lapisan diluar sel granulose, membentuk kelompok

sel kedua disebut teka. Teka menjadi dua yaitu teka interna dan teka eksterna

3

(Guyton, 2006). Sel granulose dan sel teka, keduanya bekerja sama dalam

menghasilkan estrogen. Reseptor LH hanya ada pada sel teka, begitu juga

reseptor FSH hanya ada pada granulose. Pada teka interstisial, yang berlokasi

di teka interna memiliki kira-kira 20.000 reseptor LH di membran selnya yang

merangsang jaringan teka untuk menghasilkan androgen yang akan mengalami

aromatisasi sehingga menjadi estrogen melalui FSH disel granulose (speroff

dan Fritz, 2005). Dibawah pengaruh estrogen dan FSH terjadi peningkatan

cairan folikel pada rongga interseluler granulose, cairan folikuler ini

mengandung estrogen konsentrasi tinggi. Pengumpulan cairan ini

menyebabkan munculnya antrum didalam massa sel granulose, sehingga sel

teka dan sel granulose akan berproliferasi lebih cepat dengan laju sekresinya

meningkat, dan masing-masing folikel akan tumbuh menjadi folikel antral. Di

bawah pengaruh ekstrogen yang tinggi, sel-sel stroma dan sel epitel di

endometrium berproliferasi dengan cepat, permukaan endometrium akan

mengalami epitelisasi kembali dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah terjadinya

menstruasi. Sebelum terjadi ovulasi, ketebalan endometrium sangat meningkat

karena jumlah sel stroma bertambah banyak, dan karena pertumbuhan kelenjar

endometrium serta pembuluh darah baru yang progresif ke dalam

endometrium (Guyton, 2006). Ruang di folikel matang. Fase proliferasi ini

berlangsung dari akhir menstruasi sampai ovulasi (Sherwood, 1997).

c. Fase Praovulasi dan ovulasi

Fase praovulasi dan ovulasi berlangsung 13 sampai 14 hari. Pada fase ini

terjadi pertumbuhan folikel yang cepat sebagai persiapan untuk terjadinya

ovulasi. Pertumbuhan yang cepat setelah terbentuk folikel antral meningkatkan

diameter ovum tiga sampai empat kali lipat menghasilkan peningkatan

diameter total sampai menjadi sepuluh kali lipat seratus kali lipat atau

peningkatan massa sebesar seratus kali lipat (guyton, 2006). Salah satu folikel

biasanya tumbuh lebih cepat dari pada folikel-folikel lain, berkembang

menjadi folikel matang (de Graaf)(Sherwood, 1997). Sebagian besar

pertumbuhan ini disebabkan oleh ekspansi antrum yang drastis, disamping itu

juga pertumbuhan sel teka, dan sel granulose. Antrum menempati sebagian

besar difolikel matang. Oosit, yang dikelilingi oleh zona pelusida dan selapis

sel granulose, tergeser secara asimetris kesalah satu sisi folikel yang sedang

tumbuh dalam suatu gundukan kecil yang menonjol ke dalam antrum (guyton,

4

2006), kemudian menonjol dari permukaan ovarium, membentuk suatu daerah

tipis yang mudah pecah (stigma) untuk mengeluarkan oosit saat ovulasi.

Folikel-folikel yang lain mulai mengalami atresia (apoptosis), dan hanya satu

folikel yang terus mengalami perkembangan. Folikel ini tumbuh lebih cepat

menyekresikan lebih banyak estrogen, sehingga menyebabkan suatu efek

umpan balik positif dalam folikel tunggal tersebut karena FSH meningkatkan

proliferasi sel granulose dan sel teka yang menimbulkan produksi estrogen

lebih lanjut dan siklus proliferasi sel yang baru, kombinasi dari FSH dan

estrogen menyebabkan peningkatan lebih banyak dan siklus proliferasi sel

endometrium yang baru (Guyton, 2006). Selama fase akhir folikuler, estrogen

pertama sekali meningkat secara lambat, kemudian secara cepat, mencapai

puncak kira-kira 24-36 jam sebelum ovulasi. Estrogen yang memuncak

menyebabkan terjadinya lonjakan pengeluaran LH, LH dalam jumlah besar

disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior. (Speroff and Fritz, 2005). LH ini

mempunyai efek khusus terhadap sel granulose dan sel teka yang mengubah

kedua jenis sel tersebut menjadi lebih bersifat sel yang menyekresikan

progesteron dan sedikit estrogen. Oleh karena itu , kecepatan sekresi estrogen

mulai menurun kira-kira 1 hari sebelum ovulasi, sementara sejumlah kecil

progesteron mulai disekresikan. Sesaat sebelum ovulasi, oosit menyelesaikan

pembelahan meiosis pertamanya. Dalam waktu beberapa jam akan

berlangsung dua peristiwa yang dibutuhkan untuk ovulasi: (1) teka eksterna

mulai melepaskan enzim proteolitik dari lisozim yang mengakibatkan

pelarutan dinding kapsul dan akibatnya melemahnya dinding, menyebabkan

makin membengkaknya seluruh folikel dan degenerasi dari stigma. (2) secara

bersama, juga akan terjadi pertumbuhan pembuluh darah baru yang

berlangsung cepat kedalam dinding folikel, dan pada saat yang sama,

prostaglandin (hormon setempat yang mengakibatkan vasodilatasi) akan

disekresi dalam jaringan folikuler. Kedua efek ini selanjutnya akan

mengakibatkan pecahnya folikel disertai dengan pengeluaran ovum

(Guyton,2006) sehingga terjadilah ovulasi. Pada saat ovulasi, endometrium

mempunyai ketebalan sekitar 3 sampai 4 mm. kelenjar endometrium,

khususnya daerah serviks akan menyekresikan mucus yang encer mirip

benang. Benang mucus akan tersusun disepanjang kanalis servikalis mengisi

5

saluran yang membantu mengarahkan sperma kearah yang tepat menuju ke

dalam uterus (Ganong, 2001).

d. Fase Awal Luteal

Fase awal luteal berlangsung 14 sampai 21 hari ruptur folikel pada ovulasi

merupakan tanda berakhirnya fase folikel dan mulainya fase luteal. Folikel

yang ruptur dan tertinggal di ovarium mengalami perubahan cepat (Sherwood,

1997), segera terisi darah (wknjosastro, 1994). Pendarahan ringan dari folikel

kedalam rongga abdomen dapat menimbulkan iritasi peritoneum dan nyeri

abdomen bawah singkat. Sel-sel granulose dan teka yang melapisi folikel

mulai berproliferasi dan bekuan darah cepat diganti oleh sel luteal yang kaya

lemak dan berwarna kekuningan,membentuk korpus luteum. Lemak pada sel

luteal ini berfungsi sebagai molekul precursor steroid (Ganong, 2001). Sel

granulose dalam korpus luteum mengembangkan sebuah retikulum

endoplasma halus yang luas, yang akan membentuk sejumlah besar hormone

seks wanita progesteron dan estrogen tetapi lebih banyak progesteron (guyton,

2006). Progesteron bekerja pada endometrium tebal yang sudah dipersiapkan

oleh estrogen untuk mengubahnya menjadi jaringan yang kaya akan pembuluh

darah dan glikogen. Fase ini disebut sekretorik, karena kelenjar-kelenjar

endometrium secara aktif mengeluarkan glikogen, dalam kaitannya dengan

pembentukan lapisan endometrium subur yang mampu menunjang

perkembangan mudigah

6

e. Fase Akhir luteal

Fase akhir luteal berlangsung 21 sampai 28 hari, estrogen dan progesteron

yang disekresi oleh korpus luteum mempunyai efek umpan balik yang kuat

terhadap hipofisis anterior dalam mempertahankan kecepatan sekresi FSH dan

LH yang rendah. Selain dari itu sel luteain juga menyekresi sejumlah kecil

hormon inhibin yang juga menghambat sekresi hipofisis anterior, khususnya

sekresi FSH, mengakibatkan konsentrasi FSH dan LH dalam darah menjadi

rendah dan hilangnya hormon ini menyebabkan korpus luteum berdegenerasi

secara menyeluruh, terjadi hampir tepat 12 hari setelah korpus luteum

terbentuk, yaitu 2 hari sebelum dimulainya menstruasi (Guyton, 2006;

Ganong, 2001). Proses tersebut menyebabkan penurunan progesteron dan

estrogen secara tajam sehingga menghilangkan rangsangan terhadap

endometrium sehingga endometrium mengalami involusi yakni kira-kira 65 %

dari ketebalan semula. Kemudian 24 jam sebelum menstruasi terjadi,

pembuluh darah yang berkelokkelok yang mengarah ke lapisan mukosa

endometrium akan menjadi vasoplastik, mungkin disebabkan oleh efek

degenerasi, seperti pelepasan vasokonstriktor seperti prostaglandin yang

7

terdapat dalam jumlah banyak saat ini, vasospasme dan hilangnya rangsangan

hormonal menyebabkan dimulainya proses nekrosis pada endometrium,

khususnya dari pembuluh darah (Guyton 2006; Sherwood 1997).

2.1.3. Perubahan-Perubahan Siklik Lain

Meskipun tujuan perubahan siklik pada hormone ovarium berpengaruh pada

alat genital, hormone tersebut ikut sirkulasi ke seluruh tubuh dan berpengaruh

pada organ-organ lain.

a. Suhu badan basal

Kenaikan suhu badan basal sekitar 1 derajat F atau 0,5 derajat C terjadi

pada saat ovulasi dan terus bertahan sampai terjadi haid. Hal ini disebabkan

oleh efek termogenik progesterone pada tingkat hipotalamus. Bila terjadi

konsepsi kenaikan suhu badan basal akan dipertahankan selama kehamilan.

b. Perubahan pada mama

Kelenjar mama manusia sangat sensitive terhadap pengaruh estrogen

dan progesterone. Pembesaran mama merupakan tanda pertama pubertas,

merupakan respons peningkatan estrogen ovarium. Estrogen dan progesterone

berefek sinergis pada mama selama siklus pembesaran mama pada fase luteal

sebagai respons kenaikan progesterone. Pembesaran mama disebabkan oleh

perubahan vaskular, bukan karena perubahan kelenjar.

c. Efek psikologis

Pada beberapa perempuan ada perubahan mood selama siklus haid,

pada fase luteal akhir ada peningkatan labilitas emosi. Perubahan ini langsung

karena penurunan progesterone. Meskipun demikian, perubahaan modd tidak

sinkron dengan fluktuasi hormone.

2.2. Fertilisasi

2.2.1. Definisi Fertilisasi

Fertilisasi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani/sperma dengan sel

telur di tuba falopii. Pada saat kopulasi antara pria dan wanita (sanggama/coitus),

dengan ejakulasi sperma dari saluran reproduksi pria di dalam vagina wanita, akan

dilepaskan cairan mani yang berisi sel–sel sperma ke dalam saluran reproduksi

wanita. Jika sanggama terjadi dalam sekitar masa ovulasi (disebut ”masa subur”

8

wanita), maka ada kemungkinan sel sperma dalam saluran reproduksi wanita akan

bertemu dengan sel telur wanita yang baru dikeluarkan pada saat ovulasi.

Untuk menentukan masa subur, dipakai 3 patokan, yaitu :

a.   Ovulasi terjadi 14 ± 2 hari sebelum haid yang akan datang.

b.   Sperma dapat hidup & membuahi dalam 2-3 hari setelah ejakulasi.

c.   Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi

Pertemuan / penyatuan sel sperma dengan sel telur inilah yang disebut sebagai

pembuahan atau fertilisasi. Dalam keadaan normal in vivo, pembuahan terjadi di

daerah tuba falopii umumnya di daerah ampula / infundibulum.

2.2.2. Ovum

Pertumbuhan embryonal oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di genital

ridge janin, dan di dalam janin jumlah oogonium bertambah terus sampai pada usia

kehamilan enam bulan. Pada waktu dilahirkan, bayi memiliki sekurang-kurangnya

750.000 oogonium. Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenrasi folikel-

folikel. Pada anak berumur 6-15 tahun ditemukan 439.000 oogonium dan pada umur

16-25 tahun hanya 34.000 oogonium. Pada masa menopause semua oogonium

menghilang.

Sebelum bayi dilahirkan, sebagian besar oogonium mengalami perubahan-

perubahan pada nukleusnya. Terjadi migrasi dari oogonium kearah korteks ovarium

sehingga pada waktu dilahirkan korteks ovarium terisi dengan folikel ovarium

primordial. Padanya dapat dilihat bahwa kromosomnya telah berpasangan, DNA-nya

berduplikasi, yang berarti bahwa sel menjadi tetraploid. Pertumbuhan selanjutnya

terhenti sampai folikel itu terangsang dan berkembang lagi kearah kematangan. Sel

yang terhenti dalam profase meiosis dinamakan oosit primer. Oleh rangsangan FSH

meiosis berlangsung terus. Benda kutub pertama disisihkan dengan hanya sedikit

sitoplasma, sedangkan oosit sekunder ini berada di dalam sitoplasma yang cukup

banyak. Proses pembelahan ini terjadi sebelum ovulasi. Proses ini disebut pematangan

pertama ovum, pematangan kedua ovum terjadi pada waktu spermatozoa membuahi

ovum.

2.2.3. Spermatozoa

Dalam pertumbuhan embryonal spermatogonium berasal dari sel-sel

primitive tubulus-tubulus testis/ setelah janin dilahirkan, jumlah spermatogonium

9

yang ada tidak mengalami perubahan sampai masa pubertas tiba. Pada masa pubertas

sel-sel spermatogonium tersebut dalam pengaruh sel-sel interstisial Leydig mulai aktif

mengadakan mitosis, dan terjadilah proses spermatogenesis yang sangat kompleks.

Setiap spermatogonium membelah dua dan menghasilkan spermatosit primer.

Spermatosit primer ini membelah dua dan menjadi dua spermatosit sekunder,

kemudian spermatosit sekunder membelah dua lagi dengan hasil dua spermatid yang

masing-masing memiliki jumlah kromosom setengah dari jumlah yang khas untuk

jenis itu. Dari spermatid ini kemudian tumbuh spermatozoa.

2.2.4. Fase Fertilisasi

Untuk terjadi kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum, dan

implantasi hasil konsepsi. Setiap spermatozoa terdiri atas tiga bagian yaitu kaput atau

kepala yang berbentuk lonjong agak gepeng dan mengandung bahan nucleus, ekor,

dan bagian yang silindrik, menghubungkan kepala dengan ekor. Dengan getaran

ekornya spermatozoa dapat bergerak cepat.

Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen-mikrofilamen

fimbira infundibulum tuba kea rah ostium tuba abdominalis dan disalurkan terus kea

rah medial. Ditengah- tengahnya dijumpai nucleus yang berada dalam metaphase

pada pembelahan pematangan kedua. Terapung-apung dalam sitoplasma yang

kekuning-kuningan yakni vitellus. Vitellus ini mengandung banyak zat karbohidrat

dan asam amino.

Ovum dilingkari oleh zona pelusida. Diluar zona pelusida ini ditemukan sel-

sel korona radiate, dan di dalamnya terdapat ruang perivitelina, tempat benda-benda

kutub. Bahan-bahan dari sel-sel korona radiate dapat disalurkan ke ovum melalui

saluran-saluran halus di zona pelusida. Jumlah sel-sel korona radiate di dalam

perjalanan ovum di ampula tuba makin berkurang, sehingga ovum hanya dilingkari

oleh zona pelusida pada waktu berada dekat pada perbatasan ampula dan ismus tuba,

tempat pembuahan umumnya terjadi.

Jutaan spermatozoa ditumpahkan di forniks vagina dan disekitar porsio pada

waktu koitus. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat terus ke kavum uteri dan

tuba, dan hanya beberapa ratus yang dapat sampai ke bagian ampula tuba di mana

spermatozoa dapat memasuki ovum yang telah siapn untuk dibuahi. Hanya satu

spermatozoa yang mempunyai kemampuan untuk membuahi. Pada spermatozoa

10

ditemukan peningkatan konsentrasi DNA di nukleusnya, dan kaputnya lebih mudah

menembus dinding ovum oleh karena diduga dapat melepaskan hyaluronidase.

Fertilisasi adalah penyatuan ovum dan spermatozoa yang biasanya

berlangsung di ampula tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam

ovum, fisu spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetic. Hanya satu

spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi

membrane sel ovum. Untuk mencapai ovum, spermatozoa harus melewati korona

radiate, dan zona pelusida, yaitu dua lapisan yang menutupi dan mencegah ovum

mengalami fertilisasi lebih dari satu spermatozoa. Suatu molekul komplemen khusus

di permukaan kepala spermatozoa kemudian mengikat ZP3 glikoprotein di zona

pelusida. Pengikatan ini memicu akrosom melepaskan enzim yang membantu

spermatozoa menembus zona pelusida.

Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaksi korteks ovum.

Granula korteks di dalam ovum berfusi dengan membrane plasma sel, sehingga enzim

di dalam granula-granula dikeluarkan secara eksositosis ke zona pelusida. Hal ini

menyebabkan glikoprotein di zona pelusida berkaitan satu sama lain membentuk

suatu materi keras yang tidak dapat ditembus oleh spermatozoa. Proses ini mencegah

ovum dibuahi lebih dari satu sperma.

Spermatozoa yang telah masuk ke vitellus kehilangan membrane nukleusnya ,

yang hanya tinggal pronukleusnya, sedangkan ekor spermatozoa dan mitokondrianya

11

berdegenerasi. Itulah sebabnya seluruh mitokonria pada manusia berasal dari ibu

(maternal). Masuknya spermatozoa ke dalam vitellus membangkitkan nucleus ovum

yang masih dalam metaphase untuk proses pembelahan selanjutnya. Sesudah anfase

kemudian timbul telophase dan benda kutub kedua menuju ke ruang perivitelina.

Ovum sekarang hanya mempunyai pronukleus yang haploid. Pronukleus spermatozoa

juga telah mengandung jumlah kromosom yang hapoid.

Kedua pronukleus dekat mendekati dan bersatu membentuk zigot yang terdiri

atas bahan genetic dari perempuan dan laki-laki. Pada manusia terdapat 46

kromosom, ialah 44 kromosom otosom dan 2 kromosom kelamin. Pada seorang laki-

laki satu X dan satu Y. sesudah pembelahan kematangan, maka ovum matang

mempunyai 22 kromosom serta 1 kromosom X atau 22 kromosom otosom serta 1

kromosom Y. zigot sebagai hasil pembnuahan yang memiliki 44 kromosom otosom

serta 2 kromosom X akan tumbuh sebagai janin perempuan, sedangkan yang memiliki

44 kromosom otosom serta 1 kromosom X dan 1 kromosom Y akan tub uh sebagai

janin laki-laki.

Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot.

Hal ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam

amino dan enzim, segera setelah pembelahan ini terjadi, pembelahan-pembelahhan

selanjutnya berjalan dengan lancer, dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel

yang sama besarnya. Hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Energy untuk

pembelahan ini diperoleh dari vitellus, hingga volume vitellus makin berkurang dan

terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demikian, zona pelusida tetap utuh, atau

besarnya hasil konsepsi tetal sama. Dalam ukuran yang sama ini hasil konsepsi

disalurkan terus ke pars ismika dan pars interstisialis tuba dan terus disalurkan kea rah

kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tubah dan kontraksi

tuba.

2.3. Implantasi

2.3.1. Definisi Implantasi

Nidasi/implantasi merupakan peristiwa masuknya atau tertanamnya hasil

konsepsi ke dalam endometrium. Blastula dilindungi oleh simpai yang disebut

trofoblas, yang mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan. Ketika blastula

mencapai rongga rahim, jaringan endometrium dalam keadaan sekresi. Jaringan

endometrium ini banyak mengandung sel-sel desidua

12

2.3.2. Proses Implantasi

Blastula dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner-cell mass) akan

masuk ke dalam desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan

menutup lagi. Pada saat nidasi terkadang terjadi sedikit perdarahan akibat luka

desidua. Nidasi terjadi pada dinding depan atau belakang rahim (korpus) dekat fundus

uteri.

Apabila nidasi telah terjadi, maka dimulailah diferensiasi sel-sel blastula. Sel-

sel yang lebih kecil, terletak dekat ruang exocoeloma membentuk entederm dan yolk

salc. Sedangkan sel-sel yang lebih besar menjadi entoderm dan membentuk ruang

amnion. Sehingga terbentuk lempeng embrional (embryonal-plate) diantara ruang

amnion dengan yolk salc.

Sel-sel trofoblas mesodermal yang tumbuh sekitar mudigoh (embrio) akan

melapisi bagian dalam trofoblas, sehingga terbentuk sekat korionik (chorionic

membrane) yang nantinya menjadi korion. Sel-sel trofoblas terbagi menjadi 2 lapisan

yaitu: sitotrofoblas (bagian dalam) dan sinsitiotrofoblas (bagian luar)

Villi koriales yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh bercabang

disebut chorion frondosum, sedangkan yang berhubungan dengan desidua kapsularis

kurang mendapat makanan sehingga menghilang disebut chorion leave. Dalam

peringkat nidasi trofoblas dihasilkan hormon human chorionic gonadotropin (HCG).

Enam hari setelah fertilisasi, trofoblas menempel pada dinding uterus

(melakukan implantasi) dan melepaskan hormon korionik gonadotropin. Hormon ini

melindungi kehamilan dengan cara menstrimulasi produksi

hormon estrogen dan progesteron sehingga mencegah terjadinya menstruasi.

Trofoblas kemudian menebal beberapa lapis, permukaannya berjonjot dengan tujuan

memperluas daerah penyerapan makanan. Embrio telah kuat menempel setelah hari

ke-12 dari fertilisasi.

Setelah terjadi implantasi, blastosit akan mengalami tahap perkembangan

selanjutnya yaitu menjadi gastrula dan neurula. Selanjutnya zigot ini akan

berkembang menjadi embrio. 

Pembuatan Lapisan Lembaga. Setelah hari ke-12, tampak dua lapisan jaringan

di sebelah luar disebut ektoderm, di sebelah dalam endoderm. Endoderm tumbuh ke

dalam blastosoel membentuk bulatan penuh. Dengan demikian terbentuklah usus

primitif dan kemudian terbentuk Pula kantung kuning telur (Yolk Sac) yang

13

membungkus kuning telur. Pada manusia, kantung ini tidak berguna, maka tidak

berkembang, tetapi kantung ini sangat berguna pada hewan ovipar (bertelur), karena

kantung ini berisi persediaan makanan bagi embrio.

Di antara lapisan ektoderm dan endoderm terbentuk lapisan mesoderm. Ketiga

lapisan tersebut merupakan lapisan lembaga (Germ Layer). Semua bagian tubuh

manusia akan dibentuk oleh ketiga lapisan tersebut. Ektoderm akan membentuk

epidermis kulit dan sistem saraf, endoderm membentuk saluran pencernaan dan

kelenjar pencernaan, mesoderm membentuk antara lain rangka, otot, sistem peredaran

darah, sistem ekskresi dan sistem reproduksi.

2.4. Embriogenesis

2.4.1. Definisi Embriogenesis

Embryogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses

ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau

fertilisasi. Embryogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat

sel

2.4.2. Periode Embriogenesis

a. Fase Morula

Morula adalah suatu bentukan sel seperti bola (bulat) akibat pembelahan sel

terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat.

Morulasi yaitu proses terbentuknya morula. Dalam fase ini zigot membelah

secara mitosis berturut-turut sehingga menjadi 2, 4, 8, 16 dan akhirnya 32

buah sel.

Pembentukan morula bukanlah proses pertumbuhan yang sebenarnya,

melainkan murni perbanyakan sel untuk melipatgandakan material genetika

untuk pembentukan kembali hubungan inti-plasma dan pembentukan elemen

sel yang sesuai dan lebih kecil untuk proses pertumbuhan dan diferensiasikan.

Yang juga terjadi dalam jumlah ganjil pada blastomer (2,3,5,9,dst.) selama

berlangsung morulasi pada mamalia.

Alur pembelahan pertama terjadi pada pengembaraan sel benih di tuba. Benih

tersebut masih selalu terdapat di dalam zona pelusida yang membentuk

semacam korset pelindung untuk benih 8 sel selama lebih kurang 72 jam.

14

b. Fase Blastula

Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami

pembelahan. Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan sel

dengan mengadakan pelekukan yang tidak beraturan. Pada awal pembelahan

sel yang terjadi segera setelah pembuhaan, sel yang berukuran besar ini

membagi dirinya memalui pembelahan mitosis yang berulang kali. Sel-sel

hasil pembelahan ini dinamakan balstomer. Pada fase blastulla ditandainya

dengan terjadinya pembentukan rongga tubuh dan jaringannya disebut

balstokista. Di dalam blastula terdapat cairan sel yang disebut dengan

Blastosoel tetapi salah satu kutupnya lebih tebal tersusun oleh lebih banyak sel

yang paling luar disebut trofektoderm, sedangkan kumpulan sel pada salah

satu kutup disebelah dalam trofektoderm disebut kumpulan sel-sel dalan (inner

cell mass).

Zona pelusida, yang sampai waktu tertentu melindungi sel benih sebelum

terjadinya implantasi di selaput lender tuba, sekarang terlepas bagian

perbagian sehingga blastokista yang perlahan-lahan menjadi besar memalui

penumpukan cairan.

15

Kira-kira pada hari ke 6 setelah konsepsi (yaitu pada hari ke 20 setelah

mentruasi terakhir setelah siklus 28 hari) balstokista mulai bersarang dilaput

lender uterus (implantasi). Hal tersebut terjadi melalui peluruhan epitel uterus,

antara lain memalui enzim proteolitik sel trofobal dan penetrasi membrane

basal epitel uterus. Implantasi terjadi selalu disisi blastokista tempat

embrioblas berada.

Pada perkembangan hari ke-8, blastokista sebagian terbenam di dalam stroma

endometrium.Pada daerah di atas embrioblast, trofoblast berdiferensiasi

menjadi 2 lapisan: (a) sitotrofoblast ,(b) sinsitiotrofoblast. Trofoblast

mempunyai kemampuan untuk menghancurkan dan mencairkan jaringan

permukaan endometrium dalam masa sekresi, yaitu sel-sel deciduas

Sel-sel dari embrioblast juga berdiferensiasi menjadi dua lapisan, yaitu lapisan

hipoblast dan epiblast. Sel-sel dari masing-masing lapisan mudigah

membentuk sebuah cakram datar dan keduanya dikenal sebagai cakram

mudigah bilaminer. Pada saat yang sama terdapat rongga kecil muncul di

dalam epiblast, dan rongga ini membesar menjadi rongga amnion

Pada hari ke-9, blastokista semakin terbenam di dalam endometrium, dan luka

berkas penembusan pada permukaan epitel ditutup dengan fibrin, pada masa

ini terlihat proses lakunaris, dimana vakuola-vakuola apa sinsitium trofoblast

menyatu membentuk lakuna-lakuna yang besar. Sementara pada kutub

16

anembrional, sel-sel gepeng bersama dengan hipoblast membentuk lapisan

eksoselom (kantung kuning telur primitif).

Pada hari ke-11 dan 12, blastokista telah tertanam sepenuhnya di dalam stroma

endometrium. Trofoblast yang ditandai dengan lacuna dan sinsitium akan

membentuk sebuah jalinan yang saling berhubungan, Sel-sel sinsitiotrofoblast

menembus lebih dalam ke stroma dan merusak lapisan endotel pembuluh-

pembuluh kapiler ibu.Pembuluh-pembuluh rambut ini tersumbat dan melebar

dan dikenal sebagai sinusoid. Lakuna sinsitium kemudian berhubungan

dengan sinusoid, dan darah ibu mulai mengalir melalui system trofoblast,

sehingga terjadilah sirkulasi utero-plasenta. Semetara itu, sekelompok sel baru

muncul di antara permukaan dalam sitotrofoblast dan permukaan luar rongga

eksoselom. Sel-sel ini berasal dari kantong kuning telur dan akan membentuk

suatu jaringan penyambung yang disebut mesoderm ekstraembrional; di mana

pada akhirnya akan mengisi semua ruang antara trofoblastt di sebelah luar dan

amnion beserta selaput eksoselom di sebelah dalam ( langman, 1994).

Segera setelah terbentuk rongga-ronga besar di dalam mesoderm

ekstraembrional, dan ketika rongga-rongga ini menyatu, terbentuklah sebuah

rongga baru, yang dikenal dengan nama rongga khorion. Rongga khorion ini

terbentuk dari sel-sel fibroblast mesodermal yang tumbuh disekitar embrio dan

yang melapisi trofoblast sebelah dalam (Prawiroharjo, 1976). Rongga ini

mengelilingi kantung kuning telur primitive dan rongga amnion kecuali pada

tempat cakram mudigah berhubungan dengan trofoblast melalui tangkai

peghubung

c. Fase Gastrulasi

Gastrulasi adalah proses yang terjadi pada embrio setelah cleavage. Pada

proses ini terjadi pengaturan daerah – daerah bakal pembentuk organ pada

blastula sesuai dengan bentuk dan susuan tubuh spesies hewan bersangkutan

selama proses gastrulasi, terjadi perubahan bentuk dari lempeng sederhana

menjadi suatu konfigurasi yang kompleks yang terdiri atas tiga lapis bening.

Ketiga lapis benih tersebut adalah ektoderm, meoderm, endoderm. Meskipun

lapis benih ini terbentuk secara universal, mekanisme seluler yang terjadi

berbeda antara satu grup hewan dengan hewan lainnya.

17

Setelah berakhirnya proses gastrulasi, embrio akan memasuki tahap

perkembangan utama. Pada saaat akhir gastrulasi, ketiga lapis benih akan

menyususn diri pada posisi peruntukannya unutk membentuk organ dasar.

Bagian epidermis lapis benih ektoderm berfungsi sebagai pembungkus embrio.

Bagian dorsal dari lapisan benih ektoderm akan menumbuhkan neural plate.

Pada kebanyakan vertebrata, neural plate ini berhubungan dengan neural tube

dan spinal chord. Lapis benih mesoderm akan tetap berhubungan dengan

notochord dan membentuk mantel chordamesodermal. Pada tahap

perkembangan ini embrio disebut neurula.

a) Kejadian utama pada gastrulasi

Gastrulasi ditandai oleh dimulainya morfogenesis atau pengaturan kembali

blastomer. Pada saat ini epitel dan blastomer secara dramatis bergarak

membentuk organ dasar embrio. Bersamaan dengan ini, irama pembelahan

seluler berjalan lambat. Pertumbuhan sel mungkin tidak terjadi, dan kelaupun

terjadi sangat tidak nyata. Pada saat gastrulasi, terjadi perubahan metabolisme

secara internsif serta inti sel semakin aktif berperan dalam mengontrol

aktivitas sel embrio. Selama gastrulasi, terjadi diferensiasi kimia dangan

dimulainya sintesis molekul protein baru.

b) Gerakan gastrulasi

Gastrulasi merupakan gerakan yang terintegrasi dan suatu proses dinamis yang

dikontrol oleh kekuata fisiko kimia yang terbentuk pada akhir balstula dan

awal gastrula. Gerakan ini mulai terjadi kuranglebih 5,5 jam setelah fertilisasi

ketika blastula terdiri atas 500 sel. Invaginasi sel- sel vegetal diikuti oleh

involusi sel bagian tepi sehingga endoderm semakin terdesak dan membentuk

rongga gastrosul atau archenteron yang akan berkembang menjadi usus

primitif. Setelah archenteron besarnya maksimal maka blastosol akan

menyilang dan terbentuk tiga lapisan yaitu ektoderm, mesoderm, dan

endoderm. Struktur yang terdiri dari tiga lapisan tersebut dan gastrosul disebut

gastrula.

d. Fase Tubulasi

Tubulasi adalah pertumbuhan yang mengiringi pembentukan gastrula atau

disebut juga dengan pembumbungan. Daerah-daerah bakal pembentuk alat

18

atau ketiga lapis benih ectoderm, mesoderm dan endoderm, menyusun diri

sehingga berupa bumbung, berongga. Yang tidak mengalami pembumbungan

yaitu notochord, tetapi masif. Mengiringi proses tubulasi terjadi proses

differensiasi setempat pada tiap bumbung ketiga lapis benih, yang pada

pertumbuhan berikutnya akan menumbuhkan alat (organ) bentuk definitif.

Ketika tubulasi ectoderm saraf berlangsung, terjadi pula differensiasi awal

pada daerah-daerah bumbung itu, bagian depan tubuh menjadi encephalon

(otak) dan bagian belakang menjadi medulla spinalis bagi bumbung neural

(saraf). Pada bumbung endoderm terjadi differensiasi awal saluran atas bagian

depan, tengah dan belakang. Pada bumbung mesoderm terjadi differensiasi

awal untuk menumbuhkan otot rangka, bagian dermis kulit dan jaringan

pengikat lain, otot visera, rangka dan alat urogenitalia.

Pada periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi dan

differensiasi bagian-bagian tubuh embryo dari bentuk primitive sehingga

menjadi bentuk definitif. Pada periode ini embryo akan memiliki bentuk yang

khusus bagi suatu spesies. Pada periode pertumbuhan akhir, penyelesaian

secara halus bentuk definitive sehingga menjadi ciri suatu individu. Pada

periode ini embryo mengalami penyelesaian pertumbuhan jenis kelamin,

watak (karakter fisik dan psikis) serta wajah yang khusus bagi setiap individu.

Organogenesis pada bumbung-bumbung:

1. Bumbung epidermis

Menumbuhkan:

a) Lapisan epidermis kulit, dengan derivatnya yang bertekstur (susunan

kimia) tanduk: sisik, bulu, kuku, tanduk, cula, taji.

b) Kelenjar-kelenjar kulit: kelenjar minyak bulu, kelenjar peluh, kelenjar

ludah, kelenjar lender, kelenjar air mata.

c) Lensa mata, alat telinga dalam, indra bau dan indra peraba.

d) Stomodeum menumbuhkan mulut, dengan derivatnya seperti lapisan

email gigi, kelenjar ludah dan indra pengecap.

19

e) Proctodeum menumbuhkan dubur bersama kelenjarnya yang

menghasilkan bau tajam.

f) Lapisan enamel gigi.

2. Bumbung endoderm

a) Lapisan epitel seluruh saluran pencernaan mulai faring sampai rectum

Kelenjar-kelenjar pencernaan misalnya hepar, pancreas, serta kelenjar

lender yang mengandung enzim dlam esophagus, gaster dan intestium.

c) Lapisan epitel paru atau insang.

d) Kloaka yang menjadi muara ketiga saluran: pembuangan (ureter),

makanan (rectum), dan kelamin (ductus genitalis).

e) Lapisan epitel vagina, uretra, vesika urinaria dan kelenjar-kelenjarnya.

3. Bumbung neural (saraf)

a) Otak dan sumsum tulang belakang.

b) Saraf tepi otak dan punggung.

c) Bagian persyarafan indra, seperti mata, hidung dan kulit.

d) Chromatophore kulit dan alat-alat tubuh yang berpigment.

4. Bumbung mesoderm

a) Otot:lurik, polos dan jantung.

b) Mesenkim yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai macam sel dan

jaringan.

c) Gonad, saluran serta kelenjar-kelenjarnya.

d) Ginjal dan ureter.

e) Lapisan otot dan jaringan pengikat (tunica muscularis, tunica adventitia,

tunica musclarismucosa dan serosa) berbagai saluran dalam tubh, seperti

pencernaan, kelamin, trakea, bronchi, dan pembuluh darah.

20

f) Lapisan rongga tubuh dan selaput-selaput berbagai alat: plera,

pericardium, peritoneum dan mesenterium.

g) Jaringan ikat dalam alat-alat seperti hati, pancreas, kelenjar buntu.

h) Lapisan dentin, cementum dan periodontum gigi, bersama pulpanya.

Pada minggu ke 5 embryo berukuran 8 mm. Pada saat ini otak berkembang

sangat cepat sehingga kepala terlihat sangat besar. Pada minggu ke 6 embrio

berukuran 13 mm. Kepala masih lebih besar daripada badan yang sudah mulai

lurus, jari-jari mulai dibentuk. Pada minggu ke 7 embryo berukuran 18 mm,

jari tangan dan kaki mulai dibentuk, badan mulai memanjang dan lurus,

genetalia eksterna belum dapat dibedakan. Setelah tahap organogenesis selesai

yaitu pada akhir minggu ke 8 maka embrio akan disebut janin atau fetus

dengan ukuran 30 mm.

Proses tubulasi pada organ utama terjadi secara serampak dan meliputi proses

neurogenesis, notogenesis, mesogenesis.

Neurogenesis adalah proses pembentukan otak, spinal chord beserta organ

sesnsoris lainnya seperti hidung, mata, dan telinga.

Notogenesis adalah proses perembangan notochord. Perkembangan ini

diawalioleh chordamesoderm yang berada di antara atap bakal alat pencernaan

(gut) dengan ektoderm.

Mesogenesis adalah proses perkembangan mesoderm. Perkembangan ini

dimulai dari berlanjutnya perkembangan bagian samping mesoderm yang

menyebar ke sebelah sampai bertemu dengan bagian vetral mid line.

21

BAB III

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

Ovulasi adalah lepasnya sel ovum dari ovarium atau dari folikel yang

dihasilakn oleh ovarium. Ovulasi (pelepasan sel telur) merupakan bagian dari

siklus menstruasi normal, yang terjadi sekitar 14 hari sebelum menstruasi. Sel

telur yang dilepaskan bergerak ke ujung tuba falopii, yang merupakan tempat

terjadinya pembuahan

Fertilisasi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dengan ovum.

Pada saat pria dan wanita melakukan coitus, dengan ejakulasi sperma dari saluran

reproduksi pria di dalam vagina wanita, akan dilepaskan cairan yang berisi sel-sel

sperma ke dalam saluran reproduksi wanita.

Implantasi adalah peristiwa masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke

dalam endometrium.

Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio.

Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan

atau fertilisasi.

3.2. Saran

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan referat ini,

sehingga diharapkan pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang

membangun demi menyempurnakan referat ini.

22

DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, A.B. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. PT

Bina Pustaka

Cunningham, F Gary. et all. 2010. Obstetri Williams 23rd ed. USA : The

McGrawHill Companies, Inc.

Sadler T.W. Langman : Embriologi kedokteran. Ed.10. Jakarta

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.

Jakarta: EGC

23