26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur bola mata terbentuk cukup baik untuk melindungi mata dari trauma. Bola mata terletak pada permukaan yang dikelilingi oleh tulang – tulang yang kuat. Kelopak mata dapat menutup dengan cepat untuk mengadakan perlindungan dari benda asing, dan mata dapat mentoleransi tabrakan kecil tanpa kerusakan. Walau demikian, trauma dapat merusak mata, terkadang sangat parah dimana terjadi kehilangan penglihatan, dan lebih jauh lagi, mata harus di keluarkan. Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak sengaja yang menimbulkan perlukaan mata. Kebanyakan trauma mata adalah ringan, namun karena luka memar yang luas pada sekeliling struktur, maka dapat terlihat lebih parah dari sebenarnya. Secara garis besar trauma ocular dibagi dalam 3 kategori : trauma tumpul, trauma tajam dan trauma kimia. Trauma mata sering merupakan penyebab kebutaan unilateral pada anak dan dewasa muda, kelompok usia ini mengalami sebagian besar cedera mata yang parah. Kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan, cedera akibat olah raga, kecelakaan lalu lintas dan pekerja industri merupakan faktor resiko yang paling sering menyebabkan 1

Referat Mata

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat stase mata

Citation preview

Page 1: Referat Mata

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangStruktur bola mata terbentuk cukup baik untuk melindungi mata dari

trauma. Bola mata terletak pada permukaan yang dikelilingi oleh tulang –

tulang yang kuat. Kelopak mata dapat menutup dengan cepat untuk

mengadakan perlindungan dari benda asing, dan mata dapat mentoleransi

tabrakan kecil tanpa kerusakan. Walau demikian, trauma dapat merusak

mata, terkadang sangat parah dimana terjadi kehilangan penglihatan, dan

lebih jauh lagi, mata harus di keluarkan.

Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak sengaja yang

menimbulkan perlukaan mata. Kebanyakan trauma mata adalah ringan,

namun karena luka memar yang luas pada sekeliling struktur, maka dapat

terlihat lebih parah dari sebenarnya. Secara garis besar trauma ocular

dibagi dalam 3 kategori : trauma tumpul, trauma tajam dan trauma kimia.

Trauma mata sering merupakan penyebab kebutaan unilateral

pada anak dan dewasa muda, kelompok usia ini mengalami sebagian

besar cedera mata yang parah. Kecelakaan di rumah, kekerasan,

ledakan, cedera akibat olah raga, kecelakaan lalu lintas dan pekerja

industri merupakan faktor resiko yang paling sering menyebabkan trauma

mata.1 Terdapat sekitar 2,4 juta trauma okuler dan orbita di Amerika

serikat setiap tahunnya, dimana 20.000 sampai 68.000 dengan trauma

yang mengancam penglihatan dan 40.000 orang menderita kehilangan

penglihatan yang signitifikan setiap tahunnya. Hal ini hanya di dahului oleh

katarak sebagai penyebab kerusakan penglihatan Di AS dan trauma

merupakan penyebab paling banyak dari kebutaan unilateral terutama

pada pekerja industri.

Dimana salah satu penyebab trauma pada mata adalah adanya

corpus alienum pada mata. Corpus alienum adalah benda asing. Istilah ini

1

Page 2: Referat Mata

sering digunakan dalam istilah medis. Merupakan salah satu penyebab

cedera mata yang paling sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva.

Trauma mata adalah cidera mata yang dapat mengakibatkan kelainan

mata.

Meskipun kebanyakan bersifat ringan, tetapi beberapa cedera bisa

berakibat serius . Apabila suatu korpus alienum masuk ke dalam bola

mata maka biasanya terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul

kerusakan dari isi bola mata dan terjadi iridocylitis serta panophthmitis.

Karena itu perlu cepat mengenali benda asing tersebut dan menentukan

lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya.

Beratnya kerusakan pada organ – organ di dalam bola mata

tergantung dari besarnya corpus alienum, kecepatannya masuk, ada atau

tidaknya proses infeksi dan jenis bendanya sendiri.Bila ini berada pada

segmen depan dari bola mata, hal ini kurang berbahaya jika dibandingkan

dengan bila benda ini terdapat di dalam segmen belakang.

1.2 Rumusan MasalahApakah dokter umum yang bekerja di tingkat pelayanan primer

mampu untuk melakukan penatalaksanaan awal pada corpus alienum

gram di cornea guna mencegah komplikasi lebih lanjut?

1.3 Tujuan Meningkatkan pengetahuan dokter umum mengenai

penatalaksanaan awal pada awal pada corpus alienum gram di cornea

guna mencegah komplikasi lebih lanjut.

2

Page 3: Referat Mata

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI KORNEA

Gambar 1 Anatomi Kornea

2.1.1 STRUKTUR KORNEA

Kornea merupakan jaringan yang avaskular, bersifat transparan,

berukuran11-12 mm horizontal dan 10-11 mm vertikal, serta memiliki

indeks refraksi 1,37.Kornea memberikan kontribusi 74 % atau setara

dengan 43,25 dioptri (D) daritotal 58,60 kekuatan dioptri mata manusia .

(Fitzpatrick's, 2007). Kornea juga merupakan sumber astigmatisme pada

sistem optik. Dalam nutrisinya, kornea bergantung pada difusi glukosa dari

aqueus humor dan oksigen yang berdifusi melalui lapisan air mata.

Sebagai tambahan, kornea perifer disuplai oksigen dari sirkulasi limbus.

Kornea adalah salah satu organ tubuh yang memiliki densitas ujung-ujung

saraf terbanyak dan sensitifitasnya adalah 100 kali jika dibandingkan

dengan konjungtiva (Guyton, 1997).

Kornea dalam bahasa latin “cornum” artinya seperti tanduk,

merupakan selaput bening mata, bagian dari mata yang bersifat tembus

3

Page 4: Referat Mata

cahaya, merupakan lapis dari jaringan yang menutup bola mata sebelah

depan dan terdiri atas :

1. Epitel

Terdiri dari sel epitel squamos yang bertingkat, terdiri atas 5 lapis

sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; sel poligonal dan sel

gepeng. Tebal lapisan epitel kira-kira 5 % (0,05 mm) dari total seluruh

lapisan kornea. Epitel dan film air mata merupakan lapisan permukaan

dari media penglihatan. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel

muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju

ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di

sampingnya dan sel poligonal di sampingnya melalui desmosom dan

makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan

glukosa melalui barrier. Sel basal menghasilkan membran basal yang

melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi

rekuren Sedangkan epitel berasal dari ektoderem permukaan. Epitel

memiliki daya regenerasi. (Junqueira, 2007).

2. Membran bowman

Membran yang jernih dan aselular, Terletak di bawah membran

basal dari epitel. Merupakan lapisan kolagen yang tersusun tidak teratur

seperti stroma dan berasal dari epitel bagian depan stroma. Lapisan ini

tidak mempunyai daya regenerasi. (Junqueira, 2007).

3. Stroma

Lapisan ini mencakup sekitar 90% dari ketebalan kornea.

Merupakan lapisan tengah pada kornea. Bagian ini terdiri atas lamel fibril-

fibril kolagen dengan lebar sekitar 1 μm yang saling menjalin yang hampir

mencakup seluruh diameter kornea, pada permukaan terlihat anyaman

yang teratur sedang di bagian perifer serta kolagen ini bercabang;

terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama, dan kadang

sampai 15 bulan. (Junqueira, 2007).

4

Page 5: Referat Mata

4. Membran Descemet

Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang

stroma kornea yang dihasilkan oleh endotel. Bersifat sangat elastis dan

jernih yang tampak amorf pada pemeriksaan mikroskop elektron,

membran ini berkembang terus seumur hidup dan mempunyai tebal + 40

mm (Junqueira, 2007).

5. Endotel

Berasal dari mesotelium, terdiri atas satu lapis sel berbentuk

heksagonal, tebal antara 20-40 mm melekat erat pada membran

descemet melalui taut. Endotel dari kornea ini dibasahi oleh aqueous

humor. Lapisan endotel berbeda dengan lapisan epitel karena tidak

mempunyai daya regenerasi, sebaliknya endotel mengkompensasi sel-sel

yang mati dengan mengurangi kepadatan seluruh endotel dan

memberikan dampak pada regulasi cairan, jika endotel tidak lagi dapat

menjaga keseimbangan cairan yang tepat akibat gangguan sistem pompa

endotel, stroma bengkak karena kelebihan cairan (edema kornea) dan

kemudian hilangnya transparansi (kekeruhan) akan terjadi. Permeabilitas

dari kornea ditentukan oleh epitel dan endotel yang merupakan membrane

semipermeabel, kedua lapisan ini mempertahankan kejernihan daripada

kornea, jika terdapat kerusakan pada lapisan ini maka akan terjadi edema

kornea dan kekeruhan pada kornea (Junqueira, 2007).

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal

dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus yang

berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus

membran Bowman melepas selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel

dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan Sensasi dingin oleh Bulbus

Krause ditemukan pada daerah limbus.

5

Page 6: Referat Mata

Gambar 2 Histologi Kornea

2.1.2 FISIOLOGI KORNEA

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang

dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan

oleh strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgesensi. Deturgesensi

atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh

“pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan

endotel. Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting dari

pada epitel, dan kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak

jauh lebih parah daripada kerusakan pada epitel. Kerusakan sel-sel

endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan.

Sebaliknya,kerusakan pada epitel hanya menyebabkan edema stroma

kornea lokal sesaat yang akan meghilang bila sel-sel epitel telah

beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal

menghasilkan hipertonisitas ringan lapisan air mata tersebut, yang

mungkin merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma kornea

superfisial dan membantu mempertahankan keadaan dehidrasi. (Sidarta,

2002).

6

Page 7: Referat Mata

Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut-

lemak dapat melalui epitel utuh dan substansi larut-air dapat melalui

stroma yang utuh. Karenanya agar dapat melalui kornea, obat harus larut-

lemak dan larut-air sekaligus. Epitel adalah sawar yang efisien terhadap

masuknya mikroorganisme ke dalam kornea. 3,4 Namun sekali kornea ini

cedera, stroma yang avaskular dan membran bowman mudah terkena

infeksi oleh berbagai macam organisme, seperti bakteri, virus, amuba, dan

jamur (Sidarta, 2002)

2.2 Trauma Okuli2.2.1 Definisi

Trauma okuli merupakan penyebab kebutaan unilateral tersering

pada anak-anak dan dewasa muda; orang pada usia ini paling rentan

mengalami trauma okuli yang parah. Penyebab trauma okuli ini antara

lain, kekerasan, ledakan baterai, trauma yang berkaitan dengan olah raga,

dan kecelakaan merupakan penyebab tersering. Trauma okuli yang parah

bisa mengakibatkan trauma multiple pada palpebra, bola mata dan

jaringan lunak orbita (Riordan-eva, 2007).

Insiden trauma okuli tetap tinggi walaupun regulasi keamanan telah

ditingkatkan, seperti kewajiban menggunakan seat bealts dan kewajiban

menggunakan protector mata untuk orang yang mengoperasikan mesin

berputar dengan kecepatan tinggi. Oleh karena itu, dokter umum dan staf

pelayanan kesehatan harus dapat mengenali trauma okuli dan

memberikan penatalaksanaan awal Pasien tersebut kemudian harus

dirujuk ke dokter spesialis mata, yang seharusnya bertanggungjawab

mengevaluasi trauma dan memeberikan penanganan definitive. (Lang,

2000).

7

Page 8: Referat Mata

2.2.2 KlasifikasiBerdasarkan mekanisme trauma, trauma okuli dapat

diklasifikasikan menjadi: (Khurana, 2007)

A. Trauma Mekanik

Korpus alienum extraokular

Korpus alienum extraokular sering terjadi pada pekerja

industrial dan pertanian. Tempat corpus alienum yang umum

ditemukan adalah pada konjungtiva dan kornea. Pada konjungtiva,

mungkin korpus alienum menempel pada sulkus subtarsalis, fornik

atau konjungtiva bulbi. Sedangkan pada kornea, biasanya

tertanam pada epithelium atau stroma superficial dan jarang

ditemukan pada stroma yang dalam. Korpus alienum pada kornea

akan dibahas lebih lanjut pada bab selanjutnya (Khurana, 2007)

Trauma Tumpul (kontusio)

Trauma tumpul okuli bisa terjadi melalui: (Khurana, 2007)

- Pukulan langsung pada bola mata karena tinju, bola, atau alat

tumpul seperti tongkat atau batu besar.

- Trauma tumpul pada bola mata juga bisa terjadi pada

kecelakaan lalu lintas, trauma karena alat pertanian dan

industry dan jatuh pada objek tumpul.

Lesi traumatik yang diakibatkan oleh trauma tumpul dapat

digolongkan menjadi: (Khurana, 2007)

- Closed globe injury

- Globe rupture

- Extraocular lesions

Trauma penetrasi dan perforasi

Trauma jenis ini bisa terjadi melalui: (Khurana, 2007)

- Trauma karena benda tajam dan runcing seperti jarum, pisau,

kuku, panah, sekrup-driver, pena, pensil, kompas, potongan

kaca dan sebagainya.

- Trauma karena benda berkecepatan tinggu seperti peluru dan

korpus alienum besi.

8

Page 9: Referat Mata

Efek trauma penetrasi dan perforasi pada struktur okuli bisa

terjadi melalui beberapa efek, antara lain: (Khurana, 2007)

- Efek mekanik

- Menyebabkan terjadinya infeksi

- Post-traumatic iridocyclitis

- Sympathetic ophthalmitis

Trauma Tembus dengan korpus alienum intraocular

Korpus alienum yang sering menyebabkan trauma ini antara

lain chip dari besi dan baja (90%) partikel kaca, batu, pelet

memimpin, tembaga, aluminium, plastik dan kayu (Khurana,

2007)

Trauma jenis ini dapar menyebabkan kerusakan struktur

okuli melalui: (Khurana, 2007)

- Efek mekanis

- Infeksi

- Reaksi terhadap benda asing

- Post-traumatic iridocyclitis.

- Sympathetic ophthalmitis

B. Trauma non-mekanik (Khurana, 2007)

Trauma kimia

- Asam

- Basa

Trauma termal

Trauma elektrik

Trauma radiasi

- Radiasi ultraviolet

- Radiasi Infrared

- Trauma radiasi ionisai

9

Page 10: Referat Mata

Gambar 3. Laserasi pada bagian atas dan bawah palpebra dan

hyphema (kiri) dan hemorrhagic chemosis (kanan)

2.2.3 Pemeriksaan awal Mengetahui keseluruhan riwayat pasien, akan menyediakan

informasi yang sangat penting mengenai penyebab dari trauma. Korpus

alienum intraokuler harus dicurigai apabila terdapat riwayat memalu,

menggiling atau terkena ledakan dan pemeriksaan penunjang yang sesuai

harus dilakukan. Apabila terdapat gangguan visus, harus diketahui apakah

gangguan tersebut terjadi secara progresif atau perlakan-lahan, atau

terjadi secara mendadak. Trauma pada anak-anak dengan riwayat yang

tidak sesuai dengan trauma yang didapatkan, harus curiga adanya

kekerasan pada anak (Riordan-eva, 2007)

Trauma okuli sering menyebabkan nyeri, fotofobia, dan

blefarospasme. Beberapa tetes anestesi direkomendasikan agar

pemeriksaan dapat dilakukan dengan nyeri minimal (Lang, 2000)

Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengukuran dan pencatatan

visus. Apabila gangguan visual parah, diakuakan light projection, two-point 10

Page 11: Referat Mata

discrimination, dan memeriksa ada tidaknya afferent pupillary defect. Tes

pergerakan bola mata, sensasi kulit periorbita, dan dialkukan palpasi

untuk mengetahui ada tidaknya kerusakan pada tulang orbita. Apabila slit

lamp tidak tersedia di UGD, penlight atau direct ophthalmoscope dapat

digunakan untuk menilai permukaan tarsal dari kelopak mata dan segmen

anterior (Riordan-eva, 2007).

Permukaan kornea diperiksa untuk mengetahui ada tidaknya

korpus alienum, luka dan abrasi. Konjungtiva bulbi diinspeksi untuk

melihat ada tidaknya hemorrhage, korpus alienum atau laserasi.

Kedalaman dan kejernihan kamera okuli anterior juga diperiksa. Ukuran,

bentuk, dan reflex cahaya pupil harus dibandingkan dengan mata yang

lain utuk memastikan apabila terdapat defek pupil karena trauma okuli

(Riordan-eva, 2007).

Mata yang lunak, vusus hanya dengan hand movements atau kebih

burk, defek pulil afferent, atau vitreous hemorrhage menandakan danya

globe rupture. Apabila bila mata tidak rusak, palpebra, konjungtiva

palpebra dan fornik dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, termasuk

pemeriksaan pada palpebra atas. Ophthalmoscope direct dan indirect

digunakan untuk melihat lensa, vitreus, optic disk, dan retina. Pada semua

kasus trauma okuli, mata yang terlihat tidak terluka juga harus diperiksa

dengan teliti (Riordan-eva, 2007).

2.2.4 Managemen Managemen trauma okuli sesuai dengan jenis trauma dan berat

ringannya trauma tersebut.

Pada globe rupture, jangan dilakukan manipulasi lebih lanjut

sampai dilakukan operasi dalam kondisi steril dapat dilakukan, biasanya

dengan menggunakan anestesi umum. Tidak perlu diberikan cycloplegic

atau antibiotic topical sebelum dilakukan operasi karena berpotensi toxic

dan membuat jaringan intraocular terpapar (Riordan-eva, 2007).

Fox shield titempelkan di atas mata, dan antibitik spectrum luas

diberian (oral ciprofloxacin, 500 mg dua kali sehari). Analgetik, antiemetic

11

Page 12: Referat Mata

dan antitoksin tetanus diberikan apabila diperlukan. Induksi anestesi

umum tidak menggunakan blok neuromuscular depolarisasi karena agen

ini dapat meningkatkan tekanan intraocular dan hal ini dapat

meningkatkan kemungkinan terjadinya herniasi isi intraocular (Riordan-

eva, 2007).

Anestesi topical, atau medikasi lainnya yang diberikan pada mata

yang mengalami trauma harus steril (Riordan-eva, 2007).

2.3 Korpus Alienum Pada Kornea2.3.1 Definisi

Korpus alienum pada kornea merupakan benda asing yang

terdapat di kornea, biasanya berupa logam (contoh, gram atau serpihan

metal), serpihan kaca, atau material organik (Bashour, 2014). Korpus

alienum pada kornea ini termasuk dalam trauma okuli mekanik (korpus

alienum extraokular atau superficial.

Korpus alienum pada kornea hampir selalu berhubungan dengan

trauma, sering terjadi di tempat kerja perindustrian dimana tidak dilengkapi

dengan proteksi mata. Sebagian besar merupakan logam dan menembus

kornea yang cukup dalam sehingga dapat tetap tertanam. Jika korpus

alienum tersebut hanya menembus perifer kornea, maka perubahan visual

permanen biasanya tidak terjadi. Akan tetapi, apabila menembus central

kornea, pasien bisa mengalami penurunan visual permanen yang

disebabkan oleh bekas luka (Yesar, 2009)

12

Page 13: Referat Mata

Gambar 4. Korpus alienum pada kornea

2.3.2 Korpus alenum Korpus alienum pada mata adalah sesuatu yang masuk ke dalam

mata yang berasal dari luar tubuh. Korpus alienum tersebut bisa apa saja

– mulai dari debu sampai benda metal.

Jenis korpus alienum pada kornea yang umum ditemukan antara

lain: (Khurana, 2007)

Pekerja di bidang industri: partikel partikel besi (terutama pada bagian

bubut dan palu-pahat), ampelas dan batu bara.

Pekerja di bidang pertanian: di bidang ini terutama kulit padi dan

sayap serangga.

Benda asing umum lainnya antara lain partikel debu, pasir, baja, kaca,

kayu dan serangga kecil (nyamuk).

2.3.3 Epidemiologi dan Faktor ResikoKrorpus alienum merupakan penyebab tersering pasien mata

datang ke UGD. Sama dengan trauma okuli, insiden korpus alienum pada

kornea lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Untuk

usia, insiden puncak ditemukan pada dekade ke dua dan umumnya terjadi

pada orang dengan usia kurang dari 40 tahun (Bashour, 2014).

13

Page 14: Referat Mata

Korpus alienum pada kornea yang termasuk dalam korpus alienum

ekstraokular atau superficial merupakan trauma okuli yang paling sering

ditemukan dan dapat dicegah. Korpus alienum pada kornea berupa metal,

contohnya gram, berhubungan dengan kecelakaan kerja yang sering

terjadi pada pekerja konstruksi dan industri metal. Hal ini berkaitan

dengan penggunaan alat pengaman pada mata. korpus alienum pada

kornea yang berkaitan dengan pekerjaan ini terhitung 35%-58% dari

seluruh trauma okuli (Ozkurt, 2014)

Pada penelitian yang dilakukan di turki, fragmen metal

menyebabkan 37% korpus alienum kornea superficial (Ozkurt, 2014)

2.3.4 PatofisiologiBiasanya, partikel dari potongan atau logam yang rusak tertanam di

kornea dengan kekuatan yang signifikan. Korpus alienum pada kornea

tersebut umumnya masuk dalam kategori trauma okular minor. Partikel

tersebut bersarang atau menetap di dalam epitel atau stroma kornea,

terutama bila diproyeksikan ke arah mata dengan kekuatan yang cukup

(Yesar, 2009).

Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi,

mengakibatkan dilatasi pembuluh darah dan kemudian menyebabkan

oedem pada kelopak mata, konjungtiva, dan kornea. Sel darah putih juga

dilepaskan, yang kemudian mengakibatkan reaksi pada kamera okuli

anterior dan terdapat infiltrate kornea. Jika tidak dihilangkan, benda asing

dapat menyebabkan infeksi dan nekrosis jaringan (Yesar, 2009).

Korpus alienum berupa besi biasanya lebih banyak menyebabkan

morbiditas dengan adanya besi itu sendiri. Besi tersebut teroksidasi dan

larut dalam cairan kornea dan mengendap pada jaringan yang

berdekatan. Dalam beberapa jam akan terbentuk “rust” ring, yang terdapat

dimembran bowman dan substansia propria. Untuk mencegah

berlanjutnya inflamasi okuli dan tertundanya penyembuhan, “rust” ring ini

harus di hilangkan (Zuckerman, 1960)

14

Page 15: Referat Mata

2.4 Mortalitas dan MorbiditasSecara umum, korpus alienum yang segera diambil setelah terjadi

trauma, tidak akan meninggalkan sequelae yang permanen. Akan tetapi,

jaringan parut pada kornea atau infeksi mungkin bisa terjadi. Semakin

lama interval antara terjadinya trauma dengan penanganan, maka

kemungkinan terjadinya komplikasi akan semakin besar (Yesar, 2009).

Jika korpus alienum sepenuhnya menembus kamera okuli anterior

atau posterior, maka disebut sebagai korpus alienum intraocular. Pada

kasus ini, morbiditas pada mata semakin besar. Kerusakan pada iris,

lensa, dan retina dapat terjadi dan bisa menyebabkan gangguan visual

yang parah. Korpus alienum intraocular dapat menyebabkan infeksi dan

endophthalmitis yang merupakan kondisi serius yang dapat menyebabkan

seseorang kehilangan mata (Yesar, 2009)

2.5 Manifestasi Klinis

2.5.1 Gejala

a. Perasaan tidak nyaman seperti perasaan ber-“pasir” atau ngeres pada benda asing di kornea, keluar air mata secara terus menerus dan kemerahan pada mata (Khurana, 2007)

b. Nyeri dan fotofobia lebih sering dijumpai pada benda asing di kornea dibandingkan benda asing pada konjungtiva (Khurana, 2007)

c. Penurunan visus yang terjadi terutama saat benda asing berada di tengah kornea (Khurana, 2007)

2.5.2 Tanda

Infiltrasi leukosit sering dijumpai di sekitar benda asing yang

menempel.(2) Jika benda asing berupa logam besi, partikel besi dapat

berkarat dalam beberapa jam pada dasar abrasi(2)membentuk cincing

karat yang menyebabkan noda berbentuk cincin dan berwarna kekuning –

kuningan pada permukaan stroma yang akan hilang dalam jangka waktu

tertentu yang mengakibatkan terbentuknya jaringan parut berwarna putih.(3) Dapat pula terjadi uveitis sekunder yang ringan, yang disertai dengan

15

Page 16: Referat Mata

miosis iritatif, dan fotofobia (Bowling, 2016). Pada pemeriksaan dapat pula

terjadi blepharospasme dan kongesi konjungtiva. (Khurana, 2007)

Gambar 5 lingkaran merah menunjukkan benda asing berupa logam pada kornea (diambil dari Kanski Clinical Ophthalmology 8th edition)

Gambar 6 Lingkaran merah menunjukkan benda asing telah dibuang. Telah membentuk lingkaran karat dan abrasi (diambil dari Kanski Clinical Ophthalmology 8th edition)

16

Page 17: Referat Mata

2.6 Diagnosis

a. Pada kasus benda asing perlu juga dicurigai adanya benda asing intraokuler; perlu juga dilakukan pemeriksaan segmen posterior dan jika diperlukan, melakukan pencitraan menggunakan foto polos sinar-X untuk menyingkirkan kemungkinan ini (Bowling, 2016).

b. Pemeriksaan menggunakan lampu celah (slit-lamp) dilakukan untuk menentukan posisi dan kedalaman dari benda asing (Bowling, 2016).

2.7Manajemen

Prinsip penanganan benda asing adalah benda asing harus

dikeluarkan segera mungkin (Khurana, 2007).

a. Ekstraksi benda asing pada konjungtiva. Benda asing yang terletak

secara bebas pada fornix inferior, sulkus subtarsalis, atau pada

canthus dapat dilepaskan dengan swab stick atau sapu tangan

bersih bahkan tanpa menggunakan anestesi. Benda asing yang

tertancap pada konjuntiva bulbi dapat dilepaskan dengan bantuan

jarum hipodermis setelah pemberian anestesi lokal terlebih dahulu

(Khurana, 2007).

b. Ekstraksi benda asing pada kornea. Mata yang terkena benda

asing diberi anestesi topikal dengan kandungan xylocaine 2-4%

dan pasien diminta untuk berbaring pada meja pemeriksaan.

Kelopak mata dipisahkan dengan spekulum mata, dan pasien

diminta untuk melihat tepat ke depan dan sinar difokuskan pada

kornea. Pertama, dilakukan usaha untuk melepaskan benda asing

dari mata menggunakan lidi kapas basah. Jika gagal lakukan

ekstraksi benda asing menggunakan jarum. Jika benda asing

berupa benda magnetik, lakukan pengelepasan benda asing

menggunakan magnet. Setelah pengeluaran benda asing, kasa

dan perban dengan salep antibiotik mata diberikan pada mata

tersebut selama 24 hingga 48 jam. Tetes mata antibiotik kemudian

diberikan sebanyak 3-4 kali sehari selama 1 minggu (Khurana,

2007).17

Page 18: Referat Mata

Gambar 7 Cara mengeluarkan benda asing pada mata menggunakan jarum. (diambil dari Pavan-Langston Manual of Ocular Diagnosis and Therapy 5th edition)

c. Jika terdapat benda asing multipel pada epitel kornea, contoh

seperti pada ledakan, pengeluaran benda setiap benda asing dapat

mengakibatkan terbentukanya jaringan parut pada kornea.

Biasanya dilakukan pelepasan pada epitel kornea dengan

pemberian anestesi topikal dan melepas seluruh lapisan epitel

hingga 1-2 mm dari limbus menggunakan aplikator dengan ujung

kapas yang dibasahi dengan alkohol. Membran Bowman

ditinggalkan untuk memungkinkan regenerasi epitel. Kemudian,

benda asing yang berada pada limbus dilepaskan satu per satu

(Pavan and Langston, 2002).

d. Sikloplegis dan obat anti-inflamasi non-steroid topikal dapat

diberikan untuk mengurangi nyeri (Pavan and Langston, 2002).

e. Terapi yang dikontraindikasikan yaitu pemberian anestesi topikal

secara terus menerus pada pasien dengan abrasi kornea akut atau

benda asing pada kornea karena pemberian anestesi topikal dapat

menghambat penyembuhan, menyebabkan penghancuran epitel,

edema stroma, dan nyeri hebat (Pavan and Langston, 2002).

2.8 Profilaksis

Setelah terapi, pekerja industri, agrikultur, pengendara sepeda dan

sepeda motor diharuskan menggunakan kacamata pelindung untuk

mencegah komplikasi. Edukasi kesehatan mata harus diberikan terutama

pada pekerja industri dan agrikultur (Khurana, 2007)

18

Page 19: Referat Mata

2.9 Prognosis

Jika benda asing pada kornea tidak dilepaskan, terdapat risiko

yang besar terjadinya infeksi sekunder dan ulkus kornea. Setiap sekret,

infiltrat, ataupun uveitis wajib meningkatkan kecurigaan dokter akan

adanya infeksi bakteri sekunder, dan harus dilakukan manajemen yang

tepat seperti pada keratitis bakteri; Pertikel logam diasosiasikan dengan

risiko infeksi yang rendah dibandingkan benda asing tersebut berupa

materi organik dan batu (Pavan and Langston, 2002).

2.10 Komplikasi

Konjungtivitis akut bakteri dapat terjadi pada benda asing yang

tercemar atau kebiasaan menggosok mata menggunakan tangan yang

terinfeksi. Benda asing kornea dapat menjadi ulkus. Dapat terjadi

pigmentasi dan/atau kekeruhan yang disebabkan benda asing karena

partikel besi atau amril yang terdapat pada kornea (Khurana, 2007)

19