Upload
adriansaleh
View
251
Download
21
Embed Size (px)
DESCRIPTION
referat stase mata
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangStruktur bola mata terbentuk cukup baik untuk melindungi mata dari
trauma. Bola mata terletak pada permukaan yang dikelilingi oleh tulang –
tulang yang kuat. Kelopak mata dapat menutup dengan cepat untuk
mengadakan perlindungan dari benda asing, dan mata dapat mentoleransi
tabrakan kecil tanpa kerusakan. Walau demikian, trauma dapat merusak
mata, terkadang sangat parah dimana terjadi kehilangan penglihatan, dan
lebih jauh lagi, mata harus di keluarkan.
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak sengaja yang
menimbulkan perlukaan mata. Kebanyakan trauma mata adalah ringan,
namun karena luka memar yang luas pada sekeliling struktur, maka dapat
terlihat lebih parah dari sebenarnya. Secara garis besar trauma ocular
dibagi dalam 3 kategori : trauma tumpul, trauma tajam dan trauma kimia.
Trauma mata sering merupakan penyebab kebutaan unilateral
pada anak dan dewasa muda, kelompok usia ini mengalami sebagian
besar cedera mata yang parah. Kecelakaan di rumah, kekerasan,
ledakan, cedera akibat olah raga, kecelakaan lalu lintas dan pekerja
industri merupakan faktor resiko yang paling sering menyebabkan trauma
mata.1 Terdapat sekitar 2,4 juta trauma okuler dan orbita di Amerika
serikat setiap tahunnya, dimana 20.000 sampai 68.000 dengan trauma
yang mengancam penglihatan dan 40.000 orang menderita kehilangan
penglihatan yang signitifikan setiap tahunnya. Hal ini hanya di dahului oleh
katarak sebagai penyebab kerusakan penglihatan Di AS dan trauma
merupakan penyebab paling banyak dari kebutaan unilateral terutama
pada pekerja industri.
Dimana salah satu penyebab trauma pada mata adalah adanya
corpus alienum pada mata. Corpus alienum adalah benda asing. Istilah ini
1
sering digunakan dalam istilah medis. Merupakan salah satu penyebab
cedera mata yang paling sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva.
Trauma mata adalah cidera mata yang dapat mengakibatkan kelainan
mata.
Meskipun kebanyakan bersifat ringan, tetapi beberapa cedera bisa
berakibat serius . Apabila suatu korpus alienum masuk ke dalam bola
mata maka biasanya terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul
kerusakan dari isi bola mata dan terjadi iridocylitis serta panophthmitis.
Karena itu perlu cepat mengenali benda asing tersebut dan menentukan
lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya.
Beratnya kerusakan pada organ – organ di dalam bola mata
tergantung dari besarnya corpus alienum, kecepatannya masuk, ada atau
tidaknya proses infeksi dan jenis bendanya sendiri.Bila ini berada pada
segmen depan dari bola mata, hal ini kurang berbahaya jika dibandingkan
dengan bila benda ini terdapat di dalam segmen belakang.
1.2 Rumusan MasalahApakah dokter umum yang bekerja di tingkat pelayanan primer
mampu untuk melakukan penatalaksanaan awal pada corpus alienum
gram di cornea guna mencegah komplikasi lebih lanjut?
1.3 Tujuan Meningkatkan pengetahuan dokter umum mengenai
penatalaksanaan awal pada awal pada corpus alienum gram di cornea
guna mencegah komplikasi lebih lanjut.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI KORNEA
Gambar 1 Anatomi Kornea
2.1.1 STRUKTUR KORNEA
Kornea merupakan jaringan yang avaskular, bersifat transparan,
berukuran11-12 mm horizontal dan 10-11 mm vertikal, serta memiliki
indeks refraksi 1,37.Kornea memberikan kontribusi 74 % atau setara
dengan 43,25 dioptri (D) daritotal 58,60 kekuatan dioptri mata manusia .
(Fitzpatrick's, 2007). Kornea juga merupakan sumber astigmatisme pada
sistem optik. Dalam nutrisinya, kornea bergantung pada difusi glukosa dari
aqueus humor dan oksigen yang berdifusi melalui lapisan air mata.
Sebagai tambahan, kornea perifer disuplai oksigen dari sirkulasi limbus.
Kornea adalah salah satu organ tubuh yang memiliki densitas ujung-ujung
saraf terbanyak dan sensitifitasnya adalah 100 kali jika dibandingkan
dengan konjungtiva (Guyton, 1997).
Kornea dalam bahasa latin “cornum” artinya seperti tanduk,
merupakan selaput bening mata, bagian dari mata yang bersifat tembus
3
cahaya, merupakan lapis dari jaringan yang menutup bola mata sebelah
depan dan terdiri atas :
1. Epitel
Terdiri dari sel epitel squamos yang bertingkat, terdiri atas 5 lapis
sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; sel poligonal dan sel
gepeng. Tebal lapisan epitel kira-kira 5 % (0,05 mm) dari total seluruh
lapisan kornea. Epitel dan film air mata merupakan lapisan permukaan
dari media penglihatan. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel
muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju
ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di
sampingnya dan sel poligonal di sampingnya melalui desmosom dan
makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan
glukosa melalui barrier. Sel basal menghasilkan membran basal yang
melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi
rekuren Sedangkan epitel berasal dari ektoderem permukaan. Epitel
memiliki daya regenerasi. (Junqueira, 2007).
2. Membran bowman
Membran yang jernih dan aselular, Terletak di bawah membran
basal dari epitel. Merupakan lapisan kolagen yang tersusun tidak teratur
seperti stroma dan berasal dari epitel bagian depan stroma. Lapisan ini
tidak mempunyai daya regenerasi. (Junqueira, 2007).
3. Stroma
Lapisan ini mencakup sekitar 90% dari ketebalan kornea.
Merupakan lapisan tengah pada kornea. Bagian ini terdiri atas lamel fibril-
fibril kolagen dengan lebar sekitar 1 μm yang saling menjalin yang hampir
mencakup seluruh diameter kornea, pada permukaan terlihat anyaman
yang teratur sedang di bagian perifer serta kolagen ini bercabang;
terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama, dan kadang
sampai 15 bulan. (Junqueira, 2007).
4
4. Membran Descemet
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang
stroma kornea yang dihasilkan oleh endotel. Bersifat sangat elastis dan
jernih yang tampak amorf pada pemeriksaan mikroskop elektron,
membran ini berkembang terus seumur hidup dan mempunyai tebal + 40
mm (Junqueira, 2007).
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, terdiri atas satu lapis sel berbentuk
heksagonal, tebal antara 20-40 mm melekat erat pada membran
descemet melalui taut. Endotel dari kornea ini dibasahi oleh aqueous
humor. Lapisan endotel berbeda dengan lapisan epitel karena tidak
mempunyai daya regenerasi, sebaliknya endotel mengkompensasi sel-sel
yang mati dengan mengurangi kepadatan seluruh endotel dan
memberikan dampak pada regulasi cairan, jika endotel tidak lagi dapat
menjaga keseimbangan cairan yang tepat akibat gangguan sistem pompa
endotel, stroma bengkak karena kelebihan cairan (edema kornea) dan
kemudian hilangnya transparansi (kekeruhan) akan terjadi. Permeabilitas
dari kornea ditentukan oleh epitel dan endotel yang merupakan membrane
semipermeabel, kedua lapisan ini mempertahankan kejernihan daripada
kornea, jika terdapat kerusakan pada lapisan ini maka akan terjadi edema
kornea dan kekeruhan pada kornea (Junqueira, 2007).
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal
dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus yang
berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus
membran Bowman melepas selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel
dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan Sensasi dingin oleh Bulbus
Krause ditemukan pada daerah limbus.
5
Gambar 2 Histologi Kornea
2.1.2 FISIOLOGI KORNEA
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang
dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan
oleh strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgesensi. Deturgesensi
atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh
“pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan
endotel. Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting dari
pada epitel, dan kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak
jauh lebih parah daripada kerusakan pada epitel. Kerusakan sel-sel
endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan.
Sebaliknya,kerusakan pada epitel hanya menyebabkan edema stroma
kornea lokal sesaat yang akan meghilang bila sel-sel epitel telah
beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal
menghasilkan hipertonisitas ringan lapisan air mata tersebut, yang
mungkin merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma kornea
superfisial dan membantu mempertahankan keadaan dehidrasi. (Sidarta,
2002).
6
Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut-
lemak dapat melalui epitel utuh dan substansi larut-air dapat melalui
stroma yang utuh. Karenanya agar dapat melalui kornea, obat harus larut-
lemak dan larut-air sekaligus. Epitel adalah sawar yang efisien terhadap
masuknya mikroorganisme ke dalam kornea. 3,4 Namun sekali kornea ini
cedera, stroma yang avaskular dan membran bowman mudah terkena
infeksi oleh berbagai macam organisme, seperti bakteri, virus, amuba, dan
jamur (Sidarta, 2002)
2.2 Trauma Okuli2.2.1 Definisi
Trauma okuli merupakan penyebab kebutaan unilateral tersering
pada anak-anak dan dewasa muda; orang pada usia ini paling rentan
mengalami trauma okuli yang parah. Penyebab trauma okuli ini antara
lain, kekerasan, ledakan baterai, trauma yang berkaitan dengan olah raga,
dan kecelakaan merupakan penyebab tersering. Trauma okuli yang parah
bisa mengakibatkan trauma multiple pada palpebra, bola mata dan
jaringan lunak orbita (Riordan-eva, 2007).
Insiden trauma okuli tetap tinggi walaupun regulasi keamanan telah
ditingkatkan, seperti kewajiban menggunakan seat bealts dan kewajiban
menggunakan protector mata untuk orang yang mengoperasikan mesin
berputar dengan kecepatan tinggi. Oleh karena itu, dokter umum dan staf
pelayanan kesehatan harus dapat mengenali trauma okuli dan
memberikan penatalaksanaan awal Pasien tersebut kemudian harus
dirujuk ke dokter spesialis mata, yang seharusnya bertanggungjawab
mengevaluasi trauma dan memeberikan penanganan definitive. (Lang,
2000).
7
2.2.2 KlasifikasiBerdasarkan mekanisme trauma, trauma okuli dapat
diklasifikasikan menjadi: (Khurana, 2007)
A. Trauma Mekanik
Korpus alienum extraokular
Korpus alienum extraokular sering terjadi pada pekerja
industrial dan pertanian. Tempat corpus alienum yang umum
ditemukan adalah pada konjungtiva dan kornea. Pada konjungtiva,
mungkin korpus alienum menempel pada sulkus subtarsalis, fornik
atau konjungtiva bulbi. Sedangkan pada kornea, biasanya
tertanam pada epithelium atau stroma superficial dan jarang
ditemukan pada stroma yang dalam. Korpus alienum pada kornea
akan dibahas lebih lanjut pada bab selanjutnya (Khurana, 2007)
Trauma Tumpul (kontusio)
Trauma tumpul okuli bisa terjadi melalui: (Khurana, 2007)
- Pukulan langsung pada bola mata karena tinju, bola, atau alat
tumpul seperti tongkat atau batu besar.
- Trauma tumpul pada bola mata juga bisa terjadi pada
kecelakaan lalu lintas, trauma karena alat pertanian dan
industry dan jatuh pada objek tumpul.
Lesi traumatik yang diakibatkan oleh trauma tumpul dapat
digolongkan menjadi: (Khurana, 2007)
- Closed globe injury
- Globe rupture
- Extraocular lesions
Trauma penetrasi dan perforasi
Trauma jenis ini bisa terjadi melalui: (Khurana, 2007)
- Trauma karena benda tajam dan runcing seperti jarum, pisau,
kuku, panah, sekrup-driver, pena, pensil, kompas, potongan
kaca dan sebagainya.
- Trauma karena benda berkecepatan tinggu seperti peluru dan
korpus alienum besi.
8
Efek trauma penetrasi dan perforasi pada struktur okuli bisa
terjadi melalui beberapa efek, antara lain: (Khurana, 2007)
- Efek mekanik
- Menyebabkan terjadinya infeksi
- Post-traumatic iridocyclitis
- Sympathetic ophthalmitis
Trauma Tembus dengan korpus alienum intraocular
Korpus alienum yang sering menyebabkan trauma ini antara
lain chip dari besi dan baja (90%) partikel kaca, batu, pelet
memimpin, tembaga, aluminium, plastik dan kayu (Khurana,
2007)
Trauma jenis ini dapar menyebabkan kerusakan struktur
okuli melalui: (Khurana, 2007)
- Efek mekanis
- Infeksi
- Reaksi terhadap benda asing
- Post-traumatic iridocyclitis.
- Sympathetic ophthalmitis
B. Trauma non-mekanik (Khurana, 2007)
Trauma kimia
- Asam
- Basa
Trauma termal
Trauma elektrik
Trauma radiasi
- Radiasi ultraviolet
- Radiasi Infrared
- Trauma radiasi ionisai
9
Gambar 3. Laserasi pada bagian atas dan bawah palpebra dan
hyphema (kiri) dan hemorrhagic chemosis (kanan)
2.2.3 Pemeriksaan awal Mengetahui keseluruhan riwayat pasien, akan menyediakan
informasi yang sangat penting mengenai penyebab dari trauma. Korpus
alienum intraokuler harus dicurigai apabila terdapat riwayat memalu,
menggiling atau terkena ledakan dan pemeriksaan penunjang yang sesuai
harus dilakukan. Apabila terdapat gangguan visus, harus diketahui apakah
gangguan tersebut terjadi secara progresif atau perlakan-lahan, atau
terjadi secara mendadak. Trauma pada anak-anak dengan riwayat yang
tidak sesuai dengan trauma yang didapatkan, harus curiga adanya
kekerasan pada anak (Riordan-eva, 2007)
Trauma okuli sering menyebabkan nyeri, fotofobia, dan
blefarospasme. Beberapa tetes anestesi direkomendasikan agar
pemeriksaan dapat dilakukan dengan nyeri minimal (Lang, 2000)
Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengukuran dan pencatatan
visus. Apabila gangguan visual parah, diakuakan light projection, two-point 10
discrimination, dan memeriksa ada tidaknya afferent pupillary defect. Tes
pergerakan bola mata, sensasi kulit periorbita, dan dialkukan palpasi
untuk mengetahui ada tidaknya kerusakan pada tulang orbita. Apabila slit
lamp tidak tersedia di UGD, penlight atau direct ophthalmoscope dapat
digunakan untuk menilai permukaan tarsal dari kelopak mata dan segmen
anterior (Riordan-eva, 2007).
Permukaan kornea diperiksa untuk mengetahui ada tidaknya
korpus alienum, luka dan abrasi. Konjungtiva bulbi diinspeksi untuk
melihat ada tidaknya hemorrhage, korpus alienum atau laserasi.
Kedalaman dan kejernihan kamera okuli anterior juga diperiksa. Ukuran,
bentuk, dan reflex cahaya pupil harus dibandingkan dengan mata yang
lain utuk memastikan apabila terdapat defek pupil karena trauma okuli
(Riordan-eva, 2007).
Mata yang lunak, vusus hanya dengan hand movements atau kebih
burk, defek pulil afferent, atau vitreous hemorrhage menandakan danya
globe rupture. Apabila bila mata tidak rusak, palpebra, konjungtiva
palpebra dan fornik dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, termasuk
pemeriksaan pada palpebra atas. Ophthalmoscope direct dan indirect
digunakan untuk melihat lensa, vitreus, optic disk, dan retina. Pada semua
kasus trauma okuli, mata yang terlihat tidak terluka juga harus diperiksa
dengan teliti (Riordan-eva, 2007).
2.2.4 Managemen Managemen trauma okuli sesuai dengan jenis trauma dan berat
ringannya trauma tersebut.
Pada globe rupture, jangan dilakukan manipulasi lebih lanjut
sampai dilakukan operasi dalam kondisi steril dapat dilakukan, biasanya
dengan menggunakan anestesi umum. Tidak perlu diberikan cycloplegic
atau antibiotic topical sebelum dilakukan operasi karena berpotensi toxic
dan membuat jaringan intraocular terpapar (Riordan-eva, 2007).
Fox shield titempelkan di atas mata, dan antibitik spectrum luas
diberian (oral ciprofloxacin, 500 mg dua kali sehari). Analgetik, antiemetic
11
dan antitoksin tetanus diberikan apabila diperlukan. Induksi anestesi
umum tidak menggunakan blok neuromuscular depolarisasi karena agen
ini dapat meningkatkan tekanan intraocular dan hal ini dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya herniasi isi intraocular (Riordan-
eva, 2007).
Anestesi topical, atau medikasi lainnya yang diberikan pada mata
yang mengalami trauma harus steril (Riordan-eva, 2007).
2.3 Korpus Alienum Pada Kornea2.3.1 Definisi
Korpus alienum pada kornea merupakan benda asing yang
terdapat di kornea, biasanya berupa logam (contoh, gram atau serpihan
metal), serpihan kaca, atau material organik (Bashour, 2014). Korpus
alienum pada kornea ini termasuk dalam trauma okuli mekanik (korpus
alienum extraokular atau superficial.
Korpus alienum pada kornea hampir selalu berhubungan dengan
trauma, sering terjadi di tempat kerja perindustrian dimana tidak dilengkapi
dengan proteksi mata. Sebagian besar merupakan logam dan menembus
kornea yang cukup dalam sehingga dapat tetap tertanam. Jika korpus
alienum tersebut hanya menembus perifer kornea, maka perubahan visual
permanen biasanya tidak terjadi. Akan tetapi, apabila menembus central
kornea, pasien bisa mengalami penurunan visual permanen yang
disebabkan oleh bekas luka (Yesar, 2009)
12
Gambar 4. Korpus alienum pada kornea
2.3.2 Korpus alenum Korpus alienum pada mata adalah sesuatu yang masuk ke dalam
mata yang berasal dari luar tubuh. Korpus alienum tersebut bisa apa saja
– mulai dari debu sampai benda metal.
Jenis korpus alienum pada kornea yang umum ditemukan antara
lain: (Khurana, 2007)
Pekerja di bidang industri: partikel partikel besi (terutama pada bagian
bubut dan palu-pahat), ampelas dan batu bara.
Pekerja di bidang pertanian: di bidang ini terutama kulit padi dan
sayap serangga.
Benda asing umum lainnya antara lain partikel debu, pasir, baja, kaca,
kayu dan serangga kecil (nyamuk).
2.3.3 Epidemiologi dan Faktor ResikoKrorpus alienum merupakan penyebab tersering pasien mata
datang ke UGD. Sama dengan trauma okuli, insiden korpus alienum pada
kornea lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Untuk
usia, insiden puncak ditemukan pada dekade ke dua dan umumnya terjadi
pada orang dengan usia kurang dari 40 tahun (Bashour, 2014).
13
Korpus alienum pada kornea yang termasuk dalam korpus alienum
ekstraokular atau superficial merupakan trauma okuli yang paling sering
ditemukan dan dapat dicegah. Korpus alienum pada kornea berupa metal,
contohnya gram, berhubungan dengan kecelakaan kerja yang sering
terjadi pada pekerja konstruksi dan industri metal. Hal ini berkaitan
dengan penggunaan alat pengaman pada mata. korpus alienum pada
kornea yang berkaitan dengan pekerjaan ini terhitung 35%-58% dari
seluruh trauma okuli (Ozkurt, 2014)
Pada penelitian yang dilakukan di turki, fragmen metal
menyebabkan 37% korpus alienum kornea superficial (Ozkurt, 2014)
2.3.4 PatofisiologiBiasanya, partikel dari potongan atau logam yang rusak tertanam di
kornea dengan kekuatan yang signifikan. Korpus alienum pada kornea
tersebut umumnya masuk dalam kategori trauma okular minor. Partikel
tersebut bersarang atau menetap di dalam epitel atau stroma kornea,
terutama bila diproyeksikan ke arah mata dengan kekuatan yang cukup
(Yesar, 2009).
Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi,
mengakibatkan dilatasi pembuluh darah dan kemudian menyebabkan
oedem pada kelopak mata, konjungtiva, dan kornea. Sel darah putih juga
dilepaskan, yang kemudian mengakibatkan reaksi pada kamera okuli
anterior dan terdapat infiltrate kornea. Jika tidak dihilangkan, benda asing
dapat menyebabkan infeksi dan nekrosis jaringan (Yesar, 2009).
Korpus alienum berupa besi biasanya lebih banyak menyebabkan
morbiditas dengan adanya besi itu sendiri. Besi tersebut teroksidasi dan
larut dalam cairan kornea dan mengendap pada jaringan yang
berdekatan. Dalam beberapa jam akan terbentuk “rust” ring, yang terdapat
dimembran bowman dan substansia propria. Untuk mencegah
berlanjutnya inflamasi okuli dan tertundanya penyembuhan, “rust” ring ini
harus di hilangkan (Zuckerman, 1960)
14
2.4 Mortalitas dan MorbiditasSecara umum, korpus alienum yang segera diambil setelah terjadi
trauma, tidak akan meninggalkan sequelae yang permanen. Akan tetapi,
jaringan parut pada kornea atau infeksi mungkin bisa terjadi. Semakin
lama interval antara terjadinya trauma dengan penanganan, maka
kemungkinan terjadinya komplikasi akan semakin besar (Yesar, 2009).
Jika korpus alienum sepenuhnya menembus kamera okuli anterior
atau posterior, maka disebut sebagai korpus alienum intraocular. Pada
kasus ini, morbiditas pada mata semakin besar. Kerusakan pada iris,
lensa, dan retina dapat terjadi dan bisa menyebabkan gangguan visual
yang parah. Korpus alienum intraocular dapat menyebabkan infeksi dan
endophthalmitis yang merupakan kondisi serius yang dapat menyebabkan
seseorang kehilangan mata (Yesar, 2009)
2.5 Manifestasi Klinis
2.5.1 Gejala
a. Perasaan tidak nyaman seperti perasaan ber-“pasir” atau ngeres pada benda asing di kornea, keluar air mata secara terus menerus dan kemerahan pada mata (Khurana, 2007)
b. Nyeri dan fotofobia lebih sering dijumpai pada benda asing di kornea dibandingkan benda asing pada konjungtiva (Khurana, 2007)
c. Penurunan visus yang terjadi terutama saat benda asing berada di tengah kornea (Khurana, 2007)
2.5.2 Tanda
Infiltrasi leukosit sering dijumpai di sekitar benda asing yang
menempel.(2) Jika benda asing berupa logam besi, partikel besi dapat
berkarat dalam beberapa jam pada dasar abrasi(2)membentuk cincing
karat yang menyebabkan noda berbentuk cincin dan berwarna kekuning –
kuningan pada permukaan stroma yang akan hilang dalam jangka waktu
tertentu yang mengakibatkan terbentuknya jaringan parut berwarna putih.(3) Dapat pula terjadi uveitis sekunder yang ringan, yang disertai dengan
15
miosis iritatif, dan fotofobia (Bowling, 2016). Pada pemeriksaan dapat pula
terjadi blepharospasme dan kongesi konjungtiva. (Khurana, 2007)
Gambar 5 lingkaran merah menunjukkan benda asing berupa logam pada kornea (diambil dari Kanski Clinical Ophthalmology 8th edition)
Gambar 6 Lingkaran merah menunjukkan benda asing telah dibuang. Telah membentuk lingkaran karat dan abrasi (diambil dari Kanski Clinical Ophthalmology 8th edition)
16
2.6 Diagnosis
a. Pada kasus benda asing perlu juga dicurigai adanya benda asing intraokuler; perlu juga dilakukan pemeriksaan segmen posterior dan jika diperlukan, melakukan pencitraan menggunakan foto polos sinar-X untuk menyingkirkan kemungkinan ini (Bowling, 2016).
b. Pemeriksaan menggunakan lampu celah (slit-lamp) dilakukan untuk menentukan posisi dan kedalaman dari benda asing (Bowling, 2016).
2.7Manajemen
Prinsip penanganan benda asing adalah benda asing harus
dikeluarkan segera mungkin (Khurana, 2007).
a. Ekstraksi benda asing pada konjungtiva. Benda asing yang terletak
secara bebas pada fornix inferior, sulkus subtarsalis, atau pada
canthus dapat dilepaskan dengan swab stick atau sapu tangan
bersih bahkan tanpa menggunakan anestesi. Benda asing yang
tertancap pada konjuntiva bulbi dapat dilepaskan dengan bantuan
jarum hipodermis setelah pemberian anestesi lokal terlebih dahulu
(Khurana, 2007).
b. Ekstraksi benda asing pada kornea. Mata yang terkena benda
asing diberi anestesi topikal dengan kandungan xylocaine 2-4%
dan pasien diminta untuk berbaring pada meja pemeriksaan.
Kelopak mata dipisahkan dengan spekulum mata, dan pasien
diminta untuk melihat tepat ke depan dan sinar difokuskan pada
kornea. Pertama, dilakukan usaha untuk melepaskan benda asing
dari mata menggunakan lidi kapas basah. Jika gagal lakukan
ekstraksi benda asing menggunakan jarum. Jika benda asing
berupa benda magnetik, lakukan pengelepasan benda asing
menggunakan magnet. Setelah pengeluaran benda asing, kasa
dan perban dengan salep antibiotik mata diberikan pada mata
tersebut selama 24 hingga 48 jam. Tetes mata antibiotik kemudian
diberikan sebanyak 3-4 kali sehari selama 1 minggu (Khurana,
2007).17
Gambar 7 Cara mengeluarkan benda asing pada mata menggunakan jarum. (diambil dari Pavan-Langston Manual of Ocular Diagnosis and Therapy 5th edition)
c. Jika terdapat benda asing multipel pada epitel kornea, contoh
seperti pada ledakan, pengeluaran benda setiap benda asing dapat
mengakibatkan terbentukanya jaringan parut pada kornea.
Biasanya dilakukan pelepasan pada epitel kornea dengan
pemberian anestesi topikal dan melepas seluruh lapisan epitel
hingga 1-2 mm dari limbus menggunakan aplikator dengan ujung
kapas yang dibasahi dengan alkohol. Membran Bowman
ditinggalkan untuk memungkinkan regenerasi epitel. Kemudian,
benda asing yang berada pada limbus dilepaskan satu per satu
(Pavan and Langston, 2002).
d. Sikloplegis dan obat anti-inflamasi non-steroid topikal dapat
diberikan untuk mengurangi nyeri (Pavan and Langston, 2002).
e. Terapi yang dikontraindikasikan yaitu pemberian anestesi topikal
secara terus menerus pada pasien dengan abrasi kornea akut atau
benda asing pada kornea karena pemberian anestesi topikal dapat
menghambat penyembuhan, menyebabkan penghancuran epitel,
edema stroma, dan nyeri hebat (Pavan and Langston, 2002).
2.8 Profilaksis
Setelah terapi, pekerja industri, agrikultur, pengendara sepeda dan
sepeda motor diharuskan menggunakan kacamata pelindung untuk
mencegah komplikasi. Edukasi kesehatan mata harus diberikan terutama
pada pekerja industri dan agrikultur (Khurana, 2007)
18
2.9 Prognosis
Jika benda asing pada kornea tidak dilepaskan, terdapat risiko
yang besar terjadinya infeksi sekunder dan ulkus kornea. Setiap sekret,
infiltrat, ataupun uveitis wajib meningkatkan kecurigaan dokter akan
adanya infeksi bakteri sekunder, dan harus dilakukan manajemen yang
tepat seperti pada keratitis bakteri; Pertikel logam diasosiasikan dengan
risiko infeksi yang rendah dibandingkan benda asing tersebut berupa
materi organik dan batu (Pavan and Langston, 2002).
2.10 Komplikasi
Konjungtivitis akut bakteri dapat terjadi pada benda asing yang
tercemar atau kebiasaan menggosok mata menggunakan tangan yang
terinfeksi. Benda asing kornea dapat menjadi ulkus. Dapat terjadi
pigmentasi dan/atau kekeruhan yang disebabkan benda asing karena
partikel besi atau amril yang terdapat pada kornea (Khurana, 2007)
19