31
REFERAT OTITIS MEDIA AKUT Disusun oleh: Kennytha Yoesdyanto 2010 071 0050 Nadya Hasnanda 1102010201 Kriski Regina Gaezani 1310221025 Helda 11201320030 Andreas Esa 112013148 Pembimbing : dr. Susilaningrum Sp. THT – KL KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKKAN FAKULTAS KEDOKTERAN RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO

Referat OMA Doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

otitis media akut

Citation preview

Page 1: Referat OMA Doc

REFERAT

OTITIS MEDIA AKUT

Disusun oleh:

Kennytha Yoesdyanto 2010 071 0050

Nadya Hasnanda 1102010201

Kriski Regina Gaezani 1310221025

Helda 11201320030

Andreas Esa 112013148

Pembimbing :

dr. Susilaningrum Sp. THT – KL

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN TELINGA HIDUNG DAN

TENGGOROKKAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO

PERIODE 20 OKTOBER 2014 – 22 NOVEMBER 2014

Page 2: Referat OMA Doc

DAFTAR ISI

Definisi................................................................................................................................... 4

Anatomi Telinga Dan Mekanisme Mendengar.............................................................5

1. Telinga Bagian Luar............................................................................................................ 5

2. Telingah Bagian Tengah..................................................................................................... 5

3. Telinga Bagian Dalam......................................................................................................... 6

Epidemiologi......................................................................................................................... 8

Etiologi................................................................................................................................... 8

Fungsi Fisiologis Tuba Eustachius................................................................................... 9

Patofisiologi1,3,6...................................................................................................................... 9

Stadium OMA.................................................................................................................... 11

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius...................................................................................11

2. Stadium Hiperemis atau Stadium Pre-supurasi..........................................................12

3. Stadium Supurasi............................................................................................................... 12

4. Stadium Perforasi.............................................................................................................. 13

5. Stadium Resolusi................................................................................................................ 13

Diagnosis............................................................................................................................. 14

Manifestasi Klinis1,2,7,8....................................................................................................... 16

Penatalaksanaan1,9............................................................................................................ 17

1. Stadium Oklusi................................................................................................................... 17

2. Stadium Presupurasi......................................................................................................... 17

3. Stadium Supurasi............................................................................................................... 17

4. Stadium Perforasi.............................................................................................................. 17

5. Stadium Resolusi................................................................................................................ 18

Pencegahan10...................................................................................................................... 18

Komplikasi......................................................................................................................... 18

Intra cranial......................................................................................................................... 19

Extra cranial........................................................................................................................19

2

Page 3: Referat OMA Doc

Prognosis............................................................................................................................. 19

Daftar Pustaka...................................................................................................................................... 20

3

Page 4: Referat OMA Doc

Definisi

Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh dari selaput

permukaan telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel

mastoid1. Otitis media terbagi atas : otitis media supuratif dan otitis media non

supuratif (otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa).

Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu otitis

media supuratif akut (otitis media akut = OMA) dan otitis media supuratif

kronis (OMSK). Begitu pula otitis media serosa terbagi menjadi otitis media

serosa akut (barotraumas = aerotitis) dan otitis media serosa kronis. Selain itu

terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitits

media sifilitica. Otitis media yang lain adalah otitis media adhesiva.2

Otitis media akut atau seringkali dikenal dengan OMA adalah

peradangan pada telinga tengah yang bersifat akut atau tiba-tiba. Telinga

tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang biasanya dalam keadaan

steril. Tetapi pada suatu keadaan dimana terdapat infeksi bakteri pada

nasofaring dan faring, secara alamiah terdapat mekanisme pencegahan

penjalaran bakteri memasuki telinga tengah oleh enzim pelindung dan bulu-

bulu halus yang dimiliki oleh tuba eustachius. Otitis media akut ini terjadi

akibat tidak berfungsinya sistem protektif dari telinga, sumbatan atau

peradangan pada tuba eustachius merupakan faktor utama terjadinya otitis

media. Oleh karena itu, pada anak-anak yang semakin seringnya terserang

infeksi saluran pernafasan atas, kemungkinan terjadi otitis media akut juga

semakin sering.1

4

Page 5: Referat OMA Doc

Anatomi Telinga Dan Mekanisme Mendengar

Gambar 1.1 – Anatomi Telinga

Telinga terdiri dari 3 bagian utama yaitu:1,2,3

1. Telinga Bagian Luar

Terdiri dari daun telinga dan liang telinga (audiotory canal), dibatasi

oleh membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastik dan

kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada

sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya

terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5-3 cm. Pada sepertiga bagian

luar kulit liang telinga terdapat banyak serumen (kelenjar keringat) dan

rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada

dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.

Telinga bagian luar berfungsi sebagai mikrofon yaitu menampung

gelombang suara dan menyebabkan membran timpani bergetar. Semakin

tinggi frekuensi getaran semakin cepat pula membran tersebut bergetar

begitu pula sebaliknya.

2. Telingah Bagian Tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan :

i. batas luar : membran timpani

5

Page 6: Referat OMA Doc

ii. batas depan : tuba eustachius

iii. batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)

iv. batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars

vertikalis

v. batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)

vi. batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi

sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tinkgap lonjong (oval

window), tingkap (round window), dan promontorium.

Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan.

Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus mekelat

pada inkus, dan inkus melekat pada stapes. Martil landasan-sanggurdi

yang berfungsi memperbesar getaran dari membran timpani dan

meneruskan getaran yang telah diperbesar ke tingkap lonjong yang

bersifat fleksibel. Tingkap lonjong ini terdapat pada ujung dari cochlea.

3. Telinga Bagian Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua

setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis

semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema,

menghubungkan perlimfa skala timpani dengan skala vestibuli. Kanalis

semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk

lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala

vestibule sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media

(duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibule dan skala timpani berisi

perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli

disebut sebagai membrane vestibule (Reissner’s membrane) sedangkan

dasar skala media adalah membrane basalis. Pada membrane ini terletak

organ Corti. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang

disebut membrane tektoria, dan pada membrane basal melekat sel rambut

yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang

membentuk organ Corti.

6

Page 7: Referat OMA Doc

Gambar 1.2 – Fisiologi Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh

daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau

tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membrane timpani

diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan

mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan

perkalian perbandingan luas membrane timpani dan tingkap lonjong. Energi

getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang

menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule

bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong

endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membrane

basilaris dan membrane tektoria2,3. Proses ini merupakan rangsang mekanik

yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga

kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel.

Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga

melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan

potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius

sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.1

7

Page 8: Referat OMA Doc

Epidemiologi

Pada setiap tahunnya terdapat kira-kira 30 – 35 juta kasus Otitis Media

dengan penyebab yang paling banyak adalah karena keterlambatan pemberian

antibiotika. Otitis media lebih banyak diderita oleh anak-anak. Otitis media

akut dengan perforasi juga sering diderita oleh orang dewasa yang mempunyai

profesi sebagai buruh pabrik, penerjun, penyelam, dan profesi lainnya yang

mana pada profesi tersebut terdapat resiko yang tinggi akan terjadinya trauma

pada telinga.4

Etiologi

Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun

bakteri. Pada 25% pasien tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Virus

ditemukan pada 25% kasus dan kadang-kadang menginfeksi telinga tengah

bersama bakteri. Bakteri penyebab otitis media tersering adalah bakteri

piogenik seperti Streptotococcus hemolitikus, Stafilakokus aureus,

Pneumokokus, diikuti oleh Haemophilus influenza, E. Coli, Streptokokus

anhemolitikus, Proteus vulgaris, dan Pseudomonas aurugenosa.5 Walaupun

sebagian besar kasus disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit kasus yang

membutuhkan antibiotik. Hal ini dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun

saluran Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingkir

bersama aliran lendir.

Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa

karena beberapa hal antara lain:6

Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan.

Saluran Eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih

pendek sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah.

Adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang

berperan dalam kekebalan tubuh ) pada anak relatif lebih besar dibanding

orang dewasa. Posisi adenoid berdekatan dengan muara saluran

Eustachius sehingga adenoid yang besar dapat mengganggu terbukanya

saluran Eustachius. Selain itu adenoid sendiri dapat terinfeksi di mana

infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat saluaran

Eustachius.3

8

Page 9: Referat OMA Doc

Faktor- faktor yang dapat meningkatkan terjadinya Otitis Media

Perforasi adalah2,3 :

1. Terjadi infeksi pada telinga

2. Benturan keras pada bagian telinga atau terjadi trauma pada daerah

telinga.

3. Memasukkan sesuatu terlalu dalam ke dalam lubang telinga seperti cotton

bud, bulu ayam dan lain-lain.

4. Perubahan tekanan udara seperti pada saat naik pesawat terbang,

menyelam, dsb.

5. Mendengar bunyi-bunyian yang terlalu kencang dan terlalu dekat seperti

bunyi ledakan.

Fungsi Fisiologis Tuba Eustachius

Fungsi abnormal tuba Eustachius merupakan faktor yang penting pada

otitis media. Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga

telinga tengah dengan nasofaring, yang terdiri atas tulang rawan pada dua

pertiga ke arah nasofaring dan sepertiganya terdiri atas tulang2,3.

Tuba Eustachius biasanya dalam keadaan steril serta tertutup dan baru

terbuka apabila udara diperlukan masuk ke telinga tengah atau pada saat

mengunyah, menelan dan menguap. Pembukaan tuba dibantu oleh kontraksi

muskulus tensor veli palatini apabila terjadi perbedaan tekanan telinga tengah

dan tekanan udara luar antara 20 sampai dengan 40 mmHg. Tuba Eustachius

mempunyai tiga fungsi penting, yaitu ventilasi, proteksi, dan drainase sekret.

Ventilasi berguna untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengah

selalu sama dengan tekanan udara luar. Proteksi, yaitu melindung telinga

tengah dari tekanan suara, dan menghalangi masuknya sekret atau cairan dari

nasofaring ke telinga tengah. Drainase bertujuan untuk mengalirkan hasil

sekret cairan telinga tengah ke nasofaring.1,2

Patofisiologi1,3,6

Secara umum, pathogenesis OMA pada sebagian besar anak-anak

dimulai oleh infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) atau alergi, sehingga

9

Page 10: Referat OMA Doc

terjadi kongesti dan edema pada mukosa saluran napas atas, termasuk

nasofaring dan tuba Eustachius. Tuba Eustachius menjadi sempit, sehingga

terjadi sumbatan tekanan negatif pada telinga tengah. Bila keadaan demikian

berlangsung lama akan menyebabkan refluks dan aspirasi virus atau bakteri

dari nasofaring ke dalam telinga tengah melalui tuba Eustachius.

Mukosa telinga tengah bergantung pada tuba Eustachius untuk

mengatur proses ventilasi yang berkelanjutan dari nasofaring. Jika terjadi

gangguan akibat obstruksi tuba, akan mengaktivasi proses inflamasi kompleks

dan terjadi efusi cairan ke dalam telinga tengah. Stasis yang dikarenakan

proses ventilasi yang terhambat menyebabkan bakteri patogen untuk

mengkolonisasi daerah yang seharusnya steril dari nasofaring dengan

mekanisme refluks, aspirasi, dan secara langsung memasuki daerah telinga

tengah tersebut.

Ini merupakan faktor pencetus terjadinya OMA dan otitis media

dengan efusi. Bila tuba Eustachius tersumbat, drainase telinga tengah

terganggu, mengalami infeksi serta terjadi akumulasi sekret di telinga tengah,

kemudian terjadi proliferasi mikroba patogen pada sekret. Akibat dari infeksi

virus saluran pernapasan atas, sitokin dan mediator-mediator inflamasi yang

dilepaskan akan menyebabkan disfungsi tuba Eustachius. Reaksi dari

inflamasi akut ditandai dengan vasodilatasi, eksudat, invasi dari leukosit,

fagositosis, dan respon imun lokal dari telinga tengah sehingga menimbulkan

manifestasi klinis dari OMA. Virus respiratori juga dapat meningkatkan

kolonisasi dan adhesi bakteri, sehingga menganggu pertahanan imum pasien

terhadap infeksi bakteri.

Jika sekret dan pus bertambah banyak dari proses inflamasi lokal,

pendengaran dapat terganggu karena membran timpani dan tulang- tulang

pendengaran tidak dapat bergerak bebas terhadap getaran. Akumulasi cairan

yang terlalu banyak akhirnya dapat merobek membran timpani akibat

tekanannya yang meninggi.

Obstruksi tuba Eustachius dapat terjadi secara intraluminal dan

ekstraluminal. Faktor intraluminal adalah seperti akibat ISPA, dimana proses

inflamasi terjadi, lalu timbul edema pada mukosa tuba serta akumulasi sekret

di telinga tengah. Selain itu, sebagian besar pasien dengan otitis media

dihubungkan dengan riwayat fungsi abnormal dari tuba Eustachius, sehingga

10

Page 11: Referat OMA Doc

mekanisme pembukaan tuba terganggu. Pada anak dengan gangguan

neuromuskular atau gangguan dari arkus kesatu dan kedua, tuba Eustachius

akan menjadi terlalu terbuka sehingga memiliki resiko akan refluks dari isi

nasofaring ke dalam telinga tengah. Faktor ekstraluminal seperti tumor, dan

hipertrofi adenoid.

Gambar 1.3 - Membran Timpani pada Keadaan Normal dan OMA

Stadium OMA

OMA dalam perjalanan penyakitnya dibagi menjadi lima stadium,

bergantung pada perubahan pada mukosa telinga tengah, yaitu stadium oklusi

tuba Eustachius, stadium hiperemis atau stadium pre-supurasi, stadium

supurasi, stadium perforasi dan stadium resolusi4,6.

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Pada stadium ini, terdapat sumbatan tuba Eustachius yang

ditandai oleh retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan

intratimpani negatif di dalam telinga tengah, dengan adanya absorpsi

udara. Retraksi membran timpani terjadi dan posisi malleus menjadi

lebih horizontal, refleks cahaya juga berkurang. Edema yang terjadi pada

tuba Eustachius juga menyebabkan tuba menjadi tersumbat. Membran

timpani kadang- kadang tetap normal dan tidak ada kelainan, atau hanya

berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi tidak dapat

11

Page 12: Referat OMA Doc

dideteksi. Stadium ini sulit dibedakan dengan otitis media serosa yang

disebabkan oleh virus dan alergi. Tidak terjadi demam pada stadium ini.1

2. Stadium Hiperemis atau Stadium Pre-supurasi

Pada stadium ini, terjadi pelebaran pembuluh darah di membran

timpani, yang ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis,

edema mukosa dan adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat.1

Proses inflamasi terjadi pada telinga tengah dan membran

timpani kemudian menjadi kongesti. Stadium ini merupakan tanda

infeksi bakteri yang menyebabkan pasien mengeluhkan otalgia, telinga

rasa penuh dan demam. Pendengaran mungkin masih normal atau terjadi

gangguan ringan, tergantung dari cepatnya proses hiperemis. Hal ini

terjadi karena terdapat tekanan udara yang meningkat di kavum timpani.

Gejala terjadi berkisar antara dua belas jam sampai dengan satu hari.2

3. Stadium Supurasi

Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat

purulen atau bernanah di telinga tengah dan juga di sel-sel mastoid.

Selain itu edema pada mukosa telinga tengah menjadi makin hebat dan

sel epitel superfisial terhancur. Terbentuknya eksudat yang purulen di

kavum timpani menyebabkan membran timpani menonjol atau bulging

ke arah liang telinga luar. Pada keadaan ini, pasien akan tampak sangat

sakit, nadi dan suhu meningkat serta rasa nyeri di telinga bertambah

hebat. Pasien selalu gelisah dan tidak dapat tidur nyenyak. Dapat disertai

dengan gangguan pendengaran konduktif. Pada bayi demam tinggi dapat

disertai muntah dan kejang.1

Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak ditangani dengan baik

akan menimbulkan iskemia membran timpani, akibatnya akan timbul

nekrosis mukosa dan submukosa membran timpani. Terjadi penumpukan

nanah yang terus berlangsung di kavum timpani dan juga tromboflebitis

vena-vena kecil, sehingga tekanan kapiler membran timpani meningkat,

lalu menimbulkan nekrosis. Daerah nekrosis terasa lebih lembek dan

berwarna kekuningan atau yellow spot.1

12

Page 13: Referat OMA Doc

Keadaan stadium supurasi dapat ditangani dengan melakukan

miringotomi. Bedah kecil ini kita lakukan dengan menjalankan insisi

pada membran timpani sehingga nanah akan keluar dari telinga tengah

menuju liang telinga luar. Luka insisi pada membran timpani akan

menutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, lubang tempat

perforasi lebih sulit menutup kembali.1

4. Stadium Perforasi

Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani

sehingga sekret berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir

dari telinga tengah ke liang telinga luar. Kadang-kadang pengeluaran

sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium ini sering disebabkan oleh

terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman.1

Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu

tubuh menurun dan dapat tertidur nyenyak. Jika membran timpani tetap

perforasi dan pengeluaran sekret atau nanah tetap berlangsung melebihi

tiga minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut.

Jika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih satu

setengah sampai dengan dua bulan, maka keadaan itu disebut otitis

media supuratif kronik).2

5. Stadium Resolusi

Keadaan ini merupakan stadium akhir OMA yang diawali

dengan berkurangnya dan berhentinya otore. Stadium resolusi ditandai

oleh membran timpani berangsur normal hingga perforasi membran

timpani menutup kembali dan sekret purulen akan berkurang dan

akhirnya kering. Pendengaran kembali normal. Stadium ini berlangsung

walaupun tanpa pengobatan, jika membran timpani masih utuh, daya

tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah.1

Apabila stadium resolusi gagal terjadi, maka akan berlanjut

menjadi otitis media supuratif kronik. Kegagalan stadium ini berupa

perforasi membran timpani menetap, dengan sekret yang keluar secara

terus-menerus atau hilang timbul.1

13

Page 14: Referat OMA Doc

Otitis media supuratif akut dapat menimbulkan gejala sisa berupa

otitis media serosa. Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di

kavum timpani tanpa mengalami perforasi membran timpani .1

Gambar 1.4 – OMA dan Stadiumnya

Diagnosis

Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut:7

1. Penyakitnya muncul mendadak (akut)

2. Ditemukannnya tanda efusi (efusi : pengumpulan cairan di suatu rongga

tubuh) di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di

antara tanda berikut :

a. menggembungnya gendang telinga

b. terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga

c. adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga

d. cairan yang keluar dari telinga

14

Page 15: Referat OMA Doc

Gambar 1.5 – Keadaan Telinga Normal dan OMA

3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan

adanya salah satu di antara tanda berikut :

a. kemerahan pada gendang telinga

b. nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal

Anak dengan OMA dapat mengalami nyeri di telinga atau riwayat

menarik-narik daun telinga pada bayi, keluarnya cairan dari telinga,

berkurangnya pendengaran, demam, sulit makan, mual dan muntah, serta

rewel. Namun gejala-gejal ini (kecuali keluarnya cairan dari telinga) tidak

spesifik untuk OMA sehingga diagnosis OMA tidak dapat didasarkan pada

riwayat semata.3

Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop (alat untuk memeriksa

liang dan gendang telinga dengan jelas). Dengan otoskop dapat dilihat adanya

gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang telinga

menjadi kemerahan atau agak kuning dan suram, serta cairan di liang telinga.

Jika konfiirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskop pneumatik

(pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang telinga yang

dilengkapi denganpompa udara kecil untuk menilai respon gendang telinga

terhadap perubahan tekanan udara). Gerakan gendang telinga yang berkurang

atau tidak ada sama sekali dapat dilihat dengan pemeriksaan ini. Pemeriksaan

15

Page 16: Referat OMA Doc

ini meningkatkan sensitivitas diagnosis OMA. Namun umumnya diagnosis

OMA dapat dapat ditegakkan dengan otoskop biasa.3

Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis

(penusukan terhadap gendang telinga). Namun timpanosentesis tidak dilakukan

pada setiap anak. Indikasi perlunya timpanosentesis antara lain adalah OMA

pada bayi di bawah usia enam minggu dengan riwayat perawatan intensif di

rumah sakit, anak dengan gangguan kekebalan tubuh, anak yang tidak memberi

respon pada beberapa pemberian antibiotik, atau dengan gejala sangat berat dan

komplikasi.3

Manifestasi Klinis1,2,7,8

Gejala klinis OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur

pasien. Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri

di dalam telinga, di samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat

riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau pada orang

dewasa, selain rasa nyeri, terdapat gangguan pendengaran berupa rasa penuh

di telinga atau rasa kurang mendengar. Pada bayi dan anak kecil, gejala khas

OMA adalah suhu tubuh tinggi dapat mencapai 39,5°C (pada stadium

supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur,

diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit.

Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga,

suhu tubuh turun dan anak tidur tenang.1,8

Penilaian klinik OMA digunakan untuk menentukan berat atau

ringannya suatu penyakit. Penilaian berdasarkan pada pengukuran temperatur,

keluhan orang tua pasien tentang anak yang gelisah dan menarik telinga atau

tugging, serta membran timpani yang kemerahan dan membengkak atau

bulging. 1,2,7

Menurut Rubin et al. (2008), keparahan OMA dibagi kepada dua

kategori, yaitu ringan-sedang, dan berat. Kriteria diagnosis ringan-sedang

adalah terdapat cairan di telinga tengah, mobilitas membran timpani yang

menurun, terdapat bayangan cairan di belakang membran timpani,

membengkak pada membran timpani, dan otore yang purulen. Selain itu, juga

terdapat tanda dan gejala inflamasi pada telinga tengah, seperti demam,

16

Page 17: Referat OMA Doc

otalgia, gangguan pendengaran, tinitus, vertigo dan kemerahan pada membran

timpani. Tahap berat meliputi semua kriteria tersebut, dengan tambahan

ditandai dengan demam melebihi 39,0°C, dan disertai dengan otalgia yang

bersifat sedang sampai berat.

Penatalaksanaan1,9

Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium

awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian

antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.

1. Stadium Oklusi

Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga

tekanan negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl

efedrin 0,25% untuk anak < 12 tahun atau HCl efedrin 0,5% dalam larutan

fisiologis untuk anak diatas 12 tahun dan dewasa. Sumber infeksi lokal

harus diobati. Antibiotik diberikan bila penyebabnya kuman.5

2. Stadium Presupurasi

Diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. Bila membran

timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakkukan miringotomi.

Dianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika

terjadi resistensi, dapat diberikan dengan asam klavulanat atau

sefalosporin.5

3. Stadium Supurasi

Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi

bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak

terjadi ruptur.5

4. Stadium Perforasi

Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat

cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sam[ai 3

minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri

dalam 7-10 hari.5

17

Page 18: Referat OMA Doc

5. Stadium Resolusi

Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan

perforasi menutup. Bila tidak, antibiotik dapat dianjurkan sampai 3 minggu.

Bila tetap, mungkin telah terjadi mastoiditis.5

Pencegahan10

Beberapa cara untuk mencegah terjadinya otitis media akut perforasi

antara lain2:

Resiko terjadinya perforasi pada membran timpani dapat dicegah dengan

menghindari terjadinya infeksi pada telinga tengah. Pada anak-anak dapat

diberikan imunisasi terhadap 2 bakteri yang sering menimbulkan infeksi

pada telinga tengah (Haemmophilus influenzae dan Streptococcus

pneumoniae).

Jangan mengorek-orek liang telinga terlalu kasar karena dapat merobek

membran timpani.

Jika ada benda asing yang masuk ke telinga anda, datnglah ke dokter

untuk meminimalisasi kerusakan telinga yang dapat terjadi.

Jauhkan telinga dari bunyi yang sangat keras.

Lindungilah telinga dari kerusakan yang tidak diinginkan dengan

memakai pelindung telinga jika suara yang amat keras.

Menonton televisi dan mendengarkan musik dengan volume yang normal.

Lindungi telinga anda selama penerbangan.

Mengunyah permen ketika pesawat berangkat dan mendarat dapat

mencegah terjadinya perforasi membran timpani selama penerbangan.

Komplikasi

Sebelum adanya antibiotik, otitis media akut (OMA) dapat

menimbulkan komplikasi, mulai dari abses subperiosteal sampai abses otak

dan meningitis1,5. Otitis media yang tidak diobati dapat menyebar ke jaringan

sekitar telinga tengah, termasuk otak. Namun komplikasi ini umumnya jarang

terjadi. Berbagai komplikasi otitis media akut pada dasarnya adalah tidak

sempurnanya penyembuhan otitis media akut yang berlangsung menjadi otitis

18

Page 19: Referat OMA Doc

media supuratif kronik. Penyebaran komplikasi dari otitis media supuratif

kronik dapat berlangsung secara hematogen, erosi tulang maupun jalan yang

sudah ada. Batasan otitis media supuratif kronik adalah otitis media akut yang

telah berlangsung lebih dari 2 bulan.3

Komplikasi yang disebabkan oleh Otitis Media Supuratif Kronik antara

lain2 :

Intra cranial

- Meningitis

- Subperiostium empyema

- Abses otak

- Trombosis Sinus Lateralis

- Focal Otitis Encephalitis

Extra cranial

- Gangguan pendengaran

- Mastoiditis

- Cholesteatoma

- Facial Paralysis

- Tympanosclerosis

- Labyrintis

Prognosis

Prognosis penyakit ini biasanya baik2. Kebanyakan kasus perforasi

membran tympani dapat sembuh dalam dua bulan tanpa menimbulkan

komplikasi. Gangguan pendengaran yang terjadi biasanya hanya bersifat

sementara, walaupun pada beberapa orang gangguan pendengaran yang terjadi

dapat bersifat permanen. Pada kasus infeksi perforasi yang kronis (dalam

jangka waktu yang lama) dapat menyebabkan gangguan pendengaran dengan

berbagai tingkat dan bisasanya gangguan pendengaran tersebut akan menjadi

permanen.

19

Page 20: Referat OMA Doc

Daftar Pustaka

1. Djaafar, ZA. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N,

Bashiruddin J, Restuti RD: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorok Kepala dan Leher, Edisi ke-7, Balai penerbit FKUI, Jakarta

2012.

2. Adams, George L. Boies: buku ajar penyakit THT (Boeis fundamentals of

otolaryngology). Edisi ke-6. Jakarta: EGC, 1997. 

3. Sherwood, L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta :

EGC, 2012. 

4. Donaldson JH, et al. Acute Otitis Media.

http://emedicine.medscape.com/article/859316-overview (diakses pada

tanggal 28 Oktober 2014).

5. Arola M, Ruuskanen O, Ziegler T, et al. Clinical role of respiratory virus

infection in acute otitis media. Pediatrics. Dec 1990;86(6):848-55

6. Acute Otitis Media. http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?

articlekey=26131 (diakses pada tanggal 30 Oktober 2014)

7. Lieberthal AS, et al. The Diagnosis and Management of Acute Otitis

Media. http://pediatrics.aappublications.org/content/131/3/e964.full

(diakses pada tanggal 1 November 2014).

8. Acute Otitis Media:Clinical Guide.

http://www.rch.org.au/clinicalguide/guideline_index/Acute_Otitis_Media/

(diakses pada tanggal 2 November 2014).

9. Boggs W. Antimicrobial Treatment of Acute Otitis Media Shortens

Duration of Middle Ear Effusion. Medscape. May 9 2014; diakses pada

tanggal 4 November 2014.

10. CDC. Get Smart: Otitis Media. http://www.cdc.gov/getsmart/antibiotic-

use/uri/ear-infection.html (diakses pada tanggal 4 November 2014).

20