33

Click here to load reader

Referat - Pemeriksaan Penunjang Kulit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

frsa

Citation preview

REFERATBERBAGAI PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN SIGNIFIKANSINYA UNTUK KASUS INFEKSI DAN INFESTASI KULIT DI BAGIAN KULIT DAN KELAMINBagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta RS Islam Jakarta Cempaka Putih

Pembimbing :dr. Fisalma Mansjoer, Sp. KK

Disusun oleh :Bunga Syifa Fauziah YususfAdhani KusumawatiRudi FirmansyahLinda MahardhikaJenes KapilerPROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tugas referat Berbagai Pemeriksaan Penunjang dan Signifikansinya Untuk Kasus Infeksi dan Infestasi Kulit di Bagian Kulit dan Kelamin. Pembahasan referat ini disusun sebagai salah satu tugas dalam pelaksanaan kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RS Islam Jakarta Cempaka Putih 2014. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Fisalma Mansjoer, Sp.KK selaku pembimbing dalam penyusunan tugas ini serta seluruh pihak yang telah membantu, termasuk teman-teman mahasiswa yang telah memberi banyak masukan untuk makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Penulis menyadari bahawa tulisan ini jauh dari sempurna, karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan referat ini.

Jakarta Desember 2014Penulis

DAFTAR ISIKata pengantar...............iLembar pengesahan...iiDaftar isiiiiBAB IPendahuluan...1BAB II Pembahasan....21. Pemeriksaan bakteriologi.22. Pemeriksaan histopatologi.....103. Kerokan kulit..114. Tzanck test....145. Pemeriksaan kultur....156. Pemeriksaan duh tubuh....167. Pemeriksaan T. pallidum dan VDRL...178. Tes frei........19Daftarpustaka.....21

BAB IPENDAHULUAN

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.1 Kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan terhadap bakteri, virus dan jamur. Tetapi kulit itu sendiri dapat menjadi terinfeksi oleh bakteri, virus, atau jamur. Beberapa organisme ini hidup secara alami pada tubuh dan biasanya tidak menyebabkan penyakit kecuali mereka menembus penghalang dari permukaan kulit. Infestasi kulit oleh parasit seperti tungau juga dapat terjadi. Diagnosis lesi kulit melibatkan prinsip dan pendekatan yang sama seperti pada gangguan medis lainnya. Dalam menegakkan diagnosis suatu penyakit kulit, diperlukan riwayat dermatologi yang lengkap dan pemeriksaan fisik yang teliti, dibantu oleh prosedur diagnostik penunjang.Lesi pada penyakit kulit sangat mirip sehingga terkadang dokter salah mendiagnosis. Oleh karena itu, sangat diperlukan pemeriksaan penunjang dalam memastikan diagnosis infeksi dan infestasi pada penyakit kulit. Misalnya pada infeksi skabies dapat ditemukan tungau Sarcoptes scabiei dari hasil kerokan kulit. Pada makalah ini akan dibahas mengenai berbagai pemeriksaan penunjang dan signifikansinya untuk kasus infeksi dan infestasi kulit di bagian kulit dan kelamin.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pemeriksaan BakteriologiPemeriksaan bakteriologi dilakukan pada penyakit infeksi kulit karena bakteri. Misalnya pada penyakit Pioderma, Kusta, dan TBC kulit. Pioderma adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus dan Streptococcus atau oleh kedua-duanya. Penyakit TBC kulit disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sedangkan kusta disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat.

i. PiodermaPioderma adalah penyakit kulit yang sering dijumpai. Terdapat berbagai macam bentuk pioderma. Seperti impetigo bulosa, impetigo krustosa, folikulitis, selulitis, erisipelas, abses, ulkus piogenik, dan ektima. Penyakit tersebut akan dibahas satu persatu pada tabel berikut.

Nama PenyakitGejala KlinisHasil Laboratorium

Impetigo Bulosa Kelainan kulitberupa eritema, buladan bula hipopion. Lepuh tiba-tibamuncul pada kulit sehat, bervariasi mulai miliar hingga lentikular, dapat bertahan 2-3 hari. Kadang-kadang waktu penderita datang berobat, vesikel/bula telah memecah sehingga yang tampak hanya koleret dan dasarnya masih eritematosa Preparat mikroskopik langsung dari cairan bula untuk mencari stafilokok.

Impetigo Krustosa Tempat predileksi di muka yakni disekitar lubang hidung dan mulut karena dianggap sumber infeksi dari daerah tersebut. Keluhan utama adalah rasa gatal, lesi awal berupa makula eritematosa berukuran 1-2 mm, segera berubah menjadi vesikel atau bula. Karena dinding vesikel tipis mudah pecah dan mengeluarkan sekret seropurulen kuning kecoklatan selanjutnya mengering membentuk krusta yang berlapis-lapis. Krusta mudah dilepaskan, dibawah krusta terdapat daerah erosif yang mengeluarkan sekret, sehingga krusta kembali menebal.Biakan bakteriologis eksudat lesi dan biakan sekret dalam media agar darah dilanjutkan dengan tes resistensi. Untuk mencari Staphylococcus aureus koagulase positif dan streptococcus beta hemoliticus

Folikulitis Rasa gatal dan rasa terbakar pada daerah rambut. Berupa makula eritematosa disertai papel atau pustula yang ditembus oleh rambut. Pertumbuhan rambut sendiri tidak terganggu. Kadang-kadang ditimbulkan oleh discharge (sekret) dari luka dan abses.Pemeriksaan bakteriologis dari sekret lesi (dengan pewarnaan gram) untuk mencari Staphylococcus aureus.

SelulitisLesi bermula sebagai makula eritematosa yang terasa panas, selanjutnya meluas kearah samping dan kebawah sehingga terbentuk benjolan berwarna merah dan hitam yang mengeluarkan sekret seropurulen.a. Pemeriksaan darah akan didapatkan leukositosis.b. Biakan sekret fistel dan uji resistensi

Erisipelas1. Kulit yang terkena terlihat merah cerah, agak menonjol, batas jelas, nyeri tekan, terabapanas2. Kadang-kadang dijumpai vesikel-vesikel kecil pada tepinya.3. Dapat juga dijumpai bentuk bulosa.- Menunjukkan peningkatan jumlah leukosit (leukositosis) - Untuk menentukan penyebabnya, dilakukan pembiakan terhadap contoh darah atau jaringan kulit yang terinfeksi, pus atau eksudat (kultur).

AbsesDimulai dengan benjolan kecil yang selanjutnya meluas kesamping dan kebawah menimbulkan benjolan berisi nanah.a. Kultur darah untuk mencari etiologi dan uji resistensi.b. Pemeriksaan darah melihat leukositosis, gula darah.

Ulkus piogenikTimbul koreng/ulkus dnegan tanda-tanda radang disekitarnya, secara lambat mengalami nekrosis dan menyebar secara serpiginosa.Kultur sekret ulkus dan tes resistensi.

EktimaLesi awal berupa vesikel atau vesikopustulosa diatas kulit yang eritematosa, membesar dan pecah, terbentuk krusta tebal dan kering yang sukar dilepas dari dasarnya. Bila krusta dilepas terdapat ulkus dangkal.2Mencari etiologi dari sekret/kerokan kulit.

Gambar 1. Impetigo bulosa

Gambar 2. Impetigo krustosa

Gambar 3. Erisipelas

Gambar 4. Streptococcus

Gambar 5. Staphylococcus

ii. Tuberculosis kutisTuberculosis kutis adalah tuberkulosis pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. M. tuberculosis mempunyai sifat sebagai berikut: berbentuk batang, panjang 2-4/ dan lebar 0,3-1,5/m, tahan asam, tidak bergerak, tidak membentuk spora, aerob dan suhu optimal pertumbuhan 37C.

Pemeriksaan bakteriologik Mycobacterium tuberculosis terdiri atas 4 macam:1. Sediaan mikroskopikBahan berupa pus, jaringan kulit dan jaringan kelenjar getah bening. Pada pewarnaan dengan cara Ziehl Neelsen atau modifikasinya, jika positif kuman tampak berwarna merah pada dasar biru

Gambar 6. Mycobacterium tuberculosis dengan Ziehl Neelsen Stein

2. Kultur Kultur dilakukan pada media Lowenstein-Jensen, pengeraman pada suhu 37 C. Jika positif koloni tumbuh dalam waktu 8 minggu. Kalau hasil kuma positif berarti pasti kuman tuberkulosis3. Tes biokimiaAda beberapa macam misalnya tes niasin dipakai untuk membedakan jenis human dengan yang lain. Jika tes positif berarti jenis human4. Percobaan resistensi

iii. LepraLepra atau kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik dan penyebabnya ialah Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas.Pemeriksaan bakterioskopik digunakkan untuk membantu menegakkan diagnosis. Sediaan dibuat dari kerokan jaringan kulit atau usapan dan kerokan mukosa hidung yang diwarnai dengan pewarnaan terhadap basil tahan asam antara lain dengan Ziehl-Neelsen.

Cara pengambilan bahan dengan menggunakan scalpel steril. Irisan yang dibuat harus sampai dermis melampaui subepidermal clear zone agar mencapai jaringan yang diharapkan banyak mengandung sel lepra yang di dalamnya mengandung basil M. leprae. Kerokan jaringan itu dioleskan di gelas alas kemudian difiksasi di atas api dan diwarnai dengan pewarnaan Ziehl Neelsen.M. leprae tergolong basil tahan asam maka akan tampak merah pada sediaan. Dibedakan bentuk batang utuh (solid), batang terputus (fragmented), dan butiran (granular). Bentuk solid adalah basil hidup, sedang fragmented dan granular merupakan bentuk mati.Kepadatan BTA tanpa membedakan solid dan nonsolid pada sebuah sediaan dinyatakan dengan Indeks Bakteri (IB) dengan nilai 0 sampai 6+ menurut ridley. 0 bila tidak ada BTA dalam 100 lapang pandang (LP), Pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan minyak imersi pada pembesaran lensa obyektif 100x Indeks Bakteri

1+ bila 1-10 BTA dalam 100 LP2+ bila 1-10 BTA dalam 10 LP3+ bila 1-10 BTA rata-rata dalam 1 LP4+ bila 11-100 BTA rata-rata dalam 1 LP5+ bila 101-1000 BTA rata-rata dalam 1 LP6+ bila > 1000 BTA rata-rata dalam 1 LP

Tabel 1. Indeks bakteri dalam pemeriksaan BTA

Indeks morfologi adalah presentase bentuk solid dibandingkan dengan jumlah solid dan non soild. Syarat perhitungan indeks morfologi adalah:1. Jumlah minimal kuman tiap lesi 100 BTA2. IB 1+ tidak perlu dibuat Imnya karena untuk mendapat 100 BTA harus mencari dalam 1.000 sampai 10.000 lapangan3. Mulai dari IB 3+ harus dihitung Imnya sebab dengan IB 3+ maksimum harus dicari dalam 100 lapangan

B. Pemeriksaan HistopatologiPemeriksaan histopatologi tidak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan pemeriksaan penunjang yang lain dalam peranannya menegakkan diagnosis. Untuk pemeriksaan ini dibutuhkan potongan jaringan yang didapat dengan cara punch biopsi. Sedapatnya diusahakan agar lesi yang akan dibiopsi adalah lesi primer yang belum mengalami infeksi sekunder. Potongan jaringan sedapat-dapatnya berbentuk elips dan disertakan jaringan subkutis. Jaringan yang telah dipotong kemudian dimasukkan ke dalam larutan fiksasi misalnya formalin 10% supaya menjadi keras dan sel-selnya mati. Pewarnaan rutin yang biasa digunakan adalah Hematoksilin-Eosin. Agar cairan fiksasi dapat dengan baik masuk ke jaringan hendaknya tebal jaringan kira-kira cm.4Staphylococcal Scalded Skin SyndromeLepraTBC Kulit

Terdapat gambaran yang khas yaitu lepuh intraepidermal.

Terdapat celah di Stratum granulosum.

Meskipun ruang lepuh sering mengandung sel-sel akantolitik, epidermis sisanya tampak utuh tanpa disertai nekrosis sel Didapatkan granuloma yaitu akumulasi makrofag.

Gambaran histopatologik tipe tuberkuloid adalah tuberkel,

tidak ada basil atau hanya sedikit.

Pada tipe lepromatosa terdapat kelim sunyi epidermal (subepidermal clear zone) yaitu suatu daerah langsung di bawah epidermis yang jaringannya tidak patologik

Didapati sel virchow (sel lepra) dengan banyak basil Pada umumnya, gambaran dari TB kutis ini adalah pada epidermisnya tampak adanya hiperkeratosis dan akantosis.

Pada reaksi radang yang akut, sering dengan gambaran adanya abses di lapisan ini.

Pada dermis tampak adanya nekrosis kaseosa.

Tabel 2. Hasil pemeriksaan histopatologi pada penyakit lepra, pioderma dan TBC kulit

C. Kerokan KulitPemeriksaan kerokan kulit dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dermatofitosis, kandidosis dan skabiesi. DermatofitosisDermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita. Dermatofitosis diklasifikasikan menjadi1. Tinea kapitis, yaitu dermatofitosis pada kulit rambut dan kepala2. Tinea barbe, dermatofitosis pada dag dan janggut3. Tinea kruris, yaitu dermatofitosis pada daerah genitokrural sampai anus dan bokong kadang-kadang sampai perut bagian bawah

4. Tinea pedis et manum, dermatofitosis pada kaki dan tangan5. Tinea unguium, dermatofitosis pada kuku jari dan tangan6. Tinea korporis, dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea di atas

Gambar 7. Tinea kruris

Gambar 8. Tinea capitisBahan untuk pemeriksaan dermatofitosis dapat diambil dari kulit berambut, kulit tidak berambut, dan kuku. Pemeriksaan langsung sediaan basah dilakukan dengan mikroskop mula-mula dengan pembesaran 10x10 kemudian dengan pembesaran 10x45. Sediaan basah dibuat dengan meletakkan bahan di atas gelas alas kemudian ditambah 1-2 tetes larutan KOH. Setelah sediaan dicampur dengan larutan KOH ditunggu 15-20 menit hal ini diperlukan untuk melaarutkan jaringan. Pada sediaan kuku dan kulit yang terlihat adalah Hifa sebagai dua garis sejajar terbagi oleh sekat dan bercabang maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan kulit lama atau kelainan kulit yang sudah diobati. Pada sediaan rambut yang dapat dilihat adalah mikrospora atau makrospora.5

Gambar 9. Hifa dermatofita

ii. KandidosisKandidosis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh spesies Candida albicans. Dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronkus, bahkan paru-paru. Dari hasil pemeriksaan kerokan kulit atau usapan mukokutan atau dengan pewarnaan gram akan terlihat sel ragi, blastospora atau hifa semu.

iii. SkabiesSkabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis. Ada 4 tanda kardinal yaitu gatal pada malam hari, mengenai sekelompok orang, ditemukan terowongan (kanikulus) pada tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan dan ditemukannya tungau. Ditemukannya tungau merupakan gold standard pada pemeriksaan penunjang skabies.6Cara melakukan kerokan kulit untuk menemukan tungau skabies adalah:1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas sebuah kaca obyek lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar3. Dengan biopsi eksisional kemudian diperiksa dengan pewarnaan hematoksilin eosin

Gambar 10. Sarcoptes scabiei

D. Tzanck testPemeriksaan Tzanck test biasanya dilakukan untuk menunjang diagnosis Herpes Zoster, Herpes Simplex, dan Varicella. Cara melakukan pemeriksaan ini adalah pertama pecahkan bula kemudian dikerok kulit luarnya. Setelah itu, kerokan di fiksasi pada preparat dengan cara dilewatkan di atas api 3x. Setelah difiksasi obyek glass direndam di alkohol 96% selama 5 menit kemudian di bilas.Setelah dibilas obyek glass ditetesi larutan giemsa (1:10) selama 30 menit. Bilas dengan air mengalir, lalu keringkan. Setelah itu periksa di mikroskop dengan 100x perbesaran. Hasil dikatakan positif jika ditemukan sel datia berinti banyak. Gambar 11. Hasil Tzanck test pada HSV

E. Pemeriksaan KulturPemeriksaan kultur sering dilakukan pada penyakit Gonore. Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Gambaran klinis dan komplikasi gonore sangat erat kaitannya dengan susunan anatomi dan faal manusia.Pada pria, infeksi pertama terjadi pada uretra yang disebut uretritis. Kemudian dapat terjadi komplikasi lokal dan ascendens infection. Komplikasi lokal misalnya Tysonitis, Parauretritis, Littritis, dan Cowperitis. Sedangkan infeksi ascendens dapat terjadi prostatitis, vesikulitis, vas deferentitis, epididimitis, dan trigonitis.7Sedangkan pada wanita infeksi pertama dapat terjadi pada uretra (uretritis) dan cervix (servisitis). Kemudian dapat terjadi komplikasi seperti parauretritis, bartholinitis, salpingitis, dan Pelvic Inflammatory Disease.Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan. Dua macam media yang dapat digunakan adalah media transpor dan media pertumbuhan. Contoh media transpor adalah media Stuart dan Media Transgrow. Media Stuart hanya untuk transpor saja sehingga perlu ditanam kembali pada media pertumbuhan. Sedangkan media Transgrow bersifat selektif dan nutritif untuk N. gonorrhoeae dan N. meningitidis. Media Transgrow merupakan gabungan media transpor dan media pertumbuhan sehingga tidak perlu ditanam pada media pertumbuhan.8 Contoh media pertumbuhan:1. Mc Leods chocolate agarBerisi agar coklat, agar serum, dan agar hidrokel. Selain kuman gonokok, kuman yang lain juga dapat tumbuh2. Media Thayer MartinMedia ini selektif untuk mengisolasi gonokok. Mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman positif-gram, kolestimetat untuk menekan pertumbuhan negatif-gram dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur3. Modified Thayer Martin AgarIsinya ditambah trimetoprim untuk mencegah kuman Proteus spp

F. Pemeriksaan duh tubuh Sekret vagina adalah sesuatu ygumum dan normal pada perempuan usia produktif. Dalam kondisi normal, sekret vagina berasal dari cairan jernih yg dihasilkan serviks bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi kelenjar Bartholini dan juga aktivitas bakteri yg hidup pd vagina yg normal. Kriteria sekret vagina normal adalah jernih, putih keruhatau kekuningan jika mengering pd pakaian, pH < 5,0, terdiri dari sel-sel epitel yg matur, sejumlah normal lekosit,tanpa jamur, tanpa trikomonas, tanpa clue-cell, dan laktobasilus.Sekret vagina dapat meningkat yang disebut dengan fluor albus. Peningkatan sekret vagina yang normal terjadi pada kehamilan, rangsangan seksual dan siklus menstruasi. Sedangkan peningkatan sekret vagina yang tidak normal biasanya ditandai dengan gatal dan nyeri pada vagina. Dan biasanya sekret terlihat lebih kental dengan warna yang berbeda.

Vaginosis bakterialTrikomoniasisKandidiasisInfeksi ClamidiaGonore

1. Sekret vagina keruh, encer, putih abu-abu hingga kekuningan

1. Sekret vagina sangat banyak, kuning kehijauan, berbusa, dan berbau amis.

1. Sekret vagina menggumpal putih kental

1. Biasanya asimptomatis

1. Sekret vagina seperti pus

2. Bau busuk atauamis, semakin bertambah setelah berhubungan seksual

2. Juga terjadi rasa gatal dan iritasi

2. Gatal dari sedang-berat dan rasaterbakar kemerahan dan bengkak di daerah genital 2. Sekret vagina yang berwarna kuning seperti pus, sering buang air kecil dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal2. Sering buang air kecil, demam serta nyeri pada pelvis

G. Pemeriksaan T. pallidum dan VDRLPemeriksaan ini biasa dilakukan pada penyakit sifilis. Sifilis merupakan suatu penyakit akibat hubungan seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum dapat menjangkit seluruh organ tubuh serta dapat menembus plasenta dan perjalanan klinisnya melewati beberapa stadium. Treponema pallidum merupakan salah satu bakteri spirochaeta. Bakteri ini berbentukspiral. Terdapat empat subspecies yang sudah ditemukan, yaitu Treponemapallidum pallidum,Treponemapallidumpertenue,Treponemapallidumcarateum,dan Treponemapallidumendemicum.Masa tunas sifilis primer biasanya 2-4 minggu. T.pallidum masuk ke dalam selaput lendir atau kulit yang telah mengalami lesi atau mikrolesi secara langsung, biasanya melalui senggama. Pada sifilis primer gejala klinisnya adalah papul lentikular yang permukaannya segera menjadi erosi, umumnya kemudian menjadi ulkus. Ulkus tersebut biasanya bulat, soliter, dasarnya ialahjaringan granulasi berwarna merah dan bersih, di atasnya hanya tampak serum. Dindingnya tak bergaung, kulitdisekitarnyatidakmenunjukkantanda-tanda radangakut.Yangkhasialah ulkus tersebut indolen dan teraba indurasi karena itu disebut ulkus durum.

Gambar 12. Ulkus durum

Sifilis sekunder biasanya timbul setelah 6-8 minggu sejak S I dan sejumlah sepertiga kasus masih disertai S I. Lama S II dapat sampai sembilan bulan. Berbeda dengan S I yang tanpa disertai gejala konstitusi, pada SII dapat disertai gejalatersebut yang terjadisebelum atau selamaS II. Kelainan kulit dapat menyerupai berbagai penyakit kulit sehingga disebut the greatimitatorSifilis laten berartitidakadagejalaklinisdan kelainan,termasukalat-alat dalam,tetapi infeksi masih ada dan aktif. Tes serologik darah positif, sedangkan tes LCS negatif. Tes yang dianjurkan ialah VDRL dan TPHA.Pada sifilis tersier kelainan yang khas ialah guma yakni infiltrat sirkumskrip, kronis, biasanya melunak, dan destruktif. Besar guma bervariasi dari lentikular sampai sebesar telur ayam. Kulit di atasnya mula-mula tidak menunjukkan tanda radang akut dan dapat digerakkan. Setelah beberapa bulan mulai melunak, tanda radang mulai tampak, kulit eritematosa dan livid serta melekat pada guma tersebut. Dapat terjadi perforasi dan keluar cairan seropurulen, terbentuk ulkus yang berkonfluensi sehingga membentuk pinggir yangpolikistik.Biasanyagumasoliter,namun dapat multipel.Diagnosis sifilis atau lues dipastikan dengan cara menemukan Treponema pallidum sebagai agen penyebab penyakit dalam bahan sediaan klinis. Salah satu cara menemukan Treponema pallidum adalah dengan menggunakan Tes Serologi Sifilis.

Tes Serologi Sifilis dibagi menjadi 2 berdasarkan antigennya:1. Tes treponemal, karena antigennya ialah treponema atau ekstraknya2. Tes non treponemal contohnya adalah tes fiksasi komplemen dan tes flokulasi: VDRL (Veneral Disease Researches Laboratory, Kahn, RPR ( Rapid Plasma Reagin)

T.S.S. atau Serologic Tests for syphilis (S.T.S) merupakan pembantu diagnosis yangpentingbagisifilis.Sebagaiukuranuntukmengevaluasitesserologiialah sensitivitas dan spesifitas. Sensitivitas ialah kemampuan untuk bereaksi pada penyakit sifilis.Sedangkan spesifitas berarti kemampuan nonreaktif pada penyakit bukan sifilis. Makin tinggi sensitivitas suatu tes, makin baik tas tersebut dipakai untuk tes screening. Tes dengan spesifitas tinggi sangat baik untuk diagnosis. Makin spesifik suatu tes, makin sedikit memberi hasil semupositif.9,10

H. Tes FreiTes frei adalah tes yang dilakukan pada penderita Limfogranuloma Venerium. LGV adalah penyakit venerik yang disebabkan ialah Chlamydia trachomatis. Afek primer biasanya cepat hilang bentuk yang tersering ialah sindrom inguinal. Sindrom tersebut berupa limfadenitis dan periadenitis beberapa kelenjar getah bening inguinal medial dengan kelima tanda radang akut.

Gambar 13. Limfogranuloma Venereum

Tes Frei dilakukan dengan antigen frei. Frei diperoleh dari pus penderita LGV yang mengalami abses yang belum memecah kemudian dilarutkan dalam garam faal dan dilakukan pasteurisasi. Cara melakukannya seperti pada tes tuberkulin yakni 0,1cc disuntikkan intrakutan pada bagian anterior lengan bawah dan dibaca setelah 48 jam. Jika terdapat infiltrat berdiameter 0,5 cm atau lebih berarti positif. Tes frei tak khas karena penyakit yang segolongan juga memberi hasil positif.11

DAFTAR PUSTAKA1. Wasitaatmadja SM. Anatomi Kulit. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. ed.5. Editor: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p. 3-62. Djuanda A. Pioderma. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. ed.5. Editor: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p. 57-633. Djuanda A. Tuberkulosis Kutis. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. ed.5. Editor: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p. 64-724. Sularsito SA. Histopatologi Kulit. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. ed.5. Editor: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p. 23-335. Budimulja U. Mikosis. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. ed.5. Editor: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p. 89-1056. Nettleman M. Scabies. Available at: http://www.emedicinehealth.com/scabies/article_em.htm. Accessed June, 26th 20147. Wong B. Gonorrhea. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/218059-overview. Last update April, 16th 2014. Accessed June, 26th 20148. Daili SF. Gonore. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. ed.5. Editor: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p. 369-839. Euerle B. Syphilis. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/229461-overview. Last update January, 6th 2012. Accessed June, 26th 201410. Natahusada EC, Djuanda A. Sifilis. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. ed.5. Editor: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p. 393-41311. Djuanda A. Limfogranuloma Venereum. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. ed.5. Editor: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p. 414-41723