28
PENATALAKSANAAN TRAUMA KIMIA I. PENDAHULUAN Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi di dalam laboratorium, industry, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian, dan peperangan yang memakai bahan kimia di abad modern. Bahan kimia yang dapat mengakibatkan kelainan pada mata dapat dibedakan dalam bentuk : trauma asan dan trauma basa atau alkali. Pengaruh bahan kimia sangat bergantung pada pH, kecepatan dan jumlah bahan kimia yang diserap, dan hebatnya rudapaksa pada jaringan mata sendiri. Bahan asam akan segera mengadakan presipitasi dan koagulasi dengan protein jaringan kemudian nekrosis. Biasanya hanyaterbatas konjungtiva atau lapisan kornea yang superfisial 1 . Bahan basa atau alkali dapat menembus kornea masuk ke dalam kamera okuli anterior terus sampai ke retina dalam waktu yang singkat. Bahan alkali bersifat koagulasi sel-sel dan terjadi proses saponifikasi, dehidrasi serta eksfoliasi. Penetrasi dari bahan alkali bergradasi dan menurun dari paling keras, KOH, NaOH sampai alkali lemah. Tercepat mengadakan penetrasi dan kerusakan yaitu kaustik soda yang sanggup menembus kornea ke ruang intra okuler dalam waktu 7 detik. Akibat daya penetrasi tinggi dari bahan alkali, maka kerusakan yang ditimbulkan lebih dalam dan lebih banyak, dan setelah 1

Referat - Penatalaksanaan Trauma Kimia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Referat - Penatalaksanaan Trauma Kimia

PENATALAKSANAAN TRAUMA KIMIA

I. PENDAHULUAN

Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi di dalam

laboratorium, industry, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian, dan

peperangan yang memakai bahan kimia di abad modern. Bahan kimia yang dapat

mengakibatkan kelainan pada mata dapat dibedakan dalam bentuk : trauma asan dan trauma

basa atau alkali. Pengaruh bahan kimia sangat bergantung pada pH, kecepatan dan jumlah

bahan kimia yang diserap, dan hebatnya rudapaksa pada jaringan mata sendiri. Bahan asam

akan segera mengadakan presipitasi dan koagulasi dengan protein jaringan kemudian

nekrosis. Biasanya hanyaterbatas konjungtiva atau lapisan kornea yang superfisial1.

Bahan basa atau alkali dapat menembus kornea masuk ke dalam kamera okuli anterior

terus sampai ke retina dalam waktu yang singkat. Bahan alkali bersifat koagulasi sel-sel dan

terjadi proses saponifikasi, dehidrasi serta eksfoliasi. Penetrasi dari bahan alkali bergradasi

dan menurun dari paling keras, KOH, NaOH sampai alkali lemah. Tercepat mengadakan

penetrasi dan kerusakan yaitu kaustik soda yang sanggup menembus kornea ke ruang intra

okuler dalam waktu 7 detik. Akibat daya penetrasi tinggi dari bahan alkali, maka kerusakan

yang ditimbulkan lebih dalam dan lebih banyak, dan setelah sembuh akan meninggalkan

komplikasi seperti simblefaron, kekeruhan kornea yang menetap, penutupan saluran air mata

yang menetap1. Dibanding bahan asam, maka trauma oleh bahan alkali cepat dapat merusak

dan menembus kornea1,2.

Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera. Irigasi daerah yang

terkena merupakan tindakan yang segera harus dilakukan karena dapat memberikan penyulit

yang lebih berat. Pembilasan dilakukan dengan memakai seperti dengan air keran, larutan

garam fisiologik, dan asam berat selama mungkin dan paling sedikit 15 – 30 menit2.

Prognosis tegantung pada sejauh mana bahan kimia itu menembus sampai ke dalam mata3.

Umumnya berhubungan juga dengan beratnya trauma kimia pada mata dan struktur adneksa

yang muncul3,4.

1

Page 2: Referat - Penatalaksanaan Trauma Kimia

II. ANATOMI DAN FISIOLOGI SEGMEN ANTERIOR MATA

Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membrane yang menutupi sclera dan kelopak mata bagian

belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini. Konjungtiva

mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola

mata terutama kornea1.

Konjungtiva terdiri atas 3 bagian, yaitu :

1. Konjungtiva tarsalis, yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari

tarsus1.

2. Konjungtiva bulbi meutupi sclera dan mudah digerakkan dari sclera di bawahnya1.

3. Konjungtiva fornises atau forniks konjngtiva yang merupakan tempat peralihan

konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi1.

Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan jaringan di

bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak1.

Kornea

Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput

mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan

dan terdiri atas lapis :

1. Epitel

Tebalnya 50µm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling

tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.

Pada basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan

menjadi lapis sel sayap dan makin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel

basal berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dael polygonal di

depannya melalui desmosome dan macula okluden; ikatan ini menghambat

pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.

2

Page 3: Referat - Penatalaksanaan Trauma Kimia

Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila

terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.

Epitel berasal dari ectoderm permukaan1.

2. Membran Bowman

Terletak di bawah membrane basal epitel kornea yang merupakan kolagen

yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan

stroma.

Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi1.

3. Stroma

Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan

lainya, pada permukaan terihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer

serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan

waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel

stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak di antara serat kolagen

stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam

perkembangan embrio atau sesudah trauma1.

4. Membrana Descement

Merupakan membrane aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea

yang dihasilkan oleh sel endotel dan merupakan membrane basalnya.

Bersifat sangat elastic dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal

40 µm1.

5. Endotel

Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20 – 40 µm.

Endotel melekat pada membrane descement melalui hemidesmosom dan

zonula okluden1.

3

Page 4: Referat - Penatalaksanaan Trauma Kimia

Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan system pompa

endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak

mempunyai daya regenerasi1.

Uvea

Lapis vaskular di dalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar dan koroid. Iris

mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar ke dalam bola mata.

Reaksi pupil ini merupakan juga indicator untuk fungsi simpatis (midriasis) dan parasimpatis

(miosis) pupil. Badan siliar merupakan susunan otot melingkar dan mempunyai system

ekskresi dibelakang limbus. Radang badan siliar akan mengakibatkan melebarnya pembuluh

darah di daerah limbus, yang mengakibatkan mata merah yang merupakan gambaran

karakteristik peradangan intraocular1.

Pupil

Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf simpatis. Orang

dewasa ukuran pupil sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat rasa silau yang

dibangkitkan oleh lensa sclerosis1.

Pupil waktu tidur kecil, hal ini dipakai sebagai ukuran tidur, simulasi, koma dan tidur

sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat dari :

1. Berkurangnya rangsangan simpatis.

2. Kurang rangsangan hambatan miosis.

4

Page 5: Referat - Penatalaksanaan Trauma Kimia

Bila subkorteks bekerja sempurna maka terjadi miosis. Di waktu bangun korteks

menghambat pusat subkorteks sehingga terjadi midriasis. Waktu tidur hambatan subkorteks

hilang sehingga terjadi kerja subkorteks yang sempurna yang akan menjadikan miosis1.

Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada akomodasi dan

untuk memperdalam focus seperti pada kamera foto yang diafragmanya dikecilkan1.

Sudut Bilik Mata Depan

Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada

bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran

keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga

tekanan bola mata meninggi atau glaucoma. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan

trabekulum, kanal schelmm, baji sclera, garis Schwalbe dan jonjot iris1.

Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sclera kornea dan disini

ditemukan sclera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan batas

belakang sudut filtrasi seta tempat insersi otot siliar longitudinal. Anyaman trabekula mengisi

kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan uvea.

Pada sudut filtrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan

membrane descement, dan kanal Schelmm yang menampung cairan mata keluar ke

salurannya1.

5

Page 6: Referat - Penatalaksanaan Trauma Kimia

III. TRAUMA KIMIA

Epidemiologi

Lebih dari 60% dari trauma kimia terjadi dalam kecelakaan kerja, 30% di rumah, dan

10% akibat kekerasan. Sebanyak 20% trauma kimia secara signifikan mengakibatkan cacat

visual dan kosmetik. Hanya 15% dari pasien dengan trauma kimia berat yang mencapai

perbaikan visual yang fungsional. Secara global, predileksi ras tidak bisa dipastikan, akan

tetapi pria muda berkulit hitam lebih cenderung berpotensi tinggi. Pria 3 kali lebih cenderung

mengalami trauma kimia daripada wanita. Trauma kima dapat menyerang setiap umur, akan

tetapi, trauma paling banyak terjadi pada pasien berusia 16 – 45 tahun4.

Etiologi

Banyak bahan kimia yang digunakan di rumah-rumah dan lingkungan kerja yang

dapat menyebabkan trauma kimia.

1. Bahan Asam :

a. Umumnya asam menyebabkan cedera (trauma) ocular termasuk asam sulfat, asam

hidroklorik, asam nitrat, asam asetat, asam khromik, dan asam hidrofluorat3.

b. Ledakan accu mobil, yang menyebabkan luka bakar (cedera) asam sulfat,

mungkin merupakan asam yang paling sering mencederai mata3.

c. Asam hidrofluorat dapat ditemukan pada pembersih karat di rumah, pengkilat

alumunium, dan petugas pembersihan. Industri tertentu yang menggunakan asam

hidrofluorat untuk membersihkan batu bata, pengikisan kaca, electropolishing,

tanning kulit. Asam hidrofluorat juga digunakan untuk fermentasi control di

pabrik3.

d. Toksisitas hidrofluorat okuler dapat terjadi dari paparan gas dan cairan3.

6

Page 7: Referat - Penatalaksanaan Trauma Kimia

2. Bahan Kimia Basa :

a. Zat alkali pada umumnya mengandung ammonium hidroksida, potasium

hidroksida, sodium hidroksida, kalsium hidroksida, dan magnesium hidroksida.

Zat yang mengandung seperti senyawa tersebut dan dapat ditemukan di rumah

seperti larutan alkali, semen, kapur, dan ammonia3.

b. Semprotan balon udara dengan sodium hidroklorida pada pemompaan dan

mungkin dapat menyebabkan keratitis alkali. Selain itu, bunga api dan percikan

api mengandung magnesium hidroksida dan fosfor3.

Patofisiologi

Trauma kimia pada mata adalah trauma yang mengenai bola mata baik diakibatkan

oleh zat asam (zat dengan pH < 7) ataupun basa (zat dengan pH > 7) yang dapat

menyebabkan kerusakan struktur bola mata tersebut. Tingkat keparahan trauma dikaitkan

dengan jenis, volume, konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat penetrasi dari zat kimia.

Mekanisme cedera antara asam dan basa sedikit berbeda4.

Trauma Asam

Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam kornea.

Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH, sementara anion

merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan koagulasi. Koagulasi protein

umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan tampilan

ground glass dari stroma korneal yang mengikuti trauma akibat asam. Sehingga trauma

pada mata yang disebabkan oleh zat kimia asam cenderung lebih ringan daripada trauma

yang diakibatkan oleh zat kimia basa4.

7

Page 8: Referat - Penatalaksanaan Trauma Kimia

Asam hidrofluorik adalah satu pengecualian. Asam lemah ini secara cepat melewati

membran sel, seperti alkali. Ion fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan memungkinkan

menghambat enzim glikolitik dan bergabung dengan kalsium dan magnesium membentuk

insoluble complexes. Nyeri lokal yang ekstrim bisa terjadi sebagai hasil dari immobilisasi ion

kalsium, yang berujung pada stimulasi saraf dengan pemindahan ion potassium. Fluorinosis

akut bisa terjadi ketika ion fluoride memasuki sistem sirkulasi, dan memberikan gambaran

gejala pada jantung, pernafasan, gastrointestinal, dan neurologic3.

Trauma Basa (Alkali)

Bahan kimia basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar.

Namun, pada bagian dalam mata, trauma basa ini mengakibatkan suatu kegawatdaruratan.

Basa menembus kornea, camera oculi anterior, dan sampai retina dengan cepat, dan

mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan. Pada pH yang tinggi alkali akan

mengakibatkan persabunan disertai dengan disosiasi asam lemak membrane sel. Akibat

persabunan membrane sel akan mempermudah penetrasi lebih lanjut dari pada alkali4.

Interaksi ini memudahkan penetrasi lebih dalam serta melewati kornea dan masuk ke

segmen anterior. Selanjutnya hidrasi dari hasil glukosaminoglikan dalam lapang pandang

yang berkabut. Kolagen hidrasi menyebabkan distorsi dan pemendekan urat saraf, yang

menyebabkan perubahan meshwork trabecular yang dapat mengakibatkan peningkatan

8

Page 9: Referat - Penatalaksanaan Trauma Kimia

tekanan intraokular (TIO). Selain itu, mediator inflamasi dilepaskan selama proses ini

sehingga merangsang pelepasan prostaglandin, yang selanjutnya dapat meningkatkan TIO.

Lihat gambar di bawah ini4.

Trauma basa (alkali). Perhatikan reaksi konjungtiva yang berat dan kekeruhan yang

mengaburkan lapang pandang tepatnya di bagian inferior iris.

Pada defek epitel kornea, plasminogen activator yang terbentuk merubah plasminogen

menjadi plasmin. Plasmin melalui C3a mengeluarkan faktor hemotaktik untuk leukosit

polimorfonuklear (PMN). Kolagenase laten berubah menjadi kolagenase aktif akibat

terdapatnya tripsin, plasmin ketepepsin. Keratosit juga membentuk kolagenase akif melalui

kolagenase laten. Bersamaan dengan dilepaskan plasminogen aktivatir dilepas juga

kolagenase yang akan merusak kolagen kornea. Akibatnya akan terjadi gangguan

penyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan tukak kornea dan dapat terjadi perforasi

kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam sesudah trauma dan puncaknya terdapat pada

hari ke 12-21. Biasanya tukak pada kornea mulai terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia.

Pembentukan tukak berhenti hanya bila terjadi epitelisasi lengkap atau vaskularisasi telah

menutup dataran depan kornea. Bila alkali sudah masuk ke dalam bilik mata depan maka

akan terjadi gangguan fungsi badan siliar. Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu

terdapat kadar glukosa dan askorbat yang berkurang. Kedua unsur ini memegang peranan

penting dalam pembentukan jaringan kornea4.

9

Page 10: Referat - Penatalaksanaan Trauma Kimia

Pada trauma alkali akan terbentuk kolagenase yang akan menambah bertambah

kerusakan kolagen kornea. Alkali yang menembus ke dalam bola mata akan merusak retina

sehingga akan berakhir dengan kebutaan penderita1.

Menurut klasifikasi Thoft maka trauma basa dapat dibedakan dalam :

1. Derajat 1 : Hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata1.

2. Derajat 2 : Hiperemi konjungtiva disertai dengan hilang epitel kornea1.

3. Derajat 3 : Hiperemi disertai dengan nekrosis konjuntiva dan lepasnya epitel

kornea1.

4. Derajat 4 : Konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%1.

Mungkin diperlukan waktu 48 sampai 72 jam setelah trauma untuk menilai tingkat

kerusakan mata dengan tepat dan memberikan prognosis yang akurat. Dasar evaluasi tersebut

adalah derajat kekeruhan kornea dan pemutihan perilimbal. Representasi yang

disederhanakan dari masing-masing derajat bakar ditunjukkan pada gambar berikut6.

Klasifikasi Trauma Alkali (Basa) pada mata :

1. Normal : Mata normal6

2. Ringan : Erosi epitel kornea, stroma anterior samar kekaburan, tidak ada

nekrosis iskemik pada konjungtiva perilimbal dan sclera. Prognosis :

penyembuhan dengan sedikit atau tanpa parut pada kornea, kehilangan

penglihatan biasanya tidak lebih besar dari 1 atau 2 baris6.

10

Page 11: Referat - Penatalaksanaan Trauma Kimia

3. Sedang : Kekeruhan kornea sedang, sedikit, atau tanpa nekrosis iskemik yang

signifikan pada konjungtiva perilimbal. Prognosis : penyembuhan lambat pada

epitel dengan parut moderat, vaskularisasi kornea perifer, dan kehilangan

penglihatan bisa 2 sampai 7 baris6.

4. Sedang – Berat: Kekeruhan kornea mengaburkan struktur detail iris, nekrosis

iskemik pada konjungtiva terbatas kurang dari sepertiga konjungtiva perilimbal.

Prognosis : penyembuhan kornea yang lama dengan vaskularisasi kornea yg

signifikan dan parut, penglihatan biasanya terbatas 20/200 atau kurang6.

5. Berat : Garis bentuk pupil kabur, iskemik sekitar 1/3 sampai 2/3 dari

konjungtiva perilimbal kornea sering putih keruh (marbleized). Prognosis :

penyembuhan yang sangat lama dengan inflamasi dan sering terjadi ulserasi

kornea dan perforasi. Pada kasus-kasus terberat, vaskularisasi kornea berat dan

parut dengan penglihatan hitung jari6.

6. Sangat Berat : Pupil tidak terlihat, iskemik lebih besar dari 2/3 konjungtiva

perilimbal, marbleized kornea menyeluruh. Prognosis : penyembuhan sangat lama

sekali, sering terjadi konversi dari stroma kornea ke sequestrum nekrotik6.

Manifestasi Klinis

Gejala dan Tanda

Paling sering, pasien datang dengan riwayat cairan atau gas yang disiramkan atau

disemprotkan ke mata atau partikel jatuh ke mata. Menanyakan pasien mengenai sifat khusus

bahan kimia dan mekanisme cedera (misalnya, mudah terpercik vs semburan dengan

kecepatan tinggi)4.

Terlepas dari mekanisme tertentu dari cedera, keluhan pasien sering berhubungan

dengan tingkat keparahan paparan. Menimbulkan keluhan umum adalah sebagai berikut:

• Nyeri (sangat sering kali )

•Terasa mengganjal (seperti ada benda asing)

• Penglihatan kabur

• Robek parah

• Fotofobia

• Mata Merah

11

Page 12: Referat - Penatalaksanaan Trauma Kimia

Selain keluhan mata, umumnya juga terdapat keluhan akibat kerusakan kulit disekitar

mata. Jaringan sekitar mata dan kulit terlihat nekrose. Sangat nyeri atau tidak sama sekali

tergantung pada kerusakan organ-organ sensasi kornea. Kasus yang hebat mengakibatkan

penurunan penglihatan yang hebat2.

Pemeriksaan fisik secara menyeluruh harus ditunda sampai mata terkena irigasi deras,

dan pH permukaan mata dinetralisasi. Tetes anestesi topikal dapat digunakan untuk

membantu kenyamanan pasien dan kerjasama. Setelah irigasi, pemeriksaan mata secara

menyeluruh dilakukan dengan perhatian khusus diberikan untuk kejernihan dan keutuhan

kornea, tingkat iskemia limbal, dan TIO4.

Manifestasi fisik umum dari cedera kimia untuk mata meliputi:

• Penurunan ketajaman visual : visual ketajaman awal dapat menurun karena

kerusakan epitel kornea, kabut, lakrimasi meningkat, atau ketidaknyamanan. Dalam kimia

moderat-untuk-sensasi terbakar parah terlihat segera setelah cedera, kabut kornea mungkin

minimal pada presentasi dengan visi yang baik, tetapi dapat meningkat secara signifikan

dengan waktu, sangat menurunkan penglihatan4.

• Peningkatan TIO : Peningkatan TIO secara tiba-tiba bisa disebabkan oleh deformasi dan

pemendekan kolagen, sehingga mempersempit ruang anterior. Peningkatan TIO yang lama

secara mendadak berkaitan dengan tingkat peradangan segmen anterior4.

• Inflamasi konjungtiva : Berbagai derajat hiperemis konjungtiva dan pembengkakan

adalah hal yang memungkinkan, dan bahkan cedera kimia ringan dapat menimbulkan

respon konjungtiva berlebihan4.

• Partikel dalam konjungtiva forniks : lebih sering ditemukan dengan cedera partikulat,

seperti plester. Jika tidak dikeluarkan, partikel-partikel sisa dapat berfungsi menjadi

reservoir untuk pelepasan kimia lanjutan dan cedera. Partikel-partikel ini harus dikeluarkan

sebelum penyembuhan permukaan mata dimulai4.

• Iskemia Perilimbal : Tingkat iskemia limbal (pemucatan) mungkin adalah indikator

prognosis yang paling penting untuk penyembuhan kornea masa depan karena sel-sel induk

limbal bertanggung jawab atas repopulasi epitel kornea. Secara umum, semakin besar

tingkat kepucatan , semakin buruk prognosisnya. Namun, adanya sel-sel induk perilimbal

yang utuh tidak menjamin penyembuhan epitel normal. Luasnya kepucatan harus dicatat

dalam setiap jam4.

12

Page 13: Referat - Penatalaksanaan Trauma Kimia

• Defek kornea epitel : Kerusakan epitel kornea dapat berkisar dari keratitis epitel pungtata

(KEP) difus ringan dengan defek epitel lengkap. Defek epitel lengkap tidak dapat dilakukan

dengan pewarna fluorescein secepat pada abrasi kornea rutin, sehingga mungkin akan

terlewatkan. Jika diduga defek epitel namun tidak ditemukan pada evaluasi awal, mata

harus diperiksa ulang setelah beberapa menit. Luasnya defek harus dicatat sehingga dapat

disimpan untuk rencana pengobatan pada kunjungan berikutnya4.

• Kabut stroma : Kabut dapat berkisar dari kornea jernih (kelas 0) ke kekeruhan

lengkap (kelas 5) tanpa melihat ke dalam ruang anterior4.

•Perforasi kornea : Jarang terjadi pada penderita, lebih cenderung terjadi setelah paparan

awal (dari hari sampai minggu) pada cedera mata berat yang memiliki kemampuan

penyembuhan yang buruk4.

• Reaksi inflamasi bilik anterior : hal ini dapat bervariasi dengan melihat sel dan flare

pada reaksi fibrinoid yang kuat ruang anterior. Secara umum, hal ini lebih sering terjadi

dengan cedera alkali karena penetrasi yang lebih dalam4.

• Kerusakan adnexal / parut : Mirip dengan cedera kimia pada daerah kulit lainnya, hal ini

dapat mengakibatkan masalah paparan berat jika jaringan parut menghambat penutupan

kelopak mata, karena itu, menunjukkan permukaan mata yang sudah rusak4.

IV. PENATALAKSANAAN TRAUMA KIMIA

Pengobatan yang paling penting dari trauma kimia adalah irigasi segera seluas-

luasnya. Larutan steril osmotik yang lebih tinggi seperti larutan amfoter (Diphoterine) atau

larutan buffer (BSS atau Ringer laktat) yang ideal. Jika tidak tersedia, saline isotonik steril

merupakan irrigant yang sesuai. Larutan hipotonik, seperti air, menghasilkan penetrasi yang

lebih dalam dari bahan korosif ke dalam struktur kornea karena meningkatnya gradien

osmotik kornea (420 mos / L) 4.

Durasi dan jumlah irigasi ditentukan oleh pH mata. Lanjut irigasi sampai pH tetap

pada tingkat normal selama 30 menit. Penggunaan lensa mata Morgan atau sistem irigasi lain

dapat meminimalkan gangguan dari blefarospasme, yang biasanya dapat berat. Jika ini tidak

tersedia, penutupnya bisa ditarik kembali secara manual dengan retraktor Desmarres,

13

Page 14: Referat - Penatalaksanaan Trauma Kimia

spekulum tutup, atau penjepit kertas bengkok. Ujung tabung intravena dapat mengarahkan

aliran cairan steril di mata. Selain itu, gunakan pembersih telinga untuk menghilangkan

partikulat yang tertahan di dalam forniks. Siram dengan asam swab

ethylenediaminetetraacetic (EDTA) 1% jika agen penyebabnya mengandung kalsium oksida4.

EDTA diberikan setelah 1 minggu trauma alkali diperlukan untuk menetralisir kolagenase

yang tebentuk pada hari ke 71.

Setelah irigasi, pemeriksaan ophthalmologic menyeluruh sangat dianjurkan. Jika

cedera ringan, pasien mungkin dapat diobati cukup dengan antibiotik oftalmik topikal,

analgesik oral, dan penutup mata. Tindak lanjut evaluasi sebaiknya dilakukan dalam waktu

24 jam4.

Luka bakar lebih berat, luka bakar terutama alkali, memerlukan rawat inap. Pasien

memerlukan antibiotik oftalmik topikal, obat nyeri, cycloplegics, dan mydriatics. Jika

glaukoma sekunder berkembang, pasien membutuhkan obat penurun tekanan okular4.

Pengobatan cedera kimia untuk mata memerlukan intervensi medis dan bedah, baik

akut dan dalam jangka panjang, untuk rehabilitasi visual yang maksimal4.

Terlepas dari bahan kimia dasar terkait, tujuan umum manajemen meliputi:

(1) mengeluarkan agen menggangu,

(2) mendorong penyembuhan permukaan mata,

(3) mengendalikan peradangan,

(4) mencegah infeksi, dan

(5) TIO mengendalikan.

Menghilangkan penyebab kimiawi (irigasi).

Irigasi sebanyaknya sesegera mungkin adalah terapi tunggal yang paling penting

untuk mengobati luka kimia. Jika tersedia, mata harus dibius sebelum diirigasi. Idealnya,

mata harus diairi dengan larutan buffer steril seimbang, seperti larutan garam normal atau

larutan Ringer laktat. Namun, irigasi langsung bahkan dengan air keran biasa lebih

diutamakan tanpa menunggu cairan yang ideal4.

14

Page 15: Referat - Penatalaksanaan Trauma Kimia

Larutan irigasi harus menyentuh seluruh permukaan mata. Hal ini dapat dilakukan

dengan tabung pengairan khusus (misalnya, lensa Morgan) atau spekulum penutup. Irigasi

harus dilanjutkan sampai pH permukaan mata dinetralisasi, biasanya memerlukan 1-2 liter

cairan4.

Mempercepat penyembuhan permukaan ocular (epithelial).

Setelah memicu kimia telah sepenuhnya dihapus, penyembuhan epitel bisa dimulai.

Mata terluka kimia memiliki kecenderungan untuk kurang menghasilkan air mata yang

memadai, sehingga air mata buatan tambahan memainkan peran penting dalam

penyembuhan4.

Askorbat memainkan peranan penting dalam remodeling kolagen, yang menyebabkan

peningkatan dalam penyembuhan kornea. Terap pemasangan lensa kontak balutan sampai

epitel telah diregenerasi dapat membantu dalam beberapa pasien. Transplantasi Membran

amnion di mata dengan cedera akut mata meningkatkan penyembuhan lebih cepat dari defek

epitel pada pasien dengan cedera grade moderat. Tidak ada keuntungan jangka panjang dari

transplantasi membran amnion ini terbukti bila dibandingkan dengan pengobatandan

pelepasan mekanik adhesi dalam hal munculnya hasil akhir visual terhadap symblepharon

dan vascularis kornea dalam pengaturan klinis terkontrol4.

Kontrol Inflamasi

Mediator inflamasi dilepaskan pada permukaan mata pada saat cedera yang

menyebabkan nekrosis jaringan dan mengikat reaktan inflamasi lebih lanjut. Respon

inflamasi yang kuat tidak hanya menghambat reepitelisasi tetapi juga meningkatkan risiko

ulserasi dan perforasi kornea. Mengontrol radang dengan steroid topikal dapat membantu

menghentikan siklus inflamasi. Steroid topical dapat digunakan secara aman pada pada

minggu pertama untuk mengatasi uveitis tanpa meningkatkan risiko pencairan kornea. Dan

juga berguna dalam mengurangi sejumlah pembentukan symblepharon. Namun, saat

minggu-minggu kedua dan ketiga, fibroblast, mungkin berasal dari keratocytes sekitarnya,

kembali memenuhi daerah aseluler yang cedera. Steroid topikal harus dihindari pada periode

ini karena dapat menghambat sintesis kolagen dan dengan demikian meningkatkan ulserasi

15

Page 16: Referat - Penatalaksanaan Trauma Kimia

kornea dan pencairan. setelah minggu ketiga, repopulasi fibrokistik kornea telah terjadi dan

kortikosteroid dapat sekali lagi dapat digunakan jika diperlukan5. Sitrat berfungsi

meningkatkan penyembuhan luka kornea dan menghambat PMNs melalui kelatisasi

kalsium. Sebuah penelitian menunjukkan hasil visual yang lebih baik dengan menggunakan

antara askorbat dan sitrat untuk mengendalikan cedera kimia pada mata. Acetylcysteine

(10% atau 20%) dapat menghambat kolagenase untuk mengurangi ulkus kornea, namun

penggunaan klinis saat ini masih menjadi kontroversial4.

Mencegah infeksi

Bila epitel kornea hilang, mata rentan dengan infeksi. Antibiotik profilaksis topikal

dapat dipilih sebagai terapi tahap awal4.

Kontrol TIO

Penggunaan aqueos supresan (diuretic) sangat dianjurkan untuk mengurangi TIO

sekunder karena cedera kimia, keduanya dipilih sebagai terapi awal dan pada saat pemulihan

tahap lanjut, jika TIO tinggi (> 30 mm Hg) 4.

Kontrol nyeri

Cedera kimia berat dapat sangat menyakitkan. Spasme siliaris dapat ditangani dengan

penggunaan agen sikloplegik, namun, obat nyeri oral mungkin diperlukan pada awalnya

untuk mengontrol rasa sakit4.

16

Page 17: Referat - Penatalaksanaan Trauma Kimia

Perawatan Bedah

• Menghilangkan memicu kimia

- Setelah menanamkan anestesi topikal, menyapu fornices dengan pembersih telinga

lembab steril untuk menghilangkan bahan asing yang ditahan.

- Teknik ini sangat penting ketika partikulat (misalnya, plester) bertanggung jawab

atas cedera4.

• Meningkatkan penyembuhan permukaan okular

- Nekrotik Debride konjungtiva / jaringan kornea

- Amnion Sementara membran tempelan

- Limbal transplantasi sel induk

- Menumbuhkan sel induk lembar transplantasi kornea epitel

- Lisis dari symblepharon konjungtiva. Adhesi adalah menemukan kemudian, dan

mereka dapat dikelola dengan lisis diulang menggunakan batang kaca atau

pembersih telinga steril4.

• Mencegah infeksi: perekat jaringan Cyanoacrylate dapat diterapkan untuk pengobatan

perforasi kornea kecil4.

• Visual rehabilitasi

- Menembus keratoplasty dengan atau tanpa ekstraksi katarak

- Keratoprosthesis

• Kontrol TIO: Glaukoma penyaring bedah atau penempatan shunt tabung air dapat

digunakan untuk kasus TIO peningkatan refrakter untuk manajemen

pengobatan4.

17

Page 18: Referat - Penatalaksanaan Trauma Kimia

V. PROGNOSIS

Secara umum, prognosis cedera kimia mata secara langsung berkorelasi dengan

keparahan cedera yang dihasilkan terhadap struktur mata dan adneksa4.

Banyak sistem klasifikasi dan revisi yang karenanya ditujukan untuk

mengelompokkan trauma pada mata dalam kaitannya dengan prognosis yang ada, termasuk

sistem berikut: Hughes, Roper-Hall, dan Pfister. Pada intinya, semua sistem bertujuan untuk

mengukur tingkat keterlibatan epitel kornea, tingkat hilangnya sel batang limbal, dan tingkat

keterlibatan konjungtiva4.

Cedera dapat dinilai 0-5, sebagai berikut:

• Grade 0 - defek Minimal epitel, stroma kornea jelas, tidak ada iskemia limbal4.

• Grade 1 - defek epitel parsial-lengkap, stroma kornea jelas, tidak ada iskemia limbal4.

• Grade 2 - defek epitel parsial-lengkap, kabut stroma ringan, tidak ada atau hanya iskemia

limbal ringan4.

• Grade 3 - defek epitel Lengkap, kabut stroma moderat, kurang dari sepertiga dari limbus

iskemik4.

• Grade 4 - defek epitel Lengkap, kabut stroma kabur rincian iris, sepertiga sampai dua

pertiga dari limbus iskemik4.

• Grade 5 - defek epitel Lengkap, kekeruhan stroma, lebih dari dua pertiga dari limbus adalah

iskemik4.

Grade 0-2 diperkirakan sapat sembuh dengan baik dengan perawatan yang tepat dan

tindak lanjut pemeriksaan. Perjalanan untuk grade 3-5 lebih kecil dan mungkin memerlukan

intervensi bedah, baik transplantasi stem sel limbal atau penetrasi keratoplasti, untuk

menumbuhkan permukaan kornea. Luka-kelas yang lebih tinggi lebih rentan terhadap

komplikasi sekunder4.

18

Page 19: Referat - Penatalaksanaan Trauma Kimia

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidharta. Trauma Kimia. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga, Jakarta : Balai

Penerbit FKUI. 2009; h 271 – 273.

2. Mandang, J.H.A. Trauma Kimia. Penyebab Utama Kebutaan di Indonesia. Manado :

Percetakan Negara Manado. 1981; h 53 – 54.

3. Weaver, C. N. M., Rosen, C. L., Burns, Ocular ., eMedicine Journal. 2010.

4. Randleman, J.B., Bansal, A. S., Burns, Chemical., eMedicine Journal. 2009.

5. Kanski, Jack J. Chemical Conjunctivitis. Clinical Ophthalmology. Butterworth

Heinemann; page 89 – 90.

6. Pfister, Roswell R., Koski, Judith. Alkali Burns of the Eye : Pathophysiology and

Treatment. Southern Medical Journal Vol. 75 No. 4. 1982

19