30
REFERAT ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI FROZEN SHOULDER PEMBIMBING: dr. Marcus Anthonius, Sp.KFR DISUSUN OLEH: Bagas Fairusyah 2015.04.2.0021

Referat Rehab. Medik - Frozen Shoulder

  • Upload
    faizo

  • View
    213

  • Download
    40

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Referat Rehabilitasi Medik - Frozen Shoulder

Citation preview

Page 1: Referat Rehab. Medik - Frozen Shoulder

REFERATILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI

FROZEN SHOULDER

PEMBIMBING:dr. Marcus Anthonius, Sp.KFR

DISUSUN OLEH:Bagas Fairusyah2015.04.2.0021

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HANG TUAH

SURABAYA2015

Page 2: Referat Rehab. Medik - Frozen Shoulder

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPenyakit musculoskeletal merupakan salah satu jenis penyakit

yang banyak dijumpai di bidang kedokteran fisik dan rehabilitasi. Di

antaranya adalah kaku bahu atau di bidang ini dikenal sebagai frozen

shoulder (capsulitis adhesiva).

Dari sudut anatomis, sendi bahu (glenohumeral) ini merupakan

salah satu sendi paling mobile atau paling bebas bergerak dibanding

sendi lainnya dalam tubuh. Mobilitas sendi bahu yang luas inilah yang

sangat membantu untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Penderita frozen

shoulder sering mengeluh mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas

sehari-harinya akibat adanya keterbatasan sendi ini sehingga

berpengaruh terhadap kualitas hidup dan pekerjaannya.

Insidensi frozen shoulder sebanyak 2% dari total populasi umum.

Penyakit ini sedikit lebih banyak menyerang wanita daripada laki-laki dan

biasanya terjadi pada usia antara 40-60 tahun, sangat jarang mengenai

usia dibawah 40 tahun. Sebanyak 6-17% pasien yang terkena frozen

shoulder juga mengalaminya di sendi bahu lainnya dalam 5 tahun setelah

sendi yang pertama sakit sembuh.

Frozen shoulder merupakan suatu penyakit idiopatik progresif yang

menyebabkan keterbatasan dalam luas gerak sendi baik secara aktif

ataupun pasif. Penyebabnya masih belum diketahui dengan pasti tapi ada

beberapa pendapat dan faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya

frozen shoulder.

Pasien yang mendapat penanganan lebih dini dan tepat akan

mendapatkan hasil akhir yang lebih baik. Pasien yang menunda

penanganan akan beresiko terjadinya komplikasi lebih lanjut. Oleh karena

itu, pengetahuan dan edukasi tentang frozen shoulder ini sangat penting

diberikan kepada masyarakat agar dapat mengenali tanda dan gejalanya

2

Page 3: Referat Rehab. Medik - Frozen Shoulder

dari sejak dini sehingga memungkinkan penanganan dan rehabilitasi yang

tepat untuk mendapatkan hasil yang baik.

3

Page 4: Referat Rehab. Medik - Frozen Shoulder

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Sendi BahuSendi bahu (glenohumeral joint) merupakan persendian pada

ekstremitas superior yang memiliki ROM (Range of Movement) yang

sangat luas karena fungsinya yang vital terhadap kehidupan sehari-hari.

Sendi bahu secara anatomi merupakan sendi peluru (synovial ball and

socket joint) yang terdiri atas bonggol sendi dan mangkok sendi. Cavitas

sendi bahu sangat dangkal sehingga memungkinkan seseorang untuk

dapat menggerakan lengannya secara bebas. Sendi bahu dibentuk oleh

tulang scapula dan humerus.

Gambar 2.1 Tulang-Tulang Pada Sendi Bahu

Sendi glenohumeral dibentuk oleh caput humerus dan cavitas

glenoidalis yang diperluas dengan adanya jaringan fibrokartilago (labrum

glenoidalis) pada tepi cavitas glenoidalis. Kapsul sendi yang longgar ini

memungkinkan terjadinya gerakan yang luas. Proteksi terhadap sendi ini

dilakukan oleh acromion, procecus coracoideus, dan ligamen-ligamen.

Tegangan otot diperlukan untuk mempertahankan agar caput humerus

selalu terjaga pada cavitas glenoidalisnya. Ligamen-ligamen yang

memperkuat sendi glenohumeral, yaitu ligamen glenoidalis, ligamen

humeral transversum, ligamen coracohumeral, dan ligamen

4

Page 5: Referat Rehab. Medik - Frozen Shoulder

coracoacromiale, serta kapsul sendi yang melekat pada cavitas

glenoidalis dan collum anatomicum humerus.

Gambar 2.2 Anatomi Sendi Bahu

Berikut ini adalah gerakan pada sendi glenohumeral :

Gerakan Abduksi :

Elevasi humerus pada glenoid (bidang frontal)

Gerakan Fleksi :

Gerakan humerus ke depan, ke atas pada glenoid (bidang sagittal)

Gerakan Ekstensi :

Gerakan humerus ke belakang, ke atas pada glenoid (bidang sagittal)

Gerakan Rotasi Internal :

Gerakan rotasi humerus pada glenoid (ke medial)

Gerakan Rotasi Eksternal :

Gerakan rotasi humerus pada glenoid (ke lateral)

Gerakan Scaption :

5

Page 6: Referat Rehab. Medik - Frozen Shoulder

Elevasi humerus pada glenoid (bidang scapular)

Gerakan Adduksi Horizontal :

Gerakan humerus pada glenoid (arah medial) – biasanya diikuti dengan

fleksi bahu beberapa derajat

Gerakan Protraksi :

Gerakan humerus ke depan (bidang horizontal)

Gerakan Retraksi :

Gerakan humerus ke belakang (bidang horizontal)

Gambar 2.3 Pergerakan

2.2 Frozen ShoulderFrozen shoulder atau Capsulitis Adhesiva adalah suatu kondisi

dengan 3 karakteristik utamanya yaitu adanya nyeri, walaupun pada

malam hari; kekakuan sendi bahu, terjadi penurunan ROM (Range of

Motion / Movement); serta hampir hilangnya kemampuan rotasi eksterna,

baik pasif maupun aktif, dari sendi bahu. Rasa nyeri ini dapat menganggu

6

Page 7: Referat Rehab. Medik - Frozen Shoulder

penderita dalam melakukan aktivitas, seperti saat mengangkat tangan ke

atas, mengambil sesuatu dari saku belakang celana, melepas baju, dan

lainnya. Hal ini menyebabkan pasien semakin enggan untuk menggerakan

sendi bahunya yang akhinya dapat memperberat kondisi yang ada

sehingga menimbulkan gangguan dalam gerak dan aktivitas fungsional

sehari-hari.

Gambar 2.4 Frozen Shoulder

Gambar 2.5 Frozen Shoulder (Tampakan arthroscopy)

2.2.1 EpidemiologiInsidensi Frozen shoulder lebih banyak terjadi pada perempuan

dibandingkan dengan laki-laki dan sering terjadi pada lengan yang tidak

dominan. Frozen shoulder terjadi pada sekitar 2% dari populasi umum.

Prevalensi kondisi ini lebih banyak pada usia antara 40-60 tahun dan

sangat jarang muncul pada usia lebih muda dari 40 tahun. Sebanyak 6-

17% pasien yang terkena frozen shoulder juga mengalaminya di sendi

7

Page 8: Referat Rehab. Medik - Frozen Shoulder

bahu lainnya dalam 5 tahun setelah sendi yang pertama sakit sembuh.

Terdapat sekitar 12% kasus frozen shoulder berkembang mengenai

kedua lengan. Resiko seseorang terkena frozen shoulder sepanjang

hidupnya adalah sekitar 2-5%.

2.2.2 Etiologi dan Faktor PredisposisiPenyebab dari frozen shoulder masih belum diketahui dengan

pasti. Namun, terdapat banyak faktor pencetus atau predisposisi dari

frozen shoulder ini, yaitu imobilisasi, usia, trauma berulang (repetitive

injury), diabetes mellitus, hypo dan hyperthyroidism, Parkinson’ disease,

kelumpuhan, pasca operasi dada dan infark myocard, dari dalam sendi

glenohumeral sendiri (tendonitis bicipitalis, inflamasi rotator cuff, fraktur),

atau kelainan ekstra-artikular (cervical spondylisis, angina pectoris).

2.2.3 KlasifikasiLundberg dan Helbig mengklasifikasikan frozen shoulder menjadi

dua, yaitu primer dan sekunder.

Kelompok primer adalah yang paling sering terjadi dan bersifat

idiopatik. Terdapat dugaan suatu stimulus yang tidak diketahui

memproduksi perubahan histologi pada kapsul yang berbeda dari yang

terjadi pada kasus imobilisasi dan degenerasi.

Kelompok sekunder diakibatkan oleh perkembangan suatu

penyakit yang meliputi sistem saraf pusat, immobilisasi extremitas atas,

trauma lengan, kanker atau infeksi pulmonari, infark myocard, infus IV

yang terlalu lama, diabetes mellitus, rheumatoid arthritis, dan lainnya.

Trauma minor atau suatu serangan inflamasi dapat menyebabkan nyeri

yang nantinya menyebabkan restriksi gerakan pada frozen shoulder. Dari

sekian penyebab tersebut, yang paling sering berhubungan dengan frozen

shoulder sekunder adalah diabetes mellitus (10%-36%). Insidensinya baik

pada DM tipe 1 dan 2 adalah sama. Frozen shoulder pada pasien

pengidap DM lebih parah dan resisten terhadap terapi.

8

Page 9: Referat Rehab. Medik - Frozen Shoulder

2.2.4 PatofisiologiKapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat dan

sinovium. Sinovium berbentuk suatu kantong yang melapisi seluruh sendi

dan membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi. Sinovium ini tidak

meluas ke permukaan sendi tapi terlipat sehingga memungkinkan gerakan

secara penuh. Sinovium menghasilkan cairan yang kental untuk

membasahi permukaan sendi. Cairan ini normalnya bening, tidak

membeku, tidak berwarna, dan berjumlah sekitar 1-3 ml. Fungsi dari

cairan ini adalah sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi. Pada

capsulitis adhesiva, kelanjutan dari lesi rotator cuff, terjadi peradangan atau degenerasi yang meluas ke sekitar dan ke dalam kapsul sendi sehingga mengakibatkan terjadinya reaksi fibrosa. Hal ini

menyebabkan kekakuan kapsul sendi oleh jaringan fibrosa yang padat

dan selular. Berkurangnya cairan sinovial pada sendi akan menyebabkan

perubahan kekentalan cairan tersebut sehingga terjadi penyusutan pada

kapsul sendi. Hal ini mengakibatkan sifat ekstensibilitas pada kapsul sendi

berkurang dan akhirnya terjadi perlekatan. Tendinitis bicipitalis, inflamasi

rotator cuff, fraktur atau kelainan ekstra artikular seperti angina pectoris,

cervical spondylosis, diabetes mellitus yang tidak mendapatkan

penanganan secara tepat lama-kelamaan akan menimbulkan perlekatan

atau dapat menyebabkan capsulitis adhesiva. Capsulitis adhesiva dapat

menyebabkan patologi jaringan yang menyebabkan nyeri dan

menimbulkan spasme, degenerasi juga dapat menyebabkan nyeri dan

dapat menimbulkan spasme.

Frozen shoulder dapat juga terjadi karena ada penimbunan kristal kalsium fosfat dan karbonat pada otot-otot rotator cuff. Garam ini

tertimbun dalam tendon, ligamen, kapsul dan dinding pembuluh darah.

Penimbunan pertama kali ditemukan pada tendon lalu ke permukaan dan

menyebar ke ruang bawah bursa subdeltoid sehingga terjadi radang

bursa, terjadi berulang-ulang yang menyebabkan penebalan dinding

bursa, pengentalan cairan bursa, perlengketan dinding dasar bursa

sehingga timbul pericapsulitis adhesiva lalu terjadi frozen shoulder.

9

Page 10: Referat Rehab. Medik - Frozen Shoulder

Faktor immobilisasi juga merupakan salah satu faktor terpenting

yang juga dapat menyebabkan perlekatan intra dan ekstra selular pada

kapsul dan ligamen. Hal ini menyebabkan kelenturan jaringan menjadi

menurun dan menimbulkan kekakuan. Setiap nyeri yang timbul pada bahu

dapat menjadi titik awal dari kekakuan sendi bahu. Hal ini sering timbul

bila sendi tidak digunakan terutama pada pasien yang apatis dan pasif

atau dengan nilai ambang nyeri yang rendah. Lengan yang imobil akan

menyebabkan stasis vena dan kongesti sekunder dan bersama dengan

vasospastik, anoksia akan menimbulkan reaksi timbunan protein, edema,

eksudasi, dan akhirnya reaksi fibrosis. Fibrosis inilah yang menyebabkan

adhesi antara lapisan bursa subdeltoid, adhesi intra dan ektra artikuler,

kontraktur tendon subskapularis dan bisep, dan perlekatan kapsul sendi.

Frozen shoulder ini juga dapat terjadi akibat reaksi inflamasi pada

sendi yang menyebabkan thrombin dan fibrinogen membentuk protein

(fibrin). Protein ini menyebabkan penjendalan dalam darah dan

membentuk suatu substantsi yang melekat pada sendi. Perlekatan pada

sekitar sendi ini yang menyebabkan perlekatan satu dengan yang lain

sehingga menghambat luas gerak bahu.

Gambar 2.6 Inflamasi pada Frozen Shoulder

Berdasarkan epidemiologinya, frozen shoulder ini biasa terjadi

pada wanita dengan usia 40-60 tahun dimana ligamen kapsul sendi

glenohumeral nya mengalami inflamasi pada bahu yang tidak dominan.

10

Page 11: Referat Rehab. Medik - Frozen Shoulder

Hal ini menyebabkan pelepasan sitokin dan molekul inflamasi lainnya

yang nantinya memicu nociceptor lokal sehingga menimbulkan rasa

nyeri pada bahu. Seiring dengan berjalannya waktu inflamasi tersebut

akan berkurang sehinnga terjadi penyembuhan yang menyebabkan

berkurangnya pelepasan molekul inflamasi sehingga rasa nyeri di bahu

berkurang. Namun, hal ini juga menyebabkan pembentukan jaringan

fibrotik yang berakumulasi di dalam sendi glenohumeral yang

menyebabkan volume ruang di dalam kapsul sendi berkurang sehingga

terjadi kekakuan sendi. Berbulan-bulan kemudian, inflamasi akan berhenti

sehingga tidak ada molekul inflamasi yang dilepas dan semakin banyak

jaringan fibrotik yang terbentuk di dalam ruang sendi glenohumeral

sehingga terjadi penebalan. Kondisi ini bersifat self limiting jadi banyak

kasus dapat kembali normal dimana ruang sendi dan kapsul sendi kembali

pulih secara gradual.

Gambar 2.7 Patofisiologi Frozen Shoulder

11

Page 12: Referat Rehab. Medik - Frozen Shoulder

2.2.5 Tanda dan Gejala Klinis Frozen ShoulderMenurut Kisner (1996), Frozen Shoulder dibagi dalam 3 tahapan,

yaitu :

Pain (Freezing)Ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat.

Onset nyeri pada bahu terjadi secara berangsung-angsur

dan memburuk saat malam hari, terutama bila berbaring

pada sisi yang terkena. Gerak sendi bahu menjadi terbatas

selama 2-3 minggu dan masa akut berakhir sampai 10-36

minggu.

Stiffness (Frozen)Ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan, atau

perlengketan yang nyata. Pasien mengalami kesulitan untuk

melakukan aktivitas sehari-harinya, seperti berpakaian,

menyiapkan makanan, membawa tas, dan bekerja. Terdapat

keterbatasan gerak dari glenohumeral yang diikuti dengan

keterbatasan gerak scapula. Fase ini berakhir dalam 4-12

bulan.

Recovery (Thawing)Pada fase ini tidak ditemukan nyeri dan tidak ada synovitis.

Terdapat perbaikan fungsional secara spontan dan progresif

pada range of movement. Namun, perbaikan sempurna

jarang terjadi. Fase ini berakhir dalam 6-24 bulan atau lebih.

2.2.6 Diagnosis BandingDislokasi Posterior

Nyeri bahu dan keterbatasan gerak tapi tidak seperti pada frozen

shoulder. Dislokasi biasanya disebabkan oleh trauma yang spesifik.

Fraktur

Fraktur lengan, tulang rusuk, bahu akan membatasi gerak bahu.

12

Page 13: Referat Rehab. Medik - Frozen Shoulder

Bursitis

Gejala bursitis mirip dengan adhesive capsulitis fase awal dimana

menunjukkan nyeri hebat pada semua gerakan tetapi ROM lebih

lebar dibandingkan dengan adhesive capsulitis.

Penekanan pada saraf cervical

Syndroma Thoraxic Outlet

Rotator Cuff Disease

Gejala rotator cuff tendinitis mirip dengan adhesive capsulitis fase

awal karena terdapat keterbatasan gerakan rotasi eksternal tapi

hasil tes kekuatan masih dalam batas normal.

2.2.7 DiagnosisDiagnosis frozen shoulder atau capsulitis adhesiva didasarkan

pada riwayat atau keluhan pasien dan pemeriksaan fisiknya.

Anamnesa

Pasien mengeluh adanya nyeri hebat atau keterbatasan lingkup

gerak sendi. Keterbatasan gerak seringkali menganggu aktivitas

sehari-harinya seperti tidak bisa menyisir rambut, memakai baju,

menggosok punggung saat mandi, atau mengambil sesuatu dari

saku belakang celana.

Pemeriksaan fisik

Look: Pada inspeksi, tangan pasien dalam keadaan adduksi dan

rotasi interna. Dapat terlihat disuse atrophy ringan pada otot deltoid

dan suprasinatus. Postural seringkali posisi kepala maju ke depan,

scapula protraksi, dan kifosis thoracic berlebihan.

Feel: Pada palpasi, terdapat nyeri difus pada sendi glenohumeral.

Move: Pada frozen shoulder terjadi penurunan kemampuan rotasi

eksterna yang hampir sepenuhnya dan merupakan tanda

13

Page 14: Referat Rehab. Medik - Frozen Shoulder

pathognomonic. Sehingga memeriksa kemampuan rotasi eksterna

baik secara aktif maupun pasif sangatlah penting. Misalnya, bila

rotasi eksterna dapat dengan mudah dilakukan dengan bantuan

pemeriksa, maka diagnosis akan lebih mengarah ke robekan

rotator cuff, yang tentunya membutuhkan management yang

sepenuhnya berbeda. Pada frozen shoulder, semua gerakan pada

sendi glenohumeral akan menurun dan bila ada gerakan biasanya

berasal dari persendian thoracoscapular.

Tes Spesifik

“Apley Scratch Test” merupakan tes tercepat untuk mengevaluasi

luas gerak sendi aktif pasien. Pasien diminta menggaruk daerah

angulus medialis scapula dengan tangan sisi kontralateral melewati

belakang kepala. Pasien dengan frozen shoulder tidak bisa

melakukan gerakan ini. Bila sendi dapat bergerak penuh secara

pasif tapi terbatas gerakannya secara aktif maka kemungkingan

keterbatasan disebabkan karena kelemahan otot bahu.

Gambar 2.8 Apley Scratch Test

14

Page 15: Referat Rehab. Medik - Frozen Shoulder

2.2.8 PenatalaksanaanFrozen shoulder bersifat self limiting akan tetapi penurunan ROM

mungkin tidak akan kembali pulih seutuhnya. Waktu yang dibutuhkan agar

frozen shoulder membaik dengan sendirinya juga cukup lama (sekitar 3

tahun). Sehingga dengan terapi yang tepat seperti pemberian anti nyeri

serta terapi fisik dan rehabilitasi dapat menurunkan angka komplikasi

maupun mempercepat penyembuhan serta meningkatkan ROM.

Analgesik biasa sering digunakan untuk meringankan nyeri.

Oral Anti-Inflamasi juga diberikan untuk meringankan nyeri

dan mengurangi reaksi inflamasi. Kebanyakan lebih memilih

injeksi steroid intra-artikular (seperti cortisone) yang diikuti

dengan analgesic local dan gerakan aktif pada stage

freezing dari frozen shoulder. Pengobatan lain meliputi

penggunaan obat non steroidal anti-infamation drug (NSAID) seperti ibuprofen atau aspirin.

Terapi fisik dan rehabilitasi medik yang spesifik dapat

membantu memulihkan ROM. Terapi fisik yang dilakukan

dapat dengan pengawasan dokter maupun home program.

Terapi fisik di sini meliputi mobilisasi, friction massage,

dan terapi modalitas (TENS, Terapi Laser, Ultrasound).

Pada kasus persisten, manipulasi di bawah anestesi atau

operasi diperlukan untuk mengembalikan gerak bahu.

Namun, hal yang paling mendasar dan penting dalam

menangani frozen shoulder ini adalah terapi gerakan atau

movement, terutama stretching.

Manipulasi manual pada bahu yang terkena harus

dilakukan oleh praktisi yang terampil. Tujuannya adalah

untuk membebaskan adhesi atau perlekatan secara manual

dan untuk mengembalikan gerak. Namun, manipulasi ini

beresiko dapat merobek kapsul sendi bahu sehingga dapat

menyebabkan gangguan struktur internal ataupun

pendarahan. Praktisi secara manual memindahkan bahu

15

Page 16: Referat Rehab. Medik - Frozen Shoulder

dengan kuat yang akan membuka sendi dan menempatkan

tekanan pada tempat adhesi dan kontraktur.

Gambar 2.9 Manipulasi Bahu

Pada manipulasi di bawah anestesi, pasien dibius untuk

mengurangi rasa nyeri dan ketahanan otot. Dokter bedah

orthopedic memanipulasi bahu untuk membebaskan

perlekatan. Manipulasi ini akan meregangkan dan merobek

jaringan fibrotic di dalam dan sekitar sendi glenohumeral

sehingga memperlebar luas gerak sendi. Terapi fisik intensif

dilakukan untuk beberapa minggu untuk mencegah adanya

perlengketan yang baru.

Gambar 2.10 Manipulasi di Bawah Anestesia

16

Page 17: Referat Rehab. Medik - Frozen Shoulder

Operasi dilakukan apabila manipulasi gagal melepaskan

kapsul yang mengalami perlekatan, yang mana sering terjadi

pada pasien yang mengidap DM. Pembebasan sendi dengan arthroscopy belakangan ini mulai dipromosikan

untuk menghasilkan pelepasan sendi yang lebih terkontrol

dibandingkan dengan manipulasi di bawah anestesi.

Arthroscopy juga dapat menghindari komplikasi yang dapat

terjadi dengan teknik manipulasi seperti fraktur humerus

maupun lesi bahu intra-artikular yang bersifat iatrogenik.

2.2.9 Terapi LatihanLatihan spesifik dapat membantuk mengembalikan gerakan. Hal ini

dilakukan di bawah pengawasan terapis fisik atau lewat home program.

Terapi termasuk stretching atau latihan ROM untuh bahu. Kadang panas

digunakan untuk meregangkan bahu sebelum latihan stretching. Berikut

ini adalah beberapa tipe terapi latihan :

Rotasi External (passive stretch)

Penderita berdiri di depan pintu dan menekuk lengan yang terkena 90

derajat untuk meraih pinggir pintu. Letakkan tangan pada satu tempat

dan putar tubuh seperti pada gambar 2.11 lalu tahan 30 detik.

Relaksasi dan ulangi gerakan tersebut.

Gambar 2.11 Rotasi External

17

Page 18: Referat Rehab. Medik - Frozen Shoulder

Forward Flexion (posisi supinasi)

Penderita berbaring dengan punggung di bawah dan kedua kaki lurus.

Gunakan lengan yang normal untuk mengangkat lengan yang terkena

sampai ke atas kepala sampai merasakan adanya peregangan. Tahan

selama 15 detik dan secara perlahan kembali ke posisi semula.

Gambar 2.12 Forward Flexion

Crossover Arm Stretch

Penderita menarik satu lengan berlawanan ke arah dada di bawah

dagu sejauh mungkin tanpa menyebabkan nyeri. Tahan selama 30

detik.

Gambar 2.13 Crossover Arm Stretch

18

Page 19: Referat Rehab. Medik - Frozen Shoulder

Bahu Pendulum (Pendulum Shoulder)

Penderita menggunakan berat lengannya tanpa menambahkan beban,

secara bertahap menggunakan dumbbells ringan. Lengan yang terkena

mengikuti gerak tubuh. Jaga punggung lurus dan kaki selebar bahu.

Gunakan gerakan tubuh untuk membuat gerakan bahu dan goyangkan

tubuh. Latihan ini dimulai dengan lingkaran kecil secara bertahap

menjadi lingkaran besar.

Gambar 2.14 Pendulum Shoulder

Rotasi Internal

Penderita berbaring miring di salah satu sisi, dengan sisi bahu yang

mengalami frozen shoulder di bawah. Bila posisi ini menyebabkan

nyeri, latihan harus dihentikan. Bila merasa tidak nyaman, dilanjutkan

dengan hati-hati. Bahu frozen shoulder diabduksikan dan rata terhadap

lantai. Siku dibengkokkan 90 derajat sehingga tegak lurus ke lantai.

Tangan yang normal ditempatkan pada lengan frozen shoulder dan

memberikan tekanan ke bawah dengan gentle lalu secara perlahan

memaksa lengan bawah ke lantai. Tahan posisi selama 10-30 detik.

19

Page 20: Referat Rehab. Medik - Frozen Shoulder

Gambar 2.15 Rotasi Internal

Fleksi Bahu (Elevasi)

Penderita menggeser lengan frozen shoulder ke atas dinding

dengan menggulirkan bola di tangan terbuka sampai regangan

nyaman dirasakan, Bila lengan frozen shoulder tidak dapat aktif

bergerak maka dapat dibantu dengan lengan yang normal. Tahan

selama 10 detik dan ulangi.

Gambar 2.16 Fleksi Bahu

20

Page 21: Referat Rehab. Medik - Frozen Shoulder

Gambar 2.17 Stretching Exercise pada Frozen Shoulder

2.2.10 KomplikasiKomplikasi yang paling sering terjadi pada capsulitis adhesiva ini

adalah terjadinya sisa-sisa kekakuan atau nyeri. Selain itu, juga dapat

terjadi fraktur humerus, ruptur tendon biceps, dan ruptur tendon

subscapularis akibat dari manipulasi bahu. Penanganan yang tidak tepat

akan menimbulkan terjadinya penurunan kekuatan otot bahu, deformitas

pada sendi bahu, dan gangguan aktivitas sehari-harinya.

2.2.11 PrognosisPrognosis pasien dengan frozen shoulder ini bervariasi, tergantung

pada respon terhadap terapi fisik, latihan dan terapi yang dilakukan.

Kebanyakan pasien mengalami sisa-sisa nyeri dan kekakuan bahu

setelah terapi.

21

Page 22: Referat Rehab. Medik - Frozen Shoulder

DAFTAR PUSTAKA

American Association Orthopaedic Surgeon, 2011, Frozen Shoulder,http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00071

Dias R, Cutts S, Massoud S, 2005, Frozen Shoulder, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1315655/.

Moore Keith L, 2007, Essential Clinical Anatomy, 3rd edition, Lippincott William & Wilkins.

Nauzal, Faza. Frozen Shoulder. Universitas Sriwijaya.http://www.academia.edu/8869945/Tinjauan_pustaka_Frozen_Shoulder

Roy, Andre, 2010, Adhesive Capsulitis in Physical Medicine and Rehabilitation, http://emedicine.medscape.com.

Silvia. 2012. Frozen Shoulder,https://silviaphysio.wordpress.com/2012/10/21/frozen-shoulder/

Snell Richard S, 2012, Clinical Anatomy By Regions, 9th edition, Lippincott William & Wilkins.

Wadsworth, Carolyn. T. Frozen Shoulder. Journal of the American Physical Therapy Association. 1986.

22