28
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Darah dan komponennya Unsur seluler dari darah adalah sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit yang tersuspensi di dalam plasma. Volume darah total yang beredar dalam keadaan normal sekitar 8% dan berat badan (5600 mL pada pria 70 kg). sekitar 55% dan volume tersebut adalah plasma 1 . 1.1.1. sel-sel darah merah Fungsi utama dari sel-sel darah merah, yang juga dikenal sebagai eritrosit, adalah mengangkut hemoglobin, dan seterusnya mengangkut oksigen dan paru- paru ke jaringan. Sel darah merah normal berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter kira-kira 7,8 mikrometer dan dengan ketebalan pada bagian yang paling tebal 2,5 mikrometer dan pada bagian tengah 1 mikrometer atau kurang. Volume rata-rata eritrosit adalah 90 - 95 mikrometer kubik. Konsentrasi sel darah merah dalam darah pada pria normal per millimeter kubik adalah 5.200.000 (± 300.000) dan pada wanita normal 4.700.000 (± 300.000) 2 . 1

referat transfusi darah pada pasien cedera kepala

Embed Size (px)

DESCRIPTION

transfusi darah pada pasien cedera kepala

Citation preview

Page 1: referat transfusi darah pada pasien cedera kepala

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Darah dan komponennya

Unsur seluler dari darah adalah sel darah merah, sel darah putih, dan

trombosit yang tersuspensi di dalam plasma. Volume darah total yang beredar

dalam keadaan normal sekitar 8% dan berat badan (5600 mL pada pria 70 kg).

sekitar 55% dan volume tersebut adalah plasma1.

1.1.1. sel-sel darah merah

Fungsi utama dari sel-sel darah merah, yang juga dikenal sebagai eritrosit,

adalah mengangkut hemoglobin, dan seterusnya mengangkut oksigen dan paru-

paru ke jaringan. Sel darah merah normal berbentuk lempeng bikonkaf dengan

diameter kira-kira 7,8 mikrometer dan dengan ketebalan pada bagian yang paling

tebal 2,5 mikrometer dan pada bagian tengah 1 mikrometer atau kurang. Volume

rata-rata eritrosit adalah 90 - 95 mikrometer kubik. Konsentrasi sel darah merah

dalam darah pada pria normal per millimeter kubik adalah 5.200.000 (± 300.000)

dan pada wanita normal 4.700.000 (± 300.000)2.

1.1.2. Sel darah putih

Ada enam macam sel darah putih yang secara normal ditemukan dalam

darah. Keenam sel tersebut adalah netrofil polimorfonuklir, eoslnofil

polimorfonuklir, basofil polimorfonuklir, monosit, limfosit, dan kadang-kadang

sel plasma. Konsentrasi bermacam-macam sel darah putih dalam darah pada

manusia dewasa dapat dijumpai sekitar 7000 sel darah putih per mikkroliter darah.

Persentase normal dan sel darah putih kira-kira sebagai berikut:

Netrofil polimorfonuklir 62,0 %

Eosinofil polimorfonuklir 2,3 %

Basofil polimorfonuklir 0,4 %

1

Page 2: referat transfusi darah pada pasien cedera kepala

Monosit 5,3 %

Limfosit 30,0 %

Jumlah trombosit, yang hanya merupakan fragmen-fragmen sel dalam

keadaan normal jumlahnya kira-kira 300.000 per mikroliter darah2.

1.2. Cedera Kepala

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan

lalu lintas. Di samping penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi

korban ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat sangat

menentukan penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya.

Tindakan resusitasi, anamnesis dan pemeriksaan fisis umum serta neurologis

harus dilakukan secara serentak. Pendekatan yang sistematis dapat mengurangi

kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital. Tingkat keparahan cedera kepala,

menjadi ringan segera ditentukan saat pasien tiba di rumah sakit3.

1.2.1. Definisi

Cedera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau

penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan

(accelerasi - decelerasi ) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh

perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta

notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat

perputaran pada tindakan pencegahan4

1.2.2. Patofisiologi

Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa

dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya

melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi

kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan

fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar

metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan

2

Page 3: referat transfusi darah pada pasien cedera kepala

koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dan seluruh kebutuhan glukosa tubuh,

sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala

permulaan disfungsi cerebral5.

Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan

oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi

pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi

penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan

asidosis metabolik. Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 -

60 mli/ menit/ 100 gr. jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output5.

Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas

atypicalmyocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan

otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia,

fibrilasi atrium dan vebtrikel, takikardia5.

Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler,

dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan

berkontraksi . Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh

darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar5

Cedera kepala menurut patofisiologi dibagi menjadi dua:

1. CEDERA KEPALA PRIMER

cedera yang terjadi saat atau bersamaan dengan kejadian trauma, dan

merupakan suatu fenomena mekanik. Umumnya menimbulkan lesi permanen.

Tidak banyak yang bisa kita lakukan kecuali membuat fungsi stabil, sehingga sel-

sel yang sedang sakit bisa mengalami proses penyembuhan yang optimal6.

Pada cedera primer dapat terjadi5:

1. Gegar kepala ringan

2. Memar otak

3. Laserasi

3

Page 4: referat transfusi darah pada pasien cedera kepala

2. CEDERA KEPALA SEKUNDER

Cedera kepala sekurider merupakan hasil dan proses yang berkelanjutan

(on going process) sesudah atau berkaitan dengan cedera primer dan lebih

merupakan fenomena metabolik6

Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti5:

1. Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti

2. Hipotensi sistemik

3. Hipoksia

4. Hiperkapnea

5. Udema otak

6. Komplikasi pernapasan

4

Page 5: referat transfusi darah pada pasien cedera kepala

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Transfusi Darah

Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis

darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah

berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar

disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel

darah merah7

Transfusi darah adalah suatu pengobatan yang bertujuan menggantikan

atau menambah komponen darah yang hilang atau terdapat dalam jumlah yang

tidak mencukupi. Tentu saja transfusi darah hanya merupakan pengobatan

simptomatik karena darah atau komponen darah yang ditransffusikan hanya dapat

mengisi kebutuhan tubuh tersebut untuk jangka waktu tertentu tergantung pada

umur fisiologi komponen yang ditransfusikan; walaupun umur eritrosit adalah 120

hari namun bila ditransfusikan pada orang lain maka kemampuan transfusi tadi

mempertahankan kadar hemoglobin dalam tubuh resipien hanya rata-rata satu

bulan8.

Dua pertiga dan semua transfusi sel darah merah dilakukan pada masa

perioperatif dan kebanyakan diberikan di kamar operasi. Bahkan untuk keperluan

menjaga proses homeostasis pada saat operasi kadang diperlukan transfusi

trombosit dan komponen plasma. Transfusi komponen-komponen darah ini telah

terbukti dapat memperbaiki keadaan pasien, misalnya meningkatkan oksigenasi

jaringan, dan mengurangi pendarahan yang terjadi. Itulah sebabnya sehingga

pengetahuan tentang transfusi darah sangat penting bagi seorang ahli anestesi9.

Transfusi darah harus dilakukan dengan indikasi yang jelas. Karena pada

saat ini komplikasi yang paling ditakutkan akibat transfusi darah adalah penularan

penyakit. Diantaranya hepatitis non-A, non-B (HCV) sebagai komplikasi

terbanyak akibat transfusi, HTLV-I (human T-cell leukemia/ virus limfoma tipe I

5

Page 6: referat transfusi darah pada pasien cedera kepala

dan CMV (sitomegalovirus) sampai infeksi yang paling ditakuti yang disebabkan

oleh human imunodefisiensi virus (HIV)9.

Berdasarkan sistem antigen telah dikenal lebih dari 20 golongan darah.

Untuk kepentingan klinik hanya dikenal dua sistem penggolongan darah yaitu

sistem ABO dan sistem Rh. Sebagian besar pasien mempunyai sistem Rh+ (85%)

dan sisanya (15%) sistem Rh-. Jenis golongan darah dan kekerapannya dapat

dilihat pada tabel berikut9:

Jenis Golonan Darah ABOJenis Antibodi KeteranganGolongan AGolongan BGolongan ABGolongan O

Anti BAnti A-Anti A, Anti B

45 % 8 % 4 % resipien universal43 % donor universal

2.2. Tujuan Transfusi darah10

Memelihara dan mempertahankan kesehatan donor.

Memelihara keadaan biologis darah atau komponen komponennya agar

tetap bermanfaat.

Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada

peredaran darah (stabilitas peredaran darah).

Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah.

Meningkatkan oksigenasi jaringan.

Memperbaiki fungsi Hemostatis.

Tindakan terapi kasus tertentu.

2.3. Indikasi Transfusi Darah

Dalam pedoman WHO (Sibinga, 1995) disebutkan:

1. Transfusi tidak boleh diberikan tanpa indikasi kuat.

2. Transfusi hanya diberikan berupa komponen darah pengganti yang hilang/

kurang.

6

Page 7: referat transfusi darah pada pasien cedera kepala

Berdasarkan pada tujuan di atas, maka saat ini transfusi darah cenderung

memakai komponen darah disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya kebutuhan

akan sel darah merah, granulosit, trombosit, dan plasma darah yang mengandung

protein dan faktor-faktor pembekuan. Diperlukan pedoman dalam pemberian

komponen-komponen darah untuk pasien yang memerlukannya, sehingga efek

samping transfusi dapat diturunkan seminimal mungkin.

Lansteiner, perintis transfusi mengatakan “Transfusi darah tidak boleh

diberikan,kecuali manfaatnya melebihi resikonya”. Pada anemia, transfusi baru

layak diberikan jika pasien menunjukkan tanda “Oxigen Need” yaitu rasa sesak,

mata berkunang, berdebar (palpitasi), pusing, gelisah atau Hb <6 gr/dl.

Pemberian sel darah merah, sering digunakan apabila kadar Hb kurang dan

6 gr%, dan hampir tidak diperlukan bila Hb lebih dari 10 gr% dan kalau kadar Hb

antara 6-1 Ogr%, maka transfusi sel darah merah atas indikasi keadaan oksigenasi

pasien. Perlu diingat bahwa kadar Hb bukanlah satu-satunya parameter, tetapi

harus diperhatikan pula faktor-faktor fisiologi dan resiko pembedahan yang

mempengaruhi oksigenasi pasien tersebut.

Kehilangan sampai 30% EBV umumnya dapat diatasi dengan cairan

elektrolit saja. Kehilangan lebih daripada itu, setelah diberi cairan elektrolit perlu

dilanjutkan dengan transfusi jika Hb<8 gr/dl.

Habibi dkk memberikan petunjuk bahwa dengan pemberian satu unit PRC

akan meningkatkan hematokrit 3-7%.

Indikasinya adalah:

1. Kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dan 1000 ml.

2. Hemoglobin <8 gr/dl.

3. Hemoglobin <10 gr/dl dengan penyakit-penyakit utama : (misalnya empisema,

atau penyakit jantung iskemik)

4. Hemoglobin <10 gr/dl dengan darah autolog.

5. Hemoglobin <12 gr/dl dan tergantung pada ventilator.

7

Page 8: referat transfusi darah pada pasien cedera kepala

Dapat disebutkan bahwa:

Hb sekitar 5 adalah CRITICAL

Hb sekitar 8 adalah TOLERABLE

Hb sekitar 10 adalah OPTIMAL

Transfusi mulai diberikan pada saat Hb CRITICAL dan dihentikan setelah

mancapai batas TOLERABLE atau OPTIMAL.

2.4. Rumus Kebutuhan Transfusi Darah112

Keterangan:

Hb normal = Hb yang diharapkan atau Hb normal

Hb pasien = Hb pasien saat ini

Jenis darah = darah yang dibutuhkan

= PRC dikalikan 3

= WB dikalikan 6

2.5. Macam Transfusi Darah pada Cedera Kepala10

1. Darah Lengkap/ Whole Blood (WB)

Diberikan pada penderita yang mengalami perdarahan aktif yang

kehilangan darah lebih dari 25 %.

2. Darah Komponen

Sel Darah Merah (SDM):

Sel Darah Merah Pekat Diberikan pada kasus kehilangan darah

yang tidak terlalu berat, transfusi darah pra operatif atau anemia

kronik dimana volume plasmanya normal.

Sel Darah Merah Pekat Cuci Untuk penderita yang alergi terhadap

protein plasma. Sel Darah Merah Miskin Leukosit : Untuk

penderita yang tergantung pada transfusi darah.

8

Hb normal-Hb Pasien x BB x jenis darah

Page 9: referat transfusi darah pada pasien cedera kepala

Sel Darah Merah Pekat Beku yang Dicuci : Diberikan untuk

penderita yang mempunyai antibodi terhadap sel darah merah yang

menetap.

Sel Darah Merah Diradiasi : Untuk penderita transplantasi organ

atau sumsum tulang.

LEUKOSIT/ GRANULOSIT KONSENTRAT : Diberikan pada

penderita yang jumlah leukositnya turun berat, infeksi yang tidak

membaik/ berat yang tidak sembuh dengan pemberian Antibiotik,

kualitas Leukosit menurun.

TROMBOSIT : Diberikan pada penderita yang mengalami gangguan

jumlah atau fungsi trombosit.

PLASMA dan PRODUKSI PLASMA Untuk mengganti faktor

pembekuan, penggantian cairan yang hilang.

Contoh : Plasma Segar Beku untuk pmderita Hemofili.Krio Presipitat

untuk penderita Hemofili dan Von Willebrand

2.6. Teknik transfusi darah13

Sebelum ditransfusikan, periksa sekali lagi sifat dan jenis darah serta

kecocokan antara darah donor dan penderita. Penderita dipersiapkan dengan

pemasangan infus dengan jarum besar #16-18. Jarum yang terlalu kecil dapat

menyebabkan hemolisis.

Transfusi dilakukan dengan transfusi set yang memiliki saringan untuk

menghalangi bekuan fibrin dan partikel debris lainnya. Transfusi set baku

memiliki saringan dan ukuran pori- pori 170 mikron. Pada keadaan normal,

sebuah transfusi set dapat digunakan untuk 2 sampai 4 unit darah.

Vena terbaik untuk kanulasi darah adalah vena pada bagian dorsal tangan

dan pada lengan atas. Dalam keadaan darurat dapat dilakukan venaseksi untuk

menjamin kelancaran dan kecepatan transfusi.

Waktu mengambil darah dari lemari es, perhatikan plasmanya. Jika ada

tanda-tanda hemolisis (warna coklat hitam, keruh) jangan diberikan. Darah yang

belum akan ditransfusikan harus tetap di dalam lemari es.

9

Page 10: referat transfusi darah pada pasien cedera kepala

Sebelum transfusi, diberikan terlebih dahulu 50-100 ml NaCI fisioiogik.

Jangan menggunakan larutan lain karena dapat merugikan. Larutan dekstrose dan

larutan garam hipotonik dapat meriyebabkan hemolisis. Ringer laktat atau larutan

lain yang mengandung kalsium akan menyebabkan koagulasi. Jangan

menambahkan obat apapun ke dalam darah yang ditransfusikan. Obat-obatan

memiliki pH yang berbeda sehingga dapat menyebabkan hemolisis, lagipula bila

terjadi reaksi transfusi akan sulit untuk menentukan apakah hal itu terjadi akibat

obat atau akibat darah yang ditransfusikan.

Jika sejumlah besar darah akan ditransfusikan dalam waktu yang singkat,

maka dibutuhkan darah hangat, karena darah yang dingin akan mengakibatkan

aritmia ventrikel bahkan kematian. Menghangatkan darah dengan air hangat

hendaknya pada suhu 37-39°C. Karena bila lebih 40°C, eritrosit akan rusak. Pada

100 ml pertama pemberian darah lengkap hendaknya ditetiti dengan hati-hati dan

diberikan perlahan-tahan untuk kemungkinan deteksi dini reaksi transfusi.

Transfusi set mengalirkan darah 1 ml dalam 20 tetes. Laju tercepat yang

bisa tercapai adalah 60 ml permenit. Laju transfusi tergantung pada status

kardiopulmoner resipien. Jika status kardiopulmoner normal, maka dapat

diberikan 10-15 ml/kgBB dalam waktu 2-4 jam. Jika tidak ada hemovolemia

maka batas aman transfusi adalah 1 ml/kgBB/jam (1 unit kurang lebih 3 jam) atau

1000 ml dalam 24 jam. Tetapi jika terdapat gagal jantung yang mengancam maka

tidak boleh ditransfusikan melebihi 2 ml/kgBB/jam . Karena darah adalah

medium kultur yang ideal untuk bakteri, sebaiknya transfusi satu unit darah tidak

boleh melewati 5 jam karena meningkatnya resiko proliferasi bakteri.

Kasus-kasus dengan pendarahan yang hebat kadang-kadang dibutuhkan

transfusi yang cepat sampai 6-7 bag dalam setengah jam. Setelah sirkulasi tampak

membaik dikurangi hingga 1 bag tiap 15 menit.

Tidak dianjurkan memberi obat antihistamin , antipiretika, atau diuretika

secara rutin sebelum transfusi untuk mencegah reaksi. Reaksi panas pada dasarnya

adalah tanda bahaya bahwa sedang terjadi reaksi transfusi. Diuretika hanya

10

Page 11: referat transfusi darah pada pasien cedera kepala

diperlukan pada pasien anemia kronis yang perlu transfusi sampai 20 ml/kgBB

dalam 24 jam.

Cara-cara Meningkatkan Kecepatan Transfusi:

1. Letakkan botol darah setinggi mungkin. Peningkatan 2 kali menyebabkan

kecepatan transfusi meningkat 2 kali pula.

2. Pergunakan jarum atau kanula sebesar mungkin.

3. Dengan memompakan darah meningkatkan tekanan udara dalam botol.

4. Dengan memompakan darah-darah yang berada di dalam kateter bawah.

Refjevuska

2.7. Transfusi sangat darurat14

Bagi pasien dengan pendarahan hebat, waktu yang diperlukan untuk uji

silang lengkap terlalu lama atau tidak tersedia darah dengan golongan yang sama.

Pilihan yang dapat diberikan adalah PRC golongan O tanpa uji silang (donor

universal). Jika PRC O tidak ada, untuk resipien AB dapat diberikan golongan A

atau B. Pasien bukan golongan O yang sudah mendapat transfusi O sebanyak> 4

unit, jika perlu transfusi lagi dalam jangka 2 minggu, masih harus tetap diberi

golongan O, kecuali telah dibuktikan bahwa titer anti A dan anti-B nya telah turun

<1/200. Berbeda dengan di Barat, hampir seluruh populasi Indonesia Rhesus (+)

maka semua unit O dapat digunakan.

2.8. Komplikasi Transfusi Darah15

Untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya reaksi selama transfusi,

dilakukan beberapa tindakan pencegahan. Setelah diperiksa ulang bahwa darah

yang akan diberikan memang ditujukan untuk resipien yang akan menerima darah

tersebut, petugas secara perlahan memberikan darah kepada resipien, biasanya

selama 2 jam atau lebih untuk setiap unit darah.

Karena sebagian besar reaksi ketidakcocokan terjadi dalam 15 menit

pertama, , maka pada awal prosedur, resipien harus diawasi secara ketat. Setelah

11

Page 12: referat transfusi darah pada pasien cedera kepala

itu, petugas dapat memeriksa setiap 30- 45 menit dan jika terjadi reaksi

ketidakcocokan, maka transfusi harus dihentikan. ref medica store

Pada umumnya komplikasi transfusi mi dibagi menjadi:

1. REAKS1 IMUNOLOG1

a. Reaksi Transfusi Hemolitik

Reaksi transfusi hemolitik merupakan reaksi yang jarang terjadi tetapi

serius dan terdapat pada satu diantara dua puluh ribu penderita yang

mendapat transfuse.

1. Lisis sel darah donor oleh antibodi resipien.

Hal ini bisa terjadi dengan cara:

a. Reaksi transfusi hemolitik segera

b. Reaksi transfusi hemolitik lambat.

2. Lisis sel resipien oleh antibodi darah transfusi secara masif.

Reaksi ini sering terjadi akibat kesalahan manusia sebagai pelaksana,

misalnya salah memasang label atau membaca label pada botol darah.

Tanda-tanda reaksi hemolitik lain ialah menggigil, panas, kemerahan pada

muka, bendungan vena leher , nyeri kepala, nyeri dada, mual, muntah, nafas cepat

dan dangkal, takhikardi, hipotensi, hemoglobinuri, oliguri, perdarahan yang tidak

bisa diterangkan asalnya, dan ikterus. Pada penderita yang teranestesi hal ini sukar

untuk dideteksi dan memerlukan perhatian khusus dari ahli anestesi, ahli bedah

dan lain-lain.

Tanda-tanda yang dapat dikenal ialah takhikardi, hemogiobinuri,

hipotensi, perdarahan yang tiba-tiba meningkat, selanjutnya terjadi ikterus dan

oliguri.

Diagnosis dapat ditegakkan dengan adanya hemoglobinuri dan

hemoglobinuri. Urine menjadi coklat kehitaman sampai hitam dan mungkin berisi

hemoglobin dan butir darah merah. Terapi reaksi transfusi hemolitik pemberian

12

Page 13: referat transfusi darah pada pasien cedera kepala

cairan intravena dan diuretika. Cairan digunakan untuk mempertahankan jumlah

urine yang keluar.

Diuretika yang digunakan ialah:

a. Manitol 25 %, sebanyak 25 gr diberikan secara intravena kemudian diikuti

pemberian 40 mEq Natrium bikarbonat.

b. Furosemid

Bila terjadi hipotensi penderita dapat diberi larutan Ringer laktat, albumin

dan darah yang cocok. Bila volume darah sudah mencapai normal penderita dapat

diberi vasopressor. Selain itu penderita perlu diberi oksigen.

Bila terjadi anuria yang menetap perlu tindakan dialisis.

Cara menghindari reaksi transfusi:

Untuk mengerjakan ini perlu dilakukan:

a. Tes darah, untuk melihat cocok tidaknya darah donor dan resipien.

b. Memilih tips dan saringan yang tepat.

c. Pada transfusi darurat:

Banyak situasi terjadi dimana kebutuhan darah sangat mendesak sebelum

dilakukan pemeriksaan cocok tidaknya darah secara lengkap. Dalam situasi

demikian tidak perlu dilakukan pemeriksaan secara lengkap, dan jalan singkat

untuk melakukan tes bisa dikerjakan sebagai berikut:

1. Type-Specific, Partially Crossmatched Blood

Bila kita menggunakan darah “un-crossmatched”, maka paling sedikit harus

diperoleh tipe ABO-Rh dan sebagian “crossmatched”.

2. Tipe-Specific, Uncrossmatched Blood.

13

Page 14: referat transfusi darah pada pasien cedera kepala

Untuk penggunaan tipe darah yang tepat maka tipe ABO-Rh harus sudah

ditentukan selama penderita dalam perjalanan ke rumah sakit.

3. O Rh-Negatif (Universal donor) Uncrossmatched Blood

Golongan darah O kekurangan antigen A dan B, akibatnya tidak dapat dihemolisis

baik oleh anti A ataupun anti B yang ada pada resipien. Oleh sebab itu golongan

darah O kita sebut sebagai donor universal dan dapat digunakan pada situasi yang

gawat bila tidak memungkinkan untuk melakukan penggolongan darah atau

“crossmatched”. Tetapi bagaimanapun juga pemberian darah golongan inipun

bukan tanpa resiko.

b. Reaksi transfusi Nonhemolitik

1. Reaksi transfusi “febrile”

Tanda-tandanya adalah sebagai berikut:

Menggigil

Panas

nyeri kepala,

nyeri otot

mual

batuk yang tidak produktif.

2. Reaksi alergi

a. “Anaphylactoid”

Keadaan ini terjadi bila terdapat protein asing pada darah transfusi.

b. Urtikaria, paling sering terjadi dan penderita merasa gatal-gatal.

Biasanya muka penderita sembab.

Terapi yang perlu diberikan ialah antihistamin, dan transfusi harus

diberhentikan. Alergi yang berat jarang terjadi dan ini kita sebut reaksi anafilaksis,

14

Page 15: referat transfusi darah pada pasien cedera kepala

dengan tanda-tanda sebagai berikut : sesak nafas, hipotensi, edema larings, nyeri

dada, dan shok. Reaksi anafilaksis ini disebabkan karena transfusi IgA kepada

penderita yang kekurangan IgA dan telah terbentuk anti IgA. Tipe reaksi ini tidak

termasuk tipe kerusakan sel darah merah, kejadiannya sangat cepat dan biasanya

terjadi sesudah mendapat transfusi darah atau plasma hanya beberapa ml.

Penderita yang menunjukkan tanda-tanda reaksi anafilaksis bila perlu mendapat

darah, harus diberi sel darah merah yang telah dibersihkan dan semua sisa donor

IgA, atau dengan darah yang sedikit mengandung protein IgA

II. REAKASI NON IMUNOLOGI

A. Reaksi transfusi “Pseudohemolytic”

Termasuk disini ialah lisis terhadap sel darah merah tanpa reaksi antigen-

antibodi. Hemolisis ini dapat terjadi akibat obat, macam-macam keadaan

penyakit, trauma mekanik, penggunaan cairan dextrosa hipotonis, panas yang

berlebihan dan kontaminasi bakteri.

B. Reaksi yang disebabkan oleh volume yang berlebihan.

C. Reaksi karena darah transfusi terkontaminasi

D. Virus hepatitis.

Risiko terkena hepatitis sesudah transfusi merupakan keadaan klinik yang

penting. Tes untuk HBV (Hepatitis B Virus), penyaringan untuk Non-A dan Non-

B juga bisa mengurangi risiko terkena transmisi penyakit tersebut.

E. Lain-lain penyakit yang terlibat pada terapi transfusi misalnya malaria, sifilis,

virus CMG dan virus Epstein-Barr parasit serta bakteri.

F. AIDS.

2.9. Penanggulangan Reaksi Transfusi16

1. Stop transfuse

15

Page 16: referat transfusi darah pada pasien cedera kepala

2. Naikkan tekanan darah dengan koloid, kristaloid, jika perlu tambahan

vasokonstriktor, inotropik.

3. Berikan oksigen 100%

4. Diuretik manitol 50 mg atau furosemid 10-20 mg.

5. Antihistamin.

6. Steroid dosis tinggi.

7. Jika perlu exchange transfusion

8. Periksa analisa gas dan pH darah.

16

Page 17: referat transfusi darah pada pasien cedera kepala

BAB III

KESIMPULAN

1. Transfusi darah adalah suatu pengobatan yang bertujuan menggantikan atau

menambah komponen darah yang hilang atau terdapat dalamjumlah yang tidak

mencukup

2. Pemberian sel darah merah, sering digunakan apabila kadar Hb kurang dan 6

gr%, dan hampir tidak diperlukan bila Hb lebih dari 10 gr% dan kalau kadar

Hb antara 6-10 gr%, maka transfusi sel darah merah atas indikasi keadaan

oksigenasi pasien

3. Rumus Kebutuhan Transfusi Darah

Pemberian transfusi darah yang mengalami perdarahan aktif yang kehilangan

darah lebih dari 25% pada cedera kepala sering menggunakan darah lengkap/

Whole Blood (WB).

4. Vena terbaik untuk kanulasi darah adalah vena pada bagian dorsal tangan dan

pada lengan atas. Dalam keadaan darurat dapat dilakukan venaseksi untuk

menjamin kelancaran dan kecepatan transfusi.

5. Tidak dianjurkan memberi obat antthistamin , antipiretika, atau diuretika

secara rutin sebelum transfusi untuk mencegah reaksi

6. Reaksi yang paling sering terjadi adalah demam dan reaksi alergi

(hipersensitivitas), yang terjadi sekitar 1-2% pada setiap transfusi.

Gejalanya berupa :

Gatal-gatal Kemerahan Pembengkakan Pusing Demam Sakit kepala

Gejala yang terjadi adalah kesulitan pernafasan, bunyi mengi dan kejang otot.

Yang lebih jarang lagi adalah reaksi alergi yang cukup berat.

17

Hb normal – Hb Pasien x BB x Jenis darah

Page 18: referat transfusi darah pada pasien cedera kepala

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Ganong, .W, 2002. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN,

Jakarta : EGC

2. Guyton & Hall, 2002. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN,

Jakarta : EGC

3. Anonimous, 2009. Trauma Kapitis. Available HYPERLINK online at

http://dokmud.wordpress.com/2009/10/23/trauma-kapitis/. Diakses

tanggal 6 April 2010.

4. Yayanakhar, 2008. Cedera KEpala ( head injury ). Available

HYPERLINK online at

http://yayanakhar.wordpress.com/2008/04/25/cedera-kepala-head-

injury/. Diakses tanggal 7 April 2010.

5. Ahmad Mufti, S. kep, 2008. Cedera Kepala. Available HYPERLYNK

online at http://ilmukeperawatan.net/index.php/artikel/7-saraf/8-head -

injury.pdf. diakses tanggal 6 April 2010.

6. Asra alfauzi, 2009. cedera kepala. Available HYPERLINK online at

http://moveamura.files.wordpress.com/2009/cedera-kepala. diakses

tanggal 6 April 2010.

7. Anonimous, 2009. Transfusi Darah. Available HYPERLINK online at

www.wikipedia.org/wiki/transfusi-darah. diakses tanggal 7 April 2010

8. Anonimous, 2007. masalah transfusi darah, available HYPERLINK

online at http://www.kalbe.co.id/files/07Masalah-Transfusi-

Darah95.pdf. diakses tanggal 7 April 2010

9. Anonimous, 2008. Transfusi Darah, available HYPERLINK online at

http://www.jevuska.com/2008/04/03/transfusi-darah. diakses tanggal 8

April 2010.

10. Anonymous, 2007. Pengertian Transfusi Darah. Available

HYPERLINK online at

18

Page 19: referat transfusi darah pada pasien cedera kepala

http://utdd-PMIJatengblogspot.com/2007/08/pengertian-transfusi-

darah-html. Diakses tanggal 6 April 2010

11. Anonimous, 2008. Indikasi Transfusi Darah. Available online at

http://jevuska.com/2008/04/03/indikasi-transfusi-darah. diakses

tanggal 7 April 2010.

12. Anonimous, 2010. Rumus Kebutuhan Transfusi Darah. Available

HYPERLINK online at

http://dokmud.wordpress.com/2010/02/12/rumus-kebutuhan-transfusi-

darah/. Diakses tanggal 8 April 2010

13. Anonimous, 2008. Teknik Transfusi Darah. Available HYPERLINK

online at http://www.jevuska.com/2008/04/03/teknik-transfusi.

Diakses tanggal 7 April 2010

14. Anonimous, 2008. Transfusi Sangat Darurat. Available online at

http://www.jevuska.com/2008/04/03/transfusi-sangat-darurat. Diakses

tanggal 8 April 2010

15. Anonimous, 2009. Transfusi Darah. Available HYPERLINK online at

http://medicastore.com/penyakit/162/transfusi-darah.html. Diakses

tanggal 8 April 2010

16. Anonimous, 2008. Penanggulangan Reaksi Transfusi. Available

HYPERLINK online at

http://www.jevuska.com/2008/04/03/penanggulangan-reaksi-transfusi.

Diakses tanggal 9 April 2010

19