Upload
putri-yekti
View
125
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Referat Varises Esofagus
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manifestasi klinik hipertensi portal pada pasien dengan sirrosis hepar yang
paling sering adalah varises esophagus. Varises esofagus adalah pembesaran vena
pada dinding esofagus.1 Perdarahan dari varises esophagus adalah komplikasi
yang penting dari hipertensi portal pada pasien dengan sirrosis dan berhubungan
dengan tingkat mortalitas yang tinggi.2,3
Sirrosis hepar adalah penyebab ke-3 kematian setelah kanker dan penyakit
kardiovaskular pada orang berusis 25-65 tahun. Insidens varises esophagus pada
pasien dengan sirrosis muncul pada 35%-80% kasus.4 Perdarahan dapat ditemukan
pada 30 % pasien dengan sirrosis, dengan risiko mortalitas setiap perdarahan
30%-50%.3,5 Perdarahan varises berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas yang
lebih tinggi dibandingkan perdarahan saluran cerna atas karena penyebab lain.
Lebih dari 30% episode perdarahan pertama adalah fatal, dan sebanyak 70% yang
bertahan mengalami perdarahan ulangan setelah perdarahan varises yang pertama.
Perdarahan ulangan menandakan perlunya penatalaksanaan terapeutik yang tepat
tidak hanya dalam menangani perdarahan akut, namun juga mencegah perdarahan
ulangan.6
Perdarahan varises merupakan kegawatan yang dapat mengancam nyawa.
Perlu dilakukan perkiraan cepat dan pergantian darah yang keluar untuk
mempertahankan volume intravaskuler, mendahului pemeriksaan diagnostik atau
tindakan yang lebih spesifik lainnya.
1
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui tentang definisi,
epidemiologi, diagnosis dan penatalaksanaan varises esofagus.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Varises esofagus adalah pembesaran vena yang berkelok-kelok pada
dinding esofagus. Varises esofagus terbentuk karena dilatasi vena subepitelial dan
submukosa dan vena yang berdilatasi menyangkut nervus vagus yang berada di
adventitia di luar tunika muskularis. Varises esofagus selalu mendapat suplai dari
cabang anterior vena gaster sinistra, sedangkan cabang posterior vena menyuplai
vena kolateral paraesofagus.1
1.2 Epidemiologi
Prevalensi, insidens dan etologi sirrosis mungkin berbeda tergantung pada
lokasi gepgrafis, tetapi insidens internasional dan tingkat risiko tahunan varises
esophagus adalah serupa. Sebagian besar varises terjadi karena hipertensi portal
karena sirrosis. Sirrosis hepar adalah penyebab ke-3 kematian setelah kanker dan
penyakit kardiovaskular pada orang berusis 25-65 tahun. Penyebab utama sirrosis
di negara bagian barat adalah penyakit hepar alkoholik, diikuti oleh hepatitis
virus. Di luar negara barat, penyebab utama sirrosis adalah hepatitis B dan
hepatitis C. Hepatitis B merupakan endemis di Asia Timur dan Asia Tenggara,
sebagian Amerika Selatan, Afrika Utara, Mesir dan negara lain di Timur Tengah.
Hepatitis C menjadi penyebab utama sirrosis hepar di seluruh dunia.7 Dalam
beberapa tahun, kejadian sirrosis semakin meningkat dengan semakin
ditemukannya kasus hepatitis C. Insidens varises esophagus sebanyak 50% pada
pasien dengan sirrosis. Risiko terbentuknya varises esophagus adalah 5-15 %.8
Pasien yang mengalami perdarahan pertama varises esophagus memiliki
kemungkinan 70% untuk perdarahan ulang, dan kira-kira sepertiga peristiwa
perdarahan fatal. Puncak risiko kematian adalah selama hari awal peristiwa
perdarahan dan menurun perlahan selama 6 minggu pertama. Tingkat kematian
cukup tinggi pada intervensi pembedahan untuk perdarahan varises akut.
Abnormalitas pada ginjal, pulmonal, kardiovaskular dan sistem imun pada pasien
dengan varises esophagus berperan pada 20-65% mortalitas.7
3
Varises esophagus muncul pada hampir setengah pasien dengan sirrosis
pada saat diagnosis, dengan tingkat paling tinggi pada pasien dengan Child–
Turcotte–Pugh (child) kelas B atau C. (table 1). Pembentukan dan pertumbuhan
varises esophagus muncul 7% per tahun. Kejadian perdarahan varises pertama
pada tahun pertama adalah 12% (5% pada varises kecil dan 15% pada varises
besar). Disamping ukuran varises, red wale marks pada varises dan penyakit
hepar lanjut (child kelas B atau C) menandakan pasien memiliki risiko tinggi
perdarahan varises. Tingkat rekurensi perdarahan pada 1 tahun pertama adalah
60%. Kematian dalam 6 minggu pada setiap peristiwa perdarahan varises adalah
15-20%.9
Tabel 1. Klasifikasi sirrosis menurut Child-Turcotte-Pugh
1.3 Perjalanan Penyakit
1.3.1 Pembentukan Varises Esofagus
Penyakit hepar kronis yang mengakibatkan sirrosis adalah penyebab utama
hipertensi portal (peningkatan tekanan vena portal). Tekanan vena portal (P)
adalah hasil dari resistensi vaskular (R) dan aliran darah (Q) pada pembuluh
portal, sebagaimana dijelaskan pada hukum Ohm – P = Q x R.5 Peningkatan
resistensi pada struktur (distorsi arsitektur vaskular hepar karena fibrosis dan
regenerasi nodul) dan dinamik (peningkatan irama vaskular hepatik sebagai akibat
disfungsi endotelial dan penurunan bioavailabilitas nitrit oxide).9,10
Ketika gradien tekanan portal (perbedaan antara tekanan vena portal dan
tekanan vena hepatik) meningkat di atas nilai ambang batas, kolateral terbentuk
pada tempat komunikasi portal dan sistem sirkulasi. Proses ini dimodulasi oleh
4
faktor angiogenik. Tetapi, karena resistensi yang lebih tinggi dan peningkatan
inflow vena portal, aliran kolateral ini tidak mampu untuk menurunkan tekanan
yang tinggi. Bersamaan dengan pembentukan portosistemik kolateral, inflow
darah vena portal meningkat sebagai hasil dari vasodilatasi splanchnic dan
peningkatan cardiac output. Peningkatan aliran portal memicu terjadinya
hipertensi portal. Varises gastroesofageal adalah aliran kolateral yang paling
penting, karena hipertensi portal menyebabkan aliran hepatofugal (aliran balik),
yang menggalihkan aliran darah uphill pada cephalic melewati vena gaster sinistra
ke pleksus venosus esofagus. Terjadi peningkatan tekanan dan aliran yang
melewatinya sehingga pembuluh darah membesar dan berpotensi ruptur.9,10
Pembentukan varises esofagus paling banyak pada sepertiga distal esofagus,
terutama pada gastroesofageal junction.8
5
Gambar 1. Patogenesis hipertensi portal, varises dan perdarahan varises9
1.3.2 Faktor Risiko Perdarahan
Faktor predisposisi terjadinya perdarahan varises esofagus masih belum
jelas. Pendapat bahwa espfagitis merupakan pencetus varises esofagus telah
terbantahkan. Saat ini faktor penting yang terlibat dalam perdarahan varises
adalah : (i) tekanan di dalam varix, (ii) ukuran varises, (iii) dinding varises, dan
(iv) keparahan penyakit hepar.11
a. Tekanan Portal
Pada banyak kasus, tekanan portal menggambarkan tekanan intravarises.
Hipertensi portal paling baik diukur (secara tidak langsung) menggunakan
pengukuran wedged hepatic venous pressure (WHVP). Perbedaan tekanan antara
portal dan sirkulasi sistemik (hepatic venous pressure gradient, HVPG) sebesar
6
10-12 mmHg diperlukan untuk pembentukan varises. Nilai HVPG normal adalah
3-5 mmHg. Pengukuran tunggal berguna untuk menentukan prognosis sirrosis
terkompensasi dan tidak terkompensasi, sedangkan pengukuran ulangan berguna
untuk memonitor respon terapi farmakologi dan perjalanan penyakit hepar.10,11
Tekanan dinding varises mungkin merupakan faktor utama yang
menentukan ruptur varises. Pada tekanan rata-rata, pembuluh darah dengan
diameter besar akan ruptur sementara pembuluh darah berdiameter kecil tidak
akan ruptur. Ruptur varises terjadi jika tekanan dalam varix terlalu tinggi.
Kemungkinan bahwa suatu varises akan pecah dan berdarah meningkat seiring
dengan peningkatan tekanan varises, yang sebanding lurus dengan HVPG. Dan
sebaliknya, varises tidak akan berdarah jika HVPG di bawah 12 mmHg. Risiko
perdarahan ulang menurun secara signifikan dengan penurunan HVPG lebih dari
20% dari garis batas.7,10,12
Pasien dengan penurunan HVPG hingga < 12 mmHg memiliki
kemungkinan yang lebih kecil untuk terjadinya perdarahan varises ulang dan juga
risiko yang lebih rendah untuk ascites, peritonitis bakterial spontan dan
kematian.7,10,12
.
b. Ukuran Varises
Ukuran varises paling baik dinilai dengan menggunakan endoskopi.
OMED mengklasifikasikan ukuran varises esofagus menjadi 3 derajat yaitu:
Grade 1 = varises esofagus kecil dan tidak berkelok-kelok, rata dengan
insuflasi
grade 2 = varises esofagus yang berkelok-kelok, meliputi kurang dari
50% diameter esofagus distal
grade 3 = varises esofagus yang besar dan berkelok-kelok, meliputi lebih
dari 50% diameter esofagus distal.
Telah terbukti bahwa risiko perdarahan varises esofagus berkaitan dengan
ukurannya. Varises esofagus besar adalah risiko terbesar, dimana mungkin
disebabkan oleh tekanan dinding varises yang lebih besar. Semakin besar dan
semakin superior lokasi varises meningkatkan risiko perdarahan.10,13,14
7
c. Dinding Varises
Polio dan Grozzmann menggunakan model in vitro menunjukkan bahwa
ruptur varises berhubungan dengan tekanan pada dinding varises. Tekanan
tergantung pada diameter dari varix. Pada model ini, peningkatan ukuran varix
dan penurunan ketebalan dinding varises menyebabkan ruptur varises. Gambaran
endoskopi seperti tanda ”red spots” dan ”wale” digambarkan pertama kali sebagai
prediksi perdarahan oleh Dagradi. Ini menggambarkan perubahan pada struktur
dan tekanan dinding varises yang berhubungan dengan pembentukan
microtelangiectasias. Perubahan warna pada mukosa varises yang selalu menjadi
merah merupakan tanda perdarahan baru atau risiko tinggi untuk terjadinya
perdarahan. Terdapat 4 sub kategori yang masing-masing adalah:
(1) Red Wall Marking (RWM), ialah tanda perdarahan pembuluh darah pada
dinding varises yang memanjang dan menyerupai cambuk.
Gambar 2. Red Wale Marking
(2) Cherry Red Spot (CRS), ialah bintik-bintik merah yang banyak dengan
diameter lebih dari 2 mm, terdapat pada dinding varises
8
Gambar 3. Cherry Red Spot
(3) Hemato Cystic Spot (HCS), ialah tanda warna merah yang lebih besar,
lebar dan kistik. Terdapat pada varises yang besar dan merupakan risiko
tinggi untuk terjadinya perdarahan
Gambar 4. Hematocystic Spot
(4) Diffuse Redness (DR), ialah warna merah yang difus pada mukosa
varises, tidak terdapat permukaan yang meninggi atau cekung seperti
esofagitis.
Gambar 5. Diffuse Redness
9
Dalam penelitian retrospektif oleh Japanese Research Society for Portal
Hypertension, Beppu menunjukkan bahwa 80% pasien yang memiliki varises biru
atau cherry red spot mengalami perdarahan varises, menunjukkan bahwa ini
sangat penting sebagai prediktor perdarahan varises pada sirrosis.11,15
d. Derajat Penyakit Hepar
Analisis hubungan antara parameter klinis dan endoskopi pada studi North
Italian Endoscopic Club (NIEC) telah menunjukkan tiga variabel sebagai faktor
independent prognostik perdarahan varises : kelas Child, ukuran varises dan
adanya tanda red wale. Ketiga variabel tersebut berdiri sendiri, walaupun
terkadang ukuran varises dan adanya tanda red wale saling berhubungan.14
Indikator paling efektif untuk risiko perdarahan ulang adalah parameter yang
menggambarkan derajat disfungsi hepar, meliputi adanya ascites,
hipoalbuminemia, aktivitas prothrombin yang rendah, encefalopati dan
hiperbilirubinemia.11,14
1.4 Diagnosis
1.4.1 Gejala klinik
Pada varises esofagus yang tidak menimbulkan perdarahan, biasanya tidak
memberikan keluhan, sukar untuk dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik.
Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan rontgenologik dan endoskopik.15
Perdarahan varises sering terjadi tanpa faktor presipitasi yang jelas dan
biasanya muncul sebagai hematemesis spontan dan masif yang tidak nyeri dengan
atau tanpa melena. Darah yang dimuntahkan berwarna kehitam-hitaman dan tidak
membeku, karena sudah tercampur dengan asam lambung. Hematemesis yang
diduga karena pecahnya varises esofagus, perlu diperhatikan gangguan faal hati,
yaitu : ada tidaknya foetor hepatikum, ikterus, spider nevi, eritema palmaris,
venektasi di sekitar abdomen, asites, splenomegali, tanda endokrin sekunder pada
wanita (gangguan menstruasi, atrofi payudara) dan pada pria (ginekomasti, atrofi
testis). Tanda yang menyertai bervariasi dari takikardi postural ringan sampai
syok berat, bergantung pada jumlah darah yang keluar dan derajat hipovolemia.
Karena pasien dengan varises dapat berdarah dari lesi gastrointestinal lain (misal.
10
Ulkus peptikum, gastritis), sumber perdarahan lain perlu disingkirkan bahkan
pada pasien yang pernah mengalami perdarahan varises.15,16
1.4.2 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Endoskopi adalah gold standard untuk deteksi dan skrining varises
esofagus, namun endoskopi mahal, invasif dan seringkali tidak dapat dilakukan di
pusat kesehatan terutama di kota kecil dan pedalaman. Beberapa penelitian telah
meneliti metode non invasif untuk mendeteksi varises esofagus dengan berbagai
variabel seperti platelet, ukuran lien, level albumin serum, ukuran vena portal,
rasio SAAG (serum ascetik albumin gradient), prothrombin time (P.T) dan rasio
platelet/diameter lien. Marker echografi indirek hipertensi portal (ascites, diameter
vena portal > atau = 13 mm, panjang lien, kecepatan aliran vena portal maksimal
dan rata-rata, berturut-turut < 20 cm/s dan < 12 cm/s) dapat berguna. Diantara
parameter tersebut, panjang lien adalah penanda independen prediksi varises
esofagus. Trombositopeni pada beberapa penelitian terbukti sebagai faktor risiko
kuat untuk kehadiran varises esofagus. Jumlah platelet (68.000-160.000) berulang
kali ditemukan sebagai penanda prediksi varises esofagus pada analisis
multivariate.17
Pembesaran lien (teraba secara klinis atau peningkatan pada pemeriksaan
ultrasound) ditemukan memiliki hubungan yang signifikan untuk prediksi varises
esofagus. Thomopulous KC et all menemukan ukuran 135 mm pada ultrasound,
madhora R et all, fagundes ED et all mendeteksi pembesaran lien pada penelitian
mereka. Atif Zaman et all dan Sharma SK menemukan pembesaran lien sebagai
prediktor untuk terjadinya varises esofagus. Niaz AS et all, dalam penelitiannya
mendapatkan hasil bahwa hipoalbuminemia (2,48 mg/dl), platelet, diameter lien
dan rasio platelet/diameter lien menunjukkan korelasi yang kuat untuk
terbentuknya varises esofagus pada pasien dengan sirrosis.17
b. Esofagoduodenoskopi
Esofagogastroduodenoskpoi adalah gold standar untuk diagnosis varises
esofagus. Jika gold standar tidak dapat dilakukan, langkah diagnosis lain yang
dapat dilakukan adalah Doppler ultrasonografi sirkulasi darah. Walaupun ini
bukan pilihan yang baik, ini dapat menunjukkan secara langsung adanya suatu
11
varises. Alternatif lebih lanjut meliputi radiografi/ kontras barium dari esofagus
dan gaster, serta angiografi vena portal.10
Gambar 6. Gambaran endoskopi varises esofagus
Kelainan endoskopi pada penderita dengan varises esofagus, tampak jelas
gambaran varises yang berkelok-kelok sebagian besar di pertengahan distal
esofagus berwarna keabu-abuan atau kemerah-merahan. Pada yang pernah
mengalami perdarahan terdapat bekas perdarahan berupa sikatriks yang merah
kehitaman. Pada perdarahan akut dapat terlihat perdarahan segar yang berasal dari
pecahnya varises esofagus. Dengan endoskopi juga dapat ditentukan derajat dan
beratnya suatu varises esofagus.15
Guideline dari WGO, screening esofagoduodenoskopi (EGD) untuk
diagnosis varises esofagus dan gaster direkomendasikan jika telah dibuat
diagnosis sirrosis. Pada pasien dengan sirrosis yang terkompensasi, EGD diulang
12
setiap 2-3 tahun. Namun bila pasien tersebut memiliki varises, EGD diulang
setiap 1-2 tahun. Pada pasien dengan sirrosis yang tidak terkompensasi, EGD
diulang setiap tahun.10 Guideline dari American Assosiation of Liver Disease
menyarankan skrining endoskopi pada pasien sirrosis hepar stadium Child A
dengan gejala hipertensi portal terutama dengan trombosit < 140.000/mm3 dan
diameter vena portal lebih dari 13 mm atau pada stadium B atau C.18
c. Barium Enema
Gambar.7. Uphill esophageal varices. Barium swallow demonstrates multiple serpiginous filling defects primarily involving the lower one third of the esophagus with striking prominence around the gastroesophageal junction. The patient had
cirrhosis secondary to alcohol abuse.
Kontras barium dapat dilakukan jika pasien memiliki kontraindikasi untuk
endoskopi atau endoskopi tidak dapat dilakukan. Dengan barium, varises esofagus
terlihat seperti berkelok-kelok, serpiginous, terdapat defek longitudinal pengisian
pada lumen esofagus. Varises esofagus dapat terlihat seperti lipatan tebal
dikelilingi daerah putih luas karena barium terjebak di antara kumpulan varises.
Ini dapat membedakan varises dengan penebalan lipatan esofagus karena
esofaginitis.19
13
d. CT-scan
Pada CT scan, varises terlihat sebagai bentukan bulat, tubular, atau
struktur serpentine yang halus, memiliki gambaran yang homogen dan menyerap
kontras dengan derajat yang sama dengan vena di dekatnya. Varises esofagus
terlihat sebagai penonjolan intralumen dengan tepi scalloped dan berhubungan
dengan penebalan dinding yang meningkat dengan material kontras. Akan tetapi,
varises esofagus kurang terdeteksi dengan CT-scan jika dibandingkan dengan
jenis varises yang lain karena lokasinya mural dan tidak adanya jaringan lemak di
sekitarnya.1
1.5 Penatalaksanaan
1.5.1 Pencegahan Perdarahan Varises
Pasien yang memiliki varises esofagus dengan risiko tinggi perdarahan
harus diidentifikasi untuk memulai pencegahan perdarahan primer. Prediktor
14
independen risiko perdarahan terdiri dari : derajat disfungsi hepar, ukuran varises
esofagus, dan kehadiran red wale pada varises esofagus. Petunjuk terkini
menganjurkan pencegahan primer untuk semua pasien dengan varises medium
dan besar dan pasien dengan varises kecil dengan tanda red wale atau pada pasien
Child C. pasien dengan varises kecil tanpa tanda red wale dan child A atau B
mungkin dapat diterapi dengan beta-blocker untuk mencegah progresivitas varises
dan perdarahan, namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut.20,21
a Terapi farmakologi
Tujuan utama terapi farmakologi pada varises esofagus adalah untuk
menurunkan tekanan portal dan sebagai konsekuensinya, tekanan intravarises.
Terapi farmakologi untuk pencegahan primer, perdarahan akut dan pencegahan
sekunder adalah sama. Varises jarang mengalami perdarahan jika gradien tekanan
kurang dari 12 mmHg, penurunan gradien pada level ini ideal pada pengobatan
varises esofagus.5
Terdapat tiga jenis utama obat yang digunakan dalam pengobatan varises
esofagus, yaitu vasokonstriktor splanchnic, venodilator dan vasodilator. Obat
yang merupakan vasokonstriktor splanchnic adalah golongan vasopressin
(analog), somatostatin (analog) dan non-selektif beta-blocker. Vasopressin dan
somatostatin (dan analognya, octreotide dan vapreotide) diberikan secara
parenteral dan efektif dalam menghentikan perdarahan untuk sementara pada lebih
dari 80% pasien. Somatostatin mungkin lebih baik dari analognya octreotide.9,10
Non-Selektif Beta Blocker
Non-selective beta-blockers (seperti propranolol, nadolol, timolol)
direkomendasikan sebagai terapi lini pertama untuk pencegahan primer
perdarahan varises pada pasien sirrosis dengan risiko perdarahan tinggi.21 Beta
blocker menurunkan aliran darah splanchnic, tekanan portal dan akhirnya aliran
darah kolateral gastroesofageal. Propanolol dan nadolol, non-selektif beta blocker,
lebih disukai karena kombinasi aksinya : blokade reseptor β1-adrenergik
menyebabkan vasokonstriksi splanchnic dengan reflex aktivasi adrenergik
reseptor menghasilkan vasokonstriksi splanchnic dan perifer melalui eliminasi
vasodilatasi yang diperantarai reseptor β2-adrenergik. Oleh karena itu, nonselektif
15
beta-blocker seperti propanolol atau nadolol lebih baik daripada beta-blocker
selektif karena mekanisme kerja yang lebih luas. Mereka diberikan secara oral dan
digunakan untuk terapi jangka panjang pada hipertensi portal.5,9
Penggunaan non-selektif beta-blocker juga memiliki kontraindikasi dan
efek samping. Kontraindikasi absolut penggunaan non-selektif beta-blocker
adalah penyakit paru obstruktif, decompensatio cordis atau penyakit katup aorta,
derajat dua dan tiga atrioventricular block dan inssufisiensi erteri perifer.
Kontraindikasi relatif penggunaan non-selektif beta-blocker adalah sinus
bradikardi dan insulin-dependent diabetes mellitus. Kontraindikasi dapat
ditemukan pada 5-20% pasien.21 Pada pasien tanpa varises, pengobatan dengan
non-selektif beta blocker tidak direkomendasikan karena tidak mencegah
pembentukan varises dan berpotensi untuk efek samping seperti hipotensi
simtomatik, bradikardi berat, ensefalopati, kelemahan dan impotensi, yang dapat
menurunkan kemampuan (terutama pada laki-laki muda).9,10,21 Terapi beta blocker
dini dapat menghambat perkembangan varises esofagus yang kecil.18
Pemberian non-selektif beta-blocker sebaiknya dimulai dari dosis rendah
(20 mg dua kali sehari untuk propanolol dan 40 mg satu kali sehari untuk nadolol)
yang dapat ditingkatkan secara bertahap dengan monitoring denyut jantung dan
tekanan darah, sampai dosis maksimal 120 mg dua kali sehari untuk propanolol
dan 160 mg satu kali sehari untuk nadolol. Dosis beta blocker sebaiknya
ditingkatkan untuk mendapat setidaknya penurunan 25% denyut jantung atau
terjadinya gejala. Terapi dengan beta-blocker dibberikan seumur hidup, pasien
sebaiknya diedukasi untuk tidak menghentikan pengobatan karena risiko
perdarahan rebound.21
Nitrat
Venodilator yang digunakan pada pengobatan varises esofagus adalah
nitrat. Long acting nitrat – isosorbid dinitrat (ISDN) atau isosorbid-5-mononitrat
(ISMN) – menurunkan tekanan portal dengan menurunkan resistensi intrahepatik
dan portal-collateral. Isosorbid 5-mononitrat menurunkan tekanan portal, namun
penggunaannya pada pasien sirrosis hepatitis terbatas karena pengaruh
vasodilatasi sistemiknya, yang sering menyebabkan penurunan tekanan darah dan
16
berpotensi menyebabkan gagal ginjal pre-renal.18 Pemberian ISMN dimulai dari
dosis 10 mg dua kali perhari dan dinaikkan perhari hingga tercapai dosis 40 mg
dua kali perhari. Efek samping nitrat tergantung pada dosisnya, yaitu cephalgia
(20%) dan hipotensi. Nitrat organik dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan
sebaiknya tidak diberikan sebagai terapi tunggal.21
Obat yang meningkatkan penghantaran nitrit oxide ke sirkulasi
intrahepatik, seperti golongan nitrate dan simvastatin, dan obat yang menghambat
aktivitas adrenergik (seperti prazosin dan clonidine) atau yang menghambat
angiotensin (seperti captopril, losartan dan irbesartan) bekerja dengan
menginduksi venodilatasi intrahepatik. Sayangnya, venodilator mungkin juga
menyebabkan vasodilatasi sistemik, dengan semakin memburuknya retensi
natrium dan vasokonstriksi renal. Pengecualian bagi simvastatin, yang bekerja
pada disfungsional endotel intrahepatik tanpa mempengaruhi sirkulasi sistemik. 9,10
Beta blocker dan nitrat
Kombinasi terapi vasodilator dan vasokonstriktor memberikan efek
sinergis menurunkan tekanan portal. Kombinasi isosorbid 5-mononitrat dengan
nonselektif beta-blocker telah menunjukkan peningkatan efek dalam menurunkan
tekanan portal dan lebih efektif pada pasien yang tidak merespon dengan terapi
beta-blocker tunggal. Kombinasi beta-blocker dan ISMN terbukti lebih baik
daripada skleroterapi. Namun, terapi kombinasi tersebut juga meningkatkan efek
yang tidak diinginkan pada fungsi ginjal don mortalitas jangka panjang, terutama
yang berusia di atas 50 tahun.5,10
b Terapi endoskopi
Selama 20 tahun terakhir, terapi endoskopi telah menunjukkan peran
penting pada penatalaksanaan varises esofagus. Skleroterapi endoskopik, paling
sering dengan etanol, morrhuate sodium, polidocanol, or sodium tetradecyl
sulfate, telah sering digunakan, dan ligasi varises esofagus, baru-baru ini
difasilitasi alat ligasi multiband, yang telah sering digunakan beberapa dekade
terakhir.5
17
Endoscopic Sclerotherapy (EST) dan Endoscopic Variceal Ligation (EVL)
efektif dalam menghentikan perdarahan pada lebih dari 90% pasien. EVL
mengeradikasi varises esofagus dengan komplikasi lebih sedikit daripada EST dan
telah menunjukkan sama bermanfaatnya dengan penggunaan beta-blocker. Pada
banyak kasus, EVL direkomendasikan pada pasien yang tidak dapat mentoleransi
kontraindikasi penggunaan beta-blocker, atau pada mereka yang tidak
menunjukkan penurunan HVPG >20% atau <12 mmHg. Namun, pada pasien
dengan perdarahan aktif, EVL lebih sulit dilakukan dibandingkan dengan EST.10,18
Endoscopic variceal ligation
EVL telah menjadi pilihan terapi untuk mengontrol perdarahan varises
esovagus dan untuk obliterasi varises pada pencegahan sekunder. Hasil dari 6
penelitian prospektifrandom telah membandingkan secara langsung EVL dan EST
melaporkan bahwa EVL lebih baik daripada EST dalam mengeradikasi varises
lebih cepat dengan lebih sedikit perdarahan ulangan. Meta analisis telah
mengkonfirmasi keunggulan EVL daripada EST untuk semua outcome mayor
(perdarahan ulang, komplikasi lokal termasuk pembentukan ulcer dan striktur,
waktu dari obliterasi varises dan peluang hidup). Dibandingkan dengan EST, EVL
lebih jarang mengakibatkan bakteremia. Walaupun antibiotik profilaksis
diindikasikan untuk semua pasien yang dirawat dengan perdarahan varises,
keputusan untuk menggunakan antibiotik profilaksis pada pasien risiko tinggi
yang semata-mata untuk mencegah komplikasi infeksi EVL harus diberikan
secara individu. Rekurensi varises esofagus lebih sering pada yang diterapi
dengan EVL. EVL lebih sulit dilakukan daripada EST pada perdarahan aktif
karena lapang pandang yang buruk atau operator yang kurang berpengalaman.
Penambahan terapi dengan beta-blocker harus dipertimbangkan sebagaimana telah
dilaporkan menurunkan dengan cepat angka perdarahan ulang dari 38% menjadi
14%. Kombinasi EST dan EVL tidak lebih baik dari EVL sendiri.22
Endoscopic sclerotherapy
EST telah berhasil mengkontrol perdarahan aktif lebih dari 90% pasien
dan mampu menurunkan frekuensi dan keparahan perdarahan varises ulang.
Varises gaster sebagai lanjutan varises esofagus dapat diterapi dengan EST di
18
bawah esophagogastric junction. Skleroterapi dilakukan dengan injeksi sklerosan
intravariseal atau paravariseal. Berbagai agen (sodium tetradecyl sulfate, sodium
morrhuate, ethanolamine oleate, polidocanol dan ethanol) telah digunakan pada
berbagai konsentrasi, volume dan interval pengobatan. Semakin sering terapi
didapat semakin cepat obliterasi varises dibandingkan dengan terapi yang lebih
jarang, tetapi lebih besar berkaitan dengan ulserasi mukosa. Komplikasi EST
termasuk demam, retrosternal discomfort atau nyeri, disfagia, perdarahan karena
injeksi, ulkus esophagus dengan perdarahan lambat, perforasi esophagus,
mediastinitis, efusi pleura, bronkhoesofageal fistel, adult respiratory distress
syndrome dan infeksi.22
1.5.2 Penatalaksanaan Perdarahan Akut
Perdarahan varises merupakan kegawatan yang dapat mengancam nyawa.
Pasien yang diduga mengalami perdarahan varises esofagus akut sebaiknya
dirawat di ruang perawatan intensif untuk resusitasi dan penatalaksanaan. Inisial
resusitasi meliputi penilaian dasar termasuk menilai jalan napas pasien dan
pemasangan akses vena perifer. Resusitasi volume darah harus dilakukan segera
tapi dengan hati-hati, dengan hasil mempertahankan stabilitas hemodinamik dan
hemoglobin kira-kira 8 g/dL. Rekomendasi ini berdasarkan penelitian
eksperimental yang menunjukkan bahwa penggantian darah yang hilang
mengarah pada peningkatan tekanan portal lebih tinggi dari nilai normal dan
menyebabkan lebih banyak perdarahan ulang dan kematiaan. Dengan cara yang
19
sama, resusitasi cepat dengan salin perlu dihindarkan karena dapat menambah
kemungkinan mempercepat perdarahan varises ulang, ini dapat memperberat atau
mempercepat akumulasi ascites atau cairan pada ekstravaskular lain.
Kemungkinan aspirasi darah dapat terjadi, oleh karena itu intubasi trakhea
mungkin perlu dilakukan untuk melindungi jalan napas pertama untuk endoskopi,
terutama pada pasien dengan ensefalopati hepatik. Tranfusi plasma segar beku dan
trombosit dapat dilakukan pada pasien dengan koagulopati dan atau
trombositopeni. 11,12,16
Sekitar separuh dari semua perdarahan varises berhenti tanpa intervensi, walaupun
risiko perdarahan ulangan sangat tinggi. Penatalaksanaan medis perdarahan
varises akut mencakup pemberian vasokonstriktor (vasopresin atau somatotastin),
tamponade balon dan sklerosis endoskopik varises (skleroterapi) atau ligasi
endoskopik varises. Pada pasien dengan perdarahan varises pada fundus gaster,
endoscopic variceal obturation menggunakan adhesi jaringan (seperti
cyanoacrylate) banyak dipilih, pilihan kedua adalah EVL. TIPSS harus
dipertimbangkan jika perdarahan fundus varises tidak terkontrol atau perdarahan
ulangan disamping terapi kombinasi farmakologi dan endoskopi. Emergensi
skleroterapi tidak lebih baik daripada terapi farmakologi pada perdarahan varises
akut pada sirrosis.9,10,16
20
Terapi Farmakologi
Vasopressin
Vasopressin adalah vasokonstriktor kuat yang efektif menurunkan tekanan
portal dengan menurunkan aliran darah portal menyebabkan vasokonstriksi
splanchnic. Ini digunakan sebagai obat pertama pada perdarahan varises, namun
sekarang penggunaannya diizinkan hanya jika obat yang lain tidak dapat diberikan
karena adanya kejadian kardiovaskular yang berat (iskemia atau infark miokard,
aritmia, iskemia mesenterik, iskemia ekstrimitas, kejadian serebrovaskular dan
hiponatremia yang diakibatkan pengaruh antidiuretiknya). Pengaruh tidak
menguntungkan ini terjadi pada 32-64% pasien dan terjadi karena peningkatan
resistensi vaskular perifer dan penurunan cardiac output, detak jantung dan aliran
darah koroner. Vasopressin diberikan melalui infus dengan kecepatan 0,4
U/menit, dengan peningkatan titrasi hingga mencapai 1.0 U/menit dalam 48 jam,
diberikan bersama nitrogliserin transdermal (20 mg/24 jam) untuk meningkatkan
pengaruh hipotensi portal dan menurunkan efek samping sistemik.16,21
Terlipressin
Terlipressin (triglycyl-lysine vasopressin) adalah derivat long-acing
vasopressin yang perlahan berubah menjadi vasopressin melalui pemecahan
enzim residu triglisil oleh peptidase jaringan. Agen aktif terlipressin dilepaskan
secara perlahan-lahan sehingga efek sampingnya lebih ringan daripada
vasopressin. Efek samping terlipressin cukup ringan, berupa kram abdomen,
diare, bradikardi dan hipertens. Efek samping yang lebih berat seperti aritmia,
angina, iskemia ekstrimitas jarang terjadi. Guideline terkini merekomendasikan
dosis inisiasi terlipressin 2 mg/4-6 jam untuk 48 jam pertama, dan setelah periode
ini pengobatan dapat dipertahankan untuk selama 5 hari pada dosis 1 mg/4-6 jam
untuk mencegah perdarahan ulang dini.21
Somatostatin
Somatistatin telah digunakan untuk terapi perdarahan varises akut karena
kemampuannya menurunkan tekanan portal dan aliran darah kolateral. Melalui
hambatan pelepasan peptida vasodilator splanchnic (seperti glukagon) dan
21
fasilitasi pengaruh sistem vasokonstriktor endogen. Ditambah lagi, somatostatin
menghambat peningkatan postprandial aliran darah portal dan tekanan portal.
Somatostatin diberikan dengan dosis inisial bolus 250 mg (yang dapat diulang tiga
kali) diikuti dengan infus 250 mg/jam selama 5 hari untuk mencegah perdarahan
ulang dini atau sampai didapatkan periode 24 jam tanpa perdarahan. Efek samping
somatostatin biasanya ringan, yaitu bradikardi, hiperglikemia, diare dan kram
abdomen.11,21
Terapi Antibiotik
Lebih dari 20% pasien sirrosis hepatis yang dirawat inap karena
perdarahan gastrointestinal mengalami infeksi bakteri dan 50% lainnya mendapat
infeksi selama perawatan. Infeksi yang paling sering pada pasien sirrosis hepatis
adalah peritonitis bakterial spontan dan bakteremia spontan, infeksi saluran
kencing dan pneumonia. Bakteri gram negatif adalah yang paling sering
ditemukan. Guideline merekomendasikan antibiotik profilaksis dengan pemberian
quinolon oral (contohnya norfloxacin 400 mg/12 jam) atau sefalosporin intravena,
dan dipertahankan selama 7 hari. Penelitian menunjukkan ceftriaxon intravena
lebih efektif daripada norfloxacin oral untuk profilaksis infeksi pada pasien
sirrosis dengan perdarahan varises. Aminoglikosida harus dihindari karena toksik
untuk ginjal pada pasien sirrosis.10,21
Tamponade balon
Penggunaan tamponade balon sudah jarang dilakukan, karena tingginya risiko
perdarahan ulang setelah deflasi dan risiko komplikasi seperti aspirasi, migrasi
dan nekrosis/perforasi esofagus dengan angka kematian sebanyak 20%. Meskipun
demikian, tamponade balon efektif pada banyak kasus untuk menghentikan
perdarahan untuk sementara dan dapat dilakukan pada daerah di dunia dimana
EGD dan TIPS tidak tersedia. Proteksi jalan napas sangat direkomendasikan
ketika menggunakan tamponade balon.Pemasangan tamponade balon ini dibatasi
sampai 48 jam. Bila tetap tidak berhasil harus dipertimbangkan pembedahan.10,12,15
Terapi Endoskopi
Skleroterapi
22
Skleroterapi endoskopi varises berdasarkan pada konsep bahwa
perdarahan varises terhenti karena trombosis varix yang berdarah setelah injeksi
sklerosan intravariceal atau paravariceal. Dalam percobaan skleroterapi pada
perdarahan akut, terdapat banyak perbedaan pada tipe sklerosan yang digunakan,
pengalaman operator, injeksi intravariceal atau paravariceal dan jadwal follow up.
Lebih jauh lagi, interpretasi hasil percobaan membandingkan injeksi skleroterapi
dengan terapi non-invasif sangat sulit karena inklusi pasien yang tidak mengalami
perdarahan aktif pada saat pengacakan. Empat percobaan telah membandingkan
skleroterapi dengan tamponade balon dan 2 diantaranya menunjukkan control
perdarahan yang lebih baik pada pasien dengan skleroterapi.11
Ligasi
Tehnik ini merupakan modifikasi yang digunakan pada ligasi hemorrhoid
interna. Penelitian acak pada pasien dengan perdarahan varises akut telah
menunjukkan bahwa ligasi endoskopi sama efektifnya dengan skleroterapi pada
hemostasis dini. Komplikasi yang berkaitan dengan ligasi seperti ulkus dan
striktur jarang terjadi.5,11
TIPSS (Transjugular Intrahepaik Portosystemic Shunt Stent)
Penatalaksanaan dengan TIPSS merupakan penggantian vaskular dengan
expandable metal stent melewati jalur yang diciptakan antara vena hepatica
dengan cabang intrahepatik utama sistem portal. Transjugular shunting
berdampak pada perubahan hemodinamik yang sama dengan portocaval shunt.
Walaupun TIPSS berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas yang lebih
rendah daripada operasi shunt, komplikasi sedang (seperti perdarahan dan infeksi)
dapat terjadi.5
Terapi Operatif
Operasi shunting harus dilakukan pada kasus perdarahan lanjut atau
perdarahan ulangan yang tidak dapat dikontrol dengan endoskopi dan terapi
farmakologi – dan jika TIPSS tidak dapat dilakukan. Terapi operatif termasuk
portosystemic shunting atau sophageal staple transaction dengan atau tanpa
23
esofagogastrik devaskularisasi. Terlepas dari pilihan tehnik operasi, morbidity
cukup tinggi pada pasien dengan penyakit liver lanjut.5
24
25
1.5.3 Pencegahan Perdarahan Ulang
Pada umumnya terapi untuk pencegahan perdarahan ulang adalah sama
dengan terapi pencegahan perdarahan pertama. Kontrol endoskopi jangka panjang
dan banding atau skleroterapi untuk perdarahan ulangan setiap 3-6 bulan. Jika
ligasi endoskopi tidak dapat dilakukan atau kontraindikasi, dapat diberikan
nonkardioselektif β-blocker (propanolol atau nadolol) dimulai dari dosis rendah
dan jika perlu meningkatkan dosis sedikit demi sedikit sampai penurunan denyut
jantung sampai 25%, tetapi tidak lebih rendah dari 55 kali/menit. Pada pasien
yang lebih muda dengan sirrosis yang lebih ringan (Child–Pugh A), penambahan
isosorbide 5-mononitrat (dimulai 2x20 mg per hari dan ditingkatkan sampai 2x40
mg per hari) dapat dipertimbangkan jika skleroterapi atau farmakoterapi gagal.
TIPS harus dipertimbangkan, terutama pada kandidat transplantasi hepar.
Portosistemik shunt berkaitan dengan tingkat perdarahan ulang yang lebih rendah
dibandingkan dengan skleroterapi/banding, tetapi meningkatkan insidens
ensefalopati hepatik. Transplantasi hepar harus selalu dipertimbangkan pada
pasien dengan Child–Pugh grade B atau C.10
26
BAB III
KESIMPULAN
1. Pasien dengan sirrosis hepar berpotensi mengalami varises esofagus
2. Perdarahan varises esophagus merupakan suatu kegawatdaruratan medik
3. Penatalaksanaan varises esophagus meliputi pencegahan perdarahan primer,
penatalaksanaan perdarahan akut dan pencegahan perdarahan skunder
4. Penatalaksanaan perdarahan varises esophagus meliputi terapi farmakologis,
terapi endoskopi dan terapi operatif.
27